Kajian Intrinsik dan Nilai-Nilai Moral Terhadap Cerita Rakyat Karo Deleng Pertektekken

BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Pustaka
Sepanjang pengamatan peneliti, tidak ditemukan penelitian yang membahas
nilai-nilai moral terhadap cerita rakyat Deleng Pertektekkendengan menggunakan kajian
unsur intrinsik. Namun penelitian lain yang menggunakan kajian unsur intrinsik telah
banyak dilakukan.

2.2 Konsep
Dalam penelitian ini melibatkan beberapa konsep seperti berikut ini.
2.2.1 Cerita Rakyat
Menurut Abdul Rozak Zaidan, dkk (2007:51) cerita rakyat adalah kisah yang
aslinya beredar secara lisan dan kepercayaan masyarakat, seperti mite. Cerita rakyat
termasuk folklor. Brunvand (dalam Endaswara 2014:20) memberikan cirri folklor
sebagai berikut: (1) bersifat lisan (oral), (2) bersifat tradisional, (3) keberadaannya
sering memiliki varian atau versi, (4) anonym, (5) cendrung memiliki formula.
Kemudian Endraswara (2014:21) menjelaskan bahwa masih ada cirri folklore lain yang
lebih melengkapi lima cirri tersebut, antara lain: (1) mempunyai kegunaan bagi
pendukungnya atau kolektif, (2) bersifat pralogis, (3) menjadi milik bersama dan
tanggung jawab bersama, (4) mempunyai sifat polos dan spontan. Ciri (1) menekankan

aspek pragmatis folklor. Ciri (2) menjelaskan sekecil apapun, folklor kadang-kadang
masih pada taraf prapemikiran. Hal ini tidak berarti folklor tadi kurang beralasan,

Universitas Sumatera Utara

melainkan tetap ada alibi yang jelas di balik karya tersebut. Ciri (3) merujuk pada aspek
pelestarian dan upaya perlindungan folklor itu. Menjadi milik kolektif kalau ada apa-apa
yang menyangkut folklor itu, pemiliknya rela berkorban. Ciri (4) menggambarkan
proses permunculan folklor itu sendiri. Folklor hadir serta merta, tidak disengaja, dan
kurang disadari.
Dari pendapat di atas, menurut peneliticerita rakyat merupakan salah satu karya
sastra yaitu berupa cerita yang lahir, hidup, dan berkembang pada beberapa generasi
dalam masyarakat tradisional, baik masyarakat itu telah mengenal huruf atau belum,
disebarkan secara lisan, mengandung survival, bersifat anonim serta disebarkan diantara
kolektiftertentu dalam kurun waktu yang cukup lama.
2.2.2 Cerita Rakyat Deleng Pertektekken
Cerita rakyat Deleng Pertektekken adalah cerita rakyat masyarakat Karo. Cerita
Deleng Pertektekken yang penulis teliti terdapat di Desa Doulu, Kecamatan Berastagi,
Kabupaten Karo.
2.2.3 Intrinsik

Unsur Intrinsik (intrinsic) adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu
sendiri. Unsur-unsur inilah yang yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya
sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra.
Unsur yang dimaksud, untuk menyebut sebagian saja misalnya peristiwa, cerita, plot,
penokohan, tema, latar, sudut pandang penceritaan, bahasa atau gaya bahasa, dan lainlain (Nurgiyantoro, 1995:23).

Universitas Sumatera Utara

2.2.4 Nilai Moral
Nilai moral adalah suatu nilai yang didalamnya terkandung nilai positif dan
sesuai dengan norma yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan tidak
menyimpang (https://brainly.co.id/tugas/945148)Nilai moral berkaitan dengan pribadi
manusia yang bertanggung jawab.

2.3 Landasan Teori
2.3.1 Intrinsik
Intrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra dari dalam.Unsur Intrinsik
merupakan unsur pembangun karya sastra yang berasal dari dalam karya itu sendiri.
Pada novel unsur intrinsik itu berupa, tema, plot, penokohan, latar, sudut pandang, gaya
bahasa, dan amanat. Berikut ulasan unsur-unsur intrinsik novel (dalam Bai Haq, 2015).

1) Tema
Tema merupakan dasar cerita atau gagasan umum dari sebuah novel. Stanton
menjelaskan bahwa tema dapat juga disebut ide utama atau tujuan utama. Berdasarkan
dasar cerita atau ide utama, pengarang akan mengembangkan cerita. Oleh karena itu,
dalam suatu novel akan terdapat satu tema pokok dan sub-subtema. Pembaca harus
mampu menentukan tema pokok dari suatu novel. Tema pokok adalah tema yang dapat
memenuhi atau mencakup isi dari keseluruhan cerita. Tema pokok yang merupakan
makna keseluruhan cerita tidak tersembunyi, namun terhalangi dengan cerita-cerita
yang mendukung tema tersebut. Maka pembaca harus dapat mengidentifikasi dari setiap
cerita dan mampu memisahkan antara tema pokok dan sub-subtema atau tema

Universitas Sumatera Utara

tambahan.Tema menurut Nurgiyantoro dapat digolongkan menjadi dua, tema tradisional
dan nontradisional. Tema tradisional adalah tema yang biasa atau sudah diketahui secara
umum oleh masyarakat. Tema ini banyak digunakan dalam berbagai cerita seperti,
kebenaran dan keadilan mengalahkan kejahatan, kawan sejati adalah kawan di masa
duku, atau setelah menderita orang baru mengingat Tuhan. Tema tradisional bersifat
universal dan novel-novel serius sering menggunakan tema tradisional dalam
menyajikan kisah-kisahnya. Tema selanjutnya adalah tema nontradisional. Tema

nontradisional adalah lawan dari tema tradisional yang artinya tema yang tidak sesuai
dengan harapan pembaca atau melawan arus. Pada dasarnya pembaca menggemari halhal yang baik, jujur, kesatria, atau sosok protagonis harus selalu menang, namun pada
tema nontradisional tidak seperti itu.
2) Amanat
Amanat atau nilai moral merupakan unsur isi dalam karya fiksi yang mengacu
pada nilai-nilai, sikap, tingkah laku, dan sopan santun pergaulan yang dihadirkan
pengarang melalui tokoh-tokoh di dalamnya.
3) Plot/Alur
Plot merupakan hubungan antarperistiwa yang bersifat sebab akibat, tidak hanya
jalinan peristiwa secara kronologis. Adapun macam-macam alur:
a. Alur Maju
Alur majuadalah peristiwa –peristiwa dikemukakan mulai awal sampai akhir, Misaknya
dari masa kecil sampai meninggal dunia.

Universitas Sumatera Utara

b. Alur mundur/Flash back
Alur mundur adalah peristiwa-peristiwa yang menjadi bagian penutup ceruta diceritakan
terlebih dahulu, baru menceritakan peristiwa-peristiwa pokok melalui kenangan atau
masa lalu si tokoh.

c. Alur gabungan/Campur
Alur gabungan adalah

peristiwa-peristiwa pokok diceritakan. Dalam penceritaan

peristiwa-peristiwa pokok, pembaca diajak mengenang peristiwa-peristiwa masa lampau
tokoh,kemudian mengenang peristiwa yang dialami oleh tokoh utama.
4) Perwatakan atau Penokohan
Perwatakan atau penokohanadalah bagaimana pengarang melukiskan atau
menggambarkan watak tokoh. Ada tiga cara melukiskan watak tokoh:
a. Analitik
Pengarang langsung menceritakan watak tokoh secara mendetail.
b. Dramatik
Pengarang melukiskan watak tokoh seara tidak langsung. Misalnya bisa melalui
percakapan atau dialog antartokoh, perilaku tokoh atau tingkah laku, tempat
tinggal,lingkungan,komentar tokoh lain terhadap tokoh tertentu dab sebagainya.
c. Campuran
Melukiskan watak tokoh dengan metode campuran adalah gabungan analitik dan
dramatik.


Universitas Sumatera Utara

5) Latar/Setting
Latar adalah landasan yang memiliki pengertian tempat, hubungan waktu, dan
lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Adapun
macam-macam latar:
a. Latar tempat
Latar dimana pelaku cerita berada di suatu tempat misalnys (di sekolah, di kota, di
ruangan dl desa dan lainnya
b. Latar waktu.
Kapan cerita terjadi. Misalnya pagi, siang,malam.
c. Latar suasana
Dalam keadaan bagaimana cerita terjadi misalnya sedih, gembira, dingin, damai, dan
lainnya.
6) Sudut Pandang Pengarang
Sudut pandang adalah posisi/kedudukan pengarang dalam membawakan cerita.
Sudut pandang dibedakan atas :
a. Sudut pandang orang pertama
Adalah cara pengarang berfungsi sebagai pelaku yang terlibat langsung dalam cerita,
terutama sebagai pelaku utama. Pelaku utamanya(aku, saya, kata ganti orang pertama)

b. Sudut pandang orang ketiga

Universitas Sumatera Utara

Adalah cara pengarang berada di luar cerita, pengarang menuturkan tokoh-tokoh dari
luar, pengarang tidak terlibat dalam cerita. Pelaku utamanya misalnya ia, dia, dan
mereka.

2.3.2 Nilai Moral
2.3.2.1 Pengertian Nilai Moral
Moral berhubungan dengan nilai, tetapi tidak semua nilai adalah nilai moral.
Moral berhubungan dengan kelakuan atau tindakan manusia. Nilai moral inilah yang
lebih terkait dengan tingkah laku kehidupan sehari-hari.
Moral dalam cerita menurut Kenny (dalam Nurgiantoro 1995:322) biasanya
dimaksudkan sebagai suatu saran yang berhubungan dengan ajaran moral tertentu yang
bersifat praktis, yang dapat diambil (dan ditafsirkan) lewat cerita yang bersangkutan
oleh pembaca. Ia merupakan “petunjuk” yang sengaja diberikan oleh pengarang
tentang berbagai hal yang berhubungan dengan masalah kehidupan, seperti sikap,
tingkah laku, dan sopan santun pergaulan. Ia bersifat praktis sebab “petunjuk” itu dapat
ditampilkan, atau ditemukan modelnya, dalam kehidupan nyata, sebagaimana model

yang ditampilkan dalam cerita itu lewat tokoh-tokohnya.
Pendekatan moral dalam karya sastra menghendaki sastra menjadi medium
perekaman keperluan zaman yang memiliki semangat menggerakkan masyarakat kearah
budi pekerti yang terpuji (Semi, 1993:71). Maka nilai moral adalah suatu nilai yang
didalamnya terkandung nilai positif

sesuai dengan norma yang berlaku dalam

Universitas Sumatera Utara

kehidupan bermasyarakat dan tidak menyimpang. Nilai moral berkaitan dengan pribadi
manusia yang bertanggung jawab.

2.3.2.2 Contoh Nilai Moral
Jenis ajaran moral sangat luas, bisa dikatakan tidak terbatas segala yang
menyangkut pada persoalan hidup dan kehidupan. Secara garis besar Nurgiyantoro
(1995:324) membedakan persoalan hidup dan kehidupan manusia ke dalam persoalan
hubungan manusia dengan diri sendiri, hubungan manusia dengan manusia lain dalam
lingkup sosial termasuk hubungannya dengan lingkungan alam, dan hubungan manusia
dengan Tuhannya.

Adapun nilai-nilai moral menurut Sulistyarini (2006:2) dapat dibagi tiga
kategori sebagai berikut.
a. Nilai-Nilai Moral Individual
Nilai-nilai moral individual, meliputi meliputi:
1) kepatuhan,
2) pemberani,
3) rela berkorban,
4) jujur,
5) adil dan bijaksana,
6) menghormati dan menghargai,
7) bekerja keras,

Universitas Sumatera Utara

8) menepati janji,
9) tahu balas budi,
10) baik budi pekerti,
11) rendah hati, dan
12) hati-hati dalam bertindak.


b. Nilai-Nilai Moral Sosial
Nilai-nilai moral sosial, meliputi:
1) bekerjasama,
2) suka menolong,
3) kasih sayang,
4) kerukunan,
5) suka memberi nasihat,
6) peduli nasib orang lain, dan
7) suka mendoakan orang lain.

c. Nilai-Nilai Moral Religi
Nilai-nilai moral religi, meliputi:
1) Percaya kekuasaan Tuhan,
2) Percaya adanya Tuhan,
3) Berserah diri kepada Tuhan/Bertawakal, dan
4) Memohon ampun kepada Tuhan

Universitas Sumatera Utara

Variabel model nilai moral di atas mendukung dalam mengkaji terhadap cerita

rakyat Deleng Pertektekken.

Universitas Sumatera Utara