Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah dan Bank Umum Konvensional di Indonesia (Tahun 2011-2013)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem keuangan merupakan suatu sarana penting dalam peradaban masyarakat modern. Tugas utamanya adalah menghimpun dana (funding) dari masyarakat dan menyalurkan dana (lending) tersebut kepada peminjam, kemudian digunakan untuk ditanamkan pada sektor produksi atau investasi, di samping digunakan untuk aktivitas membeli barang dan jasa-jasa sehingga aktivitas ekonomi dapat tumbuh dan berkembang serta meningkatkan standar kehidupan. Oleh karena itu, sistem keuangan memiliki peranan yang sangat mendasar dalam perekonomian dan kehidupan masyarakat.
Perkembangan perekonomian nasional senantiasa bergerak cepat dengan tantangan yang semakin kompleks. Oleh karena itu, diperlukan berbagai penyesuaian kebijakan di bidang ekonomi termasuk sektor perbankan sehingga diharapkan akan dapat memperbaiki dan memperkukuh perekonomian nasional.
Sektor Perbankan memiliki posisi strategis sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediaries) dan penunjang sistem pembayaran yang merupakan faktor yang sangat menentukan dalam proses penyesuaian yang dimaksud. Sehubungan dengan itu, diperlukan penyempurnaan terhadap sistem perbankan nasional yang bukan hanya mencakup upaya penyehatan bank secara individual melainkan juga penyehatan sistem perbankan nasional secara menyeluruh.
(2)
Industri perbankan Indonesia sebenarnya telah mengalami pasang surut, yang dimulai pada tahun 1983, ketika berbagai macam de-regulasi mulai dilakukan pemerintah, kemudian bisnis perbankan berkembang dengan pesat pada kurun waktu 1988-1996. Pada pertengahan tahun 1997 industri perbankan akhirnya terpuruk sebagai imbas dari terjadinya krisis moneter dan krisis ekonomi yang melanda perekonomian Indonesia. Untuk menanggulangi hal tersebut, maka pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No 10 Tahun 1998. Dengan adanya Undang-Undang tersebut kemudian dikenal dua sistem perbankan di Indonesia (Dual Banking System), yakni bank yang melakukan usaha secara konvensional (menerapkan bunga) dan bank yang melakukan usaha secara syariah (menerapkan bagi hasil).
Dunia perbankan di Indonesia saat ini mengalami persaingan antar bank yang sangat tajam yang ditandai dengan munculnya bank-bank baru sehingga persaingan tersebut akan bertambah ketat. Keadaan ini menyebabkan pihak perbankan dituntut untuk segera melakukan langkah-langkah penyesuaian kebijakan dan memilih strategi yang tepat untuk menguasai perubahan selanjutnya. Persaingan perbankan juga bukan hanya berasal dari pesaing dalam negeri tetapi juga pesaing luar negeri sehingga jajaran perbankan di Indonesia perlu cepat tanggap dalam menghadapinya.
Peranan bank sebagai lembaga intermediasi dalam bidang keuangan cukup strategis baik untuk saat ini maupun dimasa yang akan datang. Dengan beragamnya fasilitas perbankan yang dimiliki seperti : ATM, Bank cards, SMS Banking, Internet Banking dan lain-lain, serta kemudahan dalam penarikan
(3)
penyetoran dana maupun beragamnya instrument perbankan dalam perkreditan, maka membuat masyarakat sudah terbiasa dengan jasa pelayanan melalui bank.
Menurut Triandaru dan Budisantoso (2007,hal.153) ditinjau dari segi imbalan atau jasa atas penggunaan dana, baik simpanan maupun pinjaman, bank dapat dibedakan menjadi:
1. Bank Konvensional, yaitu bank yang dalam aktivitasnya baik penghimpuanan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya, memberikan dan mengenakan imbalan berupa bunga atau sejumlah imbalan dalam persentase tertentu dari dana untuk suatu periode tertentu. 2. Bank Syariah, yaitu bank yang dalam aktivitasnya, baik menghimpun dana
maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah yaitu jual beli dan bagi hasil.
Hal mendasar yang membedakan antara lembaga keuangan konvensional dengan syariah adalah terletak pada pengembalian dan pembagian keuntungan yang diberikan oleh nasabah kepada lembaga keuangan dan/atau yang diberikan oleh lembaga keuangan kepada nasabah. Kegiatan operasional bank syariah menggunakan prinsip bagi hasil (profit and loss sharing). Bank syariah tidak menggunakan bunga sebagai alat untuk memperoleh pendapatan maupun membebankan bunga atas penggunaan dana dan pinjaman karena bunga merupakan riba yang diharamkan. Pola bagi hasil pada bank syariah memungkinkan nasabah untuk mengawasi langsung kinerja bank syariah melalui monitoring atas jumlah bagi hasil yang diperoleh. Jumlah keuntungan bank semakin besar maka semakin besar pula bagi hasil yang akan diterima nasabah,
(4)
demikian juga sebaliknya. Jumlah bagi hasil yang kecil atau mengecil dalam waktu cukup lama menjadi indikator bahwa pengelolaan bank merosot. Keadaan itu merupakan peringatan dini yang transparan dan mudah bagi nasabah. Berbeda dari perbankan konvensional,nasabah tidak dapat menilai kinerja hanya dari indikator bunga yang diperoleh.
Fenomena yang terjadi menunjukkan bahwa Kemajuan Bank Umum Syariah saat ini cukup pesat, namun jika dibandingkan dengan Bank Umum Konvensional, share Bank Umum Syariah masih sangat kecil atau hanya sekitar 2,14% dari total Perbankan Nasional. Operasional Bank Syariah yang menggunakan prinsip bagi hasil ini ternyata menjadi solusi terhadap wabah penyakit negative spread yang dialami oleh Bank Konvensional, karena konsekuensi dari sistem bunga yang ditetapkan oleh bank konvensional menjadikan bank harus menanggung rugi atas kegiatan usaha penghimpunan dananya pada saat suku bunga kredit lebih rendah dibandingkan suku bunga simpanan (dana pihak ketiga yang disimpan di bank).
Pengembangan sistem perbankan syariah di Indonesia dilakukan dalam kerangka dual-banking system atau disebut juga dengan istilah sistem perbankan ganda dalam kerangka Arsitektur Perbankan Indonesia (API), untuk menghadirkan alternatif jasa perbankan yang semakin lengkap kepada masyarakat Indonesia. Sistem perbankan syariah dan perbankan konvensional secara sinergis mendukung mobilisasi dana masyarakat secara lebih luas dan menyeluruh untuk meningkatkan kemampuan pembiayaan bagi sektor-sektor perekonomian nasional.
(5)
Sistem syariah ini menawarkan keadilan, transparansi, akuntabilitas dan saling percaya di antara para pelaku ekonomi. Sistem ekonomi dunia saat ini didominasi oleh segelintir pemilik modal, dan para kapitalis yang memiliki pengaruh yang luar biasa dalam pergerakan roda ekonomi, yang pada akhirnya banyak menimbulkan korban sehingga keberadaan bank syariah ini diharapkan mampu memberikan solusi atas keadaan tersebut.
Selanjutnya dengan dikeluarkan Undang-Undang No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang terbit tanggal 16 Juli 2008, membuat industri perbankan syariah nasional semakin memiliki landasan hukum yang memadai dan akan mendorong pertumbuhan perbakan syariah secara lebih cepat lagi, akibatnya bank syariah ini muncul sebagai kompetitor bagi bank konvensional yang telah berkembang pesat.
Hingga akhir Oktober 2014 jumlah industri Bank Umum Syariah (BUS) tercatat sebanyak 12 bank, jumlah Unit Usaha Syariah (UUS) sebanyak 22 bank, BPRS sebanyak 163 bank, dan jaringan kantor sebanyak 2.950. Adapun total aset (khusus BUS dan UUS) adalah sebesar Rp260,366 triliun, pembiayaan sebesar Rp196,491 triliun, dan penghimpunan DPK perbankan syariah adalah sebesar Rp207,121 triliun.
Sebagai salah satu lembaga keuangan, bank perlu menjaga kinerjanya agar dapat beroperasi secara optimal. Terlebih lagi bank syariah harus bersaing dengan bank konvensional yang dominan dan telah berkembang pesat di Indonesia terlebih dahulu. Persaingan yang semakin tajam dan ketat ini harus dibarengi dengan manajemen yang baik dan teratur untuk bisa bertahan lama di industr
(6)
perbankan. Salah satu faktor yang harus diperhatikan oleh bank untuk bisa terus bertahan hidup adalah kinerja keuangan bank.
Adanya persaingan antar bank syari’ah maupun dengan bank-bank konvensional lainnya yang tidak bisa dihindarkan ini, membawa dampak positif dan negatif bagi perkembangan sebuah bank, termasuk bagi bank syari’ah. Dampak positifnya adalah memotivasi agar bank saling berpacu menjadi yang terbaik. Sedangkan dampak negatifnya adalah kekalahan dalam persaingan dapat menghambat laju perkembangan bank yang bersangkutan. Kondisi ini akan membawa kerugian yang besar bagi bank, bahkan dapat mengakibatkan gulung tikar.
Laporan keuangan pada perbankan menunjukkan kinerja keuangan yang telah dicapai perbankan pada suatu waktu. Abdullah (dalam Wahyuningsih, 2012 : 22) menyatakan bahwa Kinerja keuangan tersebut dapat diketahui dengan menghitung rasio-rasio keuangan sehingga dapat mengetahui kinerja tersebut dengan menggunakan analisis rasio, yakni rasio likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, kualitas aktiva produktif, dan efisiensi operasional. Analisis rasio ini merupakan teknis analisis untuk mengetahui hubungan antara pos-pos tertentu dalam neraca maupun laporan rugi laba bank secara individual maupun secara bersama-sama.
Selain itu, analisis rasio juga dapat digunakan untuk membimbing investor dan kreditor untuk membuat keputusan atau pertimbangan yang tepat tentang pencapaian perusahaan dan prospek pada masa yang akan datang. Salah satu cara pemrosesan dan penginterpretasian informasi akuntansi, yang dinyatakan dalam
(7)
artian relatif maupun absolut untuk menjelaskan hubungan tertentu antara angka yang satu dengan angka yang lain dari suatu laporan keuangan.
Analisis rasio keuangan menggunakan data laporan keuangan yang telah ada sebagai dasar penilaiannya. Meskipun didasarkan pada data dan kondisi masa lalu, analisis rasio keuangan dimaksudkan untuk menilai risiko dan peluang pada masa yang akan datang. Pengukuran dan hubungan satu pos dengan pos lain dalam laporan keuangan yang tampak dalam rasio-rasio keuangan dapat memberikan kesimpulan yang berarti dalam penentuan tingkat kesehatan keuangan suatu perusahaan. Tetapi bila hanya memperhatikan satu alat rasio saja tidaklah cukup, sehingga harus dilakukan pula analisis persaingan-persaingan yang sedang dihadapi oleh manajemen perusahaan dalam industri yang lebih luas, dan dikombinasikan dengan analisis kualitatif atas bisnis dan industri manufaktur, analisis kualitatif, serta penelitian-penelitian industri.
Analisis rasio keuangan untuk mengukur kinerja bank yang digunakan dalam penelitian ini meliputi Rasio Kecukupan Modal (CAR), Rasio Profitabilitas (ROA), Rasio Likuiditas (LDR), Rasio Efisiensi (BOPO), Rasio Kualitas Aktiva Produktif (NPL).
Saat ini cukup banyak bank konvensional yang telah mendirikan atau membuka cabang yang bersifat syariah. Sebagai contoh, Bank Mandiri kini membuka Bank Syariah Mandiri sebagai bank yang menjalankan usahanya dengan berlandaskan pada prinsip syariah. Selain itu, bank lain seperti BNI, BRI, dan Bank Mega juga telah membuka bank syariah dengan nama BNI Syariah, BRI Syariah, dan Bank Mega Syariah. Hal ini menjadi pertanyaan bagi penulis
(8)
mengenai apa yang melatarbelakangi dibukanya Bank Umum Syariah tersebut oleh Bank Umum Konvensional, apakah hal ini dikarenakan masalah kinerja keuangan bahwa kinerja keuangan Bank Umum Syariah lebih baik jika dibandingkan dengan kinerja Bank Umum Konvensional ataukah ada hal lain yang menjadi dasar pertimbangan oleh Bank Umum Konvensional. Sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini berjudul:“ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK UMUM SYARIAH DENGAN BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA (TAHUN 2011-2013)’’
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Apakah terdapat perbedaan antara kinerja keuangan Bank
Umum Syariah dengan Bank Umum Konvensional ?”
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis perbedaan kinerja keuangan Bank Umum Syariah dengan Bank Umum Konvensional menggunakan rasio-rasio keuangan perbankan yang ada.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Dunia Perbankan
Untuk memberikan masukan yang berguna agar mendukung kinerja keuangan perusahaan kearah yang lebih baik lagi.
(9)
2. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan dan wawasan peneliti mengenai kinerja keuangan perbankan baik perbankan syariah maupun perbankan konvensional.
3. Bagi Peneliti selanjutnya
Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dasar perluasan penelitian dan penambahan wawasan serta sebagai masukan pada penelitian dengan topik yang sama pada masa yang akan datang.
4. Bagi Pengguna Jasa Perbankan
Kepada pengguna jasa perbankan baik syariah maupun konvensional dapat digunakan sebagi sumber informasi untuk dapat melihat bagaimana kinerja keuangan perbankan syariah dan kinerja keuangan perbankan konvensional.
(1)
demikian juga sebaliknya. Jumlah bagi hasil yang kecil atau mengecil dalam waktu cukup lama menjadi indikator bahwa pengelolaan bank merosot. Keadaan itu merupakan peringatan dini yang transparan dan mudah bagi nasabah. Berbeda dari perbankan konvensional,nasabah tidak dapat menilai kinerja hanya dari indikator bunga yang diperoleh.
Fenomena yang terjadi menunjukkan bahwa Kemajuan Bank Umum Syariah saat ini cukup pesat, namun jika dibandingkan dengan Bank Umum Konvensional, share Bank Umum Syariah masih sangat kecil atau hanya sekitar 2,14% dari total Perbankan Nasional. Operasional Bank Syariah yang menggunakan prinsip bagi hasil ini ternyata menjadi solusi terhadap wabah penyakit negative spread yang dialami oleh Bank Konvensional, karena konsekuensi dari sistem bunga yang ditetapkan oleh bank konvensional menjadikan bank harus menanggung rugi atas kegiatan usaha penghimpunan dananya pada saat suku bunga kredit lebih rendah dibandingkan suku bunga simpanan (dana pihak ketiga yang disimpan di bank).
Pengembangan sistem perbankan syariah di Indonesia dilakukan dalam kerangka dual-banking system atau disebut juga dengan istilah sistem perbankan ganda dalam kerangka Arsitektur Perbankan Indonesia (API), untuk menghadirkan alternatif jasa perbankan yang semakin lengkap kepada masyarakat Indonesia. Sistem perbankan syariah dan perbankan konvensional secara sinergis mendukung mobilisasi dana masyarakat secara lebih luas dan menyeluruh untuk meningkatkan kemampuan pembiayaan bagi sektor-sektor perekonomian nasional.
(2)
Sistem syariah ini menawarkan keadilan, transparansi, akuntabilitas dan saling percaya di antara para pelaku ekonomi. Sistem ekonomi dunia saat ini didominasi oleh segelintir pemilik modal, dan para kapitalis yang memiliki pengaruh yang luar biasa dalam pergerakan roda ekonomi, yang pada akhirnya banyak menimbulkan korban sehingga keberadaan bank syariah ini diharapkan mampu memberikan solusi atas keadaan tersebut.
Selanjutnya dengan dikeluarkan Undang-Undang No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang terbit tanggal 16 Juli 2008, membuat industri perbankan syariah nasional semakin memiliki landasan hukum yang memadai dan akan mendorong pertumbuhan perbakan syariah secara lebih cepat lagi, akibatnya bank syariah ini muncul sebagai kompetitor bagi bank konvensional yang telah berkembang pesat.
Hingga akhir Oktober 2014 jumlah industri Bank Umum Syariah (BUS) tercatat sebanyak 12 bank, jumlah Unit Usaha Syariah (UUS) sebanyak 22 bank, BPRS sebanyak 163 bank, dan jaringan kantor sebanyak 2.950. Adapun total aset (khusus BUS dan UUS) adalah sebesar Rp260,366 triliun, pembiayaan sebesar Rp196,491 triliun, dan penghimpunan DPK perbankan syariah adalah sebesar Rp207,121 triliun.
Sebagai salah satu lembaga keuangan, bank perlu menjaga kinerjanya agar dapat beroperasi secara optimal. Terlebih lagi bank syariah harus bersaing dengan bank konvensional yang dominan dan telah berkembang pesat di Indonesia terlebih dahulu. Persaingan yang semakin tajam dan ketat ini harus dibarengi dengan manajemen yang baik dan teratur untuk bisa bertahan lama di industr
(3)
perbankan. Salah satu faktor yang harus diperhatikan oleh bank untuk bisa terus bertahan hidup adalah kinerja keuangan bank.
Adanya persaingan antar bank syari’ah maupun dengan bank-bank konvensional lainnya yang tidak bisa dihindarkan ini, membawa dampak positif dan negatif bagi perkembangan sebuah bank, termasuk bagi bank syari’ah. Dampak positifnya adalah memotivasi agar bank saling berpacu menjadi yang terbaik. Sedangkan dampak negatifnya adalah kekalahan dalam persaingan dapat menghambat laju perkembangan bank yang bersangkutan. Kondisi ini akan membawa kerugian yang besar bagi bank, bahkan dapat mengakibatkan gulung tikar.
Laporan keuangan pada perbankan menunjukkan kinerja keuangan yang telah dicapai perbankan pada suatu waktu. Abdullah (dalam Wahyuningsih, 2012 : 22) menyatakan bahwa Kinerja keuangan tersebut dapat diketahui dengan menghitung rasio-rasio keuangan sehingga dapat mengetahui kinerja tersebut dengan menggunakan analisis rasio, yakni rasio likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, kualitas aktiva produktif, dan efisiensi operasional. Analisis rasio ini merupakan teknis analisis untuk mengetahui hubungan antara pos-pos tertentu dalam neraca maupun laporan rugi laba bank secara individual maupun secara bersama-sama.
Selain itu, analisis rasio juga dapat digunakan untuk membimbing investor dan kreditor untuk membuat keputusan atau pertimbangan yang tepat tentang pencapaian perusahaan dan prospek pada masa yang akan datang. Salah satu cara pemrosesan dan penginterpretasian informasi akuntansi, yang dinyatakan dalam
(4)
artian relatif maupun absolut untuk menjelaskan hubungan tertentu antara angka yang satu dengan angka yang lain dari suatu laporan keuangan.
Analisis rasio keuangan menggunakan data laporan keuangan yang telah ada sebagai dasar penilaiannya. Meskipun didasarkan pada data dan kondisi masa lalu, analisis rasio keuangan dimaksudkan untuk menilai risiko dan peluang pada masa yang akan datang. Pengukuran dan hubungan satu pos dengan pos lain dalam laporan keuangan yang tampak dalam rasio-rasio keuangan dapat memberikan kesimpulan yang berarti dalam penentuan tingkat kesehatan keuangan suatu perusahaan. Tetapi bila hanya memperhatikan satu alat rasio saja tidaklah cukup, sehingga harus dilakukan pula analisis persaingan-persaingan yang sedang dihadapi oleh manajemen perusahaan dalam industri yang lebih luas, dan dikombinasikan dengan analisis kualitatif atas bisnis dan industri manufaktur, analisis kualitatif, serta penelitian-penelitian industri.
Analisis rasio keuangan untuk mengukur kinerja bank yang digunakan dalam penelitian ini meliputi Rasio Kecukupan Modal (CAR), Rasio Profitabilitas (ROA), Rasio Likuiditas (LDR), Rasio Efisiensi (BOPO), Rasio Kualitas Aktiva Produktif (NPL).
Saat ini cukup banyak bank konvensional yang telah mendirikan atau membuka cabang yang bersifat syariah. Sebagai contoh, Bank Mandiri kini membuka Bank Syariah Mandiri sebagai bank yang menjalankan usahanya dengan berlandaskan pada prinsip syariah. Selain itu, bank lain seperti BNI, BRI, dan Bank Mega juga telah membuka bank syariah dengan nama BNI Syariah, BRI Syariah, dan Bank Mega Syariah. Hal ini menjadi pertanyaan bagi penulis
(5)
mengenai apa yang melatarbelakangi dibukanya Bank Umum Syariah tersebut oleh Bank Umum Konvensional, apakah hal ini dikarenakan masalah kinerja keuangan bahwa kinerja keuangan Bank Umum Syariah lebih baik jika dibandingkan dengan kinerja Bank Umum Konvensional ataukah ada hal lain yang menjadi dasar pertimbangan oleh Bank Umum Konvensional. Sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini berjudul:“ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK UMUM SYARIAH DENGAN BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA (TAHUN 2011-2013)’’
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Apakah terdapat perbedaan antara kinerja keuangan Bank Umum Syariah dengan Bank Umum Konvensional ?”
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis perbedaan kinerja keuangan Bank Umum Syariah dengan Bank Umum Konvensional menggunakan rasio-rasio keuangan perbankan yang ada.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Dunia Perbankan
Untuk memberikan masukan yang berguna agar mendukung kinerja keuangan perusahaan kearah yang lebih baik lagi.
(6)
2. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan dan wawasan peneliti mengenai kinerja keuangan perbankan baik perbankan syariah maupun perbankan konvensional.
3. Bagi Peneliti selanjutnya
Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dasar perluasan penelitian dan penambahan wawasan serta sebagai masukan pada penelitian dengan topik yang sama pada masa yang akan datang.
4. Bagi Pengguna Jasa Perbankan
Kepada pengguna jasa perbankan baik syariah maupun konvensional dapat digunakan sebagi sumber informasi untuk dapat melihat bagaimana kinerja keuangan perbankan syariah dan kinerja keuangan perbankan konvensional.