Rencana Pembangunan dan Rencana Kerja Pemerintah Bab III
BAB III
RANCANGAN KERANGKA EKONOMI
DAERAH DAN KEBIJAKAN
KEUANGAN DAERAH TAHUN 2016
3.1. ARAH KEBIJAKAN EKONOMI DAERAH
Rancangan kerangka ekononomi daerah dan kebijakan
keuangan daerah dalam RKPD Tahun Kabupaten Gorontalo 2016,
memberi gambaran tentang kondisi ekonomi tahun 2014 dan
perkiraan tahun berjalan (2015), yang antara lain mencakup
indikator
pertumbuhan
ekonomi
daerah,
sumber-sumber
pendapatan dan kebijakan pemerintah daerah yang diperlukan
dalam pembangunan perekonomian daerah meliputi pendapatan
daerah, belanja daerah dan pembiayaan daerah.
Pelaksanaan
RKPD
Kabupaten
Gorontalo
merupakan
perencanaan tahun daerah yang berada pada tahun transisi
berkaitan
dengan
berakhirnya
periode
RPJMD
Kabupaten
Gorontalo Tahun 2011 – 2015. Berdasarkan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan,
Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan
Rencana Pembangunan Daerah, Pasal 287 (ayat) 2 menyebutkan
bahwa
untuk
pemerintahan
penyusunan
menjaga
dan
RKPD
kesinambungan
pembangunan
berpedoman
daerah
pada
penyelenggaraan
kabupaten/kota,
sasaran
pokok
arah
RKPD Kabupaten Gorontalo Tahun 2016
kebijakan RPJPD kabupaten/kota dan mengacu pada RPJMD
provinsi untuk keselaran program dan kegiatan pembangunan
daerah kabupaten/kota dengan pembangunan daerah provinsi.
Tema RKPD Kabupaten Gorontalo Tahun 2016, adalah
Mengembangkan Daya Saing Ekonomi Rakyat Menuju Masyarakat Yang
Berkesejahteraan, dimana tema tersebut berdasarkan Misi Ke 2
pembangunan yang termuat dalam RPJPD Kabupaten Gorontalo
Tahun 2005 – 2025, yakni “Mewujudkan Pertumbuhan Ekonomi,
Meningkatkan Daya Saing dan Pemerataan Pembangunan Yang
Berkeadilan”. Tema RKPD Kabupaten Gorontalo tersebut diatas
selaras
dengan
Pembangunan
Pembangunan
Gorontalo
tema
RKP
Infrastruktur
yang
Tahun
2016
untuk
Berkualitas”
2016
yakni
dan
yakni
“Mempercepat
Meletakkan
Fondasi
tema
Provinsi
RKPD
“Mendorong
Percepatan
Pembangunan Infrastruktur Daerah serta Peningkatan SDM untuk
Peningkatan Ekonomi Masyarakat yang Berkeadilan”.
Sebagaimana pelaksanaan Misi Ke 2 RPJPD Kabupaten
Gorontalo Tahun 2005 – 2025, maka arah kebijakan ekonomi
daerah yang diemban untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi,
daya saing dan pemerataan pembangunan yang berkeadilan
adalah meningkatkan pembangunan daerah melalui peningkatan
produktivitas daerah; mengurangi kesenjangan sosial secara
menyeluruh, keberpihakan kepada masyarakat, kelompok dan
wilayah/daerah yang masih lemah; menanggulangi kemiskinan
dan penganggur; menyediakakses yang sambagi masyarakat
terhadap berbagai pelayanan sosial, sarana dan prasarana
ekonomi; serta menghilangkan diskriminasi dalam berbagai
aspek termasuk kesetaraan gender serta dengan menjaga
keseimbangan fungsi dan daya dukung lingkungan.
15
RKPD Kabupaten Gorontalo Tahun 2016
Selanjutnya untuk mewujudkan masyarakat yang berdaya
saing adalah dengan mengedepankan pembangunan sumber
daya manusia berkualitas dan berdaya saing; meningkatkatkan
penguasaan
dan
pengembangan,
pemanfaatan
dan
iptek
penerapan
melalui
menuju
penelitian,
inovasi
secara
berkelanjutan; dan memperkuat perekonomian daerah berbasis
keunggulan
setiap
wilayah
menuju
keunggulan
kompetitif
dengan membangun keterkaitan sistem produksi, distribusi dan
pelayanan yang prima.
3.1.1. Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2014 dan Perkiraan
Tahun 2015
Kondisi Perekonomian Global
Perekonomian suatu daerah tidak dapat terlepas dengan
perekonomian
perekonomian
beberapa
regional,
global.
faktor -
perekonomian
Hal
faktor
ini
disebabkan
perekonomian
nasional
bahkan
bahwa
terdapat
yang tidak
dapat
dikendalikan oleh daerah seperti kebijakan pemerintah pusat
yang menyangkut sektor moneter maupun sektor riil. Selain itu
juga pengaruh perekonomian global seperti pengaruh naik
turunnya harga minyak dunia, dan nilai tukar mata uang asing,
dan yang terakhir adalah pengaruh krisis keuangan global yang
berdampak pada kelesuan pasar ekspor.
Tahun 2014 merupakan tahun pemulihan ekonomi global.
Sebelumnya, lesunya perekonomian global yang diakibatkan
fenomena krisis Eropa telah menimbulkan kepanikan pasar
finansial,
khususnya
di
Eropa
dan
Amerika
Serikat.
Dan
diperkirakan pemulihan ekonomi global masih terus berlangsung
hingga tahun 2015. Perekonomian global yang masih ditopang
oleh perekonomian Amerika Serikat kian menunjukkan perbaikan.
15
RKPD Kabupaten Gorontalo Tahun 2016
Pemulihan ekonomi Amerika Serikat didukung oleh konsumsi
yang meningkat seiring dengan turunnya harga minyak dan
membaiknya
kondisi
ketenagakerjaan.
Hal
ini
mendorong
penguatan dolar Amerika Serikat terhadap hampir seluruh mata
uang
dunia
serta
meningkatkan
ketidakpastian
di
pasar
keuangan global.
Di sisi lain, perekonomian Tiongkok yang sebelumnya
melesat, di tahun 2014 justru menunjukkan perlambatan.
Perekonomian Tiongkok diperkirakan terus melambat seiring
penurunan investasi. Begitu pula dengan perekonomian Eropa
dan Jepang dan negara – negara Asia lainnya mengalami
pelambatan
dalam
pertumbuhan
ekonomi.
Bahkan
dalam
Laporan Perekonomian dan Perbankan edisi Februari 2015 oleh
Lembaga Penjamin Simpanan, disebutkan bahwa Bank Dunia dan
Dana
Moneter
Internasional
(IMF)
memangkas
proyeksi
pertumbuhan ekonomi global di tahun 2015 dan 2016 sebesar
0,4 dan 0,2 poin persentase (ppts) menjadi 3 persen dan 3,3
persen.
Kondisi Perekonomian Nasional
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2014 kembali
melambat seiring dengan lesunya perekonomian global. Sempat
mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi di tahun
2011 (6,17%)1, sejak tahun 2012 hingga 2014 pertumbuhan
ekonomi Indonesia
terus berkontraksi. Laju pertumbuhan
ekonomi Indonesia tahun 2014 adalah sebesar 5,02 persen,
melambat dibanding tahun 2013 yang sebesar 5,58 persen. Dari
sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Lapangan
Usaha Informasi dan Komunikasi sebesar 10,02 persen. Dari sisi
pengeluaran pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen
15
RKPD Kabupaten Gorontalo Tahun 2016
Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non Profit Rumah Tangga
(LNPRT) sebesar 12,43 persen.
Sebagai gambaran bahwa ekonomi Indonesia triwulan IV2014 bila dibandingkan triwulan IV-2013 (y-on-y) tumbuh sebesar
5,01 persen melambat bila dibandingkan eriode yang sama
tahun sebelumnya sebesar 5,61 persen. Ekonomi Indonesia
riwulan
IV-2014
mengalami
kontraksi
2,06
persen
bila
dibandingkan triwulan sebelumnya (q-to-q). Dari sisi produksi,
hal ini disebabkan oleh efek musiman pada lapangan usaha
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang kontraksi 22,44
persen. Dari sisi pengeluaran disebabkan oleh penurunan Ekspor
neto.
Secara spasial, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun
2014 didorong oleh aktivitas perekonomian di Pulau Jawa yang
tumbuh 5,59 persen dan Pulau Sumatera sebesar 4,66 persen.
Pada Tahun 2015, berdasarkan besaran Produk Domestik
Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku triwulan I-2015 mencapai
Rp2.724,7 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai
Rp 2.157,5 triliun. Ekonomi Indonesia triwulan I-2015 terhadap
triwulan I-2014 tumbuh 4,71 persen (y-on-y) melambat dibanding
periode yang sama pada tahun 2014 sebesar 5,14 persen. Dari
sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Lapangan
Usaha Informasi dan Komunikasi sebesar 10,53 persen. Dari sisi
Pengeluaran oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah
Tangga yang tumbuh 5,01 persen.
Ekonomi
Indonesia
triwulan
I-2015
terhadap
triwulan
sebelumnya turun sebesar 0,18 persen (q-to-q). Dari sisi
produksi, pertumbuhan ini diwarnai oleh faktor musiman pada
Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang
tumbuh 14,63 persen. Sedangkan dari sisi Pengeluaran lebih
16
RKPD Kabupaten Gorontalo Tahun 2016
disebabkan terkontraksinya kinerja investasi (minus 4,72 persen)
dan ekspor (minus 5,98 persen).
Kondisi Perekonomian Regional
Seiring
dengan
kinerja
perekonomian
nasional
yang
melambat, perekonomian Provinsi Gorontalo pada tahun 2014
secara umum juga mengalami perlambatan. Secara kumulatif
perekonomian
Gorontalo
yang
diukur
berdasarkan
Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) tumbuh sebesar 7,29 persen,
sedikit melambat daripada tahun 2013 yang tumbuh sebesar
7,68 persen (- 5,07 %).
Namun
demikian,
lapangan usaha.
pertumbuhan
terjadi
pada
seluruh
Dari sisi sektoral, pertumbuhan ekonomi
Gorontalo masih ditopang oleh empat sektor utama. Sektor
Pertanian,
Kehutanan,
dan
Perikanan
memiliki
sumbangan
terbesar pada PDRB Gorontalo hingga sekarang dengan share
sebesar
37,7 persen. Diikuti oleh sektor Konstruksi yang
menyumbang
sebesar
11,8
persen
terhadap
total
PDRB.
Sementara, sektor Perdagangan Besar & Eceran, dan Reparasi
Mobil & Sepeda Motor; serta sektor Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan, Jaminan Sosial memiliki sumbangan terhadap total
PDRB Gorontalo masing-masing sebesar 10,4 persen dan 8,8
persen. Keempat sektor utama tersebut tumbuh masing-masing
sebesar 6,44 persen untuk sektor Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan; 7,85 persen untuk sektor Konstruksi; 8,05 persen
untuk sektor Pedagang Besar & Eceran, Reparasi Mobil & Sepeda
Motor; serta 6,92 persen pada sektor Administrasi Pemerintah,
Pertahanan, dan Jaminan Sosial.
Jika pada tahun 2013 nilai PDRB atas dasar harga berlaku
Gorontalo sebesar Rp 22,13 triliun, di tahun 2014 meningkat
menjadi
16
Rp25,20
triliun.
Sedangkan berdasarkan
harga
RKPD Kabupaten Gorontalo Tahun 2016
konstan (tahun 2010), PDRB Gorontalo mengalami kenaikan dari
Rp 19,37 triliun di tahun 2013 menjadi Rp 20,78 triliun di tahun
2014.
Pada Tahun 2015, perekonomian Gorontalo yang diukur
berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar
harga berlaku triwulan I-2015 mencapai Rp 6.884,95 milyar dan
atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp 5.364,07 milyar.
Ekonomi Gorontalo triwulan I-2015 terhadap triwulan I-2014
tumbuh 4,69 persen (y-on-y) melambat dibanding periode yang
sama pada tahun 2014 sebesar 7,30 persen.
Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh
Lapangan Usaha Pengadaan Listrik dan Gas sebesar 17,60
persen. Dari sisi pengeluaran pertumbuhan tertinggi dicapai oleh
Komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
persen.
sebesar 12,62
Ekonomi Gorontalo triwulan I-2015 terhadap triwulan
sebelumnya naik sebesar 4,13 persen. Dari sisi produksi,
pertumbuhan
ini
disebabkan
oleh
faktor
musiman
pada
Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang
tumbuh 16,43 persen. Sedangkan dari sisi Pengeluaran salah
satunya disebabkan oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi
Rumah Tangga.
Kondisi Perekonomian Kabupaten Gorontalo
Berdasarkan
pengalaman
yang
terjadi
selama
ini
memberikan pelajaran bahwa kondisi perekonomian daerah
(kabupaten/kota), apabila ada gejolak tidak separah nasional
maupun global. Hal ini juga dialami di Kabupaten Gorontalo
dimana kondisi perekonomian dalam kurun waktu 2011 - 2013
bergerak tanpa fluktuasi yang menyolok, kestabilan harga juga
terjaga dengan baik. Artinya kondisi perekonomian dengan laju
pertumbuhan dibarengi terkendalinya inflasi memperlihatkan
16
RKPD Kabupaten Gorontalo Tahun 2016
kestabilan perekonomian. Adapun capaian indikator ekonomi
Kabupaten Gorontalo, adalah sebagai berikut :
a. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten
Gorontalo
merupakan
digunakan
untuk
salah
satu
mengetahui
indikator
kondisi
yang
dapat
perekonomian
Kabupaten Gorontalo. Dengan melihat beberapa indikator
yang tertuang dalam PDRB sektoral seperti struktur PDRB,
laju pertumbuhan, dan PDRB perkapita maka dapat dilihat
sejauh mana keadaan perekonomian Kabupaten Gorontalo
a)Perkembangan PDRB dan Laju Pertumbuhan
Kondisi perekonomian Kabupaten Gorontalo dapat
digambarkan melalui besarnya nilai Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Gorontalo dari waktu ke
waktu. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga
Konstan (PDRB ADHK) merupakan ukuran pertumbuhan
ekonomi yang mampu memberikan gambaran besaran
kenaikan kuantitas barang dan jasa yang diproduksi oleh
seluruh lapangan usaha setelah menghilangkan faktor
harga. Secara umum perekonomian Kabupaten Gorontalo
mengalami kenaikan dari tahun ke tahun.
Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Atas
Dasar Harga Berlaku (PDRB ADHB) dan Produk Domestik
Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan (PDRB ADHK)
Kabupaten Gorontalo selama kurun waktu lima tahun
terakhir, terlihat dalam tabel 3.1
Tabel 3.1
Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)
dan PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK), 2009 - 2013 (juta
rupiah)
16
RKPD Kabupaten Gorontalo Tahun 2016
TAHUN
PDRB ADHB
PDRB ADHK
2009
2010
2011
2012 *
2013 **
2.084.004,27
2.404.521,32
2.691.561,72
3.005.171,37
3.313.515,84
800.681,42
861.724,92
927.904,15
999.221,90
1.076.261,36
Sumber : PDRB Kabupaten Gorontalo, BPS (2014)
Keterangan : * Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara
Dari tabel 3.1 terlihat bahwa selama kurun waktu
lima tahun terakhir PDRB ADHB Kabupaten Gorontalo
mengalami peningkatan. Begitu pula dengan PDRB ADHK
juga mengalami peningkatan selama kurun waktu lima
tahun terakhir. Nilai PDRB ADHB tahun 2013 sebesar
3.313.515,84 juta rupiah, sementara Nilai PDRB ADHK
tahun 2013 sebesar 1.076.261,36 juta rupiah.
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Gorontalo yang
ditunjukkan dengan PDRB atas dasar harga konstan 2000
mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Pada tahun 2013, pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Gorontalo sebesar 7,71 persen. Pada grafik 3.1
terlihat bahwa nilai pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Gorontalo
selama
lima
tahun
terakhir
senantiasa
mengalami peningkatan.
Grafik 3.1
Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Gorontalo, 2009-2013
16
RKPD Kabupaten Gorontalo Tahun 2016
7.75
7.7
7.65
7.68
7.69
2011
2012*
7.71
7.62
7.6
7.55
7.57.48
7.45
7.4
7.35
2009
2010
2013**
Sumber : PDRB Kabupaten Gorontalo, BPS (2014)
Keterangan : * Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara
b)Struktur Ekonomi
Gambaran kondisi struktur perekonomian Kabupaten
Gorontalo dapat dilihat melalui kontribusi sektor ekonomi
terhadap pembentukan PDRB. Dilihat dari lapangan usaha
utama,
kontribusi
peringkat
sektor
pertama,
tersier
dengan
masih
kontribusi
menduduki
sebesar
60,99
persen terhadap PDRB Kabupaten Gorontalo di tahun 2013.
Dimana sektor ini terdiri dari sektor perdagangan, hotel,
dan restoran; pengangkutan dan komunikasi; keuangan,
persewaan
dan
jasa
perusahaan;
serta
jasa-jasa.
Sedangkan sektor primer yang terdiri dari sektor pertanian
serta
sektor
pertambangan
dan
penggalian
hanya
menyumbang 26,16 persen terhadap PDRB. Sementara
sektor sekunder yang terdiri dari sektor industri; listrik,
gas, air; serta konstruksi memberikan kontribusi sebesar
12,85 persen.
Grafik 3.2
16
RKPD Kabupaten Gorontalo Tahun 2016
Kontribusi Sektor Ekonomi Utama terhadap PDRB Kabupaten
Gorontalo, 2009 - 2013**
70
60
57.77
50
40
30.44
30
57.81
60
60.72
60.99
29.67
27.81
20
11.79
10
26.69
26.16
12.52
12.19
12.59
12.85
0
2009
2010
2011
2012
2013
Primer (%)
Sekunder (%)
Tersier (%)
Sumber : PDRB Kabupaten Gorontalo, BPS (2014)
Keterangan : ** Angka Sangat Sementara
Pada grafik 3.2 terlihat bahwa selama kurun waktu
lima tahun terakhir kontribusi sektor tersier semakin
mendominasi dari tahun ke tahun, sedangkan sektor
primer terus menurun, dan sektor sekunder cenderung
stabil.
Grafik 3.3
Kontribusi Sektor Ekonomi 9 Sektor terhadap PDRBKabupaten
Gorontalo, 2013**
Sumber : PDRB Kabupaten Gorontalo, BPS (2014)
Keterangan : ** Angka Sangat Sementara
Pada grafik 3.3 terlihat bahwa kontribusi terbesar
dalam PDRB Kabupaten Gorontalo tahun 2013 adalah
sektor jasa-jasa, yaitu sebesar 32,09 persen, dimana
16
RKPD Kabupaten Gorontalo Tahun 2016
sektor
jasa-jasa
inilah
yang
memberikan
kontribusi
terbesar di sektor tersier.
c) Pergeseran Struktur Ekonomi Kabupaten Gorontalo
Struktur ekonomi dikatakan berubah apabila apabila
kontribusi/pangsa PDRB dari sektor ekonomi yang mulanya
dominan digantikan oleh sektor ekonomi lain. Dilihat dari
peran 9 sektor ekonomi terhadap PDRB di Kabupaten
Gorontalo selama kurun waktu lima tahun terakhir (2009–
2013) terlihat bahwa telah terjadi pergeseran struktur
ekonomi di Kabupaten Gorontalo. Sektor pertanian yang
awalnya memiliki peran dominan dalam perekonomian,
kontribusinya mengalami penurunan dari tahun ke tahun.
Bahkan pada tahun 2013 kontribusi sektor pertanian di
Kabupaten Gorontalo hanya sebesar 25,12 persen.
Di sisi lain, kontribusi sektor jasa-jasa mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Meskipun pada tahun
2013, kontribusi sektor jasa-jasa terhadap PDRB hanya
mencapai
penurunan
32,09
persen.
dibanding
Nilai
tahun
ini
sedikit
sebelumnya.
mengalami
Meskipun
demikian, kontribusi ini masih lebih besar dibandingkan
sektor lainnya. Atau bisa dikatakan, kini sektor jasa-jasa
menjadi sektor yang mempunyai kontribusi terbesar dalam
PDRB Kabupaten Gorontalo tahun 2013.
Sektor Listrik, Gas, dan Air adalah sektor yang paling
kecil perannya terhadap PDRB. Selama kurun waktu lima
tahun terakhir (2009-2013), sektor ini adalah sektor yang
memberikan kontribusi sebesar 0,34 persen terhadap
PDRB Kabupaten Gorontalo.
Gambaran secara rinci
tentang kontribusi 9 sektor ekonomi terhadap PDRB
16
RKPD Kabupaten Gorontalo Tahun 2016
Kabupaten Gorontalo (2009-2013) dapat dilihat pada tabel
3.2
Tabel 3.2
Struktur Ekonomi Kabupaten Gorontalo, 2009 - 2013
LAPANGAN USAHA
A. SEKTOR PRIMER (%)
1. Pertanian
2. Pertambangan dan
Penggalian
B. SEKTOR SEKUNDER (%)
3. Industri Pengolahan
4. Listrik, Gas, dan Air
5. Konstruksi
C. SEKTOR TERSIER (%)
6. Perdagangan, Hotel dan
Restoran
7. Pengangkutan dan
Komunikasi
8. Keuangan, Real Estate dan
Jasa
Perusahaan
9. Jasa-Jasa
2009
2010
2011
2012*
2013**
30,44
29,25
1,19
29,67
28,51
1,16
27,81
26,71
1,10
26,69
25,61
1,08
26,16
25,12
1,04
11,79
5,74
0,34
5,71
57,77
6,96
12,52
5,58
0,38
6,56
57,81
8,05
12,19
5,47
0,38
6,34
60,00
7,97
12,59
5,58
0,36
6,65
60,72
7,98
12,85
5,69
0,34
6,82
60,99
8,23
8,45
8,61
8,48
8,97
9,26
11,98
11,74
11,25
11,42
11,41
30,38
29,41
32,30
32,35
32,09
Sumber : PDRB Kabupaten Gorontalo, BPS (2014)
Keterangan : * Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara
d)Pertumbuhan
Ekonomi
Sektoral
Kabupaten
merupakan
salah
Gorontalo
Pertumbuhan
dimensi
pokok
ekonomi
dalam
pembangunan
ekonomi
satu
suatu
wilayah. Pertumbuhan ekonomi kabupaten Gorontalo tahun
2013 secara nominal mencapai 7,71 persen, lebih cepat
dibandingkan tahun 2012 yang mencapai 7,69 persen. Di
tahun 2013, sektor sekunder justru menjadi sektor yang
mengalami pertumbuhan paling tinggi, yaitu 10,00 persen.
Disusul kemudian sektor tersier dengan pertumbuhan 7,83
16
RKPD Kabupaten Gorontalo Tahun 2016
persen. Sedangkan sektor primer mengalami pertumbuhan
sebesar 6,35 persen, sebagaimana terlihat dalam tabel 3.3
Tabel 3.3
Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Gorontalo,2009-2013
LAPANGAN USAHA
2009
2010
2011
2012*
2013**
A. SEKTOR PRIMER (%)
1. Pertanian
2. Pertambangan dan
Penggalian
B. SEKTOR SEKUNDER (%)
3. Industri Pengolahan
4. Listrik, Gas, dan Air
5. Konstruksi
C. SEKTOR TERSIER (%)
6. Perdagangan, Hotel dan
Restoran
7. Pengangkutan dan Komunikasi
8. Keuangan, Real Estate dan
Jasa
Perusahaan
9. Jasa-Jasa
PDRB
3,99
3,50
17,74
9,65
9,69
8,78
3,22
3,17
4,43
3,79
3,75
4,85
6,35
6,39
5,51
9,59
294
5,51
20,96
8,87
11,86
6,95
6,68
12,95
6,86
6,74
8,20
5,79
7,38
7,83
3,40
10,49
3,53
9,51
7,09
2,17
13,67
9,20
4,34
10,00
8,29
4,03
12,83
7,83
6,43
10,30
9,30
6,28
11,08
8,99
6,27
5,24
3,70
6,42
6,11
8,33
7,48
5,51
7,62
19,23
7,68
11,19
7,69
8,43
7,71
Sumber : PDRB Kabupaten Gorontalo, BPS (2014)
Keterangan : * Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara
Secara sektoral, pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Gorontalo
pada
Pertumbuhan
menyeluruh
tahun
ini
dari
2013
merupakan
perekonomian
adalah
7,71
pertumbuhan
Kabupaten
persen.
yang
Gorontalo,
dimana laju pertumbuhan ini bervariasi antara 4,03 persen
sampai 12,83 persen.
Adapun laju pertumbuhan masing-masing sektor di
Kabupaten Gorontalo akan diuraikan berikut ini:
1. Sektor Pertanian
16
RKPD Kabupaten Gorontalo Tahun 2016
Pertumbuhan
subsektor
sektor
pertanian,
tanaman
bahan
yang
terdiri
makanan,
dari
tanaman
perkebunan, peternakan dan hasil-hasilnya, kehutanan,
serta
perikanan
pertumbuhan
mengalami
secara
sebesar
pertumbuhan
nominal
6,39
yang
persen.
positif,
mengalami
Sektor
ini
mengalami
percepatan pertumbuhan ekonomi dibandingkan tahun
sebelumnya, dimana tahun 2012 pertumbuhan sektor
pertanian sebesar 3,75 persen.
2.
Sektor Pertambangan dan Penggalian
Pertumbuhan sektor ini secara nominal sebesar 5,51
persen,
dimana
pertumbuhan
ini
masing-masing
disumbangkan oleh sub sektor pertambangan bukan
migas sebesar 3,98 persen, serta sub sektor penggalian
sebesar 5,55 persen.
3.
Sektor Industri Pengolahan
Pertumbuhan sektor ini secara nominal sebesar 8,29
persen. Pertumbuhan sektor ini dipengaruhi oleh sub
sektor industri non migas yang terdiri dari makanan,
minuman, dan tembakau sebesar 8,75 persen; tekstil,
barang kulit, dan alas kaki sebesar 6,27 persen; barang
kayu dan hasil hutan lainnya sebesar 8,38 persen;
semen dan barang galian bukan logam sebesar 2,76;
serta alat angkutan, mesin, dan peralatannya.
4.
Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih
Pertumbuhan sektor ini sebesar 4,03 persen di tahun
2013,
dimana
pertumbuhan
ini
masing-masing
disumbangkan oleh sub sektor listrik sebesar 3,09
persen, serta sub sektor air bersih sebesar 7,17 persen
17
RKPD Kabupaten Gorontalo Tahun 2016
5. Sektor Konstruksi
Pertumbuhan sektor konstruksi (bangunan) tahun 2013
mencapai
12,83
perlambatan
persen.
Sektor
pertumbuhan
ini
ekonomi
mengalami
dibandingkan
tahun sebelumnya, dimana tahun sebelumnya nilai
pertumbuhan sektor konstruksi adalah 13,67 persen.
6. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
Pertumbuhan sektor ini secara nominal tahun 2013
mencapai
masing
6,35,
dimana
pertumbuhan
ini
masing-
disumbangkan oleh sub sektor perdagangan
besar dan eceran sebesar 6,57 persen, sub sektor hotel
sebesar 4,51 persen, serta sub sektor restoran 6,21
persen.
7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Sektor
pengangkutan dan komunikasi di tahun 2013,
menjadi sektor yang mengalami pertumbuhan terbesar
yaitu 8,99 persen. Dimana pertumbuhan ini masingmasing
disumbangkan oleh sub sektor pengangkutan
sebesar 9,03 persen, serta sub sektor komunikasi
sebesar 8,02 persen.
8.
Sektor
Keuangan,
Real
Estate
dan
Jasa
Perusahaan
Pertumbuhan sektor keuangan, persewaan, dan jasa
perusahaan sebesar 6,11 persen. Dimana pertumbuhan
sektor ini disumbangkan dari sub sektor bank sebesar
7,78 persen, sub sektor lembaga keuangan bukan bank
sebesar 7,53 persen, sub sektor real estate sebesar
3,63 persen, serta sub sektor jasa perusahaan sebesar
8,29 persen.
9.
17
Sektor Jasa-Jasa
RKPD Kabupaten Gorontalo Tahun 2016
Pertumbuhan sektor jasa-jasa sebesar 8,43 persen,
mengalami perlambatan pertumbuhan dibanding tahun
sebelumnya. Pada sektor ini terdapat dua sub sektor
yaitu, sub sektor pemerintahan umum dan sub sektor
swasta. Di tahun 2013, sub sektor pemerintahan umum
mengalami pertumbuhan sebesar 8,66 persen, lebih
tinggi jika dibandingkan dengan sub sektor swasta yang
mengalami pertumbuhan sebesar 7,39 persen.
e) PDRB Perkapita Kabupaten Gorontalo Tahun 2013
PDRB Perkapita didapat dari hasil penghitungan PDRB
dibagi
dengan
Besaran
jumlah
ini
penduduk
dipengaruhi
pertengahan
oleh
tahun.
jumlah
penduduk pertengahan tahun dalam arti bahwa semakin
tinggi jumlah penduduk akan semakinkecil besaran PDRB
per kapita wilayah tersebut. Semakin tinggi PDRB perkapita
suatuwilayah
semakin
wilayahnya,
walaupun
baik
tingkat
ukuran
perekonomian
ini
tidak dapat
memperlihatkan kesenjangan pendapatan antar penduduk.
Adapun PDRB perkapita Atas Dasar Harga Berlaku di
Kabupaten Gorontalo tahun 2013 sebesar Rp 9.058.742,37.
Sementara PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Konstan
sebesar Rp 2.942.365,41.
b. Tingkat Inflasi
Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga
secara
umum
dan
terus-menerus
(continue)
berkaitan
dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh
berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang
meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu
konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga
akibat
17
adanya
ketidaklancaran
distribusi
barang.
Inflasi
RKPD Kabupaten Gorontalo Tahun 2016
adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan
dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung
secara terus-menerus dan saling pengaruh-mempengaruhi.
Oleh karena itu banyak pihak sangat membutuhkan
data inflasi, dunia perbankan misalnya, selain menggunakan
angka inflasi untuk mengamati perilaku moneter, juga
menggunakan angka inflasi untuk menentukan tingkat bunga
yang layak. Pemerintah menggunakan angka inflasi untuk
mengevaluasi laju pertumbuhan ekonomi dan usulan pajak.
Pihak pekerja dan perusahaan menggunakan angka inflasi
sebagai tolok ukur untuk menyesuaikan upah dan gaji serta
pensiun.
Perhitungan inflasi nasional untuk wilayah regional
Provinsi Gorontalo mengacu pada perhitungan inflasi di Kota
Gorontalo. Hasil pantauan BPS, tercatat laju inflasi tahun
kalender 2014 sebesar 6,14 persen. Laju inflasi tersebut
masih tergolong rendah dibandingkan kota inflasi lain di
Indonesia. Laju inflasi juga tercatat masih lebih rendah
dibandingkan dengan inflasi nasional yang menyentuh pada
level 8,36 persen.
Namun demikian, jika dibandingkan dengan tahun 2013,
tekanan inflasi di tahun 2014 lebih tinggi. Ditandai dengan
laju inflasi tahun 2014 (6,14 %) yang lebih tinggi dari tahun
2013 (5,84%). Secara tahunan, tingginya
inflasi tahun
kalender 2014 terutama diipengaruhi oleh tingginya inflasi
pada kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan.
Grafik3.4
Inflasi Bulanan, Tahun Kalender, Year on Year
Kota Gorontalo (2012=100), 2012-2014 (persen)
17
RKPD Kabupaten Gorontalo Tahun 2016
7
6
55.31
6.14
5.84
Desember Terhadap
Oktober (point to
point)
Desember Tahun n
Terhadap Desember
Tahun n-1
4.12
4
3
2
1.54
1
0.54
0
2012
2013
2014
Sumber : Laporan Perekonomian Provinsi Gorontalo, BPS
(2014)
Jika
dilihat
setiap
bulannya,
maka
tekanan
inflasi
tertinggi terjadi pada Bulan Desember 2014. Pada Bulan
Januari hingga November inflasi tidak pernah menyentuh
pada nilai 1 persen, namun di Bulan Desember inflasi
melonjak hingga mencapai 4,12 persen (p to p). Ditinjau dari
kelompok komoditas yang mengalami inflasi tertinggi adalah
kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa
Keuangan dengan
inflasi sebesar 9,00 persen point to point (p to p) dan
kelompok Bahan Makanan sebesar 8,48 persen (p to p). Pada
kelompok
Transportasi,
subkelompok
Komunikasi
dan
Jasa
Keuangan,
transportasi memiliki tekanan inflasi tertinggi,
yaitu sebesar 11,23 persen.
Sedangkan
pada
kelompok
Bahan
Makanan,
sub
kelompok dengan tingkat inflasi tertinggi berasal dari sub
kelompok Bumbu-Bumbuan, yaitu mencapai 50,72 persen.
Rentetan tekanan inflasi tersebut
merupakan dampak
fenomena kenaikan harga BBM yang terjadi pada Bulan
November 2014.
Sementara itu pada Bulan Mei 2015, terjadi kenaikan
Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 114,13 menjadi 115,16
dan
perubahan
ini
menyebabkan
inflasi
sebesar
0,90
persen. Laju inflasi tahun kalender sebesar -0,09 persen dan
17
RKPD Kabupaten Gorontalo Tahun 2016
laju inflasi “year on year” (Mei 2015 terhadap Mei 2014)
sebesar 5,82 persen. Inflasi terjadi karena adanya kenaikan
harga yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks pada kelompok
bahan makanan sebesar 3,37 persen, kelompok makanan jadi
sebesar 0,90 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas,
dan bahan bakar sebesar 0,06 persen, kelompok kesehatan
sebesar 0,06 persen, kelompok pendidikan, rekreasi, dan
olahraga sebesar 0,02 persen, dan kelompok transpor,
komunikasi,
dan
jasa
keuangan
sebesar
0,08
persen.
Penurunan indeks terjadi pada kelompok sandang sebesar
-0,02 persen.
c. Tingkat Investasi
Peningkatan investasi dapat mendorong perkembangan
dunia
usaha
dan
terciptanya
kesempatan
kerja
yang
menstimulasi perkembangan perekonomian di suatu daerah.
Secara umum, peluang investasi untuk penanaman modal di
Kabupaten Gorontalo cukup besar, mengingat gencarnya
pelaksanaan Pembangunan
Daerah.
Hingga
triwulan
Pembangunan oleh Pemerintah
IV-2014,
APBD
Belanja
Modal
Pemerintah Kabupaten Gorontalo yang telah terealisasikan
mencapai Rp. 148.576.860.329 Nilai tersebut lebih besar
dibandingkan
tahun
sebelumnya
yang
sebesar
144.895.135.942 sebagaimana terlihat pada grafik 3.5
Grafik 3.5
Realisasi Belanja Modal APBD Kabupaten Gorontalo
Tahun 2010 - 2014
17
Rp.
RKPD Kabupaten Gorontalo Tahun 2016
148,576,860,3
29
160,000,000,000.00
144,895,135,9
42
116,197,937,6
140,000,000,000.00
07
120,000,000,000.00113,816,997,7
90,876,714,04
11
1
100,000,000,000.00
80,000,000,000.00
60,000,000,000.00
Belanja Modal
40,000,000,000.00
20,000,000,000.00
0.00
2010
2011
2012
2013
2014
Sumber : LKPJ AMJ Bupati Gorontalo, 2010-2015
Dalam
pelaksanaan
pembangunan
di
era
otonomi
daerah sekarang ini, investasi atau penanaman modal adalah
motor penggerak bagi pertumbuhan ekonomi, dimana pada
Tahun 2014, realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN) sebesar Rp. 109.735.225.092
d. Ketenagakerjaan
Indikator
mampu
ketenagakerjaan
memberikan
yang
gambaran
akurat
tentang
diharapkan
kondisi
umum
ketenagakerjaan suatu daerah dan mengetahui daya serap
ekonomi
terhadap
pertumbuhan
produktifitas tenaga kerja yang ada.
17
penduduk
maupun
RKPD Kabupaten Gorontalo Tahun 2016
a)Angkatan Kerja
Pada
tahun
2013
tercatat
jumlah
penduduk
Kabupaten Gorontalo yang bekerja mencapai 141.271 jiwa
yang didominasi oleh penduduk laki-laki yaitu mencapai
95.702
jiwa
(67,74
persen),
sedangkan
penduduk
perempuan yang bekerja hanya sebesar 45.569 jiwa (32,26
persen). Jumlah penduduk yang menganggur mencapai
7.376 jiwa dimana penduduk laki-laki mencapai 4.826 jiwa
dan perempuan 2.550 jiwa. Jika dibandingkan dengan
tahun 2012, jumlah pengangguran di Kabupaten Gorontalo
terlihat mengalami kenaikan sebanyak 2.352 jiwa.
Jumlah perempuan yang mengurus rumah tangga
pada tahun 2013 mencapai 63.139 jiwa (93,75 persen)
sedangkan jumlah laki-laki yang mengurus rumah tangga
hanya 4.211 jiwa (6,25 persen). Jumlah penduduk yang
sedang bersekolah antara laki-laki dan perempuan hampir
memiliki porsi yang sama yaitu 9.540 jiwa laki-laki dan
9.424 jiwa perempuan.
Tabel 3.4
Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kelamin dan Jenis
Kegiatan yang Dilakukan Selama Seminggu yang Lalu
Kabupaten Gorontalo, 2011-2013
2011
JENIS KEGIATAN
Angkatan Kerja
1. Bekerja
2. Menganggur
Bukan
Angkatan Kerja
3. Sekolah
4. Mengurus RT
5. Lainnya
TOTAL
17
2012
2013
LakiLaki
102.86
1
100.031
2.830
19.510
Perempua
n
55.925
LakiLaki
104.380
Perempua
n
43.349
LakiLaki
100.528
Perempua
n
48.119
52.551
3.374
71.066
101.493
2.887
20.898
47.212
2.137
78.651
95.702
4.826
23.930
45.569
2.550
78.668
5.26
2.916
11.318
122.37
1
5.762
56.880
8.424
126.991
3.088
6.125
11.685
125.728
3.167
65.476
10.008
128.000
9.540
4.211
10.179
124.458
9.424
63.139
6.105
126.787
RKPD Kabupaten Gorontalo Tahun 2016
Sumber : Indeks Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gorontalo, BPS
(2014)
b)Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
TPAK (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja) dapat
digunakan
untuk
melihat
seberapa
besar
proporsi
penduduk usia kerja yang tergabung secara aktif dalam
pasar
tenaga
kerja
baik
yang
bekerja
maupun
pengangguran. TPAK mampu menyediakan ukuran relatif
pasokan tenaga kerja dalam produksi barang maupun jasa
pada suatu daerah.
Grafik 3.6
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Menurut Jenis Kelamin
di Kabupaten Gorontalo Tahun 2011-2013 (Persen)
Sumber : Indeks Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gorontalo, BPS
(2014)
Pada tahun 2011-2013, TPAK di Kabupaten Gorontalo
cenderung
mengalami
penurunan.
TPAK
Kabupaten
Gorontalo pada tahun 2011 sebesar 63,68 persen, pada
tahun 2012 sebesar 60,70 persen dan sebesar 59,16
persen pada tahun 2013. Nilai TPAK pada tahun 2013
sebesar 59,16 persen merupakan nilai TPAK yang relative
rendah. Nilai TPAK sebesar 59,16 persen memiliki arti
bahwa dari 100 orang usia kerja, terdapat sekitar 59 atau
17
RKPD Kabupaten Gorontalo Tahun 2016
60 orang yang termasuk angkatan kerja (bekerja atau
pengangguran).
Nilai TPAK ini sangat tergantung oleh besarnya
kesempatan kerja yang tersedia dan kemauan dari masingmasing
individu
untuk
menambah
pendapatan.
Berdasarkan jenis kelamin terlihat nilai TPAK laki-laki selalu
berada di atas TPAK perempuan selama periode 20112013. Pada tahun 2013, nilai TPAK laki-laki adalah sebesar
80,77 persen, sedangkan TPAK perempuan hanya sebesar
37,95 persen.
Lebih tingginya nilai TPAK laki-laki dibandingkan
perempuan
salah
satunya
disebabkan
karena
masih
banyak perempuan yang berperan sebagai pengurus
rumah tangga sebagaimana dijelaskan pada penjelasan
sebelumnya.
Sebagaimana
diketahui
bahwa
sebagian
besar penduduk perempuan mengandung, melahirkan,
merawat
anak-anak
serta
melaksanakan
tugas-tugas
rumah tangga lainnya sehingga menghalanginya untuk
masuk ke angkatan kerja.
c) Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
Tingkat
persentase
pengangguran
jumlah
angkatan kerja.
terbuka
pengangguran
merupakan
terhadap
jumlah
Indikator TPT ini berguna salah satunya
untuk melihat berapa banyak tenaga kerja yang bisa
terserap oleh pasar kerja yang ada. Semakin tinggi nilai
TPT berarti semakin banyak jumlah tenaga kerja yang tidak
terserap oleh pasar tenaga kerja, artinya semakin banyak
jumlah pengangguran yang ada. Semakin banyak jumlah
pengangguran maka semakin banyak penduduk yang
berpenghasilan rendah. Sehingga secara tidak langsung
17
RKPD Kabupaten Gorontalo Tahun 2016
jumlah pengangguran ini akan berpengaruh ke masalah
sosial ekonomi lainnya, seperti kemiskinan, kesenjangan,
dan lainnya.
Tingkat
pengangguran
terbuka
di
Kabupaten
Gorontalo berfluktuatif selama tahun 2011-2013. Yaitu 3.91
persen pada 2011 kemudian turun menjadi 3.27 persen
pada 2012 dan kembali naik menjadi 4.96 persen pada
2013. Selama tahun 2011-2013 jumlah pengangguran lakilaki memiliki tren yang meningkat.
Peningkatan
jumlah
pengangguran
laki-laki
terbanyak terjadi pada tahun 2013 dimana peningkatan
yang terjadi sebesar 1.939 jiwa dibandingkan tahun 2012.
Sedangkan jumlah pengangguran perempuan memiliki tren
yang menurun dari tahun 2011 ke tahun 2012 namun
mengalami kenaikan pada tahun 2013. Pada tahun 2013
jumlah
pengangguran
laki-laki
mencapai
4.826
jiwa
sedangkan perempuan 2.550 jiwa. Secara total, jumlah
pengangguran di Kabupaten Gorontalo pada tahun 2013
mencapai 7.376 jiwa, Sebagaimana yang digambarkan
pada grafik 3.7
Grafik 3.7
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Jenis Kelamin di
Kabupaten Gorontalo Tahun 2011-2013 (Persen)
18
RKPD Kabupaten Gorontalo Tahun 2016
Sumber : Indeks Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gorontalo, BPS
(2014)
Pelambatan pertumbuhan ekonomi yang terjadi saat
ini
secara
langsung
akan
memicu
naik
angka
pengangguran terbuka. Sebagai gambaran bahwa angka
pengangguran terbuka Provinsi Gorontalo pada Tahun 2013
sebesar 4,15 % dan pada Tahun 2014 naik menjadi 4,18 %
(-0,72).
d)Struktur Ketenagakerjaan
Dengan mengetahui struktur ketenagakerjaan, maka
kita akan mampu melihat berapa banyak jumlah tenaga
kerja yang terserap di masing-masing sektor/lapangan
usaha.
Berdasarkan lapangan usaha, pekerjaan utama
penduduk 15 tahun ke atas yang bekerja selama seminggu
yang lalu dapat dibedakan menjadi 5 lapangan usaha,
yaitu pertanian, perkebunan, kehutanan,
perikanan;
industri
pengolahan;
perburuan dan
perdagangan
besar,
eceran, rumah makan dan hotel; jasa kemasyarakatan; dan
lainnya.
Grafik
3.8
di
bawah
menyajikan
persentase
pekerjaan utama penduduk usia 15 tahun ke atas yang
bekerja selama seminggu yang lalu menurut lapangan
usaha tahun 2013.
Grafik 3.8
Persentase Pekerjaan Utama Penduduk Usia 15 Tahun ke
Atas yang Bekerja Selama Seminggu yang Lalu Menurut
Lapangan Usaha dan Jenis Kelamin Kabupaten Gorontalo,
Tahun 2013 (persen)
18
RKPD Kabupaten Gorontalo Tahun 2016
Sumber : Indeks Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gorontalo, BPS
(2014)
Grafik 3.8 menggambarkan bahwa jumlah tenaga
kerja laki – laki dominan pada lapangan usaha pertanian
dan sektor lainnya (pertambangan, listrik gas, bangunan,
transportasi,
perempuan
keuangan)
dominan
pada
sementara
lapangan
tenaga
usaha
kerja
industri
pengolahan dan jasa kemasyarakatan
e. Tingkat Kemiskinan
Dalam
mengukur
kemiskinan,
BPS
menggunakan
konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs
approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang
sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi
kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur
dari sisi pengeluaran. Penduduk miskin adalah penduduk
yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di
bawah garis kemiskinan.
Perkembangan tingkat kemiskinan yang mencakup
indikator jumlah dan persentase penduduk miskin pada
18
RKPD Kabupaten Gorontalo Tahun 2016
periode 2011-2013 cenderung mengalami fluktuasi, pada
tahun 2011 tingkat kemiskinan adalah sebesar 77,86 ribu
jiwa (21.31 persen). Pada tahun 2012 tingkat kemiskinan
mengalami penurunan sebesar 0,53 persen, yaitu menjadi
76,01 ribu jiwa atau sebesar 20,78 persen. Pada tahun 2013,
tingkat kemiskinan di Kabupaten Gorontalo kembali naik
menjadi 21,57 persen (naik 0,79 persen dibandingkan tahun
2012). Jumlah penduduk miskin pada tahun 2013 tercatat
sebesar 79,04 ribu jiwa.
Grafik 3.9
Perkembangan Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin
Di Kabupaten Gorontalo, 2011-2013
Sumber : BPS, Susenas 2013.
Terjadinya kenaikan tingkat kemiskinan bisa disebabkan
oleh banyak faktor, hal ini karena masalah kemiskinan
merupakan masalah yang kompleks. Kenaikan kemiskinan
pada tahun 2013 dibandingkan tahun 2012 kemungkinan
besar disebabkan oleh kenaikan harga BBM pada bulan Juni
2013. Naiknya harga BBM ini diikuti dengan kenaikan hargaharga secara umum (inflasi). Terjadinya inflasi yang cukup
tinggi
18
akan
mengakibatkan
menurunnya
daya
beli
RKPD Kabupaten Gorontalo Tahun 2016
masyarakat. Semakin kecil daya beli masyarakat akan
mengakibatkan penduduk yang berada di sekitar garis
kemiskinan (hampir miskin dan rentan miskin) akan mudah
tertarik ke bawah garis kemiskinan.
Selain itu, terjadinya kenaikan tingkat pengangguran
terbuka pada tahun 2013 dibandingkan tahun 2012 juga
menjadi salah satu alasan kenaikan tingkat kemiskinan. TPT
pada
tahun
2013
mencapai
4,96
persen
(7.376
jiwa)
sedangkan pada tahun 2012 TPT Kabupaten Gorontalo
sebesar 3,27 persen (5.024 jiwa).
Selain itu, sektor pertanian pada tahun 2013 dalam
memberikan
kontribusi
Kabupaten Gorontalo
terhadap
pembentukan
PDRB
mengalami penurunan dibandingkan
tahun 2012. Keadaan seperti ini menyebabkan pendapatan
mayoritas penduduk yang bekerja di sektor pertanian dimana
sebagian
besar
penduduk
yang
bekerja
di
Kabupaten
Gorontalo berada di sektor pertanian ini menjadi lebih sedikit.
Hal ini menyebabkan kemampuan/daya beli masyarakat yang
berpenghasilan
dari
sektor
pertanian
menjadi
lemah.
Sedangkan nilai garis kemiskinan semakin tinggi, hal ini
menyebabkan penduduk Kabupaten Gorontalo yang berada di
sekitar garis kemiskinan semakin banyak yang terdorong ke
bawah garis kemiskinan.
Berdasarkan gambaran tentang kondisi riil tentang kondisi
perekonomian global, nasional dan regional yang terjadi saat ini
serta dengan memperhitungkan tantangan yang dihadapi pada
masa mendatang, diperkirakan pertumbuhan ekonomi daerah
berpotensi adanya pelambatan atau bahkan terjadi penurunan
dibandingkan tahun –tahun sebelumnya. Namun secara umum
pertumbuhan ekonomi daerah masih dikontribusi oleh 3 (tga)
18
RKPD Kabupaten Gorontalo Tahun 2016
sektor ekonomi utama yaitu sektor primer melalui lapangan
usaha pertanian, sektor sekunder melalui lapangan usaha
kontruksi dan sektor tersier melalui lapangan usaha jasa – jasa.
Sementara itu dapat digambarkan perkiraan perekonomian
secara makro di Kabupaten Gorontalo pada Tahun 2015 dan
Tahun 2016, sebagaimana terinci dalam tabel berikut:
18
RKPD Kabupaten Gorontalo Tahun 2016
Tabel 3.5
Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Kabupaten Gorontalo Tahun 2015 dan Tahun 2016
Indikator
Ekonomi Makro
18
Realisasi
Perkiraan *
2011
2012
2013
2014
2015
2016
Pertumbuhan
Ekonomi (%)
7,68
7,69
7,71
7,52 – 7,62 *
7,62 – 7,72 *
7,72 - 7,82 *
PDRB ADHB
(Juta Rupiah)
2.691.561,72
3.005.171,37
3.313.515,84
3.313.516,00 *
4.039.710,14 *
4.381.081,96 *
PDRB ADHK
(Juta Rupiah)
927.904,15
999.221,90
1.076.261,36
1.120.355,20 *
1.181.905,84 *
1.243.456,48 *
PDRB Perkapita
ADHB (Rp)
6.793.958,57
8.165.050,60
9.058.742,37
9.898.389,20 *
10.815.862,45 *
11.733.335,70 *
PDRB Perkapita
ADHK (Rp)
2.549.613,59
2.714.885,90
2.942.365,41
3.129.333,96 *
3.35.356,53 *
3.481.379,09 *
Tingkat
Pengangguran
Terbuka (%)
3,91
3,27
4,96
4,39 - 4,89 *
4,25 – 4,75 *
3,75 – 4,25 *
Inflasi (%)
4,03
5,31
5,84
6,14
5,75 – 6,00 *
4,75 – 5,25 *
% Penduduk
Miskin
21,31
20,78
21,57
20,83 – 21,01 *
20,10 – 20,46 *
19,37 – 19,91 *
RKPD Kabupaten Gorontalo Tahun 2016
3.1.2.
Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerah
Tahun 2016 dan Tahun 2017
Seiring dengan perkembangan kondisi, maka kebijakan
ekonomidaerah tetap diarahkan dan diupayakan dengan caracara: (1)meningkatkan pertumbuhan ekonomi, (2) menekan laju
inflasi
agar
tidakmelebihi
satu
digit,
(3)
menekan
laju
pertumbuhan penduduk. Sebagaimanagambaran diatas, agar
pertumbuhan perekonomian daerah berjalan padajalur yang
benar
perlu
dijaga
terciptanya
kondisi
keuangan
yang
mantap,yaitu dengan mengupayakan terciptanya pelaksanaan
pembangunan
yangaman
secara
politis
dan
layak
secara
ekonomis.Berdasarkan kondisi dan perkembangan perekonomian
Kabupaten
Gorontalo
serta
mempertimbangkan
kondisi
lingkungan internal dan eksternal,maka tantangan dan prospek
perekonomian daerah yang dihadapi pada Tahun 2016 dan 2017
adalah sebagai berikut :
a. Tantangan
Diperkirakan perekonomian Kabupaten Gorontalo masih
akandihadapkan pada sejumlah tantangan akibat pengaruh dari
dinamikainternal maupun lingkungan perekonomian global yang
terjadi
dalambeberapa
tahun
terakhir.
Beragam
tantangan
dimaksud perlu disikapisecara arif dan komprehensif serta
dengan langkah-langkah yang lebihnyata. Tantangan dimaksud
antara lain masih mencakup:
1)
Percepatan pertumbuhan ekonomi akan terus diupayakan
denganmengembangkan
pertumbuhan
sektor-sektor
RKPD Kabupaten Gorontalo Tahun 2016
ekonomi dominan.Pertumbuhan ekonomi dengan percepatan
yang lebih tinggi,terjaganya stabilitas ekonomi makro, dan
dengan pembenahan yangsungguh-sungguh pada sektor riil,
diharapkan akan dapat mendorongpeningkatan investasi
dan menciptakan lapangan kerja yang lebih luasdengan
fokus utama untuk menurunkan tingkat pengangguran
dankemiskinan. Dalam hal ini diperlukan strategi kebijakan
yang tepatdengan menempatkan prioritas pengembangan
pada sektor-sektoryang mempunyai efek pengganda tinggi
dalam menciptakankesempatan kerja.
2)
Menciptakan iklim investasi yang lebih kondusif. Ini adalah
tantangancukup
mengingat
kegiatan
investasi
besar
bagi
investasimerupakan
ekonomi
daerah.
tersebut
denganmengadakan
telah
perbaikan
pemerintah
salah
dewasa
satu
penggerak
Komitmenperbaikan
dilakukan
di
perundang-undangan,pelayanan,
iklim
pemerintah
bidang
dan
ini
peraturan
penyederhanaan
prosedur termasuk penyederhanaanbirokrasi.
3)
Menyediakan infrastruktur yang cukup dan berkualitas. Hal
inimerupakan
prasyarat
pertumbuhanekonomi
agar
dapat
tinggi
mencapai
dan
tingkat
berkelanjutan.
Ketersediaan infrastruktur yang tidakmemadai akan menjadi
kendala bagi masuknya investasi. Selain ituinfrastruktur
sangat
dibutuhkan
tercapainyapertumbuhan
karena
ekonomi
dan
mendukung
pembangunan
ekonomi yangberkelanjutan. Infrastruktur tersebut dapat
menyokong banyak aspekekonomi dan kegiatan sosial.
RKPD Kabupaten Gorontalo Tahun 2016
4)
Meningkatkan
daya
saing
ekspor,
untuk
mencapai
peningkatanpertumbuhan ekspor yang tinggi. Tingginya
pertumbuhan ekspordiperlukan tidak saja sebagai penopang
pertumbuhan ekonomi yangtinggi dan berkelanjutan juga
untuk merangsang penciptaan lapangankerja yang lebih luas
dan bermutu.
5)
Meningkatkan partisipasi swasta melalui kemitraan antara
pemerintah,masyarakat
dan
(public-private
swasta
partnership). Tantangan inimenjadi cukup penting karena
terbatasnya sumber daya pemerintahdalam pembiayaan
pembangunan, terutama terkait dengan efisiensipembiayaan
investasi dan penyediaan infrastruktur yang bervariasidan
berkualitas.
6)
Membangun landasan yang lebih kuat untuk pertumbuhan
ekonomiyang berkelanjutan. Pembangunan daerah tidak lagi
dapat
tetapi
didasarkanpada
harus
didasarkan
berkelanjutan
yang
secara
ekonomi
semata,
padapembangunan
dengan
ekonomis,bermanfaat
kelembagaan
pembangunan
memnuhi
sosial,
memadai,dan
yang
kriteria
didukung
menjaga
oleh
kelestarian
lingkungan hidup.
Adapun
analisis
SWOT
untuk
tantangan
perekonomian
Kabupaten Gorontalo Tahun 2015-2017 terlihat pada tabel 3…..
Tabel 3.
SWOT Ekonomi Kabupaten Gorontalo Tahun 20152017
VARIABEL
KEKUATAN
SUB VARIABEL
1. Jumlah penduduk dan meningkatnya
kunjungan penduduk luar wilayah
RKPD Kabupaten Gorontalo Tahun 2016
KELEMAHAN
PELUANG
merupakan potensi pasar.
2. Minat
perusahaan
yang
akan
melakukan investasi di Kabupaten
Gorontalo cukup tinggi.
3. Ekspektasi positif pelaku usaha dan
konsumen
positif
terhadap
perekonomian Kabupaten Gorontalo ke
depan.
4. Permintaan akan meningkat sejalan
dengan kenaikan pendapatan.
5. Infrastruktur meningkat (kualitas dan
kuantitas)
6. Kredit meningkat.
7. Kabupaten Gorontalo memilki lahan
pertanian yang sangat luas.
1. Konflik dalam penetapan UMK yang
mempengaruhi produksi.
2. Perubahan cuaca akan berdampak pada
produksi.
3. Potensi dampak lanjutan perubahan
harga-harga yang diatur pemerintah
terhadap ongkos produksi dan volume
produksi.
4. Kontribusi sektor pertanian terhadap
pembentukan
PDRB
Kabupaten
Gorontalo
mengalami
penurunan,
sehingga menyebabkan pendapatan
mayoritas penduduk yang bekerja
disektor pertanian dimana sebagian
besarpenduduk
yang
bekerja
di
Kabupaten Gorontalo berada di sektor
pertanian ini menjadi lebih sedikit.
5. Proporsi
angka
kemiskinan
dan
pengangguran
yang
cenderung
mengalami
kenaikan,
maka
pada
beberapa tahun ke depan diperkirakan
masih relatif besar, sehinggga program
pengentasan
kemiskinan
dan
penciptaan lapangan kerja harus masih
menjadi prioritas.
1. Ekspansi fiskal pemerintah pusat dan
daerah berdampak positif terhadap
sektor usaha.
2. Stabilitas
politik
yang
terjaga
berdampak terhadap Stabilitas ekonomi
RKPD Kabupaten Gorontalo Tahun 2016
TANTANGAN
1. Menjaga stabilitas nilai tukar dan
stabilitas harga.
2. Memperbaiki
kualitas
pelayanan
birokrasi.
3. Peningkatan target indeks daya beli
masyarakat, sehingga perlu adanya
upaya-upaya yang kongkrit untuk
mencapai target tersebut.
4. Tantangan perubahan iklim dan out
breakhama penyakit, dikhawatirkan
produksi pangan Kabupaten Gorontalo
akan mengalami penurunan pada
beberapa tahun ke depan. Perlu adanya
upaya peningkatan produksi pangan
melalui perbaikan sistem perbenihan,
intensifikasi, proteksi, pengolahan hasil,
fasilitas sarana produksi.
5. Kelangkaan energi pada beberapa
tahun mendatang diperkirakan akan
semakin
terasa,
sehingga
untuk
antisipasinya
perlu
ada
upaya
peningkatan
eksplorasi
dan
pengembangan
sumber
energi
alternatif.
6. Perlu ada upaya peningkatan daya
saing produk Kabupaten Gorontalo.
7. Di bidang teknologi, peran Perguruan
Tinggi dalam Lembaga Penelitian dan
Pengembangan
dalam
pemacuan
inovasi untuk pembangunan masih
relatif rendah, sehingga perlu adanya
upaya peningkatan peran Perguruan
Tinggi dan Lembaga Penelitian dan
Pengembangan
dalam
pemacuan
inovasi untuk pembangunan Kabupaten
Gorontalo.
8. Tuntutan upah minimum kerja yang
mencuat di beberapa industri.
9. Penciptaan
keterkaitan
industri
pengolah dengan sumber daya lokal.
10. Penciptaan keterkaitan pembangunan
perkotaan dan pedesaan.
RKPD Kabupaten Gorontalo Tahun 2016
b. Prospek Perekonomian Daerah Tahun 2016-2017
Khusus untuk menghadapi berbagai tantangan tersebut,
Kabupaten Gorontalo mempunyai potensi sumber daya alam dan
sumber daya manusia yang dapat dianggap sebagai prospek
dalam menghadapi tantangan tersebut.
Tabel 3.
Prospek Perekonomian Kabupaten Gorontalo
N
Bidang/Fenomen
o
a
INTERNAL
1 Pertanian/Pangan
2
Industri
3
Energi
Uraian
Kabupaten Gorontalo memiliki lahan
pertanian yang cukup luas, dengan
jumlah petani yang cukup banyak,
serta
komoditas
yang
cukup
beragam
ditunjang
keberadaan
Daerah Irigasi (DI) yang terdiri atas
DI potensial seluas 9.366 Ha, dan DI
areal tanam/fungsional seluas 7.921
Ha.
Panjang saluran irigasi di Kabupaten
Gorontalo terdiri atas : primer
28.931 m, sekunder 93.621 m,
tersier 274.049 m.
Kabupaten Gorontalo memiliki industri
baik skala besar, menengah, kecil dan
mikro.
Kabupaten
Gorontalo
memiliki
sumber daya alam, sumber energi
alternatif yang cukup banyak, baik
dari
bahan
tambang
maupun
komoditas pertanian.
Aliran sungai yang terdapat di
Kabupaten Gorontalo berjumlah 119
sungai (sungai 58, anak sungai 61),
dengan panjang total 1.158,65 Km.
RKPD Kabupaten Gorontalo Tahun 2016
Hal ini merupakan salah satu potensi
yang dapat dimanfaatkan sebagai
sumber air dan energi.
4
Teknologi
Kabupaten
Gorontalo
memiliki
beberapa
Perguruan
Tinggi
dan
Lembaga
Litbang
Departemen
maupun Non Departemen.
EKSTERNAL
1 Kelangkaan pangan
di tingkat global
dan nasional
2 Pergeseran
kekuatan ekonomi
ke Asia
Merupakan peluang bagi Kabupaten
Gorontalo dalam pemasar
RANCANGAN KERANGKA EKONOMI
DAERAH DAN KEBIJAKAN
KEUANGAN DAERAH TAHUN 2016
3.1. ARAH KEBIJAKAN EKONOMI DAERAH
Rancangan kerangka ekononomi daerah dan kebijakan
keuangan daerah dalam RKPD Tahun Kabupaten Gorontalo 2016,
memberi gambaran tentang kondisi ekonomi tahun 2014 dan
perkiraan tahun berjalan (2015), yang antara lain mencakup
indikator
pertumbuhan
ekonomi
daerah,
sumber-sumber
pendapatan dan kebijakan pemerintah daerah yang diperlukan
dalam pembangunan perekonomian daerah meliputi pendapatan
daerah, belanja daerah dan pembiayaan daerah.
Pelaksanaan
RKPD
Kabupaten
Gorontalo
merupakan
perencanaan tahun daerah yang berada pada tahun transisi
berkaitan
dengan
berakhirnya
periode
RPJMD
Kabupaten
Gorontalo Tahun 2011 – 2015. Berdasarkan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan,
Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan
Rencana Pembangunan Daerah, Pasal 287 (ayat) 2 menyebutkan
bahwa
untuk
pemerintahan
penyusunan
menjaga
dan
RKPD
kesinambungan
pembangunan
berpedoman
daerah
pada
penyelenggaraan
kabupaten/kota,
sasaran
pokok
arah
RKPD Kabupaten Gorontalo Tahun 2016
kebijakan RPJPD kabupaten/kota dan mengacu pada RPJMD
provinsi untuk keselaran program dan kegiatan pembangunan
daerah kabupaten/kota dengan pembangunan daerah provinsi.
Tema RKPD Kabupaten Gorontalo Tahun 2016, adalah
Mengembangkan Daya Saing Ekonomi Rakyat Menuju Masyarakat Yang
Berkesejahteraan, dimana tema tersebut berdasarkan Misi Ke 2
pembangunan yang termuat dalam RPJPD Kabupaten Gorontalo
Tahun 2005 – 2025, yakni “Mewujudkan Pertumbuhan Ekonomi,
Meningkatkan Daya Saing dan Pemerataan Pembangunan Yang
Berkeadilan”. Tema RKPD Kabupaten Gorontalo tersebut diatas
selaras
dengan
Pembangunan
Pembangunan
Gorontalo
tema
RKP
Infrastruktur
yang
Tahun
2016
untuk
Berkualitas”
2016
yakni
dan
yakni
“Mempercepat
Meletakkan
Fondasi
tema
Provinsi
RKPD
“Mendorong
Percepatan
Pembangunan Infrastruktur Daerah serta Peningkatan SDM untuk
Peningkatan Ekonomi Masyarakat yang Berkeadilan”.
Sebagaimana pelaksanaan Misi Ke 2 RPJPD Kabupaten
Gorontalo Tahun 2005 – 2025, maka arah kebijakan ekonomi
daerah yang diemban untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi,
daya saing dan pemerataan pembangunan yang berkeadilan
adalah meningkatkan pembangunan daerah melalui peningkatan
produktivitas daerah; mengurangi kesenjangan sosial secara
menyeluruh, keberpihakan kepada masyarakat, kelompok dan
wilayah/daerah yang masih lemah; menanggulangi kemiskinan
dan penganggur; menyediakakses yang sambagi masyarakat
terhadap berbagai pelayanan sosial, sarana dan prasarana
ekonomi; serta menghilangkan diskriminasi dalam berbagai
aspek termasuk kesetaraan gender serta dengan menjaga
keseimbangan fungsi dan daya dukung lingkungan.
15
RKPD Kabupaten Gorontalo Tahun 2016
Selanjutnya untuk mewujudkan masyarakat yang berdaya
saing adalah dengan mengedepankan pembangunan sumber
daya manusia berkualitas dan berdaya saing; meningkatkatkan
penguasaan
dan
pengembangan,
pemanfaatan
dan
iptek
penerapan
melalui
menuju
penelitian,
inovasi
secara
berkelanjutan; dan memperkuat perekonomian daerah berbasis
keunggulan
setiap
wilayah
menuju
keunggulan
kompetitif
dengan membangun keterkaitan sistem produksi, distribusi dan
pelayanan yang prima.
3.1.1. Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2014 dan Perkiraan
Tahun 2015
Kondisi Perekonomian Global
Perekonomian suatu daerah tidak dapat terlepas dengan
perekonomian
perekonomian
beberapa
regional,
global.
faktor -
perekonomian
Hal
faktor
ini
disebabkan
perekonomian
nasional
bahkan
bahwa
terdapat
yang tidak
dapat
dikendalikan oleh daerah seperti kebijakan pemerintah pusat
yang menyangkut sektor moneter maupun sektor riil. Selain itu
juga pengaruh perekonomian global seperti pengaruh naik
turunnya harga minyak dunia, dan nilai tukar mata uang asing,
dan yang terakhir adalah pengaruh krisis keuangan global yang
berdampak pada kelesuan pasar ekspor.
Tahun 2014 merupakan tahun pemulihan ekonomi global.
Sebelumnya, lesunya perekonomian global yang diakibatkan
fenomena krisis Eropa telah menimbulkan kepanikan pasar
finansial,
khususnya
di
Eropa
dan
Amerika
Serikat.
Dan
diperkirakan pemulihan ekonomi global masih terus berlangsung
hingga tahun 2015. Perekonomian global yang masih ditopang
oleh perekonomian Amerika Serikat kian menunjukkan perbaikan.
15
RKPD Kabupaten Gorontalo Tahun 2016
Pemulihan ekonomi Amerika Serikat didukung oleh konsumsi
yang meningkat seiring dengan turunnya harga minyak dan
membaiknya
kondisi
ketenagakerjaan.
Hal
ini
mendorong
penguatan dolar Amerika Serikat terhadap hampir seluruh mata
uang
dunia
serta
meningkatkan
ketidakpastian
di
pasar
keuangan global.
Di sisi lain, perekonomian Tiongkok yang sebelumnya
melesat, di tahun 2014 justru menunjukkan perlambatan.
Perekonomian Tiongkok diperkirakan terus melambat seiring
penurunan investasi. Begitu pula dengan perekonomian Eropa
dan Jepang dan negara – negara Asia lainnya mengalami
pelambatan
dalam
pertumbuhan
ekonomi.
Bahkan
dalam
Laporan Perekonomian dan Perbankan edisi Februari 2015 oleh
Lembaga Penjamin Simpanan, disebutkan bahwa Bank Dunia dan
Dana
Moneter
Internasional
(IMF)
memangkas
proyeksi
pertumbuhan ekonomi global di tahun 2015 dan 2016 sebesar
0,4 dan 0,2 poin persentase (ppts) menjadi 3 persen dan 3,3
persen.
Kondisi Perekonomian Nasional
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2014 kembali
melambat seiring dengan lesunya perekonomian global. Sempat
mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi di tahun
2011 (6,17%)1, sejak tahun 2012 hingga 2014 pertumbuhan
ekonomi Indonesia
terus berkontraksi. Laju pertumbuhan
ekonomi Indonesia tahun 2014 adalah sebesar 5,02 persen,
melambat dibanding tahun 2013 yang sebesar 5,58 persen. Dari
sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Lapangan
Usaha Informasi dan Komunikasi sebesar 10,02 persen. Dari sisi
pengeluaran pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen
15
RKPD Kabupaten Gorontalo Tahun 2016
Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non Profit Rumah Tangga
(LNPRT) sebesar 12,43 persen.
Sebagai gambaran bahwa ekonomi Indonesia triwulan IV2014 bila dibandingkan triwulan IV-2013 (y-on-y) tumbuh sebesar
5,01 persen melambat bila dibandingkan eriode yang sama
tahun sebelumnya sebesar 5,61 persen. Ekonomi Indonesia
riwulan
IV-2014
mengalami
kontraksi
2,06
persen
bila
dibandingkan triwulan sebelumnya (q-to-q). Dari sisi produksi,
hal ini disebabkan oleh efek musiman pada lapangan usaha
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang kontraksi 22,44
persen. Dari sisi pengeluaran disebabkan oleh penurunan Ekspor
neto.
Secara spasial, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun
2014 didorong oleh aktivitas perekonomian di Pulau Jawa yang
tumbuh 5,59 persen dan Pulau Sumatera sebesar 4,66 persen.
Pada Tahun 2015, berdasarkan besaran Produk Domestik
Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku triwulan I-2015 mencapai
Rp2.724,7 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai
Rp 2.157,5 triliun. Ekonomi Indonesia triwulan I-2015 terhadap
triwulan I-2014 tumbuh 4,71 persen (y-on-y) melambat dibanding
periode yang sama pada tahun 2014 sebesar 5,14 persen. Dari
sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Lapangan
Usaha Informasi dan Komunikasi sebesar 10,53 persen. Dari sisi
Pengeluaran oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah
Tangga yang tumbuh 5,01 persen.
Ekonomi
Indonesia
triwulan
I-2015
terhadap
triwulan
sebelumnya turun sebesar 0,18 persen (q-to-q). Dari sisi
produksi, pertumbuhan ini diwarnai oleh faktor musiman pada
Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang
tumbuh 14,63 persen. Sedangkan dari sisi Pengeluaran lebih
16
RKPD Kabupaten Gorontalo Tahun 2016
disebabkan terkontraksinya kinerja investasi (minus 4,72 persen)
dan ekspor (minus 5,98 persen).
Kondisi Perekonomian Regional
Seiring
dengan
kinerja
perekonomian
nasional
yang
melambat, perekonomian Provinsi Gorontalo pada tahun 2014
secara umum juga mengalami perlambatan. Secara kumulatif
perekonomian
Gorontalo
yang
diukur
berdasarkan
Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) tumbuh sebesar 7,29 persen,
sedikit melambat daripada tahun 2013 yang tumbuh sebesar
7,68 persen (- 5,07 %).
Namun
demikian,
lapangan usaha.
pertumbuhan
terjadi
pada
seluruh
Dari sisi sektoral, pertumbuhan ekonomi
Gorontalo masih ditopang oleh empat sektor utama. Sektor
Pertanian,
Kehutanan,
dan
Perikanan
memiliki
sumbangan
terbesar pada PDRB Gorontalo hingga sekarang dengan share
sebesar
37,7 persen. Diikuti oleh sektor Konstruksi yang
menyumbang
sebesar
11,8
persen
terhadap
total
PDRB.
Sementara, sektor Perdagangan Besar & Eceran, dan Reparasi
Mobil & Sepeda Motor; serta sektor Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan, Jaminan Sosial memiliki sumbangan terhadap total
PDRB Gorontalo masing-masing sebesar 10,4 persen dan 8,8
persen. Keempat sektor utama tersebut tumbuh masing-masing
sebesar 6,44 persen untuk sektor Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan; 7,85 persen untuk sektor Konstruksi; 8,05 persen
untuk sektor Pedagang Besar & Eceran, Reparasi Mobil & Sepeda
Motor; serta 6,92 persen pada sektor Administrasi Pemerintah,
Pertahanan, dan Jaminan Sosial.
Jika pada tahun 2013 nilai PDRB atas dasar harga berlaku
Gorontalo sebesar Rp 22,13 triliun, di tahun 2014 meningkat
menjadi
16
Rp25,20
triliun.
Sedangkan berdasarkan
harga
RKPD Kabupaten Gorontalo Tahun 2016
konstan (tahun 2010), PDRB Gorontalo mengalami kenaikan dari
Rp 19,37 triliun di tahun 2013 menjadi Rp 20,78 triliun di tahun
2014.
Pada Tahun 2015, perekonomian Gorontalo yang diukur
berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar
harga berlaku triwulan I-2015 mencapai Rp 6.884,95 milyar dan
atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp 5.364,07 milyar.
Ekonomi Gorontalo triwulan I-2015 terhadap triwulan I-2014
tumbuh 4,69 persen (y-on-y) melambat dibanding periode yang
sama pada tahun 2014 sebesar 7,30 persen.
Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh
Lapangan Usaha Pengadaan Listrik dan Gas sebesar 17,60
persen. Dari sisi pengeluaran pertumbuhan tertinggi dicapai oleh
Komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
persen.
sebesar 12,62
Ekonomi Gorontalo triwulan I-2015 terhadap triwulan
sebelumnya naik sebesar 4,13 persen. Dari sisi produksi,
pertumbuhan
ini
disebabkan
oleh
faktor
musiman
pada
Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang
tumbuh 16,43 persen. Sedangkan dari sisi Pengeluaran salah
satunya disebabkan oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi
Rumah Tangga.
Kondisi Perekonomian Kabupaten Gorontalo
Berdasarkan
pengalaman
yang
terjadi
selama
ini
memberikan pelajaran bahwa kondisi perekonomian daerah
(kabupaten/kota), apabila ada gejolak tidak separah nasional
maupun global. Hal ini juga dialami di Kabupaten Gorontalo
dimana kondisi perekonomian dalam kurun waktu 2011 - 2013
bergerak tanpa fluktuasi yang menyolok, kestabilan harga juga
terjaga dengan baik. Artinya kondisi perekonomian dengan laju
pertumbuhan dibarengi terkendalinya inflasi memperlihatkan
16
RKPD Kabupaten Gorontalo Tahun 2016
kestabilan perekonomian. Adapun capaian indikator ekonomi
Kabupaten Gorontalo, adalah sebagai berikut :
a. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten
Gorontalo
merupakan
digunakan
untuk
salah
satu
mengetahui
indikator
kondisi
yang
dapat
perekonomian
Kabupaten Gorontalo. Dengan melihat beberapa indikator
yang tertuang dalam PDRB sektoral seperti struktur PDRB,
laju pertumbuhan, dan PDRB perkapita maka dapat dilihat
sejauh mana keadaan perekonomian Kabupaten Gorontalo
a)Perkembangan PDRB dan Laju Pertumbuhan
Kondisi perekonomian Kabupaten Gorontalo dapat
digambarkan melalui besarnya nilai Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Gorontalo dari waktu ke
waktu. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga
Konstan (PDRB ADHK) merupakan ukuran pertumbuhan
ekonomi yang mampu memberikan gambaran besaran
kenaikan kuantitas barang dan jasa yang diproduksi oleh
seluruh lapangan usaha setelah menghilangkan faktor
harga. Secara umum perekonomian Kabupaten Gorontalo
mengalami kenaikan dari tahun ke tahun.
Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Atas
Dasar Harga Berlaku (PDRB ADHB) dan Produk Domestik
Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan (PDRB ADHK)
Kabupaten Gorontalo selama kurun waktu lima tahun
terakhir, terlihat dalam tabel 3.1
Tabel 3.1
Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)
dan PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK), 2009 - 2013 (juta
rupiah)
16
RKPD Kabupaten Gorontalo Tahun 2016
TAHUN
PDRB ADHB
PDRB ADHK
2009
2010
2011
2012 *
2013 **
2.084.004,27
2.404.521,32
2.691.561,72
3.005.171,37
3.313.515,84
800.681,42
861.724,92
927.904,15
999.221,90
1.076.261,36
Sumber : PDRB Kabupaten Gorontalo, BPS (2014)
Keterangan : * Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara
Dari tabel 3.1 terlihat bahwa selama kurun waktu
lima tahun terakhir PDRB ADHB Kabupaten Gorontalo
mengalami peningkatan. Begitu pula dengan PDRB ADHK
juga mengalami peningkatan selama kurun waktu lima
tahun terakhir. Nilai PDRB ADHB tahun 2013 sebesar
3.313.515,84 juta rupiah, sementara Nilai PDRB ADHK
tahun 2013 sebesar 1.076.261,36 juta rupiah.
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Gorontalo yang
ditunjukkan dengan PDRB atas dasar harga konstan 2000
mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Pada tahun 2013, pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Gorontalo sebesar 7,71 persen. Pada grafik 3.1
terlihat bahwa nilai pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Gorontalo
selama
lima
tahun
terakhir
senantiasa
mengalami peningkatan.
Grafik 3.1
Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Gorontalo, 2009-2013
16
RKPD Kabupaten Gorontalo Tahun 2016
7.75
7.7
7.65
7.68
7.69
2011
2012*
7.71
7.62
7.6
7.55
7.57.48
7.45
7.4
7.35
2009
2010
2013**
Sumber : PDRB Kabupaten Gorontalo, BPS (2014)
Keterangan : * Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara
b)Struktur Ekonomi
Gambaran kondisi struktur perekonomian Kabupaten
Gorontalo dapat dilihat melalui kontribusi sektor ekonomi
terhadap pembentukan PDRB. Dilihat dari lapangan usaha
utama,
kontribusi
peringkat
sektor
pertama,
tersier
dengan
masih
kontribusi
menduduki
sebesar
60,99
persen terhadap PDRB Kabupaten Gorontalo di tahun 2013.
Dimana sektor ini terdiri dari sektor perdagangan, hotel,
dan restoran; pengangkutan dan komunikasi; keuangan,
persewaan
dan
jasa
perusahaan;
serta
jasa-jasa.
Sedangkan sektor primer yang terdiri dari sektor pertanian
serta
sektor
pertambangan
dan
penggalian
hanya
menyumbang 26,16 persen terhadap PDRB. Sementara
sektor sekunder yang terdiri dari sektor industri; listrik,
gas, air; serta konstruksi memberikan kontribusi sebesar
12,85 persen.
Grafik 3.2
16
RKPD Kabupaten Gorontalo Tahun 2016
Kontribusi Sektor Ekonomi Utama terhadap PDRB Kabupaten
Gorontalo, 2009 - 2013**
70
60
57.77
50
40
30.44
30
57.81
60
60.72
60.99
29.67
27.81
20
11.79
10
26.69
26.16
12.52
12.19
12.59
12.85
0
2009
2010
2011
2012
2013
Primer (%)
Sekunder (%)
Tersier (%)
Sumber : PDRB Kabupaten Gorontalo, BPS (2014)
Keterangan : ** Angka Sangat Sementara
Pada grafik 3.2 terlihat bahwa selama kurun waktu
lima tahun terakhir kontribusi sektor tersier semakin
mendominasi dari tahun ke tahun, sedangkan sektor
primer terus menurun, dan sektor sekunder cenderung
stabil.
Grafik 3.3
Kontribusi Sektor Ekonomi 9 Sektor terhadap PDRBKabupaten
Gorontalo, 2013**
Sumber : PDRB Kabupaten Gorontalo, BPS (2014)
Keterangan : ** Angka Sangat Sementara
Pada grafik 3.3 terlihat bahwa kontribusi terbesar
dalam PDRB Kabupaten Gorontalo tahun 2013 adalah
sektor jasa-jasa, yaitu sebesar 32,09 persen, dimana
16
RKPD Kabupaten Gorontalo Tahun 2016
sektor
jasa-jasa
inilah
yang
memberikan
kontribusi
terbesar di sektor tersier.
c) Pergeseran Struktur Ekonomi Kabupaten Gorontalo
Struktur ekonomi dikatakan berubah apabila apabila
kontribusi/pangsa PDRB dari sektor ekonomi yang mulanya
dominan digantikan oleh sektor ekonomi lain. Dilihat dari
peran 9 sektor ekonomi terhadap PDRB di Kabupaten
Gorontalo selama kurun waktu lima tahun terakhir (2009–
2013) terlihat bahwa telah terjadi pergeseran struktur
ekonomi di Kabupaten Gorontalo. Sektor pertanian yang
awalnya memiliki peran dominan dalam perekonomian,
kontribusinya mengalami penurunan dari tahun ke tahun.
Bahkan pada tahun 2013 kontribusi sektor pertanian di
Kabupaten Gorontalo hanya sebesar 25,12 persen.
Di sisi lain, kontribusi sektor jasa-jasa mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Meskipun pada tahun
2013, kontribusi sektor jasa-jasa terhadap PDRB hanya
mencapai
penurunan
32,09
persen.
dibanding
Nilai
tahun
ini
sedikit
sebelumnya.
mengalami
Meskipun
demikian, kontribusi ini masih lebih besar dibandingkan
sektor lainnya. Atau bisa dikatakan, kini sektor jasa-jasa
menjadi sektor yang mempunyai kontribusi terbesar dalam
PDRB Kabupaten Gorontalo tahun 2013.
Sektor Listrik, Gas, dan Air adalah sektor yang paling
kecil perannya terhadap PDRB. Selama kurun waktu lima
tahun terakhir (2009-2013), sektor ini adalah sektor yang
memberikan kontribusi sebesar 0,34 persen terhadap
PDRB Kabupaten Gorontalo.
Gambaran secara rinci
tentang kontribusi 9 sektor ekonomi terhadap PDRB
16
RKPD Kabupaten Gorontalo Tahun 2016
Kabupaten Gorontalo (2009-2013) dapat dilihat pada tabel
3.2
Tabel 3.2
Struktur Ekonomi Kabupaten Gorontalo, 2009 - 2013
LAPANGAN USAHA
A. SEKTOR PRIMER (%)
1. Pertanian
2. Pertambangan dan
Penggalian
B. SEKTOR SEKUNDER (%)
3. Industri Pengolahan
4. Listrik, Gas, dan Air
5. Konstruksi
C. SEKTOR TERSIER (%)
6. Perdagangan, Hotel dan
Restoran
7. Pengangkutan dan
Komunikasi
8. Keuangan, Real Estate dan
Jasa
Perusahaan
9. Jasa-Jasa
2009
2010
2011
2012*
2013**
30,44
29,25
1,19
29,67
28,51
1,16
27,81
26,71
1,10
26,69
25,61
1,08
26,16
25,12
1,04
11,79
5,74
0,34
5,71
57,77
6,96
12,52
5,58
0,38
6,56
57,81
8,05
12,19
5,47
0,38
6,34
60,00
7,97
12,59
5,58
0,36
6,65
60,72
7,98
12,85
5,69
0,34
6,82
60,99
8,23
8,45
8,61
8,48
8,97
9,26
11,98
11,74
11,25
11,42
11,41
30,38
29,41
32,30
32,35
32,09
Sumber : PDRB Kabupaten Gorontalo, BPS (2014)
Keterangan : * Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara
d)Pertumbuhan
Ekonomi
Sektoral
Kabupaten
merupakan
salah
Gorontalo
Pertumbuhan
dimensi
pokok
ekonomi
dalam
pembangunan
ekonomi
satu
suatu
wilayah. Pertumbuhan ekonomi kabupaten Gorontalo tahun
2013 secara nominal mencapai 7,71 persen, lebih cepat
dibandingkan tahun 2012 yang mencapai 7,69 persen. Di
tahun 2013, sektor sekunder justru menjadi sektor yang
mengalami pertumbuhan paling tinggi, yaitu 10,00 persen.
Disusul kemudian sektor tersier dengan pertumbuhan 7,83
16
RKPD Kabupaten Gorontalo Tahun 2016
persen. Sedangkan sektor primer mengalami pertumbuhan
sebesar 6,35 persen, sebagaimana terlihat dalam tabel 3.3
Tabel 3.3
Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Gorontalo,2009-2013
LAPANGAN USAHA
2009
2010
2011
2012*
2013**
A. SEKTOR PRIMER (%)
1. Pertanian
2. Pertambangan dan
Penggalian
B. SEKTOR SEKUNDER (%)
3. Industri Pengolahan
4. Listrik, Gas, dan Air
5. Konstruksi
C. SEKTOR TERSIER (%)
6. Perdagangan, Hotel dan
Restoran
7. Pengangkutan dan Komunikasi
8. Keuangan, Real Estate dan
Jasa
Perusahaan
9. Jasa-Jasa
PDRB
3,99
3,50
17,74
9,65
9,69
8,78
3,22
3,17
4,43
3,79
3,75
4,85
6,35
6,39
5,51
9,59
294
5,51
20,96
8,87
11,86
6,95
6,68
12,95
6,86
6,74
8,20
5,79
7,38
7,83
3,40
10,49
3,53
9,51
7,09
2,17
13,67
9,20
4,34
10,00
8,29
4,03
12,83
7,83
6,43
10,30
9,30
6,28
11,08
8,99
6,27
5,24
3,70
6,42
6,11
8,33
7,48
5,51
7,62
19,23
7,68
11,19
7,69
8,43
7,71
Sumber : PDRB Kabupaten Gorontalo, BPS (2014)
Keterangan : * Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara
Secara sektoral, pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Gorontalo
pada
Pertumbuhan
menyeluruh
tahun
ini
dari
2013
merupakan
perekonomian
adalah
7,71
pertumbuhan
Kabupaten
persen.
yang
Gorontalo,
dimana laju pertumbuhan ini bervariasi antara 4,03 persen
sampai 12,83 persen.
Adapun laju pertumbuhan masing-masing sektor di
Kabupaten Gorontalo akan diuraikan berikut ini:
1. Sektor Pertanian
16
RKPD Kabupaten Gorontalo Tahun 2016
Pertumbuhan
subsektor
sektor
pertanian,
tanaman
bahan
yang
terdiri
makanan,
dari
tanaman
perkebunan, peternakan dan hasil-hasilnya, kehutanan,
serta
perikanan
pertumbuhan
mengalami
secara
sebesar
pertumbuhan
nominal
6,39
yang
persen.
positif,
mengalami
Sektor
ini
mengalami
percepatan pertumbuhan ekonomi dibandingkan tahun
sebelumnya, dimana tahun 2012 pertumbuhan sektor
pertanian sebesar 3,75 persen.
2.
Sektor Pertambangan dan Penggalian
Pertumbuhan sektor ini secara nominal sebesar 5,51
persen,
dimana
pertumbuhan
ini
masing-masing
disumbangkan oleh sub sektor pertambangan bukan
migas sebesar 3,98 persen, serta sub sektor penggalian
sebesar 5,55 persen.
3.
Sektor Industri Pengolahan
Pertumbuhan sektor ini secara nominal sebesar 8,29
persen. Pertumbuhan sektor ini dipengaruhi oleh sub
sektor industri non migas yang terdiri dari makanan,
minuman, dan tembakau sebesar 8,75 persen; tekstil,
barang kulit, dan alas kaki sebesar 6,27 persen; barang
kayu dan hasil hutan lainnya sebesar 8,38 persen;
semen dan barang galian bukan logam sebesar 2,76;
serta alat angkutan, mesin, dan peralatannya.
4.
Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih
Pertumbuhan sektor ini sebesar 4,03 persen di tahun
2013,
dimana
pertumbuhan
ini
masing-masing
disumbangkan oleh sub sektor listrik sebesar 3,09
persen, serta sub sektor air bersih sebesar 7,17 persen
17
RKPD Kabupaten Gorontalo Tahun 2016
5. Sektor Konstruksi
Pertumbuhan sektor konstruksi (bangunan) tahun 2013
mencapai
12,83
perlambatan
persen.
Sektor
pertumbuhan
ini
ekonomi
mengalami
dibandingkan
tahun sebelumnya, dimana tahun sebelumnya nilai
pertumbuhan sektor konstruksi adalah 13,67 persen.
6. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
Pertumbuhan sektor ini secara nominal tahun 2013
mencapai
masing
6,35,
dimana
pertumbuhan
ini
masing-
disumbangkan oleh sub sektor perdagangan
besar dan eceran sebesar 6,57 persen, sub sektor hotel
sebesar 4,51 persen, serta sub sektor restoran 6,21
persen.
7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Sektor
pengangkutan dan komunikasi di tahun 2013,
menjadi sektor yang mengalami pertumbuhan terbesar
yaitu 8,99 persen. Dimana pertumbuhan ini masingmasing
disumbangkan oleh sub sektor pengangkutan
sebesar 9,03 persen, serta sub sektor komunikasi
sebesar 8,02 persen.
8.
Sektor
Keuangan,
Real
Estate
dan
Jasa
Perusahaan
Pertumbuhan sektor keuangan, persewaan, dan jasa
perusahaan sebesar 6,11 persen. Dimana pertumbuhan
sektor ini disumbangkan dari sub sektor bank sebesar
7,78 persen, sub sektor lembaga keuangan bukan bank
sebesar 7,53 persen, sub sektor real estate sebesar
3,63 persen, serta sub sektor jasa perusahaan sebesar
8,29 persen.
9.
17
Sektor Jasa-Jasa
RKPD Kabupaten Gorontalo Tahun 2016
Pertumbuhan sektor jasa-jasa sebesar 8,43 persen,
mengalami perlambatan pertumbuhan dibanding tahun
sebelumnya. Pada sektor ini terdapat dua sub sektor
yaitu, sub sektor pemerintahan umum dan sub sektor
swasta. Di tahun 2013, sub sektor pemerintahan umum
mengalami pertumbuhan sebesar 8,66 persen, lebih
tinggi jika dibandingkan dengan sub sektor swasta yang
mengalami pertumbuhan sebesar 7,39 persen.
e) PDRB Perkapita Kabupaten Gorontalo Tahun 2013
PDRB Perkapita didapat dari hasil penghitungan PDRB
dibagi
dengan
Besaran
jumlah
ini
penduduk
dipengaruhi
pertengahan
oleh
tahun.
jumlah
penduduk pertengahan tahun dalam arti bahwa semakin
tinggi jumlah penduduk akan semakinkecil besaran PDRB
per kapita wilayah tersebut. Semakin tinggi PDRB perkapita
suatuwilayah
semakin
wilayahnya,
walaupun
baik
tingkat
ukuran
perekonomian
ini
tidak dapat
memperlihatkan kesenjangan pendapatan antar penduduk.
Adapun PDRB perkapita Atas Dasar Harga Berlaku di
Kabupaten Gorontalo tahun 2013 sebesar Rp 9.058.742,37.
Sementara PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Konstan
sebesar Rp 2.942.365,41.
b. Tingkat Inflasi
Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga
secara
umum
dan
terus-menerus
(continue)
berkaitan
dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh
berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang
meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu
konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga
akibat
17
adanya
ketidaklancaran
distribusi
barang.
Inflasi
RKPD Kabupaten Gorontalo Tahun 2016
adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan
dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung
secara terus-menerus dan saling pengaruh-mempengaruhi.
Oleh karena itu banyak pihak sangat membutuhkan
data inflasi, dunia perbankan misalnya, selain menggunakan
angka inflasi untuk mengamati perilaku moneter, juga
menggunakan angka inflasi untuk menentukan tingkat bunga
yang layak. Pemerintah menggunakan angka inflasi untuk
mengevaluasi laju pertumbuhan ekonomi dan usulan pajak.
Pihak pekerja dan perusahaan menggunakan angka inflasi
sebagai tolok ukur untuk menyesuaikan upah dan gaji serta
pensiun.
Perhitungan inflasi nasional untuk wilayah regional
Provinsi Gorontalo mengacu pada perhitungan inflasi di Kota
Gorontalo. Hasil pantauan BPS, tercatat laju inflasi tahun
kalender 2014 sebesar 6,14 persen. Laju inflasi tersebut
masih tergolong rendah dibandingkan kota inflasi lain di
Indonesia. Laju inflasi juga tercatat masih lebih rendah
dibandingkan dengan inflasi nasional yang menyentuh pada
level 8,36 persen.
Namun demikian, jika dibandingkan dengan tahun 2013,
tekanan inflasi di tahun 2014 lebih tinggi. Ditandai dengan
laju inflasi tahun 2014 (6,14 %) yang lebih tinggi dari tahun
2013 (5,84%). Secara tahunan, tingginya
inflasi tahun
kalender 2014 terutama diipengaruhi oleh tingginya inflasi
pada kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan.
Grafik3.4
Inflasi Bulanan, Tahun Kalender, Year on Year
Kota Gorontalo (2012=100), 2012-2014 (persen)
17
RKPD Kabupaten Gorontalo Tahun 2016
7
6
55.31
6.14
5.84
Desember Terhadap
Oktober (point to
point)
Desember Tahun n
Terhadap Desember
Tahun n-1
4.12
4
3
2
1.54
1
0.54
0
2012
2013
2014
Sumber : Laporan Perekonomian Provinsi Gorontalo, BPS
(2014)
Jika
dilihat
setiap
bulannya,
maka
tekanan
inflasi
tertinggi terjadi pada Bulan Desember 2014. Pada Bulan
Januari hingga November inflasi tidak pernah menyentuh
pada nilai 1 persen, namun di Bulan Desember inflasi
melonjak hingga mencapai 4,12 persen (p to p). Ditinjau dari
kelompok komoditas yang mengalami inflasi tertinggi adalah
kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa
Keuangan dengan
inflasi sebesar 9,00 persen point to point (p to p) dan
kelompok Bahan Makanan sebesar 8,48 persen (p to p). Pada
kelompok
Transportasi,
subkelompok
Komunikasi
dan
Jasa
Keuangan,
transportasi memiliki tekanan inflasi tertinggi,
yaitu sebesar 11,23 persen.
Sedangkan
pada
kelompok
Bahan
Makanan,
sub
kelompok dengan tingkat inflasi tertinggi berasal dari sub
kelompok Bumbu-Bumbuan, yaitu mencapai 50,72 persen.
Rentetan tekanan inflasi tersebut
merupakan dampak
fenomena kenaikan harga BBM yang terjadi pada Bulan
November 2014.
Sementara itu pada Bulan Mei 2015, terjadi kenaikan
Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 114,13 menjadi 115,16
dan
perubahan
ini
menyebabkan
inflasi
sebesar
0,90
persen. Laju inflasi tahun kalender sebesar -0,09 persen dan
17
RKPD Kabupaten Gorontalo Tahun 2016
laju inflasi “year on year” (Mei 2015 terhadap Mei 2014)
sebesar 5,82 persen. Inflasi terjadi karena adanya kenaikan
harga yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks pada kelompok
bahan makanan sebesar 3,37 persen, kelompok makanan jadi
sebesar 0,90 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas,
dan bahan bakar sebesar 0,06 persen, kelompok kesehatan
sebesar 0,06 persen, kelompok pendidikan, rekreasi, dan
olahraga sebesar 0,02 persen, dan kelompok transpor,
komunikasi,
dan
jasa
keuangan
sebesar
0,08
persen.
Penurunan indeks terjadi pada kelompok sandang sebesar
-0,02 persen.
c. Tingkat Investasi
Peningkatan investasi dapat mendorong perkembangan
dunia
usaha
dan
terciptanya
kesempatan
kerja
yang
menstimulasi perkembangan perekonomian di suatu daerah.
Secara umum, peluang investasi untuk penanaman modal di
Kabupaten Gorontalo cukup besar, mengingat gencarnya
pelaksanaan Pembangunan
Daerah.
Hingga
triwulan
Pembangunan oleh Pemerintah
IV-2014,
APBD
Belanja
Modal
Pemerintah Kabupaten Gorontalo yang telah terealisasikan
mencapai Rp. 148.576.860.329 Nilai tersebut lebih besar
dibandingkan
tahun
sebelumnya
yang
sebesar
144.895.135.942 sebagaimana terlihat pada grafik 3.5
Grafik 3.5
Realisasi Belanja Modal APBD Kabupaten Gorontalo
Tahun 2010 - 2014
17
Rp.
RKPD Kabupaten Gorontalo Tahun 2016
148,576,860,3
29
160,000,000,000.00
144,895,135,9
42
116,197,937,6
140,000,000,000.00
07
120,000,000,000.00113,816,997,7
90,876,714,04
11
1
100,000,000,000.00
80,000,000,000.00
60,000,000,000.00
Belanja Modal
40,000,000,000.00
20,000,000,000.00
0.00
2010
2011
2012
2013
2014
Sumber : LKPJ AMJ Bupati Gorontalo, 2010-2015
Dalam
pelaksanaan
pembangunan
di
era
otonomi
daerah sekarang ini, investasi atau penanaman modal adalah
motor penggerak bagi pertumbuhan ekonomi, dimana pada
Tahun 2014, realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN) sebesar Rp. 109.735.225.092
d. Ketenagakerjaan
Indikator
mampu
ketenagakerjaan
memberikan
yang
gambaran
akurat
tentang
diharapkan
kondisi
umum
ketenagakerjaan suatu daerah dan mengetahui daya serap
ekonomi
terhadap
pertumbuhan
produktifitas tenaga kerja yang ada.
17
penduduk
maupun
RKPD Kabupaten Gorontalo Tahun 2016
a)Angkatan Kerja
Pada
tahun
2013
tercatat
jumlah
penduduk
Kabupaten Gorontalo yang bekerja mencapai 141.271 jiwa
yang didominasi oleh penduduk laki-laki yaitu mencapai
95.702
jiwa
(67,74
persen),
sedangkan
penduduk
perempuan yang bekerja hanya sebesar 45.569 jiwa (32,26
persen). Jumlah penduduk yang menganggur mencapai
7.376 jiwa dimana penduduk laki-laki mencapai 4.826 jiwa
dan perempuan 2.550 jiwa. Jika dibandingkan dengan
tahun 2012, jumlah pengangguran di Kabupaten Gorontalo
terlihat mengalami kenaikan sebanyak 2.352 jiwa.
Jumlah perempuan yang mengurus rumah tangga
pada tahun 2013 mencapai 63.139 jiwa (93,75 persen)
sedangkan jumlah laki-laki yang mengurus rumah tangga
hanya 4.211 jiwa (6,25 persen). Jumlah penduduk yang
sedang bersekolah antara laki-laki dan perempuan hampir
memiliki porsi yang sama yaitu 9.540 jiwa laki-laki dan
9.424 jiwa perempuan.
Tabel 3.4
Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kelamin dan Jenis
Kegiatan yang Dilakukan Selama Seminggu yang Lalu
Kabupaten Gorontalo, 2011-2013
2011
JENIS KEGIATAN
Angkatan Kerja
1. Bekerja
2. Menganggur
Bukan
Angkatan Kerja
3. Sekolah
4. Mengurus RT
5. Lainnya
TOTAL
17
2012
2013
LakiLaki
102.86
1
100.031
2.830
19.510
Perempua
n
55.925
LakiLaki
104.380
Perempua
n
43.349
LakiLaki
100.528
Perempua
n
48.119
52.551
3.374
71.066
101.493
2.887
20.898
47.212
2.137
78.651
95.702
4.826
23.930
45.569
2.550
78.668
5.26
2.916
11.318
122.37
1
5.762
56.880
8.424
126.991
3.088
6.125
11.685
125.728
3.167
65.476
10.008
128.000
9.540
4.211
10.179
124.458
9.424
63.139
6.105
126.787
RKPD Kabupaten Gorontalo Tahun 2016
Sumber : Indeks Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gorontalo, BPS
(2014)
b)Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
TPAK (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja) dapat
digunakan
untuk
melihat
seberapa
besar
proporsi
penduduk usia kerja yang tergabung secara aktif dalam
pasar
tenaga
kerja
baik
yang
bekerja
maupun
pengangguran. TPAK mampu menyediakan ukuran relatif
pasokan tenaga kerja dalam produksi barang maupun jasa
pada suatu daerah.
Grafik 3.6
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Menurut Jenis Kelamin
di Kabupaten Gorontalo Tahun 2011-2013 (Persen)
Sumber : Indeks Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gorontalo, BPS
(2014)
Pada tahun 2011-2013, TPAK di Kabupaten Gorontalo
cenderung
mengalami
penurunan.
TPAK
Kabupaten
Gorontalo pada tahun 2011 sebesar 63,68 persen, pada
tahun 2012 sebesar 60,70 persen dan sebesar 59,16
persen pada tahun 2013. Nilai TPAK pada tahun 2013
sebesar 59,16 persen merupakan nilai TPAK yang relative
rendah. Nilai TPAK sebesar 59,16 persen memiliki arti
bahwa dari 100 orang usia kerja, terdapat sekitar 59 atau
17
RKPD Kabupaten Gorontalo Tahun 2016
60 orang yang termasuk angkatan kerja (bekerja atau
pengangguran).
Nilai TPAK ini sangat tergantung oleh besarnya
kesempatan kerja yang tersedia dan kemauan dari masingmasing
individu
untuk
menambah
pendapatan.
Berdasarkan jenis kelamin terlihat nilai TPAK laki-laki selalu
berada di atas TPAK perempuan selama periode 20112013. Pada tahun 2013, nilai TPAK laki-laki adalah sebesar
80,77 persen, sedangkan TPAK perempuan hanya sebesar
37,95 persen.
Lebih tingginya nilai TPAK laki-laki dibandingkan
perempuan
salah
satunya
disebabkan
karena
masih
banyak perempuan yang berperan sebagai pengurus
rumah tangga sebagaimana dijelaskan pada penjelasan
sebelumnya.
Sebagaimana
diketahui
bahwa
sebagian
besar penduduk perempuan mengandung, melahirkan,
merawat
anak-anak
serta
melaksanakan
tugas-tugas
rumah tangga lainnya sehingga menghalanginya untuk
masuk ke angkatan kerja.
c) Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
Tingkat
persentase
pengangguran
jumlah
angkatan kerja.
terbuka
pengangguran
merupakan
terhadap
jumlah
Indikator TPT ini berguna salah satunya
untuk melihat berapa banyak tenaga kerja yang bisa
terserap oleh pasar kerja yang ada. Semakin tinggi nilai
TPT berarti semakin banyak jumlah tenaga kerja yang tidak
terserap oleh pasar tenaga kerja, artinya semakin banyak
jumlah pengangguran yang ada. Semakin banyak jumlah
pengangguran maka semakin banyak penduduk yang
berpenghasilan rendah. Sehingga secara tidak langsung
17
RKPD Kabupaten Gorontalo Tahun 2016
jumlah pengangguran ini akan berpengaruh ke masalah
sosial ekonomi lainnya, seperti kemiskinan, kesenjangan,
dan lainnya.
Tingkat
pengangguran
terbuka
di
Kabupaten
Gorontalo berfluktuatif selama tahun 2011-2013. Yaitu 3.91
persen pada 2011 kemudian turun menjadi 3.27 persen
pada 2012 dan kembali naik menjadi 4.96 persen pada
2013. Selama tahun 2011-2013 jumlah pengangguran lakilaki memiliki tren yang meningkat.
Peningkatan
jumlah
pengangguran
laki-laki
terbanyak terjadi pada tahun 2013 dimana peningkatan
yang terjadi sebesar 1.939 jiwa dibandingkan tahun 2012.
Sedangkan jumlah pengangguran perempuan memiliki tren
yang menurun dari tahun 2011 ke tahun 2012 namun
mengalami kenaikan pada tahun 2013. Pada tahun 2013
jumlah
pengangguran
laki-laki
mencapai
4.826
jiwa
sedangkan perempuan 2.550 jiwa. Secara total, jumlah
pengangguran di Kabupaten Gorontalo pada tahun 2013
mencapai 7.376 jiwa, Sebagaimana yang digambarkan
pada grafik 3.7
Grafik 3.7
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Jenis Kelamin di
Kabupaten Gorontalo Tahun 2011-2013 (Persen)
18
RKPD Kabupaten Gorontalo Tahun 2016
Sumber : Indeks Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gorontalo, BPS
(2014)
Pelambatan pertumbuhan ekonomi yang terjadi saat
ini
secara
langsung
akan
memicu
naik
angka
pengangguran terbuka. Sebagai gambaran bahwa angka
pengangguran terbuka Provinsi Gorontalo pada Tahun 2013
sebesar 4,15 % dan pada Tahun 2014 naik menjadi 4,18 %
(-0,72).
d)Struktur Ketenagakerjaan
Dengan mengetahui struktur ketenagakerjaan, maka
kita akan mampu melihat berapa banyak jumlah tenaga
kerja yang terserap di masing-masing sektor/lapangan
usaha.
Berdasarkan lapangan usaha, pekerjaan utama
penduduk 15 tahun ke atas yang bekerja selama seminggu
yang lalu dapat dibedakan menjadi 5 lapangan usaha,
yaitu pertanian, perkebunan, kehutanan,
perikanan;
industri
pengolahan;
perburuan dan
perdagangan
besar,
eceran, rumah makan dan hotel; jasa kemasyarakatan; dan
lainnya.
Grafik
3.8
di
bawah
menyajikan
persentase
pekerjaan utama penduduk usia 15 tahun ke atas yang
bekerja selama seminggu yang lalu menurut lapangan
usaha tahun 2013.
Grafik 3.8
Persentase Pekerjaan Utama Penduduk Usia 15 Tahun ke
Atas yang Bekerja Selama Seminggu yang Lalu Menurut
Lapangan Usaha dan Jenis Kelamin Kabupaten Gorontalo,
Tahun 2013 (persen)
18
RKPD Kabupaten Gorontalo Tahun 2016
Sumber : Indeks Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gorontalo, BPS
(2014)
Grafik 3.8 menggambarkan bahwa jumlah tenaga
kerja laki – laki dominan pada lapangan usaha pertanian
dan sektor lainnya (pertambangan, listrik gas, bangunan,
transportasi,
perempuan
keuangan)
dominan
pada
sementara
lapangan
tenaga
usaha
kerja
industri
pengolahan dan jasa kemasyarakatan
e. Tingkat Kemiskinan
Dalam
mengukur
kemiskinan,
BPS
menggunakan
konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs
approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang
sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi
kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur
dari sisi pengeluaran. Penduduk miskin adalah penduduk
yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di
bawah garis kemiskinan.
Perkembangan tingkat kemiskinan yang mencakup
indikator jumlah dan persentase penduduk miskin pada
18
RKPD Kabupaten Gorontalo Tahun 2016
periode 2011-2013 cenderung mengalami fluktuasi, pada
tahun 2011 tingkat kemiskinan adalah sebesar 77,86 ribu
jiwa (21.31 persen). Pada tahun 2012 tingkat kemiskinan
mengalami penurunan sebesar 0,53 persen, yaitu menjadi
76,01 ribu jiwa atau sebesar 20,78 persen. Pada tahun 2013,
tingkat kemiskinan di Kabupaten Gorontalo kembali naik
menjadi 21,57 persen (naik 0,79 persen dibandingkan tahun
2012). Jumlah penduduk miskin pada tahun 2013 tercatat
sebesar 79,04 ribu jiwa.
Grafik 3.9
Perkembangan Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin
Di Kabupaten Gorontalo, 2011-2013
Sumber : BPS, Susenas 2013.
Terjadinya kenaikan tingkat kemiskinan bisa disebabkan
oleh banyak faktor, hal ini karena masalah kemiskinan
merupakan masalah yang kompleks. Kenaikan kemiskinan
pada tahun 2013 dibandingkan tahun 2012 kemungkinan
besar disebabkan oleh kenaikan harga BBM pada bulan Juni
2013. Naiknya harga BBM ini diikuti dengan kenaikan hargaharga secara umum (inflasi). Terjadinya inflasi yang cukup
tinggi
18
akan
mengakibatkan
menurunnya
daya
beli
RKPD Kabupaten Gorontalo Tahun 2016
masyarakat. Semakin kecil daya beli masyarakat akan
mengakibatkan penduduk yang berada di sekitar garis
kemiskinan (hampir miskin dan rentan miskin) akan mudah
tertarik ke bawah garis kemiskinan.
Selain itu, terjadinya kenaikan tingkat pengangguran
terbuka pada tahun 2013 dibandingkan tahun 2012 juga
menjadi salah satu alasan kenaikan tingkat kemiskinan. TPT
pada
tahun
2013
mencapai
4,96
persen
(7.376
jiwa)
sedangkan pada tahun 2012 TPT Kabupaten Gorontalo
sebesar 3,27 persen (5.024 jiwa).
Selain itu, sektor pertanian pada tahun 2013 dalam
memberikan
kontribusi
Kabupaten Gorontalo
terhadap
pembentukan
PDRB
mengalami penurunan dibandingkan
tahun 2012. Keadaan seperti ini menyebabkan pendapatan
mayoritas penduduk yang bekerja di sektor pertanian dimana
sebagian
besar
penduduk
yang
bekerja
di
Kabupaten
Gorontalo berada di sektor pertanian ini menjadi lebih sedikit.
Hal ini menyebabkan kemampuan/daya beli masyarakat yang
berpenghasilan
dari
sektor
pertanian
menjadi
lemah.
Sedangkan nilai garis kemiskinan semakin tinggi, hal ini
menyebabkan penduduk Kabupaten Gorontalo yang berada di
sekitar garis kemiskinan semakin banyak yang terdorong ke
bawah garis kemiskinan.
Berdasarkan gambaran tentang kondisi riil tentang kondisi
perekonomian global, nasional dan regional yang terjadi saat ini
serta dengan memperhitungkan tantangan yang dihadapi pada
masa mendatang, diperkirakan pertumbuhan ekonomi daerah
berpotensi adanya pelambatan atau bahkan terjadi penurunan
dibandingkan tahun –tahun sebelumnya. Namun secara umum
pertumbuhan ekonomi daerah masih dikontribusi oleh 3 (tga)
18
RKPD Kabupaten Gorontalo Tahun 2016
sektor ekonomi utama yaitu sektor primer melalui lapangan
usaha pertanian, sektor sekunder melalui lapangan usaha
kontruksi dan sektor tersier melalui lapangan usaha jasa – jasa.
Sementara itu dapat digambarkan perkiraan perekonomian
secara makro di Kabupaten Gorontalo pada Tahun 2015 dan
Tahun 2016, sebagaimana terinci dalam tabel berikut:
18
RKPD Kabupaten Gorontalo Tahun 2016
Tabel 3.5
Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Kabupaten Gorontalo Tahun 2015 dan Tahun 2016
Indikator
Ekonomi Makro
18
Realisasi
Perkiraan *
2011
2012
2013
2014
2015
2016
Pertumbuhan
Ekonomi (%)
7,68
7,69
7,71
7,52 – 7,62 *
7,62 – 7,72 *
7,72 - 7,82 *
PDRB ADHB
(Juta Rupiah)
2.691.561,72
3.005.171,37
3.313.515,84
3.313.516,00 *
4.039.710,14 *
4.381.081,96 *
PDRB ADHK
(Juta Rupiah)
927.904,15
999.221,90
1.076.261,36
1.120.355,20 *
1.181.905,84 *
1.243.456,48 *
PDRB Perkapita
ADHB (Rp)
6.793.958,57
8.165.050,60
9.058.742,37
9.898.389,20 *
10.815.862,45 *
11.733.335,70 *
PDRB Perkapita
ADHK (Rp)
2.549.613,59
2.714.885,90
2.942.365,41
3.129.333,96 *
3.35.356,53 *
3.481.379,09 *
Tingkat
Pengangguran
Terbuka (%)
3,91
3,27
4,96
4,39 - 4,89 *
4,25 – 4,75 *
3,75 – 4,25 *
Inflasi (%)
4,03
5,31
5,84
6,14
5,75 – 6,00 *
4,75 – 5,25 *
% Penduduk
Miskin
21,31
20,78
21,57
20,83 – 21,01 *
20,10 – 20,46 *
19,37 – 19,91 *
RKPD Kabupaten Gorontalo Tahun 2016
3.1.2.
Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerah
Tahun 2016 dan Tahun 2017
Seiring dengan perkembangan kondisi, maka kebijakan
ekonomidaerah tetap diarahkan dan diupayakan dengan caracara: (1)meningkatkan pertumbuhan ekonomi, (2) menekan laju
inflasi
agar
tidakmelebihi
satu
digit,
(3)
menekan
laju
pertumbuhan penduduk. Sebagaimanagambaran diatas, agar
pertumbuhan perekonomian daerah berjalan padajalur yang
benar
perlu
dijaga
terciptanya
kondisi
keuangan
yang
mantap,yaitu dengan mengupayakan terciptanya pelaksanaan
pembangunan
yangaman
secara
politis
dan
layak
secara
ekonomis.Berdasarkan kondisi dan perkembangan perekonomian
Kabupaten
Gorontalo
serta
mempertimbangkan
kondisi
lingkungan internal dan eksternal,maka tantangan dan prospek
perekonomian daerah yang dihadapi pada Tahun 2016 dan 2017
adalah sebagai berikut :
a. Tantangan
Diperkirakan perekonomian Kabupaten Gorontalo masih
akandihadapkan pada sejumlah tantangan akibat pengaruh dari
dinamikainternal maupun lingkungan perekonomian global yang
terjadi
dalambeberapa
tahun
terakhir.
Beragam
tantangan
dimaksud perlu disikapisecara arif dan komprehensif serta
dengan langkah-langkah yang lebihnyata. Tantangan dimaksud
antara lain masih mencakup:
1)
Percepatan pertumbuhan ekonomi akan terus diupayakan
denganmengembangkan
pertumbuhan
sektor-sektor
RKPD Kabupaten Gorontalo Tahun 2016
ekonomi dominan.Pertumbuhan ekonomi dengan percepatan
yang lebih tinggi,terjaganya stabilitas ekonomi makro, dan
dengan pembenahan yangsungguh-sungguh pada sektor riil,
diharapkan akan dapat mendorongpeningkatan investasi
dan menciptakan lapangan kerja yang lebih luasdengan
fokus utama untuk menurunkan tingkat pengangguran
dankemiskinan. Dalam hal ini diperlukan strategi kebijakan
yang tepatdengan menempatkan prioritas pengembangan
pada sektor-sektoryang mempunyai efek pengganda tinggi
dalam menciptakankesempatan kerja.
2)
Menciptakan iklim investasi yang lebih kondusif. Ini adalah
tantangancukup
mengingat
kegiatan
investasi
besar
bagi
investasimerupakan
ekonomi
daerah.
tersebut
denganmengadakan
telah
perbaikan
pemerintah
salah
dewasa
satu
penggerak
Komitmenperbaikan
dilakukan
di
perundang-undangan,pelayanan,
iklim
pemerintah
bidang
dan
ini
peraturan
penyederhanaan
prosedur termasuk penyederhanaanbirokrasi.
3)
Menyediakan infrastruktur yang cukup dan berkualitas. Hal
inimerupakan
prasyarat
pertumbuhanekonomi
agar
dapat
tinggi
mencapai
dan
tingkat
berkelanjutan.
Ketersediaan infrastruktur yang tidakmemadai akan menjadi
kendala bagi masuknya investasi. Selain ituinfrastruktur
sangat
dibutuhkan
tercapainyapertumbuhan
karena
ekonomi
dan
mendukung
pembangunan
ekonomi yangberkelanjutan. Infrastruktur tersebut dapat
menyokong banyak aspekekonomi dan kegiatan sosial.
RKPD Kabupaten Gorontalo Tahun 2016
4)
Meningkatkan
daya
saing
ekspor,
untuk
mencapai
peningkatanpertumbuhan ekspor yang tinggi. Tingginya
pertumbuhan ekspordiperlukan tidak saja sebagai penopang
pertumbuhan ekonomi yangtinggi dan berkelanjutan juga
untuk merangsang penciptaan lapangankerja yang lebih luas
dan bermutu.
5)
Meningkatkan partisipasi swasta melalui kemitraan antara
pemerintah,masyarakat
dan
(public-private
swasta
partnership). Tantangan inimenjadi cukup penting karena
terbatasnya sumber daya pemerintahdalam pembiayaan
pembangunan, terutama terkait dengan efisiensipembiayaan
investasi dan penyediaan infrastruktur yang bervariasidan
berkualitas.
6)
Membangun landasan yang lebih kuat untuk pertumbuhan
ekonomiyang berkelanjutan. Pembangunan daerah tidak lagi
dapat
tetapi
didasarkanpada
harus
didasarkan
berkelanjutan
yang
secara
ekonomi
semata,
padapembangunan
dengan
ekonomis,bermanfaat
kelembagaan
pembangunan
memnuhi
sosial,
memadai,dan
yang
kriteria
didukung
menjaga
oleh
kelestarian
lingkungan hidup.
Adapun
analisis
SWOT
untuk
tantangan
perekonomian
Kabupaten Gorontalo Tahun 2015-2017 terlihat pada tabel 3…..
Tabel 3.
SWOT Ekonomi Kabupaten Gorontalo Tahun 20152017
VARIABEL
KEKUATAN
SUB VARIABEL
1. Jumlah penduduk dan meningkatnya
kunjungan penduduk luar wilayah
RKPD Kabupaten Gorontalo Tahun 2016
KELEMAHAN
PELUANG
merupakan potensi pasar.
2. Minat
perusahaan
yang
akan
melakukan investasi di Kabupaten
Gorontalo cukup tinggi.
3. Ekspektasi positif pelaku usaha dan
konsumen
positif
terhadap
perekonomian Kabupaten Gorontalo ke
depan.
4. Permintaan akan meningkat sejalan
dengan kenaikan pendapatan.
5. Infrastruktur meningkat (kualitas dan
kuantitas)
6. Kredit meningkat.
7. Kabupaten Gorontalo memilki lahan
pertanian yang sangat luas.
1. Konflik dalam penetapan UMK yang
mempengaruhi produksi.
2. Perubahan cuaca akan berdampak pada
produksi.
3. Potensi dampak lanjutan perubahan
harga-harga yang diatur pemerintah
terhadap ongkos produksi dan volume
produksi.
4. Kontribusi sektor pertanian terhadap
pembentukan
PDRB
Kabupaten
Gorontalo
mengalami
penurunan,
sehingga menyebabkan pendapatan
mayoritas penduduk yang bekerja
disektor pertanian dimana sebagian
besarpenduduk
yang
bekerja
di
Kabupaten Gorontalo berada di sektor
pertanian ini menjadi lebih sedikit.
5. Proporsi
angka
kemiskinan
dan
pengangguran
yang
cenderung
mengalami
kenaikan,
maka
pada
beberapa tahun ke depan diperkirakan
masih relatif besar, sehinggga program
pengentasan
kemiskinan
dan
penciptaan lapangan kerja harus masih
menjadi prioritas.
1. Ekspansi fiskal pemerintah pusat dan
daerah berdampak positif terhadap
sektor usaha.
2. Stabilitas
politik
yang
terjaga
berdampak terhadap Stabilitas ekonomi
RKPD Kabupaten Gorontalo Tahun 2016
TANTANGAN
1. Menjaga stabilitas nilai tukar dan
stabilitas harga.
2. Memperbaiki
kualitas
pelayanan
birokrasi.
3. Peningkatan target indeks daya beli
masyarakat, sehingga perlu adanya
upaya-upaya yang kongkrit untuk
mencapai target tersebut.
4. Tantangan perubahan iklim dan out
breakhama penyakit, dikhawatirkan
produksi pangan Kabupaten Gorontalo
akan mengalami penurunan pada
beberapa tahun ke depan. Perlu adanya
upaya peningkatan produksi pangan
melalui perbaikan sistem perbenihan,
intensifikasi, proteksi, pengolahan hasil,
fasilitas sarana produksi.
5. Kelangkaan energi pada beberapa
tahun mendatang diperkirakan akan
semakin
terasa,
sehingga
untuk
antisipasinya
perlu
ada
upaya
peningkatan
eksplorasi
dan
pengembangan
sumber
energi
alternatif.
6. Perlu ada upaya peningkatan daya
saing produk Kabupaten Gorontalo.
7. Di bidang teknologi, peran Perguruan
Tinggi dalam Lembaga Penelitian dan
Pengembangan
dalam
pemacuan
inovasi untuk pembangunan masih
relatif rendah, sehingga perlu adanya
upaya peningkatan peran Perguruan
Tinggi dan Lembaga Penelitian dan
Pengembangan
dalam
pemacuan
inovasi untuk pembangunan Kabupaten
Gorontalo.
8. Tuntutan upah minimum kerja yang
mencuat di beberapa industri.
9. Penciptaan
keterkaitan
industri
pengolah dengan sumber daya lokal.
10. Penciptaan keterkaitan pembangunan
perkotaan dan pedesaan.
RKPD Kabupaten Gorontalo Tahun 2016
b. Prospek Perekonomian Daerah Tahun 2016-2017
Khusus untuk menghadapi berbagai tantangan tersebut,
Kabupaten Gorontalo mempunyai potensi sumber daya alam dan
sumber daya manusia yang dapat dianggap sebagai prospek
dalam menghadapi tantangan tersebut.
Tabel 3.
Prospek Perekonomian Kabupaten Gorontalo
N
Bidang/Fenomen
o
a
INTERNAL
1 Pertanian/Pangan
2
Industri
3
Energi
Uraian
Kabupaten Gorontalo memiliki lahan
pertanian yang cukup luas, dengan
jumlah petani yang cukup banyak,
serta
komoditas
yang
cukup
beragam
ditunjang
keberadaan
Daerah Irigasi (DI) yang terdiri atas
DI potensial seluas 9.366 Ha, dan DI
areal tanam/fungsional seluas 7.921
Ha.
Panjang saluran irigasi di Kabupaten
Gorontalo terdiri atas : primer
28.931 m, sekunder 93.621 m,
tersier 274.049 m.
Kabupaten Gorontalo memiliki industri
baik skala besar, menengah, kecil dan
mikro.
Kabupaten
Gorontalo
memiliki
sumber daya alam, sumber energi
alternatif yang cukup banyak, baik
dari
bahan
tambang
maupun
komoditas pertanian.
Aliran sungai yang terdapat di
Kabupaten Gorontalo berjumlah 119
sungai (sungai 58, anak sungai 61),
dengan panjang total 1.158,65 Km.
RKPD Kabupaten Gorontalo Tahun 2016
Hal ini merupakan salah satu potensi
yang dapat dimanfaatkan sebagai
sumber air dan energi.
4
Teknologi
Kabupaten
Gorontalo
memiliki
beberapa
Perguruan
Tinggi
dan
Lembaga
Litbang
Departemen
maupun Non Departemen.
EKSTERNAL
1 Kelangkaan pangan
di tingkat global
dan nasional
2 Pergeseran
kekuatan ekonomi
ke Asia
Merupakan peluang bagi Kabupaten
Gorontalo dalam pemasar