Konsep biaya dan laba doc

BAB I
PENDAHULUAN
Ekonomi menejerial telah mendefinisikan biaya sebagai “suatu nilai tukar,
pengeluaran, atau pengorbanan yang dilakukan untuk menjamin perolehan manfaat. Dalam
proseskeu angan, pengeluaran atau pengorbanan pada tanggal akuisisi dicerminkan oleh
penyusutan atas kas atau asset lain yang terjadi pada saat ini atau di masa yang akan datang.
Biaya dan beban memiliki perbedaan yang terkadang tidak disadari oleh beberapa orang.
Beban dan biaya berbeda satu sama lain baik pengertian, penyajian, penyampaian yang
berbeda.
Pengertian biaya dikemukakan oleh Prawironegoro dan Purwanti (2009:19), bahwa
biaya merupakan pengorbanan untuk memperoleh harta, sedangkan beban merupakan
pengorbanan untuk memperoleh pendapatan. Biaya dan beban merupakan pengorbanan,
namun tujuannya berbeda. Oleh karena itu, perlu diketahui perbedaan dari pengertian biaya
dan beban.
Pengertian biaya menurut Supriyono (2011:14), biaya dalam arti cost (harga pokok)
adalah jumlah yang dapat diukur dalam satuan uang dalam rangka pemilikan barang dan jasa
yang diperlukan perusahaan, baik pada masa lalu (harga perolehan yang telah terjadi) maupun
pada masa yang akan datang (harga perolehan yang akan terjadi).
Sprouse and Moonitz dalam Carter (2009:2-1), mendefinisikan biaya sebagai “an
exchange price, a forgoing, a sacrifice made to secure benefit. In financial accounting, the
forgoing or sacrifice at date of acquisition is represented by a current or future diminution in

cash or other assets”. Ony Widilestariningtyas, Sony W.F, Sri Dewi Anggadini (2012:10),
menyatakan biaya adalah biaya sebagai nilai tukar, pengeluaran, pengorbanan untuk
memperoleh manfaat.
Menurut Mulyadi (2010:8), pengertian luas biaya adalah pengorbanan sumber
ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan
terjadi untuk tujuan tertentu.

BAB II
1

TINJAUAN PUSTAKA
Konsep biaya merupakan konsep yang terpenting dalam akuntansi manajemen dan
akuntansi biaya. Adapun tujuan memperoleh informasi biaya digunakan untuk proses
perencanaan, pengendalian dan pembuatan keputusan.
Menurut lkatan Akuntan lndonesia (1994), pengertian biaya adalah pengorbanan
sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan
akan terjadi untuk tujuan tertentu, sehingga biaya dalam arti luas diartikan sebagai
pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva.
Menurut Supriyono (2000) biaya adalah harga perolehan yang dikorbankan atau yang
digunakan dalam rangka memperoleh penghasilan atau revenue dan akan dipakai sebagai

pengurang penghasilan. Menurut Mulyadi (2005) dalam arti luas biaya adalah : pengorbanan
sumber ekonomis, yang diukur dalam satuan uang, yang terjadi atau yang kemungkinan akan
terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam arti sempit diartikan sebagai pengorbanan
sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva yang disebut dengan istilah harga pokok, atau
dalam pengertian lain biaya merupakan bagian dari harga pokok yang dikorbankan didalam
suatu usaha untuk memperoleh penghasilan.
Menurut Simamora (2002) biaya adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan
untuk barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat pada saat ini atau di masa
mendatang bagi organisasi, dalam hal ini, perusahaan .
Jadi menurut beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan seperti menurut Hansen
dan Mowen (2001) bahwa biaya merupakan kas atau nilai ekuivalen kas yang dikeluarkan
oleh perusahaan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan guna untuk
memberikan suatu manfaat yaitu peningkatan laba.

BAB III
PEMBAHASAN
2

1.1 Pengertian Biaya
Secara umum, dapat dikatakan bahwa cost yang telah dikorbankan dalam rangka

menciptakan pendapatan disebut dengan biaya. FASB (1980) mendefinisikan biaya sebagai
berikut :
“Biaya adalah Aliran Keluar (out flows) atau pemakaian aktiva atau timbulnya hutang
(atau kombinasi keduanya) selama satu periode yang berasal dari penjualan atau produksi
barang, atau penyerahan jasa atau pelaksanaan kegiatan yang lain yang merupakan kegiatan
utama suatu entitas”. Sedang IAI (1994) mendefinisikan biaya (beban) sebagai berikut :
“Beban (expenses) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode
akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang
mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanaman
modal”. Dari pengertian di atas dapat dilihat bahwa biaya pada akhirnya merupakan aliran
keluar aktiva meskipun kadang-kadang harus melalui hutang lebih dahulu.
Sementara Kam (1990) mendefinisikan biaya sebagai penurunan nilai aktiva atau
kenaikan hutang ekuitas pemegang saham (stock holder’s equity) sebagai akibat pemakaian
barang atau jasa oleh suatu unit usaha untuk menghasilkan pendapatan pada periode berjalan.
Dari definisi-definisi di atas, definisi yang dikemukakan IAI sejalan dengan definisi yang
diajukan KAM. Keduanya mendefinisikan biaya dari sudut pandang peristiwa moneter
(penurunan aktiva, kenaikan hutang / kenaikan ekuitas). Sebaliknya definisi yang
dikemukakan FASB cenderung agak berbeda dengan definisi yang dikemukakan Kam.
Perbedaan sudut pandang tersebut dapat dianalisis sebagai berikut :
1. Pertama, definisi yang diajukan FASB tidak menunjukkan perbedaan yang jelas antara

peristiwa moneter dan peristiwa fisik. Perlu diketahui bahwa laba, pendapatan, dan
biaya saling berkaitan erat dengan nilai dari suatu obyek ekonomi tertentu (jumlah
rupiah aktiva yang dihasilkan dan dijual).
2. Kedua, pemakaian aktiva harus menunjukkan adanya suatu cost yang dinyatakan
keluar (dikonsumsi) sebagai biaya. Hal ini sesuai dengan alasan yang dikemukakan
sebelumnya bahwa biaya menunjukkan adanya perubahan nilai.
3. Ketiga, apabila dilihat dari pandangan tradisional, definisi yang dikemukakan FASB
menunjukkan bahwa biaya hanya dihasilkan dari pemakaian aktiva untuk tujuan
menghasilkan pendapatan pada periode berjalan.
1.2 Jenis – Jenis Biaya
Menurut Mulyadi (2005) biaya digolongkan sebagai berikut :
3

1. Menurut fungsi pokok dalam perusahaan, biaya dapat digolongkan menjadi tiga kelompok,
yaitu :
a. Biaya Produksi, semua biaya yang berhubungan dengan fungsi roduksi atau kegiatan
pengolahan bahan baku menjadi barang jadi. Biaya produksi dapat digolongkan
kedalam biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead
pabrik.
b. Biaya Pemasaran, adalah biaya – biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan

pemasaran produk, contohnya biaya iklan, biaya promosi, biaya sampel, dan lain –
lain.
c. Biaya administrasi dan umum, yaitu biaya – biaya untuk mengkoordinasikan kegiatan
– kegiatan produksi dan pemasaran produk.
2. Menurut hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai ada dua golongan, yaitu :
a. Biaya langsung (direct cost), merupakan biaya yang terjadi dimana penyebab satu –
satunya adalah karena ada sesuatu yang harus dibiayai. Dalam kaitannya dengan
produk, biaya langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.
b. Biaya tidak langsung (indirect cost), biaya yang terjadi tidak hanya disebabkan oleh
sesuatu yang dibiayai, dalam hubungannya dengan produk, biaya tidak langsung
dikenal dengan biaya overhead pabrik.
3. Menurut perilaku dalam kaitannya dengan perubahan volume kegiatan, biaya dibagi
menjadi empat, yaitu :
a. Biaya Tetap (fixed cost), biaya yang jumlahnya tetap konstan tidak dipengaruhi
perubahan volume kegiatan atau aktivitas sampai tingkat kegiatan tertentu.
b. Biaya Variabel (variable cost), biaya yang jumlah totalnya berubah secara sebanding
dengan perubahan volume kegiatan atau aktivitas.
c. Biaya Semi Variabel, biaya yang jumlah totalnya berubah tidak sebanding dengan
perubahan volume kegiatan biaya semi variabel mengandung unsur biaya tetap dan
biaya variabel.

d. Biaya Semi Fixed, biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan
berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu.
Menurut Kuswadi (2005), untuk tujuan perencanaan dan pengendalian biaya digolongkan
juga menjadi dua jenis, biaya ini digolongkan pada saat penetapannya, yaitu :
1. Biaya yang Ditetapkan (Predetermined Cost)
Biaya yang ditetapkan (predetermined cost) adalah biaya yang besarnya telah
ditetapkan terlebih dahulu berdasarkan analisis masa lalu atau prediksi masa datang.
Biaya yang ditetapkan dilakukan untuk penyusunan standar atau anggaran.
2. Biaya Historis (Historical Cost)
4

Biaya historis adalah biaya yang besarnya dihitung setelah ada realisasi.
Konsep Biaya Produksi
Biaya atau Cost adalah pengorbanan yang dilakukan untuk memperoleh suatu barang
ataupun jasa yang diukur dengan nilai uang, baik itu pengeluaran berupa uang, melalui tukar
menukar ataupun melalui pemberian jasa. ( Prinsip Akuntansi Indonesia dalam Rony, 1990).
Pada pengertian lain tentang biaya atau cost ini dinyatakan pengeluaran untuk memperoleh
barang/jasa yang mempunyai manfaat bagi perusahaan lebih dari satu periode operasi dan
sebaliknya. (Rony,1990).
Menurut Mulyadi (2005), biaya produksi merupakan biaya – biaya yang terjadi untuk

mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Menurut Hansen dan
Mowen (2001), biaya produksi adalah biaya yang berkaitan dengan pembuatan barang dan
penyediaan jasa.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa biaya produksi adalah biaya –
biaya yang dikorbankan untuk mengolah bahan baku yang diukur dengan nilai uang untuk
memperoleh produk jadi berupa barang dan jasa yang siap untuk dijual dan menghasilkan
manfaat dimasa mendatang.
Klasifikasi Biaya Produksi
Biaya produksi dapat diklasifikasikan lebih lanjut menjadi tigajenis biaya, yaitu (Rony,
1990) :
1. Biaya Bahan Baku Langsung (Direct Material Cost)
a. Suatu biaya produksi disebut biaya bahan baku langsung apabila bagian
tersebut merupakan bagian yang integral, dapat dilihat dan diukur secara jelas
dan mudah serta ditelusuri baik fisik maupun nilainya dalam wujud produk
yang dihasilkan.
2. Biaya Tenaga Kerja Langsung (Direct Labour Cost)
a. Suatu biaya produksi disebut biaya tenaga kerja langsung bila biaya itu
dikeluarkan atau dibebankan karena adanya pembayaran upah kepada tenaga
kerja yang langsung ikut serta bekerja dalam membentuk produksi akhir.
Biaya ini dapat ditelusuri karena secara jelas dapat diukur dengan waktu yang


5

dipergunakannya dalam keikutsertaannya secara langsung membentuk
produksi akhir.
3. Biaya Overhead Pabrik (Factory Overhead Cost)
Biaya ini adalah semua biaya pabrik yang bukan bahan baku langsung dan tenaga
kerja langsung yang timbul dan dibebankan terhadap pabrik karena sifatnya baik
sebagai bagian yang memiliki eksistensi dalam produksi akhir maupun hanya
memberikan pelayanan guna menunjang, memperlancar, mempermudah atau sebagai
penggerak kegiatan itu sendiri. Umumnya biaya ini sukar ditelusuri secara konkrit
dalam produk akhir.
Penggolongan Biaya
Penggolongan adalah proses pengelompokan atas seluruh elemen yang ada ke dalam
golongan-golongan tertentu, yang lebih ringkas untuk dapat memberikan informasi biaya yang lebih
berarti (Supriyono, 2011:16).
Penggolongan Biaya menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2010:12) adalah suatu proses
pengelompokkan biaya secara sistematis atas keseluruhan elemen biaya yang ada ke dalam golongangolongan tertentu yang lebih ringkas untuk dapat memberikan informasi yang lebih ringkas dan
penting. Penggolongan biaya menurut Mulyadi (2010:13-19) dengan berbagai


cara. Umumnya

penggolongan biaya ini ditentukan atas dasar tujuan yang hendak dicapai dengan penggolongan
tersebut, karena dalam akuntansi biaya dikenal konsep: “different costs for different purposes”. Biaya
dapat digolongkan menurut:

1.
2.
3.
4.
5.

Objek pengeluaran
Fungsi pokok dalam perusahaan
Hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai
Perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahaan volume kegiatan
Jangka waktu manfaatnya

A. Penggolongan Biaya menurut Objek Pengeluaran
Dalam penggolongan ini, nama objek pengeluaran merupakan dasar penggolongan biaya. Misalnya

nama objek pengeluaran adalah bahan bakar, maka semua pengeluaran yang berhubungan dengan
bahan bakar disebut “biaya bahan bakar”. Contoh penggolongan biaya atas dasar objek pengeluaran
dalam perusahaan sepatu adalah sebagai berikut: biaya desai, biaya sablon, biaya gaji dan upah, biaya
jahit, biaya depresiasi mesin, biaya asuransi, biaya bunga, biaya zat warna.

B. Penggolongan Biaya Menurut Fungsi Pokok Perusahaan

6

Dalam perusahaan manufaktur, ada 3 fungsi pokok, yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran, dan
fungsi dan umum. Oleh karena itu dalam perusahaan manufaktur, biaya dapat dikelompokkan menjadi
3 kelompok:
1. Biaya produksi
Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi
yang siap untuk dijual. Contohnya adalah biaya depresiasi mesin dan equipment, biaya bahan baku,
biaya bahan penolong, biaya gaji karyawan yang bekerja dalam bagianbagian, baik yang langsung
maupun yang tidak langsung berhubungan dengan proses produksi.
2. Biaya Pemasaran
Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk. Contohnya
adalah biaya iklan, biaya promosi, biaya angkutan dari gudang perusahaan ke gudang pembeli, gaji

karyawan bagian-bagian yang melakukan kegiatan pemasaran.
3. Biaya administrasi dan umum
Merupakan biaya-biaya untuk mengkordinasi kegiatan produksi dan pemasaran produk. Contoh biaya
ini adalah biaya gaji karyawan bagian keuangan, akuntansi, personalia, dan bagian hubungan
masyarakat, biaya pemeriksaan akuntan, biaya fotocopy.

Jumlah biaya pemasaran dan biaya

administasi dan umum sering pula disebut dengan istilah biaya komersial (comersial expenses). Biaya
komersial biasanya merupakan biaya gaji-gaji karyawan atau pegawai kantor yang tetap maupun tidak
tetap guna mempertahankan eksistensi operasional perusahaan.
C. Penggolongan Biaya Menurut Hubungan Biaya dengan Sesuatu yang Dibiayai
Sesuatu yang dibiayai dapat berupa produk atau departemen. Dalam hubungannya dengan
sesuatu yang dibiayai, biaya dapat dikelompokkan menjadi 2 golongan:
1. Biaya langsung (direct cost)
2. Biaya tidak langsung (indirect cost)
Dalam hubungannya dengan produk, biaya produksi dibagi menjadi dua : biaya produksi
langsung dan biaya produksi tidak langsung. Dalam hubungannya dengan departemen, biaya dibagi
menajdi dua golongan: biaya langsung departemen dan biaya tidak langsung departemen.
Biaya langsung, biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya adalah karena adanya sesuatu yang
dibiayai. Dengan demikian biaya langsung akan mudah diidentifikasikan dengan sesuatu yang
dibiayai. Biaya produksi langsung terdiri dari bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung. Biaya
langsung departemen (direct departemental cost) adalah semua biaya yang terjadi di dalam
departemen tertentu.
7

Biaya tidak langsung, biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang
dibiayai. Biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan produk tersebut dengan istilah biaya
produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik (factory overhead costs). Biaya ini tidak mudah
diidentifikasikan dengan produk tertentu. Gaji mandor yang mengawasi pembuatan produk A, B, dan
C merupakan biaya tidak langsung bagi A, B, maupun C, karena gaji mandor tersebut terjadi bukan
hanya karena perusahaan memproduksi salah satu produk tersebut melainkan karena memproduksi
ketiga jenis produk tersebut

2.3 Biaya Kualitas
Biaya Kualitas (the cost of quality) merupakan biaya untuk mencapai kualitas yang
tinggi suatu produk yang dihasilkan oleh suatu perusahaan, biaya yang dikeluarkan karena
adanya produk yang kurang berkualitas.
Kualitas atau kualitas dapat diukur melalui berapa besarnya biaya yang

dikeluarkan.

Perusahaan pasti menginginkan biaya kualitas yang rendah untuk mencapai kualitas yang
lebih tinggi, setidaknya mencapai target kualitas tertentu. Bila kerusakan produk mencapai
nol, maka perusahaan harus menanggung biaya pencegahan dan penilaian produk yang
tergolong dalam jenis biaya kualitas.
Biaya kualitas sebagai pengeluaran yang dikeluarkan perusahaan untuk meningkatkan
dan mempertahankan kualitas suatu produk yang dihasilkan. Biaya kualitas yang terjadi
dalam suatu perusahaan dapat digunakan untuk mengetahui sampai sejauh mana
pengendalian kualitas yang di terapkan oleh perusahaan, apakah pengendalian terhadap
produktivitas perusahaan sudah berjalan dengan efektif. Biaya kualitas mengacu pada semua
biaya yang dikorbankan untuk mencegah terjadinya barang cacat atau biaya yang harus
dikeluarkan karena adanya barangcacat (Garrison et al., 2008: 82). Menurut James R.Evans
dan William M,Lindsay dalam buku An Introduction to Six Sigma & Process Improvement
(2007:80) bahwa biaya tinggi, banyaknya kecacatan, keluhan pelanggan yang kasar, atau
rendahnya kepuasan pelanggan sering sekali mencirikan kualitas dan kinerja yang
berantakan.

Jenis-jenis Biaya Kualitas
Dalam perusahaan industri diperlukannya biaya kualitas, karena adanya perbaikan kualitas
suatu produk dan pencegahan kerusakan. Menurut Sofia dan Septian (2015:105), biaya
kualitas tidak hanya dapat biaya untuk memperoleh kualitas (kualitas) tapi juga merupakan
8

biaya-biaya yang timbul

untuk mencegah terjadinya kualitas yang rendah. Jenis Biaya

kualitas dapat dikelompokkan ke dalam 3 penggolongan besar :
1. Biaya pencegahan (prevention cost).
2. Biaya penilaian (appraisal cost)
3. Biaya kegagalan internal ( failure cost)
Berdasarkan ketiga jenis biaya kualitas di atas, maka diuraikan satu persatu sebagai berikut:
1. Biaya pencegahan (prevention cost)
Biaya yang terjadi untuk mencegah terjadinya kegagalan produk atau produksi produkproduk yang tidak sesuai denga spesifikasi yang
ditetapkan. Biaya pencegahan adalah biaya yang di kerluarkan untuk mendesai produk dan
sistem produksi berkualitas tinggi, termasuk biaya untuk menerapkan dan memelihara sistem
tersebut. Pencegahan kegagalan produk dimulai dengan mendesain kualitas ke dalam produk
dan proses produksi. Biaya ini dapat meliputi :
a. Biaya perencanaan kualitas (quality planning cost)

Biaya-biaya yang berkaitan

dengan perencanaan kualitas produk dan sistem pengembangan kualitas produk.
Misalnya biaya kebijakan untuk mendesain prosedur sejak mulai (set up) sampai
operasi berjalan sesuai dengan (berkaitan dengan kualitas produk), pengembangan
perencanaan inspeksi (development of inspection planning), dan biaya komunikasi
kepada karyawan berkaitan dengan perencanaan kualitas produk (sebagai kegiatan
sosialisasi kualitas produk yang harus ditetapkan).
b. Biaya desain produk dan tinjau ulang (product design and review cost) Kenaikan
biaya yang berkaitan dengan membuat desain produk dalam rangka memperbaiki
kualitas produk (product improvement). Dengan istilah kenaikan (increment) biaya
berarti tidak termas uk biaya orisinalnya untuk mendesain produk (not included the
basic cost of the original product design).
c. Biaya mendesain proses dan tinjau ulang (cost of process design and review) Biaya
tambahan atau kenaikan biaya (increment cost) dari proses produksi yang baru untuk
memperbaiki dan meninjau ulang proses produksi yang ada, sehingga memungkinkan
terjadi hasil produk yang berkualitas lebih baik (product quality improvement).
Termasuk di dalamnya adalah biaya pembelian alat baru yang memperbaiki kualitas
produk.

9

d. Biaya desain tugas dan pelatihan (cost of job design and training) Biaya-biaya
tersebut adalah biaya untuk mengembangkan metode kerja baru (developing work
method) dan biaya implementasinya dalam bentuk biaya pelatihan untuk para
karyawan dalam rangka perbaikan kualitas produk. Termasuk di dalamnya adalah
biaya persiapan pelatihan dan manualnya (petunjuknya).
e. Biaya kendali proses (cost of process control) Biaya kendali untuk mencapai kualitas
yang direncanakan dalam pengertian kualitas yang lebih baik (product quality
improvement). Misalnya pengendaliannya memerlukan alat baru yang lebih canggih
(sophisticated), maka harga alat kendali tersebut dimasukkan sebagai biaya kendali
proses.
f. Biaya koleksi, analisis, dan laporan (cost of data collection analysis, and report)
Biaya-biaya pengumpulan data yang berkaitan dengan perbaikan kualitas, termasuk
data produk rusak
g. (defect product), masalah kualitas, biaya kualitas penghentian produksi (down time),
dan biaya analisis serta biaya penyusunan laporannya.
h. program perbaikan kualitas (cost of quality improvement program) Biaya kegiatan
khusus atau proyek yang dibentuk untuk memonitor dan memperbaiki kualitas
produk, seperti program pengurangan tingkat kerusakan produk atau lingkaran
kualitas (quality circle).
2. Biaya penilaian (appraisal cost)
Biaya penilaian adalah biaya yang terjadi untuk menentukan apakah produk yang dihasilkan
sesuai dengan spesifikasi yangditetapkan. Biaya ini dapat meliputi :
a. Biaya pemeriksaan bahan yang datang (incoming material inspection cost) Biaya
pemeriksaan atas bahan baku yang masuk dari pemasok.
b. Biaya pemeriksaan selama proses produksi (in process inspection and testing cost)
Pemeriksaan (inspeksi dan pengetesan) atas komponen-komponen barang yang dalam
proses produksi (work in process) untuk menjamin adanya kesesuaian (conforming)
kualitas dengan kualitas yang telah ditetapkan. Mungkin termasuk biaya kecocokan
kualitas yang dilakukan oleh beberapa konsumen dan laboratorium pihak ketiga (third
party laboratories).
c. Biaya pemeliharaan alat untuk test (maintaining equipment) Biaya pemeliharaan alatalat pengetesan agar semua mesin berada dalam kondisi kerja yang baik (good
10

working condition) termasuk biaya kalibrasi untuk menjamin ukuran produk yang
tepat karena peralatan test yang juga tepat ukuran.
d. Biaya evaluasi persediaan (cost of evaluation stock) Biaya untuk mengevaluasi
kondisi bahan baku dan bahan pembantu dan juga produk akhir yang berada
digudang.
3. Biaya Kegagalan (failure cost)
Biaya kegagalan adalah biaya yang terjadi saat produk gagal, kegagalan tersebut dapat terjadi
secara internal dan eksternal.
A. Kegagalan internal (internal failure cost)
Kegagalan internal adalah biaya yang terjadi ketika produk yang tidak sesuai dengan
spesifikasi dapat dideteksi sebelum dikirim ke konsumen (selama proses produksi). Biaya
kegagalan internal
meliputi :
a. Biaya disposisi
Biaya untuk menentukan langkah kegiatan atau tindakan yang harus dilaksanakan
sehubungan dengan adanya kerusakan pada suatu produk yang ditemukan. Bentuk
tindakan tersebut antara lain mengerjakan ulang (rework), membuangnya (scrap), atau
memperbaiki melalui proses.
b. Biaya membuangnya menjadi barang apkir (scrap cost)
Biaya ini timbul karena kualitas suatu barang buruk sekali sehingga lebih baik
dibuang atau apkir. Biaya yang harus dihitung selain biaya bahan, juga upah dan
biaya lain yang terkait dengan scrap tersebut.
c. Biaya mengerjakan kembali (ulang) atau rework cost
Biaya yang dikeluarkan untuk mengoreksi atau memperbaiki produk atau bagian dari
produk yang cacat atau rusak, agar barang tersebut dapat digunakan dan dapat dijual.
Jadi, ini adalah biaya koreksi atas produk yang rusak, agar produk tersebut layak
dijual.
d. Biaya tes ulang (retest cost)
Biaya untuk mengetes kembali atas produk yang mengalami pengerjaan ulang.
Sebenarnya bukan saja biaya terulang, tetap juga biaya inspeksi ulang selama proses
pengerjaan ulang.
e. Biaya bahan sisa (yield losses cost)
11

Biaya atas bahan-bahan sisa yang secara teknis tidak dapat dihindarkan, mau tidak
mau harus ada bahan yang terbuang.
f. Biaya menganggur (down time cost)
Biaya yang harus dikeluarkan untuk buruh yang terpaksa “menganggur” (idle) akibat
adanya fasilitas atau proses produksi terhenti karena masalah kualitas produk (quality
problem). Misalnya proses produksi ditentukan karena perlunya mesin disesuaikan
(adjusting time) agar mesin tersebut berfungsi sesuai dengan kualitas yang
direncanakan. Misalnya produksi terhenti di percatakan, karena adanya kertas yang
macet dalam mesin, atau karena adanya barang setengah jadi yang rusak.
g. Biaya persediaan cadangan penyelamat (inventory safety stock cost)
Biaya yang harus dikeluarkan akibat perusahaan harus mengadakan persediaan
penyelamat agar proses produksi tidak terhenti akibat kehabisan bahan (out of stock).
Dalam hal ini sebenarnya biaya ekstra yang harus dikeluarkan karena perusahaan
harus menyimpan cadangan 20 persediaan ekstraakibat harus membuat komponenkomponen atau produk yang rusak.
h. Biaya lembur akibat produk rusak
Biaya lembur yang harus dikeluarkan karena pekerja harus melakukan kerja lembur
akibat adanya komponen atau produk yang rusak (product defect).
i. Biaya kelebihan kapasitas (excess capacity cost)
Biaya kelebihan kapasitas yang harus dipelihara (to be maintained) untuk menutupi
kapasitas yang hilang (loss capacity) akibat membuat komponen atau produk yang
rusak. Biaya-biaya ini meliputi biaya pengadaan fasilitas ekstra atauperalatan ekstra
yang diperlukan agar proses produksi terbebas dari kerusakan produk (defect free).
Hal ini mungkin biaya yang tersembunyi, tetapi merupakan biaya yang besar.
B. Biaya kegagalan eksternal (external failure cost)
Biaya kegagalan eksternal terjadi karena produk-produk yang tidak sesuai dengan spesifikasi
dideteksi setelah dikirim kepelanggan. Biaya kegagalan eksternal (external failure cost)
terdiri atas:
a. Biaya keluhan konsumen (the cost complaint, investigation
and adjustment) Biaya ini dikeluarkan sehubungan dengan adanya keluhan konsumen
atas produk yang dibeli, sehingga perlu biaya untuk meneliti kerusakan produk dan
kemudian memperbaikinya.
12

b. Biaya penggantian (the cost of return, replace or allowance)
Biaya ini dikeluarkan untuk mengganti barang yang rusak dengan barang yang baru,
meliputi biaya pengiriman kembali dan biaya kompensasi kepada konsumen berupa
allowance (tunjangan kerugian karena tidak puas menggunakan produk rusak).
c. Biaya jaminan (warranty expenses)
Biaya yang dikeluarkan karena terjadi keluhan selama masa garansi, misalnya biaya
perbaikan dan atau biaya sewa ganti selama barang yang rusak sedang diperbaiki.
Yang dimaksud terakhir adalah selama mesin rusak diperbaiki, diberi pinjam mesin
yang sama atau produksi berjalan terus, atau selama TV sedang diperbaiki, konsumen
diberi pinjam TV agar konsumen tetap dapat menikmatinya.
d. Ganti rugi (liability)
Biaya yang dikeluarkan perusahaan karena konsumen mengalami kecelakaan (bahkan
sampai tingkat kematian). Biaya ini termasuk biaya rumah sakit, bahkan kerugian
usaha (business losses).
e. Nama baik (goodwill)
Biaya yang dikeluarkan atau kehilangan keuntungan masa depan (future profit) akibat
kerusakan produk berkualitas rendah. Biaya ini memang sulit dihitung, tetapi bisa
dapat jumlah yang besar dan berimplikasi luas, misalnya produk selalu mendapat
complaint dalam berbagai media massa yang akan merusak citra produk tersebut.
2.4 Konsep Laba
Pengertian dan Karakteristik Laba
Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan laba. Pengertian

laba secara

operasional merupakan perbedaan antara pendapatan yang direalisasi yang timbul dari
transaksi selama satu periode dengan biaya yang berkaitan dengan pendapatan tersebut.
Pengertian laba menurut Harahap dan Kumala (2008) “kelebihan penghasilan di atas biaya
selama satu periode akuntansi”. Sementara pengertian laba yang dianut oleh struktur
akuntansi sekarang ini adalah selisih pengukuran pendapatan dan biaya. Besar kecilnya laba
sebagai pengukur kenaikan sangat bergantung pada ketepatan pengukuran pendapatan dan
biaya.
Menurut Wild, Subramanyam, dan Hasley (2005) laba merupakan angka yang penting
dalam laporan keuangan karena berbagai alasan antara lain: laba merupakan dasar dalam
perhitungan pajak, pedoman dalam menentukan kebijakan investasi dan pengambilan
13

keputusan, dasar dalam peramalan laba maupun kejadian ekonomi perusahaan lainnya di
masa yang akan datang, dasar dalam perhitungan danpenilaian efisiensi dalam menjalankan
perusahaan, serta sebagai dasar dalam penilaian prestasi atau kinerja perusahaan.Chariri dan
Ghozali (2003) menyebutkan bahwa laba memiliki beberapa karakteristik antara lain sebagai
berikut:
a. laba didasarkan pada transaksi yang benar-benar terjadi,
b. laba didasarkan pada postulat periodisasi, artinya merupakan prestasi perusahaan pada
periode tertentu,
c. laba didasarkan pada prinsip pendapatan yang memerlukan

pemahaman khusus

tentang definisi, pengukuran dan pengakuan pendapatan,
d. d.laba memerlukan pengukuran tentang biaya dalam bentuk biaya historis yang
dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan pendapatan tertentu, dan
e. laba didasarkan pada prinsip penandingan (matching) antar pendapatan dan biaya
yang relevan dan berkaitan dengan pendapatan tersebut.
Perbandingan yang tepat atas pendapatan dan biaya tergambar dalam laporan laba
rugi. Penyajian laba melalui laporan tersebut merupakan fokus kinerja perusahaan yang
penting. Kinerja perusahaan merupakan hasil dari serangkaian proses dengan mengorbankan
berbagai sumber daya. Adapun salah satu parameter penilaian kinerja perusahaan tersebut
adalah pertumbuhan laba.Pertumbuhan laba dihitung dengan cara mengurangkan laba periode
sekarang dengan laba periode sebelumnya kemudian dibagi dengan laba pada periode
sebelumnya (Warsidi dan Pramuka, 2000).

14

BAB IV
PENUTUP
3.1 kesimpulan
biaya merupakan bagian yang integral dengan financial accounting. Biaya adalah
salah satu cabang yang merupakan alat manajemen dalam memonitor dan merekam transaksi
biaya secara sistematis, serta menyajkannya informasi biaya dalam bentuk laporan biaya.
Biaya Cost berbeda biaya beban Expense, Cost adalah pengorbanan ekonomis yang
dikeluarkan untuk memperoleh barang dan jasa, sedangkan beban adalah cost yaitu
pengorbanan yang diperlukan untuk merealisasi hasil, beban ini dikaitkan dengan revenue
pada periode yang berjalan. Pengorbanan yang tidak ada hubungannya dengan perolehan
aktiva, barang atau jasa dan juga tidak ada hubungan dengan realisasi hasil penjualan, maka
tidak digolongkan cost ataupun expense tetapi digolongkan loss.

15

DAFTAR PUSTAKA
Hamanto,M.Soc.Sc.,Akt.,Drs.,1992,akutansi biaya untuk perhitungan biaya
Mulyadi,2007,Akutansi Biaya.Yogyakarta:BPFE-UGM
Baridwan,zaki.2008.intermediate Accounting. Edisi kedelapan. Penerbit fakultas ekonomi
universitas gajah mada.Yogyakarta
Norfitri,Y.,2014.Evaluasi penerapan dalam laporan laba rugi pada PT.megatras buana
samudra.Jurnal Ilmu dan riset Akutansi,1(3).Vol.1 no.3 juni 2013,hal.576-584.
Supriyono (2000), Prawironegoro dan Purwanti (2009:19), Sprouse and Moonitz dalam
Carter (2009:2-1), Ony Widilestariningtyas, Sony W.F, Sri Dewi Anggadini (2012:10),
Sementara Kam (1990)

16