S SOS 1000364 Chapter1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian
Mahasiswa

merupakan

golongan

masyarakat

yang

berkesempatan

mengenyam pendidikan tinggi dan mempunyai perspektif luas untuk bergerak di
seluruh aspek kehidupan dan merupakan generasi yang bersinggungan langsung
dengan kehidupan akademis dan dapat memberi contoh pada kalangan masyarakat.
Menyandang gelar mahasiswa merupakan suatu kebanggaan sekaligus tantangan.
Bagaimana tidak, ekspektasi dan tanggung jawab yang diemban oleh mahasiswa

begitu besar, dalam beberapa kesempatan mahasiswa kerap berada di garda depan
dalam proses perubahan di negara kita. Oleh karena itu, mahasiswa disebut sebagai
agent of change atau seorang agen pembawa perubahan yakni seorang yang dapat
memberikan solusi bagi permasalahan yang dihadapi oleh suatu bangsa di berbagai
belahan dunia. Mahasiswa merupakan cendekiawan masa depan yang nantinya akan
terjun ke dalam dunia nyata (masyarakat) sehingga diharapkan dapat memberikan hal
positif atau contoh sebagai kaum intelektual.
Menurut Sarwono (1978, hlm. 19) “mahasiswa adalah setiap orang yang
secara resmi terdaftar untuk mengikuti pelajaran di perguruan tinggi dengan batas
usia sekitar 18-30 tahun”. Mahasiswi adalah sebutan bagi perempuan yang menuntut
ilmu di perguruan tinggi. Menurut kamus besar bahasa Indonesia mahasiswi adalah
mahasiswa perempuan. Dalam hal ini, mahasiswi dapat dikatakan sebagai mereka
yang telah memasuki masa remaja akhir, tetapi dapat juga dikatakan mereka telah
memasuki tahap dewasa awal, karena “batas masa dewasa awal adalah 19–24 tahun
(Monks, 1998, hlm. 262). Sesuai dengan karakteristik pada tahap perkembangan
dalam masa tersebut, mahasiswi berusaha untuk mencari jati diri, tetapi kenyataannya
mereka masih belum mampu untuk berdiri sendiri. Hal tersebut menyebabkan
labilitas emosi pada masa itu meningkat. Selain itu, masa tersebut adalah masa untuk
1
Muhamad Ibnul Fikri, 2015

PERSEPSI MAHASISWA PENDIDIKAN SOSIOLOGI TENTANG PERILAKU MEROKOK MAHASISWI DI
LINGKUNGAN KAMPUS UPI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2

menemukan identitas diri. Mereka akan cenderung mencoba-coba dan mengikuti
segala sesuatu yang menarik minat mereka, salah satunya yakni merokok.
Merokok merupakan suatu bentuk perilaku yang dewasa ini banyak dijumpai.
Merokok bukan hanya dilakukan oleh kaum laki-laki tapi juga oleh kaum perempuan.
Namun, beberapa pihak berasumsi bahwa nilai moral seorang perempuan akan luntur
ketika ia merokok. Perspektif budaya Timur beranggapan bahwa seharusnya seorang
perempuan yang memiliki nilai moral yang baik tidaklah merokok. Hal yang menjadi
titik berat disini adalah masih pada nilai normatif seorang perempuan, atau mungkin
hanya sebatas paradigma atau pemikiran dari manusia itu sendiri, misalnya
perempuan perokok sering dipandang sebagai perempuan nakal dan liar yang tidak
memiliki nilai-nilai kebaikan dalam kehidupannya. Seringkali pula ditemukan bahwa
orang yang merokok telah memulai perilaku merokoknya pada usia yang masih
muda. Berbeda dengan laki-laki merokok yang tidak mendapatkan stigma buruk dari
masyarakat karena dianggap hal yang biasa, perempuan merokok masih dianggap

sangat tabu sehingga mendapatkan stigma buruk khususnya di Indonesia, yang
menjunjung nilai sosial adat ketimuran. Menurut salah seorang aktivis perempuan,
Dwi Ayu (Berita Hukum, 2012), dalam diskusi “Perempuan Berbicara Kretek”, yang
diadakan oleh komunitas kretek bersama Wisdom Institute Newseum, Jakarta Pusat
pada tanggal 13 September 2012 “perokok perempuan dianggap terkait dengan halhal yang kurang bermoral, seperti begadang, minum minuman keras dan sebagainya”.
Di sini peneliti menemukan fenomena yang sering dijumpai akhir-akhir ini,
dimana banyak terlihat para perempuan merokok. Walaupun perempuan merokok
erat dengan stigma buruk, namun berkembangnya perempuan yang memutuskan
untuk merokok, menjadi sebuah fenomena yang menarik untuk diteliti. Berdasarkan
kultur negeri kita, persoalan merokok yang dilakukan oleh perempuan menjadi
sesuatu hal yang masih tabu.

Gerungan (2009,

hlm. 47 ) menjelaskan “dalam

kehidupan berkelompok dan bermasyarakat terdapat nilai-nilai atau norma-norma

Muhamad Ibnul Fikri, 2015
PERSEPSI MAHASISWA PENDIDIKAN SOSIOLOGI TENTANG PERILAKU MEROKOK MAHASISWI DI

LINGKUNGAN KAMPUS UPI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3

mengenai cara tingkah laku yang patut dan diharapkan akan dilakukan oleh anggota
kelompok masyarakat tersebut”.
Kebiasaan merokok bagi mahasisiwi bukanlah suatu hal yang baru, bahkan
menjadi suatu gaya hidup masa kini. Awalnya merokok hanyalah untuk mencobacoba, karena melihat teman-teman di sekitar mereka merokok, lalu mereka ingin ikut
mencoba, ataupun pergaulan hidup mereka memang demikian, tetapi akhirnya lamakelamaan mereka menjadi ketagihan dan menjadikan rokok sebagai suatu kebutuhan
yang sulit untuk dihentikan. “Dengan merokok, mahasisiwi dapat memenuhi
kebutuhan akan identitas dirinya dan akan mendapatkan pengakuan dari lingkungan
sekitarnya” (Deny, Kompasiana 3 Desember 2011, hlm. 19). Banyak pro kontra
mengenai kebiasaan merokok bagi perempuan, tapi apakah memang perilaku
merokok bagi perempuan menjadi suatu gaya hidup atau tidak.
Fakta menyebutkan bahwa perokok perempuan khususnya remaja usia muda
semakin banyak jumlahnya. Suatu penelitian yang dilakukan menemukan bahwa
“56,7% remaja laki-laki merokok, sedangkan 7,15 % remaja perempuan yang
merokok” (Smet, 1994 hlm. 50).


Selain itu, dari hasil survei Sosial Ekonomi

(Susenas), prevalansi merokok pada perempuan dewasa meningkat dari 1,3 % pada
tahun 2001 menjadi 4,5% pada tahun 2004. Hal ini dikarenakan “perempuan
cenderung mudah stress dan menganggap rokok efektif untuk mengurangi stress,
secara emosional perempuan cenderung lebih labil daripada

laki-laki sehingga

perempuan menjadikan rokok sebagai pelarian untuk mengurangi stress” (Maghriza,
2009 hlm. 17). Berdasarkan data yang diperoleh Departemen Kesehatan RI, “saat ini
jumlah perempuan Indonesia yang merokok mencapai 40,5 % dari keseluruhan
jumlah penduduk di Indonesia, dan yang menduduki peringkat pertama adalah
mahasiswa perempuan, kemudian disusul oleh pelajar pada urutan kedua” (Aiman,
2006 hlm. 29).

Muhamad Ibnul Fikri, 2015
PERSEPSI MAHASISWA PENDIDIKAN SOSIOLOGI TENTANG PERILAKU MEROKOK MAHASISWI DI
LINGKUNGAN KAMPUS UPI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


4

Dalam pengamatan peneliti pada saat survey awal bulan Januari 2014 peneliti
menemukan informasi data

mahasiswi yang merokok di sekitar lingkungan

Universitas Pendidikan Indonesia. Data tersebut dapat disajikan sebagai berikut:

Tabel 1.1
Data Mahasiswi yang Merokok

NO FAKULTAS
1

FPEB

JUMLAH
± 22 orang mahasiswi


TEMPAT MEROKOK
-Kantin FPEB Lama
-Halaman fakultas
-Kopma

2

FPIPS

± 17 orang Mahasiswi

-Kantin FPIPS
-Halaman fakultas
-Kopma

3

FPBS


± 18 orang Mahasiswi

-Kantin FPBS
-Halaman fakultas

4

FIP

± 10 orang

-Kantip FIP
-FIP

(Sumber: hasil survey peneliti, Januari 2014)

Pada tabel di atas peneliti menemukan informasi data mengenai dimana saja
tempat biasanya mahasiswi tersebut merokok seperti di sekitar halaman Fakultas
atau di kantin, sebagai tempat yang paling nyaman untuk mahasiswi itu merokok.
Semua itu mereka lakukan tanpa ada perasaan takut ataupun perasaan malu. Mereka

terlihat melakukannya dengan santai dan terlihat sangat mahir. Hal ini mungkin
Muhamad Ibnul Fikri, 2015
PERSEPSI MAHASISWA PENDIDIKAN SOSIOLOGI TENTANG PERILAKU MEROKOK MAHASISWI DI
LINGKUNGAN KAMPUS UPI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5

disebabkan karena mereka telah terbiasa dengan perbuatan tersebut. Di kalangan
masyarakat, khususnya di Indonesia, fenomena perempuan yang merokok masih
dipandang sebagai sesuatu yang kurang baik untuk dilihat. Sebagian masyarakat
masih memandang perilaku merokok lebih pantas dilakukan oleh laki-laki dibanding
wanita. Apabila seorang perempuan terutama mahasiswi merokok, maka hal tersebut
dapat menimbulkan pergunjingan di masyarakat, bahkan berujung penilaian yang
negatif dari masyarakat terhadap perempuan yang merokok.
Mahasiswi yang merokok akan dipandang tidak baik oleh sebagian
masyarakat, karena mahasisiwi diharapkan dapat memberikan contoh perbuatan yang
benar pada generasi-generasi penerusnya. Tetapi pada kenyataannya sudah banyak
terlihat mahasisiwi merokok, entah karena mereka hanya mencoba-coba ataupun
karena mereka sudah terbiasa dengan perbuatan mereka tersebut. Hal ini dapat

menimbulkan masalah di masyarakat atau di lingkungan kampus, terutama mengenai
kebiasaaan-kebiasaaan yang dianggap pantas dilakukan oleh seseorang mahasiswi
dan kebiasaan–kebiasaan yang kurang pantas bila dilakukan oleh mahasiswi. Secara
nilai, norma dan moral seorang perempuan itu berperilaku yang menonjolkan sifatsifat feminisme yaitu kelembutan, sensitif, kahalusan, lemah gemulai dan berempati.
merujuk pada konsep gender. Fakih (2006, hlm. 71)

mengemukakan “gender

merupakan suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang
dikonstruksikan secara sosial maupun kultural”.
Perubahan ciri dan sifat-sifat yang terjadi dari waktu ke waktu dan dari tempat
ke tempat lainnya disebut konsep gender. Oleh karena itu, peneliti mengambil satu
contoh dari fenomena masyarakat yang terjadi di sekitar mahasiswa, yaitu
dititikberatkan kepada mahasiswi yang merokok di lingkungan kampus sebagai
mahasiswi perokok aktif. Peneliti ingin mengetahui pandangan seseorang dalam
melihat mahasiswi yang merokok, khususnya mahasiswa Pendidikan Sosiologi yang
menjadi mitra peneliti yang mempersepsikan. Mahasiswa Pendidikan Sosiologi
dianggap relevan dengan penelitian yang akan diteliti, di mana sosiologi merupakan
Muhamad Ibnul Fikri, 2015
PERSEPSI MAHASISWA PENDIDIKAN SOSIOLOGI TENTANG PERILAKU MEROKOK MAHASISWI DI

LINGKUNGAN KAMPUS UPI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6

ilmu yang mempelajari tentang masyarakat sehingga disesuaikan dengan disiplin
ilmu dan kompetensi mahasiswa yang telah dipelajari, mahasiswa pendidikan
sosiologi dituntut untuk peka terhadap permasalahan sosial yang ada di masyarakat,
seperti halnya fenomena perilaku merokok. Sebagai calon pengajar dan sosiolog,
mahasiswa pendidikan sosiologi merupakan calon riset dan mampu membuat analisis
mengenai perilaku merokok mahasiswi. Untuk itu, pandangan para pemikir sosiologi
UPI yang mempersepsikan diharapkan mampu memberikan pemahaman yang lebih
selektif mengenai fenomena perilaku merokok mahasiswi.
Berdasarkan uraikan diatas, peneliti tertarik untuk mengangkat permasalahan
tersebut

ke

dalam

PENDIDIKAN

penelitian yang

SOSIOLOGI

berjudul

TENTANG

“PERSEPSI
PERILAKU

MAHASISWA
MEROKOK

MAHASISWI DI LINGKUNGAN KAMPUS UPI.
B. Rumusan Masalah Penelitian
Penelitian mengenai persepsi merokok pada perempuan terutama di
lingkungan kampus belum begitu banyak sehingga masalah penelitian ini adalah
ingin mengetahui tentang “Persepsi Mahasiswa Pendidikan Sosiologi tentang
Perilaku Merokok Mahasiswi di Lingkungan Kampus Universitas Pendidikan
Indonesia”. Adapun penelitian ini memang hanya melihat persepsi dari mahasiswa
pendidikan Sosiologi saja, dikarenakan Sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari
tentang masyarakat, maka diharapkan mahasiswa Sosiologi dalam memandangnya
menjadi suatu telaah ilmiah bagi pengembangan keilmuan di bidang rumpun
Sosiologi yang membahas konsep perilaku menyimpang, dan tidak adanya poin
pertanyaan yang lebih khusus, untuk itu peneliti memfokuskan sesuai judul
penelitian.
Berdasarkan penjelasan di atas, masalah umum penelitian ini adalah
“Bagaimanakah persepsi mahasiswa Pendidikan Sosiologi tentang perilaku merokok
mahasiswi di lingkungan kampus UPI”. Rumusan masalah tersebut dapat dijabarkan
menjadi pertanyaan penelitian sebagai berikut:
Muhamad Ibnul Fikri, 2015
PERSEPSI MAHASISWA PENDIDIKAN SOSIOLOGI TENTANG PERILAKU MEROKOK MAHASISWI DI
LINGKUNGAN KAMPUS UPI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

7

1. Bagaimanakah persepsi mahasiswa Pendidikan Sosiologi tentang perilaku
merokok mahasiswi dipandang dari nilai sosial?
2. Apakah mahasiswa Pendidikan Sosiologi mempersepsikan perilaku merokok
mahasiswi di lingkungan kampus UPI merupakan gaya hidup?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan umum dari penelitian ini untuk memperoleh gambaran tentang
“Persepsi Mahasiswa Pendidikan Sosiologi tentang perilaku merokok mahasiswi di
lingkungan Kampus Universitas Pendidikan Indonesia”.
Tujuan penelitian dapat dijabarkan menjadi tujuan khusus penelitian sebagai
berikut :
1. Untuk memperoleh gambaran persepsi mahasiswa Pendidikan Sosiologi tentang
perilaku merokok mahasiswi dipandang dari nilai sosial di masyarakat.
2. Untuk memperoleh gambaran mengenai persepsi mahasiswa Pendidikan
Sosiologi tentang perilaku merokok mahasiswi di lingkungan kampus UPI
sebagai gaya hidup.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, penulis dapat
mengembangkan pola pikir imiah dan sistematis serta membantu pengembangan
teori keilmuan Sosiologi khususnya berdasarkan konsep nilai sosial di
masyarakat.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat, antara lain :
a. Bagi Mahasiswa Pendidikan Sosiologi

Muhamad Ibnul Fikri, 2015
PERSEPSI MAHASISWA PENDIDIKAN SOSIOLOGI TENTANG PERILAKU MEROKOK MAHASISWI DI
LINGKUNGAN KAMPUS UPI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

8

Pemberian pengalaman dalam mempersepsikan fenomena perilaku merokok
mahasiswi di lingkungan Kampus UPI.
b. Mahasiswi Perokok
Memberikan pengetahuan bahwasannya mahasiswa Pendidikan Sosiologi atau
sebagian masyarakat masih memandang perilaku merokok mahasiswi dipandang
negatif atau mendapat stigma buruk di masyarakat atau di lingkungan mahasiswa
khususnya.

E. Struktur Organisasi Skripsi
Bab I Pendahuluan, berisi uraian tentang pendahuluan dan merupakan bagian
awal skripsi. Pendahuluan berisi latar belakang penelitian (memaparkan tentang
alasan peneliti tertarik untuk meneliti masalah penelitian serta berbagai fakta yang
terjadi dilapangan), rumusan masalah penelitian (dinyatakan dalam bentuk kalimat
tanya tentang masalah yang akan diteliti), tujuan penelitian (menyajikan hasil yang
ingin dicapai setelah penelitian selesai dilakukan), manfaat penelitian berisi tentang
manfaat yang diperoleh biasanya dilihat dari salah satu atau beberapa aspek (manfaat
teoritis dan manfaat praktis), struktur organisasi skripsi (berisi tentang urutan
penulisan setiap bab dan bagian dalam skripsi mulai dari bab I sampai dengan bab
terakhir).
Bab II Tinjauan Pustaka dan Kerangka Pemikiran. Tinjauan pustakan
dimaksudkan sebagai landasan teoritik dalam menyusun pertanyaan penelitian dan
tujuan. Kajian pustaka berisi konsep-konsep dalam bidang kajiannya, penelitian
terdahulu yang relevan dengan bidang yang diteliti termasuk prosedur, subjek dan
temuannya, posisi teoritis peneliti yang berkenaan dengan masalah yang diteliti.
Kerangka pemikiran merupakan tahapan yang harus ditempuh untuk mengkaji
hubungan antar variabel penelitian, sedangkan hipotesis merupakan jawaban

Muhamad Ibnul Fikri, 2015
PERSEPSI MAHASISWA PENDIDIKAN SOSIOLOGI TENTANG PERILAKU MEROKOK MAHASISWI DI
LINGKUNGAN KAMPUS UPI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

9

sementara terhadap masalah yang dirumuskan dalam penelitian atau submasalah yang
diteliti.
Bab III Metode Penelitian. Dalam metode penelitian menjelaskan secara rinci
tentang metodologi yang ingin digunakan dan jenis penelitian. Termasuk beberapa
komponen seperti lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, metode penelitian,
definisi operasional yang dirumuskan untuk setiap variabel harus melahirkan
indikator-indikator dari setiap variabel yang diteliti yang kemudian dijabarkan dalam
instrumen penelitian.
Bab IV Penelitian dan Pembahasan. Pada bab ini memuat dua hal utama yaitu,
pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah
penelitian, pertanyaan penelitian, hipotesis, tujuan penelitian, dan pembahasan atau
analisis temuan. Pengolahan data dilakukan berdasarkan prosedur penelitian
kuantitatif sesuai dengan desain penelitian yang diuraikan dalam bagian sebelumnya
dari skripsi.
Bab V Simpulan dan Saran. Dalam Bab simpulan dan saran menyajikan
penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan. Ada dua alternatif
cara penulisan simpulan, yakni dengan cara butir demi butir atau dengan cara uraian
padat. Untuk karya tulis ilmiah seperti skripsi, terutama tesis dan disertasi penulisan
simpulan dengan cara uraian padat lebih baik dari pada dengan cara butir demi butir.
Simpulan harus menjawab pertanyaan penelitian atau rumusan masalah. Saran atau
rekomendasi yang ditulis setelah simpulan dapat ditujukan kepada para pembuat
kebijakan, kepada para pengguna hasil penelitian yang bersangkutan, kepada peneliti
berikutnya yang berminat untuk melakukan penelitian selanjutnya dan kepada
pemecahan masalah di lapangan atau follow up dari hasil peneliti.

Muhamad Ibnul Fikri, 2015
PERSEPSI MAHASISWA PENDIDIKAN SOSIOLOGI TENTANG PERILAKU MEROKOK MAHASISWI DI
LINGKUNGAN KAMPUS UPI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu