Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah dan Bank Umum Konvensional di Indonesia (Tahun 2011-2013)

(1)

Lampiran I

Persentase Kinerja Keuangan BUS & BUK

Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah Tahun 2011

Bank CAR ROA LDR BOPO NPL

1. Muamalat 12,01% 1,52% 85,18% 85,25% 1,78% 2. BNI Syariah 20,75% 1,29% 78,60% 87,86% 2,42% 3. BRI Syariah 14,74% 0,20% 90,55% 99,25% 2,12% 4. Mandiri Syariah 14,57% 1,95% 86,03% 77,18% 1,14% 5. Mega Syariah 12,03% 1,58% 83,08% 90,80% 3,03%

Tahun 2012

Bank CAR ROA LDR BOPO NPL

1. Muamalat 11,57% 1,54% 94,15% 84,45% 1,81% 2. BNI Syariah 19,29% 1,48% 84,99% 85,39% 1,42% 3. BRI Syariah 11,35% 1,19% 100,96% 99,25% 1,84% 4. Mandiri Syariah 13,82% 2,25% 94,40% 80,42% 0,95% 5. Mega Syariah 13,51% 3,81% 88,88% 77,28% 2,67%

Tahun 2013

Bank CAR ROA LDR BOPO NPL

1. Muamalat 17,27% 1,37% 99,99% 85,12% 0,78% 2. BNI Syariah 16,54% 1,37% 97,86% 83,94% 1,13% 3. BRI Syariah 14,49% 1,15% 102,70% 86,63% 3,26% 4. Mandiri Syariah 14,10% 1,53% 89,37% 77,18% 1,29% 5. Mega Syariah 12,99% 2,33% 93,37% 86,09% 2,98%

Kinerja Keuangan Bank Umum Konvensional Tahun 2011

Bank CAR ROA LDR BOPO NPL

1. BCA 11,6% 3,8% 61,7% 60,9% 0,2%

2. BNI 15,1% 3,4% 85,3% 67,1% 0,5%

3. BRI 14,96% 4,93% 76,20% 66,69% 2,30% 4. Mandiri 15,34% 3,37% 71,65% 67,22% 0,45% 5. Mega 16,63% 1,14% 57,41% 87,96% 0,98%


(2)

Tahun 2012

Bank CAR ROA LDR BOPO NPL

1. BCA 13,3% 3,6% 68,6% 62,4% 0,2%

2. BNI 16,7% 2,9% 77,5% 71,0% 0,8%

3. BRI 16,95% 5,15% 79,85% 59,93% 1,78% 4. Mandiri 15,48% 3,55% 77,66% 63,93% 0,37% 5. Mega 19,18% 2,74% 52,39% 76,73% 2,09%

Tahun 2013

Bank CAR ROA LDR BOPO NPL

1. BCA 14,8% 3,8% 75,4% 61,5% 0,2%

2. BNI 17,6% 2,9% 70,4% 72,6% 0,5%

3. BRI 16,99% 5,03% 88,54% 60,58% 1,55% 4. Mandiri 14,93% 3,66% 82,97% 62,41% 0,37% 5. Mega 11,70% 2,29% 63,75% 81,84% 2,18%


(3)

Lampiran II

Hasil Perhitungan Performa Kinerja Keuangan

Hasil Perhitungan Performa Kinerja Keuangan BUS & BUK 2011

Tahun Indikator BUS BUK

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

2011

CAR 12,01 20,75 14,74 14,57 12,03 11,6 15,1 14,96 15,34 16,63 ROA 1,52 1,29 0,20 1,95 1,58 3,8 3,4 4,93 3,37 1,14 LDR 85,18 78,60 90,55 86,03 83,08 61,7 85,3 76,20 71,65 57,41 BOPO 85,25 87,86 99,25 77,18 99,80 60,9 67,1 66,69 67,22 87,96 NPL 1,78 2,42 2,12 1,14 3,03 0,2 0,5 2,30 0,45 0,98

Skor Bobot Final Skor

BUS BUK BUS BUK

90 100 90 90 90 80 90 90 90 90 20% 18 20 18 18 18 16 18 18 18 18 100 100 80 100 100 90 90 90 90 100 10% 10 10 8 10 10 9 9 9 9 10 100 80 100 100 80 80 100 80 80 80 15% 15 12 15 15 12 12 15 12 12 12 100 100 80 90 100 90 90 90 90 100 15% 15 15 12 13,5 15 13,5 13,5 13,5 13,5 15 100 100 100 100 90 100 100 100 100 100 20% 20 20 20 20 18 20 20 20 20 20 78 77 73 76,5 73 70,5 75,5 72,5 72,5 75

377,5/5 366/5


(4)

Hasil Perhitungan Performa Kinerja Keuangan BUS & BUK 2012

Tahun Indikator BUS BUK

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

2012

CAR 11,57 19,29 11,35 13,82 13,51 13,3 16,7 16,95 15,48 19,18 ROA 1,54 1,48 1,19 2,25 3,81 3,6 2,9 5,15 3,55 2,74 LDR 94,15 84,99 100,96 94,40 88,88 68,6 77,5 79,85 77,66 52,39 BOPO 84,45 85,39 99,29 80,42 77,28 62,4 71,0 59,93 63,93 76,73 NPL 1,81 1,42 1,84 0,95 2,67 0,2 0,8 1,78 0,37 2,09

Skor Bobot Final Skor

BUS BUK BUS BUK

80 90 80 90 90 90 90 90 90 90 20% 16 18 16 18 18 18 18 18 18 18 100 100 100 90 90 90 90 90 90 90 10% 10 10 8 10 10 9 9 9 9 9 100 80 100 100 100 80 80 80 80 80 15% 15 12 15 15 15 12 12 12 12 12

90 100 100 90 90 90 90 90 90 100 15% 13,5 15 15 13,5 13,5 13,5 13,5 13,5 13,5 15 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 20% 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 74,5 75 74 76,5 76,5 72,5 72,5 72,5 72,5 74

376,5/5 364/5


(5)

Hasil Perhitungan Performa Kinerja Keuangan BUS & BUK 2013

Tahun Indikator BUS BUK

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

2013

CAR 17,27 16,54 14,49 14,10 12,99 14,8 17,6 16,99 14,93 11,70 ROA 1,37 1,37 1,15 1,53 2,33 3,8 2,9 5,03 3,66 2,29 LDR 99,99 97,86 102,70 89,37 93,37 75,4 70,4 88,54 82,97 63,75 BOPO 85,12 83,94 86,63 77,18 86,09 61,5 72,6 60,58 62,41 81,84 NPL 0,78 1,13 3,26 1,29 2,98 0,2 0,5 1,55 0,37 2,18

Skor Bobot Final Skor

BUS BUK BUS BUK

90 90 90 90 90 90 90 90 90 80 20% 18 18 18 18 18 18 18 18 18 16 100 100 100 100 90 90 90 90 90 90 10% 10 10 10 10 9 9 9 9 9 9 100 100 100 100 100 80 80 100 80 80 15% 15 15 15 15 15 12 12 15 12 12 100 90 100 90 100 90 90 90 90 100 15% 15 13,5 15 13,5 15 13,5 13,5 13,5 13,5 15 100 100 90 100 100 100 100 100 100 100 20% 20 20 18 20 20 20 20 20 20 20 78 76,5 76 76,5 77 72,5 75,5 75,5 72,5 72

384/5 368/5


(6)

Lampiran III

Analisis Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics Rasio Jenis

Bank

N Mean Std

Deviation

Std. Error Mean CAR BUS 15 14.6020 2.78309 .71859

BUK 15 15.4137 2.08176 .53751 ROA BUS 15 1.6373 .77934 .20123 BUK 15 3.4840 1.05833 .27326 LDR BUS 15 91.3407 7.11067 1.83597

BUK 15 72.6213 10.36455 2.67612 BOPO BUS 15 85.7393 6.80402 1.75679 BUK 15 68.1860 8.41321 2.17228 NPL BUS 15 1.9080 .80886 .20885

BUK 15 .9647 .78918 .20377 KK BUS 15 75.8667 1.60876 .41538 BUK 15 73.2000 1.52128 .39279 Valid N


(7)

Lampiran IV

Hasil Uji Beda Dua Rata-Rata Independent T-Test Levene’s Test

For Equality of Variances

t-Test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the

Difference

F Sig T Df

Sig (2-taile

d)

Mean Differen

ce

Std. Error Differen

ce

Lower Upper

CAR Equal variances assumed ,860 ,362 -,909 28 ,371 -,81533 ,89738 -2,65353 1,02286 Equal variances not assumed -,909 25,931 ,372 -,81533 ,89738 -2,66016 1,02949 ROA Equal variances assumed 1,807 ,306 -5,442 28 ,000 -1,84667 ,33936 -2,54180 -1,15153

Equal variances not assumed -5,442 25,733 ,000 -1,84667 ,33936 -2,54457 -1,14876 LDR Equal variances assumed 1,932 ,175 5,768 28 ,000 18,71933 3,24536 12,07151 25,36716 Equal variances not assumed 5,768 24,789 ,000 18,71933 3,24536 12,03250 25,40617 BOPO Equal variances assumed 1,073 ,309 6,283 28 ,000 17,55333 2,79376 11,83057 23,27610 Equal variances not assumed 6,283 26,826 ,000 17,55333 2,79376 11,81927 23,28740 NPL Equal variances assumed ,003 ,955 3,233 28 ,003 ,94333 ,29178 ,34564 1,54103

Equal variances not assumed 3,233 27,983 ,003 ,94333 ,29178 ,34562 1,54104 KK Equal variances assumed 0,022 ,883 4,665 28 ,000 2,66667 ,57169 1,49562 3,83771 Equal variances not assumed 4,665 27,913 ,000 2,6667 ,57169 1,49562 3,83771 Sumber : Hasil Olahan Menggunakan SPSS


(8)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Antonio S. 2007. Bank Syariah Dari Teori ke Praktik. Jakarta (ID): Gema Insani Press.

Ascarya. 2008. Akad & Produk Bank Syariah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Booklet Perbankan Indonesia. 2011. Jakarta : Bank Indonesia

Darsono & Ashari. 2005. Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan, Edisi Pertama, Andi Yogyakarta, Yogyakarta.

Dendawijaya L. 2001. Manajemen Perbankan. Jakarta(ID): Ghalia Indonesia. Erlina, Mulyani, Sri. 2007. Metodologi : Penelitian Bisnis untuk akuntansi dan

Manajemen. USU Press.

Harahap, Sofyan S. 2006. Akuntansi Perbankan Syariah. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi. Universitas Trisakti.

Hasan, Zubairi. 2009. Undang-Undang Perbankan Syariah. Jakarta: Rajawali Pers.

Lubis, Irsyad. 2010. Bank & Lembaga Keuangan. Medan: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi. Universitas Sumatera Utara.

Lubis, Ade Fatma, dkk. Aplikasi SPSS (Statistical Product and Service Solutions) Untuk Penyusunan Skripsi & Tesis. Medan: USU Press.

Kasmir. 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Revisi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Muhammad. 2005. Pengantar Akuntansi Syariah. Jakarta: Salemba Empat.

Nurhayati, Sri dan Wasilah. 2009. Akuntansi Syariah Di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.

Rivai, Veitzhal, Andria Permata Veitzhal, dan Ferry N. Idroes. 2007. Bank and Financial Institution Management. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Rochaety, Ety, dkk. Metodologi Penelitian Bisnis Dengan Aplikasi SPSS. Edisi


(9)

Sumitro, Warkum. 1997. Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga-Lembaga Terkait (BAMUI TAKAFUL) di Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Susilo, Y Sri et al., 2000. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta: Salemba Empat.

Skripsi

Abustan. 2009. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah Dengan Perbankan Konvensional. Universitas Gunadarma.

Ardiana, Marissa. 2011. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syari’ah Dan Bank Konvensional Sebelum, Selama, Dan Sesudah Krisis Global Tahun 2008 Dengan Menggunakan Metode Camel (Studi Kasus Pada Pt Bank Syari’ah Mandiri Dan Pt Bank Mandiri Tbk). FE UNDIP.

Damayanti, Ria Tuzi. 2013. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syariah Dan Bank Konvensional. Institute Pertanian Bogor.

Kakakhel, Shahid Jan.And Faryal Raheem, And Muhammad Tariq. 2010. A Study of Performance Comparison between Conventional and Islamic Banking in Pakistan. Proquest. Volume 6.

Ningsih, Widya Wahyu. 2012. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah Dengan Bank Umum Konvensional Di Indonesia. FE Universitas Hasanuddin.

Ramadhan, Tengku Apriansyah. 2012. Kinerja Bank Syariah dan Bank Konvensional di Indonesia ( Suatu Studi Perbandingan). FE Universitas Sumatera Utara.

Website

www.bi.go.id diakses pada 06 Juni 2015 4.00 PM

www.syariahmandiri.co.id diakses pada 06 Juni 2015 4.33 PM

www.bnisyariah.co.id diakses pada 06 Juni 2015 4.45 PM

www.brisyariah.co.id diakses pada 06 Juni 2015 4.54 PM


(10)

www.bankmuamalat.co.id diakses pada 06 Juni 2015 5.15 PM

www.bankmandiri.co.id diakses pada 06 Juni 2015 19.00 PM

www.bni.co.id diakses pada 06 Juni 2015 19.10 PM

www.bri.co.id diakses pada 06 Juni 2015 19.14 PM

www.bankmega.co.id diakses pada 06 Juni 2015 19.20 PM


(11)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat komparatif yaitu penelitian yang bersifat menguraikan tentang sifat-sifat dan keadaan sebenarnya dari dua atau lebih objek penelitian, yang kemudian di bandingkan guna mencari perbedaan antara kedua atau lebih objek yang diteliti.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian adalah sekelompok orang atau objek kejadian yang mempunyai karakteristik tertentu, dan Sampel penelitian adalah bagian yang populasi yang digunakan untuk memperkirakan karakteristik populasi (Erlina dan Sri Mulyani, 2007). Populasi dalam Penelitian ini adalah Bank Umum Syariah dan Bank Umum Konvensional yang terdaftar di Bank Indonesia dan telah mempublikasikan laporan keuangan tahun 2011-2013.

Adapun metode yang digunakan untuk menentukan sampling dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Purposive Sampling merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (umumnya disesuaikan dengan tujuan dan masalah penelitian) Elemen populasi yang dipilih sebagai sampel dibatasi pada elemen-elemen yang dapat memberikan informasi berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut. (Rochaety Ety, 2009:66). Kriteria untuk pemilihan sampel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(12)

1. Bank Umum Syariah dan Bank Umum Konvensional yang terdaftar di Bank Indonesia dan telah mempublikasikan laporan keuangan bank dari tahun 2011-2013.

2. Bank Umum Syariah yang telah berdiri lebih dari 4 tahun serta telah menyajikan laporan keuangan dan rasio yang dibutuhkan dalam penelitian ini selama tiga tahun berturut-turut yaitu dari 31 Desember 2011 sampai 31 Desember 2013 dan telah disampaikan kepada Bank Indonesia.

3. Bank Umum Konvensional yang memiliki cabang syariah dan telah go public yang menyajikan laporan keuangan dan rasio yang dibutuhkan dalam penelitian ini selama tiga tahun berturut-turut yaitu dari 31 Desember 2011 sampai 31 Desember 2013 dan telah disampaikan kepada Bank Indonesia.

Tabel 3.1

Daftar Bank yang memenuhi kriteria Sampel

Bank Umum Syariah Bank Umum Konvensional 1.Bank Muamalat 1.Bank BCA

2.Bank BNI Syariah 2.Bank BNI 3.Bank BRI Syariah 3.Bank BRI 4.Bank Mandiri Syariah 4.Bank Mega 5.Bank Mega Syariah 5.Bank Mandiri

3.3 Prosedur Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber literatur seperti, buku, jurnal, internet dan lain-lain yang berhubungan dengan aspek penelitian. Data-data sekunder dalam penelitian ini berupa Laporan Keuangan Publikasi Bank selama periode 2011 hingga 2013.


(13)

Data yang diperoleh diambil melalui beberapa website dari bank yang bersangkutan dan Bank Indonesia. Jenis laporan yang digunakan penulis menggunakan data eksternal, antara lain Neraca Keuangan, Laporan Laba-Rugi, dan Ikhtisar keuangan.

3.5 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel

Agar penelitian ini dapat dilaksanakan sesuai dengan yang diharapkan, maka perlu dipahami berbagai unsur-unsur yang menjadi dasar dari suatu penelitian ilmiah yang termuat dalam operasionalisasi variabel penelitian. Secara Rinci, Defenisi Operasional variabel dan Skala Pengukuran variabel ditunjukkan oleh tabel berikut :

Tabel 3.2

Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel Nama

Variabel

Defenisi

Operasional Rumus Skala

Kecukupan Modal CAR (X1)

CAR menunjukkan kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk keperluan pengembangan usaha serta menampung kemungkinan risiko kerugian yang diakibatkan operasional bank.

CAR = x 100%

Rasio

Profitabilitas ROA (X2)

ROA digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara skeseluruhan (Kasmir 2011). Semakin Tinggi Rasio ROA suatu Bank semakin baik kinerja bank tersebut.


(14)

Nama Variabel

Defenisi

Operasional Rumus Skala

Likuiditas LDR (X3)

LDR digunakan digunakan untuk mengetahui kemampuan bank dalam membayar kembali kewajiban kepada para nasabah yang telah menanamkan dananya dengan kredit-kredit yang telah diberikan kepada para debiturnya, (Kasmir, 2011)

LDR = x 100% Rasio Efisiensi BOPO (X4)

BOPO adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya. Menurut Bank Indonesia Semakin kecil BOPO menunjukkan semakin efisien bank dalam menjalankan aktivitas usahanya. BOPO = x 100% Rasio Kualitas Asset NPL (X5)

Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar tingkat kredit bermasalah yang telah disalurkan oleh bank.

NPL =

x 100%

Rasio

3.5 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalan penelitian ini adalah data sekunder. Data Sekunder merupakan data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada Masyarakat pengguna data (Kuncoro, 2003:127). Pada dewasa ini sumber data sekunder semakin banyak jumlahnya dan tidak terbatas kepada lembaga pemerintah saja. Data sekunder diambil dari data primer yang telah diolah lebih lanjut dari obyeknya dan disampaikan menjadi buku-buku teks, artikel-artikel atau laporan-laporan yang sejenis, dan literatur lainnya yang menunjang penelitian ini. Bank Syariah dalam penelitian ini diwakili oleh Bank Muamalat, Bank BNI Syariah, Bank BRI Syariah, Bank Mandiri Syariah, Bank


(15)

Mega Syariah. Bank Konvensional yang memenuhi kriteria diwakili oleh Bank BCA, Bank BNI, Bank BRI, Bank Mega, Bank Mandiri.

Data sekunder ini diperoleh dalam bentuk dokumentasi laporan keuangan yang rutin diterbitkan oleh Bank Indonesia pada situs www.bi.go.id, situs resmi bank-bank terkait dan berbagai literatur seperti buku, jurnal, koran, internet dan lain-lain yang berhubungan dengan aspek penelitian.

3.6 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini Pengolahan data untuk membandingkan kinerja keuangan antara Bank Umum Syariah dengan Bank Umum Konvensional menggunakan Analisis Statistik Deskriptif dan Uji Beda dua rata-rata (independent sample t-test). Tujuan dari uji hipotesis yang berupa uji beda dua rata-rata pada penelitian ini adalah untuk menentukan menerima atau menolak hipotesis yang telah dibuat.

3.6.1. Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif merupakan proses transformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi, sehingga mudah dipahami dan diinterpretasikan. Statistik deskriptif umumnya digunakan untuk memberi informasi mengenai variabel penelitian yang utama. Ukuran yang digunakan berupa : frekuensi, tendensi sentral (mean, median, modus), dispersi (deviasi standar, variance) dan pengukur-pengukur bentuk (measures of shape).Selain itu Analisis deskriptif juga dapat menggambarkan pola-pola yang konsisten dalam data sehingga dapat dipelajari secara singkat.


(16)

3.6.2 Uji Beda Dua Rata-Rata (Independent sample t-test)

Uji beda dua rata-rata (independent sample t-test) digunakan untuk menentukan apakah dua sampel yang tidak berhubungan memiliki nilai rata-rata yang berbeda. Semua perhitungan untuk formulasi ini diperoleh dengan menggunakan bantuan dari program SPSS ( Statistic Program For Social Science) versi 17.

Tujuan dari uji hipotesis yang berupa uji beda dua rata-rata pada penelitian ini adalah untuk menentukan menerima atau menolak hipotesis yang telah dibuat sebagai berikut :

Jika F hitung dengan Equal variance assumed (diasumsi kedua varians sama) memiliki nilai sig. > 0.05 maka dinyatakan bahwa kedua varian sama. Bila kedua varians sama, maka sebaiknya menggunakan dasar Equal variance assumed (diasumsi kedua varian sama) untuk t hitung. Jika t hitung sig. < 0.05, dikatakan kinerja keuangan Bank Umum Syariah dengan Bank Umum Konvensional terdapat perbedaan yang signifikan, sebaliknya jika t hitung sig > 0.05 dinyatakan kinarja keuangan Bank Umum Syariah dengan Bank Umum Konvensional tidak terdapat perbedaan yang signifikan.

Jika F hitung dengan Equal variance assumed (diasumsi kedua varians sama) memiliki nilai sig . < 0.05, maka dinyatakan bahwa kedua varians berbeda. Bila kedua varians berbeda, maka untuk membandingkan kedua populasi dengan t-test sebaiknya menggunakan dasar Equal variance not assumed (diasumsi kedua varian tidak sama) untuk t hitung.


(17)

Jika t hitung dengan Equal variance not assumed memiliki sig. > 0.05, dapat dikatakan bahwa kinerja keuangan Bank Umum Syariah dengan Bank Umum Konvensional tidak terdapat perbedaan yang signifikan, namun jika sig. < 0.05, dapat dinyatakan bahwa kinerja keuangan Bank Umum Syariah dengan Bank Umum Konvensional terdapat perbedaan yang signifikan.


(18)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Analisis Statistik Deskriptif

Analisis deskriptif merupakan suatu metode dengan menggunakan data-data yang dikumpulkan, diklasifikasikan, dan diinterpretasikan secara objektif sehingga memberikan informasi dan gambaran mengenai nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean), dan standar deviasi (standard deviation) data yang digunakan dalam penelitian ini.Berikut adalah tabel hasil statistik deskriptif

Tabel 4.1 Hasil Statistik Deskriptif Descriptive Statistics

Rasio Jenis Bank

N Mean Std

Deviation

Std. Error Mean CAR BUS 15 14.6020 2.78309 .71859

BUK 15 15.4137 2.08176 .53751 ROA BUS 15 1.6373 .77934 .20123 BUK 15 3.4840 1.05833 .27326 LDR BUS 15 91.3407 7.11067 1.83597

BUK 15 72.6213 10.36455 2.67612 BOPO BUS 15 85.7393 6.80402 1.75679 BUK 15 68.1860 8.41321 2.17228 NPL BUS 15 1.9080 .80886 .20885

BUK 15 .9647 .78918 .20377 KK BUS 15 75.8667 1.60876 .41538 BUK 15 73.2000 1.52128 .39279 Valid N


(19)

4.1.2 Uji Beda Dua Rata-Rata (Independent sample t-test)

Uji beda dua rata-rata (independent sample t-test) digunakan untuk menentukan apakah dua sampel yang tidak berhubungan memiliki nilai rata-rata yang berbeda. Uji beda dua rata-rata (Independent sample t-test) dilakukan dengan cara membandingkan perbedaan antara dua nilai rata-rata dengan standart error dari perbedaan rata-rata dua sampel. Uji Independent sample t-Test dapat diformulasikan dengan bantuan program aplikasi SPSS 17. Adapun hasil pengolahan data kinerja keuangan Bank Umum Syariah dengan Bank Umum Konvensional dapat dilihat sebagai berikut :


(20)

Tabel 4.2

Hasil Uji Independent Sample t-Test Levene’s Test

For Equality of Variances

t-Test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the

Difference

F Sig T Df

Sig (2-taile

d)

Mean Differen

ce

Std. Error Differen

ce

Lower Upper

CAR Equal variances assumed ,860 ,362 -,909 28 ,371 -,81533 ,89738 -2,65353 1,02286 Equal variances not assumed -,909 25,931 ,372 -,81533 ,89738 -2,66016 1,02949 ROA Equal variances assumed 1,807 ,306 -5,442 28 ,000 -1,84667 ,33936 -2,54180 -1,15153

Equal variances not assumed -5,442 25,733 ,000 -1,84667 ,33936 -2,54457 -1,14876 LDR Equal variances assumed 1,932 ,175 5,768 28 ,000 18,71933 3,24536 12,07151 25,36716 Equal variances not assumed 5,768 24,789 ,000 18,71933 3,24536 12,03250 25,40617 BOPO Equal variances assumed 1,073 ,309 6,283 28 ,000 17,55333 2,79376 11,83057 23,27610 Equal variances not assumed 6,283 26,826 ,000 17,55333 2,79376 11,81927 23,28740 NPL Equal variances assumed ,003 ,955 3,233 28 ,003 ,94333 ,29178 ,34564 1,54103

Equal variances not assumed 3,233 27,983 ,003 ,94333 ,29178 ,34562 1,54104 KK Equal variances assumed 0,022 ,883 4,665 28 ,000 2,66667 ,57169 1,49562 3,83771 Equal variances not assumed 4,665 27,913 ,000 2,6667 ,57169 1,49562 3,83771 Sumber : Hasil Olahan Menggunakan SPSS


(21)

4.2 Pembahasan

4.2.1 Analisis Rasio CAR

4.2.1.1 Analisis Deskriptif Kedua Variabel

Berdasarkan tabel 4.1 didapat nilai rata-rata (mean) CAR Bank Umum Syariah Tahun 2011-2013 sebesar dan 14.6020 sedangkan CAR Bank Umum Konvensional Tahun 2011-2013 sebesar 15.4137. Dari data ini menunjukkan bahwa CAR Bank Umum Konvensional lebih baik dibandingkan CAR Bank Umum Syariah karena angka rasio CAR Bank Umum Konvensional (15.4137) lebih besar dibandingkan CAR Bank Umum Syariah (14.6020) semakin tinggi nilai CAR maka akan semakin bagus kualitas permodalan bank tersebut. Akan tetapi, jika mengacu pada ketentuan BI yang menyatakan bahwa standar terbaik CAR adalah 8%, maka Bank Umum Syariah masih berada pada kondisi ideal karena memiliki nilai CAR diatas ketentuan BI.

4.2.1.2 Pengujian Hipotesis

Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa nilai F hitung untuk CAR adalah 0,860 dengan nilai signifikansi 0,362. Oleh karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa kedua varians sama. Bila kedua varians sama, maka digunakan Equal Variances Assumed (diasumsi kedua varians sama). Nilai t hitung untuk CAR dengan menggunakan Equal Variances Assumed adalah -0,909 dengan signifikan sebesar 0,371. Oleh karena nilai signifikansi


(22)

lebih besar dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa jika dilihat dari rasio CAR maka kinerja keuangan Bank Umum Syariah dengan Bank Umum Konvensional terdapat perbedaan yang tidak signifikan. Dengan demikian H1 ditolak karena hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang tidak signifikan antara CAR Bank Umum Syariah dengan CAR Bank Umum Konvensional.

4.2.2 Analisis Rasio ROA

4.2.2.1 Analisis Deskriptif Kedua Variabel

Berdasarkan tabel 4.1 didapat Nilai rata-rata (mean) ROA Bank Umum Syariah Tahun 2011-2013 sebesar 1.6373 sedangkan ROA Bank Umum Konvensional Tahun 2011-2013 sebesar 3.4840. Dari data ini menunjukkan bahwa ROA Bank Umum Konvensional lebih baik dibandingkan ROA Bank Umum Syariah karena angka rasio ROA Bank Umum Konvensional (3.4840) lebih besar dibandingkan ROA Bank Umum Syariah (1.6373), Semakin besar Rasio ROA maka akan semakin baik kinerjanya. Akan tetapi, jika mengacu pada standar ROA dari Bank Indonesia yaitu sebesar 1,5%, maka Bank Umum Syariah masih berada dalam kondisi ideal.

4.2.2.2 Pengujian Hipotesis

Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa nilai F hitung untuk ROA adalah 1,807 dengan nilai signifikansi 0,306. Oleh karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa kedua


(23)

varians sama. Bila kedua varians sama, maka digunakan Equal Variances Assumed (diasumsi kedua varians sama). Nilai t hitung untuk ROA dengan menggunakan Equal Variances Assumed adalah -5,442 dengan signifikan sebesar 0,000. Oleh karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa jika dilihat dari rasio ROA maka kinerja keuangan Bank Umum Syariah dengan Bank Umum Konvensional terdapat perbedaan yang signifikan. Dengan demikian H2 diterima karena hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara ROA Bank Umum Syariah dengan ROA Bank Umum Konvensional.

4.2.3 Analisis Rasio LDR

4.2.3.1 Analisis Deskriptif Kedua Variabel

Berdasarkan tabel 4.1 diperoleh Nilai rata-rata (mean) Rasio LDR (Loan to Deposit Ratio) Bank Umum Syariah Tahun 2011-2013 sebesar 91.3407 sedangkan LDR Bank Umum Konvensional Tahun 2011-2013 sebesar 72.6213. Dari data ini menunjukkan bahwa LDR Bank Umum Syariah lebih baik jika dibandingkan dengan LDR Bank Umum Syariah karena angka rasio LDR Bank Umum Syariah (91.3407) lebih besar dibandingkan LDR Bank Umum Konvensional (72.6213). Bank Umum Syariah memenuhi standar LDR terbaik dari Bank Indonesia, yaitu sebesar 85-110%. Semakin besar LDR maka semakin baik kinerja keuangan Bank tersebut.


(24)

4.2.3.2 Pengujian Hipotesis

Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa nilai F hitung untuk LDR adalah 1,932 dengan nilai signifikansi 0,175. Oleh karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa kedua varians sama. Bila kedua varians sama, maka digunakan Equal Variances Assumed (diasumsi kedua varians sama). Nilai t hitung untuk LDR dengan menggunakan Equal Variances Assumed adalah 5,768 dengan signifikan sebesar 0,000. Oleh karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa jika dilihat dari rasio LDR maka kinerja keuangan Bank Umum Syariah dengan Bank Umum Konvensional terdapat perbedaan yang signifikan. Dengan demikian H3 diterima karena hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara LDR Bank Umum Syariah dengan LDR Bank Umum Konvensional.

4.2.4 Analisis Rasio BOPO

4.2.4.1 Analisis Deskriptif Kedua Variabel

Berdasarkan tabel 4.1 didapat Nilai rata-rata (mean) BOPO Bank Umum Syariah Tahun 2011-2013 sebesar 85.7393 sedangkan BOPO Bank Umum Konvensional Tahun 2011-2013 sebesar 68.1860. Dari data ini menunjukkan bahwa BOPO Bank Umum Konvensional lebih baik dibandingkan BOPO Bank Umum Syariah karena angka rasio BOPO Bank Umum Konvensional (68.1860) lebih kecil


(25)

dibandingkan BOPO Bank Umum Syariah (85.7393), karena semakin rendah nilai BOPO maka akan semakin baik kualitasnya.

4.2.4.2 Pengujian Hipotesis

Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa nilai F hitung untuk BOPO adalah 1,073 dengan nilai signifikansi 0,309.Oleh karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa kedua varians sama. Bila kedua varians sama, maka digunakan Equal Variances Assumed (diasumsi kedua varians sama). Nilai t hitung untuk BOPO dengan menggunakan Equal Variances Assumed adalah 6,283 dengan signifikan sebesar 0,000. Oleh karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa jika dilihat dari rasio BOPO maka kinerja keuangan Bank Umum Syariah dengan Bank Umum Konvensional terdapat perbedaan yang signifikan. Dengan demikian H4 diterima karena hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara BOPO Bank Umum Syariah dengan BOPO Bank Umum Konvensional.

4.2.5 Analisis Rasio NPL

4.2.5.1 Analisis Deskriptif Kedua Variabel

Berdasarkan tabel 4.1 didapat Nilai rata-rata (mean) NPL Bank Umum Syariah Tahun 2011-2013 sebesar 1.9080 sedangkan NPL Bank Umum Konvensional Tahun 2011-2013 sebesar 0.9647. Dari data ini menunjukkan bahwa NPL Bank Umum Konvensional


(26)

lebih baik dibandingkan NPL Bank Umum Syariah karena angka rasio NPL Bank Umum Konvensional (0,9647) lebih kecil dibandingkan NPL Bank Umum Syariah (1.9080), karena semakin rendah nilai rasio NPL (Non Performing Loan) maka semakin baik kinerja keuangan Bank tersebut. Namun, bila dibandingkan dengan standar terbaik NPL menurut BI yaitu < 2% maka Bank Umum Syariah masih berada pada kinerja keuangan yang baik.

4.2.5.2 Pengujian Hipotesis

Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa nilai F hitung untuk NPL adalah 0,03 dengan nilai signifikansi 0,995. Oleh karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa kedua varians sama. Bila kedua varians sama, maka digunakan Equal Variances Assumed (diasumsi kedua varians sama). Nilai t hitung untuk NPL dengan menggunakan Equal Variances Assumed adalah 3,233 dengan signifikan sebesar 0,003.

Oleh karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa jika dilihat dari rasio NPL maka kinerja keuangan Bank Umum Syariah dengan kinerja keuangan Bank Umum Konvensional terdapat perbedaan yang signifikan. Dengan demikian H5 diterima karena hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara NPL(Non Performing Loan) Bank Umum Syariah dengan NPL (Non Performing Loan) Bank Umum Konvensional.


(27)

4.2.6 Analisis Kinerja Keuangan Bank Secara Keseluruhan

Dari hasil analisis rasio masing-masing bank, tahap selanjutnya adalah menganalisa kinerja bank secara keseluruhan dengan cara skor dari masing-masing rasio dikalikan dengan bobot persentase. Variabel yang diberi nama “kinerja” tersebut kemudian diolah dengan SPSS menggunakan independent sampel t-test.

4.2.6.1Analisis Deskriptif Kedua Variabel

Berdasarkan tabel 4.1 didapat Nilai rata-rata (mean) kinerja keseluruhan Bank Umum Syariah (tahun 2011-2013) sebesar 75.8667 dan mean kinerja keseluruhan Bank Umum Konvensional (tahun 2011-2013) secara keseluruhan 73.2000. Dari data ini menunjukkan bahwa kinerja keseluruhan, Bank Umum Syariah lebih baik dibandingkan Bank Umum Konvensional. Angka rasio kinerja Bank Umum Syariah secara keseluruhan (75.8667) lebih besar dibandingkan Bank Umum Konvensional (73.2000).

4.2.6.2Pengujian Hipotesis

Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa nilai F hitung untuk Kinerja Keseluruhan adalah 0,022 dengan nilai signifikansi 0,883. Oleh karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa kedua varians sama. Bila kedua varians sama, maka digunakan Equal Variances Assumed (diasumsi kedua varians sama). Nilai t hitung untuk Kinerja Keseluruhan dengan menggunakan Equal


(28)

Variances Assumed adalah 4,665 dengan signifikan sebesar 0,000. Oleh karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa jika dilihat dari rasio Kinerja Keseluruhan maka kinerja keuangan Bank Umum Syariah dengan Bank Umum Konvensional terdapat perbedaan yang signifikan. Dengan demikian H6 diterima karena hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan Bank Umum Syariah dengan Bank Umum Konvensional secara keseluruhan.

4.2.7 Analisis Tambahan

4.2.7.1Analisis Horizontal (Trend Statement)

Analisis Horizontal Trend Statement yaitu alat analisis yang digunakan untuk membandingkan rasio – rasio keuangan Bank dari tahun ketahun secara keseluruhan (time series). Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui kinerja keuangan pada masing – masing bank dari tahun ketahun berikutnya sehingga dapat diketahui tendensi perubahan (fluktuasi) atau perkembangan. Formulasi yang digunakan untuk mengetahui pertumbuhan kinerja bank adalah sebagai berikut :

Perkembangan =

Ta : Tahun yang dianalisis


(29)

Kesimpulan yang dapat ditarik dari tabel analisis trend statement untuk Bank Umum Syariah tahun 2011-2013 yaitu Dari Segi Pendapatan Operasional Kenaikan pendapatan operasional tertinggi ada pada Bank BRI yaitu naik 44 %, dan 63 % kemudian disusul oleh Bank Mega yaitu naik 35% dan 62% setelah itu disusul oleh Bank Mandiri dengan kenaikan pendapatan operasional sebesar 27% dan 48 % kemudian disusul lagi oleh Bank Muamalat dengan kenaikan pendapatan operasional sebesar 26% dan 71 % dan diakhiri oleh Bank BNI yang mengalami kenaikan pendapatan operasional sebesar 22% dan 78%.

Dari Segi Beban Operasional Kenaikan beban operasional tertinggi ada pada Bank BNI yaitu naik 73 %, dan 125 % kemudian disusul oleh oleh Bank Mega dengan kenaikan beban operasional sebesar 60% dan pada tahun 2013 turun sebesar 22,5% kemudian disusul oleh Bank Muamalat sebesar 24% dan 65% kemudian disusul lagi oleh Bank Mandiri dengan kenaikan sebesar 20% dan 56% dan diakhiri oleh Bank BRI yang mengalami kenaikan beban operasional sebesar 12% dan 41%.

Dari Segi Laba Bersih Kenaikan Laba Bersih tertinggi ada pada Bank BRI yaitu naik sebesar 774 %, dan 1011 % kemudian disusul oleh Bank Mega yaitu naik 243 % dan 177% setelah itu disusul oleh Bank BNI dengan kenaikan laba bersih sebesar 53% dan 77 % kemudian disusul lagi oleh Bank Mandiri dengan


(30)

kenaikan laba bersih sebesar 46% dan 18 % dan diakhiri oleh Bank Muamalat yang mengalami kenaikan laba bersih sebesar 42% dan 73%.

Kesimpulan yang dapat ditarik dari tabel analisis trend statement untuk Bank Umum Konvensional tahun 2011-2013 yaitu Dari Segi Pendapatan Operaional Kenaikan pendapatan operasional tertinggi ada pada Bank BCA yaitu naik 282 %, dan 367 % kemudian disusul oleh Bank BRI yaitu naik 45% dan 44% setelah itu disusul oleh Bank BNI dengan kenaikan pendapatan operasional sebesar 11% dan 24 % kemudian disusul lagi oleh Bank Mandiri dengan kenaikan operasional sebesar 1,1% dan 24 % dan diakhiri oleh Bank Mega yang mengalami kenaikan pendapatan operasional sebesar 0,38% kemudian tahun 2013 mengalami penurunan 7%.

Dari Segi Beban Operaional Kenaikan beban operasional tertinggi ada pada Bank BCA yaitu naik 22 %, dan 52 % kemudian disusul oleh oleh Bank Mandiri dengan kenaikan beban operasional sebesar 15% dan 31% kemudian disusul oleh Bank BRI dan Bank BNI yaitu naik 14% dan 30% dan diakhiri oleh Bank Mega yang mengalami kenaikan beban operasional sebesar 14% dan 18%.

Dari Segi Laba Bersih Kenaikan Laba Bersih tertinggi ada pada Bank Mandiri yaitu naik sebesar 26 %, dan 48 % kemudian disusul oleh Bank Mega yaitu naik 85% dan turun pada tahun 2013


(31)

sebesar 52% setelah itu disusul oleh Bank BRI dengan kenaikan laba bersih sebesar 23% dan 41 % kemudian disusul lagi oleh Bank BNI dengan kenaikan laba bersih sebesar 21% dan 55 % dan diakhiri oleh Bank BCA yang mengalami kenaikan laba bersih sebesar 8% dan 31%.

4.2.7.2Analisis Vertikal (Common-Size)

Analisis Vertikal Common-size adalah teknik analisis yang dilakukan dengan cara membuat perbandingan antara suatu elemen (laporan keuangan) tertentu sebagai komponen dari elemen yang lain pada laporan keuangan yang sama. Analisis ini dilakukan dengan cara merubah angka-angka yang ada dalam neraca menjadi persentase berdasarkan angka tertentu.

Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari analisis common-size untuk Bank Umum Syariah. Ditinjau dari sisi Aktiva Akun Piutang Murabahah memiliki persentase yang paling tinggi dengan perincian Bank Mega Syariah memiliki persentase peningkatan dari tahun 2011-2013 berturut-turut 59,9% 64,1% dan 73,6% kemudian Bank BRI Syariah dengan persentase peningkatan 47,1% 50% dan 51% lalu disusul Bank Mandiri Syariah dengan persentase peningkatan sebesar 40,6% 42,8% dan 44,9% kemudian Bank BNI Syariah dengan persentase peningkatan 37% 45,12% dan 55% dan Bank Muamalat dengan persentase 36,9% 35,9% dan 36%.


(32)

Ditinjau dari sisi Liabilitas Akun Simpanan Nasabah memiliki persentase paling tinggi dengan perincian Bank Muamalat memiliki persentase peningkatan dari tahun 2011-2013 berturut-turut 87,7% 92,2% dan 93,4% kemudian Bank Mandiri Syariah dengan persentase 83,3% 86,9% dan 88,6% lalu Bank Mega Syariah dengan persentase 90,2% 80,1% dan 67,6% kemudian Bank BNI Syariah dengan persentase 89,4% 87,3% dan 60,6% dan Bank BRI Syariah dengan persentase 85,2% 71,7% dan 70%.

Ditinjau dari sisi Ekuitas Akun Modal Saham memiliki persentase paling tinggi dengan perincian Bank BRI Syariah memiliki persentase dari tahun 2011-2013 berturut-turut 97,3% 92% dan 87% kemudian Bank BNI Syariah dengan persentase 92,7% 97,5% dan 96,05% kemudian Bank Mega Syariah dengan persentase 73,2% 51,4% dan 80,5% kemudian Bank Muamalat dengan persentase sebesar 39,7% 33,4% dan 25,7% dan terakhir Bank Mandiri Syariah dengan persentase 37,9% 34,8% dan 30,6%.

Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari analisis common-size untuk Bank Umum Konvensional. Ditinjau dari sisi Aktiva Akun Kredit yang diberikan memiliki persentase yang paling tinggi dengan perincian Bank BNI memiliki persentase peningkatan dari tahun 2011-2013 berturut-turut 53,00% 58,16% dan 63,04% kemudian Bank Mandiri dengan persentase peningkatan 54,18% 58,30% dan 61,47% lalu disusul Bank BRI


(33)

dengan persentase peningkatan sebesar 58,27% 60,96% dan 67,55% kemudian Bank Mega dengan persentase peningkatan 41,87% 44,76% dan 44,80% dan Bank BCA dengan persentase 60,96% 57,06% dan 61,79%.

Ditinjau dari sisi Liabilitas Akun Simpanan Nasabah memiliki persentase paling tinggi dengan perincian Bank BRI memiliki persentase peningkatan dari tahun 2011-2013 berturut-turut 91,00% 92,54% dan 92,21% kemudian Bank BNI dengan persentase 88,55% 88,92% dan 86,11% lalu Bank Mandiri dengan persentase 85,23% 85,25% dan 85,30% kemudian Bank BCA dengan persentase 96,05% 94,93% dan 95,03% dan Bank Mega dengan persentase 88,16% 87,26% dan 86,77%.

Ditinjau dari sisi Ekuitas Akun Saldo Laba memiliki persentase paling tinggi dengan perincian Bank BRI memiliki persentase peningkatan dari tahun 2011-2013 berturut-turut 80,33% 84,67% dan 89,34% kemudian Bank BCA dengan persentase peningkatan sebesar 85,04% 86,34% dan 87,50% kemudian Bank Mandiri dengan persentase 53,48% 60,83% dan 67,16% kemudian Bank BNI dengan persentase peningkatan sebesar 38,11% 46,11% dan 956,65% dan terakhir Bank Mega dengan persentase 34,16% 48,59% dan 48,86%.


(34)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil analisis yang telah dilakukan kepada 5 Bank Umum Syariah dan 5 Bank Umum Konvensional yang terdaftar di Bank Indonesia pada periode 2011-2013 yang menjadi sampel, yang bertujuan untuk menganalisis perbandingan kinerja keuangan Bank Umum Syariah dan Bank Umum Konvensional, dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu :

a. Dilihat dari hasil analisis statistik deskriptif Nilai Mean CAR Bank Umum Syariah lebih kecil dibandingkan dengan Nilai Mean CAR Bank Umum Konvensional dengan kata lain CAR Bank Umum Konvensional lebih baik dibandingkan Bank Umum Syariah. Berdasarkan hasil uji statistik uji beda dua rata-rata (independent t-test) untuk Rasio Kecukupan Modal yang diwakili CAR menunjukkan hasil bahwa terdapat perbedaan yang tidak signifikan diantara Bank Umum Syariah dengan Bank Umum Konvenisonal.

b. Dilihat dari hasil analisis statistik deskriptif Nilai Mean ROA Bank Umum Syariah lebih kecil dibandingkan dengan Nilai Mean ROA Bank Umum Konvensional dengan kata lain ROA Bank Umum Konvensional lebih baik dibandingkan Bank Umum Syariah. Berdasarkan hasil uji statistik uji beda dua rata-rata (independent t-test)


(35)

untuk Rasio Profitabilitas yang diwakili ROA menunjukkan hasil bahwa terdapat perbedaan yang signifikan diantara Bank Umum Syariah dengan Bank Umum Konvenisonal.

c. Dilihat dari hasil analisis statistik deskriptif Nilai Mean LDR Bank Umum Syariah lebih besar dibandingkan dengan Nilai Mean LDR Bank Umum Konvensional dengan kata lain LDR Bank Umum Syariah lebih baik dibandingkan Bank Umum Konvensional. Berdasarkan hasil uji statistik uji beda dua rata-rata (independent t-test) untuk Rasio Likuiditas yang diwakili LDR menunjukkan hasil bahwa terdapat perbedaan yang signifikan diantara Bank Umum Syariah dengan Bank Umum Konvenisonal.

d. Dilihat dari hasil analisis statistik deskriptif Nilai Mean BOPO Bank Umum Syariah lebih besar dibandingkan dengan Nilai Mean BOPO Bank Umum Konvensional dengan kata lain BOPO Bank Umum Konvensional lebih baik dibandingkan Bank Umum Syariah. Berdasarkan hasil uji statistik uji beda dua rata-rata (independent t-test) untuk Rasio Efisiensi yang diwakili BOPO menunjukkan hasil bahwa terdapat perbedaan yang signifikan diantara Bank Umum Syariah dengan Bank Umum Konvenisonal.

e. Dilihat dari hasil analisis statistik deskriptif Nilai Mean NPL Bank Umum Syariah lebih besar dibandingkan dengan Nilai Mean NPL Bank Umum Konvensional dengan kata lain NPL Bank Umum Konvensional lebih baik dibandingkan Bank Umum Syariah. Berdasarkan hasil uji


(36)

statistik uji beda dua rata-rata (independent t-test) untuk Rasio Kualitas Aktiva Produktif yang diwakili NPL menunjukkan hasil bahwa terdapat perbedaan yang signifikan diantara Bank Umum Syariah dengan Bank Umum Konvenisonal.

f. Dilihat dari kinerja bank secara keseluruhan yang diwakili oleh variabel “kinerja” maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan Bank Umum Syariah dengan Bank Umum Konvensional.

5.2 Saran

1. Bagi Bank Umum Syariah

Secara umum, dari rasio likuiditas kinerja keuangan Bank Umum syariah lebih baik dibandingkan dengan Bank Umum Konvensional. Akan tetapi, rasio lain lebih rendah dari Bank Umum Konvensional, yaitu rasio kecukupan modal (CAR), rasio profitabilitas (ROA), rasio efisiensi (BOPO), rasio kualitas aktiva produktif (NPL). Untuk meningkatkan rasio-rasio tersebut, Bank Umum Syariah perlu memperhatikan hal-hal berikut agar kinerja keuangan Bank Umum Syariah dapat lebih baik lagi :

a. Rasio permodalan (CAR) Bank Umum Syariah dapat ditingkatkan kualitasnya dengan penambahan modal. Hal ini dapat dilakukan dengan lebih memperhatikan kebutuhan modal pada setiap ekspansi kredit. Usahakan setiap asset yang berisiko tersebut


(37)

menghasilkan pendapatan, sehinggga tidak perlu menekan permodalan.

b. Rasio ROA Bank Umum Syariah dapat ditingkatkan dengan melakukan efisiensi usaha dan lebih berhati-hati dalam melakukan ekspansi agar setiap aset yang digunakan dalam operasi dapat menghasilkan laba seperti yang diharapkan.

c. Rasio BOPO Bank Umum Syariah dapat diperkecil dengan melakukan efisiensi dalam setiap operasi usaha. Bank Umum Syariah di Indonesia perlu membuat suatu sistem yang dapat menekan biaya operasional dan meningkatkan pendapatan operasional khususnya dibidang pengendalian dan pengawasan investasi.

d. Rasio NPL dapat ditingkatkan kualitasnya dengan lebih berhati-hati dalam pemberian kredit terhadap nasabah untuk mengurangi jumlah kredit yang macet dan bermasalah.

2. Bagi Bank Umum Konvensional

Penelitian ini menyimpulkan bahwa kinerja Bank Umum Syariah secara umum dari rasio likuiditas lebih baik dibandingkan Bank Umum Konvensional. Oleh karena itu, Bank Umum Konvensional bisa mempertimbangkan untuk membuka atau menambah Unit Usaha Syariah atau mengkonversi menjadi Bank Umum Syariah.


(38)

Karena penelitian ini hanya menggunakan lima rasio dalam mengukur kinerja keuangan Bank Umum Syariah dengan Bank Umum Konvensional, maka sebaiknya peneliti yang akan datang menggunakan lebih banyak rasio untuk mengukur kinerjanya. Selain itu, sebaiknya peneliti yang akan datang juga memperbanyak sampelnya, agar hasilnya lebih tergeneralisasi.


(39)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN PEMBENTUKAN HIPOTESIS

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Ruang Lingkup Bank

Bank adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan umumnya didirikan dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan menerbitkan promes atau yang dikenal banknote. Kata Bank berasal dari bahasa Italia banca yang berarti tempat penukaran uang.

Pengertian Bank menurut Kasmir (2012:42) “ Badan Usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak”.

Lembaga keuangan bank sangat penting peranannya dalam pembangunan ekonomi seuatu negara. Hal ini disebabkan karena lembaga keuangan bank mempunyai fungsi, asas, dan tujuan yang sangat mendukung terhadap pembangunan ekonomi suatu negara. Berikut adalah fungsi, asas, dan tujuan Menurut Pasal 2, 3, dan 4 UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan dinyatakan bahwa :

Asas : Perbankan berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian.

Fungsi : Fungsi utama perbankan adalah sebagai penghimpun dana dan penyalur dana masyarakat.


(40)

Tujuan : Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhanekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan rakyat banyak.

Menurut Lukman dalam Marissa (2011:39), pada dasarnya terdapat tiga prinsip yang harus diperhatikan oleh bank, yaitu :

1. Likuiditas adalah prinsip dimana bank harus dapat memenuhi kewajibannya.

2. Solvabilitas adalah kemampuan untuk memenuhi kewajiban keuangan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi. Bank yang solvable adalah bank yang manpu menjamin seluruh hutangnya.

3. Rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.

2.1.2 Bank Umum Syariah

2.1.2.1 Pengertian Bank Umum Syariah

Bank Islam atau di Indonesia disebut bank syariah merupakan lembaga keuangan yang berfungsi memperlancar mekanisme ekonomi di sektor riil melalui aktivitas kegiatan usaha (investasi, jual beli, atau lainnya) berdasarkan prinsip Syariah, yaitu aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan nilai-nilai Syariah yang bersifat makro maupun mikro (Ascarya : 2008:30).


(41)

2.1.2.2 Prinsip Dasar Bank Umum Syariah

Secara garis besar produk-produk bank syariah dapat dikelompokkan ke dalam produk-produk pendanaan, pembiayaan, jasa perbankan, dan kegiatan sosial dengan berbagai prinsip syariah yang digunakan dalam akadnya, berbagai jenis akad yang diterapkan oleh bank syariah dapat dibagi ke dalam enam kelompok pola, yaitu: 1. Akad Pola Titipan (Wadi’ah)

Secara umum Wadi’ah berarti titipan murni dari pihak penitip

(muwaddi’) yang mempunyai barang/asset kepada pihak

penyimpan (mustawda’) yang diberi amanah/kepercayaan, baik individu maupun badan hukum dan harus dijaga dari kerusakan,kerugian dan keutuhannya dan dikembalikan kapan saja penyimpan menghendaki. Akad Wadi’ah dibagi atas 2 yaitu:

a. Titipan Wadi’ah yad Amanah adalah akad penitipan barang/uang dimana pihak penerima titipan tidak diperkenankan menggunakan barang/uang yang dititipkan dan tidak bertanggung jawab atas kerusakan atau kehilangan barang titipan yang bukan diakibatkan perbuatan atau kelalaian penerima titipan. Adapun aplikasinya dalam perbankan syariah berupa produk safe deposit box.

b. Titipan Wadi’ah yad Dhamanah adalah akad penitipan barang/uang dimana pihak penerima titipan telah


(42)

mendapatkan izin dari pihak penitip untuk mempergunakan barang/uang yang dititipkan tersebut untuk aktivitas perekonomian tertentu dengan catatan bahwa pihak penerima titipan akan mengembalikan barang/uang yang dititipkan secara utuh pada saat penyimpan menghendaki. Prinsip ini diaplikasikan dalam produk giro dan tabungan. 2. Akad Pola Bagi Hasil (Profit Sharing)

Akad Pola Bagi Hasil merupakan suatu sistem yang meliputi tatacara pembagian hasil usaha antara penyedia dana dengan pengelola dana. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini adalah:

a. Mudharabah, adalah akad kerja sama usaha antara pemilik dana (shahibul maal) dan pengelola dana (mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha, laba dibagi atas dasar nisbah bagi hasil menurut kesepakatan kedua belah pihak, sedangkan bila terjadi kerugian akan ditanggung oleh si pemilik dana kecuali disebabkan oleh misconduct, negligence atau violation oleh pengelola dana. Akad Mudharabah secara umum dibagi atas 3 yaitu :

1) Mudharabah Muthlaqah adalah akad kerja sama di mana pemilik dananya memberikan kebebasan kepada pengelola dana dalam pengelolaan investasinya. Mudharabah ini disebut juga investasi tidak terikat.


(43)

2) Mudharabah Muqayyadah adalah akad kerja sama di mana pemilik dana memberikan batasan kepada pengelola antara lain mengenai dana, mengenai lokasi, cara, dan atau objek investasi atau sektor usaha.

3) Mudharabah Musytarakah adalah akad kerja sama di mana pengelola dana menyertakan modal atau dananya dalam kerja sama investasi.

b. Musyarakah, adalah akad kerja sama yang didasarkan atas bagi hasil di mana para mitra berkontribusi dalam modal maupun kerja. Keuntungan dari usaha syariah akan dibagikan kepada para mitra sesuai dengan nisbah yang disepakati para mitra ketika akad, sedangkan kerugian akan ditanggung para mitra sesuai dengan proporsi modal.Ada dua jenis Musyarakah yaitu :

1) Musyarakah kepemilikan, yaitu kepemilikan bersama dua pihak atau lebih dari suatu properti;

2) Musyarakah akad, yang berarti kemitraan yang terjadi karena adanya kontrak bersama atau usaha komersial bersama.

3. Akad Pola Jual Beli (Tijarah)

Akad Pola Jual Beli ini merupakan suatu sistem yang menerapkan tata cara jual beli, dimana bank akan membeli terlebih dahulu barang yang dibutuhkan atau mengangkat


(44)

nasabah sebagai agen bank melakukan pembelian barang atas nama bank, kemudian bank menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga sejumlah harga beli ditambah keuntungan (margin). Akad Jual beli dibagi atas 3 yaitu :

1) Murabahah, yaitu suatu bentuk jual beli tertentu ketika penjual menyatakan biaya perolehan barang, meliputi harga barang dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan untuk memperoleh barang tersebut, dan tingkat keuntungan (margin) yang diinginkan.

2) Salam, merupakan bentuk jual beli dengan pembayaran di muka dan penyerahan barang di kemudian hari (advanced payment atau forward buying atau future sales) dengan harga, spesifikasi, jumlah, kualitas, tanggal, dan tempat penyerahan yang jelas, serta disepakati sebelumnya dalam perjanjian. Bank dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual dalam suatu transaksi salam. Jika bank bertindak sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain untuk menyediakan barang pesanan dengan cara salam maka hal ini disebut salam paralel.

3) Istishna, adalah akad jual beli antara pembeli dan produsen yang juga bertindak sebagai penjual. Cara pembayarannya dapat berupa pembayaran dimuka, cicilan, atau ditangguhkan sampai jangka waktu tertentu. Barang


(45)

pesanan harus diketahui karakteristiknya secara umum yang meliputi: jenis, spesifikasi teknis, kualitas, dan kuantitasnya.

4. Akad Pola Sewa (Ijarah)

Ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu asset atau jasa sementara hak kepemilikan asset tetap pada pemberi sewa. Sebaliknya penyewa atau pengguna jasa memiliki kewajiban membayar sewa atau upah. Ada dua jenis Ijarah yaitu:

1) Ijarah Murni merupakan akad yang berhubungan dengan sewa jasa;

2) Ijarah al muntahiya bit tamlik merupakan penggabungan sewa dan beli, dimana si penyewa mempunyai hak untuk memiliki barang pada akhir masa sewa.

5. Akad Pola Jasa (Fee-Based Services)

Prinsip Pola Jasa (Fee-Based Services) ini meliputi seluruh layanan non-pembiayaan yang diberikan bank. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip Pola Jasa (Fee-Based Services) ini antara lain:

1) Wakalah merupakan pelimpahan kekuasaan oleh satu pihak (muwakil) kepada pihak lain (wakil) dalam hal-hal yang boleh diwakilkan. Islam mensyariatkan Wakalah karena manusia membutuhkannya.


(46)

2) Kafalah merupakan Jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung.

3) Hawalah, Pengalihan utang/piutang dari orang yang berhutang/berpiutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya/menerimanya.

4) Rahn, adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis. Dengan demikian, pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. 5) Al-qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan. Produk ini digunakan untuk membantu usaha kecil dan keperluan sosial. Dana ini diperoleh dari dana zakat, infaq dan shadaqah.

2.1.2.3 Sistem Operasional Bank Umum Syariah

Pada sistem operasi bank syariah, pemilik dana menanamkan uangnya di bank tidak dengan motif mendapatkan bunga, tapi dalam rangka mendapatkan keuntungan bagi hasil. Dana nasabah tersebut kemudian disalurkan kepada mereka yang membutuhkan (misalnya modal usaha), dengan perjanjian


(47)

pembagian keuntungan sesuai kesepakatan (Ema dalam Widya Wahyuningsih,2012) . Sistem operasional Bank Umum Syariah tersebut meliputi:

1. Sistem Penghimpunan Dana

Metode penghimpunan dana yang ada pada bank-bank konvensional didasari teori yang diungkapkan Keynes yang mengemukakan bahwa orang membutuhkan uang untuk tiga kegunaan, yaitu fungsi transaksi, cadangan dan investasi. Teori tersebut menyebabkan produk penghimpunan dana disesuaikan dengan tiga fungsi tersebut, yaitu berupa giro, tabungan dan deposito. Berbeda halnya dengan hal tersebut, bank syariah tidak melakukan pendekatan tunggal dalam menyediakan produk penghimpunan dana bagi nasabahnya. Pada dasarnya, dilihat dari sumbernya, dana bank syariah terdiri atas:

a. Modal

Modal adalah dana yang diserahkan oleh para pemilik (owner). Dana modal dapat digunakan untuk pembelian gedung, tanah, perlengkapan, dan sebagainya yang secara tidak langsung menghasilkan (fixed asset/non earning asset). Selain itu, modal juga dapat digunakan untuk hal-hal yang produktif, yaitu disalurkan menjadi pembiayaan. Pembiayaan yang berasal dari modal, hasilnya tentu saja bagi pemilik modal, tidak dibagikan kepada pemilik dana lainnya. Mekanisme penyertaan modal


(48)

pemegang saham dalam perbankan syariah, dapat dilakukan melalui musyarakah fi sahm asy-syarikah atau equity participation pada saham perseroan bank.

b. Titipan (Wadi’ah)

Salah satu prinsip yang digunakan bank syariah dalam memobilisasi dana adalah dengan menggunakan prinsip titipan. Akad yang sesuai dengan prinsip ini ialah al-wadi’ah. Dalam prinsip ini, bank menerima titipan dari nasabah dan bertanggung jawab penuh atas titipan tersebut. Nasabah sebagai penitip berhak untuk mengambil setiap saat kapan saja Nasabah tersebut hendak mengambil titipan tersebut , sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

c. Investasi (Mudharabah)

Akad yang sesuai dengan prinsip investasi adalah mudharabah yang mempunyai tujuan kerjasama antara pemilik dana (shahibul maal) dengan pengelola dana (mudharib), dalam hal ini adalah bank. Pemilik dana sebagai deposan di bank syariah berperan sebagai investor murni yang menanggung aspek sharing risk dan return dari bank. Deposan, dengan demikian bukanlah lender atau kreditor bagi bank seperti halnya pada bank konvensional.

2. Sistem Penyaluran Dana (Financing)

Produk penyaluran dana di bank syariah dapat dikembangkan dengan tiga model, yaitu:


(49)

a. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang dilakukan dengan prinsip jual beli. Prinsip jual beli ini dikembangkan menjadi bentuk pembiayaan pembiayaan

murabahah, salam dan istishna’.

b. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa dilakukan dengan prinsip sewa (Ijarah). Transaksi ijarah dilandasi adanya pemindahan manfaat. Jadi pada dasarnya prinsip ijarah sama dengan prinsip jual beli, namun perbedaannya terletak pada obyek transaksinya. Bila pada jual beli obyek transaksinya adalah barang, maka pada ijarah obyek transaksinya jasa.

c. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk usaha kerjasama yang ditujukan guna mendapatkan sekaligus barang dan jasa, dengan prinsip bagi hasil. Prinsip bagi hasil untuk produk pembiayaan di bank syariah dioperasionalkan dengan pola-pola musyarakah dan mudharabah.

2.1.3 Bank Umum Konvensional

2.1.3.1 Pengertian Bank Umum Konvensional

Menurut Undang – Undang No. 10 Tahun 1998 Bank merupakan Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Defenisi ini menunjukkan bahwa objek


(50)

aktivitas utama bank adalah masyarakat luas karena dana yang terhimpun dari masyarakat akhirnya akan disalurkan kepada masyarakat juga termasuk individu.

2.1.3.2 Kegiatan Usaha Bank Umum Konvensional

Adapun Kegiatan Usaha Bank Umum Konvensional berdasarkan (Booklet Perbankan Indonesia 2011) adalah sebagai berikut:

1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan hal diatas lainnya;

2. Memberikan kredit;

3. Menerbitkan surat pengakuan hutang;

4. Membeli, menjual atau menjamin atas risiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya:

5. Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah;

6. Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjamkan dana kepada bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan wesel unjuk, cek atau sarana lainnya;

7. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan dengan atau antar pihak ketiga;


(51)

8. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga;

9. Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak;

10. Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek;

11. Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit dan kegiatan wali amanat;

12. Menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain berdasarkan Prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia;

13. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh pihak bank sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-undang tentang Perbankan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.

14. Melakukan kegiatan dalam valuta asing dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia ;

15. Melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank atau perusahaan lain di bidang keuangan, seperti sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan efek, asuransi, serta lembaga kliring penyelesaian dan penyimpanan, dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia ;


(52)

16. Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat kegagalan kredit atau kegagalan pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, dengan syarat harus menarik kembali penyertaannya, dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh BI; dan

17. Bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana pensiun sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan dana pensiun yang berlaku.

2.1.4 Perbedaan Bank Umum Syariah dengan Bank Umum Konvensional

Hal mendasar yang membedakan Bank Umum Konvensional dengan Bank Umum Syari’ah adalah terletak pada pengembalian dan pembagian keuntungan yang diberikan oleh nasabah kepada bank, dan atau yang diberikan oleh bank kepada nasabah. Hal inilah yang menyebabkan terdapatnya istilah bunga dan bagi hasil. Bagi hasil menurut terminologi asing (inggris) dikenal dengan profit sharing. Dalam kamus ekonomi diartikan dengan pembagian laba. Secara defenitif, profit sharing diartikan “distribusi beberapa bagian dari laba pada para pegawai di sebuah perusahaan (Muhammad 2001).

Islam mengharamkan bunga dan menghalalkan bagi hasil. Keduanya memberikan keuntungan, tetapi memiliki perbedaan mendasar sebagai akibat adanya perbedaan antara investasi dan pembungaan uang. Dalam


(53)

investasi, usaha yang dilakukan mengandung risiko, dan karenanya mengandung unsur ketidakpastian. Sebaliknya, pembungaan uang adalah aktivitas yang tidak memiliki risiko karena adanya persentase suku bunga tertentu yang ditetapkan berdasarkan besarnya modal. Adapun Perbedaan antara Bunga dan Bagi Hasil dapat dijelaskan dalam tabel berikut:

Tabel 2.1

Perbandingan Antara Bunga dan Bagi Hasil

Bagi Hasil Bunga

a. Penentuan besarnya rasio/nisbah bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung rugi.

b. Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh.

c. Bagi hasil tergantung pada keuntungan proyek yang dijalankan. Bila usaha rugi, kerugian akan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak.

d. Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan.

e. Tidak ada yang meragukan keabsahan bagi hasil

a. Penentuan bunga dibuat pada waktu akad dengan asumsi harus selalu untung.

b. Besarnya persentase berdasarkan pada jumlah uang/modal yang dipinjamkan.

c. Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan apakah proyek yang dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi.

d. Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat sekalipun jumlah keuntungan berlipat atau keadaan ekonomi sedang

“booming”

e. Eksistensi bunga diragukan (kalau tidak dikecam) oleh semua agama termasuk Islam


(54)

Adapun Perbedaan antara Bank Umum Konvensional dengan Bank Umum Syariah adalah sebagai berikut :

Tabel 2.2

Perbedaan Bank Umum Konvensional dengan Bank Umum Syariah

BUK BUS

Fungsi dan Kegiatan Bank

Intermediasi, Jasa Keuangan Intermediasi, Manager Investasi, Investor, Sosial dan Jasa Keuangan Mekanisme dan

Objek Usaha

Tidak antiriba dan antimaysir

Antiriba dan antimasyir Prinsip Dasar

Operasi

Bebas nilai ( prinsip materialis)

Uang sebagai Komoditi Bunga

Tidak bebas nilai (prinsip syariah islam)

Uang sebagai alat tukar dan bukan komoditi Bagi hasil, jual beli, sewa Prioritas

Pelayanan

Kepentingan pribadi Kepentingan public Orientasi Keuntungan Tujuan sosial-ekonomi

islam, keuntungan

Bentuk Bank komersial Bank komersial, bank pembangunan, bank universal atau multi-porpose

Evaluasi Nasabah

Kepastian pengambilan pokok dan bunga (creditworthiness dan collateral)

Lebih hati-hati karena partisipasi dalam risiko

Hubungan Nasabah

Terbatas debitor-kreditor Erat sebagai mitra usaha Sumber

Likuiditas Jangka Pendek

Pasar Uang, Bank Sentral Pasar Uang Syariah, Bank Sentral

Pinjaman yang diberikan

Komersial dan nonkomersial, berorientasi laba

Komersial dan nonkomersial berorientasi laba dan nirlaba

Lembaga Penyelesai Sengketa

Pengadilan, Arbitrase Pengadilan, Badan Arbitrase Syariah Nasiona

Struktur Organisasi Pengawas

Dewan Komisaris Dewan Komisaris, Dewan Pengawas Syariah, Dewan Syariah Nasional


(55)

2.1.5 Rasio Keuangan

2.1.5.1 Rasio Kecukupan Modal

Kecukupan modal adalah gambaran kemampuan bank dalam mempertahankan modal yang mencukupi untuk menutup risiko kerugian yang mungkin timbul dari penanaman dana dalam aset produktif yang mengandung risiko, serta untuk pembiayaan dalam aset tetap dan investasi. Rasio Kecukupan Modal yang digunakan dalam penelitian ini adalah Capital Adequacy Ratio yaitu rasio permodalan yang menunjukkan kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk keperluan pengembangan usaha serta menampung kerugian yang diakibatkan dalam operasional bank. Kegiatan utama Bank adalah menghimpun dana dan menyalurkan kembali dalam bentuk kredit. Dengan CAR yang cukup atau memenuhi ketentuan, Bank tersebut dapat beroperasi sehingga terciptalah laba. Besarnya modal suatu Bank juga akan mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kinerja Bank. Dengan kata lain semakin tinggi CAR semakin baik kinerja suatu bank.

CAR = x 100%

H1 : Terdapat perbedaan yang tidak signifikan antara kinerja Bank Umum Syariah dengan Bank Umum Konvensional, berdasarkan rasio kecukupan modal.


(56)

2.1.5.2 Rasio Profitabilitas

Menurut Harahap (2009:309), Rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuannya, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan kas, ekuitas, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya.

Rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return on Assets (ROA). Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset hal ini juga menunjukkan semakin efektif perusahaan tersebut karena besrnya ROA dipengaruhi oleh besarnya laba yang dihasilkan perusahaan.

Profitabilitas suatu perusahaan akan mempengaruhi kebijakan para investor atas investasi yang dilakukan. Kemampuan peurusahaan untuk menghasilkan laba akan dapat menarik para investor untuk menanamkan dananya guna mjemperluas usahanya, sebaliknya tingkat profitabilitas yang rendah akan menyebabkan para investor menarik dananya. Sedangkan bagi perusahaan itu sendiri profitabilitas dapat digunakan sebagai evaluasi atas efektivitas pengelolaan badan usaha tersebut.


(57)

Bank dengan total asset relatif besar akan mempunyai kinerja yang lebih baik karena mempunyai total revenue yang relatif besar sebagai akibat aktivitas yang meningkat. Dengan meningkatnya total revenue tersebut maka akan meningkatkan laba perusahaan sehingga kinerja keuangan akan lebih baik.

ROA = x 100%

H2 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja Bank Umum Syariah dengan Bank Umum Konvensional, berdasarkan rasio profitabilitas.

2.1.5.3 Rasio Likuiditas

Menurut Harahap (2009:301), Rasio Likuiditas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Untuk dapat memenuhi kewajibannya yang sewaktu-waktu ini, maka perusahaan harus mempunyai aset-aset lancar yang jumlahnya harus lebih besar dari kewajiban-kewajiban lancarnya.

Dalam penelitian ini, rasio likuiditas yang digunakan adalah Loan to Deposit Ratio (LDR). Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio perbandingan antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh pihak bank yang bersangkutan. Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan bank dalam membayar kembali kewajiban kepada para nasabah yang telah


(58)

menanamkan dananya dengan kredit-kredit yang telah diberikan kepada para debiturnya.

Semakin tinggi LDR menunjukkan semakin riskan kondisi likuiditas bank, sebaliknya semakin rendah LDR menunjukkan kurangnya efektifitas bank dalam menyalurkan kredit. Jika rasio LDR bank berada pada standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, maka laba yang diperoleh oleh bank tersebut akan meningkat (dengan asumsi bank tersebut mampu menyalurkan kreditnya dengan efektif). Dengan meningkatnya laba, maka kinerja keuangan bank tersebut akan lebih baik.

LDR = x 100%

H3 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja Bank Umum Syariah dengan Bank Umum Konvensional, berdasarkan rasio likuiditas.

2.1.5.4 Rasio Efisiensi

Rasio efisiensi adalah perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Rasio yang digunakan adalah Operating Efficiency (OER) atau BOPO.

Dalam kasus perusahaan yang bergerak dibidang perbankan, efisiensi operasional dilakukan untuk mengetahui apakah


(59)

bank dalam operasinya yang berhubungan usaha pokok bank, dilakukan dengan benar dalam arti sesuai yang diharapkan manajemen dan pemegang saham. Efisiensi operasi juga berpengaruh terhadap kinerja bank, yaitu untuk menunjukkan apakah bank telah menggunakan semua faktor produksinya dengan tepat guna (Mawardi, 2005).

Pada penelitian ini variabel BOPO diambil sebagai salah satu variabel atau faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan bank, karena bagaimanapun juga jika kita berbicara mengenai kinerja suatu perusahaan pastilah juga berhubungan dengan efisiensi operasi perusahaan tersebut.

Rasio yang sering disebut rasio efisiensi ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan oleh bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah persentasenya semakin kecil.

BOPO = x 100%

H4 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja Bank Umum Syariah dengan Bank Umum Konvensional, berdasarkan rasio efisiensi.


(60)

2.1.5.5 Rasio Kualitas Aktiva Produktif

Pengertian aktiva produktif dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 31/147/KEP/DIR Tanggal 12 November 1998 tentang Kualitas Aktiva Produktif adalah penanaman dana bank baik dalam Rupiah maupun Valuta Asing dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatan dana antar bank, penyertaan, komitmen dan kontijensi pada transaksi rekening administratif. Non Performing Loan (NPL) merupakan aktiva produktif dengan kualitas aktiva kurang lancar, diragukan, dan macet.

Risiko, menurut Peraturan Bank Indonesia nomor 5 tahun 2003 adalah potensi terjadinya suatu peristiwa (events) yang dapat menimbulkan kerugian bank. Risiko akan selalu melekat pada dunia perbankan, hal ini disebabkan karena faktor situasi lingkungan eksternal dan internal perkembangan kegiatan usaha perbankan yang semakin pesat. Seperti halnya perusahaan pada umumnya,bisnis perbankan juga dihadapkan pada berbagai resiko-resiko, salah satu risiko tersebut adalah risiko kredit. Pada penelitian ini rasio keuangan yang digunakan sebagai proksi terhadap nilai suatu resiko kredit adalah rasio Non Performing Loan (NPL). Rasio ini menunjukan bahwa kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh pihak bank. Sehingga semakin tinggi rasio ini maka akan semakin semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin


(61)

besar maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar.

NPL = x 100%

H5 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja Bank Umum Syariah dengan Bank Umum Konvensional, berdasarkan rasio kualitas aktiva produktif

2.1.6 Kinerja Keuangan Secara Keseluruhan

Kinerja bank secara keseluruhan diketahui dengan cara menjumlahkan seluruh rasio keuangan, yaitu rasio CAR (Capital Adequacy Ratio), ROA (Return On Asset), LDR (Loan to Deposit Ratio), BOPO, NPL (Non Performing Loan), yang sebelumnya diberi bobot penilaian tertentu. Perhitungan presentase dan bobot rasio-rasio tersebut adalah (Lukmam Dendawijaya, 2001):

a. CAR

Menurut ketentuan Bank Indonesia suatu bank umum sekurang kurangnya harus memiliki CAR 8%. CAR (Capital Adequacy Ratio) merupakan salah satu komponen utama dalam perhitungan kesehatan bank, oleh karena itu penulis memberikan persentase sebesar 20%. Skor nilai CAR ditentukan sebagai berikut, Jika CAR bernilai:

a) Kurang dari 8%, skor nilai = 0 b) Antara 8% - 12%, skor nilai = 80 c) Antara 12% - 20%, skor nilai = 90


(62)

d) Lebih dari 20%, skor nilai = 100

Misalnya, suatu bank memiliki rasio CAR 33,84% maka skor akhir CAR adalah 20%*100 = 20.

b. ROA

Standar terbaik ROA menurut Bank Indonesia adalah 1,5%. Variabel ini mempunyai bobot nilai 10%. Skor nilai ROA ditentukan sebagai berikut, Jika ROA bernilai:

a) Kurang dari 0%, skor nilai = 0 b) Antara 0% - 1%, skor nilai = 80 c) Antara 1% - 2%, skor nilai =100 d) Lebih dari 2% , skor nilai = 90

Misalnya, suatu bank memiliki rasio ROA 2,87%, maka skor akhir ROA adalah 10%*90 = 9.

c. LDR

Standar terbaik LDR menurut Bank Indonesia adalah 85% -110%.Variabel ini mempunyai bobot nilai 15%. Skor nilai LDR ditentukan sebagai berikut, Jika LDR bernilai:

a) Kurang dari 50%, skor nilai = 0 b) Antara 50% - 85%, skor nilai = 80 c) Antara 85% - 110%, skor nilai = 100 d) Lebih dari 110%, skor nilai = 90

Misalnya, suatu bank memiliki rasio LDR 74,93%, maka skor akhir LDR adalah 15%*80 = 12.


(63)

d. BOPO

Standar terbaik BOPO menurut Bank Indonesia adalah 85% -92%.Variabel ini mempunyai bobot nilai 15%. Skor nilai BOPO ditentukan sebagai berikut, Jika BOPO bernilai:

a) Lebih dari 125%, skor nilai = 0 b) Antara 92% - 125%, skor nilai = 80 c) Antara 85% - 92%, skor nilai = 100 d) Kurang dari 85%, skor nilai = 90

Misalnya, suatu bank memiliki bank memiliki rasio BOPO sebesar 130%, maka skor akhir BOPO adalah 15%*0 = 0

e. NPL

NPL juga merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan Bank.Bahkan hampir semua rasio nilainya dipengaruhi oleh NPL.Oleh karena itu penulis memberikan boobt nilai sebesar 20%.Dengan mempertimbangkan ketentuan BI yang mengharuskan NPL berada dibawah 5%. Skor nilai NPL ditentukan sebagai berikut, Jika NPL bernilai:

a) Lebih dari 8%, skor nilai = 0 b) Antara 5% - 8%, skor nilai = 80 c) Antara 3% - 5%, skor nilai = 90 d) Kurang dari 3%, skor nilai = 100

Misalnya, suatu bank memiliki NPL 6%, maka skor akhir NPL adalah 20%*80 = 16


(1)

iv selaku sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Rustam, M.Si, Ak selaku dosen penguji yang telah membantu penulis melalui kritik dan saran yang diberikan demi kesempurnaan skripsi ini dan Ibu Dra. Mutia Ismail MM,Ak, selaku dosen pembanding yang telah membantu penulis melalui kritik dan saran yang diberikan demi kesempurnaan skripsi ini.

5. Sahabat-Sahabat Penulis Ekstensi 2014 khususnya Irhas Syahputra, Merry, Yotari, Dame , Liya, Nelly, Silvi, Dina terimakasih atas motivasi dan dukungan serta kebersamaan kita dari awal D3 sampai Ekstensi sekarang. 6. Teman-Teman Sofyan 10 khususnya Indah Dwi Naya, Indri, Izmi, Ziah,

Kak Maya,Ihdan yang telah memberikan motivasi dan dukungan serta semangat kepada penulis hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan, serta dalam penulisan maupun penyajian dalam tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis menerima saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Medan , Oktober 2015 Penulis


(2)

v DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PEMBENTUKAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis ... 10

2.1.1 Ruang Lingkup Bank ... 10

2.1.2 Bank Umum Syariah ... 11

2.1.2.1 Pengertian Bank Umum Syariah ... 11

2.1.2.2 Prinsip Dasar Bank Umum Syariah ... 12

2.1.2.3 Sistem Operasional Bank Umum Syariah ... 17

2.1.3 Bank Umum Konvensional ... 20

2.1.3.1 Pengertian Bank Umum Konvensional ... 20

2.1.3.2 Kegiatan Usaha Bank Umum Konvensional . 21 2.1.4 Perbedaan Bank Umum Syariah dengan Bank Umum Konvensional... 23

2.1.5 Rasio Keuangan ... 26

2.1.5.1 Rasio Kecukupan Modal ... 26

2.1.5.2 Rasio Profitabilitas ... 27

2.1.5.3 Rasio Likuiditas ... 28

2.1.5.4 Rasio Efisiensi... 29

2.1.5.5 Rasio Kualitas Aktiva Produktif ... 31

2.1.6 Kinerja Keuangan Secara Keseluruhan ... 32

2.2 Penelitian Terdahulu ... 35

2.3 Kerangka Konseptual ... 36

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 40

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 40

3.3 Prosedur Pengumpulan Data ... 41

3.4 Definisi Operasional dan Variabel Penelitian ... 42

3.5 Jenis dan Sumber Data ... 43


(3)

vi

3.6.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 44

3.6.2 Uji Beda Dua Rata-Rata ... 45

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 47

4.1.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 47

4.1.2 Uji Beda Dua Rata-Rata (Independent Sample t-test) 48 4.2 Pembahasan ... 50

4.2.1 Analisis Rasio CAR ... 50

4.2.1.1 Analisis Deskriptif Kedua Variabel ... 50

4.2.1.2 Pengujian Hipotesis... 50

4.2.2 Analisis Rasio ROA ... 51

4.2.2.1 Analisis Deskriptif Kedua Variabel ... 51

4.2.2.2 Pengujian Hipotesis... 51

4.2.3 Analisis Rasio LDR ... 52

4.2.3.1 Analisis Deskriptif Kedua Variabel ... 52

4.2.3.2 Pengujian Hipotesis... 53

4.2.4 Analisis Rasio BOPO ... 53

4.2.4.1 Analisis Deskriptif Kedua Variabel ... 53

4.2.4.2 Pengujian Hipotesis... 54

4.2.5 Analisis Rasio NPL ... 54

4.2.5.1 Analisis Deskriptif Kedua Variabel ... 54

4.2.5.2 Pengujian Hipotesis... 55

4.2.6 Analisis Kinerja Keuangan Bank Secara Keseluruhan 56 4.2.6.1 Analisis Deskriptif Kedua Variabel ... 56

4.2.6.2 Pengujian Hipotesis... 56

4.2.7 Analisis Tambahan ... 57

4.2.7.1 Analisis Horizontal (Trend Statement) ... 57

4.2.1.2 Analisis Vertikal (Common Size) ... 60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 63

5.2 Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 68


(4)

vii DAFTAR TABEL

No Tabel Judul Halaman

2.1 Perbandingan Antara Bunga dan Bagi Hasil ... 24 2.2 Perbedaan Bank Umum Konvensional dengan Bank Umum

Syariah ... 25 2.3 Penelitian Terdahulu ... 35 3.1 Daftar Bank yang memenuhi kriteria Sampel ... 41 3.2 Defenisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel

Penelitian ... 42 4.1 Hasil Statistik Deskriptif ... 47 4.2 Hasil Uji Independent Sample t-test... 49


(5)

viii DAFTAR GAMBAR

No Gambar Judul Halaman


(6)

ix DAFTAR LAMPIRAN

No Lampiran Judul Halaman

I Persentase Kinerja Keuangan BUS & BUK ... 71

II Hasil Perhitungan Kinerja Keuangan ... 73

III Hasil Analisis Statistik Deskriptif ... 76


Dokumen yang terkait

Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah dan Bank Umum Konvensional di Indonesia (Tahun 2011-2013)

0 51 89

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK UMUM SYARIAH DENGAN BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah Dengan Bank Umum Konvensional Di Indonesia (Periode 2007-2013).

0 2 17

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK UMUM SYARIAH DENGAN BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah Dengan Bank Umum Konvensional Di Indonesia (Periode 2007-2013).

0 5 13

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK UMUM SYARIAH DENGAN BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah Dengan Bank Umum Konvensional Di Indonesia Periode 2010-2012.

0 2 16

Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah dan Bank Umum Konvensional di Indonesia (Tahun 2011-2013)

0 0 10

Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah dan Bank Umum Konvensional di Indonesia (Tahun 2011-2013)

0 0 2

Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah dan Bank Umum Konvensional di Indonesia (Tahun 2011-2013)

0 0 9

Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah dan Bank Umum Konvensional di Indonesia (Tahun 2011-2013)

0 0 30

Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah dan Bank Umum Konvensional di Indonesia (Tahun 2011-2013)

0 0 3

Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah dan Bank Umum Konvensional di Indonesia (Tahun 2011-2013)

0 0 7