POST SC

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan karuniaNya saya dapat menyelesaikan laporan kasus individu yang berjudul ” Asuhan Kebidanan Pada
Ny”I” P1011 Post Sectio Saesaria Hari Ke 2 Dengan Nyeri Jahitan Di Ruang Nifas RS
Syuhada’ Haji Kota Blitar Tahun 2017” tepat pada waktunya.
Makalah ini dapat diselesaikan dengan adanya dukungan dan bantuan dari berbagai
pihak, sehingga pada kesempatan ini saya menyampaikan rasa hormat dan terimakasih kepada:
1. Direktur RS Syuhada’Haji Kota Blitar
2. Nuryati S.ST selaku C1 dan kepala ruangan di ruang bersalin RS Syuhada’Haji Kota
Blitar
3. Siswi Wulandari, S.ST., S.Pd., M.Keb selaku Ketua Prodi DIV Kebidanan Universitas
Kadiri
4. Dewi afifi SST, M.Kes selaku Pembimbing Institusi DIV Kebidanan Universitas
Kadiri
5. Rekan-rekan praktek dan semua pihak yang

telah membantu dan memberikan

semangat serta dorongan dalam penyusunan makalah ini
Penulis menyadari makalah masih ini jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang
membangun sangat diharapkan agar penyusunan selanjutnya menjadi lebih baik.

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan berkat kepada semua pihak yang telah
membantu, dan kita semua selalu dalam rahmat dan lindunganNya

Blitar,

Desember 2017

Nola Vita Yanthy Fongiman

DAFTAR ISI
1

Halaman Judul.........................................................................................................i
Lembar Pengesahan.................................................................................................ii
Kata Pengantar.........................................................................................................iii
Daftar isi....................................................................................................................iv
BAB I :Pendahuluan................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Tujuan.......................................................................................................3
1.3 Teknik Pengumpulan Data.......................................................................3

1.4 Sistematika Penulisan...............................................................................3
BAB II : Tinjauan teori............................................................................................5
2.1 Konsep Dasar Nifas..................................................................................5
2.2 Konsep Dasar Sectio Caeseria..................................................................12
2.3 Konsep Asuhan Kebidanan......................................................................17
BAB 3 : Tinjauan Kasus..........................................................................................19
BAB 4 : Pembahasan...............................................................................................27
BAB 5 : Penutup ......................................................................................................28
5.1 Kesimpulan............................................................................................28
5.2 Saran.......................................................................................................28
DAFTAR PUSTA

2

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Badan kesehatan dunia memperkirakan bahwa angka persalinan dengan Sectio

Caesaria (SC) adalah sekitar 10 % sampai 15 %, dari semua proses persalinan negara–
negara berkembang. Pada tahun 2003, di Kanada memiliki angka 21 %, Britania Raya 20
% dan Amerika Serikat 23 %, dengan berbagai pertimbangan seringkali SC dilakukan
bukan karena komplikasi medis saja, melainkan permintaan dari beberapa pasien
dikarenakan tidak ingin mengalami nyeri persalinan normal (Wikipedia, 2009). Dari hasil
penelitian Bensons dan Pernolls yang dikutip oleh Fuadi (2008), menjelaskan bahwa
angka kesakitan ibu pada tindakan SC lebih tinggi dari pada persalinan normal, dimana
angka kematian pada tindakan SC adalah 40-80 setiap 100.000 kelahiran hidup, angka ini
menunjukkan resiko 25 kali lebih besar daripada persalinan normal.Angka kesakitan pada
post SC lebih tinggi dibandingkan dengan persalinan normal atau per vagina, sedangkan
angka kesakitan pralahir, pada sectio caesaria jauh lebih rendah dibandingkan dengan
persalinan normal atau per vagina (Fuadi, 2008). Kejadian melahirkan SC berisiko
mengalami postpartum blues daripada postpartum normal, maka ibu SC perlu dilakukan
dukungan fisik dan psikologis dalam pencegahan postpartum blues, dengan alasan lama
perawatan SC.
Tindakan SC saat ini semakin baik dengan adanya antibiotik, transfusi darah yang
memadai, teknik operasi yang lebih sempurna dan anestesi yang lebih baik. Morbiditas
maternal setelah menjalani tindakan SC masih 4-6 kali lebih tinggi daripada persalinan
normal, karena ada peningkatan risiko yang berhubungan dengan proses persalinan
sampai proses perawatan setelah pembedahan. Komplikasi utama bagi wanita yang

menjalani SC berasal dari tindakan anestesi, risiko perdarahan, keadaan sepsis, dan
serangan tromboemboli serta transfusi. Hal ini menyebabkan morbiditas dan mortalitas
maternal lebih sering terjadi setelah tindakan SC daripada setelah tindakan persalinan
pervaginam. Komplikasi yang ditimbulkan pada pembedahan SC darurat atau yang tidak
direncanakan lebih tinggi dibandingkan dengan SC yang telah direncanakan sebelumnya.
Anestesi berperan 4-12% dari seluruh kematian maternal. Dan dari seluruh angka
kematian maternal 0,33-1,5 % diantaranya terjadi setelah SC sebagai akibat dari prosedur
1

pembedahan maupun keadaan yang mengindikasikan suatu SC (Chesnut, dalam
Mulyono2008).
SC perawatannya lebih lama dibandingkan dengan persalinan normal. Seorang
pasien yang baru menjalani SC lebih aman bila diperbolehkan pulang pada hari keempat
atau kelima post partum dengan syarat tidak terdapat komplikasi selama masa
puerperium. Komplikasi setelah tindakan pembedahan dapat memperpanjang lama
perawatan di rumah sakit dan memperlama masa pemulihan bahkan dapat menyebabkan
kematian (Cunningham dkk, 2005).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan post SC adalah perawatan
luka insisi, tempat perawatan post SC, pemberian cairan, diit, nyeri, kateterisasi,
pemberian obat-obatan dan perawatan rutin (Yuni, 2008).

Luka insisi post SC biasanya dapat menimbulkan nyeri. Setiap individu pasti
pernah mengalami nyeri dalam tingkatan tertentu. Nyeri adalah suatu sensori yang tidak
menyenangkan dari suatu emosional disertai kerusakan jaringan secara aktual maupun
potensial atau kerusakan jaringan secara menyeluruh nyeri merupakan alasan yang paling
umum orang mencari perawatan kesehatan. Walaupun merupakan salah satu dari gejala
yang paling sering terjadi di bidang medis, nyeri merupakan salah satu yang paling
sedikit dipahami. Individu yang merasakan nyeri merasa menderita dan mencari upaya
untuk menghilangkannya.
Nyeri post SC adalah nyeri yang di timbulkan oleh luka insisi SC. Pada luka insisi
post SC tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat
mempengaruhi persepsi nyeri. Menurut Gill (2011). Perhatian yang meningkat
dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya distraksi dihubungkan
dengan respon nyeri yang menurun. Upaya perawat dalam mengatasi nyeri Post SC
selama ini yaitu dengan memberikan analgetik untuk megurangi rasa nyeri.
Hasil observasi awal menemukan bahwa upaya yang dilakukan oleh bidan di
ruang nifas untuk mengurangi nyeri insisi pasien post SC biasanya dilakukan dengan
pemberian obat analgetik. Pemberian pengobatan nonfarmakologis misalnya pemberian
terapi jarang dilakukan.
2


1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas post sectio
saesarea dengan nyeri luka jahitan.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi pasien yang meliputi data subjektif dan objektif pada ibu nifas
post sectio sesarea dengan nyeri luka jahitan.
2. Mampu menegakkan diagnosa dan masalah data pada ibu nifas ssectio saesarea.
3. Mampu mengantisipasi masalah potensial yang mungkin terjadi pada ibu nifas
sectio saesarea dengan nyeri luka jahitan.
4. Mampu melakukan identifikasi kebutuhan segera terhadap klien jika terjadi
masalah pada ibu nifas sectio saesarea dengan nyeri luka jahitan.
5. Mampu maembuat rencana asuhan atau intervensi yang telah dibuat atau
implementasi pada ibu nifas sectio saesarea dengan nyeri luka jahitan
6. Mampu melaksanaan rencana asuhan yang telah dibuat
( implementasi) pada ibu nifas sectio saesarea dengan nyeri luka jahitan.
7. Mampu melaksanakan evaluasi yang telah dilakukan dan melakukan asuhan
selanjutnya pada ibu nifas sectio saesarea dengan nyeri luka jahitan.

1.3 Teknik Pengumpulan Data

Metode penulisan yang digunakan dalam proses penyusunan laporan ini adalah :
1. Metode pendekatan deskriptif yaitu metode yang sifatnya mengungkapkan peristiwa
dan gejala yang terjadi.
2. Teknik pengumpulan data dan pengidentifikasian data melalui observasi, wawancara,
pemeriksaan fisik, studi dokumen dan studi kepustkaan.
3. Sumber data primer dari klien dan data sekunder dari keluarga dan petugas kesehatan.
1.4

Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan ini terdiri dari :
Lembar Judul
Lembar Pengesahan
3

Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I

Pendahuluan meliputi latar belakang, tujuan, teknik pengumpulan data serta
sistematika penulisan.


BAB II

Landasan teori meliputi konsep dasar kehamilan dan asuhan kebidanan pada
kehamilan.

BAB III Tinjauan kasus meliputi pengkajian data, diagnosa/ masalah, diagnosa potensial,
tindakan segera, rencana tindakan dan rasional, pelaksanaan rencana tindakan
dan evaluasi.
BAB IV Pembahasan
BAB V

Penutup meliputi kesimpulan dan saran.

DAFTAR PUSTAKA

4

BAB II
LANDASAN TEORI


2.1

KONSEP DASAR POST PARTUM
2.1.1 Nifas
1. Pengertian
Masa nifas adalah masa pulih kembali mulai dari persalinan selesai sampai
alat-alat kandungan kembali seperti prahamil, lamanya 6-8 minggu (Sarwono,
2010).
Masa nifas adalah masa yang di mulai setelah kelahiran plasenta dan ketika
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa
nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Manuaba, 2008).
Masa nifas adalah masa yang diperlukan untuk pemulihan alat kandungan dan
penanganan komplikasi masa nifas ± 6 minggu (Chapman, 2011).
2. Klasifikasi masa nifas
a. Puerperium Dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan-jalan.
b. Puerperium Intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang
lamanya 6 – 8 minggu
c. Remote Puerperium yaitu waktu yang di perlukan untuk pulih dan sehat

sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi.
3. Perubahan Fisiologis pada Masa Nifas
A. Perubahan Fisik
1) Uterus
Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil atau involusi, sehingga pada
akhirnya akan kembali seperti sebelum hamil. Ini menunjukkan perubahanperubahan retrogresif yang sedang terjadi dalam semua organ-organ pada
struktur reproduksi (Varney, 2010).
Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina
dalam masa nifas. Macam-macam lochea yaitu :
5

a) Lochea rubra
Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, vernik kaseosa,
mekonium dan hilang pada 2 hari post partum.
b) Lochea sanguinolenta
Berwarna kuning berisi darah dan lendir, hilang pada hari ketiga sampai
tujuh post partum.
c) Lochea Serosa
Berwarna kuning, cairan ini tidak berisi darah, hilang pada hari ketujuh

sampai 2 minggu post partum.
d) Lochea Alba
Cairan berwarna putih hilang setelah 2 minggu post partum.
e) Lochea Purulenta
Cairan yang terkena infeksi seperti nanah berbau busuk.
2) Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama dengan uterus. Setelah
persalinan ostium eksterna dapat dimasuki oleh dua hingga tiga jari tangan,
setelah 6 minggu persalinan serviks menutup.
3) Vulva dan Vagina
Vulva dan Vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat
besar selama proses melahirkan bayi dan dalam beberapa hari pertama
sesudah proses tersebut, kedua organ ini berada dalam keadaan kendur.
Setelah tiga minggu vulva dan vagina kembali seperti semula.
4) Perineum
Segera setelah melahirkan perineum menjadi kendur karena sebelumnya
teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari
kelima perineum sudah kembali.
5) Payudara

6

Perubahan pada payudara meliputi :
a) Kolostrum sudah ada saat persalinan, produksi ASI terjadi pada hari kedua
atau hari ketiga setelah persalinan.
b) Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda mulainya proses laktasi.
B. Perubahan Psikologis
Fase-fase yang dilalui pada masa puerperium
1) Fase taking in
Fase ini merupakan periode ketergantungan yang berlangsung dari hari pertama
sampai hari ke-2 setelah melahirkan pada saat ini fokus perhatian ibu terutama
pada dirinya sendiri dan ibu sering menceritakan pengalaman proses persalinan
kelelahannya membuat ibu cukup istirahat untuk mencegah gejala kurang tidur.
Hal ini membuat ibu cenderung menjadi pasif terhadap lingkungannya pada
fase ini perlu diperhatikan pemberian ekstra proses pemulihannya.
2) Fase talking hold
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari. Setelah melahirkan pada fase ini, ibu
merasa kuatir akan kemampuannya dan rasa tanggung jawabnya dalam
merawat bayi oleh karena ibu memerlukan dukungan. Saat ini merupakan
kesempatan yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan dalam merawat
diri dan bayinya sehingga tumbuh rasa percaya diri.
3) Fase taking go
Periode ini umumnya terjadi setelah ibu baru kembali kerumah, ini melibatkan
waktu terorganisasi keluarga. Ibu menerima tanggung jawab untuk perawatan
bayi baru lahir harus beradaptasi terhadap kebutuhan ketergantungan bayinya
dan beradaptasi terhadap penurunan anatomi, kemandirian dan interaksi sosial
2.1.2 Kebutuhan Ibu Nifas
1. Mobilisasi
Karena lelah sehabis bersalinan, ibu harus istirahat, tidur terlentang selama 8 jam
pasca persalinan. Kemudian ibu diperbolehkan miring ke kanan dan ke kiri untuk
mencegah

terjadinya

penyempitan

7

pembuluh

darah.

Pada

hari

kedua

diperbolehkan duduk, hari ketiga sudah bisa jalan-jalan, dan hari keempat atau
kelima sudah diperbolehkan pulang.
2. Diet
Makanan harus bermutu, bergizi, dan cukup kalori. Sebaiknya makan-makanan
yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah-buahan.
3. Defekasi
Buang air besar harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila masih sulit buang
air besar dan terjadi obstipasi apalagi berak keras dapat diberikan obat per oral
atau per rektal.
4. Perawatan Payudara (Mammae)
Perawatan payudara telah dimulai sejak wanita hamil supaya puting susu menjadi
lemas, tidak keras sebagai persiapan untuk menyusui bayinya. Dianjurkan sekali
supaya ibu menyusukan bayinya karena sangat baik untuk kesehatan bayinya.
Perawatan payudara selain untuk menjaga jangan sampai terkena infeksi oleh
kuman penyakit dan memeperbanyak bentuk payudara yang baik, juga untuk
memberi rangsangan pada kelenjar pembuat air susu.
5. Laktasi
Untuk menghadapi masa laktasi (menyusukan) produksi ASI dapat keluar sesudah
2-3 hari pasca persalinan (www.brestfeeding.com, 21 Juni 2008).
2.1.3

Adaptasi Psikologi Pada Masa Nifas

1. Periode masa nifas merupakan waktu untuk terjadi stress, terutama ibu primipara.
2. Fungsi yang mempengaruhi untuk sukses dan lancarnya masa transisi menjadi
orang tua.
3. Respon dan support dari keluarga dan teman dekat.
4. Riwayat pengalaman hamil dan melahirkan yang lalu.

2.1.4

Tujuan Asuhan Masa Nifas
Tujuan dari pemberian asuhan pada masa nifas untuk :
1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.
2. Melaksanakan skrinning secara komprehensif, deteksi dini, mengobati atau

merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.

8

3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi,

KB, cara dan manfaatmenyusui, pemberian imunisasi serta perawatan bayi
sehari-hari.
4. Memberikan pelayanankeluarga berencana.
5. Mendapatkan kesehatanemosi.

2.1.5

Kebijakan Program Nasional Masa Nifas
Kebijakanprogram nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit empat kali
melakukan kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan untuk :
1. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.
2. Melakukan

pencegahan

terhadap

kemungkinan-kemungkinan

adanya

gangguankesehatan ibunifas dan bayinya.
3. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas.
4. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu kesehatan
ibunifas maupun bayinya.
Asuhan yang diberikan sewaktu melakukan kunjungan masa nifas:
Kunjungan

Waktu

I

6-8 jam
post partum

Asuhan
Mencegah perdarahan masa nifas oleh karena atonia uteri.
Mendeteksi dan perawatan penyebab lain perdarahan serta melakukan
rujukan bila perdarahan berlanjut.
Memberikan konseling pada ibu dan keluarga tentang cara mencegah
perdarahan yang disebabkan atonia uteri.
Pemberian ASI awal.
Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahanhipotermi.
Setelah bidan melakukan pertolongan persalinan, maka bidan harus
menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai

9

keadaan ibu dan bayi baru lahir dalam keadaan baik.
Memastikan involusiuterus barjalan dengan normal, uterus berkontraksi
dengan baik, tinggi fundus uteri di bawah umbilikus, tidak ada
perdarahan abnormal.
Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan.
II

6 hari post

Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup.

partum
Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi dan cukup cairan.
Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak ada tandatanda kesulitan menyusui.
Memberikan konseling tentang perawatan bayi baru lahir.

III

IV

2 minggu Asuhan pada 2 minggu post partum sama dengan asuhan yang diberikan
post partum pada kunjungan 6 hari post partum.
6 minggu Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu selama masa nifas.
post partum Memberikan konselingKB secara dini.

2.1.6 Komplikasi Masa Nifas
1. Perdarahan Pervaginam
Perdarahan pervaginam yang melebihi 500ml setelah bersalin didefinisikan sebagai
perdarahan pasca persalinan, terdapat beberapa masalah mengenai definisi ini. Perkiraaan
kehilangan darah biasanya tidak sebanyak yang sebenarnya, kadang hanya setengah dari
biasanya. Darah tersebut bercampur dengan cairan amnion atau dengan urine, darah juga
tersebar pada spon, handuk dan kain di dalam ember.
Volume darah yang hilang juga bervariasi akibatnya sesuai dengan kadar hemoglobin
ibu. Seorang ibu dengan kadar Hb normal akan dapat menyesuaikan diri terhadap
kehilangan darah yang akan berakibat fatal pada anemia. Seorang ibu yang sehat dan tidak
anemia pun dapat mengalami akibat fatal dari kehilangan darah.
10

Perdarahan dapat terjadi dengan lambat untuk jangka waktu beberapa jam dan kondisi
ini dapat tidak dikenali sampai terjadi syok.Penilaian resiko pada saat antenatal tidak dapat
memperkirakan akan terjadinya perdarahan pasca persalinan. Penanganan aktif kala III
sebaiknya dilakukan pada semua wanita yang bersalin karena hal ini dapat menurunkan
insiden perdarahan pasca persalinan akibat atonia uteri. Semua ibu pasca bersalin harus
dipantau dengan ketat untuk mendiagnosa perdarahan pasca persalinan.
2. Infeksi Masa Nifas
Beberapa bakteri dapat menyebabkan infeksi setelah persalinan, Infeksi masa nifas
masih merupakanpenyebab tertinggi AKI. Infeksi alat genital merupakan komplikasi masa
nifas. Infeksi yang meluas kesaluran urinary, payudara, dan pasca pembedahan merupakan
salah satu penyebab terjadinya AKI tinggi. Gejala umum infeksi berupa suhu badan panas,
malaise, denyut nadi cepat. Gejala lokal dapat berupa Uterus lembek, kemerahan dan rasa
nyeri pada payudara atau adanya disuria.
3. Sakit Kepala, Nyeri Epigastrik, Penglihatan Kabur
Gejala-gejala ini merupakan tanda-tanda terjadinya Eklampsia post partum, bila
disertai dengan tekanan darah yang tinggi.
4. Pembengkakan di Wajah atau Ekstrenitas
5. Demam, Muntah, Rasa Sakit Waktu Berkemih
Pada masa nifas dini sensitifitas kandung kemih terhadap tegangan air kemih di dalam
vesika sering menurun akibat trauma persalinan serta analgesia epidural atau spinal.
Sensasi peregangan kandung kemih juga mungkin berkurang akibat rasa tidak nyaman,
yang ditimbulkan oleh epiosomi yang lebar, laserasi, hematom dinding vagina.
6. Payudara yang Berubah Menjadi Merah, Panas, dan Terasa Sakit.
Disebabkan oleh payudara yang tidak disusu secara adekuat, putting susu yang lecet,
BH yang terlalu ketat, ibu dengan diet jelek, kurang istirahat, anemia.
7. Kehilangan Nafsu Makan Dalam Waktu Yang Lama.
Kelelahan

yang

amat

berat

setelah

persalinan

dapat

mengganggu

nafsu

makan,sehingga ibu tidak ingin makan sampai kelelahan itu hilang. Hendaknya setelah
bersalin berikan ibu minuman hangat,susu,kopi atau teh yang bergula untuk
11

mengembalikan tenaga yang hilang. Berikanlah makanan yang sifatnya ringan,karena alat
pencernaan perlu istirahat guna memulihkan keadaanya kembali.
8. Rasa sakit,merah,lunak dan pembengkakan di kaki
Selama masa nifas dapat terbentuk thrombus sementara pada vena-vena manapun di
pelvis yang mengalami dilatasi.
9. Merasa sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya dan dirinya sendiri.
Penyebabnya adalah kekecewaan emosional bercampur rasa takut yang dialami
kebanyakan wanita hamil dan melahirkan, rasa nyeri pada awal masa nifas,kelelahan akibat
kurang tidur selama persalinan dan setelah melahirkan, kecemasan akan kemampuannya
untuk merawat bayinya setelah meninggalkan rumah sakit, ketakutan akan menjadi tidak
menarik lagi.

2.2

KONSEP DASAR SECTIO CAESERIA
2.2.1 Pengertian Cectio Caeseria
Persalianan Sc adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui
suati insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan
utuh serta berat janin diatas 500 gram ( Prawirohardjo, 2012 )
Persalinan Sc adalah persalinan melalui sayatan pada dinding abdomen dan
uterus yang masih utuh dengan berat janin > 1000 gram atau UK > 28 minggu.
( Manuaba, 2012 )
2.2.2 Jenis-jenis sectio caesaria
1. Sectio caesarea transperitoneal
a. Sectio Caesarea kasik atau korporal
Yaitu dengan melakukan sayatan / insisi melintang dari kiri kekanan pada
segmen bawah rahim dan diatas tulang kemaluan.
b. Sectio Caesarea Ismika atau profunda
Yaitu melakukan sayatan / insisi melintang dari kiri kekanan pada segmen
bawah rahim dan diatas tulang kemaluan
2. Sectio Caesarea Ekstraperitoneal
12

Yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis, dengan demikian tidak membuka
kavum abdominal
2.2.3 Indikasi section caeseria
1. Indikasi pada ibu
a. panggul sempit absolute
b. tumor jalan lahir
c. nyeri pada luka jahitan
d. stenosis serviks atau vagina
e. plasenta previa
f. CPD
g. Ruptura Uteri
2. Indikasi pada janin
a. kelainan letak
b. gawat janin
3. Pada umunya SC tidak dilakukan pada :
a. janin mati
b. Syok anemia berat
c. kelainan congenital berat
2.2.4 Komplikasi
1. Pada Ibu
a. Infeksi Puerperalis/nifas bias terjadi dari infeksi ringan yaitu kenaikan suhu
beberapa hari saja, sedang yaitu kenaikan suhu lebih tinggi disertai dehidrasi
dan perut sedikit kembung, berat yaitu dengan peritonitis dan ileus paralitik.
b. Perdarahan akibat atonia uteri atau banyak pembuluh darah yang terputus dan
terluka pada saat operasi
c. Trauma kandung kemih akbat kandung kemih yang terpotong saat melakukan
sectio caesarea.
d. Resiko rupture uteri pada kehamilan berikutnya karena jika pernah mengalami
pembedahan pada didind rahim insisi yang dibuat menciptakan garis
kelemahan yang sangat berisiko untuk rupture pada persalinan berikutnya.
2. Pada Bayi
a. Hipoksia
b. Depresi pernafasan
c. Sindrom gawat pernafasan
d. Truma persalinan
2.2.5 Nasehat Pasca Operasi
1. Dianjurkan jangan hamil selama lebih kurang satu tahun dengan menggunakan
kontrasepsi
2. Kehamilan berikutnya hendaknya diawasi dengan antenatal yang baik

13

3. Dianjurkan untuk persalinan selanjutnya dilakukan di Rumah Sakit besar
(lengkap)
2.2.6 Perawatan Post Partum Dengan Post Sc
1. Istirahat
Setelah menjalani SC, istirahat ibu tidak maksimal karena nyeri pada luka operasi.
Hal ini terjadi kurang lebih 3 hari post SC
2. Gizi
Makanan harus bermutu dan bergizi, cukup kalori, protein, banyak cairan, sayuran
dan buah – buahan. Yang harus dipenuhi saat ibu menyusui adalah mengkonsumsi
makanan tambahan 500 kalori tiap hari, makan dengan diet berimbang, minum
sedikitnya 3 liter tiap hari, pil zat besi untuk menambah zat gizi (selama 40 hari),
minum kapsul vitamin A 200.000 unit.
3. Miksi
Pada ibu yang menjalani SC sejak persiapan operasi sampai 24 post SC terpasang
dower cateter.
4. Defekasi
BAB harus ada 3 – 4 hari post partum, bila belum BAB dan terjadi obstipasi
apabila berak keras adalah berikan obat laksan peroral atau pareotal
5. Perawatan Payudara
a. Menjaga payudara tetap bersih dan kering terutama puting susu.
b. Menggunakan BH yang menyokong.
c. Bila puting susu lecet oleskan colostrum / ASI yang keluar pada sekitar puting
susu tiap kali selesai menyusui.
d. Bila sangat lecet dapat di istirahatkan selama 24 jam, ASI dikeluarkan dan di
minumkan dengan menggunakan sendok.
e. Untuk menghilangkan nyeri,ibu dapat minum parasetamol1 tablet selama 4 – 6
jam.
f. Bila payudara bengkak akibat pembendungan ASI lakukan :
- Pengompresan payudara.
- Urut payudara dari pangkal menuju puting susu / gunakan sisir untuk
mengurut payudara dengan arah Z menuju puting.
2.2.7 Observasi dan perawatan ibu post partum
Bertujuan agar dapat mendeteksi kejadian lebih dini, observasinya meliputi :
1. Kesadaran penderita

14

a. Pada anestesi lumbal : kesadaran penderita baik, karena ibu dapat mengetahui
hampir semua proses persalinan
b. Pada anestesi umum : pulihnya kesadaran oleh ahli telah diatur dengan
memberikan O2 di akhir operasi
2. Pengukuran dan pemeriksaan
a. Pengukuran nadi, tekanan darah, temperature dan pernapasan
b. Mengukur TFU dan kontraksi rahim untuk menutup pembuluh darah
c. Memeriksa bising usus yang menandakan berfungsinya usus dengan adanya
flatus
d. Perdarahan local pada luka operasi
e. Perdarahan pervaginam dengan
- Evaluasi pengeluaran lochea rubra
- Atonia uteri meningkatkan perdarahan
- Perdarahan berkepanjangan
3. Profilaksis Antibiotik
Infeksi selalu di perhitungkan dari adanya alat yang kurang steril,
sehingga pemberian antibiotika sangat penting untuk menghindari terjadinya
sepsis sampai kematian
4. Mobilisasi Penderita
Konsep mobilisasi dini tetap merupakan landasan dasar, karena perawatan
mobilisasi dini mempunyai keuntungan :
a. melancarkan pengeluaran lochea, mengurangi infeksi nifas
b. mempercepat infolusi alat kandungan
c. melancarkan fungsi gastrointestinal dan alt perkemihan
d. meningkatkan kelancaran peredaran darah, sehingga mempercepat fungsi ASI dan
pengeluaran sisa metabolisme
Setelah ibu sadar, ibu boleh melakukan mobilisasi dini dengan miring
kanan kiri , dan apabila ibu tidak pusing dan kondisi ibu baik, mobilisasi bisa
dianjurkan dengan duduk, bhkan bisa jalan dengan infus. (Manuaba,2014)
5. Rawat Gabung
Perawatanibu dan bayi dalam satu ruangan bersama-sama, sehingga ibu
lebih banyak memperhatikan bayinya, segera dapat memberikan ASI (kolostrum
Pertama) sehingga kelancaran pengeluaran ASI lebih terjamin, sehingga ikatan
kasih saying semakin terjalin.

15

2.3

KONSEP ASUHAN KEBIDANAN
Adalah suatu system dalam perencanaan pelayanan yang menpunyai 7 tahap yaitu
pengkajian data, analisa data, diagnosa masalah, diagnosa potensial, tindakan segera,
perencanaan asuhan kebidanan, pelaksanaan asuhan kebidanan, dan evaluasi.
1.

Pengkajian
a. Biodata
Meliputi nama, umur suku bangsa, agama, pendidikan,pekerjaan, penghasilan dan
alamat
b. Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan oleh klien ketika datang menemeui petugas baik fisik
maupun psikis
c. Riwayat Menstruasi
Menarche umur berapa, lamanya, banyaknya darah yang keluar, disminorea,
kapan terakhir menstruasi, teratur atau tidak, adakan flour albus.
d. riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
kehamilan dulu cukup bulan atau pernah keguguran, lahir spontan atau dengan
tindakan, lahir dimana aiapa yang menolong
e. riwayat penyakit keluarga
untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit keluarga
f. Riwayat psikososial
Apakah keluarga terutama suami mendukung ibu mengikuti KB suntik 1 bulan
g. Pola pemenuhan Nutrisi
1) nutirsi selam hamil dan setelah melahirkan
2) plaeliminasi, berapa kali, kapan dan bagaimana konsistensinya
3) pola istirahat
4) sexualitas
h. Pemeriksaan Fisik

16

Meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi
i. pemeriksaan penunjang
pemeriksaan labolatorium
2.

Aalisis Diagnosa
Menemukan diagnosa masalah data dikumpulkan dan dikelomp[okan, lalu di
identifikasikan, sehingga di dapatkan suatu kesimpulan masalah yang dialami klien.

3.

Diagnosa Potensial
masalah yang mungkin timbul dan bila tidak segera diatasi akan mengancam
keselamtan kliaen

4.

Tindakan segera
Tindakan yang harus secara cepat dan tepat tidak dapat ditunda karena bila terlambat
datang menangani akan nerakibat fatal terhadap kesejahterahaan klien

5.

Perencanaan
Menyusun rencana, menentukan tujuan dan criteria hasil

6.

Pelaksanaan
Dilaksanakan sesuai dengan rencana tindkan yang telah ditetapkan, pelaksanan ini
bidan harus secara mandiri dan apabila kasusu memerlukan tindakan diluar rencana
dilakukan tindakan kolaborasi.

7.

Evaluasi
Tindakan pengukuran antara keberhasilan tindakan yang dilakukan sesuai dengan
rencana. Tujuannya untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan tindakan yang
dilakukan.

17

BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
Tanggal Pengkajian : 11 Desember 2017
Ruang

Jam:09.00 WIB

: Nifas

A. Data Subyektif
1. Biodata
Nama Istri

: Ny. "M"

Nama suami : Tn. "H"

Umur

: 29 th

Umur

: 28 th

Agama

: Islam

Agama

: Islam

Suku/Bangsa

: Jawa/Indonesia

Suku/Bangsa :Jawa/Indonesia

Pendidikan

: S1

Pendidikan

: S1

Pekerjaan

: PNS

Pekerjaan

: Karyawan

Alamat

: Jln Sumba, Blitar

2. Keluhan Utama
Nyeri pada luka jahitan operasi seksio sesarea.
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan yang lalu
Tidak pernah menderita penyakit menular (TBC), DM, menurun seperti
asma,hipertensi,ibu tidak ada keturunan kembar.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Tidak sedang menderita penyakit menahun seperti DM, menurun seperti
asma,hipertensi dan menular seperti TBC, hepatitis.
c. Riwayat kesehatan keluarga

18

Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit menahun seperti DM,menurun
seperti asma,hipertensi dan menular seperti TBC,Hipertensi serta tidak ada
keturunan kembar.
4. Riwayat Obstetri
a. Riwayat menstruasi
Menarche
: 13 tahun
Siklus
: 28 hari
Lama haid
: 7 hari
Teratur / tidak : teratur
Banyaknya
: 2-3 x ganti pembalut/ hari
Dismenorhoea : tidak
Flour albus
: tidak ada
HPHT
:17-03-2017
HPL
:24-12-2017
b. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
NO

Persalinan

Anak

Nifa

Kehamilan
UK

1

KB

s
Jeni

Penolon

s

g

Tempat JK

BB

H/M

L

Abortus

c. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas Sekarang
1) Kehamilan
Ini merupakan kehamilan yang ke dua dengan usia kehamilan 38 minggu
Gerakan janin pertama dirasakan ibu pada usia 5 bulan. ANC 7 kali di Bidan 4
kali di dokter, Penyuluhan yang didapat Gizi, Tanda persalinan dan tanda bahaya
kehamilan.
2) Persalinan
Melahirkan tanggal 9 Desember 2017 pukul 10.00 WIB dengan cara operasi
sectio saesaria di RS Syuhada Haji. Jenis kelamin laki-laki, BB : 2900, langsung
menangis.
3) Nifas

19

Ada penyulit masa nifas ibu mengalami nyeri pada luka jahitan.
5. Riwayat KB
Belum pernah menggunakan kontrasepsi.
6. Riwayat perkawinan
Menikah
: 1 kali
Usia menikah
- Isteri
: 27 tahun
- Suami
: 28 tahun
Lama perkawinan : ± 3 tahun
Status Perkawinan : Sah
7. Riwayat Psikososial
Ibu gelisah dan cemas karena nyeri pada luka jahitan.
8. Riwayat Budaya
Selama hamil ibu tidak ada pantangan terhadap makanan tertentu.
9. Pola Kebiasaan Sehari – hari
a. Pola Nutrisi
Saat nifas

:

Makan3 x sehari/ hari dengan porsi sedang (nasi,
sayur bayam, tahu, tempe, ikan)
Minum 7-8 gelas/ hari (tehmanisdan air putih)

b. Pola Eliminasi
Saat nifas

:

BAB 1x/hari (konsistensi lembek)
BAK 4-6x/ hari (warna kuning)

c. Pola Istirahat/tidur
Saat nifas

:

Siang jarang
Malam 6 jam

d. Pola Aktivitas
Saat nifas

:

Ibu belajar jalan di sekitar kamar, belum
menyusui bayinya

e.

Pola Personal Hygiene
Saat nifas
f. Pola Seksual

:

Mandi 2x/ hari

:

Ganti pembalut 2 x/ hari
Tidak dikaji

B. Data Oubjektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : cukup
20

Kesadaran
TTV

: composmentis
: TD
: 110/70 mmHg
Nadi
: 94 x/menit
Suhu
: 36,80C
Respirasi : 22 x/menit
BB
: 69 kg
TB
: 161 cm
2. Pemeriksaan khusus
a. Inspeksi
Kepala
:Simetris, tidak ada benjolan, bersih
Muka
:tidak pucat, tidak oedem, tidak ada cloasma gravidarum
Mata
:simetris, konjungtiva tak pucat, sklera tidak kuning
Hidung
:Simetris, bersih, tidak ada secret, tidak ada polip
Mulut dan gigi:Bersih,lembab, tidak ada stomatitis, tidak caries, lidah bersih, tidak
Telinga
Leher

ada tonsillitis
:Simetris, bersih, tidak ada serumen
:Tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada pembesaran

kelenjar tyroid
Payudara
:Simetris, ada hyperpigmentasi areola,putting susu menonjol.
Abdomen
:Terdapatbekas operasi sectio saesaria horisontal ± 7-10 cm.
Genetalia
:Ada pengeluaran lochea rubra
Ekstremitas atas & Ekstremitas bawah : Simetris, tidak ada oedem.
b. Palpasi
Leher

:Tidak ada pembesaran vena jugularis dan tidak ada pembesaran kelenjar

thyroid
Payudara :Tidak ada benjolan, ada nyeri tekan, tegang, kolostrum +/+
Abdomen :Kontraksi uterus baik, TFU 1/2 pusat simpisis.
c. Auskultasi:Tidak ada wheezing
d. Perkusi

:Reflek patella + / +

e. Pemeriksaa Penunjang
Dilakukan pada tanggal :Kadar HB: 11,2gr%, golongan darah : O
3.2 Interpretasi Data Dasar
Dx : P1011 Nifas sectio saesare hari ke 2
Ds : Nyeri pada luka jahitan .

21

Do : Keadaan umum ibu sedang
Kesadaran : Composmentis
TTV

: TD : 110/70 mmHg, S : 36,8ºC, N : 94x/m, R : 22x/m

Muka

: Terlihat kesakitan

Abdomen

: Nyeri pada luka jahitan .

3.3 Antisipasi Masalah Potensial
Infeksi pada luka jahitan
3.4 Identifikasi Kebutuhan Segera
Kolaborasi dengan dokter.
3.5 Intervensi
Tgl

: 11 Desember 2017

Jam

: 09.20 WIB

DX

: P1011 Nifas hari ke 2 seksio sesarea.

Tujuan

: tidak ada komplikasi

Kriteria hasil:
1. Keadaan umum baik
2. TTV dalam batas normal
TD

:120/80 – 140/90 mmHg

N

:80 – 100x/mnt

RR

:18 – 24x/mnt

Suhu : 36,5 – 37,4ºC
3. Tidak ada infeksi
22

4. Nyeri berkurang atau hilang
Intervensi
1. Lakukan komunikasi terapeutik antara petugas kesehatan dengan pasien dan keluarga.
Rasional
Dengan melakukan komunikasi terapeutik antara petugas dengan pasien dan keluarga
pasien saling percaya dan bisa bekerja sama deanga baik
2. Jelaskan tentang nyeri pada jahitan oprasi dan komplikasinya
Rasional
Dengan ibu tahu tentang keadaan ibu, akan lebih mudah lagi dalam pemberian
pengobatan selanjutnya
3. Observasi TTV
Rasional
TTV untuk mengetahui keadaan umum dan tanda – tanda vital yang normal dalam
perkembangan kondisinnya
4. Anjurkan ibu untuk mobilisasi bertahap
Rasional
Dengan mobilisasi bertahap dapat mempercepat proses involusio uteri.
5. Anjurkan ibu untuk minum yang banyak dan makan makanan yang bergizi.
Rasional
Makanan yang bergizi dapat membantu meningkatkan produksi ASI dan ibu lebih cepat
sehat
6. Anjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya
Rasional
Dengan ibu sering menyusui bayinya maka produksi ASI akan lebih banyak dan
memperkuat bounding attecment antara ibu dan bayi.
7. Anjurkan ibu untuk memakai BH yang tidak terlalu ketat
Rasional
BH yang tidak terlalu ketat akan memberika kenyamanan pada ibu

23

8. Anjurkan ibu untuk cukup istirahat
Rasional
Dengan istirahat yang cukup ibu akan lebih tenang
9. Ajarkan tentang perawatan luka jahitan
Rasional
Pemahaman yang benar membantu kemandirian ibu dalam merawat luka jahitan
10. Kolaborasi dengan dr.SPOG untuk pemberian terapi
Rasioanal
Mempercepat proses pemulihan
.
3.6 Implementasi
Tgl

: 11 Desember 2017

Jam

: 09.30 WIB

Dx: P1011 Nifas hari ke 2 post sectio saesarea.
1. Melakukan komunikasi terapeutik antara petugas kesehatan dengan pasien dan keluarga
pasien
2. Menjelaskan kepada ibu bahwa nyeri pada luka jahitan terjadinya infeksi karena
kurangnya perawatan.
3. Mengobservasi TTV
TTV

: TD : 110/70 mmHg
S

: 36,80C

N

: 88 x/menit

R

: 20x/menit

4. Mobilisasi bertahap
Menganjurkan ibu untuk miring kanan, miring kiri. Untuk mempercepat involusi uterus
5. Menganjurkan ibu untuk makan, makanan yang sehat dan bergizi
6. Menganjurkan ibu untuk tetap menyususi bayinya

24

7. Menganjurkan ibu untuk tidak memakai BH yang terlalu ketat.
8. Menganjurkan ibu untuk istirahat cukup seperti tidur yang cukup, tidak melakukan
pekerjaan berat
9. Mengajarkan cara perawatan luka jahitan setiap hari yaitu melindungi luka jahitan agar
tetap kering
10. Kontrol ke dokter SPOG untuk perawatan luka jahitan dalam 1 kali seminggu.

3.7 Evaluasi
Tanggal : 11 Desember 2017

Jam : 10.00 WIB.

S : Ibu mengatakan mengerti dan sudah merawat luka jahitan
Ibu mengatakan perasaannya lebih tenang dan nyeri pada luka jahitan mulai berkurang
O :keadaan umum
TTV :TD

: Baik
:120/80 mmHg

N

:84x/mnt

S

: 36,2°C

RR

: 20x/mnt

A : P1011 Nifas hari ke 2 sectio saesaria dengan nyeri luka jahitan
P :
1. Menganjurkan ibu tetap menjaga kebersihan pada luka jahitan.
Ibu mengerti tentang anjuran yang diberikan
2. Menganjurkan ibu untuk sering mobilisasi.
Ibu mengerti tentang anjuran yang diberikan dan bersedia melakukannya
3. Menganjurkan ibu untuk terap merawat luka jahitan agar tetap kering.
Ibu mengerti tentang anjuran yang diberikan

25

4. Menganjurkan ibu makan makanan bergizi.
Ibu mengerti tentang anjuran yang diberikan dan bersedia melakukannya
5. Menganjurkan ibu untuk tetap meminum obat yang diberikan.
Ibu mengerti tentang anjuran yang diberikan dan bersedia melakukannya
6. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup.
Ibu mengerti tentang anjuran yang diberikan dan bersedia melakukannya.
7. Menjelaskan tanda bahaya masa nifas.
Ibu mengerti tentang anjuran yang diberikan
8. Menganjurkan ibu untuk kontrol bekas jahitan operasinya ke dr.SPOG
Ibu mengerti dan mau mengikuti anjuran yang diberikan.

BAB IV
PEMBAHASAN

Pembahasan ini dikelompokkan sesuai langkah-langkah manajemen kebidanan yang
meliputi : Pengkajian, identifikasi, diagnosa, masalah, antisipasi masalah potensial, identifikasi
kebutuhan segera, intervensi, implementasi dan evaluasi.
Dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny “ I“ P1011 post partum hari ke 2 dengan sectio
caesarea dan membandingkan antara teori dan kasus yang ada di lapangan pada pengkajian
didapatkan beberapa keluhan utama yang dirasakan pada masa nifas dengan post partum hari ke
2 sectio caesarea dengan nyeri pada jahitan misalnya ibu nampak cemas, karna luka pada
jahitan terasa nyeri.

26

Pada interpretasi data antara teori dan kasus didapatkan tidak terdapat kesenjangan dan
sudah sesuiai dengan manajemen. Pada praktek asuhan kebidanan pada Ny “ I “ P1011 post
partum hari ke 2 sectio caesarea dengan nyeri luka jahitan, tidak ada kesenjangan antara teori
dengan asuhan yang telah diberikan, semua tindakan telah dilakukan sesuai dengan prosedur
yang ada pada teori.
Pada intervensi data tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus karena pada
asuhan kebidanan Ny “ I “ P1011 post partum hari ke 2 sectio caesarea dengan nyeri luka jahitan
dilakukan sesuai dengan intervensi pada teori penanganan sectio saesarea dengan luka jahitan.
Pada implementasi antara teori dan kasus yang ada tidak terdapat kesenjangan karena semua
yang diintervensikan dilaksanakan sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan klien berdasarkan
intervensi dan rasional yang telah dibuat karena klien kooperatif. Pada evaluasi antara teori dan
kasus yang ada, tidak terdapat kesenjangan yaitu dalam evaluasi ibu mengatakan keadaanya
sudah tenang.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Masa nifas adalah masa sesudah melahirkan terhitung dari selesai persalinan samapi
pulihnya alat kandungan seperti keadaan sebelum hamil yang lamanya 6 minggu. Persalinan
ada 3 macam yaitu :
e. persalinan spontan
f. persalinan buatan

27

g. persalinan dengan tindakan
Persalianan buatan misalnya dengan post Sectio Caesaria yaitu cara pengeluaran bayi dan
plasenta melalui insisi perut dan dinding rahim
Tujuan perawatan masa nifas :
1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikis
2. Melaksanakan skrining yang komprehensif mendeteksi masalah, mengobati dan merujuk
bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya
3. Memberika pendidikan kesehatan tentang perawatan, nutrisi, KB dan menyusui
5.2 Saran
1. Mahasiswa
Agar mahasiswa belajar sesuai dengan teori sehingga memiliki pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang lebih baik.
2. Institusi
Diharapkan akan dapat membimbing dan mengevaluasi mahasiswa dalam memberikan
pelayanan dan penanganan serta perawatan pada ibu nifas.
3. Tenaga kesehatan
Untuk meningkatkan kemampuan dan kietrampilan dengan meningkatkan peran penolong
bidan dalam tugasnya sebagai pelaksana pelayanan pada asuhan masa nifas post SC.
4.

Pemerintah
Diharapkan dapat lebih memperhatikan kondisi kesehatan ibu nifas agar dapat menekan /
menurunkan angka kematian pada masa nifas.

28

DAFTAR PUSTAKA

Moctar Rustam, 2011, Sinopsis Obstetri Jilid 1, Jakarta
Mansjoer, Arief, 2008, Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3, Media Aesculapius, Jakarta
Prawiroharjo, Sarwono, 2009 Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta
Prawiroharjo, Sarwono, 2013, Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, edisi
3. INPKKF POGI, Jakarta
29

30

Dokumen yang terkait

PENGARUH INISIASI MENYUSUI DINI (IMD) TERHADAP PERUBAHAN SUHU TUBUH IBU POST PARTUM DAN BAYI BARU LAHIR DI RUMAH SAKIT AL_IRSYAD SURABAYA

14 78 29

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PERSEPSI IBU TENTANG PANTANGAN MAKANAN DENGAN LAMA PENYEMBUHAN LUKA PERINEUM PADA IBU POST PARTUM (Studi di Pustu Desa Bendo Kecamatan Kapas Kabupaten Bojonegoro)

6 50 25

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENYEMBUHAN LUKA DAN NUTRISI IBU POST PARTUM DENGAN PERCEPATAN PENYEMBUHAN LUKA PERINEUM DI POLINDES DESA KENONGO MALANG.

3 48 29

KEBIJAKAN REDAKSI SURAT KABAR MALANG POST PADA PEMBERITAAN KLUB SEPAK BOLA AREMA

1 24 1

PERBEDAAN POST POWER SYNDROME MASA PENSIUN DITINJAU DARI JENIS KELAMIN

5 52 17

ANALISIS VARIABEL BAURAN PEMASARAN PRODUK FUNGISIDA KUPROXAT 345 SC YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PEMBELIAN DAN KEPUASAN PETANI DI KECAMATAN AMBULU DAN WULUHAN KABUPATEN JEMBER

1 31 19

A DISCOURSE ANALYSIS ON “SPA: REGAIN BALANCE OF YOUR INNER AND OUTER BEAUTY” IN THE JAKARTA POST ON 4 MARCH 2011

0 16 13

A DISCOURSE ANALYSIS ON “SPA: REGAIN BALANCE OF YOUR INNER AND OUTER BEAUTY” IN THE JAKARTA POST ON 4 MARCH 2011

0 11 13

A DISCOURSE ANALYSIS ON “SPA: REGAIN BALANCE OF YOUR INNER AND OUTER BEAUTY” IN THE JAKARTA POST ON 4 MARCH 2011

9 161 13

EFEK PENAMBAHAN PERPADUAN EKSTRAK GAMBIR DENGAN ASAM BENZOAT SEBAGAI INHIBITOR PEMBENTUKAN KERAK KALSIUM KARBONAT (CaCO3) DENGAN METODE SEEDED EKSPERIMEN (EFFECT THE ADDITION OF A FUSION EXTRACT GAMBIER WITH BENZOIC ACID AS INHIBITOR THE FORMATION OF A SC

9 63 44