Tata Cara Pengenaan Pajak Bumi dan Bangu (1)

Tata Cara Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pertambangan untuk
Pertambangan Minyak Bumi, Gas Bumi, dan Panas Bumi

Tujuan dari penetapan peraturan tata cara pengenaan PBB Sektor pertambangan migas adalah
untuk lebih memberikan kepastian hukum dalam pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan
sektor pertambangan untuk pertambangan Minyak Bumi, Gas Bumi, dan Panas Bumi.
Tata cara pengenaan PBB Migas dimuat dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per45/Pj/2013. Dalam peraturan tersebut dijelaskan bahwa dasar dari pengenaan PBB Migas dan
PBB Panas Bumi adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP). NJOP adalah harga rata-rata yang
diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar. Jika tidak terdapat transaksi jual
beli, NJOP ditentukan melalui perbandingan harga dengan obyek lain yang sejenis, atau nilai
perolehan baru, atau Nilai Jual Obyek Pajak Pengganti. Nilai jual objek pajak yang dimaksud
dalam peraturan tersebut merupakan hasil dari penjumlahan NJOP bumi dan NJOP bangunan.

NJOP Bumi
NJOP bumi diklasifikasikan menjadi 2 jenis berdasarkan letak dan tata cara
perhitungannya yaitu:
a. NJOP permukaan bumi merupakan hasil perkalian antara total luas areal yang dikenakan
PBB Migas atau PBB Panas Bumi dengan NJOP bumi per meter persegi; dan
b. NJOP tubuh bumi merupakan hasil perkalian antara luas Wilayah Kerja atau Wilayah
Sejenisnya dengan NJOP bumi per meter persegi.
Yang dimaksud dengan NJOP bumi per meter persegi merupakan hasil konversi nilai bumi

per meter persegi ke dalam klasifikasi NJOP bumi.
Penetapan nilai bumi per meter persegi ditentukan berdasarkan tahapan produksi
Nilai bumi per meter persegi pada tahap Eksplorasi:

a. permukaan bumi onshore, merupakan hasil pembagian antara total nilai bumi dengan
total luas areal yang dikenakan PBB Migas atau PBB Panas Bumi;
b. permukaan bumi offshore, ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak; dan
c. Tubuh Bumi Eksplorasi, ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak.
Nilai bumi per meter persegi pada tahap Eksploitasi:
a. permukaan bumi onshore, merupakan hasil pembagian antara total nilai bumi dengan
total luas areal yang dikenakan PBB Migas atau PBB Panas Bumi;
b. permukaan bumi offshore, ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak; dan
c. Tubuh Bumi Eksploitasi, dalam hal:
1) terdapat hasil produksi yang terjual, merupakan hasil pembagian antara nilai bumi
untuk Tubuh Bumi Eksploitasi dengan luas Wilayah Kerja atau Wilayah
Sejenisnya;
2) tidak terdapat hasil produksi yang terjual, merupakan nilai bumi per meter persegi
untuk Tubuh Bumi Eksplorasi.
Total nilai bumi untuk permukaan bumi onshore merupakan jumlah dari perkalian luas
masingmasing areal yang dikenakan PBB Migas atau PBB Panas Bumi dengan nilai bumi per

meter persegi masing-masing areal dimaksud. Nilai bumi per meter persegi masing-masing
areal, ditentukan dengan menggunakan harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual-beli
yang terjadi secara wajar, dan bilamana tidak terdapat transaksi jual-beli, ditentukan melalui
perbandingan harga objek lain yang sejenis.
Nilai bumi untuk Tubuh Bumi Eksploitasi dalam hal terdapat hasil produksi yang terjual,
ditentukan melalui pendekatan pendapatan sebagai berikut:
a.

Untuk PBB Migas: Nilai bumi = Angka Kapitalisasi x [(hasil produksi Minyak Bumi
yang terjual dalam satu tahun sebelum tahun pajak x harga minyak mentah Indonesia) +
(hasil produksi Gas Bumi yang terjual dalam satu tahun sebelum tahun pajak x harga

b.

Gas Bumi)].
Untuk PBB Panas Bumi yang pembangkit listriknya dikelola sendiri oleh Wajib Pajak:
Nilai bumi = Angka Kapitalisasi x [(hasil produksi uap yang terjual dalam satu tahun

sebelum tahun pajak x harga uap) + (hasil produksi listrik yang terjual dalam satu tahun
c.


sebelum tahun pajak x harga listrik)].
Untuk PBB Panas Bumi yang pembangkit listriknya tidak dikelola sendiri oleh Wajib
Pajak: Nilai bumi = Angka Kapitalisasi x hasil produksi uap yang terjual dalam satu
tahun sebelum tahun pajak x harga uap.

Angka Kapitalisasi sebagaimana dimaksud ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal
Pajak.

NJOP Bangunan
NJOP bangunan merupakan hasil perkalian antara total luas bangunan dengan NJOP
bangunan per meter persegi dimana NJOP bangunan per meter persegi merupakan hasil
konversi nilai bangunan per meter persegi ke dalam klasifikasi NJOP bangunan. Nilai
bangunan per meter persegi merupakan hasil pembagian antara total nilai bangunan dengan
total luas bangunan sementara nilai bangunan masing-masing bangunan ditentukan melalui
pendekatan biaya yaitu sebesar biaya pembangunan baru dikurangi penyusutan. Total nilai
bangunan merupakan jumlah nilai bangunan masing-masing bangunan.

Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pertambangan untuk
Pertambangan Minyak Bumi, Gas Bumi, dan Panas Bumi pada Tahap

Eksplorasi

Dalam rangka meningkatkan produksi nasional minyak bumi dan gas bumi melalui upaya
peningkatan kegiatan eksplorasi, perlu diatur pemberian insentif berupa pengurangan Pajak

Bumi dan Bangunan sektor pertambangan untuk pertambangan minyak bumi dan gas bumi
pada tahap eksplorasi;
Pengurangan PBB sdiberikan kepada Wajib Pajak atas PBB Migas yang terutang yang
tercantum dalam SPPT untuk Tubuh Bumi. Wajib pajak dapat menerima pengurangan sebesar
100% dari PBB Migas yang terutang.
Wajib Pajak yang dapat diberikan Pengurangan PBB Migas yang memenuhi ketentuan
sebagai berikut:
1.

Wajib Pajak yang menandatangani kontrak kerjasama setelah berlakunya Peraturan
Pemerintah Nomor 79 Tahun 2010 tentang Biaya Operasi Yang Dapat Dikembalikan

2.
3.


dan Perlakuan Pajak Penghasilan di Bidang Hulu Minyak dan Gas Bumi;
Wajib Pajak yang menyampaikan SPOP; dan
Wajib Pajak yang melampirkan surat rekomendasi dari menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang kegiatan usaha minyak bumi dan gas bumi yang
menyatakan bahwa objek PBB Migas masih pada tahap eksplorasi

Pengurangan PBB dapat diberikan setiap tahun untuk jangka waktu paling lama 6 tahun,
terhitung sejak tanggal ditandatanganinya kontrak kerjasama antara kontraktor kontrak
kerjasama dibidang pertambangan minyak dan gas bumi dengan badan atau instansi yang
bidang tugas dan kewenangannya menyelenggarakan kegiatan usaha pertambangan minyak
dan gas bumi. Jangka waktu tersebut dapat diperpanjang paling lama untuk jangka waktu 4
tahun . Perpanjangan jangka waktu ini dapat diberikan sepanjang telah terdapat surat
rekomendasi dari menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kegiatan
usaha minyak dan gas bumi yang menyatakan bahwa objek PBB Migas masih pada tahap
eksplorasi.
Kantor Pelayanan Pajak menerbitkan SPPT dengan mencantumkan besarnya Pengurangan
PBB berdasarkan SPOP dan surat rekomendasi dari menteri yang menyelenggarakan urusan

pemerintahan di bidang kegiatan usaha minyak bumi dan gas bumi. Pencantuman besarnya
Pengurangan PBB dalam SPPT merupakan bukti telah dilakukannya Pengurangan PBB.