Pengaruh Pemberian Konseling Menyusui Terhadap Perilaku Ibu Hamil Trimester Iii Dalam Inisiasi Menyusu Dini (Imd) Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2015

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Manajemen Laktasi
Manajemen laktasi merupakan segala daya upaya yang dilakukan untuk
membantu ibu mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya. Usaha ini dilakukan
terhadap ibu dalam 3 tahap, yaitu pada masa kehamilan (antenatal), sewaktu ibu
dalam persalinan sampai keluar rumah sakit (perinatal), dan pada masa menyusui
selanjutnya sampai anak berumur 2 tahun (Perinasia, 2007). Manajemen

laktasi

adalah suatu upaya yang dilakukan oleh ibu, ayah dan keluarga untuk menunjang
keberhasilan menyusui (Prasetyono, 2009). Ruang lingkup manajemen laktasi dimulai
pada masa kehamilan, setelah persalinan dan masa menyusui bayi.
2.1.1. Periode Manajemen Laktasi
1. Masa kehamilan (Antenatal)
Hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen laktasi sebelum kelahiran adalah:
a. Ibu mencari informasi tentang keunggulan ASI, manfaat menyusui bagi ibu dan
bayi, serta dampak negatif pemberian susu formula.
b. Ibu memeriksakan kesehatan tubuh pada saat kehamilan kondisi puting

payudara, dan memantau kenaikan berat badan saat hamil.
c. Ibu melakukan perawatan payudara sejak kehamilan berumur 6 bulan hingga
ibu siap untuk menyusui, ini bermaksud agar ibu mampu memproduksi dan
memberikan ASI yang mencukupi untuk kebutuhan bayi.

9

d. Ibu senantiasa mencari informasi tentang gizi dan makanan tambahan sejak
kehamilan trimester ke-2. makanan tambahan saat hamil sebanyak 1 1/3 kali
dari makanan yang dikonsumsi sebelum hamil (Prasetyono, 2009).
2. Masa Persalinan (Perinatal)
Hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen laktasi saat kelahiran adalah :
a. Masa persalinan merupakan masa yang paling penting dalam kehidupan bayi
selanjutnya, bayi harus menyusui dengan baik dan benar baik posisi maupun
cara melekatkan bayi pada payudara ibu.
b. Membantu ibu kontak langsung dengan bayi selama 24 jam agar menyusui
dapat dilakukan tanpa jadwal.
c. Ibu nifas diberikan kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 IU) dalam waktu 2
minggu setelah melahirkan (Prasetyono, 2009).
3. Masa Menyusui (Postnatal)

Hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen laktasi setelah kelahiran adalah:
a. Setelah bayi mendapatkan ASI pada minggu pertama kelahiran, ibu harus
menyusui bayi secara eksklusif selama 6 bulan pertama setelah bayi lahir dan
saat itu bayi hanya di beri ASI tanpa makanan tambahan.
b. Ibu mencari informasi tentang makanan bergizi ketika masa menyusui agar
bayi tumbuh sehat.
c. Ibu harus cukup istirahat untuk menjaga kesehatannya dan menenangkan
pikiran serta menghindarkan diri dari kelelahan yang berlebihan agar produksi
ASI tidak terhambat.

d. Ibu selalu mengikuti petunjuk petugas kesehatan (merujuk posyandu atau
puskesmas), bila ada masalah dalam proses menyusui.

2.2. Inisiasi Menyusu Dini
Pemerintah Indonesia mendukung kebijakan WHO dan UNICEF yang
merekomendasikan inisiasi menyusu dini sebagai tindakan penyelamatan kehidupan,
karena inisiasi menyusu dini dapat menyelamatkan 22% dari bayi yang meninggal
sebelum usia 1 bulan. Menyusu pada 1 jam pertama kehidupan yang diawali dengan
kontak kulit antara ibu dan bayi dinyatakan secara global. Ini merupakan hal baru di
Indonesia, dan merupakan program pemerintah, sehingga diharapkan semua tenaga

kesehatan di semua tingkatan pelayanan kesehatan, baik swasta maupun masyarakat
dapat mensosialisasikan dan melaksanakan program tersebut, sehingga diharapkan
akan tercapai sumber daya Indonesia yang berkualitas (Depkes RI, 2008).
Inisiasi menyusu dini adalah proses membiarkan bayi dengan nalurinya
sendiri dapat menyusu segera dalam satu jam pertama setelah lahir, bersamaan
dengan kontak kulit antara bayi dengan kulit ibunya, bayi dibiarkan setidaknya
selama satu jam di dada ibu, sampai dia menyusu sendiri (Unicef, 2007; Depkes RI,
2008).
Inisiasi menyusu dini atau early initiation atau permulaan menyusu dini
merupakan proses bayi memulai menyusu sendiri pada payudara ibu segera setelah
bayi dilahirkan (Roesli, 2008). Berdasarkan pembaharuan tentang asuhan bayi baru
lahir untuk satu jam pertama oleh WHO dan UNICEF, menyatakan :

1. Bayi harus melakukan kontak kulit dengan kulit ibunya selama paling tidak satu
jam segera setelah dilahirkan.
2. Membiarkan bayi melakukan insiasi menyusu dan ibu sudah mulai dapat
mengenali bayinya siap untuk menyusu.
3. Menunda semua prosedur lainnya yang dilakukan saat bayi baru dilahirkan hingga
proses inisiasi menyusu dini selesai dilakukan, prosedurnya meliputi :
memandikan, menimbang, penyuntikan vitamin K, dan pemberian obat tetes mata.

4. Segera setelah bayi dilahirkan, tali pusat dipotong, tengkurapkan bayi di dada ibu
dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu. Biarkan kontak kulit selama satu jam
atau bisa lebih sampai bayi dapat menyusu sendiri. Jika ruang bersalin dingin, bayi
segera diselimuti. Ayah dan keluarga dapat memberi dukungan pada ibu selama
proses menyusu berlangsung (Kresnawan, dkk, 2007).
2.2.1. Manfaat IMD
Menurut Roesli (2008) ada beberapa manfaat yang bisa didapat dengan
melakukan IMD adalah :
1. Menurunkan resiko kedinginan ( hypothermia).
Bayi yang di letakkan segera di dada ibunya setelah melahirkan akan mendapatkan
kehangatan sehingga dapat menurunkan resiko hypothermia sehingga angka
kematian karena hypothermia dapat ditekan.
2. Membuat pernapasan dan detak jantung bayi lebih stabil.
Ketika berada di dada ibunya bayi merasa dilindungi dan kuat secara psikis
sehingga akan lebih tenang dan mengurangi stres,

pernafasan dan detak

jantungnya akan lebih stabil. Bayi akan lebih jarang menangis sehingga
mengurangi pemakaian energi.

3. Bayi akan memiliki kemampuan melawan bakteri.
Saat merangkak mencari payudara, bayi memindahkan bakteri dari kulit ibunya
dan ia akan menjilat-jilat kulit Ibu, menelan bakteri baik di kulit ibu. Bakteri baik
ini akan berkembang biak membentuk koloni di kulit dan usus bayi, menyaingi
bakteri jahat dari lingkungan.
4. Bayi mendapat kolostrum dengan konsentrasi protein dan immunoglobulin paling
tinggi. IMD akan merangsang pengeluaran oksitosin sehingga pengeluaran ASI
dapat terjadi pada hari pertama kelahiran. ASI yang keluar pada hari pertama
kelahiran mengandung kolostrum yang memiliki protein dan immunoglobulin
dengan konsentrasi paling tinggi. Kolostrum sangat bermanfaat bagi bayi karena
kaya akan antibodi dan zat penting untuk pertumbuhan usus dan ketahanan
terhadap infeksi yang sangat dibutuhkan bayi demi kelangsungan hidupnya.
5. Mendukung keberhasilan ASI eksklusif.
Bayi yang diberikan kesempatan menyusu dini akan mempunyai kesempatan lebih
berhasil menyusui eksklusif dan mempertahankan menyusui dari pada yang
menunda menyusu dini.
6. Membantu pengeluaran plasenta dan mencegah pendarahan.
Sentuhan, kuluman dan jilatan bayi pada puting susu ibu akan merangsang sekresi
hormon oksitosin yang penting untuk menyebabkan rahim berkontraksi,
membantu pengeluaran plasenta dan mengurangi pendarahan sehingga mencegah


anemia, merangsang hormon lain yang membuat ibu menjadi tenang, rileks dan
mencintai bayinya serta merangsang pengaliran ASI dari payudara.
7. Membantu bayi agar memiliki keahlian makan di waktu selanjutnya
Ibu dan ayah akan sangat bahagia bertemu dengan bayinya pertama kali di dada
ibunya menciptakan ikatan kasih sayang antara ibu-bayi akan lebih baik karena
pada 1-2 jam pertama, bayi dalam keadaan siaga. Setelah itu, biasanya bayi tidur
dalam waktu yang lama.
2.2.2. Langkah Inisiasi Menyusu Dini dalam Asuhan Bayi Baru Lahir
Langkah IMD pada persalinan normal adalah sebagai berikut:
1. Langkah 1: Lahirkan, keringkan dan lakukan penilaian pada bayi
Saat bayi lahir, catat waktu kelahiran. Kemudian letakkan bayi di atas perut ibu.
Nilai usaha nafas dan pergerakan bayi apakah diperlukan resusitasi atau tidak (2
detik). Setelah itu keringkan bayi. Setelah kering, selimuti bayi dengan kain kering
untuk menunggu 2 menit sebelum tali pusat di klem. Keringkan tubuh bayi mulai
dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya dengan halus tanpa membersihkan
verniks.

Verniks


akan

membantu

menghangatkan

tubuh

bayi.

Hindari

mengeringkan tangan bayi. Bau cairan amnion pada tangan bayi juga membantu
mencari puting ibunya yang berbau sama. Lendir cukup dibersihkan dengan kain
bersih. Hindari isap lendir di dalam mulut atau hidung bayi karena penghisap
dapat merusak selaput lendir hidung bayi dan meningkatkan resiko infeksi
pernapasan. Lakukan rangsangan taktil dengan menepuk atau menyentil telapak
kaki. Menggosok punggung, perut, dada, atau tungkai bayi dengan telapak tangan.

Rangsangan ini dapat memulai pernapasan bayi serta membantu bayi dapat

bernapas lebih baik. Setelah satu menit bayi dikeringkan dan dilakukan penilaian,
periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil
tunggal), kemudian berikan suntikan 10 UI oksitosin pada ibu. Biarkan bayi di atas
handuk atau kain bersih di perut ibu.
2. Langkah 2: Lakukan kontak kulit dengan kulit selama paling sedikit satu jam
Setelah 2 menit pasca persalinan, lakukan penjepitan tali pusat dengan klem pada
sekitar 3 cm dari dinding perut bayi. Dari titik jepitan, tekan tali pusat dengan 2
jari, kemudian dorong isi tali pusat ke arah ibu. Lakukan penjepitan kedua dengan
jarak 2 cm dari jepitan pertama pada sisi ibu. Pemotongan tali pusat ditunda
sampai tali pusat berhenti berdenyut agar nutrien dan oksigen yang mengalir dari
plasenta ibu ke bayi lebih optimal. Kemudian pegang tali pusat di antara dua klem
tersebut. Satu tangan menjadi landasan tali pusat sambil melindungi bayi, dan
tangan yang lain memotong tali pusat di antara kedua klem tersebut. Ikat puntung
tali pusat dengan jarak kira-kira 1 cm dari dinding perut bayi dengan tali yang
steril. Lingkarkan tali di sekeliling puntung tali pusat dan ikat untuk kedua kalinya
dengan simpul mati di bagian yang berlawanan. Letakkan bayi tengkurap di dada
ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di dada ibu. Kepala bayi harus
berada di antara payudara ibu, tapi lebih rendah dari puting. Kemudian selimuti ibu
dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi. Biarkan bayi tetap
melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit satu jam. Mintalah ibu

untuk memeluk dan membelai bayinya. Bila perlu letakkan bantal di bawah kepala

Ibu untuk mempermudah kontak visual antara ibu dan bayi. Sebagian besar bayi
akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini dalam waktu 30-60 menit. Hindari
membasuh atau menyeka payudara ibu sebelum bayi menyusui. Selama kontak
kulit ke kulit tersebut, lanjutkan dengan langkah manajemen aktif kala 3
persalinan.
3. Langkah 3: Biarkan bayi mencari dan menemukan puting ibu dan mulai menyusu.
Anjurkan ibu dan orang lainnya untuk tidak menginterupsi misalnya memindahkan
bayi dari satu payudara ke payudara lainnya. Menyusu pertama biasanya
berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara.
Menunda semua asuhan bayi baru lahir normal lainnya hingga bayi selesai
menyusu. Tunda pula memandikan bayi 6-24 jam setelah bayi lahir untuk
mencegah terjadi hipotermia. Usahakan untuk tetap menempatkan ibu dan bayi di
ruang bersalin hingga bayi selesai menyusui. Segera setelah bayi baru lahir selesai
menghisap, bayi akan berhenti menelan dan melepaskan puting. Bayi dan ibu akan
merasa mengantuk. Kemudian, bayi dibungkus dengan kain bersih lalu lakukan
penimbangan dan pengukuran bayi, memberikan suntikan vitamin K1, dan
mengoleskan salep antibiotik pada mata bayi. Jika bayi belum melakukan inisiasi
menyusu dini dalam waktu 1 jam, posisikan bayi lebih dekat dengan puting ibu

dan biarkan kontak kulit dengan kulit selama 30-60 menit. Jika bayi masih belum
melakukan inisiasi menyusu dini dalam waktu 2 jam, pindahkan ibu ke ruang
pemulihan dengan bayi tetap di dada ibu. Lanjutkan asuhan bayi baru lahir dan
kemudian kembalikan bayi kepada ibu untuk menyusui. Kenakan pakaian pada

bayi atau tetap diselimuti untuk menjaga kehangatannya. Tetap tutupi kepala bayi
dengan topi selama beberapa hari pertama. Bila suatu saat kaki bayi terasa dingin
saat di sentuh, buka pakaiannya kemudian telungkupkan kembali di dada ibu
sampai bayi hangat kembali. Satu jam kemudian, berikan bayi suntikan Hepatitis B
pertama. Lalu tempatkan ibu dan bayi diruangan yang sama. Letakkan kembali
bayi dekat dengan ibu sehingga mudah terjangkau dan bayi bisa menyusu sesering
keinginannya.
Langkah-Langkah Inisiasi Menyusu Dini (IMD), yaitu :
a. Anjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat melahirkan
b. Sebaiknya hindari penggunaan obat kimiawi karena obat kimiawi yang
diberikan saat ibu melahirkan dapat mencapai janin melalui ari-ari dan
menyebabkan bayi sulit menyusu pada payudara ibu.
c. Segera setelah bayi dilahirkan, menangis, dan mulai bernafas:
1) Bayi di letakkan di perut ibu yang sudah dialasi kain kering
2) Keringkan secepatnya dengan kain lembut seluruh tubuh kecuali kedua

tangannya. Jangan hilangkan lemak putih (vernix) di tubuh bayi karena
akan berfungsi sebagai pelindung bayi.
3) Setelah tali pusar dipotong dan diikat, tanpa dibedong, tengkurapkan bayi
dalam keadaan telanjang di dada atau perut ibu dengan melekat pada kulit
ibu. Selimuti keduanya. Bila perlu, tutupi kepala bayi untuk mengurangi
pengeluaran panas dari kepalanya.

4) Biarkan bayi mencari sendiri puting susu ibu. Ibu dapat membantu bayi
dengan sentuhan lembut tapi jangan memaksakan bayi ke puting susu.
5) Tendangan lembut, tekanan kaki bayi ke perut ibu akan membantu
kontraksi rahim untuk mengeluarkan plasenta dan mengurangi perdarahan.
6) Remasan tangan bayi pada daerah puting, hentakan kepala ke dada ibu,
perilaku bayi menoleh ke kiri dan ke kanan yang menggesek payudara ibu
akan merangsang pengeluaran ASI lebih cepat dan mengerutkan rahim.
7) Ajak suami atau keluarga untuk meningkatkan rasa percaya diri ibu dan
bersama ibu mengenali tanda-tanda bayi siap menyusu (isap tangan, buka
mulut mencari puting, dan keluar air liur).
8) Dalam upaya mencari puting susu, bayi sering menjilati kulit ibu. Hal ini
sangat bermanfaat dalam membentuk kekebalan tubuh bayi.
9) Setelah bayi berada di dekat puting, bayi mengeluarkan air liur, menjilati
puting, dan membuka mulut lebar. Biarkan bayi mengulum puting ibu dan
menghisapnya. Hisapan bayi pada puting ibu ini membantu mengerutkan
rahim (hormon oksitosin) sehingga mengurangi perdarahan.
10) Biarkan bayi tetap tengkurap dengan tubuh bayi menempel pada dada ibu
sampai bayi selesai menyusui pertama dan melepas puting.
11) Dalam menyusu pertama bayi memperoleh kolostrum yang kaya akan
protein, serta zat kekebalan tubuh yang sangat berguna untuk melindungi
bayi dari berbagai penyakit infeksi.

12) Proses di atas dimulai segera dan berlangsung minimal satu jam pertama
sejak bayi lahir.
13) Bila persalinan harus melalui proses Caesar, IMD dapat tetap dilakukan
walaupun kemungkinan berhasilnya sekitar 50% dari pada persalinan
normal.
Langkah IMD pada persalinan Ceasar :
1. Siapkan tenaga kesehatan yang suportif usahakan suhu ruangan sekitar 250C,
sediakan selimut untuk mengurangi hilangnya panas dari kepala bayi
2. Tatalaksananya sama seperti tatalaksana inisiasi menyusu dini secara umum.
3. Jika inisiasi dini belum terjadi di kamar operasi, bayi tetap di letakkan di dada
ibu, inisiasi dini dilanjutkan di kamar perawatan (Roesli, 2008).
2.2.3. Tahapan Perilaku Bayi dalam Melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini
Jika bayi baru lahir segera dikeringkan dan di letakkan di perut ibu dengan
kontak kulit ke kulit dan tidak dipisahkan dari ibunya setidaknya satu jam, semua
bayi akan melalui lima tahap perilaku (pre-feeding behaviour) sebelum ia berhasil
menyusui. Berikut ini lima tahapan perilaku bayi tersebut:
1. Dalam 30 menit pertama : stadium istirahat / diam dalam keadaan siaga (rest/quite
alert stage). Bayi diam tidak bergerak. Sesekali matanya terbuka lebar melihat
ibunya. Masa tenang yang istimewa ini merupakan penyesuaian peralihan dari
keadaan dalam kandungan. Hubungan kasih sayang (bonding) merupakan dasar
pertumbuhan bayi dalam suasana aman.

2. Antara 30-40 menit : mengeluarkan suara, gerakan mulut seperti ingin minum,
mencium, dan menjilat tangan. Bau dan rasa ini akan membimbing bayi untuk
menemukan payudara dan puting susu ibu.
3. Mengeluarkan air liur : saat menyadari bahwa ada makanan disekitarnya, bayi
mengeluarkan air liurnya.
4. Bayi mulai bergerak kearah payudara. Areola sebagai sasaran, dengan kaki
menekan perut ibu. Ia menjilat-jilat kulit ibu, menghentak-hentakkan kepala ke
dada ibu, menoleh ke kanan dan kiri, serta menyentuh dan meremas daerah puting
susu dan sekitarnya dengan tangannya yang mungil.
5. Menemukan, menjilat, mengulum puting, membuka mulut lebar, dan melekat
dengan baik (Roesli, 2008).
2.2.4. Inisiasi Menyusu Dini yang Dianjurkan
Menurut Roesli (2008) berikut ini adalah langkah-langkah melakukan inisiasi
menyusu dini yang dianjurkan :
1. Begitu lahir, bayi diletakkan di perut ibu yang sudah dialasi kain kering.
2. Keringkan seluruh tubuh bayi termasuk kepala secepatnya, kecuali kedua
tangannya.
3. Tali pusat dipotong lalu di ikat. Verniks (zat lemak putih) yang melekat ditubuh
bayi sebaiknya tidak dibersihkan karena zat ini membuat nyaman kulit bayi.
4. Tanpa di bedong, bayi langsung ditengkurapkan di dada atau perut ibu dengan
kontak kulit bayi dan kulit ibu. Ibu dan bayi diselimuti bersama-sama. Jika perlu
bayi diberi topi untuk mengeluarkan panas dari kepala.

2.2.5 Inisiasi Menyusu Dini yang Kurang Tepat
Praktek inisiasi menyusu dini yang kurang tepat menurut Utami Roesli (2008)
adalah seperti berikut :
1. Begitu lahir bayi diletakkan di perut ibu yang sudah dialasi kain kering.
2. Bayi segera dikeringkan dengan kain kering, tali pusat dipotong lalu diikat.
3. Karena takut kedinginan, bayi dibungkus (dibedong) dengan selimut bayi.
4. Dalam keadaan dibedong, bayi diletakkan di dada ibu (tidak terjadi kontak dengan
kulit ibu). Bayi dibiarkan di dada ibu (bonding) untuk beberapa lama (10 – 15
menit) atau sampai tenaga kesehatan selesai menjahit perineum.
5. Selanjutnya diangkat, dan disusukan pada ibu dengan cara memasukkan puting
susu ibu ke mulut bayi.
6. Setelah itu, bayi dibawa ke kamar transisi atau kamar pemulihan (recovery room)
untuk ditimbang, diukur, dicap, diazankan oleh ayah, diberi suntikan vitamin K,
dan kadang diberi tetes mata.
2.2.6. Keuntungan Inisiasi Menyusu Dini
Keuntungan inisiasi menyusu dini bagi bayi adalah sebagai makanan dengan
kualitas dan kuantitas yang optimal agar kolostrum segera keluar yang disesuaikan
dengan kebutuhan bayi, memberikan kesehatan bayi dengan kekebalan pasif yang
segera kepada bayi. Kolostrum adalah imunisasi pertama bagi bayi, meningkatkan
kecerdasan, membantu bayi mengkoordinasikan hisap, telan dan nafas, meningkatkan
jalinan kasih sayang ibu dan bayi, mencegah kehilangan panas, merangsang
kolostrum segera keluar. Keuntungan bagi Ibu adalah merangsang produksi oksitosin

dan prolaktin, meningkatkan keberhasilan produksi ASI, meningkatkan jalinan kasih
sayang ibu dan bayi (Ambarwati, 2008).
Keuntungan IMD lainnya bagi ibu dan bayi adalah:
1. Keuntungan kontak kulit dengan kulit untuk bayi
Mengoptimalkan keadaan hormonal Ibu dan bayi. Kontak memastikan perilaku
optimum menyusu berdasarkan insting dan bisa diperkirakan : menstabilkan
pernapasan, mengendalikan temperatur tubuh bayi, memperbaiki / mempunyai
pola tidur yang lebih baik, mendorong keterampilan bayi untuk menyusu yang
lebih cepat dan efektif, meningkatkan kenaikan berat badan (kembali ke berat
lahirnya dengan lebih cepat), meningkatkan hubungan antara ibu dan bayi, tidak
terlalu banyak menangis dalam satu jam pertama, menjaga kolonisasi kuman yang
aman dari ibu di dalam perut bayi sehingga memberikan perlindungan terhadap
infeksi,
2. Keuntungan kontak kulit dengan kulit untuk ibu
Merangsang produksi oksitosin dan prolaktin pada ibu Oksitosin : membantu
kontraksi uterus sehingga pendarahan pasca persalinan lebih rendah, merangsang
pengeluaran kolostrum, penting untuk kedekatan hubungan ibu dan bayi, ibu lebih
tenang dan lebih tidak merasa nyeri pada saat plasenta lahir dan prosedur pasca
perlainan lainnya. Prolaktin : meningkatkan produksi ASI, membantu ibu
mengatasi stres adalah fungsi oksitosin, mendorong ibu untuk tidur dan relaksasi
setelah bayi selesai menyusui dan menunda ovulasi.

3. Keuntungan menyusu dini untuk bayi
Makanan dengan kualitas dan kuantitas optimal agar kolostrum segera keluar yang
disesuaikan dengan kebutuhan bayi. Memberikan kesehatan bayi dengan
kekebalan pasif yang segera kepada bayi. Kolostrum adalah imunisasi pertama
bagi bayi.
4. Keuntungan menyusu dini untuk ibu
Merangsang produksi oksitosin dan prolaktin. Meningkatkan keberhasilan
produksi ASI.
2.2.7. Faktor yang Mendukung Terlaksananya IMD
Dalam pelaksanaan IMD yang dilakukan pada bayi baru lahir, tidak berjalan
sebagaimana yang diharapkan, dalam hal pelaksanaannya yang mendukung untuk
terlaksananya IMD adalah sebagai berikut:
1. Pengetahuan
Pengetahuan yaitu hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Menurut Roesli (2008), bahwa faktor
utama tercapainya pelaksanaan IMD yang benar adalah karena kurang sampainya
pengetahuan yang benar tentang IMD pada para ibu. Seorang ibu harus mempunyai
pengetahuan baik dalam menyusui.
Hasil penelitian yang dilakukan Widiastuti (2013) menyatakan ada pengaruh
pengetahuan, sikap, dan pengalaman perawat dan bidan terhadap pelaksanaan inisiasi
menyusu dini di ruang Mawar RSUD Dr. H. Soewondo Kendal. Hasil penelitian yang

dilakukan Roslina tahun 2010 menyatakan bahwa terdapat pengaruh peran tenaga
kesehatan terhadap pelaksanaan IMD di Puskesmas Bromo Kota Medan.
Penelitian yang dilakukan oleh Triana Tahun 2010 terdapat hubungan yang
bermakna secara statistik antara pengetahuan dengan perilaku responden tentang IMD
(p = 0,000) dan koefisien kontingensinya sebesar 0,626 termasuk dalam kategori kuat.
Terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara sikap dengan perilaku
tentang IMD (p = 0,025) dan koefisien kontingensinya 0,378 termasuk dalam kategori
lemah.
Pengetahuan ibu tentang IMD masih rendah, hal ini dibuktikan dengan tidak
tahunya ibu tentang IMD dan tidak percayanya ibu bahwa bayi yang baru lahir bisa
menyusu dengan sendirinya. Penelitian Deswani (2007) di Cakung Jakarta Timur,
yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan,
sikap bidan dengan keberhasilan melakukan IMD. Penelitian Tri Y (2008) yang
menunjukkan ada hubungan antara kesehatan ibu dengan pemberian ASI satu jam
pertama setelah lahir di RSBN Kabupaten Boyolali.
Penelitian Hastuti (2011) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan
pelaksanaan program IMD oleh bidan desa di Puskesmas Kabupaten Magelang yang
menyimpulkan bahwa secara individual faktor pengetahuan berpengaruh terhadap
pelaksanaan

program

IMD,

sehingga

disarankan

Dinas

Kesehatan

perlu

meningkatkan pengetahuan bidan tentang IMD serta melakukan penyegaran materi
IMD kepada bidan.

2. Sikap
Sikap dikatakan sebagai suatu respons evaluatif. Respons hanya akan timbul
apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya reaksi
individual. Respons evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai
sikap itu timbulnya didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberi
kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk nilai baik-buruk, positif-negatif,
menyenangkan-tidak menyenangkan, yang kemudian mengkristal sebagai potensi
reaksi terhadap objek sikap (Azwar, 2007).
Daryati (2008) di Sanggau Kalimantan Barat, yang menyimpulkan bahwa
terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan, sikap bidan dengan
keberhasilan melakukan inisiasi menyusu dini. Menurut Raharjo (2006), Penolong
persalinan merupakan kunci utama keberhasilan pemberian ASI satu jam pertama
setelah melahirkan. Karena dalam waktu tersebut peran penolong persalinan masih
sangat dominan.
Berdasarkan hasil penelitian Wirda (2011) bahwa sikap ibu hamil tentang
inisiasi menyusu dini di RSUP Dr. R.M Djoelham Binjai bila dilihat secara
keseluruhan maka didapatkan hasil bahwa mayoritas ibu hamil memiliki sikap yang
positif (92,3%). Sikap positif ini perlu dikembangkan karena sikap positif ini akan
akan berpengaruh terhadap perubahan sikap yang lebih baik melalui pengamatan dan
penilaian model peran sikap bidan ataupun perawat dan tenaga kesehatan yang baik,
sehingga sikap positif yang diterapkan akan memberikan manfaat bagi semuanya.

3. Peran Petugas Kesehatan
Ibu yang mengalami masalah dalam menyusui memerlukan bimbingan agar
dapat mengatasi masalahnya dan terus menyusui. Petugas kesehatan harus
mengajarkan ibu tentang perawatan bayi, melatih ibu menyusui dengan baik dan
benar, manfaat IMD dan pemberian ASI dengan baik dan tepat, sehingga dapat
menambah pengetahuan ibu dan juga harus mampu menumbuhkan motivasi dan rasa
percaya diri bahwa ibu dapat menyusui secara eksklusif (Siregar, 2004). Berdasarkan
Peraturan

Menteri

Kesehatan

(Permenkes)

Nomor

1464/Menkes/Per/X/2010

dinyatakan ruang lingkup kewenangan yang dimiliki bidan

dalam pelayanan

kesehatan termasuk pelayanan ibu menyusui dengan fasilitasi/bimbingan IMD dan
promosi ASI eksklusif. Secara khusus dalam pelayanan kesehatan anak dengan
kewenangan melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk IMD.
Dalam buku Inisiasi Menyusu Dini, JNPK-KR (2007) mengatakan bahwa
seorang bidan dalam pelaksanaan IMD antara lain:(a) melatih keterampilan,
mendukung, membantu, dan menerapkan IMD-ASI eksklusif, (b) memberi informasi
manfaat IMD dan ASI eksklusif pada BUMIL, (c) membiarkan kontak kulit ibu-bayi
setidaknya 1 jam atau sampai menyusu awal selesai, (d) hindari memaksakan puting
susu ibu masuk ke mulut bayi, (e) membantu ayah menunjukkan perilaku bayi yang
positif saat bayi mencari payudara, (f) membantu meningkatkan rasa percaya diri ibu,
(g) menyediakan waktu dan suasana tenang diperlukan kesabaran.

4. Sarana Kesehatan
Untuk mewujudkan peningkatan derajat atau status kesehatan penduduk,
ketersediaan dan keterjangkauan fasilitas dan sarana kesehatan merupakan salah satu
faktor penentu utama. Puskesmas dan Puskesmas Pembantu (Pustu) merupakan ujung
tombak pelayanan kesehatan karena dapat menjangkau penduduk sampai ke pelosok.
5. Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga merupakan dukungan yang sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan ibu menyusui bayinya secara eksklusif. Terutama dukungan suami dan
orang-orang terdekat.

2.3. Perilaku Ibu dalam IMD
Perilaku ibu tentang IMD merupakan hasil hubungan antara perangsang
(stimulus) dan tanggapan (respon), juga suatu tindakan atau perbuatan suatu
organisasi yang dapat diamati dan bahkan dipelajari.
Pengetahuan tentang IMD harus dimiliki oleh ibu hamil yang akan sangat
penting dilakukan pada saat setelah ibu melahirkan bayinya. Sehingga IMD dapat
dilakukan dengan tepat dan ibu mau bekerjasama dengan bidan dalam melakukan
IMD setelah melahirkan bayinya. IMD memiliki dampak atau manfaat yang banyak
bagi ibu dan bayinya sendiri.
Ibu yang memiliki pengetahuan yang tinggi tentang IMD, akan menyusui
anaknya segera setelah melahirkan dibandingkan dengan ibu yang memiliki
pengetahuan yang rendah. Hal ini disebabkan ibu yang memiliki pengetahuan yang

tinggi tentang ASI, pada umumnya mengetahui berbagai manfaat dari pelaksanaan
IMD. Menurut Utami R (2007), bahwa faktor utama yang menyebabkan kurang
tercapainya pelaksanaan inisiasi menyusu dini yang benar adalah kurang sampainya
pengetahuan yang benar tentang IMD kepada para ibu. Seorang ibu harus mempunyai
pengetahuan baik dalam menyusui, kehilangan pengetahuan tentang menyusui berarti
kehilangan sumber makanan yang paling penting dan cara perawatan yang optimal.
Pengetahuan tentang pengaruh positif tindakan IMD untuk kelancaran proses
menyusui seperti yang telah dipublikasikan melalui penelitian Edmond, et al. (2006)
dan Kramer, et al. (2001). Hal ini disebabkan oleh adanya pengetahuan ibu bahwa
ASI memberi pengaruh positif bagi anaknya dan ASI tersebut diberikan dalam
pelaksanaan IMD.
Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap
stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat
emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau
aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku (Notoatmodjo,
2003). Azwar (2005) sikap tidak terlepas dari sosialisasi keluarga, pendidikan sekolah
atau di luar sekolah serta pengetahuan didalam masyarakat.
Peranan pendidikan tidak dapat diabaikan, sebab pendidikan dilakukan hampir
seumur hidup, baik melalui pendidikan formal maupun informal. Sikap positif
terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu terwujud dalam suatu tindakan nyata. Hal
ini disebabkan oleh sikap akan terwujud di dalam suatu tindakan tergantung pada
situasi saat itu, sikap akan diikuti oleh tindakan yang mengacu kepada pengalaman

orang lain atau berdasarkan pada banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang, dan
nilai yang berlaku di dalam masyarakat yang menjadi pegangan setiap orang
(Notoatmodjo, 2003).
Perilaku pemberian ASI akan dipengaruhi oleh pengetahuan. World Health
Organization yang dikutip Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa seseorang
memperoleh pengetahuan berasal dari pengalaman sendiri atau pengalaman
seseorang. Selain itu kurangnya dukungan keluarga, petugas kesehatan menyebabkan
ibu memutuskan untuk memberikan susu formula, buah dan bubur susu. Faktor yang
berpengaruh terhadap pelaksanaan IMD dan pemberian ASI eksklusif terutama faktor
sikap, motivasi, maupun pengetahuan, baik sikap, motivasi, dan pengetahuan ibu,
maupun petugas kesehatan (Hector et al., 2005).
Faktor sosial budaya dan tradisi yang ada di masyarakat mempengaruhi
perilaku ibu dalam praktik pemberian ASI eksklusif kepada bayinya, hal ini sesuai
dengan penelitian Susilawaty et al., (2005), yang menyatakan ada keeratan hubungan
nilai budaya dengan pemberian ASI eksklusif.

2.4. Konseling Menyusui
Secara etiomologi, konseling berasal dari bahasa Latin “Consilium” artinya
dengan atau bersama yang dirangkai dengan menerima atau memahami sedangkan
dalam bahasa Angglo Saxon istilah konseling berasal dari “Sellan” yang berarti
menyerahkan atau menyampaikan.

Wilis (2004) mengemukakan konseling adalah upaya bantuan yang diberikan
seseorang pembimbing yang terlatih dan berpengalaman terhadap individu yang
membutuhkannya, agar individu tersebut berkembang potensinya secara optimal,
mampu mengatasi masalahnya, dan mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan
yang selalu berubah.
Konseling adalah proses pemberian informasi objektif dan lengkap, dengan
panduan keterampilan interpersonal, bertujuan untuk membantu seseorang mengenali
kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi dan menentukan jalan keluar atau
upaya untuk mengatasi masalah tersebut (Sulastri, 2009). Konseling adalah proses
pemberian informasi obyektif dan lengkap, dilakukan secara sistematik dengan
panduan ketrampilan komunikasi interpersonal, teknik bimbingan dan penguasaan
pengetahuan klinik yang bertujuan untuk membantu seseorang mengenali kondisinya
saat ini, masalah yang sedang dihadapi dan menentukan jalan keluar/upaya untuk
mengatasi masalah tersebut (McLeod, 2006).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lina (2012) menyatakan bahwa IMD
lebih dominan dilaksanakan bagi ibu yang melahirkan di puskesmas dan posyandu
plus, disebabkan antara lain : di pelayanan kesehatan pemerintah mendapatkan
penyuluhan tentang IMD oleh petugas kesehatan.
Ambarwati

dalam

penelitiannya

menyatakan

Pada

akhir

penelitian,

menunjukkan bahwa konseling laktasi yang intensif meningkatkan jumlah ibu yang
memberikan ASI eksklusif. Hasil uji statistik menunjukkan ada perbedaan praktik
pemberian ASI eksklusif antara kelompok perlakuan dan kontrol (p=0,0001),

perbedaan ini disebabkan karena ada peningkatan pengetahuan dan perubahan sikap
pada ibu yang mendapatkan konseling laktasi yang intensif dibanding dengan ibu
yang tidak mendapat konseling laktasi yang intensif. Imdad et al. (2011),
membuktikan bahwa konseling prenatal memiliki dampak terhadap pemberian ASI
sampai 4-6 minggu, sedangkan konseling yang diberikan pada saat pranatal dan
postnatal berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif sampai dengan 6 bulan.
Menurut Gunarsa (2009), konseling membantu ibu untuk memperoleh bukan
saja kemampuan, minat dan kesempatan melainkan juga emosi dan sikap yang bisa
mempengaruhi dalam menentukan pilihan dan pengambilan keputusan. Adanya
perhatian dan pemberian motivasi dalam bentuk kunjungan rumah setelah melahirkan
oleh konselor terhadap ibu menjadi dukungan dalam pemberian ASI eksklusif.
Kunjungan rumah, kelompok pertemuan, sesi monitoring pertumbuhan dan sesi
memasak merupakan peluang yang baik untuk berbagi informasi dan untuk konseling
individu (WHO, 2003).
Penelitian Bohari di RSIA Fatimah Makassar yaitu terjadi peningkatan
pengetahuan dan sikap tentang IMD setelah edukasi yaitu masing-masing sebesar
56,52% (pengetahuan cukup), dan 41,3% (sikap positif). Penelitian yang dilakukan
Karina di RSIA Pertiwi Makassar terjadi peningkatkan pengetahuan dan sikap positif
yaitu masing-masing sebesar 60% dan 30%.
Konseling diartikan sebagai perubahan progresif pada seseorang yang
memengaruhi pengetahuan/sikap dan prilakunya sebagai hasil dari pembelajaran dan
belajar.

Konseling

meliputi

proses-proses

yang

dilalui

seseorang

dalam

mengembangkan kemampuan dan memperkaya pengetahuan; proses ini juga
membantu terjadinya perubahan pada sikap atau perilaku orang tersebut. Tujuan dari
konseling IMD adalah meningkatkan pengetahuan responden tentang IMD dan
memiliki sikap positif, sehingga pada saat melahirkan nanti, ibu tersebut meminta
kepada petugas kesehatan yang membantu kelahiran bayinya untuk menaruh bayi di
atas dada/perut ibu sampai menyusu pertama selesai.
2.4.1. Fungsi Konseling
Fungsi konseling antara lain:
a. Konseling dengan fungsi pencegahan merupakan upaya mencegah timbulnya
masalah kesehatan.
b. Konseling dengan fungsi penyesuaian dalam hal ini merupakan upaya untuk
membantu klien mengalami perubahan biologis, psikologis, social, cultural, dan
lingkungan yang berkaitan dengan kesehatan.
c. Konseling dengan fungsi perbaikan dilaksanakan ketika terjadi penyimpangan
perilaku klien atau pelayanan kesehatan dan lingkungan yang menyebabkan terjadi
masalah kesehatan sehingga diperlukan upaya perbaikan dengan konseling.
d. Konseling

dengan

fungsi

pengembangan

ditujukan

untuk

meningkatkan

pengetahuan dan kemampuan serta peningkatan derajat kesehatan masyarakat
dengan upaya peningkatan peran serta masyarakat.

2.4.2. Langkah-langkah dalam Konseling
Langkah dalam konseling antara lain:
1. Pendahuluan
Langkah pendahuluan atau langkah pembuka merupakan kegiatan untuk
menciptakan kontak, melengkapi data klien untuk merumuskan penyebab masalah,
dan menentukan jalan keluar.
2. Bagian Inti/pokok
Bagian inti/pokok dalam konseling mencakup kegiatan mencari jalan keluar,
memilih salah satu jalan keluar yang tepat bagi klien, dan melaksanakan jalan
keluar tersebut.
3. Bagian Akhir
Bagian akhir kegiatan konseling merupakan kegiatan penyimpulan dari seluruh
aspek kegiatan dan pengambilan jalan keluar. Langkah tersebut merupakan
langkah penutupan dari pertemuan dan juga penetapan untuk pertemuan
berikutnya (Uripni, 2002).
2.4.3. Teknik Konseling
Teknik konseling antara lain:
1. Teknik/ Pendekatan Authoritarian atau Directive
Dalam proses wawancara konseling berpusat pada konselor.
2. Teknik/ Pendekatan Non-Directive
Dalam pendekatan ini klien diberi kesempatan untuk memimpin wawancara dan
memikul sebagian besar dan tanggung jawab atas pemecahan masalahnya sendiri.

3. Teknik/ Pendekatan Edetic
Dalam pendekatan edetic, konselor menggunakan cara yang dianggap baik atau
tepat, disesuaikan dengan konseli dan masalahnya (Uripni, 2002)
2.4.4. Proses Konseling
Proses konseling akan terlaksana manakala terlihat beberapa aspek berikut ini
(Lubis, 2006) :
1. Terjadi antara dua orang individu, masing-masing disebut konselor dan klien.
2. Terjadi dalam suasana yang profesional.
3. Dilakukan dan dijaga sebagai alat memudahkan perubahan-perubahan dalam
tingkah laku klien.
Proses Konseling antara lain
1. Pembinaan dan pemantapan hubungan baik (rapport)
Mempunyai makna saling memahami dan mengenal tujuan bersama. Tujuannya
adalah untuk menjembatani hubungan antara konselor dengan klien, sikap
penerimaan dan minat yang mendalam terhadap klien dan masalahnya. Dalam
rapport ini akan tercipta hubungan yang akrab yang ditandai dengan saling
mempercayai. Sikap yang ditandai kehangatan emosi, realisasi tujuan bersama,
menjamin kerahasiaan kesadaran terhadap hakekat klien secara alamiah.
2. Pengumpulan dan pemberian informasai
Merupakan tugas utama konselor. Ini dapat dilakukan dengan cara: mendengar
keluhan klien, mengamati komunikasi non verbal klien, bertanya tentang riwayat

kesehatan latar belakang keluarga, latar belakang masalah, memberikan penjelasan
tentang masalah yang dihadapi.
3. Perencanaan pengambilan keputusan dan pemecahan masalah
Setelah data yang dari klien diperoleh secara lengkap, maka bidan membantu klien
untuk memecahkan masalahnya atau membuat perencanaan untuk memecahkan
masalahnya. Keterampilan memecahkan masalah sangat diperlukan dalam
komunikasi konseling.
4. Menindak lanjuti pertemuan.
Adapun sikap yang sebaiknya dimiliki oleh bidan adalah mempunyai motivasi
yang tinggi untuk membantu orang lain, bersikap ramah, sopan santun menerima
klien apa adanya, empati terhadap pasien, membantu dengan ikhlas dan terbuka
terhadap pendapat orang lain.
2.4.5. Faktor-faktor yang Memengaruhi Keberhasilan Konseling
1.

Faktor Individual
Orientasi kultural (keterikatan budaya) merupakan faktor individual yang dibawa
seseorang dalam melakukan interaksi. Orientasi ini merupakan gabungan dari :
a. Faktor Fisik
Kepekaan panca indera pasien yang diberi konseling akan sangat
mempengaruhi kemampuan dalam menangkap informasi yang disampaikan
konselor.

b. Sudut Pandang
Nilai-nilai yang diyakini oleh pasien sebagai hasil olah pikirannya terhadap
budaya dan pendidikan akan mempengaruhi pemahamannya tentang materi
yang dikonselingkan.
c. Kondisi Sosial
Status sosial dan keadaan disekitar pasien akan memberikan pengaruh dalam
memahami materi.
d. Bahasa
Kesamaan bahasa yang digunakan dalam proses konseling juga akan
mempengaruhi pemahaman pasien.
2.

Faktor-faktor yang berkaitan dengan interaksi
Tujuan dan harapan terhadap komunikasi, sikap terhadap interaksi, pembawaan
diri seseorang terhadap orang lain (seperti kehangatan, perhatian, dukungan) serta
sejarah hubungan antara konselor dan klien akan mempengaruhi kesuksesan
proses konseling.

3.

Faktor Situasional
Percakapan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, situasi percakapan kesehatan
antara bidan dan klien akan berbeda dengan situasi percakapan antara polisi
dengan pelanggar lalu lintas.

4.

Kompetensi dalam melakukan percakapan
Agar efektif, suatu interaksi harus menunjukkan perilaku kompeten dari kedua
pihak.

Keadaan yang dapat menyebabkan putusnya komunikasi adalah :
1. Kegagalan menyampaikan informasi penting.
2. Perpindahan topik bicara yang tidak lancar.
3. Salah pengertian (Lukman, 2002).
Kemampuan konselor yang efektif dapat menciptakan komunikasi yang efektif
dan hasil konseling yang efektif pula. Ciri-ciri khusus kemampuan konselor yang
efektif yaitu :
1.

Para konselor yang efektif sangat terampil mendapatkan keterbukaan.

2.

Para konselor yang efektif membangkitkan rasa percaya, kredibilitas, dan
keyakinan dari orang-orang yang mereka bantu.

3.

Para konselor yang efektif mampu menjangkau wawasan luas, seperti halnya
mereka mendapatkan keterbukaan.

4.

Para konselor yang efektif berkomunikasi dengan hati-hati dan menghargai
orang-orang yang mereka upayakan bantu.

5.

Para konselor yang efektif mengakui dan menghargai diri mereka sendiri dan
tidak menyalahgunakan orang-orang yang mereka coba bantu untuk
memuaskan kebutuhan pribadi mereka sendiri.

6.

Para konselor yang efektif mempunyai pengetahuan khusus dalam beberapa
bidang keahlian yang mempunyai nilai bagi orang-orang tertentu yang akan
dibantu.

7.

Para konselor yang efektif berusaha memahami, bukannya menghakimi
tingkah laku orang yang diupayakan bantu.

8.

Para konselor yang efektif mampu bernalar secara sistematis dan berfikir
dengan pola sistem.

9.

Para konselor yang efektif berpandangan mutahir dan memiliki wawasan
luas terhadap peristiwa-peristiwa yang berkenaan dengan manusia.

10. Para konselor yang efektif mampu mengidentifikasi pola tingkah-laku yang
merusak diri (self defeating) dan membantu orang-orang lain untuk berubah
dari tingkah laku yang merusak diri ke pola-pola tingkah laku yang secara
pribadi lebih memuaskan.

2.5. Pelatihan Konseling Laktasi/Menyusui
Fasilitas persalinan membantu para ibu mengawali atau memulai persalinan.
Mereka juga membantu para ibu memantapkan menyusui dalam periode pasca
persalinan. Bagian lain dari pelayanan perawatan kesehatan memainkan peranan yang
sangat penting dalam membantu melanjutkan menyusui sampai usia 2 tahun atau
lebih, salah satu upaya yang harus dilakukan petugas adalah melakukan konseling
menyusui. Hal ini didukung oleh Keputusan Menteri Kesehatan Nomor :
450/Menkes/SK/IV/2004, Tanggal 07 April 2004 tentang Sepuluh Langkah Menuju
Keberhasilan Menyusui yaitu ;
1.

Sarana Pelayanan Kesehatan (SPK) mempunyai kebijakan peningkatan
pemberian air susu ibu (PP-ASI) tertulis yang secara rutin dikomunikasikan
kepada semua petugas.

2.

Melakukan pelatihan bagi petugas dalam hal pengetahuan dan keterampilan
untuk menerapkan kebijakan tersebut.

3.

Menjelaskan kepada semua ibu hamil tentang manfaat menyusui dan
penatalaksanaannya dimulai sejak kehamilan, masa bayi lahir sampai umur 2
tahun, termasuk cara mengatasi menyusui.

4.

Membantu ibu mulai menyusui bayinya dalam 30 menit setelah melahirkan, yang
dilakukan di ruang bersalin. Apabila ibu menjalani operasi Caesar, bayi disusui
setelah 30 menit ibu sadar.

5.

Membantu ibu bagaimana cara menyusui yang benar, dan cara mempertahankan
menyusui meski ibu dipisah dari bayi atas indikasi medis.

6.

Tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI kepada bayi baru
lahir.

7.

Melaksanakan rawat gabung dengan mengupayakan ibu bersama bayinya 24 jam
sehari.

8.

Membantu ibu menyusui semaunya bayi, tanpa pembatasan terhadap lama dan
frekuensi menyusui.

9.

Tidak memberikan dot atau kempeng kepada bayi yang diberi ASI.

10. Mengupayakan terbentuknya kelompok pendukung ASI (KP-ASI) dan rujuk ibu
kepada kelompok tersebut ketika pulang dari Rumah sakit, Rumah bersalin /
Sarana Pelayanan Kesehatan.

2.6. Landasan Teori
Konteks penelitian pengaruh konseling terhadap perilaku ibu tentang IMD
merupakan proses komunikasi. Model komunikasi yang dipakai dalam penelitian ini
adalah komunikasi pribadi/personal atau lebih dikenal komunikasi interpersonal yang
merupakan dasar penting dalam melakukan konseling. Bentuk komunikasi ini yang
paling tepat karena komunikator langsung berhadapan (face to face) dengan
komunikan diharapkan nantinya terjadi perubahan prilaku ibu dalam melaksanakan
IMD yang akhirnya berdampak status gizi bayi akan baik. Konsep teori dissonance
theory oleh Festinger dalam Notoatmodjo (2007) yang menjelaskan bahwa proses
perubahan perilaku pada hakekatnya adalah sama dengan proses belajar. Proses
perubahan perilaku tersebut menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri
dari :
1. Stimulus atau rangsangan yang diberikan pada organisme dapat di terima atau di
tolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau di tolak berarti stimulus itu
tidak efektif mempengaruhi perhatian individu, dan berhenti di sini.
2. Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme (diterima) maka ia
mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya.
3. Setelah itu organisasi mengolah stimulus sehingga terjadi kesediaan untuk
bertindak demi stimulus yang diterima (bersikap).
4. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungannya, maka
stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari pada individu tersebut (perubahan
perilaku).

Organisme :
1. Perhatian
2. Pengertian
3. Penerimaan
Reaksi
(Perubahan
Pengetahuan)

Stimulus

Reaksi
(Perubahan Sikap)
Gambar 2.1. Teori Stimulus-Organisme-Respons
Sumber : Notoatmodjo, 2007

2.7. Kerangka Konsep
Berdasarkan rumusan teori tersebut, maka penulis dapat merumuskan
kerangka penelitian serta variabel-variabel yang akan diteliti, seperti pada gambar
berikut :
Pengetahuan
Konseling Menyusui

Tindakan IMD
Sikap

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan kerangka konsep tersebut bahwa stimulus berupa konseling IMD
akan diberikan kepada ibu hamil trimester III, konseling diharapkan dapat
menimbulkan reaksi perubahan pengetahuan yang akan diikuti juga dengan
perubahan sikap ibu hamil trimester III mengenai IMD kemudian dilanjutkan dengan
tindakan IMD.

Dokumen yang terkait

Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Pemeriksaan Ultrasonografi selama Masa Kehamilan di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan Tahun 2010

19 107 77

Tingkat Kecemasan Ibu Paska Histerektomi di RSUD dr. Pirngadi Medan Tahun 2015

0 30 72

Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Faktor Risiko Diabetes Pada Kehamilan Di Rumah Bersalin Hadijah Medan Tahun 2015

5 51 60

Pengaruh Pemberian Konseling Menyusui Terhadap Perilaku Ibu Hamil Trimester Iii Dalam Inisiasi Menyusu Dini (Imd) Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2015

0 0 19

Pengaruh Pemberian Konseling Menyusui Terhadap Perilaku Ibu Hamil Trimester Iii Dalam Inisiasi Menyusu Dini (Imd) Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2015

0 0 2

Pengaruh Pemberian Konseling Menyusui Terhadap Perilaku Ibu Hamil Trimester Iii Dalam Inisiasi Menyusu Dini (Imd) Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2015

0 1 9

Pengaruh Pemberian Konseling Menyusui Terhadap Perilaku Ibu Hamil Trimester Iii Dalam Inisiasi Menyusu Dini (Imd) Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2015

1 4 4

Pengaruh Pemberian Konseling Menyusui Terhadap Perilaku Ibu Hamil Trimester Iii Dalam Inisiasi Menyusu Dini (Imd) Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2015

0 0 62

Faktor Risiko Terjadinya Pre-Eklamsi pada Ibu Hamil yang Dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2014

0 0 16

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TRIMESTER III TENTANG INISIASI MENYUSUI DINI (IMD) DI PUSKESMAS BONTOMARANNU TAHUN 2016

0 0 96