Pengetahuan Ibu Tentang Bahaya Zat Pewarna Makanan Pada Kesehatan Anak Usia 3 -5 Tahun Di Gampong Rawang Itek Kab Aceh Utara Prov Aceh

(1)

BAB 2

TINJAUAN TEORITIS

2.1. Pengetahuan

2.1.1 Pengertian

Pengetahuan adalah hasil mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali suatu kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak disengaja dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu objek tertentu (Mubarak, 2009).

Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan “what”, misalnya apa air, apa manusia, apa alam dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010).

Pengetahuan adalah hasil dari proses pembelajaran dengan melibatkan indra penglihatan, pendengaran, penciuman dan pengecap. Pengetahuan akan memberikan penguatan terhadap individu dalam setiap mengambil keputusan dan dalam berperilaku (Setiawati, 2008).

2.1.2 Tingkat Pengetahuan

Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan yaitu: a. Tahu (know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya: tahu bahwa buah tomat banyak mengandung vitamin C, jamban adalah tempat membuang air besar, penyakit demam berdarah ditularkan oleh gigitan nyamuk Aedes


(2)

Agepti, dan sebagainya. Untuk mengetahui atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan, misalnya: apa tanda-tamda anak yang kurang gizi, apa penyebab penyakit TBC, bagaimana cara melakukan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk), dan sebagainya. (Notoadmodjo, 2005).

b. Memahami (comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut. Misalnya, orang yang memahami cara pemberantasan penyakit demam berdarah, bukan hanya sekedar menyebutkan 3M (mengubur, menutup, dan menguras), tetapi harus dapat menjelaskan mengapa harus menutup, menguras, dan sebagainya tempat-tempat penampungan air tersebut.(Notoadmodjo, 2005).

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain. Misalnya, seseorang yang telah paham tentang proses perencanaan, ia harus dapat membuat perencanaan program kesehatan di tempat ia bekerja atau dimana saja. Orang yang telah faham metodologi penelitian, ia akan mudah membuat proposal penelitian di mana saja, dan seterusnya.(Notoadmodjo, 2005).


(3)

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan/atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui.Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut. Misalnya, dapat membedakan antara nyamuk Aedes Agepty dengan nyamuk biasa, dapat membuat diagram (flow chart) siklus hidup cacing kremi, dan sebagainya.(Notoadmodjo, 2005).

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada. Misalnya, dapat membuat atau meringkas dengan kata-kata atau kalimat sendiri tentang hal-hal yang telah dibaca atau didengar, dapat membuat kesimpulan tentang artikel yang telah dibaca.(Notoadmodjo, 2005).

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu.Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau


(4)

norma-norma yang berlaku di masyarakat.Misalnya, seorang ibu dapat menilai atau menentukan seorang anak menderita malnutrisi atau tidak, seseorang dapat menilai manfaat ikut keluarga berencana, dan sebagainya (Notoadmodjo, 2005).

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga yang berhubungan dengan faktor internal dan eksternal. Menutut roger (1974, dikutip dari Notoadmojo, 2007), faktor internal yakni karakteristik orang yang bersangkutan seperti: pendidikan, motivasi, persepsi dan pengalaman yang bersifat given atau bawaan. Faktor Eksternal yakni lingkungan, ekonomi, kebudayaan dan informasi.

Menurut Suparlan (2005), faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah:

a. Pendidikanadalah proses penyampaian bahan atau materi pendidikan oleh pendidik kepada sasaran pendidikan guna mencapai perubahan tingakat perilaku. Pada umumnya pendidikan meningkatkan tingkat intelegensinya. b. Usiasangat dipengaruhi perkembangan seseorang dalam memahami

sesuatu. Menurut beberapa peneliti pengetahuan seseorang bertambah sesuai dengan pertambahan usia.

c. Pengalamanmerupakan sesuatu yang sudah pernah dialami, dilihat atau didengar seseorang yang dapat menjadi acuan. Semakin banyak pengalaman seseorang maka semakin banyak usaha seseorang untuk mengatasi sesuatu masalah. Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain.


(5)

d. Sumber informasiadalah data yang diproses kedalam suatu bentuk dan mempunyai nilai yang nyata.

2.1.4 Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoatmojo (2005) dari berbagai cara yang telah digunakan untuk memperoleh pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:

a. Cara Tradisional untuk Memperoleh Pengetahuan

Cara kuno atau tradisional dipakai orang untuk memperoleh kebenaran pengetahuan antara lain:

1) Cara Coba Salah (Trial and Error)

Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam mencegah masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil dicoba kemungkinan yang lain.

2) Cara Kekuasaan (Otoriter)

Sumber pengetahuan dapat berupa pemimpin masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama, pemegang pemerintah, dan sebagainya. 3) Berdasarkan Pengalaman Pribadi

Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan.

Hasil ini dilakukan dengan cara mengulangi kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu.


(6)

4) Melalui Jalan Pikiran

Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berpikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalaran dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pemikirannya.

b. Cara Modern dalam Memperoleh Pengetahuan

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sintesis, logis dan alamiah.Cara ini disebut metode penelitian ilmiahatau lebih popular disebut metode penelitian.

2.2Konsep Ibu

Perempuan adalah salah satu fenomena hidup di mana mereka diciptakan dengan segala kekompleksitasan yang tidak akan ada habisnya untuk dibahas, khususnya dalam kacamatan berfikir yang disusun oleh kaum feminis. Pembahasan perempuandalam perspektif feminis sekarang bukan hanya pada tataran kehidupan yang besar seperti politik, ekonomi, budaya dan pendidikan saja tetapi juga sudah merambah pada tataran kehidupan kecil. AdapunPeranan ibu Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya ( Ayu, 2004 ).


(7)

2.3Konsep zat pewarna makanan 2.3.1 Pengertian

Bahan pewarna merupakan bahan alami ataupun bahan kimia yang ditambahkan ke dalam makanan. Penambahan bahan pewarna pada makanan bertujuan sebagai faktor yang ikut menentukan mutu, warna juga dapat digunakan sebagai indikator kesegaran atau kematangan. Secara garis besar,berdasarkan sumbernya di kenal dua jenis zat pewarna yang termasuk ke dalam golongan bahan tambahan pangan, yaitu pewarna alami dan pewarna sintesis (Cahyadi, 2009).

2.3.2 Jenis- jenis makanan zat pewarna dan makanan

a. Pewarna alami

Zat pewarna alami merupakan zat pewarna yang berasal dari tanaman, buah-buahan, hewan, gula dan bacteria lumut. Umumnya pewarna alami aman untuk digunakan dalam jumlah yang besar sekalipun, berbeda dengan pewarna sintesis yang keamanan penggunaannya harus dibatasi(Yuliarti, 2007).

Konsumen dewasa ini banyak menginginkan bahan alami yang masuk dalam daftar diet mereka. Banyak pewarna olahan yang tadinya menggunakan pewarna sintesis berpindah kepewarna alami. Sebagai contohnya serbuk beet

mengaitkan pewarna merah sintesis FD dan C No. 2. Namun, penggantian dengan pewarna alami secara keseluruhan masih harus menunggu para ahli untuk dapat menghilangkan kendala, seperti bagai mana menghilangkan rasa

beet-nya, mencegah penggumpalan dalam penyimpanan, dan menjaga kestabilan dalam penyimpanan. Beberapa pewarna alami yang berasal dari


(8)

tanaman dan hewan, di antaranya klorofi, mioglobin dan hemoglobin, anthosianin, flavonoid, tannin, betalain, quinon, dan xanthon serta karotenoid (Cahyadi, 2009).

TABEL 2.1 contoh – contoh pewarna alami

Kelompok Warna Sumer

Karamel Coklat Gula dipanaskan

Anthosianin Jingga Merah Biru

Tanaman

Flavonoid Tampa kuning Tanaman

Batalain Kuning, Merah Tanaman

Quinon Kuning, Hitam Tanaman /bacteria lumut

Xanthon Kuning Tanaman

Karotenoid Tanpa kuning – merah Tanaman/hewan

Hame Merah , coklat Hewan

Klorofil Hijau, coklat Tanaman

(sumber tranggono dkk 1989 dalam yuliarti 2007)

Menurut Putri (2010) dan Dedi (2013) Pewarna alami merupakan bahan pewarna yang bahan-bahannya banyak diambil dari tumbuh-tumbuhan. Bahan pewarna alami yang banyak digunakan antara lain sebagai berikut:

1. Daun suji mengandung zat warna klorofil untuk memberi warna hijau menawan, misalnya pada dadar gulung, kue bika, atau kue pisang. Karena keindahan bentuk daunnya, tanaman ini seringkali digunakan sebagai tanaman hias. Agar lebih sempurna, daun suji seringkali dicampur dengan daun pandan sehingga selain memberi warna sekaligus juga memberi aroma harum pada makanan, kue dan


(9)

minuman Anda. Cara membuatnya: iris halus daun suji dan daun pandan, haluskan dengan cara ditumbuk atau diblender, peras, dan saring, lalu tambahkan air kapur sirih sebagai pengawetnya. Masukkan ke dalam botol tertutup, lalu simpan di lemari es.

2. Buah kakao merupakan penghasil cokelat dan memberikan warna cokelat pada makanan, misalnya es krim, susu cokelat, atau kue kering.

3. Kunyit (Curcuma domestica) mengandung zat warna kurkumin untuk memberi warna kuning pada makanan, misalnya tahu, bumbu Bali, atau nasi kuning. Selain itu, kunyit dapat mengawetkan makanan. 4. Cabai merah, selain memberi rasa pedas, juga menghasilkan zat warna

kapxantin yang menjadikan warna merah pada makanan, misalnya rendang daging atau sambal goreng.

5. Wortel, beta-karoten (provitamin-A) pada wortel menghasilkan warna kuning.

6. Karamel, warna cokelat karamel pada kembang gula karena proses karamelisasi, yaitu pemanasan gula tebu sampai pada suhu sekitar 170 °C.

7. Gula merah, selain sebagai pemanis juga memberikan warna cokelat pada makanan, misalnya pada bubur dan dodol.

8. Kayu Secang

Secang (Caesalpinia sappan L.) adalah tanaman berkayu yang biasa dimanfaatkan bagian batangnya. Cara menggunakannya, batang basah


(10)

diserut dan dikeringkan. Serutan batang kayu secang kering direbus dengan air dan disaring, baru dicampurkan ke dalam adonan atau bahan yang akan diwarnai. Secang memberikan warna merah. Kayu secang dapat diperoleh di toko yang menjual jamu tradisional.

9. Angkak

Warna merah angkak sangat potensial sebagai pengganti warna merah sintetis. Saat ini angkak digunakan pada berbagai produk makanan seperti pada pembuatan anggur, keju, sayuran, pasta ikan, kecap ikan, minuman beralkohol, aneka kue, serta produk olahan daging seperti sosis. Angkak digunakan dengan cara diseduh air panas, air seduhan pertama dibuang karena rasanya pahit. Baru pada seduhan ketiga disaring, lalu haluskan. Pewarna merah juga dapat diperoleh dari kulit bunga rosella (Hibiscus Sabdariffa L) dengan cara diseduh air panas terlebih dahulu sebelum digunakan, atau diperoleh dari bit yang direbus lalu diambil airnya, atau diblender bitnya.

10. Bunga Telang

Bunga telang berwarna biru keunguan yang banyak tumbuh di Asia.Warna biru keunguannya dapat digunakan sebagai pewarna alami biru pada penganan.

Cara menggunakan: cuci bersih bunga telang, remas-remas atau tumbuk dengan sedikit air matang, lalu saring. Bisa juga dengan merebus bunga talang hingga bunga layu dan airnya berwarna biru, kemudian saring dan diambil airnya. Alternatif lain bisa juga dengan


(11)

cara merendam bunga telang dengan air panas hingga airnya berwarna biru, remas-remas, saring, dan ambil airnya. Untuk menyimpan dalam waktu lama, bunga telang bisa dikeringkan dengan cara dijemur di sinar matahari, lalu masukkan ke dalam kemasan yang kering dan tertutup.

11. Kluwak, Abu Merang dan tinta cumi.

Untuk hidangan atau kue yang berwarna hitam dapat digunakan abu merang yang dibuat dari merang yang dibakar, lalu diayak. Atau bisa juga kluwak kwalitas baik dipecahkan, lalu diambil daging buahnya untuk kemudian dihaluskan dan dicampur dengan bumbu lainnya, atau dari tinta cumi yang dilarutkan dengan air.

b. Pewarna sintetis

Zat pewarna / zat pewarna buatan harus melalui berbagai prosedur pengujian sebelum dapat digunakan sebagai pewarna pangan. Zat pewarna yang diizinkan penggunaannya dalam pangan disebut sebagai primitted color atau

certified color. Zat warna yang akan digunakan harus menjalani pengujian dan prosedur penggunaannya, yang disebut proses sertifikasi. Proses sertifikasi ini meliputi pengujian kimia, biokimia, toksikologi, dan analisis media terhadap zat warna tersebut (yuliarti, 2007).

Proses pembuatan zat warna sintesis biasanya melalui perlakuan pemberian asam sulfat atau asam nitrat yang sering kali terkontaminasi oleh arsen atau logam berat lain yang bersifat racun. Pada pembuatan zat pewarna organik sebelum mencapai produk akhir, harus melalui suatu senyawa antara dulu yang


(12)

kadang – kadang berbahaya dan seringkali tertinggal dalam hal akhir, atau terbentuk senyawa – senyawa baru yang berbahaya. Untuk zat pewarna yang di anggap aman, ditetapkan bahwa kandungan arsen tidak boleh lebih dari 0,0004 % dan timbal balik boleh lebih 0,0001 % sedangkan logam berat lainnya tidak boleh ada. (Cahyadi, 2009).

Tabel 2.2 bahan pewarna yang diizinkan di indonesia

Sumber : Peraturan Menkes RI Nomor 722/Menkes/Per/IX/88

Secara kuantitas, dibutuhkan zat pewarna alami yang lebih banyak daripada zat pewarna sintetis untuk menghasilkan tingkat pewarnaan yang sama.

PEWARNA No indeks

Warna (C.I.No.) Batasan Maksimum Penggunaan Amaran Biru berlian Eritrosin Hijau FCF Hijau S Indigotin Ponceau 4R Kuning Kuinelin Kuning FCF Riboflavia Tartrazine

Amaranth : CI Food Red 9

Brilliant FCF : CI Food red 2

Eridrosin :cl Food red 14 Fast Green FCF : Cl Food green 3 Green S :Cl.food Green 4

Indigotin :Cl. Food Blue 1

Ponceau 4R :Cl Food red 7 Quineline yellow Cl. Food yellow 13 Sunset yellow FCF Cl. Food yellow 3 Riboflavia Tartrazine 16185 42090 45430 42053 44090 73015 16255 74005 15980 - 19140 - Secukupnya Secukupnya Secukupnya Secukupnya Secukupnya Secukupnya Secukupnya Secukupnya Secukupnya Secukupnya Secukupnya Secukupnya


(13)

Pada kondisi tersebut, dapat terjadi perubahan yang tidak terduga pada tekstur dan aroma makanan.Zat pewarna alami juga menghasilkan karakteristik warna yang lebih pudar dan kurang stabil bila dibandingkan dengan zat pewarna sintetis.Oleh karena itu zat ini tidak dapat digunakan sesering zat pewarna sintetis (yuliarti, 2007).

Menurut Joint FAC/WHO Expert Committee on Food Aditives (JECFA) zat pewarna buatan digolongkan dalm beberapa kelas bedasarkan kelarutannya, yaitu dyes dan lakes.

1. Dyes

Dyes adalah zat pewarna yang umumnya bersifat larut dalam air, sehingga larutannya menjadi berwarna dan dapat digunakan untuk mewarnai bahan. Pelarut yang dapat digunakan selain air adalah propelin glikol, gliserin, atau alkohol; sedanagkan dalam semua jenis pelarut organik, dyestidak dapat larut. Dyes terdapat dalam bentuk bubuk, granula, cairan, campuran warna, pasta, dan dispersi(Winarno, 1995 dalam Sihombing, 2008).

2. Lakes

Zat pewarna ini di buat dari proses pengendapan dan absorpsi days

pada radikal (Al atau Ca) yang dilapaisi dengan aluminium hidrat (alumina). Lapisan alaumina ini tidak larut dalam air, sehingga lakes ini tidak larut hampir semua pelarut. Pada pH 3,5 – 9,5 stabil, dan di luar selang tersebut lapisan alumina pecah sehingga dyes yang di kandungnya


(14)

terlepas. Ini terdapat pada tablet yang diberi pelapisan (coating), icing, pelapis pondan, pelapis berminyak, campuran adonan kue dan donat, permen dan permen karet dan lain – lain (Winarno, 1995 dalam Sihombing, 2008).

Akan tetapi, seringkali terjadi penyalahgunaan zat pewarna pemakaaian zat pewarna untuk sembarang bahan pangan, misalnya zat pewarna untuk teksil dan kulit dipakai untuk mewarnai bahan pangan. Hai ini jelas sangat berbahaya bagi kesehatan karena adanya residu logam berat pada zat pewarna tersebut. Timbulnya penyalahgunaan tersebut antara lain disebabkan oleh ketidaktahuan masyarakat mengenai zat pewarna untuk pangan, dan di samping itu harga zat pewarna untuk industri jauh lebih murah dibandingkan dengan zat pewarna untuk pangan. Hai ini disebabkan bea masuk zat pewarna untuk pangan jauh lebih tinggi daripada zat pewarna bahan nonpangan. Lagi pula, warna zat pewarna teksil atau kulit biasanya lebih menarik (cahyadi, 2009).

Tabel.2.3 Perbedaan pewarna alami dan buatan Pewarna alami Pewarna buatan

Lebih aman dikonsumsi. Kadang-kadang memiliki efek negatif tertentu. Warna yang dihasilkan

kurang stabil, mudah berubah oleh pengaruh tingkat

keasaman tertentu.

Dapat mengembalikan warna asli, kestabilan warna lebih tinggi, tahan lama, dan dapat melindungi vitamin atau zat-zat makanan lain yang peka terhadap cahaya selama penyimpanan.

Untuk mendapatkan warna yang bagus diperlukan bahan pewarna dalam jumlah banyak.


(15)

Keanekaragaman warnanya terbatas

Warna yang dihasilkan lebih beraneka ragam. Tingkat keseragaman warna

kurang baik

Keseragaman warna lebih baik. Kadang-kadang memberi

rasa dan aroma yang agak mengganggu.

Biasanya tidak menghasilkan rasa dan aroma yang mengganggu.

(Dedi 2013) c. Makanan

Makanan merupakan aset budaya yang keberadaannya perlu dikembangkan dan dilestarikan. Oleh karena itu, aset budaya ini perlu disebarluaskan agar tidak hilang ditelan waktu (Mawarti, 2000).

Jenis makanan yang digunakan untuk makanan anak usia tiga sampai lima tahun sudah berubah dari hanya dua atau tiga jenis bahan (tepung, susu, gula) beransur – ansur menjadi campuran beragam bahan makan, yaitu makanan pokok, bahan makanan sumber protein nabati dan hewani, sayuran dan buah – buahan. bukan saja untuk memenuhi kebutuhan gizi, tetapi pemberian beragam campuran bahan makanan akan melatih anak untuk makan makanan yang bervariasi, terutama makanan berupa sayuran yang biasanya kurang di sukai anak. Sudah tentu keberasilan menanamkan keberasilan makanan yang baik akan banyak tergantung kepada pengetahuan dan pengertian ibu akan cara dan faedah menyusun makanan yang mememnuhi syarat gizi.(Moehji, 2008).

Anak – anak memang sangat menyukai makanan dengan warna yang menarik dan aroma yang sangat menyegat, terlebih bila makanan itu di iklankan di televisi yang mereka tonton setiap hari. Sayangnya, mereka tidak tau bahwa konsumsi makanan yang mengandung Bahan Tambahan Makanan secara Sambungan tabel


(16)

berlebihan, sekalipun sudah diizinkan penggunaanya, akan berakibat buruk bagi mereka( Yuliarti, 2007).

2.4BAHAYA ZAT PEWARNA BAGI KESEHATAN

Pemakaian bahan pewarna pangan sintesis dalam pangan walaupun mempunyai dampak positif bagi produsen dan konsumen, diantaranya dapat mendapat membuat suatu pangan lebih menarik, meratakan warna pangan dan mengembalikan warna dari bahan dasar yang hilang atau berubah selama pengolahan,teryata dapat juga menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan dan bahkan memberidampak negative terhadap kesehatan manusia. Beberapa hal yang mungkin memberi dampak negative tersebut terjadi bila:

a.Bahan pewarna sintesis ini di makan dalam jumlah kecil, namun berulang b.Bahan pewarna sintesis dimakan dalam jangka waktu lama

c.Kelompok masyarakat luas dengan daya tahan yang berbeda-beda, yaitu tergantung pada umur, jenis kelamin, berat badan, mutu pangan sehari- hari, dan keadaan fisik.

d.Berbagi lapisan masyarakat yang mungkin mengunakan bahan pewarna sintesis yang berlebihan.

e.Penyimpanan bahan pewarna sintesis oleh pedagang bahan kimia yang tidak memenuhi persyaratan

(Cahyadi, 2009).

Amaranth dalam jamlah yang besar dapat menimbulkan tumor,reaksi alergi pada pernafasasan dan dapat mengakibatkan hiperaktif pada anak – anak, Alura


(17)

Merah bisa memacu kangker limpa, sedangkan Karamel dapat menimbulkan efek pada sistem syaraf dan dapat menyebabkan gangguan kekebalan. Penggunaan

Tartrazine ataupun Sunset Yellow yang berlebihan dapat menyebabkan reaksi alergi, khususnya bagi orang yang sensitif pada asamasetilsiklik dan asam benzonat, selain akan mengakibatkan asma dapat pula menyebabkan hiperaktif pada anak. Fast Green FCFyang berlebihan dapat menyebabkan reaksi alergi dan produksi tumor, sedang kan Sunset Yellow dalam jumlah yang besar dapat menyebabkan radang selaput lendir pada hidung, sakit pinggang, muntah – muntah dan gangguan pencernaan.

Indigotinedalam dosis tertentu akan dapat meningkatkan sensitivitas pada penyakit yang disebabkan oleh virus serta mengakibatkan hiperaktif pada anak-anak. Pemakaian Teritrosinakan mengakibatkan reaksi alergi pada pernafasan, diare hiperaktif pada anak – anak dan efek yang kurang baik pada otak dan prilaku, sedangkan Ponciu SX dapat menyebabkan kerusakan sistem urin, kemudian karbon hitam dapat memicu terjadinya tumor Rhodhamin B dapat mengakiabatkan gangguan fungsi hati maupu kangker Methanyl Yellow dapat menimbulkan tumor dalam berbagai jaringan hati, kandung kemih,saluran pencernaan atau jaringan kulit (Yuliarti, 2007).

Sejumlah makanan mengandung bahan berbahaya pewarna tekstil/rhodamin B terdapat pada berbagai jenis makanan yang banyak dikonsumsi anak-anak karena dijual di oleh pedangang seperti saos, sirup, krupuk, arum manis, kornet, roti, cendol, dan permen, minuman ringan seperti limun,kue, gorengan, kerupuk, dan saus sambal. Penggunaan bahan pewarna tekstil sangat berbahaya karena bisa memicu kanker; kanker kelenjar getah bening.Salah satu jenis kanker terganas, serta merusak ginjal


(18)

dan hati.

2.4.1 Ciri Makanan Menggunakan Pewarna Rhodamin B dan Methanyl Yellow:

Terdapat pada saos, kerupuk, agar-agar (jelly), minuman ringan, sirup, es puter dan jajanan basah dll.

a. Warnanya mencolok b. Cerah mengilap

c. Warnanya tidak homogen (ada yang menggumpal) d. Ada sedikit rasa pahit

e. Muncul rasa gatal di tenggorokan setelah mengonsumsi

Anak – anak tidak bisa memilih yang terbaik bagi diri mereka maka ada baiknya kita yang mengarahkan mereka tidak terlalau banyak mengonsumsi jajanan anak – anak, baik jajanan tradisional maupun makanan kemasan. Yang paling baik adalah memberikan bekal berupa makanan dan minuman yang telah kita pilih dengan baik dan menjamin kesehatan mereka. Mengingat terkadang pabrik pembuatan makanan dalam mencantumkan lebelpun tidak sesuai dengan isinya, misalnya tidak terkandung MSG atau pewarna buatan, tetapi nyatanya terkandung MSG atau pewarna buatan. (Yuliarti, 2007).


(1)

Pada kondisi tersebut, dapat terjadi perubahan yang tidak terduga pada tekstur dan aroma makanan.Zat pewarna alami juga menghasilkan karakteristik warna yang lebih pudar dan kurang stabil bila dibandingkan dengan zat pewarna sintetis.Oleh karena itu zat ini tidak dapat digunakan sesering zat pewarna sintetis (yuliarti, 2007).

Menurut Joint FAC/WHO Expert Committee on Food Aditives (JECFA) zat pewarna buatan digolongkan dalm beberapa kelas bedasarkan kelarutannya, yaitu dyes dan lakes.

1. Dyes

Dyes adalah zat pewarna yang umumnya bersifat larut dalam air, sehingga larutannya menjadi berwarna dan dapat digunakan untuk mewarnai bahan. Pelarut yang dapat digunakan selain air adalah propelin glikol, gliserin, atau alkohol; sedanagkan dalam semua jenis pelarut organik, dyestidak dapat larut. Dyes terdapat dalam bentuk bubuk, granula, cairan, campuran warna, pasta, dan dispersi(Winarno, 1995 dalam Sihombing, 2008).

2. Lakes

Zat pewarna ini di buat dari proses pengendapan dan absorpsi days pada radikal (Al atau Ca) yang dilapaisi dengan aluminium hidrat (alumina). Lapisan alaumina ini tidak larut dalam air, sehingga lakes ini tidak larut hampir semua pelarut. Pada pH 3,5 – 9,5 stabil, dan di luar selang tersebut lapisan alumina pecah sehingga dyes yang di kandungnya


(2)

terlepas. Ini terdapat pada tablet yang diberi pelapisan (coating), icing, pelapis pondan, pelapis berminyak, campuran adonan kue dan donat, permen dan permen karet dan lain – lain (Winarno, 1995 dalam Sihombing, 2008).

Akan tetapi, seringkali terjadi penyalahgunaan zat pewarna pemakaaian zat pewarna untuk sembarang bahan pangan, misalnya zat pewarna untuk teksil dan kulit dipakai untuk mewarnai bahan pangan. Hai ini jelas sangat berbahaya bagi kesehatan karena adanya residu logam berat pada zat pewarna tersebut. Timbulnya penyalahgunaan tersebut antara lain disebabkan oleh ketidaktahuan masyarakat mengenai zat pewarna untuk pangan, dan di samping itu harga zat pewarna untuk industri jauh lebih murah dibandingkan dengan zat pewarna untuk pangan. Hai ini disebabkan bea masuk zat pewarna untuk pangan jauh lebih tinggi daripada zat pewarna bahan nonpangan. Lagi pula, warna zat pewarna teksil atau kulit biasanya lebih menarik (cahyadi, 2009).

Tabel.2.3 Perbedaan pewarna alami dan buatan

Pewarna alami Pewarna buatan

Lebih aman dikonsumsi. Kadang-kadang memiliki efek negatif tertentu. Warna yang dihasilkan

kurang stabil, mudah berubah oleh pengaruh tingkat

keasaman tertentu.

Dapat mengembalikan warna asli, kestabilan warna lebih tinggi, tahan lama, dan dapat melindungi vitamin atau zat-zat makanan lain yang peka terhadap cahaya selama penyimpanan.

Untuk mendapatkan warna yang bagus diperlukan bahan pewarna dalam jumlah banyak.


(3)

Keanekaragaman warnanya terbatas

Warna yang dihasilkan lebih beraneka ragam. Tingkat keseragaman warna

kurang baik

Keseragaman warna lebih baik. Kadang-kadang memberi

rasa dan aroma yang agak mengganggu.

Biasanya tidak menghasilkan rasa dan aroma yang mengganggu.

(Dedi 2013) c. Makanan

Makanan merupakan aset budaya yang keberadaannya perlu dikembangkan dan dilestarikan. Oleh karena itu, aset budaya ini perlu disebarluaskan agar tidak hilang ditelan waktu (Mawarti, 2000).

Jenis makanan yang digunakan untuk makanan anak usia tiga sampai lima tahun sudah berubah dari hanya dua atau tiga jenis bahan (tepung, susu, gula) beransur – ansur menjadi campuran beragam bahan makan, yaitu makanan pokok, bahan makanan sumber protein nabati dan hewani, sayuran dan buah – buahan. bukan saja untuk memenuhi kebutuhan gizi, tetapi pemberian beragam campuran bahan makanan akan melatih anak untuk makan makanan yang bervariasi, terutama makanan berupa sayuran yang biasanya kurang di sukai anak. Sudah tentu keberasilan menanamkan keberasilan makanan yang baik akan banyak tergantung kepada pengetahuan dan pengertian ibu akan cara dan faedah menyusun makanan yang mememnuhi syarat gizi.(Moehji, 2008).

Anak – anak memang sangat menyukai makanan dengan warna yang menarik dan aroma yang sangat menyegat, terlebih bila makanan itu di iklankan di televisi yang mereka tonton setiap hari. Sayangnya, mereka tidak tau bahwa konsumsi makanan yang mengandung Bahan Tambahan Makanan secara Sambungan tabel


(4)

berlebihan, sekalipun sudah diizinkan penggunaanya, akan berakibat buruk bagi mereka( Yuliarti, 2007).

2.4BAHAYA ZAT PEWARNA BAGI KESEHATAN

Pemakaian bahan pewarna pangan sintesis dalam pangan walaupun mempunyai dampak positif bagi produsen dan konsumen, diantaranya dapat mendapat membuat suatu pangan lebih menarik, meratakan warna pangan dan mengembalikan warna dari bahan dasar yang hilang atau berubah selama pengolahan,teryata dapat juga menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan dan bahkan memberidampak negative terhadap kesehatan manusia. Beberapa hal yang mungkin memberi dampak negative tersebut terjadi bila:

a.Bahan pewarna sintesis ini di makan dalam jumlah kecil, namun berulang b.Bahan pewarna sintesis dimakan dalam jangka waktu lama

c.Kelompok masyarakat luas dengan daya tahan yang berbeda-beda, yaitu tergantung pada umur, jenis kelamin, berat badan, mutu pangan sehari- hari, dan keadaan fisik.

d.Berbagi lapisan masyarakat yang mungkin mengunakan bahan pewarna sintesis yang berlebihan.

e.Penyimpanan bahan pewarna sintesis oleh pedagang bahan kimia yang tidak memenuhi persyaratan

(Cahyadi, 2009).

Amaranth dalam jamlah yang besar dapat menimbulkan tumor,reaksi alergi pada pernafasasan dan dapat mengakibatkan hiperaktif pada anak – anak, Alura


(5)

Merah bisa memacu kangker limpa, sedangkan Karamel dapat menimbulkan efek pada sistem syaraf dan dapat menyebabkan gangguan kekebalan. Penggunaan Tartrazine ataupun Sunset Yellow yang berlebihan dapat menyebabkan reaksi alergi, khususnya bagi orang yang sensitif pada asamasetilsiklik dan asam benzonat, selain akan mengakibatkan asma dapat pula menyebabkan hiperaktif pada anak. Fast Green FCFyang berlebihan dapat menyebabkan reaksi alergi dan produksi tumor, sedang kan Sunset Yellow dalam jumlah yang besar dapat menyebabkan radang selaput lendir pada hidung, sakit pinggang, muntah – muntah dan gangguan pencernaan. Indigotinedalam dosis tertentu akan dapat meningkatkan sensitivitas pada penyakit yang disebabkan oleh virus serta mengakibatkan hiperaktif pada anak-anak. Pemakaian Teritrosinakan mengakibatkan reaksi alergi pada pernafasan, diare hiperaktif pada anak – anak dan efek yang kurang baik pada otak dan prilaku, sedangkan Ponciu SX dapat menyebabkan kerusakan sistem urin, kemudian karbon hitam dapat memicu terjadinya tumor Rhodhamin B dapat mengakiabatkan gangguan fungsi hati maupu kangker Methanyl Yellow dapat menimbulkan tumor dalam berbagai jaringan hati, kandung kemih,saluran pencernaan atau jaringan kulit (Yuliarti, 2007).

Sejumlah makanan mengandung bahan berbahaya pewarna tekstil/rhodamin B terdapat pada berbagai jenis makanan yang banyak dikonsumsi anak-anak karena dijual di oleh pedangang seperti saos, sirup, krupuk, arum manis, kornet, roti, cendol, dan permen, minuman ringan seperti limun,kue, gorengan, kerupuk, dan saus sambal. Penggunaan bahan pewarna tekstil sangat berbahaya karena bisa memicu kanker; kanker kelenjar getah bening.Salah satu jenis kanker terganas, serta merusak ginjal


(6)

dan hati.

2.4.1 Ciri Makanan Menggunakan Pewarna Rhodamin B dan Methanyl Yellow:

Terdapat pada saos, kerupuk, agar-agar (jelly), minuman ringan, sirup, es puter dan jajanan basah dll.

a. Warnanya mencolok b. Cerah mengilap

c. Warnanya tidak homogen (ada yang menggumpal) d. Ada sedikit rasa pahit

e. Muncul rasa gatal di tenggorokan setelah mengonsumsi

Anak – anak tidak bisa memilih yang terbaik bagi diri mereka maka ada baiknya kita yang mengarahkan mereka tidak terlalau banyak mengonsumsi jajanan anak – anak, baik jajanan tradisional maupun makanan kemasan. Yang paling baik adalah memberikan bekal berupa makanan dan minuman yang telah kita pilih dengan baik dan menjamin kesehatan mereka. Mengingat terkadang pabrik pembuatan makanan dalam mencantumkan lebelpun tidak sesuai dengan isinya, misalnya tidak terkandung MSG atau pewarna buatan, tetapi nyatanya terkandung MSG atau pewarna buatan. (Yuliarti, 2007).