Pengaruh Faktor-Faktor Fundamental dan Makroekonomi Terhadap Risiko Sistematis (Beta) Saham Pada Perusahaan Indeks Kompas 100 di Bursa Efek Indonesia (Bei) Periode 2011 – 2014

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pasar modal merupakan salah satu tempat bagi suatu perusahaan untuk
memperoleh pembiayaan atau dana dengan cara penjualan saham. Pasar modal
menjadi alternatif bagi perusahaan untuk memperoleh sumber pendanaan melalui
kegiatan investasi. Investasi dapat didefinisikan sebagai suatu komitmen atas
sejumlah dana kepada satu atau lebih assets yang dilaksanakan selama beberapa
periode waktu mendatang (Jones, 2007:3). Setiap investor yang melakukan
investasi saham memiliki tujuan yang sama yaitu mendapatkan capital gain, yaitu
selisih positif antara harga jual dan harga beli saham dan dividen tunai yang
diterima dari emiten karena perusahaan mengalami keuntungan.
Banyaknya saham yang terdaftar dalam bursa sering membuat investor
bingung dalam memilih saham yang baik untuk dimasukkan ke dalam
portofolionya. Oleh karena itu, investor dalam berinvestasi akan memilih sahamsaham yang masuk ke dalam Indeks yang ada di pasar modal. Indeks Kompas 100
merupakan suatu indeks dari 100 saham publik yang diperdagangkan di Bursa Efek
Indonesia (BEI). Penggunaan indeks Kompas

karena saham–saham yang


tergabung dalam indeks ini memiliki likuiditas yang tinggi, nilai kapitalisasi pasar
yang besar, dan juga merupakan saham-saham yang memiliki fundamental dan
kinerja yang baik. Saham-saham yang termasuk dalam Kompas 100 diperkirakan

Universitas Sumatera Utara

mewakili sekitar 70-80% dari total nilai kapitalisasi pasar seluruh saham yang
tecatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Sumber: www.idx.co.id
Gambar 1.1 Tren Perkembangan Indeks Kompas 100 Pada
Satu Tahun Terakhir (2015)

Gambar 1.1 menunjukkan perkembangan Indeks Kompas di Indonesia
cenderung meningkat dan mendapat respon yang positif dari para investor. Hal ini
dapat dilihat pada bulan Mei-November 2015 tren naik dari 956 hingga 1164,
selanjutnya pada periode Februari-April bergerak naik menjadi 1216.
Risiko investasi terdiri dari 2 (dua) bagian yaitu, risiko yang dapat
didiversifikasi atau unique risk dan risiko yang tidak dapat didiversifikasi atau
systematic risk (Jogiyanto, 2010:171). Unsystematic risk atau unique risk dapat

diturunkan atau dihilangkan melalui diversifikasi atau memperbanyak jumlah
saham dalam portofolio. Sementara itu, risiko yang tidak dapat didiversifikasi
(systematic risk) sering disebut juga dengan risiko pasar. Risiko jenis ini memiliki
hubungan dengan kondisi pasar secara umum. Kondisi pasar di sini misalnya
perubahan kondisi makro ekonomi, risiko suku bunga, risiko politik, risiko inflasi,
risiko nilai tukar, dan risiko pasar. Risiko ini mempengaruhi semua perusahaan
dan karenanya tidak dapat dihilangkan dengan diversifikasi.

Universitas Sumatera Utara

Risiko sistematis untuk setiap perusahaan akan saling berkorelasi karena
faktor-faktor yang mempengaruhi keseluruhan perusahaan adalah sama. Akibatnya,
tingkat keuntungan antar saham akan saling berkorelasi, hanya saja tingkat
kepekaan terhadap faktor-faktor tersebut berbeda di setiap perusahaan. Parameter
yang digunakan untuk mengukur risiko sistematis ini adalah beta. Beta sekuritas
menunjukkan kepekaan tingkat keuntungan suatu sekuritas terhadap perubahanperubahan pasar. Walaupun risiko sistematik ini tidak bisa dihindari, tetapi
besarnya dampak terhadap tiap-tiap perusahaan berbeda-beda. Oleh karena itu,
seorang investor harus mampu untuk menganalisis risiko dari masing-masing
perusahaan cenderung terhadap risiko pasar.
Perkembangan Harga Saham, return saham terhadap return pasar pada lima

Perusahaan Indeks Kompas 100.
Tabel 1.1
Perkembangan Harga Saham, Return saham, dan Return Pasar Pada Lima
Perusahaan Indeks Kompas 100 Periode 2011-2014
No.

Kode
Emiten

Tahun

Harga Saham
Akhir Tahun

Rata-rata
Return
Individual

Rata-rata
Retun Pasar


(Rupiah)
1.

2.

BBRI

GGRM

2011

6.750

0.03486

0.01157

2012


6.950

0.03988

0.08969

2013

7.250

-0.00224

-0.00255

2014

11.650

0.03196


0.01553

2011

62.050

0.04997

0.01157

2012

56.000

0.01562

0.08969

2013


42.000

-0.01542

-0.00255

2014

60.700

0.03603

0.01553

Universitas Sumatera Utara

3.

4.


5.

INDF

SMGR

UNVR

2011

4.600

0.00162

0.01157

2012

5.850


0.01741

0.08969

2013

6.600

0.00987

-0.00255

2014

6.750

-0.00236

0.01553


2011

11.450

0.03985

0.01157

2012

15.700

0.03305

0.08969

2013

14.150


-0.00541

-0.00255

2014

16.200

0.01304

0.01553

2011

18.800

0.02052

0.01157

2012

21.200

0.09752

0.08969

2013

26.000

0.01635

-0.00255

2014

32.300

0.01061

0.01553

Sumber: Finance.Yahoo

Tabel 1.1 merupakan sampel dari perusahaan yang terdaftar di Indeks
Kompas 100. Empat dari lima emiten yaitu BBRI, INDF,SMGR, dan UNVR
mengalami peningkatan harga saham setiap tahunnya kecuali GGRM. Return
Individual rata-rata pada lima perusahaan sampel juga mengalami fluktuasi
jika dibandingkan dengan return rata-rata pasar, empat dari lima emiten
memiliki nilai negatif terhadap rata-rata return pasar, hanya emiten UNVR
yang memiliki return individual rata-rata yang bernilai positif setiap tahunnya.
Risiko investasi dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, diantaranya
faktor yang terjadi di perusahaan dan faktor yang berasal dari kondisi ekonomi
makro suatu negara. Data Keuangan Fundamental perusahaan merupakan
cerminan dari kondisi perusahaan, dengan mengetahui aspek-aspek fundamental
perusahaan melalui rasio keuangan, investor dapat menentukan perusahaan mana

Universitas Sumatera Utara

yang layak menjadi tempat berinvestasi, sedangkan kondisi ekonomi makro suatu
negara meliputi kondisi perekonomian yang terjadi dalam suatu negara yang
memiliki pengaruh terhadap risiko dalam berinvestasi.
Faktor

fundamental

perusahaan

dijabarkan

dengan

rasio

yang

merefleksikan kondisi dasar perusahaan guna memperkirakan risiko sistematis
sekuritas.Dalam penelitian ini menggunakan faktor fundamental, Dividend
Payout Ratio, Asset Growth, Debt to Equity Ratio (DER), Current Ratio, Earning
Variability, dan Return on Equity (ROE).
Dividend payout Ratio sebagai rasio yang mengukur persentase laba yang
dibayarkan dalam bentuk dividen, atau rasio antara laba yang dibayarkan dalam
bentuk dividen dengan total laba yang tersedia bagi pemegang saham. Jika
perusahaan memotong dividen, maka akan dianggap sebagai sinyal buruk karena
dianggap perusahaan membutuhkan dana. Oleh karena itu, perusahaan yang
mempunyai risiko tinggi cenderung untuk membayar dividend payout lebih kecil
supaya nantinya tidak memotong dividen jika laba yang diperoleh turun.
Penelitian yang dilakukan oleh Arfan (2010) menunjukkan bahwa Dividend
Payout Ratio berpengaruh positif terhadap beta. Berbeda dengan penelitian
Bargeron (2012) dan Carolina (2014) yang menunjukkan bahwa dividend payout
ratio memiliki hubugan negatif terhadap beta.
Asset Growth merupakan tingkat pertumbuhan total aktiva suatu perusahaan
pada setiap periode tertentu. Tingkat pertumbuhan asset yang cepat menunjukkan
bahwa perusahaan sedang melakukan ekspansi. Apabila ekspansi ini mengalami
kegagalan maka akan meningkatkan beban

perusahaan

untuk

menutup

Universitas Sumatera Utara

pengembalian biaya ekspansi

yang pada akhirnya akan menyebabkan nilai

perusahaan itu menjadi kurang prospektif. Apabila kurang prospektif maka
menyebabkan para investor menjual sahamnya di perusahaan tersebut karena minat
dan harapan para pemodal turun. Hal ini menyebabkan perubahan return saham
yang besar yang berakibat pada beta saham perusahaan yang besar.
Debt to Equity Ratio (ROE) menujukkan perbandingan antara utang dengan
modal sendiri. DER yang semakin besar akan menyebabkan risiko finansial
perusahaan semakin tinggi. Penggunaan utang yang semakin besar akan
meningkatkan risiko untuk tidak mampu membayar utang sehingga risiko
perusahaan menjadi meningkat.
Current Ratio merupakan indikator untuk mengukur rasio likuiditas
perusahaan, yang mengukur kemampuan aktiva lancar membayar utang lancar.
Perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas yang baik akan lebih diminati oleh
investor. Likuiditas yang tinggi akan memperkecil risiko kegagalan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka pendek kepada kreditur sehingga akan
menurunkan risiko sistematis.
Penelitian yang dilakukan oleh Pasquale (2012) menunjukkan bahwa
Current Ratio berpengaruh positif terhadap beta. Berbeda dengan penelitian Soroso
(2007), I Kadek (2014) yang menunjukkan bahwa Current Ratio memiliki
hubungan negatif terhadap beta.
Earning Variability menunujukkan variabilitas return suatu perusahaan.
Besarnya earning variability diukur berdasar atas penyimpangan price earning
rationya. Semakin besar standar deviasi dari PER menunjukkan semakin fluktuatif

Universitas Sumatera Utara

earning perusahaan tersebut, sehingga akan memperkecil kepastian pengembalian
investasi, sehingga semakin tinggi earning variability, risiko yang akan ditanggung
akan semakin besar.
Return on Equity (ROE) menggambarkan sejauh

mana kemampuan

perusahaan menghasilkan laba yang tersedia bagi pemegang saham, dengan tingkat
ROE yang tinggi investor dapat melihat profitabilitas perusahaan,sehingga semakin
tinggi ROE, semakin rendah pula risiko investasi terhadap saham perusahaan.
Berikut Tabel 1.2 yang menyajikan Dividen, Total Hutang,Total
Ekuitas,dan Earning After Tax lima perusahaan Indeks Kompas 100 di Bursa Efek
Indonesia (BEI) periode 2011-2014.
Tabel 1.2
Dividen, Total Hutang, Total Ekuitas, dan Earning After Tax Lima Perusahaan Indeks
Kompas 100 di Bursa Efek Indonesia
Periode 2011-2014
(dalam Rupiah)
Kode
Earning After
Tahun
Dividen
Total Hutang
Total Ekuitas
Emiten
Tax
2011
1.727.950
420.078.955
49.820.329
15.296.501
2012
3.016.585
486.455.011
64.881.779
18.681.350
BBRI
2013
5.556.285
546.855.504
79.327.422
19.916.654
2014
6.350.262
704.217.592
97.737.429
24.759.999
2011
1.727.450
14.537.777
24.550.928
4.958.102
2012
1.981.627
14.903.612
26.605.713
4.068.711
GGRM 2013
1.571.975
21.353.980
29.416.271
4.383.932
2014
1.582.869
24.991.880
33.228.720
5.395.293
2011
1.167.797
22.114.722
31.601.228
4.891.673
2012
1.536.575
25.249.168
34.140.237
4.779.446
INDF
2013
2.176.776
39.719.660
37.891.756
3.416.635
2014
1.734.632
44.710.509
41.228.376
5.146.323
2011
4.532.220
6.801.375
3.680.937
4.164.304
2012
4.547.480
8.016.614
3.968.365
4.839.145
UNVR 2013
5.066.320
8.448.798
4.254.670
5.352.625
2014
5.394.411
9.68.1888
4.598.782
5.738.523
2011
1.485.260.454
5.046.505.788
14.615.096.979
3.960.604.545
2012
1.976.042.846
8.414.229.138
18.164.854.698
4.924.791.472
SMGR 2013
2.211.365.058
8.988.908.217
21.803.975.875
5.852.022.665
2014
2.426.542.780
9.312.214.091
25.002.451.936
5.587.345.791
Sumber: www.idx.co.id

Universitas Sumatera Utara

Dari Tabel 1.2 menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan memiliki dividen
yang berfluktuatif, hanya dua emiten yang mengalami peningkatan dividen setiap
tahunnya yaitu BBRI, SMGR, dan UNVR. Sedangkan total hutang lima perusahaan
sampel tersebut mengalami peningkatan seiring meningkatnya total ekuitas setiap
tahunnya. Laba bersih setelah pajak pada emiten BBRI, GGRM, SMGR ,UNVR
mengalami peningkatan setiap tahunnya, hanya laba bersih setelah pajak pada
emiten INDF yang berfluaktif.
Selain dari faktor karakteristik perusahaan risiko juga dipengaruhi oleh
kondisi makroekonomi suatu negara diantaranya perubahan tingkat suku bunga,
kurs, valuta asing, kebijakan pemerintah, PDB dan sebagainya. Risiko ini bersifat
umum dan berlaku bagi semua saham-saham di bursa.
Pada penelitian ini menggunakan variabel makroekonomi tingkat suku
bunga, inflasi dan nilai tukar (kurs).
Tabel 1.3
Perkembangan BI Rate, Inflasi, dan Nilai Tukar (Kurs)
Tahun 2011-2014
Variabel Makroekonomi

2011

2012

2013

2014

aBI rate (%)

6,0

5,75

7,50

7,75

Inflasi (%)

3,79

4,30

8,38

8,36

Nilai Tukar (Rp/$)

9.068

9.670

12.440

12.189

Sumber:www.bi.go.id

Tingkat suku bunga mempengaruhi beta saham. Hal ini disebabkan karena
seorang investor dalam memilih alternatif investasi akan cenderung memilih
investasi yang menguntungkan. Apabila tingkat suku bunga lebih tinggi daripada
return saham, maka investor akan lebih memilih investasi yang bebas risiko seperti

Universitas Sumatera Utara

deposito dan obligasi daripada investasi yang penuh risiko seperti saham dan begitu
pula sebaliknya.
Inflasi dapat diartikan sebagai gejala kenaikan harga barang-barang yang
bersifat umum dan terus menerus Inflasi yang semakin meningkat menjadi sinyal
negatif bagi para investor. Investor akan cenderung melepas sahamnya jika terjadi
peningkatan inflasi dikarenakan return (imbal hasil) yang diterima investor akan
turun nilainya, terlebih pada saat terjadi inflasi yang tidak terkendali (hyper
inflation). Kecenderungan investor untuk melepas sahamnya akan menyebabkan
harga saham menjadi turun. Hal ini dikarenakan peningkatan inflasi menyebabkan
kenaikan risiko investasi pada saham.
Nilai Tukar mencerminkan keseimbangan permintaan dan penawaran
terhadap permintaan mata uang dalam negeri maupun mata uang asing. Semakin
menguat kurs rupiah sampai batas tertentu berarti menggambarkan kinerja di pasar
uang semakin menunjukkan perbaikan. Jika nilai tukar melemah, mengakibatkan
harga saham akan mengalami penurunan, sehingga investasi di pasar modal
menjadi kurang diminati karena tingginya risiko inflasi yang disebabkan oleh nilai
kurs yang melemah.
Haratama (2013) melakukan penelitian tentang Pengaruh Faktor Makro
Ekonomi Terhadap Risiko Investasi Pada Saham Perusahaan Property dan Real
Astate yang Listing Di Bursa Efek Jakarta Periode 2008-2012. Dari hasil penelitian
menunjukkan bahwa secara simultan tingkat inflasi, tingkat suku bunga SBI, dan
kurs rupiah terhadap dollar AS berpengaruh signifikan terhadap risiko investasi
saham. Secara parsial tingkat inflasi dan tingkat suku bunga SBI tidak berpengaruh

Universitas Sumatera Utara

terhadap risiko investasi saham, sedangkan nilai tukar rupiah berpengaruh
signifikan terhadap risiko investasi saham.
Penelitian Carolina (2014) tentang Kajian Empiris Variabel Makroekonomi
dan Mikroekonomi Terhadap Beta Saham Pada Perusahaan yang Terdaftar Dalam
Indeks Kompas 100 Periode 2009-2013. Secara parsial (uji t) variabel tingkat suku
bunga berpengaruh positif signifikan sedangkan inflasi berpengaruh negatif tidak
signifikan.
Penelitian

mengenai

variabel

faktor

fundamental

perusahaan

dan

makroekonomi terhadap beta saham masih menunjukkan ketidakseragaman antara
peneliti terdahulu, selain itu penelitian yang diteliti biasanya hanya meneliti
pengaruh faktor fundamental perusahaan saja atau kondisi ekonomi makro saja
terhadap beta saham, sehingga peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh terhadap
beta saham dari segi karakteristik atau faktor fundamental dan makro ekonomi.
Penelitian ini menjelaskan bagaimana pengaruh faktor fundamental perusahaan
yaitu Dividend Payout Ratio, Asset Growth, Debt to Equity Ratio (DER), Current
Ratio, Earning Variability dan Return on Equity (ROE), serta pengaruh variabel
Makroekonomi yaitu Tingkat suku bunga, Inflasi dan nilai tukar (kurs) terhadap
beta saham pada perusahaan Indeks Kompas 100.Berdasarkan Latar Belakang
tersebut maka judul penelitian adalah “Pengaruh Faktor-Faktor Fundamental
dan Makroekonomi Terhadap

Risiko Sistematis (Beta) Saham Pada

Perusahaan Indeks Kompas 100 Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2011
– 2014”

Universitas Sumatera Utara

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, dirumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Apakah terdapat

Pengaruh Dividend Payout Ratio, Asset Growth, Debt to

Equity Ratio (DER), Current Ratio, Earning Variability dan Return on Equity
(ROE), Tingkat suku bunga, Inflasi dan Nilai Tukar (kurs) secara parsial dan
simultan

terhadap beta saham pada perusahaan Indeks Kompas 100 di BEI

periode 2011-2014?
2. Apakah terdapat

Pengaruh Dividend Payout Ratio, Asset Growth, Debt to

Equity Ratio (DER), Current Ratio, Earning Variability dan Return on Equity
(ROE),Tingkat suku bunga, Inflasi dan Nilai Tukar (Kurs) secara simultan
terhadap beta saham pada perusahaan Indeks Kompas 100 di BEI periode
2011-2014?

1.3 Tujuan Penelitian
1.

Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Dividend Payout Ratio, Asset
Growth, Debt to Equity Ratio (DER), Current Ratio, Earning Variability,
Return on Equity (ROE), Tingkat Suku Bunga, Inflasi, dan Nilai Tukar (Kurs)
secara parsial dna simultan terhadap Beta Saham pada Perusahaan Indeks
Kompas 100 di BEI periode 2011-2014.

2.

Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Dividend Payout Ratio, Asset
Growth, Debt to Equity Ratio (DER), Current Ratio, Earning Variability,
Return on Equity (ROE), Tingkat Suku Bunga, Inflasi, dan Nilai Tukar (Kurs)

Universitas Sumatera Utara

secara parsial dna simultan terhadap Beta Saham pada Perusahaan Indeks
Kompas 100 di BEI periode 2011-2014.

1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1.

Bagi Investor
Penelitian ini dapat memberikan atau menambah informasi kepada calon
investor

atau para investor dalam berinvestasi sehingga para investor dapat

menentukan keputusan investasi secara tepat sehubungan dengan risiko yang
akan dihadapi serta mampu memperoleh return sesuai dengan yang
diharapkannya.
2.

Bagi Emiten
Untuk dapat memberikan informasi bagi emiten khususnya manajer untuk
mengambil keputusan dalam membentuk struktur modal dan struktur biaya
perusahaan dalam membentuk beta saham perusahaan.

3.

Bagi Akademik dan Penelitian Selanjutnya
a. Berdasarkan Fenomena Gap diatas dapat dicocokkan atau dikaji ulang
faktor-faktor yang mempengaruhi atau menjadi permasalahan yang dengan
acuan penelitian sebelumnya.
b. Mengklarifikasi atau memverifikasi faktor-faktor atau variabel manakah yang
konsisten sehingga layak dipakai pada setiap penelitian.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Faktor Fundamental dan Risiko Sistematis Terhadap Tingkat Pengembalian Saham Perusahaan Property dan Real Estate yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia

0 33 99

Pengaruh Faktor-Faktor Fundamental dan Makroekonomi Terhadap Risiko Sistematis (Beta) Saham Pada Perusahaan Indeks Kompas 100 di Bursa Efek Indonesia (Bei) Periode 2011 – 2014

3 26 96

PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP RISIKO SISTEMATIS (BETA SAHAM) PADA INDEKS LQ45 YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE 2009-2011.

0 0 106

PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL PERUSAHAAN TERHADAP BETA SAHAM PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR PADA INDEKS KOMPAS 100.

0 1 151

PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL PERUSAHAAN TERHADAP RISIKO SISTEMATIS PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR PADA INDEKS KOMPAS 100 DI BEI.

0 0 124

Pengaruh Faktor-Faktor Fundamental dan Makroekonomi Terhadap Risiko Sistematis (Beta) Saham Pada Perusahaan Indeks Kompas 100 di Bursa Efek Indonesia (Bei) Periode 2011 – 2014

2 2 9

Pengaruh Faktor-Faktor Fundamental dan Makroekonomi Terhadap Risiko Sistematis (Beta) Saham Pada Perusahaan Indeks Kompas 100 di Bursa Efek Indonesia (Bei) Periode 2011 – 2014

0 0 2

Pengaruh Faktor-Faktor Fundamental dan Makroekonomi Terhadap Risiko Sistematis (Beta) Saham Pada Perusahaan Indeks Kompas 100 di Bursa Efek Indonesia (Bei) Periode 2011 – 2014

0 0 25

Pengaruh Faktor-Faktor Fundamental dan Makroekonomi Terhadap Risiko Sistematis (Beta) Saham Pada Perusahaan Indeks Kompas 100 di Bursa Efek Indonesia (Bei) Periode 2011 – 2014

0 0 4

PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP RISIKO SISTEMATIS (BETA SAHAM) PADA INDEKS LQ45 YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE 2009-2011

0 0 21