Analisis Perbedaan Abnormal Return dan Volume Perdagangan Sebelum dan Sesudah Stock Split di Bursa Efek Indonesia

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pasar Modal
Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana
dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas
(Tandelilin 2001:13). Pasar modal merupakan lembaga keuangan yang diciptakan
oleh sejumlah lembaga dan pengaturan yang mengijinkan pemasok dan peminjam
dana untuk melakukan transaksi (Sadalia 2010:27). Pada dasarnya, pasar modal
(capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrument keuangan jangka
panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang ataupun modal sendiri
(Darmadji dan Fakhruddin 2001:1).
Pasar modal memiliki peran yang penting bagi perekonomian karena
menjalankan dua fungsi sekaligus yaitu fungsi ekonomi dan keuangan. Pasar modal
dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena pasar menyediakan fasilitas atau wahana
yang mempertemukan dua kepentingan yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana
(investor) dan pihak yang memerlukan dana (issuer). Pasar modal dikatakan
memiliki fungsi keuangan karena pasar modal memberikan kemungkinan dan
kesempatan memperoleh imbalan (return) bagi pemilik dana, sesuai dengan
karakteristik investasi yang dipilih. Dengan adanya pasar modal diharapkan

aktivitas perekonomian menjadi meningkat karena pasar modal merupakan
alternatif pendanaan bagi perusahaan-perusahaan sehingga perusahaan dapat

Universitas Sumatera Utara

beroperasi dengan skala yang lebih besar dan pada gilirannya akan meningkatkan
pendapatan perusahaan dan kemakmuran masyarakat luas (Darmadji dan
Fakhruddin 2001:2).
Di pasar modal para pemodal bertemu untuk menjual atau membeli surat-surat
berharga atau efek seperti saham (stock), saham preferen (preferred stock), obligasi
(bond), obligasi konversi (convertible bond), right (right), dan waran (warrant)
(Darmadji dan Fakhruddin 2001:5).
Secara umum pelaku-pelaku yang berkaitan langsung dengan keberadaan
pasar modal terdiri dari beberapa pihak. Menurut Gumanti (2011:70) beberapa
pelaku pasa modal yaitu perusahaan efek, penjamin emisi, perantara pedagang efek,
manajer investasi, biro administrasi efek, bank kustodian, wali amanat, pemeringkat
efek, akuntan, konsultan hukum, penilai, dan notaries.

2.1.2 Saham
Saham


(stock)

merupakan

salah

satu

instrumen

keuangan

yang

diperjualbelikan yang paling dikenal. Menurut Fahmi (2012:85) saham adalah
tanda bukti penyertaan kepemilikan modal atau dana pada perusahaan, kertas yang
tercantum dengan jelas nilai nominal, nama perusahaan, disertai dengan hak dan
kewajiban yang dijelaskan kepada setiap pemiliknya, serta persediaan yang siap
untuk dijual. Pemilik suatu saham tentu mempunyai hak dalam kepemilikan

perusahaan sebesar persentase kepemilikan saham yang dimilikinya.
Secara umum, saham dibedakan menjadi dua jenis yaitu saham biasa dan
saham preferen.Saham biasa merupakan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan,
biasanya disertai bukti kepemilikan berupa selembar kertas saham (Putra

Universitas Sumatera Utara

2003:19). Pemilik saham biasa akan mendapat keuntungan apabila harga
sahamnya mengalami kenaikan dan mendapatkan kerugian apabila harga
sahamnya

mengalami

penurunan

apabila

pemilik

saham


tersebut

memperdagangkan saham yang dimilikinya. Saham preferen merupakan saham
yang mempunyai likuiditas yang lebih tinggi dari saham biasa (Putra
2003:20).Saham preferen adalah saham yang mempunyai kombinasi karakteristik
gabungan dari obligasi maupun saham biasa, karena saham preferen memberikan
pendapatan yang tetap seperti halnya obligasi, dan juga mendapatkan hak
kepemilikan seperti saham biasa (Tandelilin 2001:18). Pemilik saham biasa akan
menerima deviden apabila perusahaan mengalami keuntungan dan tidak
mendapatkan deviden apabila perusahaan mengalami kerugian sedangkan pemilik
saham preferen akan tetap mendapatkan deviden walaupun perusahaan mengalami
kerugian. Perusahaan yang mengalami kerugian akan mengakumulasikan deviden
pada pemilik saham preferen pada periode berikutnya.
Secara umum, ada dua keuntungan yang diperoleh para investor dalam
berinvestasi di pasar modal, yaitu capital gain dan dividen.Capital gain adalah
keuntungan yang diperoleh karena suatu investasi yang merupakan selisih antara
harga jual dan harga beli (perolehan) (Gumanti 2011:53).Dividen adalah
pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham tersebut atas
keuntungan yang dihasilkan perusahaan.Dividen diberikan setelah mendapat

persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS (Darmadji dan Fakhruddin
2001:9). Umumnya, besar kecilnya dividen yang dibayarkan bervariasi, artinya
tidak semua keuntungan yang diperoleh perusahaan harus dibagikan dalam bentuk

Universitas Sumatera Utara

dividen, sebab perusahaan tentu memerlukan dana untuk keperluan investasi demi
perbaikan kinerja dan peningkatan skala usaha di masa mendatang (Gumanti
2011:32).

Pemberian dividen terhadap saham umum tidak harus dilakukan

walaupun perusahaan mencatatkan keuntungan dalam laporan keuangannya.Hal
ini berkaitan dengan kebijakan perusahaan.Tetapi biasanya bila perusahaan
mencatatkan keuntungan, ada sebagian dari keuntungan tersebut yang dibayarkan
dalam bentuk dividen (Gumanti 2011:33).

2.1.3 Pasar Modal yang Efisien
West (dalam Husnan, 1994:245) membedakan internal dan external
efficiency.External efficiency menunjukkan bahwa pasar berada dalam keadaan

keseimbangan sehingga keputusan perdagangan saham berdasarkan atas informasi
yang tersedia di pasar tidak bisa memberikan tingkat keuntungan di atas tingkat
keuntungan keseimbangan, sebaliknya internal efficiency menunjukkan bahwa
pasar modal tersebut bukan hanya memberikan harga yang “benar”, tetapi juga
memberikan berbagai jasa yang diperlukan oleh para pembeli dan penjual dengan
biaya serendah mungkin.
External efficiency menyatakan kondisi seberapa jauh pasar modal bersifat
efisien secara informasional (informationally efficient).Semakin cepat informasi
baru tercermin pada harga sekuritas, semakin efisien pasar modal tersebut
sehingga para pelaku pasar akan sangat sulit untuk mendapatkan return diatas
return normal.

Universitas Sumatera Utara

2.1.3.1 Syarat-syarat Untuk Pasaran Menjadi Efisien
Menurut Rodoni dan Yong (2002:60) ada beberapa syarat untuk sebuah
pasaran saham menjadi efisien, yaitu:
1. Harga saham harus bebas untuk turun atau naik. Hal ini berarti tidak ada
seorangpun yang dapat mempengaruhi pergerakan harga saham.
2. Tidak ada monopoli dalam pasaran. Ini berarti para investor bebas untuk masuk

atau keluar dari pasaran.
3. Harus ada syarat yang menghendaki perusahaan menyingkapkan informasi
tentang dirinya. Peraturan harus diadakan supaya setiap perusahaan
menyingkapkan informasi masing-masing kepada orang banyak.
4. Biaya untuk mendapatkan informasi adalah pada tahap minimum dan informasi
itu harus diterima oleh investor pada waktu yang sama.
5. Informasi tersebut adalah dalam bentuk random dan tidak bergantung antara
satu sama lain.
6. Investor-investor bertindak cepat dan tepat terhadap informasi baru.

2.1.3.2 Ciri-ciri Pasaran yang Efisien
Menurut Rodoni dan Yong (2002:61) ciri-ciri sebuah pasaran saham yang
efisien adalah:
1. Harga-harga saham seharusnya menanggapi secara sekaligus dan tepat
terhadap informasi baru yang berkenaan.
2. Perubahan dalam harga-harga saham dari satu jangka waktu ke satu jangka
waktu yang lain haruslah secara random. Ini bermaksud, perubahan harga hari

Universitas Sumatera Utara


ini tidak ada kaitan dengan perubahan harga yang berlaku semalam atau harihari sebelumnya.
3. Adalah

tidak

mungkin

untuk

membedakan

antara

investasi

yang

menguntungkan dengan investasi yang tidak menguntungkan untuk masa depan
berdasarkan manapun ciri investasi waktu yang lalu ataupun saat ini.


Ini

bermaksud bahwa tidak mungkin dapat dibentuk satu peraturan perdagangan
yang menggunakan informasi pada waktu t untuk tujuan mendapat keuntungan
lebih daripada biasa pada waktu t +1.
4. Jika dipisahkan para investor kepada dua kelompok, yaitu investor yang
berpengetahuan dengan yang tidak berpengetahuan, akan didapatkan tidak ada
perbedaan yang nyata dari segi prestasi investasi antara dua kelompok ini.
Disamping itu, perbedaan prestasi antara investor secara individu dalam setiap
kelompok juga seharusnya tidak ketara. Misalnya, perbedaan dalam
kemampuan mencari informasi yang belum diserap oleh harga saham dalam
kelompok yang sama adalah tidak berarti.

2.1.3.3 Bentuk Efisiensi Pasar
Masing-masing bentuk efisiensi pasar terkait erat dengan sejauh mana
penyerapan informasi.Semakin cepat pasar bereaksi terhadap informasi yang ada,
semakin cepat potensi pasar tersebut untuk mencapai kondisi efisien (Gumanti
2001:329). Tiga bentuk efisiensi pasar tersebut adalah:
1. Efisiensi Pasar Bentuk Lemah (Weak-Form Efficiency)
Efisiensi pasar bentuk lemah adalah dimana harga-harga mencerminkan semua

informasi yang ada pada catatan harga yang bersifat historis atau di waktu yang

Universitas Sumatera Utara

lampau.Suatu pasar dideskripsikan sebagai efisien bentuk lemah (weak form
efficient) bila tidak mungkin membuat keuntungan abnormal (kecuali secara
kebetulan) dengan menggunakan harga-harga yang terjadi dimasa lalu untuk
memformulasikan

keputusan

membeli

dan

menjual

(Sharpe,

et


al.

2005:87).Penelitian tentang random walk menunjukkan bahwa sebagian besar
pasar modal paling tidak efisien dalan bentuk ini (Husnan 1994:251).
2. Efisiensi Pasar Bentuk Setengah Kuat (Semistrong-From Efficient)
Efisiensi pasar bentuk setengah kuat adalah bentuk efisiensi pasar yang lebih
komprehensif dimana harga-harga bukan hanya mencerminkan harga di waktu
yang lampau, tetapi mencerminkan semua informasi yang dipublikasikan
seperti stock split, penerbitan saham baru, pengumuman laba dan deviden,
perkiraan tentang laba perusahaan, perubahan praktek-praktek akuntansi, dan
merger. Suatu pasar dideskripsikan sebagai efisien bentuk semi kuat
(semistrong-form efficient) bila tidak mungkin untuk membuat keuntungan
abnormal (kecuali secara kebetulan) dengan menggunakan informasi yang
tersedia untuk publik untuk memformulasikan keputusan membeli dan menjual
(Sharpe, et al. 2005:87). Pada pasar yang efisien dalam bentuk setengah kuat
ini, investor tidak dapat berharap mendapatkan abnormal return jika strategi
perdagangan yang dilakukan hanya didasari oleh informasi yang telah
dipublikasikan, sebaliknya jika pasar tidak efisien, maka akan ada lag dalam
proses penyesuaian harga terhadap informasi baru, dan ini dapat digunakan
investor untuk mendapatkan return abnormal (Tandelilin 2001:115).
3. Efisiensi Pasar Bentuk Kuat (Strong-Form Efficiency)

Universitas Sumatera Utara

Efisiensi pasar bentuk kuat adalah dimana harga tidak hanya mencerminkan
semua informasi yang dipublikasikan, tetapi juga informasi yang bisa diperoleh
dari analisa fundamental tentang perusahaan dan perekonomian. Suatu pasar
dideskripsikan sebagai efisien bentuk kuat (strong-form efficient) bila tidak
mungkin membuat keuntungan abnormal (kecuali secara kebetulan) dengan
menggunakan informasi apa saja untuk membuat keputusan membeli dan
menjual (Sharpe, et al. 2005:87). Dalam hal ini semua informasi baik yang
terpublikasi atau tidak dipublikasikan sudah tercermin dalam harga sekuritas
saat ini (Tandelilin 2001:115)

2.1.4Stock Split
2.1.4.1 Pengertian Stock Split
Menurut Sadalia (2010:163) stock split merupakan suatu metode yang
sering digunakan untuk menurunkan harga pasar saham badan usaha dengan
meningkatkan jumlah saham yang dimiliki setiap pemegang saham. Menurut
Halim (2005:97) stock split merupakan pemecahan jumlah lembar saham menjadi
jumlah lembar yang lebih banyak dengan menggunakan nilai nominal yang lebih
rendah per lembarnya secara proporsional. Misalkan sebuah perusahaan
melakukan kebijakan stock split dengan ratio 1:10 dimana harga saham per
lembar sebelum stock split adalah Rp 1000 dan jumlah saham yang beredar adalah
10.000 lembar saham. Dengan dilakukannya stock split, maka harga saham
perusahaan tersebut akan turun menjadi Rp 100 per lembar saham dan jumlah
saham yang beredar akan naik menjadi 100.000 lembar saham.

Universitas Sumatera Utara

Tujuan dilakukan stock split adalah untuk menjaga harga pasar saham
agar tidak terlalu tinggi sehingga sahamnya lebih memasyarakat dan lebih banyak
diperdagangkan (Halim 2005:97). Hal ini akan sangat efektif bila dilakukan
terhadap saham-saham yang harganya sudah cukup tinggi (Darmadji dan
Fakhruddin 2001:131). Keputusan untuk melakukan kebijakan stock split dibahas
dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Stock split tidak akan mengakibatkan perubahan jumlah modal dan tidak
mempengaruhi aliran kas perusahaan sebab keputusan stock split jika dilihat dari
segi total keseluruhan dana yang dimiliki tidak akan mengalami perubahan hanya
nilainya saja yang dibuat lebih kecil (Fahmi 2012:134). Satu hal yang harus
diketahui oleh pemegang saham adalah menukarkan sahamnya dengan saham
baru yang memiliki nilai nominal yang lebih rendah karena jika batas waktu
penukaran yang ditetapkan terlampaui, maka saham dengan nilai nominal lama
tidak bisa diperdagangkan di bursa (Halim 2005:97).

2.1.4.2 Jenis-jenis Stock Split
Pada dasarnya terdapat dua jenis stock split yang dapat dilakukan yaitu:
1. Split-Up atau Forward Split
Split up merupakan penurunan nilai nominal per lembar saham sehingga
mengakibatkan bertambahnya jumlah saham yang beredar.
2. Split Down atau Reverse Split
Split

down merupakan peningkatan nilai nominal per lembar saham dan

mengurangi jumlah saham yang beredar.

Universitas Sumatera Utara

2.1.4.3 Tujuan Dilakukannya Stock Split
Secara umum tujuan dilakukannya stock split adalah untuk menurunkan
harga saham yang dinilai sudah sangat tinggi oleh perusahaan dimana kemampuan
para investor untuk melakukan pembelian menjadi sangat rendah. Stock split juga
dilakukan untuk mendorong para investor add lot bergerak ke posisi investor
round lot. Add lot adalah posisi dimana para investor membeli saham dibawah
500 lembar (1 lot) dan round lot adalah posisi dimana para investor membeli
saham minimal 500 lembar (1 lot). Stock splitakan mendorong para investor kecil
untuk berinvestasi sehinga jumlah pemegang saham akan semakin meningkat dan
hal ini akan meningkatkan tingkat likuiditas.
Menurut Fahmi (2012:134) kebijakan melaksanakan penerbitan stock split
dilandasi oleh berbagai bentuk tujuan. Secara umum ada beberapa tujuan suatu
perusahaan melakukan stock split, yaitu:
1. Untuk menghindari harga saham yang terlalu tinggi sehingga memberatkan
publik untuk membeli/memiliki saham tersebut.
2. Mempertahankan tingkat likuiditas saham.
3. Menarik investor yang berpotensi lebih banyak guna memiliki saham tersebut.
4. Menarik minat investor kecil untuk memiliki saham tersebut karena jika
terlalu mahal maka kepemilikan dana dari investor kecil tidak akan terjangkau.
5. Menambah jumlah saham yang beredar.
6. Memperkecil risiko yang akan terjadi, terutama bagi investor yang ingin
memiliki saham tersebut dengan kondisi harga saham yang rendah maka karena
sudah dipecah tersebut artinya telah terjadi diversifikasi investasi.

Universitas Sumatera Utara

7. Menerapkan diversifikasi investasi.

2.1.4.4 Teori-teori Tentang Stock Split
Menurut Mason dan Roger, dalam Mila (2010) pada dasarnya ada dua
teori mengenai stock split yaitu:
1. Signalling Theory
Beberapa teori mengungkapkan bahwa hanya perusahaan yang memiliki
kinerja yang baik saja lah yang mampu melakukan stock split.

Hal ini

didukung karena adanya biaya yang cukup tinggi dalam melakukan kebijakan
stock split. Signalling theory menekankan bahwa informasi sangatlah penting.
Teori ini mengemukakan bahwa stock split memberikan informasi kepada para
investor tentang prospek peningkatan return yang substansial di masa depan.
Dalam hal ini para manajer akan meyakinkan publik akan prospek yang baik di
masa depan pada perusahaan tersebut sehingga publik akan memutuskan untuk
menanamkan modalnya. Dengan demikian, perusahaan akan mendapatkan
modal kerja dalam melaksanakan aktivitas perusahaannya.
2. Trading Range Theory
Teori ini mengungkapkan bahwa semakin rendah harga saham, maka semakin
banyak saham tersebut diperjualbelikan. Hal inilah yang mendorong
perusahaan untuk melakukan stock split apabila harga sahamnya dinilai berada
sangat tinggi. Dengan dilakukannya stock split, tentu akan memberikan sinyal
positif bagi investor menengah hingga investor kecil yang akhirnya akan
meningkatkan tingkat likuditas saham.

Universitas Sumatera Utara

2.1.5 Harga Saham
Harga saham merupakan harga yang terjadi di pasar bursa pada periode
tertentu yang ditentukan para pelaku pasar dan oleh permintaan dan penawaran
saham.Semakin tinggi harga saham suatu perusahaan, maka semakin tinggi pula
nilai perusahaan tersebut.Sebaliknya, semakin rendah harga saham suatu
perusahaan, maka semakin rendah pula nilai perusahaan tersebut.Harga penutupan
biasanya

digunakan

sebagai

harga

pasar.Harga

penutupan(closing

price)menunjukkan harga penutupan suatu saham.Closing Price

suatu saham

dalam satu hari perdagangan ditentukan pada akhir sesi II yaitu pukul 16.00
(Darmadji dan Fakhruddin 2001:88)

2.1.6Abnormal Return
Tujuan investor dalam berinvestasi adalah mendapatkan sejumlah
keuntungan

dimasa yang akan datang.

Seorang investor membeli sejumlah

saham saat ini dengan harapan memperoleh keuntungan dari kenaikan harga
saham ataupun sejumlah deviden di masa yang akan datang, sebagai imbalan atas
waktu dan risiko yang terkait dengan investasi tersebut (Tandelilin, 2001:3).
Abnormal returnadalah kelebihan dariactual return atas expected return
(Gumanti 2011:57). Actual return adalah keuntungan (return) yang sesungguhnya
terjadi dan expected return adalah keuntungan (return) yang diharapkan akan
diterima oleh para investor. Return yang diharapkan oleh para investor tidak
selamanya sama dengan return yang sesungguhnya diterima dan sangat mungkin
berlainan dengan apa yang diharapkan. Apabila dikatakan abnormal return
bersifat positif, maka dapat disimpulkan bahwa return yang sesungguhnya terjadi

Universitas Sumatera Utara

(actual return) lebih besar dari return yang diharapkan (expected return),
sebaliknya apabila dikatakan abnormal return bersifat negatif, maka dapat
disimpulkan bahwa return yang sesungguhnya terjadi dan diterima (actual return)
lebih kecil dari return yang diharapkan (expected return). Pasar dikatakan efisien
apabila pelaku pasar tidak dapat mendapatkan abnormal return karena seluruh
seluruh investor mendapatkan informasi pasar.Return investasi hanya bisa
diperkirakan melalui pengestimasian (Tandelilin, 2001:51).
Menurut Brown dan Warner, dalam Sakti (2013) ada tiga model
menghitung expexted return,yaitu :
1. Mean Adjusted Model
Model ini menganggap return ekspektasi bernilai konstan yang sama dengan
rata-rata return realisasi sebelumnya selama periode estimasi.

Model ini

menggunakan rumus :
E(R it ) =

∑ R it
t

Keterangan :
E(R it ) = return ekspektasi sekuritas ke-i pada periode t
R it

= actual return sekuritas ke-i pada periode t

T

= periode estimasi

2. Market Model
Dalam menghitung return ekspektasi dengan menggunakan model ini, dapat
dilakukan dengan dua tahap yaitu dengan perhitungan return ekspektasi dengan
menggunakan data realisasi selama periode estimasi dan menggunakan model
ekspektasi yang dibentuk dengan menggunakan teknik regresi OLS (Ordinary
Least Square) dengan persamaan sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

Keterangan :

�(��� ) = �� + ����� + ���

E(��� ) = return ekspektasi sekuritas ke-i pada periode t

αi= intercept, independen terhadap R mt
βi

= slope, risiko sistematis, dependen terhadap R mt

R mt = return pasar
εit

= kesalahan residu sekuritas i pada periode estimasi ke t

Return pasar dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
R mt =
Keterangan :
R mt

(IHSGt − IHSGt−1 )
IHSGt−1

= return pasar

IHSGt = Indeks Harga Saham Gabungan periode t
IHSGt−1 = Indek Harga Saham Gabungan periode

t−1

3. Market Adjusted Model
Model ini menganggap bahwa penduga yang terbaik untuk mengestimasi return
suatu sekuritas adalah indeks pasar pada saat tersebut.

Dalam model ini,

penggunaan periode estimasi untuk membentuk model estimasi tidak
diperlukan karena return sekuritas yang diestimasi adalah sama dengan return
pasar. Rumus yang digunakan pada model ini adalah:

Keterangan:

AR it = R it − R mt

AR it

= abnormal return saham i pada hari ke t

R it

= actual return saham i pada hari ke t

R mt = return pasar
Return pasar dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
R mt =

(IHSGt − IHSGt−1 )
IHSGt−1

Universitas Sumatera Utara

Keterangan :
R mt

= return pasar

IHSGt = Indeks Harga Saham Gabungan periode t
IHSGt−1 = Indek Harga Saham Gabungan periode

t−1

2.1.7Volume Perdagangan Saham
Volume perdagangan saham merupakan salah satu indikator yang
digunakan untuk melihat reaksi pasar terhadap suatu peristiwa.Apabila volume
perdagangan saham sangat tinggi, maka dapat dikatakan bahwa saham perusahaan
tersebut sangat diminati oleh pasar dan sebaliknya, apabila volume perdagangan
saham sangar rendah, maka dapat dikatakan bahwa saham perusahaan tersebut
kurang diminati oleh pasar.Trading Volume Activity (TVA) merupakan instrumen
yang dapat digunakan untuk melihat perubahan volume perdagangan.Trading
Volume Activity (TVA) merupakan rasio jumlah lembar saham yang
diperdagangkan pada waktu tertentu dengan jumlah lembar saham yang beredar
pada periode tertentu.

2.2Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai stock split dapat dikatakan penelitian yang sangat
khusus karenasudah banyak peneliti yang melakukan penelitian mengenai stock
split dan hasil penelitian menyatakan beberapa kesimpulan yang berbeda.
Pandangan mengenai stock split sebagai ‘komestik’ perusahaan juga masih terus
mendapat respon yang berbeda-beda.

Universitas Sumatera Utara

No.

1

2

3

4

Nama
Peneliti
Arifin
Akhmad dan
Rika
Ramadiyansari
(2013)

Josiah Omollo
Aduda dan
Chemarum
Caroline
(2010)

Farinha dan
Basilio
(2006)

Wang
Sutrisno,
Francisca
Yuniartha
dan Soffy
Susilowati
(2000)

Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Judul Penelitian
Variabel
Penelitian
Analisis
Perbandingan
Abnormal Return,
Volume
Perdagangan Saham
dan Likuiditas
Sebelum dan
Sesudah Stock Split
Pada Perusahaan
Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia
Market Reaction to
Stock Split
Empirical Evidence
from the Nairobi
Stock Exchange

Stock Splits: Real
Effects or Just a
Question of
Maths?An
Empirical Analysis
of the Portuguese
Case

Pengaruh Stock
Split Terhadap
Likuiditas dan
Return Saham di
Bursa Efek
Jakarta

Independen:
stock split
Dependen:
abnormal
return,
volume
perdagangan,
likuiditas
saham

Independen:
stock split
Dependen:
trading
volume
activity,
abnormal
return
Independen:
stock split

Teknik
Hasil Penelitian
Analisis
Data
Uji
Tidak terdapat
Wilcoxon perbedaan signifikan
terhadap abnormal
return sebelum dan
sesudah stock split
dan terdapat
perbedaan yang
signifikan terhadap
volume perdagangan
saham dan likuiditas
sebelum dan sesudah
stock split.
Uji beda Terdapat kenaikan
volume perdagangan
t test
setelah stock split dan
terdapat rata-rata
positif pada abnormal
return

Uji beda
(paired
sample ttest)

Tidak ada perubahan
yang signifikan
antara volume
perdagangan saham
sebelum dan sesudah
stock split, terdapat
perbedaan abnormal
return saham antara
sebelum dan sesudah
stock split.

Independen: Uji beda
dua
Stock Split
rata-rata
Dependen:
Likuiditas,
Return
Saham

Terdapat pengaruh
signifikan terhadap
harga saham,
volume
perdagangan, tetapi
tidak mempunyai
pengaruh yang
signifikan terhadap
varians saham dan
abnormal return.

Dependen:
abnormal
return,
volume
perdagangan

Sumber:

Universitas Sumatera Utara

2.3 Kerangka Pemikiran
Perusahaan terus berusaha meningkatkan nilai perusahaannya karena itu
adalah salah satu tujuan dilakukannya aktivitas perusahaan.Peningkatan harga
saham merupakan salah satu faktor yang mencerminkan nilai perusahaan yang
baik.Harga saham yang tinggi memang dapat meningkatkan nilai perusahaan
namun perusahaan juga harus memperhatikan daya beli para investor.Stock split
merupakan salah satu cara yang dilakukan perusahaan untuk menjaga harga
sahamnya.
Stock split dianggap sebagai ‘kosmetik’ perusahaan dalam meningkatkan
likuiditas saham karena stock split itu sendiri tidak memberikan tambahan modal
yang diterima oleh perusahaan. Stock split dilakukan karena perusahaan menilai
harga sahamnya sudah terlalu tinggi sehingga kemampuan investor untuk
melakukan transaksi semakin menurun.
Para manajer meyakinkan para investor bahwa pengumuman stock split
akan membawa pengaruh yang positif dan prospek yang baik di masa yang akan
datang karena hanya perusahaan yang mapanlah yang mampu melakukan stock
split. Harga saham yang bergerak lebih murah akan meningkatkan transaksi
sehingga harga saham perlahan-lahan cenderung mengalami kenaikan.
Harga saham yang terus mengalami kenaikan akan menyebabkan adanya
perubahan pada return dan dapat memberikan peluang bagi para investor untuk
mendapatkan abnormal return. Abnormal return dihitung dengan selisih antara
return yang sesungguhya terjadi (actual return) dengan return yang diharapkan
(expected return).

Universitas Sumatera Utara

Abnormal return yang positif ditandai dengan return yang sesungguhnya
terjadi (actual return) lebih tinggi dari return yang diharapkan (expected return).
Sebaliknya, abnormal return yang negatif ditandai dengan return yang
sesungguhnya terjadi (actual return) lebih rendah dari return yang diharapkan
(expected return).Harga saham yang terlalu tinggi mengakibatkan penurunan daya
beli para investor. Apabila harga saham terlalu tinggi, para investor akan enggan
untuk membeli saham tersebut sehingga volume perdagangan saham tersebut pun
kurang baik. Sebaliknya apabila harga saham rendah, para investor akan tertarik
untuk melakukan transaksi sehingga volume perdagangan saham tersebut bisa
dikatakan aktif.
Stock splitakan menyebabkan harga saham menjadi murah yang akhirnya
menimbulkan ransangan kepada para investor untuk melakukan transaksi
perdagangan. Stock splitakan mendorong para investor kecil untuk berinvestasi
sehinga jumlah pemegang saham akan semakin meningkat dan tingkat likuiditas
pun semakin tinggi.
Dengan dilakukannya stock split, tingkat perdagangan diharapkan menjadi
lebih tinggi. Stock split juga dilakukan untuk mendorong para investor add lot
bergerak ke posisi investor round lot.Add lot adalah posisi dimana para investor
membeli saham dibawah 500 lembar (1 lot) dan round lot adalah posisi dimana
para investor membeli saham minimal 500 lembar (1 lot).Fenomena stock split
sudah banyak diteliti sebelumnya dimana hasil penelitian memiliki kesimpulan
yang berbeda-beda. Untuk melihat perbedaan abnormal return dan volume
perdagangan saham sebelum dan sesudah melakukan stock split, dilakukan studi

Universitas Sumatera Utara

peristiwa. Peneliti menetapkan periode pengamatan selama 5 hari sebelum dan 5
hari sesudah stock splitdan dihitung rata-rata dari abnormal return dan volume
perdagangannya.Perubahan volume perdagangan nantinya dihitung melalui
trading volume activity (TVA).Abnormal return dan trading volume activity
(TVA) sebelum dan sesudah stock split nantinya akan dihitung menggunakan
SPSS dengan metode Paired Sample T-Test untuk melihat hasil dari pengaruh
stock split tersebut.
Berdasarkan landasan teori dan tinjauan penelitian terdahulu yang
dikemukakan oleh peneliti, maka kerangka konseptual pada penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Perusahaan yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia

Stock Split (X)

Volume Perdagangan
(Y2)

Abnormal Return
(Y1)
Sebelum

Sesudah

Sebelum

Sesudah

Paired Sample T-Tes)

Ada Perbedaan

Tidak Ada
Perbedaan

Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran

Universitas Sumatera Utara

2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan, maka hipotesis yang
dikemukakan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1. Terdapat perbedaan abnormal returnpada saat sebelum dan sesudah stock split.
2. Terdapat perbedaan volume perdagangan saham pada saat sebelum dan
sesudah stock split.

Universitas Sumatera Utara