Efektivitas Pembelajaran Fisika Dengan M

PROCEEDING
MATHEMATICS, SCIENCE, & EDUCATION NATIONAL CONFERENCE (MSENCo)”2016
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung
May 19th, 2016

ISBN: 978-602-74581-0-9

Efektivitas Pembelajaran Fisika Dengan Model Learning Cycle Dan Model
Contextual Teaching Learning (CTL) Terhadap Hasil Belajar Fisika Kelas
XI Di SMA Negeri 1 Karya Penggawa Krui Pesisir Barat
Melisa Sari(1), Antomi Saregar(2), Romlah(3)

(1)

Mahasiswa SI Prodi Pendidkan Fisika, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung
([email protected])
(2)
Prodi Pendidikan Fisika, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung
(3)
Prodi Pendidikan Manejemen Pendidikan Islam IAIN Raden Intan Lampung


ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil belajar peserta didik menggunakan model
learning cycle dan model contextual teaching learning serta mengetahui efektivitas kedua
model. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen. Desain pada penelitian ini
menggunakan Desain Pretest- postest kelompok Statis (The Static Group Pretest-Postest
Design). Hasil penelitian ini menunjukan peningkaatn hasil belajar peserta didik pada kedua
model, hal ini dilihat dari hasil pretest dan postest. Pada kelas eksperimen 1 skor rata- rata nilai
hasil belajr peserta didik adalah 75,2 dan kenaikan skor rata- rata sebesar 27,1 dengan N - gain
sebesar 0,51 kategori sedang. Pada kelas eksperimen 2 skor rata- rata hasil belajar peserta didik
adalah 68,2 dan kenaikan skor rata- rata sebesar 20,8 dengan N- gain sebesar 0,38 kategori
sedang. Hasi penelitian menunjukan adanya perbedaan hasil belajar peserta didik menggunakan model learning cycle
dan model Contextual Teaching Learning (CTL) dilihat dari hasil uji hipotesis dengan menggunakan uji t yaitu
, dan lebih efektif menggunakan model Learning Cycle untuk materi fluida statis di kelas XI dilihat dari
hasil rata- rata N- gain yang diperoleh.
Kata kunci: learning cycle, contextual teaching learning (CTL), hasil belajar

PENDAHULUAN
Hasil observasi dan wawancara yang
dilaksanakan di SMA Negeri 1 Karya Penggawa
menunjukan bahwa model pembelajaran yang di

gunakan pada pembelajaran fisika selama ini
masih menggunakan
model pembelajaran
konvensional. Penerapan model pembelajaran
konvensional belum sepenuhnya berhasil, karena
hasil belajar fisika siswa di SMA Negeri 1 Karya
Penggawa masih rendah. Rendahnya hasil belajar
ditunjukan oleh rata- rata nilai yang kurang dari
70. Hasil belajar adalah pola- pola perbuatan,
nilai- nilai, pengertian, sikap- sikap, apresiasi dan
keterampilan (Agus Suprijono,2015), Lima
kemampuan yang dikatakakan sebagai hasil
belajar menurut Gagne yaitu: 1) keterampilan
intelektual; 2) strategi kognitif; 3) sikap; 4)
informasi verbal; 5) keterampilan motorik (Ratna
Willis Dahar, 2011). Berdasarkan hal tersebut
diperlukan suatu upaya untuk meningkatkan hasil
belajar siswa melalui model pembelajaran yang
diterapkan. Menurut Agus Suprijono (2015,65)
Melalui model pembelajaran guru dapat

membantu peserta didik mendapatkan informasi,

ide,
keterampilan,
cara
berfikir,
dan
mengespresikan ide. Model pembelajaran yang
melibatkan siswa aktif secara langsung dalam
kegiatan pembelajaran adalah model Learning
Cycle dan model pembelajaran Contextual
Teaching Learning (CTL). Menurut Ngalimun
(2014,145) model Learning Cycle atau siklus
belajar adalah suatu model pembelajaran yang
berpusat pada pebelajar ( student centered ). Made
wena (2011,171) model Learning Cycle terdapat
lima fase yang saling berhubungan, yaitu:
engagement,
exploration,
explanation,

elaboration, dan evaluation. Sedangkan model
Contextual Teaching Learning (CTL) menurut
Jumanta Hamdayana (2014,51) adalah konsep
belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata ke
dalam kelas dan mendorong Peserta didik
membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan
sehari- hari, Peserta didik memperoleh
pengetahuan dan keterampilan dalam konteks
yang terbatas sedikit demi sedikit, dan dari proses
merekonstruksi sendiri, sebagai bekal dalam
memecahkan masalah kehidupannya sebagai
anggota masyarakat. Menurut Rusman (2012,189)
49

ada tujuh prinsip dalam model CTL yaitu:
Constructivism, Inquiry, Questioning, Learning
Community, Modelling, Reflection, Authentic
Assesment.
Akhir- akhir ini, jurnal terkait dengan

model Learning Cycle dan model Contextual
Teaching Learning (CTL) yang sudah diterbitkan
dari beberapa penulis diantaranya: 1) Siti Aisyah
dkk (2013) yang berhasil menerapkan model
learning cycle sehingga peningkatan hasil belajar
siswa; 2) Penelitian Akinwumi & Bello (2015)
dalam jurnalnya yang membandingkan model
learning cycle & pendekatan inquiry ternyata
lebih berpengaruh model learning cycle dalam
meningkatkan hasil belajar; 3) Penelitian U.
Kulsum & Hindarto (2011) dalam jurnalnya yang
berjudul penerapan model learning cycle, berhasil
sehingga hasil belajar siswa meningkat; 4)
Penelitian model Contextual Teaching Learning
(CTL) oleh M. Fayakun dan Joko (2015) dalam
jurnalnya menyatakan bahwa model kontekstual
meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi
siswa. Beda penelitian ini dengan penelitian yang
lain yaitu, peneliti akan meneliti dua model yang
akan diterapkan dalam penelitian, sedangkan

peneliti sebelumnya hanya menerapkan satu
model saja dan model pembanding atau kelas
kontrolnya menggunakan model konvensional.
Kedua model tersebut yang akan diterapkan
peneliti adalah model Learning Cycle dan model
Contextual Teaching Learning ( CTL).
Permasalahan dalam penelitian ini adalah:
(1) Bagaimana hasil belajar peserta didik dengan
menggunakan model Learning Cycle dan model
pembelajaran Contextual Teaching Learning(
CTL) ? (2) Model pembelajaran manakah yang
paling efektif untuk meningkatkan hasil belajar
peserta didik pada materi pokok Fluida Statis
kelas XI semester II di SMA Negeri 1 Karya
Penggawa Krui Pesisir Barat?
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1)
Mengetahui hasil belajar peserta didik dengan
menggunakan model Learning Cycle dan model
pembelajaran Kontextual Teaching Learning(
CTL) pada materi pokok Fluida kelas XI semester

II di SMAN 1 karya penggawa Krui Pesisir Bara.
(2) Mengetahui efektivitas dari kedua model,
model pembelajaran manakah yang paling
berpengaruh dan digunakan untuk meningkatkan
hasil belajar pada materi pokok Fluida Statis kelas
XI semester II di SMAN 1 karya penggawa Krui
Pesisir Barat.
50

METODE
Metode dalam penelitian ini adalah metode
eksperimen semu (quasi eksperimental design).
Desain pada penelitian ini menggunakan Desain
Pretest- postest kelompok Statis (The Static
Group Pretest-Postest Design). Desain dapat
dilihat pada tabel 1, pada desain ini terdapat tes
awal sebelum diberi perlakuan dan tes akhir
setelah diberi perlakuan.
Tabel 1. Desain Penelitian Menurut Nana Syaodih
Sukmadinata( 2011,209)

pascatest
Kelompok
Pratest
Perlakuan
IPA 1

0

X1

IPA 2

0

X2

0
0

Penelitian ini terdiri dari tiga variabel, 2

variabel bebas dan 1 variabel terikat. Variabel
bebas yang pertama adalah model Learning Cycle
dan variabel bebas 2 adalah model Contextual
Teaching Learning sedangkan variabel terikatnya
adalah hasil belajar peserta didik.
Tempat penelitian di SMA Negeri 1 Karya
Penggawa Krui Pesisir Barat kelas XI IPA
semester
II tahun 2015/2016. Tekhnik
pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan Simple Random Sampling karena
populasi homogen (Sugiono,2012). Sampel dalam
penelitian ini adalah kelas XI IPA 1 sebagai kelas
eksperimen 1 dengan model Learning Cycle dan
kelas XI IPA 2 sebagai kelas eksperimen 2
dengan model Contextual Teaching Learning
(CTL). Faktor yang diteliti dalam penelitian ini
adalah efektivitas model Learning Cycle dan
model Contextual Teaching Learning pada sub
pokok bahasan fluida statis.

Tekhnik pengumpulan data dalam penelitian
ini menggunakan tes hasil belajar kognitif, tes
yang digunakan yaitu tes objektif berbentuk
pilihan jamak dengan 5 alternatif berjumlah 25
soal. Sebelum soal digunakan sebagai instrumen
penelitian, peneliti terlebih dahulu uji cobakan
untuk pengujian mengetahui validitas, uji tingkat
kesukaran, uji daya beda, reliabilitas soal.
Tekhnik analisis data hasil belajar peserta
didik digunakan skor gain yang ternormalisasi. Ngain diperoleh dari pengurangan skor postest dan
pretest dibagi skor maksimum dikurang skor
pretest. Dengan kategori yaitu tinggi: g≥ 0,7 ;
sedang: 0,3 ≤ g ≤ 0,7; rendah: g < 0,3. Untuk

menguji
sampel
berdistribusi
normal,
menggunakan uji normalitas dengan rumus
lilliefors (Budiono, 2009). Data yang diperoleh

berdistribusi
normal
selanjutnya
diujikan
homogenitasnya menggunakan uji homogenitas
dua varians atau uji Fisher (Nana Sudjana, 2001)
analisis ini untuk menguji homogen atau tidaknya
varian data. Hipotesis diuji menggunakan uji-t, uji
ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya
perbedaan hasil belajar yang signifikan antara
kedua model. Kriteria pengujiannya yaitu
≥ ttabel, berarti
ditolak.
≤ ttabel, berarti
diterima.
HASIL
Sebelum melaksanakan penelitian peneliti
menguji validitas instrumen yang akan digunakan
agar layak untuk digunakan dalam penelitian.
Berdasarkan hasil uji validitas soal terdapat 25
butir soal yang valid dari 31 soal yang diuji
cobakan.

Kls

J.
Sam
pel

X1
X2

20

Nilai
ratarata
75,2
68,2

STDEV

5,44
5,72

Simpulan

0,17
0,17

0,19
0,19

Berdistribusi normal

Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa
dari uji normalitas kedua sampel berdistribusi
normal, karena keduanya
.
Uji Homogenitas
Langkah selanjutnya setelah melakukan uji
normalitas dan data berdistribusi normal adalah
melakukan uji homogenitas dengan uji Fisher
untuk melihat apakah data homogen atau tidak.
Adapun hasil dari uji homogenitas dapat dilihat
pada tabel 5 berikut,
Tabel 5. Rekapitulasi Hasil Uji Homogenitas
KLS

Ratarata

Varians

X1

26,8

74,27

X2

20,8

74,48

Hasil
1,028

2,1
9

Interpretasi
Homogen

Tabel 2. Rekapitulasi nilai pretest dan postest kelas
eksperimen 1

Eksperimen 1 (model Learning Cycle)
Pretest
Keterangan
Postest
68
Nilai Tertinggi
80
36
Nilai Terendah
68
968
1504
48,4
Rata- rata
75,2
Tabel 3. Rekapitulasi nilai pretest dan postest kelas
eksperimen 2

Pretest
68
32
948
47,4

Eksperimen 2 (model CTl)
Keterangan
Postest
Nilai Tertinggi
76
Nilai Terendah
60
1364
Rata- rata
68,2

Berdasarkan tabel 2 dan 3, terlihat bahwa
terdapat kenaikan hasil belajar peserta didik
setelah diberi perlakuan di kedua model.
Uji Normalitas
Langkah pertama yang dilakukan dalam
tekhnik analisis data adalah uji normalitas data
pada kedua kelas. Untuk menguji normalitas
menggunakan microsoft Excel dengan rumus
lilliefors. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada
tabel 4.
Tabel 4. Rekapitulasi hasil perhitungan uji normalitas

Berdasarkan tabel 5, data berdistribusi
homogen. Terlihat dari hasil perhitungan bahwa
yaitu 1,028 < 2,19.
Uji Normalitas Skor N- gain
setelah menghitung uji normalitas dan
homogenitas, maka menghitung skor N- gain
menggunakan microsoft excel menggunakan
rumus postest dikurang pretest dibagi skor
maksimum dikurang nilai pretest. Hasil uji
normalitas N- gain dapat dilihat pada tabel 6
berikut,
Tabel 6. Data N- gain
Kelas
N- gain
X1
0,5119
X2
0,383

Kriteria
Sedang
Sedang

Berdasarkan tabel 6, terlihat dari hasil Ngain yaitu 0,5119 pada klas X1 dan 0,383 pada
kelas X2 memenuhi syarat kriteria sedang yaitu
0,3≤g≤0,7.
Uji Hipotesis
Langkah selanjutnya yaitu menguji hipotesis
menggunakan uji t. Uji ini dilakukan untuk
mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil belajar
yang signifikan antara peserta didik yang diberi
perlakuan model Learning Cycle dan model
51

Contextual Teaching Learning. Hasil dari uji
hipotesis dapat dilihat pada tabel 7 berikut:
Tabel 7. Hasil Uji Hipotesis (t- test)
Kelas
X1
17, 26836
1,6860
X2

Keterangan

Berdasarkan tabel 7, dari perhitungan yang
telah dilakuakn
yaitu 17,2683>
1,6860 artinya
diterima dan
ditolak.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan hasil belajar peserta didik
antara model Learning Cycle dan model
Contextual teaching Learning (CTL).
PEMBAHASAN
Penelitian ini menggunakan dua kelas, yaitu
kelas XI IPA 1 sebagai kelas eksperimen 1 dan
menerapkan model Learning Cycle, sedangkan
kelas XI IPA 2 sebagai kelas eksperimen 2
menerapkan model Contextual Teaching &
Learning (CTL). Materi yang diajarkan pada
penelitian ini adalah materi fluida statis.
Penelitian ini dilaksanakan pada 3 kali pertemuan
dengan masing –masing 2 jam pelajaran pada
setiap kali pertemuannya. Pada setiap pertemuan
peserta didik melaksanakan diskusi kelompok dan
tanya jawab.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat
efektivitas model Learning Cycle dan model
Contextual Teaching Learning (CTL) terhadap
hasil belajar peserta didik pada materi fluida
statis. Hasil belajar peserta didik dapat dilihat
dari nilai pretest dan postest. Pretest diberikan
diawal pertemuan sebelum diberikan materi fluida
statis. Dari data hasil penelitian pada kelas
eksperimen 1 terdapat nilai terendah 36 dan nilai
tertinggi 68 dengan
nilai rata-rata 48,4.
Sedangkan nilai pretest pada kelas eksperimen 2
terdapat nilai terendah 36 dan nilai tertinggi 56
dengan nilai rata-rata 47,4. Dilihat dari nilai ratarata pretest tersebut baik kelas eksperimen 1
maupun kelas eksperimen 2, maka hasil belajar
peserta didik pada materi fluida statis dikatakan
masih rendah, dan kedua kelas mempunyai
kemampuan awal yang sama mengenai materi
fluida statis.
Pada akhir pembelajaran peserta didik
diberikan postest. Nilai
postest mengalami
peningakatan baik pada kelas eksperimen 1
maupun kelas eksperimen 2. Nilai postest pada
52

kelas kontrol terdapat nilai terendah 60 dan nilai
tertinggi 80 dengan nilai rata-rata 75,2.
Sedangkan nilai postest pada kelas eksprimen 2
terdapat nilai terendah 60 dan nilai tertinggi 76
dengan nilai rata-rata 68,2. Jika dilhat dari nilai
postest, baik kelas eksperimen 1 maupun kelas
eksperimen 2 maka hasil belajar peserta didik
mengalami peningkatan.
Berdasarkan hasil uji N-Gain (tabel 6),
menunjukkan terdapat selisih antara nilai pretest
dan nilai postest baik pada kelas eksperimen 1
dengan nilai rata- rata N-Gain (0,511) dan kelas
eksperimen 2 (0,383) dengan kriteria sedang baik
kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2.
Dilihat dari nilai rata- rata N- Gain pada
tabel 6, kelas eksperimen 1 lebih besar nilainya
menggunakan
model
Learning
Cycle
dibandingkan dengan eksperimen 2 menggunakan
model Contextual Teaching Learning. Dapat
disimpulkan bahwa lebih efektif menggunakan
model Learning Cycle untuk materi fluida statis.
sesuai dengan penelitian yang dilakukan
Penelitian Siti Asiyah,dkk (2013) mengenai
penerapan model pembelajaran Learning Cycle
5E untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi
belajar Peserta didik kelas XI IPA. Adapun hasil
penelitian model Learning Cycle dapat
meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar
Peserta didik. Karena model learning cycle
mengharuskan peserta didik yang aktif.
Selanjutnya Penelitian Akinwumi dan
Bello (2015) mengenai perbandingan dua model
membandingkan model learning cycle &
pendekatan inquiry untuk meningkatkan hasil
belajar Peserta didik. Adapun hasil penelitian
model learning cycle lebih berpengaruh untuk
meningkatkan hasil belajar Peserta didik.
Model Learning Cycle ini mempunyai ciri
khas adalah setiap peserta didik secara individu
belajar materi pembelajaran yang sudah
dipersiapkan guru kemudian, hasil belajar
individual di bawa ke kelompok untuk
didiskusikan oleh anggota kelompok dan semua
anggota kelompok bertanggung jawab secara
bersama-sama atas keseluruhan jawaban.
Pada pelaksanaanya model ini diawali
dengan niat dan motivasi dari dalam diri seorang
peneliti. Niat yang sungguh-sungguh inilah yang
menjadi modal awal kesuksesan dalam
menerapkan model ini. Dalam tindakan penelitian
yang telah dilakukan penerapan model Learning
Cycle kepada peserta didik untuk kelas

eksperimen 1 membutuhkan 3 kali pertemuan
sama dengan kelas eksperimen 2 walaupun
penerapan model yang berbeda. Pada pertemuan
awal peneliti melakukan fase undangan
(Engagement) agar peserta didik tertarik dengan
materi yang akan disampaikan dan membuat kelas
yang kondusif dan berkonsentrasi, disamping itu
peneliti melakukan fase ini adalah guna
menjambatani proses menghidupkan gelombang
alfa pada setiap peserta didik dalam kegiatan
belajar mengajar, oleh karena itu peneliti
melakukan tanya jawab dengan memperlihatkan
gambar yang terjadi di kehidupan sehari- hari
yang berhubungan dengan fluida statis. Dalam
fase undangan (Engagement) pada tahap ini
menunjukan gambar tentang peristiwa yang
terjadi di sekitar lingkungan yang berhubungan
dengan materi fluida statis untuk membangkitkan
minat peserta didik.
Fase berikutnya masuk ke dalam kegiatan
inti yang diawali dengan fase eksplorasi
(exploration) ini adalah fase menggali informasi,
dalam kegiatan ini peneliti menjelaskan sedikit
tentang materi fluida statis, dan selanjutnya
peserta didik diberikan pertanyaan untuk
mengukur pemahaman materi lalu peserta didik
diberikan tugas diskusi dengan membuat
kelompok 3-4 orang, selama diskusi dan
melaksanakan tugas peneliti selaku pendidik
mengawasi dan menjadi faslitator dalam materi
fluida statis.
Pada fase penjelasan (explanation) peserta
didik diminta utuk menjelaskan hasil diskusi yang
telah dilakukan oleh setiap kelompok dengan
menggunakan cara yang mereka suka sehingga
tidak terdapat beban ketika menjelaskan setiap
jawaban hasil diskusi. Dan setelah dilakukannya
diskusi dan penjelasan disetiap kelompok, peneliti
memberi keseempatan kepada kelompok lain jika
ingin bertanya tentang materi atau konsep yang
belum mereka pahami kepada teman sendiri, dan
selama diskusi berlangsung ternyata tidak ada
ketegangan dan masing-maasing kelompok
menyelesaikan tugasnya dengan baik.
Pada
fase berikutnya masih dalam
kegiatan inti yaitu fase elaboraasi (Elaboration)
dimana tahap ini adalah tahap bagaimana cara
kecakapan pendidik dan peserta didik dalam
menghubungkan konsep yang telah diterima pada
hari ini dengan situasi dan keadaan sehari-hari.
Pada fase ini peneliti mencoba untuk mengajak
peserta didik untuk menyimpulkan hasil

pembelajaran tiap kelompok diminta untuk
menyimpulkan.
Pada fase berikutnya tahap evaluasi
(Evaluation)
tahap
evaluasi
ini
adalah
memberikan soal kepada peserta didik untuk
mengukur pemahan materi yang mereka dapat
dari hasil proses pembelajaran.
Namun pada kelas eksperimen 2 yang
menggunakan model Contextual Teaching
Learning peneliti menggunakan fase- fase yang
ada. Akan tetapi Selama penelitian berlangsung
peneliti
memiliki
keterbatasan
dalam
melaksanakan penelitian. Keterbatasan yang
pertama yaitu kurang fokusnya peserta didik
secara keseluruhan karena waktu penelitian
bersamaan dengan kegiatan sekolah sehingga ada
beberapa peserta didik yang tidak mengikuti
penelitian dengan maksimal. Lalu faktor yang
kedua adalah saat melakukan proses belajar
mengajar peserta didik tidak dihadapkan dengan
guru mata pelajaran yang biasanya, namun peserta
didik dihadapkan dengan peneliti yang dianggap
sosok baru di lingkungan mereka.
Meskipun seperti itu tidak melupakan
tujuan dari penelitian yaitu melihat efektivitas
dalam menerapkan model Learning Cycle pada
kelas Eksperimen 1 dan model Contextual
Teaching Learning pada kelas eksperimen 2,
sebelum melihat sebuah
efektivitas terlebih
dahulu menguji normalitas dan homogenitas dari
setiap data dan itu telah dijelaskan pada paragraf
sebelumnya, maka langkah selanjutnyaa adalah
menguji hipotesis dengan hasil perhitungan uji
hipotesis menggunakan uji t atau t- test yang telah
dilakukan didapat
= 17,26836 dan
=
1,6860
sehingga
artinya
ditolak. Dengan demikian
dapat disimpulkan terdapat perbedaan hasil
belajar antara model Learning Cycle dan model
Contextual Teaching Learning.
Dengan demikian hipotesis peneliti
diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan hasil belajar peserta didik
dengan penggunaan model Learning Cycle dan
model Contextual Teaching Learning.
Model pembelajaran Learning Cycle
sangat baik digunakan dalam proses pembelajaran
Fisika SMA kelas XI khususnya untuk materi
Fluida Statis, mengingat dalam pelaksanaannya
peserta didik dapat terlibat langsung dalam proses
pembelajaran dengan memberikan pendapat,
kritik, penguatan ataupun sanggahan pada saat
53

kegiatan diskusi/presentasi berlangsung. Dengan
begitu secara tidak langsung peserta didik dapat
meningkatkan hasil belajar dan pemahaman
materi pelajaran sehingga hasil belajar peserta
didik meningkat, karena peserta didik tidak
sekedar mengetahui informasi atau pelajaran dari
penjelasan guru di dalam kelas, akan tetapi
peserta didik langsung menggali pemahaman
dengan aktif mencari dan menemukan sendiri
konsep-konsep materi yang diajarkan. Dalam hal
ini peserta didik mendapatkan lembar kegiatan
siswa yang digunakan untuk memahami materi
yang ada dengan kegiatan perkelompok .
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilaksanakan di SMA Negeri 1 Karya Penggawa
Krui Pesisir Barat pada kelas XI IPA semester
genap tahun ajaran 2015/2016, hasil analisa dan
pembahasan
diketahui bahwa nilai rata-rata
postest pada kelas eksperimen 1 lebih tinggi
dibandingkan
nilai rata-rata pada kelas
eksperimen 2 ( 75,2> 68,2). Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa lebih efektif model
pembelajaran menggunakan Learning Cycle
dibandingkan dengan model Contextual Teaching
Learning. Dan melalui uji t terdapat perbedaan
hasil belajar peserta didik baik menggunakan
model learning cycle dan model Contextual
Teaching Learning, Fisika peserta didik kelas XI
IPA pada materi Fluida Statis di SMA Negeri 1
Karya Penggawa Krui Pesisir barat Tahun Ajaran
2015/2016.
Ucapan Terimakasih
Terimakasih pada pihak- pihak yang telah
membantu kesuksesan makalah ini, terutama ke
dua orang tua penulis, dosen pembimbing ,
keluarga besar SMA Negeri 1 Karya Penggawa
Krui Pesisir Barat yang tidak bisa disebutkan satu
persatu oleh penulis. Penulis mengucapkan
banyak terimakasih.
Daftar Pustaka
Agus Suprijono.2015.Cooperative Learning Edisi
Revisi.Yogyakarta: Pustaka Belajar
Akinwumi Mojeed Olaoluwa,Bello Theodora,
“Relative Effectiveness of Learning- Cycle
Model and Inquiry-Teaching Approaches in
Improving Students’ Learning Outcomes in
54

Phisics”.Journal of Education and Human
Development, Vol.4 No. 3 September 2015.
Jumanta Hamdayama.2014.Model dan Metode
Pembelajaran
Kreatif
dan
Berkarakter .Bogor: Ghalia Indonesia
Kulsum.U, Hindarto, “Penerapan Model Learning
Cycle pada Sub pokok Bahasan Kalor untuk
meningkatkan Keaktifan dan hasil belajar
siswa Kelas VII SMP”.Jurnal Pendidikan
Fisika Indonesia (JPFI).vol.7 juli 2011
Made Wena.2011.Strategi Pembelajaran Inovatif
Kontemporer.Jakarta: Bumi Aksara
M.Fayakun, P. Joko, “Efektivitas Pembelajaran
Fisika Menggunakan Model Kontekstual
(CTL) Dengan MetodePredict, Observe,
Explain terhadap kemampuan berpikir
tingkat tinggi”.Jurnal Pendidikan Fisika
Indonesia (JPFI), Vol. 11 No. 1 Januari 2015
Nana Syaodih Sukmadinata.2011. Metode
Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Ngalimun.2014.Strategi
dan
Model
Pembelajaran.Yogyakarta: Aswaja Pressindo
Ratna Wilis Dahar.2011.Teori- Teori Belajar &
Pembelajaran.Jakarta: Erlangga
Siti Asiah,Sri Mulyani,Nanik Dwi,” Penerapan
model pembelajaran Learning Cycle 5E
Berbantuan Macromedia Flash Dilengkapi
LKS Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan
Prestasi Belajar Siswa Pokok Bahasan Zat
Adiktif Dan Psikotropika Kelas VIII SMPN 4
Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012”.Jurnal
Pendidikan Kimia .Vol. 2 No. 2 2013
Sugiyono.2012. Metode Penelitian Kuantitatif
dan Kualitatif dan R&D.Bandung : Alfabet