Penerapan Sistem Bagi Hasil Kepada Pemodal Dalam Kegiatan Pembiayaan Koperasi Syariah (Studi BMT Al-Musabbihin Medan) Chapter III V

BAB III
KEDUDUKAN PEMODAL DALAM KEGIATAN PEMBIAYAAN
KOPERASI SYARIAH
A.

Tinjauan Umum Tentang Koperasi Syariah

1.

Pengertian Koperasi Syariah
Koperasi Syariah secara teknis bisa dibilang sebagai koperasi yang prinsip

kegiatan, tujuan dan kegiatan usahanya berdasarkan kepada syariah Islam yaitu
Al-Quran dan Assunah. Pengertian umum dari Koperasi Syariah adalah badan
usaha koperasi yang menjalankan usahanya dengan prinsip-prinsip syariah.
Apabila koperasi memeiliki unit usahaproduktif simpan-pinjam, maka seluruh
produk dan operasionalnya harus dilaksanakan dengan mengacu kepada fatwa
Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia. Berdasarkan hal
tersebut maka koperasi syariah tidak diperkenankan berusaha dalam bidangbidang yang didalamnya terdapat unsure-unsur riba, maysir dan gharar.
Disamping itu koperasi syariah tidak diperkenankan melakukan transaksi—
transaksi derifatif sebagaimana lembaga keuangan syariah lainnya. 33

Berikut beberapa hal mengenai pengertian dan ketentuan penglolaan
Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) sebagai berikut :34
a.

Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang atau seorang
atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya

33

http://muhshodiq.wordpress.com/2009/08/12koperasisyariah-apa-bagaimana/

34

Keputusan Menteri Negera Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Republik Indonesia
Nomor : 91/Kep/M.KUKM/IX/2004, tanggal 10 Septermber 2004 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa dan Keuangan Syriag (KJKS).

Universitas Sumatera Utara

berdasarkan Prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat

yang berdasar atas dasar kekeluargaan.
b.

Koperasi Jasa Keuangan Syariah selanjutnya disebut KJKS adalah
koperasi yang kegiatan usahanya bergerak di bidang pembiayaan,
investasi, produksi, perdagangan, dan simpanan sesuai dengan pola
layanan syariah.

c.

Unit Jasa Keuangan Syariah selanjutnya disebut UJKS adalah unit
Koperasi yang bergerak di bidang usaha pemibiayaan, investasi dan
simpanan dengan pola bagi hasil (Syariah) sebagai bagian dari kegiatan
koperasi yang bersangkutan

d.

Kekayaan, adalah amanah Allah SWT yang tidak dapat dimiliki oleh
siapapun secara mutlak.


e.

Manusia diberikan kebebasan bermuamalah (berdagang) selama
bersama dengan ketentuan syariah

f.

Manusia merupakan khalifah Allah dan pemakmur dimuka bumi

g.

Menjunjung tinggi keadilan serta menolak setiap bentuk riba dan
pemusatan sumber dana ekonomi pada segelintir orang atau
sekelompok orang. 35

Tujuan

koperasi

syariah


itu

sendiri

adalah

untuk

meningkatkan

kesejahteraan anggotanya dan kesejahteraan masyarakat dan ikut serta dalam
membangun perekonomian indonesia berdasarkan prinsip-prinsip Islam. Selain itu
juga koperasi syariah memiliki fingsi dan peran sebagai untuk membangun dan

35

Ibid.

Universitas Sumatera Utara


mengembangkan potensi dan kemampuan anggota pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya guna meningkatkan kesejahteraan ekonomi nya, peran
yang lain juga sebagai untuk memperkuat kualitas sumber daya insani anggota,
agar menjadi lebih amanah, profesional (fathonah), konsisten, dan konsekuen
(istiqomah) didalam menerapkan prinsip-prinsip ekonomi Islam dan prinsip
syariah

islam serta berperan untuk

mewujudkan dan mengembangkan

perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama berdasarkan asas
kekeluargaan dan demokrasi ekonomi juga mengembangkan dan memperluas
kesempatan kerja bagi masyarakat. 36
2.

Dasar Hukum Koperasi Syariah di Indonesia
Dalam perkembangan terakhir terhitung sejak diberlakukannya Instruksi


Presiden RI No. 14 Tahun 1998, maka berbagai macam / jenis koperasi
bermunculan, hal ini disesuaikan dengan Aspirasi Masyarakat, antara lain :
a. Koperasi Tani (KOPTAN)
b. Koperasi Pondok Pesantren (KOPONTREN)
c. Koperasi Wanita
d. Koperasi Agribisnis
e. Koperasi Pedagang Pasar
f. Koperasi Industri
g. Koperasi Syariah
h. Koperasi Serba Usaha
i. Koperasi Kredit
36

Ibid

Universitas Sumatera Utara

j.

Koperasi dikalangan profesi (akuntan, arsitek, pengacara, dokter, dll)


k. Koperasi Kelompok Masyarakat (POKMAS)
Keluarnya Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha kecil dan
Menengah Republik Indonesia Nomor 91/kep/IV/KUKM/IX/2004 tentang
petunjuk pelaksanaan kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah
merupakan menjadi sebuah sandaran baru realisasi dalam masyarakat ekonomi
Indonesia terutama dalam lingkungan Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah.
Kenyataan itu membuktikan bahwa sistem ekonomi syariah dapat diterima
dan diterapkan dalam masyarakat Indonesia bahkan mempunyai nilai positif
membangun

masyarakat

Indonesia

dalam

kegiatan

ekonomi


sekaligus

membuktikan kebenaran hukum ekonomi syariah mempunyai nilai lebih
dibandingkan dengan sitem ekonomi komunis maupun ekonomi kapitalis.
Indonesia yang masyarakatnya mayoritas bergama Islam adalah lahan subur
untuk berkembangnya ekonomi syariah. Semakin tinggi kualitas kemampuan
seseorang dan integritas diniyahnya akan semakin tertarik untuk menerapkan
sistem ekonomi syariah dari pada yang lain.
Praktek usaha Koperasi yang dikelola secara syariah telah tumbuh dan
berkembang

di

masyarakat

serta

mengambil


bagian

penting

dalam

memberdayakan ekonomi masyarakat. Di masyarakat telah bermunculan BMT
yang bernaung dalam kehidupan payung hukum koperasi. Hal inilah yang
mendorong Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah untuk
menerbitkan Surat Keputusan Nomor :91/kep/MKUKM/IX/2004.

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan ketentuan yang disebut Koperasi Jasa Keuangan Syariah
(KJKS) adalah koperasi yang kegiatan usahanya bergerak dibidang pembiayaan,
investasi dan simpanan sesuai pola bagi hasil (syariah). Dengan demikian semua
BMT yang ada di Indonesia dapat digolongkan dalam KJKS, mempunyai payung
Hukum dan Legalitas kegiatan operasionalnya asal saja memenuhi ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.
3. Jenis-Jenis Koperasi Syariah

Dalam Fiqih Islam Koperasi / Koperasi Syariah dikenal dengan sebutan
Syirkah. Syirkah secara garis besar dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu 37 :
1.

Syirkah Amlak (Kepemilikan Bersama)
Syirkah Amlak adalah kepemilikan atas suatu barang dan beberapa orang

tanpa adaanya akad, baik secara sukarela maupun paksaan. Syirkah ini tidak
termasuk dalam koperasi.
2.

Syirkah ‘Uqud / Akad (Kontrak)
Syirkah ‘Uqud adalah akad antara dua orang atau lebih untuk bekerja sama

dalam hal harta baik keuntungan ataupun ataupun kerugian. Syirkah inilah yang
para fuqoha dahulu membaginya menjadi empat macam., yakni:
a. Syirkah ‘Abdan,
b. Syirkah Mufawwadlah,
c. Syirkah Wujuh, dan
d. Syirkah ‘Ina


37

Zaidi Abdad, Lembaga Perekonomian Ummat di Dunia Islam, (Bandung, Angkasa, 2003),
Cet. ke I, halaman 100.

Universitas Sumatera Utara

Menurut madzhab Hanafi terdapat 4 (empat) bentuk-bentuk syirkah yang
terdapat didalam hukum Islam yang terdiri atas, yaitu 38:
a.

Syirkah ‘Inan
‘Inan artinya sama dalam menyetor kan atau menawarkan modal. Syirkah

‘Inan merupakan suatu akad dimana ada dua orang atau lebih berkongsi dalam
modal dan sama-sama memperdagangkannya dan bersekutu dalam keuntungan.
Hukum jenis Syirkah ini merupakan titik kesepakatan di kalangan para fukoha.
Demikian juga Syirkah ini merupakan bentuk syirkah yang paling banyak di
praktekkan kaum muslimin di sepanjang sejarahnya. Hal ini di sebabkan karena
bentuk perkongsian ini lebih mudah dan praktis karena tidak mensyaratkan
persamaan modal dan pekerjaan. Salah satu dari partner dapat memiliki modal
yang lebih tinggi dari pada mitra yang lain. Begitu pula salah satu pihak dapat
menjalankan perniagaan sementara yang lain tidak ikut serta. Pembagian
keuntungan pun dapat di lakukan.
b.

Syirkah Mufawadhoh
Mufawadhoh artiya sama-sama. Syirkah ini di namakan Syirkah mufawadhoh

karena modal yang disetor para partner dan usaha fisik yang dilakukan mereka
sama atau proporsional. Jadi Syirkah mufawadhoh merupakan suatu bentuk akad
dari beberapa orang yang menyetorkan modal dan usaha fisik yang

sama.

Masing-masing partner saling menanggung satu dengan lainnya dalam hak dan

38

. Ikhwan Abidin Basri, M “Pola Pembiayaan Usaha melalui Bank Syariah
Syirkah/Musyarakah” artikel di akses pada 30 juli 2008 dari Sharialife.blogspot.com sesuai
dengan kesepakatan mereka bahkan di perbolehkan salah seorang dari partner memiliki
keuntungan lebih tinggi sekiranya ia memang lebih memiliki keahlian dan keuletan dari pada yang
lain. Adapun kerugian harus dibagi menurut perbandingan saham yang dimiliki oleh masingmasing partner .

Universitas Sumatera Utara

kewajiban. Dalam syirkah ini tidak diperbolehkan satu partner memiliki modal
dan keuntungan yang lebih tinggi dari para partner lainnya. Hal yang perlu
diperhatikan dalam syirkah ini adalah persamaan dalam segala hal di antara
masing-masing partner.
c.

Syirkah Wujuh
Syirkah ini dibentuk tanpa modal dari para partner. Mereka hanya

bermodalkan nama baik yang di raihnya karena kepribadiannya dan kejujurannya
dalam berniaga. Syirkah ini terbentuk manakala ada dua orang atau lebih yang
memiliki reputasi yang baik dalam bisnis memesan suatu barang untuk dibeli
dengan kredit (tangguh)dan kemudian menjualnya dengan kontan. Keuntungan
yang di hasilkan dari usaha ini kemudian dibagi menurut persyaratan yang telah di
sepakati antara mereka.
d.

Syirkah Abdan (A’mal)
Syirkah ini dibentuk oleh beberapa orang dengan modal profesi dan keahlian

masing-masing. Profesi dan keahlian ini bisa sama dan bisa juga berbeda.
Misalnya satu pihak tukang cukur dan pihak lainnya tukang jahit. Mereka
menyewa satu tempat untuk perniagaannya dan bila mendapatkan keuntungan
dibagi menurut kesepakatan di antara mereka. Syirkah ini dinamakan juga dengan
syirkah shona’i atau taqobul.

Universitas Sumatera Utara

B. Pembiayaan Dalam Koperasi Syariah.
Gambaran umum tentang koperasi syariah merupakan akad kerjasama usaha
atau perniagaan antar pihak pemilik dana sebagai pihak yang mejnyediakan modal
sebesar 100 % dengan pihak pengelola modal untuk diusahakan dengan porsi
keuntungan akan dibagi bersama sesuai dengan kesepakatan diawal dari kedua
belah pihak. Sedangkan kerugian yang ada akan ditanggung pemilik modal,
kecuali jika ditemukan adanya kelalaian atau kesalahan oleh pihak pengelola dana
seperti penyelewengan, kecurangan, dan penyalahgunaan dana.
Pembiayaan dalam mudharabah memiliki tiga rukun yaitu pihak yang
berakad, objek yang diakadkan, dan sighat akad. Pembiayaan mudharabah juga
memiliki tiga syarat utama yaitu yang pertama pihak yang berakad, kedua belah
pihak harus mempunyai kemampuan dan kemauan untuk bekerjasama
bermudharabah. Kedua, ada objek yang diakadkan dan yang ketiga adalah adanya
sighat atau akad yang diperjanjikan. Ada dua akad kerjasama mudharabah yaitu,
mudharabah mudlaqah dan mudharabah muqhayyadah. Adapun tata cara
penyelenggaraan produk mudharabah yaitu pihak pengelola sebagai pemilik
proyek dapat mengajukan permohonan pembiayaan kepada KJKS atau UJKS
koperasi. Kebutuhan dana tersebut dapat dipergunakan untuk pembiayaan yang
bersifat modal kerja dan atau investasi. Ada dua cara pembagian hasil dalam
sistem pembiayaan mudharabah, yang pertama bagi laba atau untung/profit
sharing yang dihitung dari pendapatan setelah dikurangi beban. Yang kedua bagi
pendapatan atau revenue sharing (dihitung dari total pendapatan). Jika terjadi
kerugian bukan karena kelalaian pengelola (mudharib), maka KJKS atau UJKS

Universitas Sumatera Utara

koperasi syariah sebagai pemilik dana (shabiul ma’al) akan menanggung semua
kerugian. Adapun proses pembiayaan pada sistem mudharabah diantaranya yaitu:
1. Mitra/ anggota / mitra usaha
Mitra usaha menyampaikan tujuan untuk kebutuhan dana sebagai
modal kerja untuk suatu proyek tertentu dengan menjelaskan proyek
yang akan dijelaskan, pihak-pihak yang terlibat dan tujuan proyek.
Juga pihak yang akan memanfaatkan proyek, pengalaman mitra
usaha dalam melaksanakan proyek sejenis atau pengalaman mitra
usaha dalam proyek lain. Keuntungan yang dapat diraih dari proyek
ini dan sumber dana untuk mengembalikan modal tersebut. Mitra
usaha juga menyertakan data-data perusahaan dan spesifikasi
proyek. Keseluruhan proposal dapat menggambarkan kegiatan
proyek secara lengkap dan akurat.
2. Account Officer
Menganalisis kelayakan mitra usaha, historis usaha mitra usaha baik
dari segi kualitatif dan kuantitatifserta kelayakan proyek atau usaha
yang akan dikerjakan oleh mitra usaha.
3. Unit support (administrasi pembiayaan, legal)
Menganalisis mitra usaha dari segi yuridis maupun kelengkapan
perizinan dan keabsahan proyek juga kelengkapan dokumentasi
perusahaan dalam bidang hukum dan kelayakan jaminan yang
diajukan oleh mitra usaha.

Universitas Sumatera Utara

4. Komite pembiayaan.
Komite pembiayaan dilakukan untuk memperoleh keputusan bila
permintaan mitra usaha dianggap tidak layak maka seluruh
permintaan ini dapat dianggap tidak layak untuk mendapat fasilitas
ijarah.
Adapun pembagian beberapa sistem pembiayaan dalam mudharabah dapat
dijelaskan dari beberapa sudut pandang yaitu sebagai berikut:
1.

Jenis – Jenis Pembiayaan Pada Koperasi Syariah.
Pada dasarnya koperasi syariah termasuk dalam jenis koperasi simpan pinjam

seperti yang tedapat di dalam Hukum Nasional. Hal ini disimpulkan berdasarkan
kegiatan usaha koperasi syariah memiliki kesamaan dengan koperasi simpan
pinjam syariah. Pada dasarnya koperasi simpan pinjam syariah di Indonesia sering
di sebut juga BMT (Baitul Maal wa At-tamwil). Selain itu, koperasi simpan
pinjam syariah dalam istilah undang-undang perkoperasian juga disebut KJKS
(Koperasi Jasa Keuangan Syariah). Koperasi simpan pinjam syariah ini koperasi
yang kegiatan usahanya bergerak di bidang pembiayaan, investasi dan simpanan
sesuai pola bagi hasil (syariah). Koperasi simpan pinjam syariah hampir sama
dengan bank syariah. Perbedaannya yaitu, koperasi simpan pinjam di namakan
simpanan sedangkan pada bank syariah di sebut tabungan.
Pada dasarnya Koperasi Syariah atau yang dalam istilah Islamnya dikenal dengan
BMT (Baitul Maal wa At-tamwil) merupakan Koperasi primer. Hal ini
dikarenakan Koperasi Syariah beranggotakan orang-orang bukan organisasi

Universitas Sumatera Utara

Koperasi. Adapun beberapa jenis produk penyaluran dana pada lembaga keuangan
syariah atau koperasi syariah adalah sebagai berikut :
a. Pembiayaan dengan Prinsip Jual Beli terbagi atas :
1) MUROBAHAH, adalah Pembiayaan murobahah yaitu pembiayaan berupa
talangan dana yang dibutuhkan anggota untuk membeli suatu barang
dengan kewajiban mengembalikan talangan dana tersebut seluruhnya
ditambah margin keuntungan koperasi pada waktu jatuh tempo. Koperasi
memperoleh margin keuntungan berupa selisih harga beli dari pemasok
dengan harga jual 39. Koperasi memperoleh margin keuntungan berupa
selisih harga beli dari pemasok dengan harga jual.
2) BAI’U BITSAMAN AJIL, Yaitu pembiayaan berupa talangan dana yang
dibutuhkan anggota untuk membeli suatu barang/jasa dengan kewajiban
mengembalikan talangan dana tersebut ditambah margin keuntungan
koperasi secara mencicil dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan
kesepakatan.
3) PIUTANG SALAM, Yaitu Pembiayaan salam yaitu pembiayaan berupa
talangan dana yang dibutuhkan anggota untuk membeli suatu barang/jasa
dengan pembayaran di muka sebelum barang/jasa diantarkan/terbentuk.
Anggota berkewajiban mengembalikan talangan dana tersebut ditambah
margin keuntungan koperasi secara mencicil sampai lunas dalam jangka
waktu tertentu atau tunai sesuai dengan kesepakatan.

Koperasi

39

Wirdyaningsih, et al., Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana, Cet. II,
2005), hlm. 106 s/d 111.

Universitas Sumatera Utara

memperoleh margin keuntungan berupa selisih harga beli dari pemasok
dengan harga jual.
4) ISTISHNA, Yaitu akad bersama pembuat (produsen) untuk suatu pekerjaan
tertentu dalam tanggungan, atau akad jual beli suatu barang yang akan
dibuat terlebih dahulu oleh pembuat (produsen) yang juga sekaligus
menyediakan kebutuhan bahan baku barangnya. Jika bahan baku
disediakan oleh pemesan, akad ini menjadi akad Ujrah (Upah).
b. Pembiayaan dengan Prinsip Kerja Sama adalah sebagai berikut:
1) MUSYAROKAH, Yaitu suatu bentuk akad kerjasama perniagaan antara
beberapa pemilik modal (BMT) untuk menyertakan modalnya dalam suatu
usaha, di mana masing-masing pihak mempunyai hak untuk ikut serta
dalam pelaksanaan manajemen usaha tersebut. Keuntungan dibagi
menurut proporsi penyertaan modal atau berdasarkan kesepakatan
bersama. Musyarakah dapat diartikan pula pembiayaan dengan akad kerja
sama penggabungan modal antara dua pihak atau lebih (koperasi syariah
dan anggota) untuk melakukan suatu usaha tertentu, dengan pembagian
keuntungan berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya,
sedangkan kerugian ditanggung semua pemilik modal berdasarkan porsi
modal masing-masing 40.
2) MUDHOROBAH, Yaitu Pembiayaan mudharabah yaitu pembiayaan
dengan akad kerja sama antara dua pihak atau lebih dimana pemilik modal
(shahibul maal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola
40

Khotibul Umam, Trend Pembentukan Bank Umum Syariah, (Yogyakarta: BPFE, Cet. I,
2009), hal. xvii.

Universitas Sumatera Utara

(mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan. Bentuk kerja
sama ini menegaskan paduan kontribusi 100% modal kas dari shahibul
maal dan keahlian dari mudharib 41.
c. Pembiayaan dengan Prinsip Sewa Menyewa
1) IJARAH, Yaitu akad pemindahan barang atau jasa melalui pembayaran
upah sewa tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu
sendiri. Contohnya: pembiayaan sewa rumah, penyewaan tenda, sewa
sound sistem dan lain - lain 42.
2) IJARAH MUNTAHIYA BITTAMLIK, yaitu akad pemindahan hak guna
(manfaat) atas suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui
pembayaran sewa/upah, diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang
itu sendiri 43. Pada dasarnya akad IMBT ini sama dengan akad Ijarah biasa,
tetapi perbedaannya yaitu pada Ijarah biasa barang yang disewa tetap
menjadi milik koperasi syariah, sedangkan pada IMBT barang yang
disewa akan menjadi milik anggota pada akhir pelunasan sewa sesuai
dengan akadawal.
d.

Pembiayaan dengan Sistem Jasa.
Pembiayaan ini disebut jasa karena pada prinsipnya dasar akadnya adalah
ta’awuni atau tabarru’i. Yakni akad yang tujuannya tolong menolong dalam
hal kebajikan. Produk dari pembiayaan dengan prinsip jasa adalah sebagai
berikut:
41

Adi Warman Karim, Bank Islam Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: Rajawali Press, 2012), hlm

93.
42

Nur Syamsudin Buchori, Koperasi Syariah Teori dan Praktik, (Banten: Shuhuf Media
Insani, Cet. I, 2012, hlm. 47.
43
Ibid, Hlm 51.

Universitas Sumatera Utara

1) KAFALAH, Yaitu pemberian jaminan oleh koperasi sebagai penanggung
(kafil) kepada pihak ketiga atas kewajiban pihak kedua (yang ditanggung,
makful‘anhu

atau

ashil). Atas pemberian jaminan

ini koperasi

memperoleh fee 44.
2) HIWALAH, Yaitu jasa pengalihan tanggung jawab pembayaran utang dari
seseorang yang berutang kepada orang lain. Contoh: Tuan A karena
transaksi perdagangan berhutang

kepada tuan C. Tuan A mempunyai

simpanan di koperasi, maka atas permintaan tuan A, koperasi dapat
melakukan pemindahbukuan dana pada rekening tuan A untuk keuntungan
rekening B. Atas jasa pengalihan utang ini koperasi memperoleh fee 45.
3) WAKALAH, Yaitu jasa melakukan tindakan/pekerjaan mewakili anggota
sebagai

pemberi

kuasa.

Untuk

mawakili

anggota

melakukan

tindakan/pekerjaan tersebut, anggota diminta untuk mendepositokan dana
secukupnya. Untuk menerima kuasa mewakili anggota melakukan
tindakan/pekerjaan ini, koperasi memperoleh fee 46.
4) AR RAHN (Gadai), menahan salah satu harta milik sipeminjam sebagai
jaminan atas harta yang diterimanya. Menurut Bank Indonesia Rahn
adalah akad penyerahan barang/harta (marhum) dari nasabah (rahin)
kepada bank (murtahin) sebagai jaminan sebagian atau seluruh hutang 47.
5) QORDHUL HASSAN, Yaitu akad pemberian harta kepada orang lain yang
dapat ditagih kembali. Dengan kata lain, qardhul hasan adalah pemberian
44

Wirdyaningsih, et al., Op.cit., hlm. 130.
Ibid, hlm. 132.
46
Ibid, Halaman 133.
47
Fitri Nurhatati dan Ika Saniyati Rahmaniyah, Koperasi Syariah, (Surakarta: PT Era
Intermedia, 2008), hlm. 31.
45

Universitas Sumatera Utara

pinjaman tanpa mengharapkan imbalan ertentu. Dalam khasanah fiqih,
transaksi ini tergolong dalam transaksi kebajikan atau tabarru’ atau
ta’awuni 48.

2. Kedudukan Pemodal Dalam Pembiayaan Koperasi Syariah.
A. Struktur Pengurus dalam Koperasi Syariah.
Adapun struktur organisasi koperasi syariah terdiri dari:
1) Rapat Anggota
Rapat anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi mempunyai
kedudukan yang sangat menentukan, berwibawa dan menjadi sumber dari
segala keputusan atau tindakan yang dilaksanakan oleh perangkat organisasi
dan pengelola koperasi. Segala sesuatu yang telah diputuskan oleh rapat
anggota harus ditaati dan sifatnya mengikat bagi semua anggota, pengurus,
pengawas dan pengelola koperasi 49.
2) Pengurus.
Pengurus adalah perwakilan anggota koperasi yang dipilih melalui rapat
anggota, yang bertugas mengelola organisasi dan usaha koperasi.Kedudukan
pengurus sebagai penerima mandat dari pemilik koperasi, mempunyai
fungsi dan wewenang sebagai pelaksana keputusan rapat anggota sangat
strategis dan menentukan maju mundurnya koperasi. Pengurus minimal
terdiri dari ketua, sekretaris dan bendahara 50.

48

Ibid, hlm. 32.
Arifin Sitio dan Halomoan Tamba, Koperasi Teori dan Praktik, (Jakarta: Erlangga, 2001),
hlm. 35.
50
Ibid, halaman. 37.
49

Universitas Sumatera Utara

3) Pengelola.
Pengelola adalah mereka yang diangkat atau diberhentikan oleh pengurus
untuk mengembangkan usaha koperasi secara efisien dan profesional.
Kedudukan pengelola sebagai pegawai atau karyawan yang diberi kuasa
atau wewenang oleh pengurus maka berlaku hubungan perikatan dalam
bentuk perjanjian atau kontrak kerja 51. Pengelola koperasi syariah terdiri
dari direktur, manajer, dan karyawan.
4) Dewan Pengawas Nasional.
Dewan pengawas syariah adalah perangkat organisasi yang dipilih oleh
anggota dalam rapat anggota dan diberi mandat untuk melakukan
pengawasan terhadap jalannya roda organisasi dan usaha koperasi agar
sesuai dengan fatwa-fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN). 52 Sedangkan
Menurut UU No. 91 Tahun 2004 disebutkan bahwa Dewan Pengawas
Syariah adalah dewan yang dipilih oleh koperasi yang bersangkutan
berdasarkan keputusan rapat anggota dan beranggotakan alim ulama yang
ahli dalam syariah yang menjalankan fungsi dan tugas sebagai pengawas
syariah pada koperasi yang bersangkutan dan berwenang memberikan
tanggapan atau penafsiran terhadap fatwa yang dikeluarkan Dewan Syariah
Nasional.
B. Kedudukan Pemodal.
Pada ketentuan hukum yang berlaku kedudukan Pemodal pada

Koperasi

Syariah memiliki kedudukan yang sama dengan kedudukan Pemodal pada
51
52

Ibid, halaman. 40.
Nur Syamsudin Buchori, Op. cit, hlm. 141.

Universitas Sumatera Utara

Koperasi Umum. Pada Koperasi Umum dan Syriah kedudukan Pemodal
disamakan dengan kedudukan Pengurus dalam artian Pemodal dalam Koperasi
Umum maupun Syariah juga dianggap sebagai Pengurus Koperasi. Akan tetapi
Pengurus Koperasi juga dibedakan antara yang turut serta sebagai Pemodal dan
yang tidak turut serta sebagai Pemodal. Oleh karenanya Pengurus Koperasi
biasanya terbagi atas 2 (dua) jenis, yaitu :
1) Dalam kedudukan sebagai pemilik, para anggota yang memiliki tugas :
a) Memberikan kontribusinya terhadap pembentukan dan pertumbuhan
perusahaan

koperasinnya

dalam

bentuk

kontribusi

keuangan

(penyertaan modal dan saham, pembentukan cadangan, simpanan) dan
melalui usaha-usaha pribadinnya, demikian pula dengan mengambil
bagian dalam penetapan tujuan, pembuatan keputusan dan dalam
proses pengawasan terhadap tata kehidupan koperasinya,
2) Dalam kedudukannya sebagai pelanggan/ pemakai,
b) Para anggota memanfaatkan berbagai potensi yang disediakan oleh
perusahaan koperasi dalam menunjang kepentingan-kepentigannya.

C. Hak dan Kewajiban Pemodal dalam Koperasi Syariah.
Pada Koperasi Syariah Hak dan Kewajiban Pemodalnya juga sama dengan
Hak dan kewajiban Pemodal pada Koperasi Umum yaitu sesuai dengan Surat
Perjanjian Modal Penyertaan Pada Koperasi yang disebut SPMPKOP yang
terdapat dalam masing-masing Koperasi Syariah tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Secara langsung sampai dengan saat ini belum ada satupun ketentuan
khusus yang mengatur tentang hak dan kewajiban dari Pemodal tersebut, akan
tetapi apabila Pemodal tersebut disamakan dengan posisinya sebagai anggota
koperasi maka Pemodal tersebut berarti dapat diartikan sebagai pemegang hak
dan kewajiban yang sama dengan Rapat Anggota, Pengurus, Pengelola, Dewan
Pengawas Nasional. Apabila berpedoman kepada hal tersebut diatas maka hak
dan kewajiban Pemodal sama dengan hak dan kewajiban dari Rapat Anggota,
Pengurus, Pengelola, Dewan Pengawas Nasional, yaitu sesuai dengan
Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah RI No.
16/Per/M.KUKM/IX/2015 tentang Pelaksaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam
dan Pembiayaan Syariah oleh Koperasi yaitu sebagai berikut :

Hak dan Kewajiban Pengurus
Pasal 12
1. Pengurus KSPPS dipilih dari dan oleh anggota Koperasi serta diangkat
dalam Rapat Anggota.
2. Pengurus koperasi sekunder berasal dari perwakilan yang diusulkan
koperasi primer anggotanya.
3. Persyaratan untuk dapat dipilih menjadi pengurus meliputi:
a. telah menjadi anggota koperasi paling sedikit 2 (dua) tahun;
b. tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan
korporasi, keuangan negara dan/atau yang berkaitan dengan sektor
keuangan, dalam waktu 5 (lima) tahun sebelum pengangkatan;
c. tidak mempunyai hubungan keluarga sedarah dansemenda sampai
derajat kesatu dengan penguruslain, pengawas dan pengelola;
4. persyaratan lain untuk dapat dipilih menjadiPengurus diatur dalam
Anggaran Dasar. Persyaratan pengurus sebagaimana dimaksud ayat (2
berlaku persyaratan sebagaimana dimaksud ayat (3) huruf a, b, c, dan d
5. Pengurus bertanggungjawab mengenai segala kegiatan pengelolaan
koperasi dan usahanya kepada Rapat Anggota atau Rapat Anggota Luar
Biasa.
6. Pengurus diberhentikan oleh anggota dalam Rapat Anggota.

Universitas Sumatera Utara

7. Seorang pengurus KSPPS Primer dilarang merangkap sebagai pengurus
atau pengawas pada KSPPS Primer lainnya.
Hak dan Kewajiban Pengawas
Pasal 13
1. Pengawas dipilih dari dan oleh anggota koperasi serta diangkat pada Rapat
Anggota.
2. Pengawas koperasi sekunder berasal dari perwakilan yang diusulkan
koperasi primer anggotanya.
3. Persyaratan untuk dapat dipilih menjadi pengawas meliputi:
a. telah menjadi anggota koperasi paling sedikit 2 (dua) tahun;
b. tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana yang
merugikan korporasi, keuangan negara, danatau yang berkaitan
dengan sektor keuangan, dalam waktu 5 (lima) tahun sebelum
pengangkatan;
c. tidak mempunyai hubungan keluarga sedarah dan semenda sampai
derajat kesatu dengan pengawas lain, pengurus dan pengelola;
d. pengawas koperasi sekunder berasal dari koperasi primer
anggotanya.
e. Persyaratan lain untuk dapat dipilih menjadi Pengawas diatur
dalam Anggaran Dasar;
4. Persyaratan pengawas sebagaimana dimaksud ayat (2) berlaku persyaratan
sebagaimana dimaksud ayat (3) huruf a, b, c, dan d
5. Pengawas bertanggungjawab pada Rapat Anggota dan Rapat Anggota
Luar Biasa.
6. Pengawas diberhentikan oleh anggota dalam rapat anggota.
7. Seorang Pengawas KSPPS Primer dilarang merangkap sebagai pengurus
atau pengawas pada KSPPS Primer lainnya. Apabila ditemukan
permasalahan yang berpotensi menjadi kasus hukum, pengawas dapat
meminta bantuan jasa Kantor Akuntan Publik atau Kantor Jasa Audituntuk
melakukan audit khusus.

Hak dan Kewajiban Dewan Pengawas Syariah
Pasal 14
1. KSPPS dan koperasi yang menyelenggarakan kegiatan usaha simpan
pinjam pembiayaan syariah wajib memiliki dewan pengawas syariah
yang ditetapkan oleh Rapat Anggota.
2. Jumlah Dewan Pengawas Syariah paling sedikit berjumlah 2 orang dan
setengahnya memiliki sertifikasi DSN-MUI.
3. Persyaratan untuk dapat dipilih menjadi dewan pengawas syariah
meliputi:

Universitas Sumatera Utara

a. Tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana yang
merugikan korporasi, keuangan negara, dan/atau yang berkaitan
dengan sektor keuangan, dalam waktu 5 (lima) tahun sebelum
pengangkatan;
b. Tidak mempunyai hubungan keluarga sedarah dan semenda
sampai derajat kesatu dengan pengurus.
4. Dewan pengawas syariah diutamakan dari anggota koperasidan dapat
diangkat dari luar anggota koperasi untuk masa jabatan paling lama 2
(dua) tahun.
5. Dewan pengawas syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertugas:
a. memberikan nasehat dan saran kepada pengurus dan pengawas
serta serta mengawasi kegiatan KSPPS agar sesuai dengan prinsip
syariah;
b. menilai dan memastikan pemenuhan prinsip syariah atas pedoman
operasional dan produk yang dikeluarkan oleh KSPPS;
c. mengawasi pengembangan produk baru
d. meminta fatwa kepada DSN-MUI untuk produk baru yang belum
ada fatwanya;
e. melakukan review secara berkala terhadap produk- produk
simpanan dan pembiayaan syariah. Bagian Keempat Pengelola

Pasal 15
1. PengurusKSPPS dan koperasi yang menjalankan kegiatan USPPS dapat
mengangkat Pengelola KSPPS dan USPPS Koperasi dengan mengajukan
rencana pengangkatan pada rapat anggota.
2. Pengelola KSPPS dan USPPS Koperasi diberi wewenang dan kuasa oleh
pengurus untuk mengelola usaha simpan pinjam dan pembiayaan syariah.
3. Pengelola KSPPS dan USPPS Koperasi bertanggung jawab kepada
pengurus.
4. Pengelolaan usaha simpan pinjam dan pembiayaan syariah oleh pengelola
tidak mengurangi tanggungjawab pengurus sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 12 ayat (6).
5. Pengelola usaha simpan pinjam dan pembiayaan syariah koperasi wajib
memiliki sertifikat standar kompetensi pengelola usaha simpan pinjam
dan pembiayaan syariah yang dikeluarkan oleh lembaga sertifikasi profesi
yang telah memperoleh lisensi sesuai peraturan perundangundangan.
6. Hubungan kerja antara pengelola usaha simpan pinjam dan pembiayaan
syariah dengan pengurus KSPPS adalah hubungan kerja atas dasar
perikatan yang memuat paling sedikit:
a. jangka waktu perjanjian kerja;
b. wewenang, tanggungjawab, hak dan kewajiban masing-masing
pihak;
c. penyelesaian perselisihan.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
PENERAPAN SISTEM BAGI HASIL KEPADA PEMODAL DALAM
KEGIATAN PEMBIAYAAN KOPERASI SYARIAH PADA
BMT AL MUSABBIHIN MEDAN

A. Gambaran Umum Bmt Al Musabbihin Medan.
1. Riwayat Kegiatan Operasional Koperasi Syariah BMT Musabbihin.
Koperasi Syariah BMT Musyabbihin di dirikan pada bulan juni 2014
berdasarkan Akte PendidikanNo. 18 dihadapan Notaris Irwan Santoso,SH.
Tanggal 17 oktober 2014. Pada awalnya koperasi syariah BMT Mussabbihin
mulai usaha bergerak di bidang simpan pinjam :
a. Simpanan.
1) Simpanan dengan produk Tabungan Berkah
2) Simpanan Berjangka dengan produk Deposito
b. Pinjaman
1) Pinjamanan diberikan khusus untuk golongan Mikro yang dapat
digunakan untuk pedagang kecil/ golongan ekonomi lemah maupun
untuk komsumtif.
Kegiatan operasional simpanan Tabungan Berkah sampai posisi akhir Januari
2015 telah mencapai 143 nasabah dengan menghimpun dana sebesar
Rp.115.661.000,- . Sedangkan untuk pinjaman sampai akhir Januari 2015 BMT
Musabbihin telah menyalurkan pembiayaan kepala pedagang kecil maupun

Universitas Sumatera Utara

fasilitas komsumtif sebanyak 143 nasabah dengan total plafond sebesar
Rp.618.083.000,-.
Seiring dengan perkembangan kegiatan BMT Musabbihin, dengan pembinaan
pembiayaan kepala pedagang kecil khususnya, BMT bekerja sama dengan IKMT
telah mencoba memberikan fasilitas untuk peternak sapi sebanyak 40 ekor yang
diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan hewan qurban di Masjid Al
Musabbihin.
Disamping itu BMT Musabbihin akan mencoba memberikan fasilitas di
sektor pertanian/petani rakyat, dan saat ini BMT musabbihin bekerjasama dengan
pihak Aceh Sepakat sedang melakukan ujicoba khusus tanaman jagung seluas ± 1
(satu) hektar dengan pemenuhan syarat para petani untuk pengolahan tanah,
dengan menggunakan pupuk organik.
Dengan perkembangannya informasi atas kegiatan BMT musabbihin kepala
masyarakat melalui keluarga besar IKMT serta peran aktif keluarga besar
pengurus Aceh Sepakat cabang III Medan dan anggotanya, BMT Musabbihin
mengalami kendala/ kekurangan dana untuk memenuhi kebutuhan modal kerja
para calon nasabah, khususnya nasabah retail :
a. pedagang kecil, peternakan yang berada di wilayah Medan Sunggal
sekitarnya.

2. Data Perusahaan.
a. Nama Perusahaan : Koperasi Syariah BMT Musabbihin.

Universitas Sumatera Utara

b. Alamat

: Komplek Taman Setia Budi Indah Block C No.99
Medan.

3. Legalitas Perusahaan.
a. Akte Perusahaan.
1) Nomor

: 18

2) Tanggal

: 17 Oktober 2014

3) Notaris

: Irwan Santoso,SH.

4. Tanda Daftar Perusahaan.
a. Nomor

: 02.12.264.01061/5619/6142/12/2014

b. Tanggal

: 22 Desember 2014

c. Kepala Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Medan
d. Surat Izin Usaha Perdagangan.
1) Nomor : 6215/6230/1.1/1902/12/2014
2) Tanggal : 22 Desember 2014
3) Kepala Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Medan
e. Surat Ijin Gangguan
1) Nomor : 6969/6991/6839/2.1/1902/12/2014
2) Tanggal

: 22 Desember 2014

3) Kepala Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Medan

f. Nomor Pokok Wajib Pajak
1) Nomor

: 71.600.427.0-124.000

Universitas Sumatera Utara

2) Tanggal : 03 Desember 2014
3) Direktorat Jenderal Pajak
g. Surat Pinbuk
1) Nomor

: A.058/PINBUK.INDO-SU/BP/A/RK/XI/2014

2) Tanggal : 07 Nopember 2014
3) Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil Indonesia Perwakilan Sumatera
Utara
h. Surat Ijin Dinas Koperasi
1) Nomor
2) Tanggal

: 518/13/BH/II.14/XI/2014
: 28 Nopember 2014

3) Kepala Dinas Koperasi UMKM Kota Medan
i. Susunan Pengurus Koperasi Syariah Bmt Musabbihin
1) Terlampir
j.Neraca Laba Rugi Posisi S/D Akhir Januari 2015
1) Terlampir
k.Foto Usaha Nasabah Binaan Bmt Musabbihin
1) Terlampir

5. Susunan Pengurus.
a. Pengurus :
1) Ketua

:

Sugiyanto

2) Sekretaris :

Hendri Pramana Triputra

3) Bendahara :

Muhammad Boy Arsyad

Universitas Sumatera Utara

b. Pengawas :
1) Ketua

: Maulana Pohan

2) Anggota : Armein Rusdin Jusuf
3) Anggota : Abikusno Dharsuky Drs.
c. Pengawas Syariah

:Drs. H. Syahrul Rambe MM.

Peran, Fungsi dan Tugas Pengurus BMT Al-Musabbihin juga memiliki
bagian –bagian yang tersendiri sesuai dengan Anggaran Dasar yang telah disusun
sebelumnya. Adapun beberapa penjelasan tentang fungsi dan tugas Pengurus
BMT Al-Musabbihin antara lain :
1. Menyusun kebijakan umum BMT yang telah dirumuskan dalam Rapat
Anggota.
2. Melakukan pengawasan operasional BMT dalam bentuk :
3. Persetujuan pembiayaan untuk suatu jumlah tertentu
4. Pengawasan tugas Manager (pengelola).
5. Bersama pengelola menetapkan komite pembiayaan.
6. Melaporkan perkembangan BMT kepada Para Anggota dalam Rapat
Anggota
Ketua Pengurus BMT Al-Musabbihin memiliki wewenang dalam melakukan
control/pengawasan secara keseluruhan atas aktivitas lembaga dalam rangka
menjaga kekayaan BMT dan memberikan arahan dalam upaya lebih
mengembangkan dan meningkatkan kualitas BMT. Adapun tanggung jawab
Ketua dapat dijelaskan sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

1. Bertanggung jawab atas aktivitas BMT dan melaporkan perkembangan
unit BMT kepada seluruh anggota mekanisme rapat yang disepakati.
2. Terseleksinya calon karyawan sesuai dengan formasi yang dibutuhkan dan
mengeluarkan Surat Keputusan Pengangkatan/Pemberhentian Karyawan.
3. Terkendalinya aktivitas simpan pinjam di BMT.
4. Terjaganya kondisi kerja yang aman,nyaman di BMT.
5. Terbukanya hubungan kerjasama dengan pihak-pihak luar dalam rangka
mengembangkan usaha BMT.
6. Menjaga BMT agar dalam aktivitasnya senantiasa tidak lari dari visi dan
misinya.
7. Meningkatkan kualitas SDM BMT.
Ketua juga memiliki tugas pokok tertentu yang telah diatur dalam Anggaran
Dasar BMT ialah sebagai berikut:
1. Bertanggungjawab atas aktivitas BMT dan melaporkan perkembangan unit
BMT kepada seluruh anggota melalui mekanisme rapat yang disepakati.
2. Melakukan pengawasan dan pertemuan bulananan .triwulan /semester
untuk membahas capaian target BMT serta kendala-kendala yang dihadapi
BMT.
3. Memberikan masukan pada pengelola mengenai strategi-strategi yang
dapat dikembangkan BMT dalam pencapaian target.
4. Membantu pengelola melakukan evaluasi dan menyusun perencanaan
BMT.

Universitas Sumatera Utara

5. Mendapatkan data dan mempersiapkan bahan dan agenda rapat anggota
untuk melaporkan perkembangan BMT.
6. Menyelenggarakan rapat anggota dan melaporkan perkembangan BMT
secara periodik (triwulan/semester/tahunan) kepada anggota BMT.
7. Mengajukan rencana kerja dan anggaran pendapatan/ belanja BMT pada
musyawarah anggota.
8. Terseleksinya calon karyawan sesuai dengan formasi yang dibutuhkan dan
mengeluarkan Surat Keputusan pengangkatan/pemberhentian karyawan.
9. Melakukan penilaian terhadap kinerja karyawan dan kebutuhan akan
penambahan SDM.
10. Membuka peluang kesempatan kerja secara terbuka apabila masih
dibutuhkan formasi di BMT.
11. Melakukan tahap-tahap rekruitmen hingga seleksi karyawan sesuai dengan
aturan yang berlaku.
12. Mengeluarkan Surat Keputusan pengangkatan atau pemberhentian
karyawan.
13. Terkendalinya aktivitas simpan pimjam di BMT.
14. Mengawasi secara keseluruhan aktivitas BMT.
Dalam Anggaran Dasar Ketua memiliki wewenang yang telah diatur dalam
Anggaran Dasar BMT Al-Musabbihin yang sudah tertera sesuai dengan ketentuan
yang telah ditetapkan ialah sebagai berikut:
1. Menyetujui / menolak pengajuan pengeluaran biaya dengan alasan-alasan
yang dapat diterima.

Universitas Sumatera Utara

2. Menyetujui / menolak pengajuan biaya (hasil rapat komite) apabila
dianggap dapat merugikan lembaga.
3. Menyetujui / menolak pengajuan pembelian aktiva tetap.
4. Menyetujui / menolak pencairan dropping pembiayaan sesuai dengan
batasan wewenang.
5. Menyetujui / menolak penggunaan keuangan yang dianjurkan yang tidak
melalui prosedur.
6. Memberikan teguran dan sanksi atas pelanggaran yang dilakukan
manajemen pengelola.
7. Melakukan penilaian dan evaluasi atas prestasi karyawan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
8. Memberikan keputusan promosi, rotasi dan PHK sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
9. Mengeluarkan Surat Keputusan pengangkatan dan atau pemberhentian
karyawan.
10. Mengadakan kerjasama dengan pihak lain untuk kepentingan lembaga
dalam upaya mencapai target proyeisi dan tidak merugikan lembaga.
11. Memutuskan menolak atau menerima kerjasama dengan pihak lain dalam
sesuai dengan kegiatan utama BMT (simpan pinjam).
Sekretaris BMT Al-Musabbihin memiliki fungsi utama dalam melakukan
pengelolaan

pengadministrasian

segala

sesuatu

yang

berkaitan

dengan

aktivitas Badan Pengurus. Adapun tanggung jawab sekretaris dalam Anggaran
Dasar yang telah ditetapkan adalah:

Universitas Sumatera Utara

1. Mengadministrasikan seluruh berkas yang menyangkut keanggotaan BMT.
2. Semua surat-surat masuk dan keluar, khususnya yang berkaitan dengan
Badan Pengurus.
3. Merencanakan rapat rutin koordinasi dan evaluasi kegiatan Badan
Pengurus.
4. Mendistribusikan setiap hasil rapat Pengurus/anggota kepada pihak-pihak
yang berkepentingan.
Tugas tugas pokok dari Sekretaris Pengurus BMT itu sendiri juga dapat dijelaskan
beberapa hal sebagai berikut:
1. Mengadministrasikan seluruh berkas yang menyangkut keangotaan BMT.
2. Melakukan pendataan ulang terhadap anggota baru BMT.
3. Melakukan penghimpunan biodata atau kelengkapan administrasi anggota
BMT.
4. Melakukan registrasi keanggotaan BMT.
5. Mengadministrasikan semua surat masuk dan keluar yang berkaitan
dengan aktivitas Badan Pengurus.
6. Melakukan kegiatan administrasi surat masuk dan keluar.
7. Membuat kebijakan system administrasi pada tingkat Badan Pengurus.
8. Mengadministrasikan dokumen lembaga yang sifatnya permanen, seperti
akte pendirian.
9. Membuat Surat Keputusan atau persetujuan Ketua Pengurus untuk
pengangkatan Karyawan yang ditandatangani Ketua Badan Pengurus.

Universitas Sumatera Utara

10. Mengadministrasikan seluruh Surat Keputusan yang dikeluarkan oleh
Badan Pengurus.
11. Merencanakan rapat rutin koordinasi dan evaluasi kegiatan Badan
Pengurus.
12. Menyusun kalender kerja Badan Pengurus bersama ketua dan bendahara.
13. Mengatur rencana rapat dengan agenda yang disepakati dan evaluasi
kegiatan Badan Pengurus.
14. Mendistribusikan

hasil rapat

pengurus kepada pihak-pihak

yang

berkepentingan.
15. Membuat notulasi pada setiap rapat.
16. Mendokumentasikan notulasi dan mendistribusikan kepada seluruh pihak
yang berkepentingan.
Sedangkan sekretaris pengurus BMT memiliki wewnang yang telah ditetapkan
dalam

anggaran

dasar

seperti:

menandatangani

undangan

rapat,

mendokumentasikan arsip penting mengenai kepengurusan, dan mendistribusikan
hasil notulasi rapat pada seluruh pihak yang berkepentingan.

Struktur selanjutnya dalam pengurus BMT ialah Bendahara. Bendahara
memiliki fungsi utama sebagai pengelola keuangan BMT secara keseluruhan
diluar unit-unit yang ada. Adapun juga bendahara memiliki tugas tanggung jawab
untuk mengeluarkan laporan keuangan BMT kepada pihak yang berkepentingan,
memberikan laporan mengenai perkembangan simpanan wajib dan simpanan

Universitas Sumatera Utara

pokok anggota. Sedangkan tugas pokok dari bendahara pengurus BMT secara
spesifik ialah sebagai berikut:
1. Mengeluarkan laporan keuangan BMT kepada pihak yang berkepentingan.
2. Membuat laporan keuangan BMT (simpan pinjam dan sektor riil).
3. Melakukan analisis bila diperlukan dan memberikan masukan pada Rapat
Badan Pengurus mengenai perkembangan BMT dari hasil laporan
keuangan yang ada.
4. Memberikan laporan mengenai perkembangan simpanan wajib dan
simpanan pokok anggota.
5. Melakukan evaluasi terhadap perkembangan simpanan pokok dan wajib.
6. Mendata ulang anggota yang masih belum melunasi kewajibannya dalam
menyetor simpanan pokok dan simpanan wajib.
7. Melakukan koordinasi dengan sekretaris bila diperlukan mengenai kondisi
anggota.
Sedangkan wewenang dari Bendahara adalah mengeluarkan laporan keuangan
BMT untuk keperluan intern dan melakukan analisis keuangan BMT. BMT ZAlMusabbihin juga memiliki struktur yang namanya Pengawas Syari’ah Koperasi
yang memiliki fungsi utama untuk emberikan fatwa, penjelasan, informasi dan
pandangan-pandangan yang dianggap perlu dalam hal ketepatan pola, akad, dan
transaksi-transaksi lainya di BMT dengan Syari’ah Islam sebagai dasar pedoman
operasional BMT.
Tanggung jawab dari pengawas syariah BMT Musabbihin ialah
mengevaluasi pelaksanaan operasional BMT dalam periode tertentu dalam hal

Universitas Sumatera Utara

akad-akad Syari’ah BMT. Sedangkan tugas pokok dari pengawas syariah ialah
merdisposisikannya produk-produk BMT sesuai Syari’ah, mengevaluasi programprogram BMT, membantu pengelola dalam rangka sosialisasi ekonomi Syari’ah
kepada masyarakat.
Kewenangan dari pengawas syariah pengurus BMT AL-MUsabbihin ialah
melakukan evaluasi dan monitoring terhadap operasional BMT, lalu memberikan
keputusan dan pandangan terhadap ketepatan produk-produk Syari’ah BMT, dan
memberikan rekomendasi terhadap kelayakan kerjasama dengan pihak ke tiga
khususnya dalam hal kesesuaiannya dengan prinsip Syari’ah Islam, serta
melakukan pengawasan langsung maupun berjenjang dalam hal operasional &
keuangan BMT.

B. Penerapan Sistem Bagi Hasil Kepada Pemodal Koperasi Syariah Pada
BMT Al Musabihin Medan ;
Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan Penulis dengan Pihak
Pengurus BMT Musabbihin serta dengan Pihak Shahibul Maal (Nasabah yang
meminjam), Sistem bagi hasil pada BMT Musabbihin yaitu dengan melakukan
sistem bagi hasil mudharabah.
Pada sistem Mudharabah yang diterapkan oleh BMT Musabbihin adalah
dengan menerapkan sistem revenue sharing. Sistem ini mempunyai pengertian
bahwa adanya pembagian hasil, penghasilan atau pendapatan antara shahibul maal
(nasabah) dengan mudharib (BMT Syariah). Dan jika pihak BMT Musabbihin
mengalami kerugian maka kerugian tersebut di tanggung oleh kedua belah pihak

Universitas Sumatera Utara

yaitu nasabah dan BMT Musabbihin. Dengan asumsi bahwa kerugian tersebut
disebabkan oleh BMT Musabbihin sebagai mudharib dalam mengelola tabungan
akan tetapi semua ada kesepakatan antara shahibul maal (nasabah) dengan
mudharib BMT Musabbihin pada waktu melakukan akad (wawancara dengan
Pengurus BMT Musabbihin, 26 Oktober 20015, Jam 13.00-14.30.
Sebagai Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM), BMT Musabbihin memiliki
karakter tersendiri dan prosedur pembinaan tertentu. Hal ini dikarenakan BMT
Musabbihin termasuk kedalam lembaga keuangan pra-koperasi yang memiliki
ciri-ciri seperti dapat dilihat dari aspek-aspeknya yang meliputi:
1.

Modal
BMT Musabbihin dapat didirikan dengan jumlah modal minimal Rp

20.000.000,- (dua puluh juta rupiah) yang harus disetor sebagai modal BMT
Musabbihin dalam jangka waktu 6 bulan. Berbeda dengan BMT-BMT lain yang
terdapat di Kota Medan yang pada umumnya dapat dioperasikan dengan modal
5.000.000,- (lima juta rupiah) pada 2-3 bulan pertama sambil menanti setoran
semua modal-modal, pada awal berdirinya BMT bermodalkan Rp.20.000.000,(dua puluh juta rupiah) yang diperoleh dari sumbangan, infak, dan modal dari
investor-investor lain yang berasal dari Mesjid Al Musabbihin. Anggota Pendiri
2.

Simpanan.

a.

Simpanan Pokok Khusus
Simpanan Pokok Khusus yang terdapat pada BMT Musabbihin adalah uang

yang dibayar oleh pendiri BMT Musabbihin dan diberikan kepada BMT
Musabbihin dengan tanda bukti pembayaran berupa kwitansi, jumlah maksimal

Universitas Sumatera Utara

sesuai dengnan kesanggupan anggota masing-masing. Simpanan pokok ini dapat
dibayar tunai dan cicilan, sesuai dengan kesepakatan rapat anggota.
b.

Simpanan Pokok
Yaitu uang yang dibayar oleh setiap anggota BMT Musabbihin kepada BMT

Musabbihin dengan tanda bukti pembayaran berupa kwitansi yang jumlahnya
ditentukan dalam anggaran dasar. Simpanan pokok ini merupakan tanda
keanggotaan BMT Musabbihin, oleh karena itu simpanan pokok tidak dapat
diambil kecuali setelah anggota yang bersangkutan memutuskan untuk keluar dari
keanggotaan BMT Musabbihin.
c.

Simpanan Wajib

1) Simpanan Wajib Biasa.
Yaitu uang yang dibayar oleh anggota BMT Musabbihin kepada BMT
Musabbihin dengan tanda bukti pembayaran yang berupa kwitansi secara teratur
dalam waktu tertentu, misalnya seminggu sekali atau sebulan sekali. Jumlahnya
ditentukan dalam anggaran dasar.
2) Simpanan Wajib Pembiayaan.
Simpanan ini yaitu simpanan yang dilakukan oleh anggota setiap mendapat
pembiayaan dari BMT Musabbihin. Besar simpanannya ditentukan dalam
AD/ART yaitu maksimal 10% dari jumlah pembayaran.
3) Simpanan Sukarela
Simpanan sukarela yaitu simpanan anggota dalam berbagai bentuk produk,
simpanan yang dikembangkan oleh BMT Musabbihin seperti; simpanan
mudhorobah biasa, haji, walimah, idul fitri dan lain-lain.

Universitas Sumatera Utara

4) Pelayanan ZIS
Dalam mengumpulkan dana pengelolaannya, BMT Musabbihin juga
menghimpun dana Zakat, Infaq dan Shodakoh (ZIS), yang mana nantinya oleh
BMT Musabbihin akan diberikan pada orang-orang yang berhak menerimanya.
Dalam Islam Zakat merupakan kewajiban bagi semua umat Islam. Negara diminta
untuk

memungut

dan

memembagikannya

kepada

mereka

yang

tidak

berpenghasilan, atau mereka yang mempunyai penghasilan tetapi tidak mencukupi
kebutuhan hidupnya. 53
Zakat merupakan pusat keuangan negara Islam, yang meliputi moral, sosial,
ekonomi. Dalam pelaksanaannya, zakat secara ekonomik dapat menghapus
tingkat perbedaan kekayaan yang mencolok, serta sebaliknya dapat menciptakan
redistribusi yang merata, disamping dapat pula menyokong laju inflasi. Zakat
merupakan sumbangan wajib kaum muslimin untuk perbendaharaan negara.
Tidaklah mengherankan kalau zakat yang disyariatkan Allah sebagai
penjamin hak fakir miskin dalam harta umat dan negara merupakan pilar pokok
Islam yang ketiga, salah satu tiang dan syiar yang agung. Sebagaimana tercantum
dalam al-Qur’an surat at-Taubah ayat 11, yang artinya sebagai berikut ini :
“Jika mereka bertaubat, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat maka (mereka
itu) adalah saudara-saudaramu seagama”
Terhadap modal BMT Musabbihin yang berasal dari dana ZIS, BMT
Musabbihin tidak mempergunakan modal yang bersumber dari ZIS tersebut untuk

53

Yusuf Qordhawi, Kiat Islam dalam Mengentaskan Kemiskinan, (Jakarta : Gema Isnsani
Press, 1995), hal. 138

Universitas Sumatera Utara

keperluan operasional maupun pembiayaan Mudharabah akan tetapi moda; yang
bersumber dari ZIS tersebut dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan diantaranya;
a)

Digunakan untuk pembiayaan yang sifatnya hanya untuk membantu.

b) Pemberi beasiswa bagi mereka yang kurang mampu dalam membayar SPP.
c)

Penutupan terhadap pembiayaan yang macet karena faktor kesulitan
pelunasan.

d) Membantu masyarakat yang memerlukan pengobatan.
e)

Membantu fakir miskin dan orang-orang jompo.
Perhitungan Bagi Hasil di BMT Musabbihin Medan Pada Pembiayaan

Musyaraka Mekanisme perhitungan dan pembagian bagi hasil keuntungan usaha
yang diterapkan oleh BMT Musabbihin Medan Sidogiri dapat dilihat seperti yang
terdapat pada gambar di bawah ini:
Sebagaimana diketahui, pembiayaan musyarakah adalah akad kerjasama
antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu di mana masing-masing
pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan
resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.
Dalam pembagian keuntungan dibagi sesuai dengan kesepakatan (tidak harus
dibagi rata).Sedangkan kerugiannya, harus dibagi menurut porsi (persentase) dana
masing-masing. Berikut ini akan diberikan contoh sederhana untuk perhitungan
bagi hasil dari pembiayaan musyarakah:
Ibu A adalah seorang yang mempunyai toko kecil yang berjualan makanan
pokok, ibu A mengajukan pembiayaan kepada BMT AL-Musabbihin Medan
dengan bentuk pembiayaan musyarakah sebagai tambahan modal. Maka akad

Universitas Sumatera Utara

musyarakah-nya sebagai berikut: Ibu Aisyah membutuhkan modal sebesar Rp.
2.000.000, sedangkan modal yang dimiliki hanya Rp. 1.000.000
a) BMT AL-Musabbihin Medan memberikan tambahan modal sebesar Rp.
1.000.000 dengan akad musyarakah
b) Perkiraan keuntungan yang akan diperoleh oleh ibu A sebesar Rp. 100.000
dalam masa satu bulan.
c) Ke