Pelaksanaan Pembinaan Narapidana Narkotika di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Binjai Chapter III IV

BAB III
HAMBATAN PROSES PEMBINAAN DAN UPAYA MENGATASI
HAMBATAN OLEH PETUGAS LAPAS KELAS IIA BINJAI

A. Faktor yang menghambat Proses Pembinaan Narapidana Narkotika
di Lapas Klas IIA Binjai
Dalam pelaksanaan pola pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan
Kelas IIA Kota Binjai terdapat 2 faktor yang menjadi penghambat, yakni :
1. Faktor Internal
a. Faktor Pendidikan
Dalam hal proses pembinaan pendidikan (intelektual), yaitu tidak
adanya berjalan proses pembinaan pendidikan formal bagi
narapidana dan anak didik pemasyarakatan (anak pidana)
dikarenakan tidak tersedianya ruangan khusus untuk belajar dan
tidak adanya tenaga pengajar yang memberikan didikan dan
bimbingan. Pembinaan pendidikan ini hanya pendidikan non
formal hal ini pun, sarana dan prasarana yang mendukung
pendidikan non formal masih sangat minim, yaitu yang ditandai
dengan kurangnya perlengkapan buku-buku yang tersedia di
perpustakaan dan rendahnya minat baca dari narapidana.
b. Faktor Sifat dan Kepribadian

Dalam menjalankan proses pembinaan narapidana narkotika
adalah kurangnya kesadaran dari dalam diri narapidana itu

Universitas Sumatera Utara

sendiri untuk mengikuti pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan
Klas IIA Binjai sehingga sangat rendahnya kedisiplinan para
narapidana untuk mengikuti proses pembinaan yang dilakukan di
Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Binjai.
2. Faktor Eksternal
a. Dana merupakan

faktor

utama yang menunjang untuk

pelaksanaan pembinaan anak didik pemasyarakatan dalam
pelaksanaannya maka dibutuhkan peralatan dan bahan-bahan.
Sebab program pembinaan tidak hanya 1(satu) macam saja
melainkan banyak macamnya sesuai dengan bidang minat

maupun pekerjaan atau keterampilan yang mungkin diperlukan
untuk kebutuhan dan kepentingan bagi napi setelah mereka
keluar dari Lapas. Kurang atau tidak adanya dana menjadi salah
satu faktor penyebab yang menjadi faktor penghambat bagi
pelaksanaan pembinaan, karena dapat mengakibatkan tidak
berjalan dan tidak terealisasinya semua program pembinaan bagi
anak didik pemasyarakatan karena sangat minimnya dana yang
tersedia
b. Sarana dan fasilitas lembaga pemasyarakatan merupakan salah
satu hambatan dalam pelaksanaan sistem pemasyarakatan.
Bangunan yang berupa peninggalan Pemerintah Kolonial
Belanda, dimana telah terjadi perubahan yang menjadikan
Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Binjai menjadi sedikit lebih

Universitas Sumatera Utara

luas sekarang, tetap tidak sesuai daya tampung yang seharusnya
hanya dapat menampung sekitar 858 orang narapidana,
sedangkan pada saat penelitian tepatnya pada tanggal 31 Juli
2017 jumlah narapidana yang menjalani masa pidana di

Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Binjai sudah mencapai 1364
narapidana dimana 85% penghuninya adalah narapidana
narkotika.

Dengan

demikian

kapasitas

di

Lembaga

Pemasyarakatan Klas IIA Binjai sudah melebihi kapasitas
(Overcapacity).
c. Faktor administrasi, keterlambatan dalam hal persyaratan
pengajuan remisi seperti, keterlambatan datangnya petikan vonis
dari Pengadilan Negeri yang memutus perkara narapidana
tersebut hingga, dapat menghambat dalam pengusulan remisi

bagi narapidana yang bersangkutan.
d. Dalam proses pelaksanaan asimilasi diantaranya tidak semua
masyarakat memahami sistem atau proses pemasyarakatan,
maka masyarakat, lembaga-lembaga sosial atau dinas-dinas
pemerintahan belum pro aktif memperdulikan warga binaan
pemasyarakatan, belum ada kerjasama yang baik, teratur, dan
berkesinambungan atau kerjasama pembinaan dengan instansi
terkait belum terprogram secara maksimal, peranan petugas
pemasyarakatan begitu besar sehingga tidak diimbangi dengan
keprofesionalan petugas itu sendiri sehingga kurang pengawasan

Universitas Sumatera Utara

dalam

pelaksanaan

asimilasi,

dan


belum

ada

petugas

pemasyarakatan yang mempunyai keahlian dan bertugas khusus
dalam pembinaan
e. Sarana dan prasarana dalam pembinaan rehabilitas bagi para
pecandu narkotika dimana berdasarkan hasil wawancara dengan
Bapak

Muslim

Surbakti,

Amd.IP.SH

selaku


Kasubsi

Bimkemaswat Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Binjai 42
B. Upaya-upaya yang dilakukan petugas Lembaga Pemasyarakatan Klas
IIA

Binjai

dalam

mengatasi

hambatan

pembinaan

narapidana

narkotika.

1. Upaya mengatasi Hambatan Faktor Internal
a. Pendidikan
Upaya dalam hal mengatasi hambatan pembinaan pendidikan
(intelektual) yakni dengan cara pihak Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA
Binjai melakukan pembinaan pendidikan formal di Lapas dan melakukan
kerjasama dengan instansi pendidikan di Kota Binjai,agar narapidana dan
anak didik pemasyarakatan yang putus sekolah atau yang buta huruf
dapat mengenyam pendidikan, upaya yang dilakukan Lapas dalam
meningkatkan kualitas pendidikan non formal dapat ditingkatkan dengan
cara melakukan penambahan terhadap sarana di perpustakaan seperti
penambahan jumlah buku, majalah, dan koran agar narapidana dan anak

42

Hasil wawancara dengan Bapak Muslim Surbakti,Amd.IP.SH selaku Kasubsi
Bimkemaswat Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Binjai, pada tanggal 31 Juli 2017

Universitas Sumatera Utara

didik pemasyarakatan dapat lebih leluasa dalam membaca buku-buku

yang tersedia.
b.

Sifat dan Kepribadian
Dalam hal mengatasi rendahnya tingkat disiplin dari dalam diri

para narapidana dalam hal mengikuti proses pembinaan, dilakukan
dengan cara setiap hari Bapak Muhammad Jahari Sitepu, SH.Msi selaku
Kepala Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Kota Binjai, dibantu
dengan petugas melakukan razia keliling lingkungan

lembaga

pemasyarakatan.
2. Upaya mengatasi Hambatan Faktor Eksternal
a. Untuk mengatasi masalah dana yang menjadi kendala di Lembaga
Pemasyarakatan Klas IIA Binjai, yakni para petugas hanya bisa
memenuhi fasilitas penunjang proses pembinaan dengan dana
pribadi yang seharusnya untuk dana harus sudah ditanggung oleh
pemerintah, berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Muslim

Surbakti, Amd.IP.SH selaku Kasubsi Bimkemaswat Lembaga
Pemasyarakatan Klas IIA Binjai untuk fasilitas kantor saja
misalnya komputer, para petugas harus menyediakannya dengan
dana pribadi dari masing-masing petugas.
b. Untuk upaya mengatasi proses administrasi, dalam hal pengajuan
remisi bagi para narapidana, petugas hanya dapat memberitahukan
kepada pihak narapidana bahwa keterlambatan proses pengajuan
remisi tersebut bukan kesalahan dari pihak petugas lembaga

Universitas Sumatera Utara

pemasyarakatan melainkan dari pihak yang berwenang menyetejui
remisi tersebut.
c. Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Binjai, dalam hal mengatasi
masalah kelebihan kapasitas (overcapacity), berdasarkan hasil
wawancara dengan Bapak Muslim Surbakti, Amd.IP.SH selaku
Kasubsi Bimkemaswat Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Binjai
yang menyatakan bahwa, petugas hanya dapat mengatasinya
dengan cara menempatkan para narapidana didalam kamar dengan
kapasitas satu kamar bisa mencapai 125 orang.

d. Untuk upaya mengatasi hambatan dalam proses pelaksanaan
asimilasi yaitu dengan cara, pihak Lembaga Pemasyarakatan Klas
IIA Binjai menjalin kerjasama dengan lembaga-lembaga sosial atau
dinas pemerintahan yang mana antara kedua belah pihak yang
menjalin kerjasama dapat melakukan perjanjian yang menyatakan
bahwa lembaga sosial atau dinas pemerintahan bersedia menerima
atau menampung narapidana yang diberikan hak untuk menjalani
asimilasi yang telah memenuhi persyaratan untuk bekerja..
e. Proses rehabilitas terhadap pecandu narkotika hanya dilakukan
oleh pihak petugas rehabilitas yang datang ke Lembaga
Pemasyarakatan dimana belum tersedianya tempat khusus di

Universitas Sumatera Utara

Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Binjai untuk menjalankan
proses rehabilitas bagi pecandu narkotika. 43

43

Hasil wawancara dengan Bapak Muslim Surbakti,Amd.IP.SH selaku Kasubsi

Bimkemaswat Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Binjai, pada tanggal 31 Juli 2017

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1.

Pola pembinaan yang dilakukan Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA
Binjaimerupakan wujud dari sistem pemasyarakatan yang pelaksanaanya
dalam pelayanan pembinaan bersifat rehabilitatif, edukatif, korektif dan
reintegratif dalam melaksanakan tugas dan fungsi sehingga pemidanaan
bukan hanya sebagai penjeraan tetapi bertujuan untuk menyadarkan
manusia menjadi warga Negara yang bertanggung jawab dan berguna.
Secara idealnya mengandung makna bahwa pembinaan narapidana
narkotika

berdasarkan

sistem

pemasyarakatan

dalam

arti

memasyarakatkan narapidana/anak didik narkotika ke dalam masyarakat.
2.

Hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan pembinaan narapidana
narkotika diatasi dengan meningkatkan, menambah daya tampung
Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Binjai untuk memaksimalkan
pembinaan serta meningkatkan kedisiplinan petugas dalam memberikan
pembinaan sesuai aturan yang berlaku

3.

Upaya yang dilakukan dalam mengatasi hambatan pembinaan narapidana
narkotika

diperlukan

penanaman

moral

petugas

Lembaga

Pemasyarakatan Klas IIA Binjai yang berintegrasi dan memiliki loyalitas
dalam melaksanakan pembinaan sehingga dapat berjalan dengan baik.

Universitas Sumatera Utara

B. SARAN
Adapun yang menjadi saran yang dikemukakan penulis dalam penulisan ini
sehubungan dengan pembahasan yang telah dikemukakan di atas adalah
sebagai berikut :
1. Memperbanyak kerja sama antara Instansi Pemerintah/pihak-pihak di
luar Lembaga Pemasyarakatan dalam rangka untuk melakukan
pembinaan terhadap narapidana.
2. Mempertahankan pihak-pihak yang telah membantu narapidana dalam
proses pembinaan bukan saja Insidensil melainkan harus bersifat tetap
atau seterusnya secara terjadwal, agar nantinya narapidana mampu
menyerap secara optimal.
3. Melaksanakan suatu kegiatan dimana dalam proses pembinaannya
harus dapat menampung aspirasi narapidana, atau apa yang menjadi
keinginan narapidana dengan cara menempatkan kotak-kotak untuk
kritik dan saran narapidana kepada petugas Lembaga Pemasyarakatan,
agar terjalin komunikasi yang baik antara narapidana dan petugas
hingga akhirnya akan tercipta suasana yang kondusif.
4. Petugas diharapkan menyediakan ruang atau tempat yang cukup, untuk
menampung narapidana dalam menjalani program-program pembinan
yang diberikan kepada narapidana, agar seluruh narapidana mengikuti
kegiata

pembinaan

yang

diadakan

oleh

petugas

Lembaga

Pemasyarakatan Klas IIA Binjai.

Universitas Sumatera Utara

5. Masyarakat diharapkan menghilang pendangan buruk terhadap
narapidana yang telah dibebaskan dari Lembaga Pemasyarakatan, serta
mampu menerima dengan baik dan memperlakuan mantan narapidana
dengan baik didalam lingkungan agar mantan narapidana merasa
diterima oleh masyarakat danmantan narapidana tersebut tidak akan
mengulangi atau melanggar hukum kembali.

Universitas Sumatera Utara