3 Bimbingan dan Konseling. docx

BIMBINGAN DAN KONSELING
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Etika Profesi
yang dibina oleh Bapak Dr. Wartono, M.Pd

Oleh
Kelompok 1
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Ardhian Bayu
Fitri Kurniawati
Risa Indah
Wahyu Sri A.
Irvany Nurita P.
Tiara Dini Santika Y.


(110321419555)
(110321406358)
(110321419530)
(110321406355)
(120321419974)
(120321419983)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN FISIKA
Agustus 2014

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 mengatakan bahwa tiap warga
Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

Dilain pihak disebutkan pula bahwa seluruh warga Negara mempunyai kedudukan
yang sama dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjujung hukum dan
pemerintahan itu dengan baik tanpa ada pengecualinya. Oleh karena itu
pendidikan seharusnya dapat meberikan sumbangan yang berarti dalam
mewujudkan cita-cita yang terkandung dalam pasal tersebut. Didalam undangundang organik yang menegaskan cita-cita pendidikan seperti dikehendaki
Undang-Undang Dasar 1945, yaitu UU No. 2/1989, disebutkan bahwa:
“Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan
bertkwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekeeryi luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang
mantap dan mandiri , serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.”
Untuk mencapai pendidikan itu, murid harus dapat berkembang secara
optimal dengan kemampuan untuk berkreasi , mandiri, bertanggung jawab, dan
dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi. Pendidikan harus membantu
bukan hanya mengembangkan kemampuan inteleknya, tetapi juga kemampuan
mengatasi masalah didalam dirinya sendiri dan masalah yang ditemuinya dalam
interaksinya dengan lingkungan. Jika itu tercapai maka murid nantinya akan
mendapatkan kehidupan yang baik sehingga dapat melaksanakan fungsinya
sebagai warga Negara.
Manusia dilahirkan dengan berbagai macam potensi yang dapat

dikembangkan untuk mencapai kebahagiaan dalam hidupnya. Potensi itu tidak
mempunyai arti apa-apa bila tidak dikembangkan dengan baik. Kenyataan
menunjukkan bahwa tidak semua individu memahami potensi yang dimilikinya,
apalagi pemahaman tentang cara mengembangkannya. Didalam perjalanan
hidupnya, individu juga seringkali menemui berbagai macam masalah. Lepas
dari persoalan yang satu muncul persoalan yang lain, demikianlah seterusnya silih
berganti persoalan itu timbul. Kelihatannya tidak semua begitu mampu mengatasi
2

persoalnnya sendiri. Agar mereka dapat mengenali potensi-potensi yang dimiliki,
mengembangkannya secara optimal, serta menghadapi masalah yang dihadapi
diperlukan bantuan atau bimbingan dari orang lain sehingga mereka dapat berbuat
dengan tepat sesuai dengan potensi atau keadaan yang ada pada dirinya.
Sekolah tidak hanya berfungsi memberikan pengetahuan dalam kegiatan
belajar mengajar dikelas, tetapi juga dapat mengembangkan keseluruhan
kepribadian anak. Oleh karena itu, guru harus mengetahui lebih dari sekedar
masalah bagaimana mengajar yang efektif. Ia harus dapat membantu murid dalam
mengembangkan seluruh aspek kepribadian dan lingkungannya, sepanjang itu
memungkinkan secara profesionl. Dalam usaha membantu siswa itu, guru perlu
mengetahui landasan, konsep, prosedur, dan praktek bimbingan.Calon guru perlu

diberi wawasan dan pemahaman tentang layanan bimbingan dan konseling di
sekolah.

1.2 Rumusan Masalah
Rumusan permasalahan yang diangkat dalam makalah ini adalah
1. Apakah pengertian Bimbingan dan Koseling?
2. Bagaimana peranan Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan di
Sekolah?
3. Apakah tujuan Bimbingan di Sekolah?
4. Bagaimana Peranan Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan
Pembelajaran Siswa?
5. Apakah Landasan Bimbingan dan Konseling?
6. Apa saja Prinsip-Prinsip Operasional Bimbingan dan Konseling di
Sekolah?
7. Apa sajakah Asas-Asas Bimbingan dan Konseling?
8. Bagaimana Orientasi Layanan Bimbingan dan Konseling?
9. Bagaimana Kode Etik Bimbingan dan Konseling ?

3


1.3 Tujuan Pembuatan Makalah
Tujuan pembuatan makalah ini adalah
 Untuk Penulis :
1. Menambah pengetahuan tentang Bimbingan dan Konseling
2. Memberikan gambaran untuk praktik pembelajaran masa depan (saat
mengajar di sekolah)
 Untuk Pembaca :
1. Memberikan pengetahuan tentang Bimbingan dan Konseling
2. Dapat dijadikan bahan materi tentang Bimbingan dan Konseling

4

BAB II
PEMBAHASAN
A. Bimbingan dan Konseling
Beberapa ahli menyatakan bahwa konseling merupakan inti dari kegiatan
bimbingan.Ada pula yang menyebutkan bahwa konseling merupakan salah satu
layanan bimbingan.Istilah bimbingan dan konseling dapat pula digantikan dengan
istilah layanan belajar.
1. Pengertian Bimbingan

Menurut Jones (1963 dalam Soetjipto dan Kosasi, 2009: 61), “Guidance is the
help given by one person to another in making choice and adjustments and in
solving problems”. Tugas pembimbing hanyalah membantu agar individu yang
dibimbing mampu membantu dirinya sendiri.
Sedangkan Rochman Natawidjaja (1978 dalam Soetjipto dan Kosasi, 2009: 62)
mengatakan bahwa:
“Bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan
secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya
sehingga ia sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar sesuai dengan
tuntutan dan keadaan keluarga serta masyarakat.”
Selanjutnya, Bimo Walgito (1982 dalam Soetjipto dan Kosasi, 2009: 62)
mendapatkan rumusan bimbingan sebagai berikut.
“Bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu
atau sekumpulan individu-individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitankesulitan di dalam kehidupannya, agar individu atau sekumpulan individuindividu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya.”
Dari pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa bimbingan
adalah.
a) Suatu proses yang berkesinambungan
b) Suatu proses membantu individu
c) Bantuan yang diberikan itu dimaksudkan agar individu yang bersangkutan
dapat mengarahkan dan mengembangkan dirinha secara optimal sesuai

dengan kemampuan dan potensinya
d) Kegiatan yangbertujuan utama untuk memberikan bantuan agar individu
dapat memahami dirinya dan mampu menyesuaikan dengan
lingkungannya
2. Pengertian Konseling

5

Istilah konseling (counseling) diartikan sebagai penyuluhan.Namun,
menurut para ahli pengertuannya tetaplah konseling karena kegiatan ini sifatnya
lebih khusus daripada sekedar penyuluhan.Untuk menekankan kekhususannya itu
digunakanlah istilah bimbingann dan konseling.
Menurut James P Adam, yang dikutip dalam Depdikbud (1976: 19a),
”Konseling adalah suatu pertalian timbal balik antara dua orang individu
dimana yang seorang (konselor) membantu yang lain (konseli) supaya dia lebih
baik memahami dirinya dalam hubungannya dengan masalah hidup yang
dihadapinya pada waktu itu dan pada waktu yang akan datang.”
Bimo Walgito (1982 dalam Soetjipto dan Kosasi, 2009: 63) menyatakan
bahwa konseling adalah bantuan yang diberikan kepada individu dalam
memecahkan masalah kehidupannya dengan cara wawancara, dengan cara-cara

yang sesuai dengan keadaan individu yang dihadapi untuk mencapai kesejahteraan
bersama.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, diperoleh ciri-ciri kegiatan konseling
sebagai berikut.
a) Pada umumnya dilaksanakan secara individual
b) Pada umumnya dilakukan dalam satu perjumpaan tatap muka
c) Untuk pelaksanaan konseling dibutuhkan orang yang ahli
d) Tujuan pembicaraan dalam proses konseling ini diarahkan untuk
memecahkan masalah yang dihadapi klien.
e) Individu yang menerima layanan (klien) akhirnya mampu memecahkan
masalahnya dengan kemampuannya sendiri.
Kegiatan bimbingan dan konseling berbeda dengan kegiatan mengajar.
Perbedaan itu antara lain.
a) Target pencapaian tujuan pada kegiatan mengajar sudah dirumuskan
terlebih dahulu dan sama untuk satu kelas. Dalam bimbingan dan
konseling target pencapaian bersifat individual atau kelompok.
b) Pembicaraan pada kegiatan mengajar diarahkan pada pemberian informasi
dan pemecahan masalah, sedangkan pada bimbingan dan konseling
ditujukan untuk memecahkan masalah klien.
c) Dalam kegiatan mengajar siswa belum memiliki masalah terkait materi

yang akan diajarkan, sedangkan dalam bimbingan dan konseling
umumnya klien sedang menghadapi masalah.
d) Keterampilan khusus yang dibutuhkan antara guru dan konselor berbeda.
B. Peranan Bimbingan dan Konseling

6

Bimbingan dan konseling menangani masalah-masalah atau hal-hal di luar
bidang garapan pengajaran, tetapi secara tidak langsung menunjang tercapainya
tujuan pendidikan dan pengajaran di sekolah itu.Kegiatan ini melalui layanan
secara khusus terhadap semua siswa agar dapat mengembangkan dan
memanfaarkan kemampuannya secara penuh (Mortesen dan Schemuller, 1969
dalam Soetjipto dan Kosasi, 2009: 64).
Ada beberapa faktor yang menyebabkan bimbingan dan konseling dirasa
semakin diperlukan keberadaannya, seperti yang dikemukakan oleh Koestoer
Partowisastro (1982) berikut ini.
1. Sekolah merupakan lingkungan hidup kedua sesudah rumah.
2. Siswa yang usianya relatif muda sangat memerlukan bimbingan baik dalam
memahami keadaan dirinya, mengarahkan dirinya, maupun dalam
mengatasi berbagai macam kesulitan.

Kehadiran konselor di sekolah dapat meringankan tugas guru (Lundquist
dan Chamely yang dikutip oleh buku Belkin, 1981 dalam Soetjipto dan Kosasi,
2009: 65).Mereka menyatakan bahwa konselor ternyata sangat membantu guru,
beberapa di antaranya dalam hal.
1. Mengambangkan dan memperluas pandangan guru tentang masalah afektif.
2. Mengembangkan wawasan guru bahwa keadaan emosionalnya dapat
memengaruhi proses belajar mengajar.
3. Mengembangkan sikap yang lebih positif agar proses belajar siswa lebih
efektif.
4. Mengatasi masalah-masalah yang ditemui guru dalam melaksanakan
tugasnya.
Konselor dan guru merupakan tim yang sangat penting dalam kegiatan
pendidikan. Keduanya saling menunjang dalam upaya terciptanya proses
pembelajaran yang lebih efektif.
C. Tujuan Bimbingan di Sekolah
Layanan bimbingan sangat dibutuhkan agar siswa-siswa yang mempunyai
masalah dapat dibantu, sehingga mereka dapat belajar lebih baik. Dalam
kurikulum SMA tahun 1975 Buku III C dinyatakan bahwa tujuan bimbingan di
sekolah adalah membantu siswa untuk :
1. Mengatasi kesulitan dalam belajarnya, sehingga memperoleh prestasi belajar

yang tinggi.
7

2. Mengatasi terjadinya kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik yang dilakukannya
pada saat proses belajar-mengajar berlangsung dan dalam hubungan sosial.
3. Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berhubungan dengan kesehatan jasmani.
4. Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan kelanjutan studi.
5. Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berhubungan dengan perencanaan dan
pemilihan jenis pekerjaan setelah mereka lulus.
6. Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berhubungan dengan masalah sosialemosional di sekolah yang bersumber dari sikap siswa yang bersangkutan
terhadap dirinya sendiri, terhadap lingkungan sekolah, keluarga, dan
lingkungan yang lebih luas.
Di samping tujuan-tujuan tersebut, Downing (1968) juga mengemukakan
bahwa tujuan layanan bimbingan di sekolah sebenarnya sama dengan pendidikan
terhadap diri sendiri, yaitu membantu siswa agar dapat memenuhi kebutuhankebutuhan sosial psikologis mereka, merealisasikan keinginannya, serta
mengembangkan kemampuan atau potensinya.
Secara umum dapat dikemukakan bahwa tujuan layanan bimbingan adalah
membantu mengatasi berbagai macam kesulitan yang dihadapi siswa sehingga
terjadi proses belajar-mengajar yang efektif dan efisien.

D. Peranan Bimbingan dan Konseling dalam Pembelajaran Siswa
Dalam proses pembelajaran siswa, setiap guru mempunyai keinginan agar
semua siswanya dapat memperoleh hasil belajar yang baik dan memuaskan.
Harapan tersebut sering kali kandas dan tidak bias terwujud, sering mengalami
berbagai macam kesulitan dalam belajar. Sebagai pertanda bahwa siswa
mengalami kesulitan dalam belajar dapat diketahui dari berbagai jenis gejalanya
seperti dikemukakan Abu Ahmadi (1977) sebagai berikut:
1. Hasil belajarnya rendah, di bawah rata-rata kelas.
2. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukannya.
3. Menunjukkan sikap yang wajar: suka menetang, dusta, tidak mau
menyelesaikan tugas-tugas, dan sebagainya.
4. Menunjukkan tingkah laku yang berlainan seperti suka membolos, suka
mengganggu, dan sebagainya.

8

Siswa yang mengalami kesulitan belajar kadang-kadang ada yang
mengerti bahwa dia mempunyai masalah tetapi tidak tahu bagaimana
mengatasinya, dan ada juga yang tidak mengerti kepada siapa ia harus meminta
bantuan dalam menyelesaikan masalahnya itu. Apabila masalahnya itu belum
teratasi mereka mungkin tidak dpat belajar dengan baik, karena konsentrasinya
akan terganggu.
Dalam kondisi sebagaimana dikemukakan di atas, maka bimbingan dan
konseling dapat memberikan layanan dalam: 1) bimbingan belajar, 2) bimbingan
sosial, dan 3) bimbingan dalam mengatasi masalah-masalah pribadi.
1) Bimbingan Belajar
Bimbingan ini dimaksudkan untuk mengatasi masalah-masalah yang
berhubungan dengan kegiatan belajar baik di sekolah maupun di luar sekolah.
Bimbingan ini antara lain meliputi:
a)
b)
c)
d)

Cara belajar, baik belajar secara kelompok ataupun individual.
Cara bagaimana merencanakan waktu dan kegiatan belajar.
Efisiensi dalam menggunakan buku-buku pelajaran.
Cara mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan mata pelajaran

tertentu.
e) Cara, proses, dan prosedur tentang mengikuti pelajaran.
Di samping itu, Winkel (1978) mengatakan bahwa layanan bimbingan dan
konseling mempunyai peranan penting untuk membantu siswa, antara lain:
a) Mengenal diri sendiri dan mengerti kemungkinan-kemungkinan yang terbuka
bagi mereka, baik sekarang maupun yang akan datang.
b) Mengatasi masalah pribadi yang mengganggu belajarnya. Misalnya masalah
hubungan muda-mudi, masalah ekonomi, masalah hubungan dengan orang
tua/keluarga, dan sebagainya.
2) Bimbingan Sosial
Dalam proses belajar di kelas siswa juga harus mampu menyesuaikan diri
dengan kehidupan kelompok. Dalam kehidupan kelompok perlu adanya
toleransi/tenggang rasa, saling memberi dan menerima (take and give), tidak mau
menang sendiri, atau jika mempunyai pendapat harus diterima dalam mengambil

9

keputusan. Langsung ataupun tidak langsung suasana hubungan sosial di kelas
atau di sekolah akan dapat mempengaruhi perasaan aman bagi siswa yang
bersangkutan. Hal ini dapat mempengaruhi konsentrasinya dalam belajar.
Bimbingan sosial ini dimaksudkan untuk membantu siswa dalam
memecahkan dan mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan masalah
sosial, sehingga terciptalah suasana belajar-mengajar yang kondusif. Menurut Abu
Ahmadi (1977) bimbingan sosial ini dimaksudkan untuk:
a) Memperoleh kelompok belajar dan bermain yang sesuai.
b) Membantu memperoleh persahabatan yang sesuai.
c) Membantu mendapatkan kelompok sosial untuk memecahkan masalah tertentu.
Di samping itu, bimbingan sosial juga dimaksudkan agar siswa dapat
melakukan penyesuaian diri terhadap teman sebayanya baik di sekolah maupun di
luar sekolah (Downing, 1978).
3) Bimbingan dalam Mengatasi Maslah-masalah Pribadi
Bimbingan ini dimaksudkan untuk membantu siswa dalam mengatasi
masalah-masalah pribadi, yang dapat mengganggu kegiatan belajarnya. Siswa
yang mempunyai masalah dan belum dapat diatasi/dipecahkan, akan cenderung
terganggu konsentrasi dalam belajar dan akhirnya prestasi belajar yang dicapainya
rendah. Dalam kurikulum SMA tahun 1975 Buku III C tentang Pedoman
Bimbingan dan Penyuluhan dinyatakan ada beberapa masalah pribadi yang
memerlukan bantuan konseling, yaitu masalah akibat konflik antara:
a)
b)
c)
d)
e)
f)

Perkembangan intelektual dengan emosionalnya.
Bakat dengan aspirasi lingkungannya.
Kehendak siswa dengan orang tua atau lingkungannya.
Kepentingan siswa dengan orang tua atau lingkungannya.
Situasi sekolah dengan situasi lingkungan.
Bakat dan pendidikan yang kurang bermutu dengan kelemahan keengganan
mengambil pilihan.
Masalah-masalah pribadi ini juga sering ditimbulkan oleh hubungan

muda-mudi. Selanjutnya juga dikemukakan oleh Downing (1968) bahwa layanan
bimbingan di sekolah sangat bermanfaat terutama dalam membantu:
a) Menciptakan suasana hubungan sosial yang menyenangkan.
10

b) Menstimulasi siswa agar mereka meningkatkan partisipasinya dalam kegiatan
belajar-mengajar.
c) Menciptakan atau mewujudkan pengalaman belajar yang lebih bermakna.
d) Meningkatkan motivasi belajar siswa.
e) Menciptakan dan menstimulasi tumbuhnya minat belajar.
E. Landasan bimbingan dan konseling
Pemberian layanan bimbingan dan konseling pada hakikatnya selalu
didasarkan atas landasan-landasan utama atau prinsip-prinsip dasar. Hal ini berupa
keyakinan-keyakinan yang pada akhirnya dapat mewarnai seluruh kegiatan
bimbingan dan konseling. Menurut Winkel (1991) landasan-landasan itu adalah
sebagai berikut:
1) Bimbingan selalu memperhatikan perkembangan siswa sebagai individu yang
mandiri dan mempunyai potensi untuk berkembang
2) Bimbingan berkisar pada dunia subjektif masing-masing individu
3) Kegiatan bimbingan dilaksanakan atas dasar kesepakatan antara pembimbing
dengan yang dibimbing
4) Bimbingan berlandaskan pengakuan akan martabat dan keluhuran individu
yang dibimbing sebagai manusia yang mempunyai hak asasi (human rights)
5) Bimbingan adalah suatu kegiatan yang bersifat ilmiah yang mengintegrasikan
bidang-bidang ilmu yang berkaitan dengan pemberian bantuan psikologis
6) Pelayanan ditujukan kepada semua siswa, tidak hanya untuk individu saja yang
bermasalah
7) Bimbingan merupakan suatu proses , yaitu berlangsung secara terus-menerus,
berkesinambungan , berurutan, dan mengikuti tahap-tahap perkembangan anak.
Prinsip-prinsip dasar atau landasan-landasan tersebut merupakan dasar
filosofis dalam layanan bimbingan dan koneling. Sebagai suatu kegiatan yang
bersufat professional. Dasar ini menentukan pendekatan (Approach) yang
ditempuh dalam membantu klien untuk memecahkan masalahnya.
F. Prinsip-prinsip Operasional Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Prinsip-prinsip yang dimaksud ialah landasan teoritis yang mendasari
pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling agar layanan tersebut dapat lebih
terarah dan berlangsung dengan baik. Bagi para konselor dalam melaksanakan
kegiatan ini perlu sekali memperhatikan prinsip-prinsip tersebut. Berikut ini
dikemukakan rumusan tentang prinsip-prinsip bimbingan yang dituangkan dalam
kurikulum SMA tahun 1975 buku III C tentang Pelaksaan Bimbingan dan
11

Konseling, yang selanjutnya akan diganti dengan Pedoman Bimbingan dan
Konseling dalam kurikulum 1994.
1. Prinsip-Prinsip Umum
Dalam prinsip umum ini dikemukakan beberapa acuan umum yang
mendasari semua kegiatan bimbingan dan konseling. Prinsip-prinsip umum ini
antara lain:
a) Karena bimbingan itu berhubungan dengan sikap dann tingkah laku
individu, perlu diingat bahwa sikap dan tingkah laku individu itu terbentuk
dari segala aspek kepribadian yang unik dan ruwet, sikap dan tingkah laku
tersebut dipengaruhi oleh pengalaman-pengalamannya. Oleh karena itu ,
dalam pemberian layanan perlu dikaji kehidupan masa lalu klien, yang
diperkirakan mempengaruhi timbulnya masalah tersebut.
b) Perlu dikenal dan dipahami karakteristik individual dari individual yang
dibimbing.
c) Bimbingan diarahkan kepada bantuan yang diberikan supaya individu
yangbersangkutan mampu membantu atau menolong dirinya sendiri dalam
menghadapi kesulitan-kesulitannya.
d) Program bimbingan harus sesuai dengan program pendidikan disekolah
yang bersangkutan
e) Pelaksanaan program bimbingan harus dipimpin oleh seorang petugas yang
memiliki keahlian dalam bidang bimbingan dan sanggup bekerja sama
dengan para pembantunya serta dapat dan bersedia mempergunakan
sumber-sumber yang berguna di luar sekolah
f) Terhadap program bimbingan harus senantiasa diadakan penilaian secaar
teratur untuk mengetahui sampai dimana hasil dan manfaat yang diperoleh
serta persesuaian antara pelaksanaan dan rencana yang dirumuskan
terdahulu.

12

2. Prinsip-Prinsip yang Berhubungan dengan individu yang Dibimbing
a) Layanan bimbingan harus diberikan kepada semua siswa. Maksudnya
bahwa pembimbing dalam memberikan layanan tidak tertuju kepada siswa
tertentu saja, tetapi semua siswa perlu mendapatkan bimbingan, baik yang
mempunyai masalah atau belum. Bagi siswa yang belum bermasalah,
mereka perlu memperoleh bimbingan yang bersifat pencegahan
(preventive), apakah dalam bentuk pemberian informasi pendidikan, jabatan,
dan / atau informasi cara belajar yang baik.
b) Harus ada criteria untuk mengatur prioritas layanan kepada siswa tertentu.
Karena tidak memungkinkan bagi pembimbing untuk memberikan layanan
kepada siswa secara bersamaan, dan masalah-masalah yang dialami oleh
siswa juga ada yang perlu mendapatan layanan sesegera mungkin, maka
untuk menentukan siswa mana yang perlu dilayani dengan segera perlu ada
criteria tertentu. Criteria itu misalnya berupa hasil belajar yang mereka
peroleh. Semakin rendah hasil belajar siswa , atau semakin jauh turun hasil
belajarnya dibandingkan dengan hasil belajar sebelumnya, maka mereka itu
perlu diprioritaskan untuk mendapatan bantuan, sebab kalau layanan
tertunda akan menimbulkan kesalahan yang lebih besar, baik yang
menyangkut kemajuan belajarnya maupun keadaan emosionalnya.
c) Program bimbingan harus berpusat pada siswa. program yang disusun harus
didasarkan atas kebutuhan siswa. Oleh sebab itu , sebelum penyusunan
program bimbingan perlu dilakukan analisis kebutuhan siswa.
d) Layanan bimbingan harus dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan individu
yang bersangkutan secara serba ragam dan serba luas.
e) Keputusan terakhir dalam proses bimbingan ditentukan oleh individu yang
dibimbing. Dalam pelaksanaan bimbingan, pembimbing tidak boleh
memaksakan kehendaknya kepada individu yang dibimbing. Peranan
pembimbing hanya memberikan arahan-arahan serta berbagai
kemungkinannya, dan kepuusa mana yang akan diambil akan diserahkan
sepenuhnya kepada individu yang dibimbing. Dengan demikian klien
mempunyai tanggung jawab penuh terhadap keputusan yang diambilnya itu.
f) Individu yang mendapat bimbingan harus berangsur-angsur dapat
membimbing dirinya sendiri. Hasil pemberian layanan diharapkan tidak
hanya berlaku pada waktu pemberian layanan itu saja, tetapi jika individu
13

mengalami masalah dikemudian hari ia akan dapat mengatasinya sendiri,
sehingga tingkat ketergantungan individu kepada pembinbing semakin
berkurang. Tujuan akhir dari kegiatan ini ialah memandirikan individu yang
dibimbing (klien) dalam mengatasi masalah yang dihadapinya.
3. Prinsip-Prinsip Khusus yang Berhubung an dengan Individu yang Memberikan
Bimbingan
a) Konselor di sekolah dipilih atas dasar kualifikasi kepribadian , pendidikan,
pengalaman dan kemampuannya. Karena pekerjaan bimbingan merupakan
pekerjaan yang memerlukan keahlian dan keterampilan-keterampilan
tertentu, maka pekerjaan bimbingan itu tidak dapat dilakukan oleh semua
orang. Dengan demikian, orang yang akan bertugas sebagai pembimbing
disekolah harus dipilih atas dasar-dasar tertentu, misalnya kepribadian,
pendidikan , pengalaman dan kemampuannya, karena kualifikasi tersebut
dapat mendukung keberhasilan pembimbing dalam melaksanakan tugasnya.
Banyak masalah-masalah yang dalam pemecahannya diperlukan dukungan
pengalaman pembimbing, keluasan wawasan maupun kemampuan lainnya.
b) Konselor harus mendapat kesempatan untuk mengembangkan dirinya serta
keahliannya melalui berbagai pelatihan penataran. Karena ilmu tentang
bimbingan terus berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan lainnya. Agar pembimbing dapat mengikuti dan menguasai
perkembangan tersebut, pembimbing hendaklah mencari / mendapatkan
kesempatan untuk mengikuti beragai latihan dan penataran, sehingga
potensi yang dimiliki pembimbing itu lebih berkembang lagi. Denangan
demikian teknik-teknik bimbingan yang dikuasai pembimbing akan lebih
kaya, dan wawasannya tentang bimbingan akan lebih luas.
c) Konselor hendaknya selalu mempergunakan informasi yang tersedia
mengenai individu yang dibimbing beserta lingkungannya, sebagai bahan
untuk membantu individu yang bersangkutan ke arah peyesuaian diri yang
lebih baik. Untuk efektifnya pemberian bantuan kepada anak didik,
pembimbing perlu mengetahui informasi tentang anak didik serta
lingkungannya. Penguasaan informasi tersebut akan memudahkan
pembimbing untuk membantu anak didiknya dalam mencarikan alternatif-

14

alternatif pemecahan masalah yang dihadapinya serta dalam
mengembangkan kemampuannya untuk melakukan penyesuaian diri secara
baik.
d) Konselor harus menghormati dan menjaga kerahasiaan informasi tentang
individu yang dibimbingnya. Informasi yang diperoleh dari individu yang
dibimbing itu ada yang perlu dirahasiakan. Kalau hal ini tidak dapat
dilaksanakan oleh pembimbing, maka individu yang bersangkutan akan
merasa malu dan akhirnya individu tersebut tidak akan percaya pada
pembimbing. Sebagai akibatnya jika pada masa datang ia mengalami
masalah, ia tidak akan mau menyampaikannya secara jujur kepada
pembimbing. Bila klien merasa yakin bahwa rahasia pribadinya terjamin,
maka ia akan mau membukakan dengan terus terang permasalahanpermasalahan yang sedang dihadapinya. Dengan demikian, pembimbing
dapat memperoleh informasi yang lengkap dan jelas tentang klien, sehingga
mempermudah mengetahui sumber penyebab timbulnya masalah dan
mempercepat pemecahan masalah itu.
e) Konselor hendaknya mempergunakan berbagai jenis metode dan teknik
yang tepat dalam melakukan tugasnya. Karena keunikan masalah yang
dialami oleh individu dan latar belakangnya maka dalam pemberian
layanan, pembimbing dituntut untuk menguasai berbagai metode dan teknik
pembimbingan. Disamping itu, pembimbing juga harus menggunakan
berbagai metode untuk mengatasi masalah yang dialami oleh individu,
karena ada masalah yang dapat diselesaikan dengan satu teknik saja dan ada
pula yang memerlukan lebih dari satu teknik atau metode.
f) Konselor hendaknya memperhatikan dan mempergunakan hasil penelitian
dalam bidang : minat, kemampuan, dan hasil belajar individu untuk
kepentingan perkembangan kurikulum sekolah yang bersangkutan. Dengan
menggunakan data yang tepat maka kegiatan bimbingan akan lebih
bermakna bagi individu yang dibimbing khususnya dan pengembangan
kurikulum sekolah pada umumnya.
4. Prinsip-Prinsip Khusus yang Berhubungkan dengan Organisasi dan
Administrasi Bimbingan
a) Bimbingan harus dilaksanakan secara berkesinambungan

15

b) Dalam pelaksanaan bimbingan harus tersedia kartu pribadi (cumulative
record) bagi setiap individu (siswa). Hal ini sangat diperlukan untuk
mencatat data pribadi individu secara sistematik yang dapat digunakan
untuk membantu kemajuan individu yang bersangkutan. Dengan demikian ,
pembimbing dapat dengan mudah mengetahui perkembangan masalah klien
dan pembimbing mempunyai data yang lengkap tentang keadaan kliennya.
c) Program bimbingan harus disusun sesuai dengan kebutuhan sekolah yang
bersangkutan.karena pelaksanaan bimbingan terintegrasi dalam keseluruhan
proses pendidikan disekolah, maka dalam penyusunan program bimbingan
juga harus sesuai dengan program sekolah itu agar layanan bimbingan
mempunyai sumbangan yang besar terhadap program sekolah .
d) Pembagian waktu harus diatur untuk setiap petugas secara baik. Ini untuk
menghindari penumpukan tugas-tugas dari para pembimbing. Disamping
itu, juga untuk menghindari kekecewaan siswa yang merasa senang pada
pembimbing tertentu, tetapi pembimbing tersebut tidak ada.
e) Bimbingan harus dilaksanakan dalam situasi individual dan dalam situasi
kelompok, sesuai dengan masalah dan metode yang dipergunakan dalam
memecahkan masalah itu.
f) Sekolah harus bekerjasama dengan lembaga-lembaga diluar sekolah yang
menyelenggarakan layanan yang berhubungan dengan bimbingan dan
penyuluhan pada umumnya.
g) Kepala sekolah memegang tanggung jawab tertinggi dalam pelaksanaan
bimbingan.

16

G. Asas-Asas Bimbingan Konseling
Asas adalah segala hal yang harus dipenuhi dalm melaksanakan suatu
kegiatan, agar kegiatan tersebut dapat terlaksana dengan baik serta mendapatkan
hasil yang memuaskan. Dalam kegiatan/layanan bimbingan dan konseling
menurut prayitno (1982) ada beberapa asas yang perlu diperhatikan, yaitu :
a. Asas Kerahasiaan
Asas ini mempunyai makna yang sangat penting dalam layanan
bimbingan dan konseling. Mungkin tidak terlalu berlebihan bilamana asas ini
disebut asas kunci dalam pemberian layanan tersebut. Sebagaian keberhasilan
layanan bimbingan banyak ditentukan oleh asas ini, sebab klien akan mau
membukakan keadaan dirinya sampai dengan masalah-masalahyang sangat
pribadi, apabila ia yakin bahwa konselor dapat menyimpan rahasianya. Dengan
adanya keterbukaan dari klien akan memberikan kemudahan-kemudahan bagi
konselor menemukan sumber penyebabtimbulnya masalah yang selanjutnya
dapat mempermudah pula mencari atau mendapatkan jalan pemecahan masalah
yang dihadapi oleh klien.
b. Asas Keterbukaan
Konselor harus berusaha untuk menciptakan suasana keterbukaan dalam
membahas masalah yang dialami klien. Klien terbuka menyampaikan perasaan,
pikiran, dan keinginannya yang diperkirakan sebagai sumber timbulnya
masalah. Klien merasa bebasmengutarakan perasaanya dan konselorpun dapat
menerimanya dengan baik. Konselor juga terbuka dalam memberika tanggapan
terhadap hal-hal yang dikemukakan klien. Namun demikian, tidak dapat
dilaksanakan dengan baik. Oleh karena itu, asas kerahasiaan akan sangat
mendukung terciptanya keterbukaan klien dalam menyampaikan masalah.
c. Asas Kesukarelaan
Konselor mempunyai peran utama dalam mewujudkna kesukarelaan ini.
konselor harus mampu mencerminkan asas ini dalam menerima klien.
Bilamana konselor tidak siap dalam menerima kehadiran klien karena satu hal
dan hal lain, seperti tidak cukupnya waktu untuk berkonsultasi yang
disebabkan ada acara lain; badan atau perasaan tidak enak; sedang punya
masalah yang agak serius, dan sebagainya. Kondisi konselor yang demikian
dapat asaa ini tidak terwujud, kalau mereka paksakan melakukan konsultasi.
Sebaliknya bila klien tidak mau sukarela mengemukakan permaslahnya, maka
17

konsultasi itu tidak mungkin berjalan efektif. Hal ini bisa terjadi mungkin
disebabkan kesan klien yang kurang baikterhadap konselornya, sehingga
masalah-masalah yang dihadapi enggan disampaikan kepada konselor.
d. Asas kekinian
Pemecahan msalah dalam kegiatan konselinh seharusnya berfokus pada
masalah-masalah yang dialami oleh klien pada saat ini. apa yaang dirasakan
dan dipikirkan pada saat konsultasi itulah yang menjadi pusat perhatian dalam
mencarikan solusinya. Konselor jangan terperangkap tentang masalah yang
tidak lagi menjadi masalah bagi klien. Bila hal itu terjadi, maka kegiatan
layanan tidak akan memebrikan solusi bagi masalah yang dihadapi klien.
Misalnya : klien mengeluh bahwa prestasi belajarnya rendah. Pembicaraan
hendaknya berorientasi pada msalah-masalah yang berkaitan dengan rendahnya
prestasi belajar tersebut, dan bukan hal-hal lain yang tidak ada lagi kaitannya
dengan masalah tersebut.
e. Asas Kemandirian
Pelayanan bimbingan dan konseling bertujuan menjadikan klien dapat
berdiri sendiri, tidak bergantung pada orang lain atau tergantung pada konselor.
Individu yang dibimbing setelah dibantu diharapkan dapat mandiri dengan ciriciri pokok mampu:
a.

Mengenal diri sendiri dan lingkungan sebagaimana adanya.

b.

Menerima diri sendiri secara positif dan dinamis.

c.

Mengambil keputusan untuk dan oleh diri sendiri.

d.

Mengarahkan diri sesuai dengan keputusan itu.

e.

Mewujudkan diri secara optimal sesuai dengan potensi, minat, dan

kemampuan-kemampuan yang dimilikinya.
Kemandirian dengan ciri-ciri umum di atas haruslah disesuaikan dengan
tingkat perkembangan dan peranan klien dalam kehidupan sehari-hari.
Kemandirian sebagai hasil konseling menjadi arah dari ke

18

f. Asas Kegiatan
Usaha layanan bimbingan dan konseling akan dpat berlangsung baik,
bilamana klien mau melaksanakan sendiri kegiatan yang telah dibahas dalam
layanan itu. Oleh karena itu, konselor hendaknya mampu memotivasi klien
untuk melaksanakn semua saran yang telah disampaikannya. Keberhasilan
layanan bimbingan dan konseling tidaklah terwujud dengan sendirinya, tetapi
harus diusahakan oleh klien itu sendiri.
g. Asas Kedinamisan
Arah layanan bimbingan dan konseling yaitu terwujudnya perubahan
dalam diri klien, yaitu perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik. Sesuai
dengan sifat keunikan manusia maka konselor harus memberikan layanan
seirama dengan perubahan-perubahan pada diri klien. Perubahan itu tidak
hanya sekadar berupa pengulangan-pengulangan yang bersifat monoton
melainkan perubahan menuju [ada suatu kemajuan.
h. Asas Keterpaduan
Kepribadian klien merupakan sutu kesatuan dari berbagai macam aspek.
Dalam memberikan layanan kepada klien, hendaknya selalu diperhatikan
aspek-aspek kepribadian klien yang diarahkan untuk mencapai keharmonisan
atau keterpaduan. Bial tidak terwujud keterpaduan aspek-aspek ini justru akan
menimbulkan masalah baru.
Di samping keterpaduan layanan yang idberikan, konselor juga harus
memperhatikan keterpaduan isi dan proses layanan yang diberikan, jangan
sampai terjadi timbulnya ketidakserasian atau pertentangan dengan aspek
layanan lainnya.
i. Asas Kenormatifan
Maksud dari asas ini adalah usaha layanan bimbingan dan konseling yang
dilakuakn itu hendaknya tidak bertentangan dengan norma-norma yang
berlaku, sehingga tidak terjadi penolakan dari individu yang dibimbing. Baik
penolakan dalam prosesnya maupun saran-saran atau keputusan yang dibahas
dalam konseling.

19

j. Asas Keahlian
Layanan bimbingan dan konseling adalah profesional,oleh karena itu tidak
mungkin dilaksanakan oleh orang-orang yang tidak dididik dan dilatih atau
dipersiapkan untuk itu. Layanan konseling menuntut suatu ketrampilan khusus.
Konselor harus benar-benar terlatih untuk itu, sehingga layanan tersebut benarbenar profesional.
k. Asas Alih Tangan
Asas ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya pemberian layan yang
tidak tepat. Konselor bukanlah tenaga yang serba bisa dan serba tahu, sehingga
dalam memberikan layanan ia perlu membatasi diri sesuai dengan keahliannya.
Bial ditemukan masalah-masalah klien yang diluar keahliannya, maka konselor
hendaknya segera mengalihtangankan kepada ahli lainnya. Setiap masalah
hendaknya ditangani oleh ahli yang berwenang untuk itu.
l. Asas Tut Wuri Handayani
Setelah klien mendapatkan layanan, hendaknya klien merasakan bahwa
layanan tersebut tidak hanya pada saat klien mengemukakan persoalannya. Di
luar layanan pun hendaknya makna bimbingan dan konseling tetap dapat
dirasakan, sehingga tercipta hubungan yang harmonis antara konselor dan
kliennya. Klien hendaknya merasa terbantu dan merasa aman atas pemberian
layanan itu. Dalam pemecahan masalah, konselor jangan dijadikan alat oleh
klien tetapi klien sendirilah yang harus mengambil keputusan. Konselor
sewaktu-waktu siap membantunya bila dalam pelaksanaannya, klien
mengalami masalah atau benturan-benturan lagi.

H. Orientasi layanan Bimbingan dan Konseling
Layanan bimbingan dan konseling hendaknya menekankan pada : (a)
orientasi individual, (b) orientasi perkemangan siswa, dan (3) orientasi
permasalahan yang dihadapi siswa.
1.

Orientasi individual
Pada hakikatnya setiap individu mempunyai perbedaan satu sama lainnya.

Perbedaan itu dapat bersumber dari latar belakang pengalamannya, pendidikan,
sifat-sifat kepribadian yang dimiliki dan sebagainya. Menurut Willerman (1979)
anak kembar satu telor pun mempunyai perbedaan, apalagi kalau dibesarkan
dalam lingkungan yang berbeda. Ini membuktikan bahwa kondisi lingkungan

20

dapat memberikan andil terjadinya perbedaan individu. Tylor (1956) juga
menyatakan bahwa kelas sosial keluarga dapat menimbulkan terjadinya perbedaan
individu.
Perbedaan latar belakang kehidupan individu dapat mempengaruhinya
dalam cara berpikir, cara berperasaan dan cara menganalisis masalah. Dalam
layanan bimbingan dan konseling hal ini harus menjadi perhatian besar.
2.

Orientasi perkembangan
Dalam setiap tahap usia perkembangan individu hendaknya mampu

mewujudkan

tugas-tugas

perkembangannya.

Setiap

tahap

atau

periode

perkembangan mempunyai tuas-tugas perkembangan sendiri-sendiri yang sudah
harus dicapai pada akhir tahap masa perkembangannya itu. Pencapaian tugas
perkembangan di suatu tahap perkembangan akan mempengaruhi perkembangan
berikutnya (Ratna Asmara Pane, 1988). Sebagai contoh dapat dikemukakan tugastugas perkembangan masa remaja menurut Havighurst yang dikutip oleh Hurlock
(1980) antara lain :
a) Mampu mengadakan hubungan-hubungan baru dan lebih matang dengan
teman sebaya baik laki-laki maupun perempuan.
b) Dapat berperan sosial yang sesuai, baik perannya sebagai laki-laki atau
sebagai perempuan.
c) Menerima keadaan fisik serta dapat memenfaatkan kondisi fisiknya dengan
baik.
d) Mampu menerima tanggung jawab sosial dan bertingkah laku sesuai dengan
tanggung jawab sosial.
e) Tidak tergantung secara emosional pada orang tua atau orang dewasa
lainnya.
f) Menyiapkan diri terhadap karir dan ekonomi.
g) Menyiapkan diri terhadap perkawinan dan kehidupan berkeluarga.
h) Memperoleh nilai-nilai sistem etis sebagai pedoman dalam bertingkah laku
serta dapat mengembangkan suatu ideologi.
3.

Orientasi masalah
Layanan bimbingan dan konseling harus bertolak belakang dari masalah

yang sedang dihadapi oleh klien. Konselor hendaknya tidak terperangkap dalam

21

masalah-masalah lain yang tidak dikeluhkan oleh klien. Hai ini disebut dengan
asas kekinian (Prayitno, 1985). Artinya pembahasan masalah difokuskan pada
masalah yang saat ini (saat berkonsultasi) dirasakan oleh klien. Kadang-kadang
konselor terperangkap dalam hal-hal yang sebenarnya tidak dirasakan sebagai
masalah oleh klien yang bersangkutan. Akibatnya, masalah yang sebenarnya
justru tidak teratasi atau bahkan timbul masalah baru. Konselor dapat saja
membahas hal-hal lain asal masih ada kaitannya dengan masalah yang dihadapi
klien.

I. Kode Etik Bimbingan dan Konseling
Landasan Kode Etik Konselor adalah (a) Pancasila, mengingat bahwa
profesi konseling merupakan usaha layanan terhadap sesama manusia dalam
rangka ikut membina warga negara yang bertanggung jawab. (b) tuntutan profesi,
mengacu kepada kebutuhan dan kebahagiaan klien sesuai dengan norma-norma
yang berlaku.
Dari sudut pandang profesi bantuan (helping profession) pelayanan
konseling diabdikan bagi peningkatan harkat dan martabat kemanusiaan dengan
cara menfasilitasi perkembangan individu atau kelompok individu sesuai dengan
dengan kekuatan, kemampuan potensial dan aktual serta peluang-peluang yang
dimilikinya, dan membantu mengatasi kelemahan dan hambatan serta kendala
yang dihadapi dalam perkembangan dirinya.
Sebagai pekerjaan profesional, maka cara kerjanya diatur dalam kode etik
yang jelas. Kode etik adalah kode moral yang menjadi landasan kerja bagi pekerja
profesional. Etik merupakan standar tingkah laku standar seseorang, atau
sekelompok orang, yang didasarkan atas nilai-nilai yang disepakati. Setiap
kelompok profesi pada dasarnya merumuskan standar tingkah lakunya yang
dijadikan sebagai pedoman dalam menjalankan tugas dan kewajiban profesional.
Standar Tingkah Laku profesional itu diterjemahkan dari nilai-nilai masyarakat ke
dalam bentuk cita-cita yang terstruktur dalamhubungannya dengan orang lain,
kliennya dan masyarakat. Terjemahan nilai-nilai sebagai bentuk standar itu
dirumuskan ke dalam “kode etik profesi” (Hansen, 1982:438).

22

Rumusan Kode Etik Bimbingan dan Konseling yang dirumuskan oleh
Ikatan Petugs Bimbingan Indonesia, yang dikutip oleh Syahril dan Riska Ahmad
(1986),yaitu:
a) Pembimbing/Konselor menghormati harkat pribadi, integritas, dan
keyakinan klien.
b) Pembimbing/komselor menempatkan kepentingan klien di atas
kepentingan pribadi pembimbing/konselor sendiri.
c) Pembimbing /konselor tidak membedakan klien atas dasar suku,warna
kulit,kepercayaan atau status sosial ekonominya.
d) Pembimbing/konselor apat menguasai dirinya dalam arti kata berusaha
untuk mengerti kekurangan-kekurangannya dan prasangka-prasangka yang
ada pada dirinya yang dapat mengakibatkan rendahna mutu layanan yang
akan diberikan serta merugikan klien.
e) Pembimbing/konselor mempunyai serta memperlihatkan sifat-sifat rendah
hati, sederhana, sabar, tertib, dan percaya pada paham hidup sehat.
f) Pembimbing/konselor terbuka terhadap saran atau pandangan yang
diberikan padanya, dalam hubungannya dengan ketentuan-ketentuan
tingkah laku profesional sebagaimana dikemukakan dalam kode etik
bimbingan dan konseling.
g) Pembimbing/konselor memiliki sifat tanggung jawab, naik terhadap
lembaga dan orang-orang yang dilayani maupun terhadap profesinya.
h) Pembimbing/konselor menguahakan mutu kerjanya setinggi mungkin.
Dalam hal ini dia perlu mnguasai keterampilan dan menggunakan teknikteknik dan prosedur-prosedur khusus yang dikembangkan atas dasar
ilmiah.
i) Pembimbing/konselor menguasai pengetahuan dasar yang memadai
tentang hakikat dan tingkah laku orang , serta tentang teknik dan prosedur
laanan bimbingan guna memberikan layanan dengan sebaik-baiknya.
j) Seluruh catatan tentang diri klien merupakan informasi yang bersifat
rahasia, dan pembikbing menjaga kerahasiaan ini. Data ini hanya dapat
disampaikan kepada orang yang berwenang menafsirkan dan
menggunakannya, dan hanya dapat diberikan atas dasar persetujuan klien.

23

k) Sesuatu tes hanya boleh diberikan oleh petugas ang berwenang
menggunakan dan menafsirkn hasilnya.
l) Testing psikologi baru boleh diberikan dalam penanganan kasus dan
keperluan lain yang membutuhkan data tentang sifat atau diri kepribadian
seperti taraf intelegensi, minat, bakat, dan kecenderungan-kecenderungan
dalam diri pribadi seseorang.
m) Data hasil tes psikologi harus diintegrasikan dengan informasi lainnya
yang diperoleh dari sumber lain, serta harus diperlakukan setaraf dengan
informasi lainnya itu.
n) Konselor memberikan orientasi yang tepat kepada klien mengenai alasan
digunakannya tes psikologi dan hubungannya dengan masalah yang
dihadapi klien.
o) Hasil tes psikologi harus diberitahukan kepada klien dengan disertai
alasan-alasan tentang kegiatannya dan hasil tersebut dapat diberitahukan
pada pihak lain, sejauh pihak yang diberitahu itu ada hubungannya dengan
usaha bantuan pada diberitahu itu ada hubungannya dengan usaha bantuan
pada klien dan tidak merugikan klien sendiri.
Tingkah laku tidak beretik dalam konseling bentuknya bermacam-macam.
Godaan umum yang dirasakan orang,juga dialami konselor. Diantaranya termasuk
keintiman fisik, gosip yang menggairahkan,atau kesempatan (jika berhasil) untuk
meningkatkan karir seseorang. (Welfel & Lipsitz,1983b:328). Beberapa bentuk
tingkah laku tidak etis jelas dan terencana, sementara lainnya lebih halus dan tidak
terencana. Berikut ini adalah beberapa tingkah laku tidak etis yang paling sering
dalam konseling (ACA,2005; Herlihy & Corey, 2006):

24

a. Pelanggaran kepercayaan
b. Melampaui tingkat kompetensi profesional seseorang
c. Kelalaian dalam praktik
d. Mengklaim keahlian yang tidak dimiliki
e. Memaksakan nilai-nilai konselor kepada klien
f. Membuat klien bergantung
g. Melakukan aktivitas seksual dengan klien
h. Konflik kepentingan, seperti hubungan ganda yaitu peran konselor
bercampur dengan hubungan lainnya, baik hubungan pribadi atau
hubungan profesional (Moleski & Kiselica,2005)
i. Persetujuan finansial yang kurang jelas, seperti mengenakan bayaran
tambahan
j. Pengiklanan yang tidak pantas
k. Plagiarisme

25

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Bimbingan dan Koseling proses pemberianbantuankepadaindividu yang
dilakukansecaraberkesinambungan,
supayaindividutersebutdapatmemahamidirinyasehinggaiasanggupmengara
hkandiridandapatbertindakwajarsesuaidengantuntutandankeadaankeluarga
sertamasyarakat.
2. Peranan Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan di Sekolah ialah
mengambangkan dan memperluas pandangan guru tentang masalah
afektif, pengaruh keadaan emosional, dan sikap yang lebih positif .
3. Tujuan Bimbingan di Sekolah ialah Mengatasi kesulitan dalam belajarnya,
kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik , kesehatan jasmani, kelanjutan studi,
perencanaan dan pemilihan jenis pekerjaan, dan masalah sosia.
4. Peranan Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan Pembelajaran Siswa
ialah menciptakan suasana sosial yang menyenangkan, menstimulasi siswa
meningkatkan partisipasinya dalam kegiatan belajar-mengajar,
menciptakan pengalaman belajar yang lebih bermakna, meningkatkan
motivasi belajar siswa, menciptakan dan menstimulasi tumbuhnya minat
belajar.
5. Landasan Bimbingan dan Konseling ialah memperhatikan perkembangan
siswa ,berkisar pada dunia subjektif , kesepakatan antara pembimbing
dengan yang dibimbing, dan pengakuan individu yang dibimbing.
6. Prinsip-Prinsip Operasional Bimbingan dan Konseling di Sekolah ialah
berhubungan dengan sikap dann tingkah laku individu dan pemahaman
karakteristik individual dari individual yang dibimbing.
7. Asas-Asas Bimbingan dan Konseling ialah kerahasiaan, keterbukaan ,
kesukarelaan dll.
8. Orientasi Layanan Bimbingan dan Konseling ialah individu,
perkembangan dan masalah.
9. Kode Etik Bimbingan dan Konseling ialah berlandaskan pancasila dan
tuntutan profesi.
B. Saran

26

1. Sebaiknya perlu penambahan referensi yang lebih banyak untuk
memantapkan teori dan konsep tentang bimbingan dan konseling
2. Perlu adanya tindak lanjut untuk melaksankannay dengan sepenuh hati bagi
calon guru, serta berusaha menghayati makna dari bimbingan dan konseling
itu sendiri.

27

Daftar Pustaka
Mariyana, Rita. Etika Profesi Guru.
Sucipto dan Kosasi. 2009. Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta

28