fungsi dan peranan pendidikan dalam masy

MAKALAH
FUNGSI DAN PERANAN PENDIDIKAN

Ditujukan sebagai tugas mata kuliah Ilmu Pendidikan

Dosen : H. Muhamad Samsudin, M.A
Di susun oleh :
Erwin Subkhi

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT)
DAARUL FATTAH TANGERANG SELATAN
2015
1

KATA PENGANTAR

2

DAFTAR ISI

BAB I

3

PENDAHULUAN
1.1 Latar balakang
Lembaga Pendidikan (baik formal, non formal atau informal) adalah tempat transfer
ilmu pengetahuan dan budaya (peradaban). Melalui praktik pendidikan, peserta didik diajak
untuk memahami bagaimana sejarah atau pengalaman budaya dapat ditransformasi dalam
zaman kehidupan yang akan mereka alami serta mempersiapkan mereka dalam menghadapi
tantangan dan tuntutan yang ada di dalamnya. Dengan demikian, makna pengetahuan dan
kebudayaan sering kali dipaksakan untuk dikombinasikan karena adanya pengaruh zaman
terhadap pengetahuan jika ditransformasikan.
Oleh karena itu pendidikan nasional bertujuan mempersiapkan masyarakat baru yang
lebih ideal, yaitu masyarakat yang mengerti hak dan kewajiban dan berperan aktif dalam
proses pembangunan bangsa. Esensi dari tujuan pendidikan nasional adalah proses
menumbuhkan bentuk budaya keilmuan, sosial, ekonomi, dan politik yang lebih baik dalam
perspektif tertentu harus mengacu pada masa depan yang jelas (pembukaan UUD 1945 alenia
4). Melalui kegiatan pendidikans, gambaran tentang masyarakat yang ideal itu dituangkan
dalam alam pikiran peserta didik sehingga terjadi proses pembentukan dan perpindahan
budaya. Pemikiran ini mengandung makna bahwa lembaga pendidikan sebagai tempat
pembelajaran manusia memiliki fungsi sosial(agen perubahan di masyarakat) dan wewenang

dalam pendidikan.
Dalam hal ini penulis bermaksud untuk menganalisis tentang fungsi dan wewenang
pendidikan yang tujuannya untuk mengetahui lebih jelas mengenai fungsi dan wewenang
dalam pendidikan secara umum.
1.2 Perumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1.2.1 Apa saja fungsi pendidikan secara umum ?
1.2.2 Bagaimanakah peran ganda didalam pendidikan ?
1.2.3 Refleksi posisi diri sebagai bagian dari proses pendidikan ?
1.3 Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.3.1 Mengetahui fungsi-fungsi dan peranan pendidikan secara umum.
1.3.2 Mengetahui bagaimanakah peran ganda didalam pendidikan
1.3.3 Mengetahui posisi diri sebagai bagian dari proses pendidikan.
1.4 Ruang lingkup
Ruang lingkup yang saya tulis dalam makalah ini merupakan fokus terhadap
materi-materi tentang fungsi dan peranan pendidikan secara umum.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

4

2.1 Pengertian Pendidikan
Dalam arti luas, pendidikan adalah berusaha membangun seseorang untuk lebih
dewasa. Atau Pendidikan adalah suatu proses transformasi anak didik agar mencapai hal hal
tertentu sebagai akibat proses pendidikan yang diikutinya Sebaliknya menurut jean praget
pendidikan berarti menghasilkan atau mencipta walaupun tidak banyak. Pendidikan adalah
segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu sebagai pengalaman belajar
yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup[1]..
Menurut miramba, pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh
pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya
kepribadian yang utama.[2] Definisi ini agaknya yang banyak dipakai di indonesia.
Dalam Islam pendidikan didefinisikan sebagai berikut, bimbingan yang diberikan oleh
seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.
[3] Lebih jelasnya pendidikan adalah setiap proses di mana seseorang memperoleh
pengetahuan, mengembangkan kemampuan/keterampilan sikap atau mengubah sikap.
Secara garis besar, Pendidikan mempunyai fungsi sosial dan individual. Fungsi
sosialnya adalah untuk membantu setiap individu menjadi anggota masyarakat yang lebih
efektif dengan memberikan pengalaman kolektif masa lampau dan kini. Fungsi individualnya
adalah untuk memungkinkan seorang menempuh hidup yang lebih memuaskan dan lebih

produktif dengan menyiapkannya untuk menghadapi masa depan (pengalaman baru). Proses
pendidikan dapat berlangsung secara formal seperti yang terjadi di berbagai lembaga
pendidikan. Ia juga berlangsung secara informal lewat berbagai kontak dengan media
komunikasi seperti buku, surat kabar, majalah, TV, radio dan sebagainya atau non formal
seperti interaksi peserta didik dengan masyarakat sekitar.
2.2. Lembaga pendidikan
Tidak bisa kita pungkiri lagi bahwa lembaga pendidikan memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap corak dan karakter masyarakat. Belajar dari sejarah perkembanganya
lembaga pendidikan yang ada di indonesia memiliki beragam corak dan tujuan yang berbedabeda sesuai dengan kondisi yang melingkupi, mulai dari zaman kerajaan dengan bentuknya
yang sangat sederhana dan zaman penjajahan yang sebagian memiliki corak ala barat dan
gereja[4], dan corak ketimuran ala pesantren sebagai penyeimbang, serta model dan corak
kelembagaan yang berkembang saat ini tentunya tidak terlepas dari kebutuhan dan tujuantujuan tersebut.
Dalam upaya meningkatkan mutu sumber daya manusia, mengejar ketertinggalan di
segala aspek kehidupan dan menyesuaikan dengan perubahan global serta perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, bangsa Indonesia melalui DPR dan Presiden pada tanggal 11 Juni
2003 telah mensahkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional yang baru, sebagai
pengganti Undang-undang Sisdiknas Nomor 2 Tahun 1989. Undang-undang Sisdiknas Nomor
20 Tahun 2003 yang terdiri dari 22 Bab dan 77 pasal tersebut juga merupakan
pengejawantahan dari salah satu tuntutan reformasi yang marak sejak tahun 1998.
Perubahan mendasar yang dicanangkan dalam Undang-undang Sisdiknas yang baru

tersebut antara lain adalah demokratisasi dan desentralisasi pendidikan, peran serta
masyarakat, tantangan globalisasi, kesetaraan dan keseimbangan, jalur pendidikan, dan
peserta didik.
Sebagai sistem sosial, lembaga pendidikan harus memiliki fungsi dan peran dalam
perubahan masyarakat menuju ke arah perbaikan dalam segala lini. Dalam hal ini lembaga
pendidikan memiliki dua karakter secara umum. Pertama, melaksanakan peranan fungsi dan
harapan untuk mencapai tujuan dari sebuah sitem. Kedua mengenali individu yang berbeda5

beda dalam peserta didik yang memiliki kepribadian dan disposisi kebutuhan.[5] Kemudian
sebagai agen perubahan lembaga pendidikan berfungsi sebagai alat:
1)
Pengembangan pribadi
2)
Pengembangan warga
3)
Pengembangan Budaya
4)
Pengembangan bangsa
2.3 Klasifikasi Lembaga Pendidikan
Upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat pada dasarnya merupakan cita-cita dari

pembangunan bangsa. Kesejahteraan dalam hal ini mencakup dimensi lahir batin, material
dan spiritual. Lebih dari itu pendidikan menghendaki agar peserta didiknya menjadi individu
yang menjalani kehidupan yang aman dan damai. Oleh karena itu pembangunan lembaga
pendidikan diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata dalam mewujudkan Indonesia
yang aman, damai, dan sejahtera. Sejalan dengan realitas kehidupan sosial yang berkembang
di masyarakat, maka pengembangan nilai-nilai serta peningkatan mutu pendidikan tentunya
menjadi tema pokok dalam rencana kerja pemerintah dalam membangun lembaga pendidikan.
Lembaga pendidikan di indonesia dalam UU bisa kita klasifikasikan menjadi dua
kelompok yaitu: sekolah dan luar sekolah, selanjutnya pembagian ini lebih rincinya menjadi
tiga bentuk:
1). informal.
2). formal
3). dan nonformal
Sebelum kita melngkah pada pembahasan lebih jauh, tentunya kita harus mengetahui
peran masing-masing lembaga secara umum, ketiga klasifikasi di atas dalam pergumulanya di
masyarakat memiliki peran yang berbeda-beda, lembaga pendidikan pertama, yaitu informal
atau keluarga, ranah garapanya adalah lebih banyak di arah kan dalam pembentukan karakter
atau keyakinan dan norma. Lembaga pendidikan kedua, yaitu formal atau sekolah, peran
besarnya lebih banyak di arahkan pada pengembangan penalaran murid. Yang terakhir
lembaga pendidikan ketiga, yaitu masyarakat, peranya lebih banyak pada pembentukan

karakter sosial.[6]
Ketiga pembagian di atas adalah merupakan perubahan mendasar, Dalam Sisdiknas
yang lama pendidikan informal (keluarga) tersebut sebenarnya juga telah diberlakukan,
namun masih termasuk dalam jalur pendidikan luar sekolah, dan ketentuan
penyelenggaraannyapun tidak konkrit. Penjelasan dari klasifikasi tersebut adalah:
Pendidikan informal, atau pendidikan pertama adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan
oleh keluarga dan lingkungan yang berbentuk kegiatan belajar secara mandiri, hal ini adalah
menjadi pendidikan primer bagi peserta dalam dalam pembentukan karakter dan kepribadian,
hal ini penulis fikir sesuai dengan konsep al Qur’an dalam masalah pendidikan dikeluarga
yaitu menjaga keluarga kita dari hal-hal yang negatif, firman alloh:
(‫)قوا أنفسكم وأهليكم نارا‬
Pendidikan nonformal, atau pendidikan kedua meliputi pendidikan kecakapan hidup,
pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan,
pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan,
serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.
Satuan pendidikan nonformal meliputi lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar,
pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM), dan majelis taklim, serta satuan pendidikan yang
sejenis. Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan
formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh
pemerintah (pusat) dan pemerintah daerah dengan mengacu pada standard nasional

pendidikan. Adapun pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang
memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, atau ingin
6

melengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat, yang
berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan
pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian
profesional
Jalur formal adalah lembaga pendidikan yang terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi dengan jenis pendidikan:
1). umum
2). Kejuruan
3). Akademik
4). profesi
5). Advokasi
6). keagamaan.
Pendidikan formal dapat coraknya diwujudkan dalam bentuk satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh pemerintah (pusat), pemerintah daerah dan masyarakat
Pendidikan dasar yang merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang
pendidikan menengah berbentuk lembaga sekolah dasar (SD) dan madrasah ibtidaiyah (MI)

atau bentuk lain yang sederajat, serta sekolah menengah pertama (SMP) dan madrasah
tsanawiyah (Mts) atau bentuk lain yang sederajad.
Sebelum memasuki jenjang pendidikan dasar, bagi anak usia 0-6 tahun
diselenggarakan pendidikan anak usia dini, tetapi bukan merupakan prasyarat untuk
mengikuti pendidikan dasar. Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur
formal (TK, atau Raudatul Athfal), sedangkan dalam nonformal bisa dalam bentuk ( TPQ,
kelompok bermain, taman/panti penitipan anak) dan/atau informal (pendidikan keluarga atau
pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan
Sedangkan Pendidikan menengah yang merupakan kelanjutan pendidikan dasar terdiri
atas, pendidikan umum dan pendidikan kejuruan yang berbentuk sekolah menengah atas
(SMA), madrasah aliyah (MA), sekolah menengah kejuruan (SMK), dan madrasah aliyah
kejuruan (MAK) atau bentuk lain yang sederajad.
Yang terakhir adalah pendidikan tinggi yang merupakan jenjang pendidikan setelah
pendidikan menengah, pendidikan ini mencakup program pendidikan
1). Diploma
2). Sarjana
3). Magister
4). Doktor,
Perguruan tinggi memiliki beberapa bentuk
1). Akademi

2). Politeknik
3). Sekolah tinggi
4). Institut atau universitas
Yang secara umum lembaga-lembaga tinggi ini dibentuk dan diformat untuk
menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan pengabdian pada masyarakat, serta
menyelenggarakan program akademik, profesi dan advokasi.
Semua lembaga formal di atas diberi hak dan wewenang oleh pemerintah untuk
memberikan gelar akademik kepada setiap peserta didik yang telah menempuh pendidikan di
lembaga tersebut,. Khusus bagi perguruan tinggi yang memiliki program profesi sesuai
dengan program pendidikan yang diselenggarakan doktor berhak memberikan gelar doktor
kehormatan (doktor honoris causa) kepada individu yang layak memperoleh penghargaan
berkenaan dengan jasa-jasa yang luar biasa dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi,
kemasyarakatan, keagamaan, kebudayaan, atau seni

7

2.4 Lembaga Pendidikan Dan Perubahan Sosial
Telah dipahami oleh para pendidik bahwa misi pendidikan adalah mewariskan ilmu
dari generasi ke generasi selanjutnya. Ilmu yang dimaksud antara lain: pengetahuan, tradisi,
dan nilai-nilai budaya (keberadaban). Secara umum penularan ilmu tersebut telah di emban

oleh orang-orang yang terbeban terhadap generasi selanjutnya. Mereka diwakili oleh orang
yang punya visi kedepan, yaitu menjadikan serta mencetak generasi yang lebih baik dan
beradab. Peradaban kuno mencatat methode penyampaian ajaran lewat tembang dan kidung,
puisi ataupun juga cerita sederhana yang biasanya tentang kepahlawanan
Perubahan sosial budaya masyarakat sebagaimana yang kita bicarakan di atas tikan
akan pernah bisa kita hindari, sehinga akan menuntut lembaga pendidikan sebagai agen
perubahan untuk menjawab segala permasalahan yang ada. Dalam permasalahan ini lembaga
pendidikan haruslah memiliki konsep dan prinsip yang jelas, baik dari lembaga formal
ataupun yang lainya, demi terwujudnya cita-cita tersebut, kiranya maka perlulah diadakanya
pembentukan kurikulum yang telah disesuaikan. Prinsib dasar pembentukan tersebut adalah
meliputi:
1) Perumusan tujuan institusional yang meliputi:
Orientasi pada pendidikan nasional
Kebutuhan dan perubahan masyarakat
Kebutuhan lembaga.
2) menetapkan isi dan struktur progam
3) penyusunan strategi penyusunan dan pelaksanaan kurikulum
4) pengembangan program[7]
di harapkan nanti dengan persiapan dan orientasi yang jelas sebagaimana di atas,
diharapkan lembaga-lembaga pendidikan akan mampu mencetak kader-kader perubahan ke
arah perbaikan di masyarakat. Selanjutnya mengenai pengembangan kurikulum ada beberapa
hal yang harus diperhatikan oleh lembaga pendidikan, yaitu:
1) relevansi dengan dengan pendidikan lingkungan hidup masyarakat
2) sesuai dengan perkembangan kehidupan masa sekarang dan akan datang
3) efektifitas waktu pengajar dan peserta didik
4) efisien, dengan usaha dan hasilnya sesuai
5) kesinambungan antara jenis, progam, dan tingkat pendidikan
6) fleksibelitas atau adanya kebebasan bertindak dalam memilih progam, pengembangan
progam, dan kurikulum pendidikan.[8]

BAB III
PEMBAHASAN

8

3.1 Fungsi Dan Peranan Pendidikan Dalam Masyarakat
a. Fungsi pendidikan
Pendidikan mempunyai fungsi untuk mengadakan perubahan sosial yaitu:
(1) Melakukan reproduksi budaya,
(2) Difusi budaya,
(3) Mengembangkan analisis kultural terhadap kelembagaan-kelembagaan tradisional,
(4) Melakukan perubahan-perubahan atau modifikasi tingkat ekonomi sosial tradisional, dan
(5) Melakukan perubahan-perubahan yang lebih mendasar terhadap institusi-institusi
tradisional yang telah ketinggalan.
Pada masa-masa proses industrialisasi dan modernisasi pendidikan telah mengajarkan
nilai-nilai serta kebiasaan-kebiasaan baru, seperti orientasi ekonomi, orientasi kemandirian,
mekanisme kompetisi sehat, sikap kerja keras, kesadaran akan kehidupan keluarga kecil, di
mana nilai-nilai tersebut semuanya sangat diperlukan bagi pembangunan ekonomi sosial suatu
bangsa. Usaha-usaha sekolah untuk mengajarkan sistem nilai dan perspektif ilmiah dan
rasional sebagai lawan dan nilai-nilai dan pandangan hidup lama, pasrah dan menyerah pada
nasib, ketiadaan keberanian menanggung resiko, semua itu telah diajarkan oleh sekolah
sekolah sejak proses modernisasi dari perubahan sosial Dengan menggunakan cara-cara
berpikir ilmiah, cara-cara analisis dan pertimbangan-pertimbangan rasional serta kemampuan
evaluasi yang kritis orang akan cenderung berpikir objektif dan lebih berhasil dalam
menguasai alam sekitarnya.
Fungsi pendidikan dalam perubahan sosial dalam rangka meningkatkan kemampuan
analisis kritis berperan untuk menanamkan keyakinan-keyakinan dan nilai-nilai baru tentang
cara berpikir manusia. Pendidikan dalam era abad modern telah berhasil menciptakan
generasi baru dengan daya kreasi dan kemampuan berpikir kritis, sikap tidak mudah
menyerah pada situasi yang ada dan diganti dengan sikap yang tanggap terhadap perubahan.
Cara-cara berpikir dan sikap-sikap tersebut akan melepaskan diri dari ketergantungan dan
kebiasaan berlindung pada orang lain, terutama pada mereka yang berkuasa. Pendidikan ini
terutama diarahkan untuk mempenoleh kemerdekaan politik, sosial dan ekonomi, seperti yang
diajukan oleh Paulo Friere. Dalam banyak negara terutama negara-negara yang sudah maju,
pendidikan orang dewasa telah dikembangkan sedemikian rupa sehingga masalah kemampuan
kritis ini telah berlangsung dengan sangat intensif. Pendidikan semacam itu telah berhasil
membuka mata masyarakat terutama didaerah pedesaan dalam penerapan teknologi maju dan
penyebaran penemuan baru lainnya.
Pengaruh dan upaya pengembangan berpikir kritis dapat memberikan modifikasi
(perubahan) hierarki sosial ekonomi. Oleh karena itu pengembangan berpikir knitis bukan
saja efektif dalam pengembangan pnibadi seperti sikap berpikir kritis, juga berpengaruh
terhadap penghargaan masyarakat akan nilai-nilai manusiawi, perjuangan ke arah persamaan
hak-hak baik politik, sosial maupun ekonomi. Bila dalam masyarakat tradisional lembagalembaga ekonomi dan sosial didominasi oleh kaum bangsawan dan golongan elite yang
berkuasa, maka dengan semakin pesatnya proses modernisasi tatanan-tatanan sosial ekonomi
dan politik tersebut diatur dengan pertimbangan dan penalaran-penalaran yang rasional. Oleh
karena itu timbullah lembaga-lembaga ekonomi, sosial dan politik yang berasaskan keadilan,
pemerataan dan persamaan. Adanya strata sosial dapat terjadi sepanjang diperoleh melalui
cara-cara objektif dan keterbukaan, misalnya dalam bentuk mobilitas vertikal yang kompetitif.
b. Fungsi dan Peranan Pendidikan Dalam Masyarakat
Sebagian besar masyarakat modern memandang lembaga-lembaga pendidikan sebagai
peranan kunci dalam mencapai tujuan sosial Pemerintah bersama orang tua telah
menyediakan anggaran pendidikan yang diperlukan sceara besar-besaran untuk kemajuan
sosial dan pembangunan bangsa, untuk mempertahankan nilai-nilai tradisional yang berupa
nilai-nilai luhur yang harus dilestarikan seperti rasa hormat kepada orang tua, kepada
9

pemimpin kewajiban untuk mematuhi hukum-hukum dan norma-norma yang berlaku, jiwa
patriotisme dan sebagainya. Pendidikan juga diharapkan untuk memupuk rasa takwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, meningkatkan kemajuan-kemajuan dan pembangunan politik,
ekonomi, sosial dan pertahanan keamanan. Pendek kata pendidikan dapat diharapkan untuk
mengembangkan wawasan anak terhadap ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya dan
pertahanan keamanan secara tepat dan benar, sehingga membawa kemajuan pada individu
masyarakat dan negara untuk mencapai tujuan pembangunan nasional.
Berbicara tentang fungsi dan peranan pendidikan dalam masyarakat ada bermacammacam pendapat, di bawah ini disajikan tiga pendapat tentang fungsi pendidikan dalam
masyarakat.
Wuradji (1988) menyatakan bahwa pendidikan sebagai lembaga konservatif
mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut:
(1) Fungsi sosialisasi,
(2) Fungsi kontrol sosial,
(3) Fungsi pelestarian budaya Masyarakat,
(4) Fungsi latihan dan pengembangan tenaga kerja,
(5) Fungsi seleksi dan alokasi,
(6) Fungsi pendidikan dan perubahan sosial,
(7)Fungsi reproduksi budaya,
(8) Fungsi difusi kultural,
(9) Fungsi peningkatan sosial, dan
(10) Fungsi modifikasi sosial.[9]
Jeane H. Ballantine (1983) menyatakan bahwa fungsi pendidikan dalam masyarakat
itu sebagai berikut:
(1) fungsi sosialisasi,
(2) fungsi seleksi, latihan dan alokasi,
(3) fungsi inovasi dan perubahan sosial,
(4) fungsi pengembangan pribadi dan sosial.[10]
Meta Spencer dan Alec Inkeles (1982) menyatakan bahwa fungsi pendidikan dalam
masyarakat itu sebagai berikut:
(1) memindahkan nilai-nilai budaya,
(2) nilai-nilai pengajaran,
(3) peningkatan mobilitas sosial,
(4) fungsi stratifikasi,
(5) latihan jabatan,
(6) mengembangkan dan memantapkan hubungan hubungan sosial
(7) membentuk semangat kebangsaan,
(8) pengasuh bayi.
Dari tiga pendapat tersebut di atas, tidak ada perbedaan tetapi saling melengkapi
antara pendapat yang satu dengan pendapat yang lain.

3.2 Fungsi dan Wewenang Lembaga Pendidikan
a. Fungsi Sekolah dalam Masyarakat
Di muka telah dibicarakan tentang adanya tiga bentuk pendidikan yaitu pendidikan
formal, pendidikan informal dan pendidikan nonformal. Pendidikan formal disebut juga
sekolah. Oleh karena itu sekolah bukan satu-satunya lembaga yang menyelenggarakan
pendidikan tetapi masih ada lembaga-lembaga lain yang juga menyelenggarakan pendidikan.
Sekolah sebagai penyelenggara pendidikan mempunyai dua fungsi yaitu :
10

(1) sebagai partner masyarakat dan
(2) sebagai penghasil tenaga kerja.
Lembaga-lembaga pendidikan disamping berfungsi sebagai penghasil nilai-nilai
budaya baru juga berfungsi penghasil nilai-nilai budaya baru juga berfungsi sebagai difusi
budaya (cultural diffission). Kebijaksanaan-kebijaksanaan sosial yang kemudian diambil tentu
berdasarkan pada hasil budaya dan difusi budaya. Sekolah-sekolah tersebut bukan hanya
menyebarkan penemuan-penemuan dan informasi-informasi baru tetapi juga menanamkan
sikap-sikap, nilai-nilai dan pandangan hidup baru yang semuanya itu dapat memberikan
kemudahan-kemudahan serta memberikan dorongan bagi terjadinya perubahan sosial yang
berkelanjutan.
Sebagai produser kebutuhan pendidikan masyarakat sekolah dan masyarakat memiliki
ikatan hubungan rasional di antara keduanya. Pertama, adanya kesesuaian antara fungsi
pendidikan yang dimainkan oleh sekolah dengan apa yang dibutuhkan
masyarakat.Kedua, ketepatan sasaran atau target pendidikan yang ditangani oleh lembaga
persekolahan akan ditentukan pula o!eh kejelasan perumusan kontrak antara sekolah selaku
pelayan dengan masyarakat selaku pemesan. Ketiga, keberhasilan penunaian fungsi sekolah
sebagai layanan pesanan masyarakat sebagian akan dipengaruhi oleh ikatan objektif di antara
keduanya. Ikatan objektif ini dapat berupa perhatian, penghargaan dan tunjangan tertentu
seperti dana, fasilitas dan jaminan objektif lainnya yang memberikan makna penting
eksistensi dan produk sekolahan.
Berikut adalah penjelasan fungsi dan peranan sekolah :
·

·

·

·
·

Sekolah sebagai partner masyarakat akan dipengaruhi oleh corak pengalaman seseorang di
dalam lingkungan masyarakat. Pengalaman pada berbagai kelompok masyarakat, jenis
bacaan, tontonan serta aktivitas-aktivitas lainnya dalam masyarakat dapat mempengaruhi
fungsi pendidikan yang dimainkan oleh sekolah. Sekolah juga berkepentingan terhadap
perubahan lingkungan seseorang di dalam masyarakat. Perubahan lingkungan itu antara lain
dapat dilakukan melalui fungsi layanan bimbingan, penyediaan forum komunikasi antara
sekolah dengan lembaga sosial lain dalam masyarakat. Sebaliknya partisipasi sadar seseorang
untuk selalu belajar dari lingkungan masyarakat, sedikit banyak juga dipengaruhi oleh tugastugas belajar serta pengarahan belajar yang dilaksanakan di sekolah.
Sekolah sebagai lembaga yang berfungsi untuk latihan dan pengembangan tenaga kerja
mempunyai dua hal. Pertama sekolah digunakan untuk menyiapkan tenaga kera profesional
dalam bidang spesialisasi tertentu. Untuk memenuhi ini berbagai bidang studi dibuka untuk
menyiapkan tenaga ahli dan terampil dan berkemampuan yang tinggi dalam bidangnya.
Kedua dapat digunakan untuk memotivasi para pekerja agar memiliki tanggung jawab
terhadap kanier dan pekerjaan yang dipangkunya.
Sekolah mengajarkan bagaimanan menjadi seorang yang akan memangku jabatan tertentu,
patuh terhadap pimpinan, rasa tanggung jawab akan tugas, disiplin mengerjakan tugas sesuai
dengan aturan yang telah ditetapkan. Sekolah juga mendidik agar seseorang dapat menghargai
harkat dan martabat manusia, memperlakukan manusia sebagai manusia, dengan
memperhatikan segala bakat yang dimilikinya demi keberhasilan dalam tugasnya.
Sekolah mempunyai fungsi pengajaran, latihan dan pendidikan. Fungsi pengajaran untuk
menyiapkan tenaga yang cakap dalam bidang keahlian yang ditekuninya. Fungsi latihan untuk
mendapatkan tenaga yang terampil sesuai dengan bidangnya,
Sekolah sebagai lembaga yang berfungsi untuk mempertahankan dan mengembangkan
tatanan-tatanan sosial serta kontrol sosial mempergunakan program-program asimilasi dan
nilai-nilai subgrup beraneka ragam, ke dalam nilai-nilai yang dominan yang memiliki dan
menjadi pola anutan bagi sebagiai masyarakat.
11

·

·

Sekolah berfungsi untuk mempersatukan nilai-nilai dan pandangan hidup etnik yang
beraneka ragam menjadi satu pandangan yang dapat diterima seluruh etnik. Oleh karena itu
dapat dikatakan bahwa sekolah berfungsi sebagai alat pemersatu dan segala aliran dan
pandangan hidup yang dianut oleh para siswa. Sebagai contoh sekolah di Indonesia, sekolah
harus menanamkan nilai-nilai Pancasila yang dianut oleh bangsa dan negara Indonesia kepada
anak-anak di sekolah.
Sekolah berfungsi sebagai reproduksi budaya menempatkan sekolah sebagai pusat
penelitian dan pengembangan. Fungsi semacam ini merupakan fungsi pada perguruan tinggi.
Pada sekolah-sekolah yang lebih rendah, fungsi ini tidak setinggi pada tingkat pendidikan
tinggi.

3.3 Tujuan dan Tugas Lembaga Pendidikan
Berbicara tentang tujuan lembaga pendidikan sekolah, maka tidak lepas dari tujuan
pendidikan nasional itu sendiri, dimana tujuan pendidikan nasional berdasarkan pancasila dan
Undang-undang Dasar 1945.
Lembaga pendidikan sekolah baik formal ataupun non formal, swasta maupun negeri,
sesuai dengan pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa, serta bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadiwarga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Hal ini berarti lembaga pendidikan mempunyai tujuan untuk
mengembangkan semua potensi yang dimiliki manusia yaitu, mulai dar tahapan kognisi, yakni
pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap ajaran agama dan pengetahuan umum, untuk
selanjutnya dilanjutkan dengan tahapan afeksi, yaitu terjadinya proses internalisasi ajaran,
nilai agama dan pengetahuan ke dalam diri siswa, dalam arti menghayati dan menyakininya.
Melalui tahapan afeksi tersebut diharapkan dapat tumbuh motivasi dalam diri siswa dan
bergerak untuk mengamalkan dan mentaati ajaran, nilai agama dan pengetahuan (tahapan
Psikomotorik) yang telah diinternalisasikan dalam dirinya. Dengan demikian, akan terbentuk
manusia Indonesia yang bertakwa dan berakhlak mulia.[11]

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Salah satu aspek penting dan mendasar dalam pendidikan adalah aspek tujuan.
Merumuskan tujuan pendidikan merupakan syarat mutlak dalam mendefiniskan pendidikan
itu sendiri yang paling tidak didasarkan atas konsep dasar mengenai manusia, alam, dan ilmu
serta dengan pertimbangan prinsip prinsip dasarnya. Hal tersebut disebabkan pendidikan
12

adalah upaya yang paling utama, bahkan satu satunya untuk membentuk manusia menurut apa
yang dikehendakinya. Karena itu menurut para ahli pendidikan, tujuan pendidikan pada
hakekatnya merupakan rumusan-rumusan dari berbagai harapan ataupun keinginan manusia
Dari beberapa uraian yang telah penulis kemukakan dari beberapa pendapat para tokoh
pendidikian Islam bahwa pendidikan pada dasarnya memiliki beberapa tujuan. Tujuan yang
terpenting adalah pembentukan akhlak objek didikan sehingga semua tujuan pendidikan dapat
dicapai dengan landasan moral dan etika Islam, yang tentunya memiliki tujuan kemashlahatan
di dalam mencapai tujuan tersebut. Mengenai mekanisme pelaksanaanya, hal ini tentunya
memerlukan kajian yang lebih mendalam sehingga nantinya implementasi dari teori tersebut
dapat dipertanggungjawabkan dan dipandang relevan dengan kondisi yang terikat dengan
faktor-faktor tertentu.
4.2 Saran
Kita sebagai manusia pelajar yang dibekali akal dan fikiran oleh tuhan, seharusnya
dapat benar-benar memfungsikannya, yaitu dengan mengenyam pendidikan dan
memperdalam ilmu, baik ilmu umum maupun ilmu agama.

DAFTAR PUSTAKA
Syaful sagala.konsep dan makna pembelajaran.alfabeta 2006 Bandung. cet.4 hal: 1
Ahmad tafsir.ilmu pendidikan dalam perspektif Islam.PT remaja rosda karya2005 bandung.cet
6 hal 32
Ahmadi Abu & Uhbiyati Nur.ilmu pendidikan.Rumka cipta. 2002 jakarta.cet.2
Darajat Zakiah. ilmu pendidikan Islam.Bumi aksara Jakarta & Depag 2000
Hamalik Oemar.perencanaan pegajaran berdasarkan pendekatan sistem.Bumi aksara.2005
jakarta
Miramba Ahmad.pengantar filsafat pendidikan isla.al ma’rif .1989 Bandung
13

Nasution. Sejarah pendidikan indonesia.bumi aksara.tt.cet 2.Jakarta
Syaful sagala.konsep dan makna pembelajaran.alfabeta 2006 Bandung. cet.
Tafsir Ahmad.ilmu pendidikan dalam perspektif Islam.PT remaja rosda karya2005
bandung.cet 6
http://pakguruonline.pendidikan.net/buku_tua_pakguru_dasar_kpdd_152.html
[1] Syaful sagala.konsep dan makna pembelajaran.alfabeta 2006 Bandung. cet.4 hal: 1
[2] Ahmad miramba.pengantar filsafat pendidikan isla.al ma’rif .1989 Bandung hal: 19
[3] Ahmad tafsir.ilmu pendidikan dalam perspektif Islam.PT remaja rosda karya2005
bandung.cet 6 hal 32
[4] Nasution. Sejarah pendidikan indonesia.bumi aksara.tt.cet 2.Jakarta hal: 152
[5] Oemar hamalik.perencanaan pegajaran berdasarkan pendekatan sistem.Bumi
aksara.2005 jakarta.cet 5 hal: 23
[6] Abu Ahmadi & Nur Uhbiyati.ilmu pendidikan.Rumka cipta. 2002 jakarta.cet.2 hal 183184.
[7] Zakiah darajat. ilmu pendidikan Islam.Bumi aksara Jakarta & Depag 2000 hal 124-127
[8] ibid
[9] ( Wuradji, 1988, p. 31-42).
[10] (Jeanne H. Ballantine, 1983, p. 5-7).
[11] http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2256002-tujuan-lembaga-pendidikansekolah

14