Penerapan Sistem Bagi Hasil Pada Pembiayaan Al-Mudharabah Pada PT Bank Syariah Mandiri Cabang Padangsidempuan Chapter III IV

BAB III
PEMBAHASAN
A. LANDASAN TEORI
1. Pengertian Bank
Menurut pernyataan standar akuntansi keuangan, pengertian bank adalah
lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan antara pihak yang memiliki
dana phak yang memerlukan dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi
memperlancar lalu lintas pembayaran. Thomas Suyatno mengartikan perbankan
sebagai suatu lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan
jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang, dengan tujuan untuk
memenuhi kebutuhan kredit dengan modal sendiri atau orang lain, selain itu juga
mengedarkan alat tukar baru dalam bentuk uang bank atau giral.
Bank Syariah atau Bank Islam adalah bank yang dikembangkan
berdasarkan syariah (hukum) islam, yaitu berdasarkan Al-Qur’an dan hadist
Rasulullah SAW. Definisi Bank Syariah menurut Sudarsono (2004:27) adalah
lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberi kredit jasa-jasa lain dalam lalu
lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi dengan prinsip-prinsip
syariah. Bank Syariah mencul di Indonesia dikarenakan oleh desakan dari
masyarakat khususnya yang beragama islam yang berpandangan bahwa bunga
dalam perbankan merupakan bentuk riba, sehingga diharamkan dalam ajaran
agama Islam. Dengan adanya UU No. 7 tahun 1997 merupakan dasar

berkembangnya Bank Syariah di Indonesia.
18
Universitas Sumatera Utara

19

Menurut Budisantoso, dkk. (2006) perbedaan yang mendasar antara Bank
Syariah dengan Bank Konvensional antara lain:
a. Perbedaan Falsafah
Landasan falsafah yang dianut adalah perbedaan pokok antara bank syariah
dengan bank konvensional. Jika dalam bank konvensional menggunakan
sistem bunga, maka dalam bank syariah justru sebaliknya. Di dalam bank
syariah sistem dikembangkan adalah jual beli serta kemitraan yang
dilaksanakan adalah bagi hasil.
b. Konsep Pengelolaan Dana Nasabah
Pengelolaan dana dalam sistem bank syariah dilakukan dalam bentuk titipan
atau investasi. Berbeda dengan deposito dalam bank konvensional yang
merupakan upaya untuk membungakan uang, cara titipan atau investasi ini
berarti bank syariah harus mampu memenuhi kapan saja nasabah
membutuhkan. Dana


nasabah yang terkumpul

akan disalurkan dan

dimanfaatkan ke dalam berbagai transaksi perniagaan yang diperbolehkan
dalam sistem syariah. Keuntungan yang berasal dari pemanfaatan dana nasabah
dalam berbagai transaksi itulah yang nantinya akan dibagikan kepada nasabah
dalam bentuk bagi hasil. Dengan begitu jika hasil usaha semakin tinggi maka
semakin besar pula keuntungan yang dibagikan bank syariah kepada nasabah,
begitu pula sebaliknya.

Universitas Sumatera Utara

20

c. Kewajiban Mengelola Zakat
Bank Syariah diharuskan menjadi pengelola Zakat dalam arti wajib membayar,
menghimpun, mengadministrasikan dan mendistribusikan zakat.
d. Struktur Organisasi

Di dalam struktur organisasi sebuah Bank Syariah diwajibkan adanya Dewan
Pengawas Syariah (DPS) yang bertugas mengawasi segala aktivitas bank agar
selalu sesuai dengan prinsip-prinsip Syariah.
2. Pembiayaan Mudharabah
a. Pembiayaan Bank Syariah
Sebagaimana bank pada umumnya, bank syariah juga memiliki produk
keuangan berapa kredit. Di dalam bank syariah, kredit ini disebut sebagai
pembiayaan. Menurut Muhammad (2005:17) pembiayaan atau financing yaitu
pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak lain untuk mendukung investasi yang
telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain
pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang
direncanakan atau penyaluran dana kepada pihak yang membutuhkan.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 21 Tahun 2008 Tentang
perbankan Syariah pasal 1 ayat 25 menjelaskan Pembiayaan adalah penyediaan
dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa:
1) Transaksi bagi hasil dalam bentuk Mudharabah dan Musyarakah.
2) Transaksi sewaa-menyewa dalam bentuk ijrah atau sewa beli dalam

bentuk


ijrah muntahiya bittamlik.
3) Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan itishna’.

Universitas Sumatera Utara

21

4) Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh.
5) Transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa.

b. Mudharabah
Mudharabah adalah perjanjian antara pemilik modal dengan pengusaha.
Dimana pemilik modal bersedia membiayai sepenuhnya suatu proyek/usaha dan
pengusaha setuju untuk mengelola proyek tersebut dengan pembagian hasil sesuai
dengan perjanjian pemilik modal tidak dibenarkan ikut dalam pengelolaan usaha,
tetapi diperbolehkan membuat usulan dan melakukan pengawasan. Apabila usaha
mengalami kerugian, maka kerugian tersebut sepenuhnya ditanggung oleh pemilik
modal, kecuali apabila kerugian tersebut terjadi karena penyelewengan atau
penyalahgunaan oleh pengusaha.
Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 07/DSN-MUI/IV/2000

menyebutkan bahwa dalam rangka mengembangkan dan meningkatkan dana
Lembaga Keuangan Syariah (LKS), pihak LKS dapat menyalurkan dananya
kepada pihak lain dengan cara mudharabah, yaitu akad kerjasama suatu usaha
antara dua pihak dimana pihak pertama (malik,

shahib al-maal, LKS)

menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak kedua („amil, mudharib, nasabah)
bertindak selaku pengelola, dan keuntungan usaha dibagi diantara mereka sesuai
kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak. Akad ini sudah dikenal oleh umat
islam sejak zaman para nabi, bahkan pada saat itu Nabi Muhammad SAW juga
melakukan mudharabah dengan khatijah. Khatijah saat itu berperan sebagai
shahib al-maal mempercayakan barang dagangnya untuk dijual oleh Rasulullah
yang berperan sebagai mudharib ke luar negeri.

Universitas Sumatera Utara

22

Untuk memahami akad mudharabah secara umum dapat dilihat dalam

skema terjadinya transaksi mudharabah secara garis besar sebagai berikut:
Pengajuan pembiayaan
Bank Syariah
(Shahib al-maal)

Nasabah/Pengusaha
(Mudharib)

Persetujuan prmbiayaan

Akad mudharabah

100% modal

keahlian/tenaga

Proyek / Usaha

Pelunasan pembiayaan


Modal

Pembagian bagi hasil
untuk nasabah
Pembagian bagi hasil untuk Bank
Keuntungan

Gambar 3.1
Skema Transaksi Pembiayaan Mudharabah
Sumber: Antonio (2001)

Universitas Sumatera Utara

23

3. Metode Bagi Hasil
a. Pengertian Riba
Ada beberapa pendapat dalam menjelaskan riba, namum secara umum
terdapat benang merah yang menegaskan bahwa riba adalah pengambilan
tambahan baik dalam transaksi jual-beli maupun pinjam-meminjam secara batil

atau bertentangan dengan prinsip muamalah dalam Islam. Terdapat beberapa dalil
islam yang melarang sistem riba. Diantara dalil-dalil tersebut antara lain di dalam
Al-Qur’an yaitu: QS.Ar-Ruum:39, QS.An-Nisaa:160-161, QS.Ali Imran:130,
QS.Al-Baqarah:278-279 dan lain-lain. Allah melarang dengan keras dan tegas
semua jenis riba . allah berfirman: “Hai orang-orang yang berfirman,
bertaqwalah kepada Allah dan tinggalkanlah sisa-sisa (dari berbagai jenis) riba
jika kamu orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan maka
ketahuilah bahwa Allah dan Rosul-Nya menerangimu. Dan jika kamu bertaubat,
maka bagimu pokok hartamu, kamu tidak menganiaya dan tidak pula diniaya.”
(QS.Al-Baqarah:278-279). Ternyata larangan transaksi riba tersebut tidak hanya
dalam Islam saja. Agama Kristen dan Khatolik bahkan Yahudi juga melarangnya.
Di kalayan Kristen terinspirasi oleh Lukas 6:34-35, sedangkan di kalangan yahudi
dalam kitab-kitabnya antara lain: Kitab Eksodus (keluaran) pasal 22 ayat 25, kitab
Levicitus (Imamat) pasal 35 ayat 7, dan lain-lain (Muhammad syafi’i, 2001:4345). Menurut Muhammad Syafi’i Antonio (2001), riba terbagi dalam 4 jenis,
yaitu:

Universitas Sumatera Utara

24


1) Riba Fadl
Riba ini timbul akibat pertukaran barang yang tidak memiliki kesamaan
dalam hal kuantitas, dan waktu penyerahan, atau mengandung ketidakjelasan bagi
kedua belah pihak akan nilai masing-masing barang yang akan dipertukarkan.
2) Riba Nasi‟ah
Riba Nasi’ah bisa terjadi pada pertukaran maupun pinjam-meminjam. Bisa
terjadi dalam 3 bentuk, pertama pada jual-beli dua mata uang yang berbeda yang
dilakukan tidak secara tunai. Kedua, pinjam-meminjam untuk jangka waktu
tertentu dengan syarat tertentu maka akan ada tambahan pada saat pengembalian.
Ketiga, pinjam-meminjam tanpa syarat tambahan pada saat pengembalian, tapi
jika belum bisa membayar pada saat jatuh tempo, akan diberi tempo dengan
kompensasi ada tambahan.
3) Riba Jahiliyah
Adalah hutang yang telah dibayar oleh seseorang peminjam melebihi dari
pokok pinjaman, karena si peminjam tidak mampu mengembalikan dana pinjaman
pada waktu yang telah ditetapkan.
4) Riba Qardh
Suatu manfaat atau tingkat kelebihan tertentu yang disyaratkan terhadap
yang berutang (muqtaridh).


Dari berbagai hal diatas tentang seperti apa riba itu, dapat disimpulkan bahwa
praktik bunga dalam perbankan konvensional tergolong dalam praktik riba yang
dilarang dilaksanakan oleh ajaran agama Islam.

Universitas Sumatera Utara

25

b. Pengertian Prinsip Bagi Hasil
Menurut Antonio (2010) bagi hasil merupakan suatu sistem pengolahan
dana dalam perekonomian Islam yakni pembagian hasil usaha antara pemilik
modal (shahib al-maal) dan pengelola (Mudharib).
Keuntungan yang harus dibagihasilkan harus dibagi secara proporsional
antara shahib al-maal dengan mudharib. Dengan demikian smua pengeluaran
rutin yang berkaitan dengan bisnis, bukan untuk keperluan pribadi mudharib,
dapat dimasukkan kedalam biaya operasional. Keuntungan bersih harus dibagi
antara shahib al-maal dengan udharib sesuai proporsi yang disepakati sebelumnya
dan secara eksplisit disebut dalam perjanjian awal. Tidak ada pembagian
keuntungan sebelum semua kerugian telah ditutup dan ekuiti shahibul maal telah
dibayar kembali.


c. Mekanisme Perhitungan Bagi Hasil
Mekanisme perhitungan bagi hasil yang diterapkan di dalam perbankan
syariah terdiri dari dua sistem, yaitu profit sharing dan revenue sharing. Untuk
memahami masing-masing metode dapat dilihat dari gambar dibawah ini:

Universitas Sumatera Utara

26

Prinsip Revenue
Sharing

Prinsip Profit Sharing

Pendapatan





Bagi hasil
Margin
Sewa
lainnya

Pendapatan
Dasar
perhitungan
bagi hasil






Bagi hasil
Margin
Sewa
Lainnya

Dikurangi: hak bagi
hasil pihak ketiga

Dikurangi: beban
operasional
pembiayaan
mudharabah

Ditambah: pendapatan
operasional lainnya

Dikurangi: beban
operasional

Laba / rugi bersih

Dasar
perhitungan
bagi hasil

Laba / rugi bersih

Gambar 3.2
Perbedaan Prinsip Bagi Hasil Revenue Sharing dan Profit Sharing
Sumber: Martawireja (2009)

Universitas Sumatera Utara

27

Jika dilihat sesuai gambar di atas, terlihat jelas bahwa perbedaan yang
mendasar antara metode profit sharing dengan metode revenue sharing terletak
pada dasar perhitungannya. Di dalam PSAK 105 2007 juga dijelaskan tentang dua
metode ini. Jika berdasarkan revenue sharing maka dasar pembagian hasil usaha
adalah laba bruto, bukan total pendapatan usaha (omset). Sedangkan jika berdasar
prinsip profit sharing, dasar pembagiannya adalah laba neto yaitu laba bruto
dikurangi beban yang berkaitan dengan pengelolaan dana mudharabah.
B. Analisis Data dan Pembahasan
1. Mekanisme Pelaksanaan Pembiayaan Mudharabah Pada Bank Syariah
Mandiri
Cara penyaluran dana di Bank Syariah Mandiri pada dasarnya mengikuti
petunjuk dan pelaksanaan yang dikeluarkan oleh Direksi atau Kantor Pusat
Jakarta. Tahapan proses pemberian proses pemberian pembiayaan yang diawali
dengan
a. Perencanaan Target Market
Perencanaan target market merupakan proses identifikasi terhadap bidang
usaha/individu yang potensial, sekaligus merupakan penentuan prioritas dan
strategi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan bisnis unit dengan kebijakan
umum yang telah ditentukan Direksi.

Universitas Sumatera Utara

28

Dasar-dasar penentuan target merket meliputi:
i.

Kualitas

ii. Portofolio Konsentration
iii. Bank Experience
iv. Evaluation
b. Investigasi
Investigasi adalah pengumpulan data yang berkaitan dengan nasabah dan
usaha nasabah, pemeriksaan atas kebenaran data dan penyusunan laporan,
mencakup:
1) Melakukan Investigasi surat permohonan pembiayaan dan kelengkapan.
a) Untuk Nasabah Perorangan
i. Memastikan seluruh kolom isian yang terdapat pada formulir
permohonan pembiayaan telah diisi dengan benar oleh nasabah.
ii. Mencocokkan isian data pribadi dengan Copy kartu identitas nasabah.
iii. Mencocokkan isian data jaminan dengan data-data jaminan yang
diberikan.
iv. Memastikan bahwa formulir dan tanda tangan tersebut sesuai/sama
dengan tanda tangan yang ada pada kartu identitas nasabah.
v. Untuk nasabah yang beristri memastikan suami/istri nasabah telah
menandatangani formulir, dan tanda tangan tersebut sesuai dengan
tanda bukti.

Universitas Sumatera Utara

29

b) Untuk Nasabah Badan Usaha
i. Memastikan bahwa seluruh kolom isian yang terdapat pada SPP telah
diisi nasabah. Bila pengisian dilakukan dengan tulisan tangan, pastikan
bahwa tulisan jelas dan terbaca.
ii. Memastikan bahwa setiap informasi yang ditulis nasabah pada SPP
sesuai dengan data-data (lampiran) yang disampaikan nasabah.
iii. Memastikan bahwa yang menandatangani SPP adalah pihak yang
berhak/berwenang sesuai akta perusahaan terakhir.
iv. Memastikan SPP telah dibubuhi cap perusahaan.
2) Melakukan Investigasi Informasi Nasabah (Pra-Analisis).
a) BI Checking
Untuk memastikan nasabah bukan merupakan debitur bermasalah pada
bank lain.
b) Trade Checking
Memastikan calon nasabah telah mempunyai hubungan yang baik dan
selalu memenuhi kewajiban-kewajibannya.
c) Negative List
Memastikan nasabh tidak termasuk dalam daftar black list yang
dikeluarkan BI, maupun negative list intern BSM (dapat dilihat pada
public folder masing-masing cabang).

Universitas Sumatera Utara

30

d) Kelompok debitur besar
Memastikan apakah nasabah termasuk/tidak termasuk dalam salah satu
dari debitur besar BSM dan tidak melampaui BMPK (dapat dilihat pada
public folder masing-masing cabang).
e) Financing risk rating (FRR)
Untuk mengetahui tingkat risiko usaha calon nasabah (sesuai SE No.
6/007/PEM tanggal 26 April 2004)
f) Pengecekan sektor ekonomi
Memastikan bahwa usaha yang dijalankan calon nasabah tergolong dalam
sektor ekonomi dan sub sektor ekonomi yang mempunyai rating menarik
untuk dibiayai dan penetapan princing (sesuai No. 6/013/PEM tanggal dan
SE turunannya).
3) Melakukan Investigasi Objek pembiayaan, Lokasi Usaha dan Aktivitas Usaha
Nasabah.
a) Objek pembiyaan berupa barang/benda
i. Memastikan fisik barang sesuai dengan tujuan pembiayaan, meliputi
antara lain jenis barang, kualitas berang, jumlah barang dan nilai
kewajaran barang.
ii. Memastikan tempat penyimpanan dan system pengamanan oleh
nasabah sendiri.
iii. Khusus barang-barang investasi: memastikan keberadaan, kondisi,
perawatan dan masih dimanfaatkannya barang-barang investasi
tersebut.

Universitas Sumatera Utara

31

iv. Memeriksa dokumen legalitas/bukti kepemilikan barang/benda, dan
nomor identitas/spesifikasi dalam dokumen surat harus sama dengan
nomor yang terdapat pada objek.
b) Objek pembiayaan berupa modal kerja usaha/proyek.
i. Memastikan keberadaan/lokasi usaha yang dijalankan nasabah serta
meyakini bahwa usaha tersebut benar-benar milik nasabah.
ii. Memastikan volume serta aktivitas usaha nasabah sesuai dengan
gambaran yang diberikan oleh nasabah dalam proposal pembiayaan.
iii. Memastikan kelancaran usaha nasabah.
iv. Memastikan bahwa proyek yang akan/sedang dikerjakan nasabah sesuai
dengan SPK/dokumen proyek yang dimintakan pembiayaan bank.
Crittical poin yang harus diperhatikan, antara lain: Lokasi Proyek,
Jenis, Nilai Proyek, Pemberi Kerja, Aktivitas Proyek.
4) Melakukan Investigasi Barang Jaminan:
a) Barang jaminan berupa tanah dan bangunan:
i. Dokumen jaminan terdiri dari: sertifikat tanah (SHM, SHGB, SHU),
KTP pemilik + suami/istri, Copy PBB 2 tahun terakhir, IMB (bila
terdapat bangunan).
ii. Untuk tanah yang belum memiliki sertifikat atau masih berupa
girik/letter C sebaiknya diteriman sebagai jaminan.
iii. Untuk lokasi dengan alamat yang jelas, maka alamat objek harus dicek
sama dengan alamat yang tertera pada dokumen jaminan.

Universitas Sumatera Utara

32

iv. Untuk memastikan letak/lokasi jaminan berupa tanah kosong beserta
batas-batasnya

agar

menghubungi

aparat

desa

setempat

(RT/RW/carik/lurah).
v. Mintalah informasi kepada aparat desa maupun warga sekitar untuk
memastikan bahwa objek jaminan tidak dalam status sengketa.
vi. Melakukan pengecekan keaslian sertifikat jaminan ke BPN setempat.

b) Barang jaminan berupa kendaraan:
i. Dokumen jaminan terdiri dari: faktur/invoice pembelian dan BPKB
ii. Mencocokkan dokumen jaminan tersebut dengan merk & jenis
kendaraan, nomor mesin dan nomor rangka.
iii. Khusus untuk kendaraan komersial, periksa peruntukan kendaraan, ijin
trayek dan masa berlakunya serta uji kendaraan.
c. Pengumpulan dan Pengecekan Dokumen
1) Nasabah Perorangan
a) Asli surat permohonan pembiayaan yang telah ditandatangani nasabah +
istri/suami (bila telah menikah). Cek bahwa nama dan tandatangan yang
tertera sesuai dengan asli KTP/paspor/SIM nasabah + istri/suami.
b) Copy surat bukti diri (KTP/paspor/SIM) nasabah + istri (bila telah
menikah). Pastikan bahwa KTP/paspor/SIM nasabah masih berlaku, dan
periksa bahwa foto yang tertera sesuai dengan wajah nasabah.
c) Surat nikah (bila nasabah telah menikah). Cocokkan nama sesuai nama di
KTP nasabah+istri.

Universitas Sumatera Utara

33

d) Copy kartu keluarga (KK) pastikan alamat pada KK sesuai dengan yang
tertera di KTP/paspor/SIM nasabah. Pastikan bahwa KK tersebut tertera
tandatangan pengurus dan cap RT/RW setempat.
e) Keterangan penghasilan.
f) Foto Copy/salinan dokumen jaminan.
g) Data penunjang:
i. Copy surat izin praktek (SIP) dan NPWP (untuk professional).
ii. Surat Izin Usaha (SIUP, TDP, NPWP) untuk wiraswasta.
2) Nasabah Badan Usaha
a) Asli surat permohonan pembiayaan
b) Copy legalitas badan usaha berupa akta pendirian anggaran dasar dan
perubahannya termasuk pengesahan dari Departemen kehakiman dan
Lembaran Berita Negara.
c) Copy Legalitas usaha berupa: SIUP, TDP, NPWP, dan izin lainnya.
d) Laporan keuangan (Neraca, Laba rugi) 2 tahun terakhir, khusus pembiayaan
dengan total limit diatas Rp. 5 milyar, wajib didukung dengan laporan
keuangan audited.
e) Data rencana usaha/perincian peruntukan pembiayaan.
f) Study kelayakan proyek, khusus untuk pemberian pembiayaan untuk tujuan
investasi kepada grup-grup debitur dengan total limit diatas Rp. 5 milyar.

Universitas Sumatera Utara

34

d. Analisis Pembiayaan
1) Tujuan analisis pembiayaan
2) Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan analisis pembiayaan serta
pembuatan NAP.
3) Melakukan penilaian aspek-aspek pembiayaan.
e. Persetujuan, Pemutusan, dan Pencairan Pembiayaan
1) Bagaimana pemutusan dan persetujuan pembiayaan diberikan
a) Persetujuan pembiayaan harus didasarkan atas hasil analisis secara
menyeluruh, dengan mempertimbangkan semua faktor resiko yang akan
ditanggung dengan ekspektasi hasil yang akan diperoleh dan rencana
pembiayaan.
b) Pemutusan pembiayaan dilakukan oleh Komite Pembiayaan sesuai dengan
kewenangannya dengan memperhatikan rekomendasi persetujuan yang
diberikan dalam NAP.
c) Pemberitahuan persetujuan kepada nasabah disampaikan melalui Surat
Pemberitahuan Persetujuan Pembiayaan (SP3).
d) Pembuatan SP3 harus sesuai dengan persyaratan dalam NAP dan
persyaratan tambahan yang diputuskan oleh Komite Pembiayaan.
2) Prinsip-prinsip Pencairan Pembiayaan
a) Prinsip Dual Control
Proses pencairan pembiayaan harus dilakukan oleh unit lain yang terpisah
dari unit analisis dan pemutusan pembiayaan.

Universitas Sumatera Utara

35

b) Prinsip Comply With (Kepatuhan terhadap syarat)
Pencairan pembiayaan merupakan implementasi dari sebuah persetujuan
pembiayaan yang dicantumkan dalam nota analisis. Yang kemudian
dituangkan dalam SP3 dan Akad Pembiayaan.
3) Kapan Pembiayaan Dapat Dicairkan
a) Memastikan kelengkapan dan keabsahan semua dokumen pembiayaan dan
surat jaminan sesuai persyaratan yang tercantum dalam SP3 atau Akad
Pembiayaan.
b) Lakukan pengecekan dokumen yang diserahkan tersebut diatas dengan
menggunakan formulir Daftar Pengecekan Realisasi Pembiayaan (DPRP).
c) Pencairan dilakukan setelah semua persyaratan dalam DPRP dipenuhi,
sesuai rekomendasi Manajer Operasi dan persetujuan Kacab.
f. Dokumentasi
1) Dokumentasi pembiayaan mempunyai fungsinya yang strategis yaitu:
a) Sebagai bukti adanya kesepakatan antara bank dengan nasabah.
b) Sebagai bukti pengikatan/penguasaan jaminan.
c) Sebagai bukti penutupan asuransi.
d) Sebagai bukti transaksi keuangan antara nasabah dengan bank.
e) Sebagai bukti adanya pembiayaan bank kepada nasabah.
f) Sebagai sarana pembuktian di pengadilan bila terjadi wanprestasi atau
perselisihan antara bank dengan nasabah dikemudian hari.
Untuk itu dokumentasi pembiayaan harus dilakukan secara benar, tertib & up
to date serta dapat dipertanggungjawabkan.

Universitas Sumatera Utara

36

2) Dokumen apa saja yang harus di dokumentasikan
a) Surat permohonan pembiayaan dan lampirannya.
b) Bukti pelaksanaan investasi.
c) Nota analisis dan bukti persetujuan pembiayaan (SP3).
d) Akad pembiayaan.
e) Setiap akad pembiayaan harus diberi nomor urut tertentu sesuai ketentuan
guna tertib administrasi dan dokumentasi pembiayaan.
f) Bukti pengikatan jaminan.
g) Bukti penutupan asuransi.
h) Bukti kelengkapan dokumen pembiayaan lainnya.
g. Monitoring Pembiayaan
1) Yang dimaksud monitoring pembiayaan
Monotoring pembiayaan adalah tindakan pengawasan / pengawalan dalam
pengelolaan pembiayaan sampai dengan pembiayaan dilunasi nasabah.
2) Monitoring pembiayaan mencakup apa saja
a) Memastikan bahwa setiap tahapan proses pemberian pembiayaan telah
dilakukan sesuai dengan ketentuan.
b) Memastikan bahwa semua persyaratan pembiayaan telah dipenuhi nasabah,
meliputi:
i. Monitoring penguasaan dan pengamanan jaminan.
ii. Monitoring penutupan asuransi.
iii. Monitoring pemunuhan dokumen pembiayaan lainnya.
c) Monitoring portofolio pembiayaan.

Universitas Sumatera Utara

37

d) Monitoring perkembangan usaha nasabah.
e) Monitoring penggunaan pembiayaan.
f) Monitoring dokumen pembiayaan yang akan jatuh tempo.
g) Monitoring kualitas aktifitas produktif dan PPAP.
h. Hal-hal yang harus diperhatikan pada saat melakukan monitoring.
1) Memaksimalkan penggunaan checkilist dalam pembuatan NAP dan
checklist proses pencairan pembiayaan guna monitoring proses
pemberian pembiayaan dan pemenuhan persyaratan.
2) Analyst mikro hendaknya membuat administrasi/catatan mengenai
persyaratan pencairan pembiayaan yang belum dipenuhi nasabah.
3) Tetapkan

batas

waktu

kesanggupan

nasabah

dalam

memenuhi/menyerahkan persyaratan pembiayaan.
4) Cover note yang dikeluarkan oleh notaris/deler bukan merupakan bukti
kepemilikan jaminan/pengikatan, namun hanya merupakan bukti tanda
terima pengurusan dokumen/pengikatan jaminan.
5) Dilakukan dalam monitoring portofolio pembiayaan.
a) Monitoring pencapaian target pembiayaan yang telah ditetapkan
berdasarkan jenis penggunaan, sektor ekonomi, skema pembiayaan dan
segmentasi debitur.
b) Membuat laporan kepada manajer marketing/kepala cabang untuk
pembiayaan yang telah melampaui target yang ditetapkan. Dengan
demikian cabang unit bisnis dapat mengalokasikan pembiayaan kepada
jenis pembiayaan lainnya.

Universitas Sumatera Utara

38

6) Yang dilakukan dalam monitoring kegiatan usaha nasabah.
a) Membuat rencana OTS secara tahunan untuk memperoleh informasi
tentang:
i. Perkembangan usaha terakhir
ii. Perubahan manajemen (bila ada)
iii. Masalah-masalah yang dihadapi dan upaya pemecahannya.
iv. Rencana usaha tahun depan (jangka pendek maupun jangka panjang)
v. Industri nasabah serta strategi pasar nasabah
vi. Usaha-usaha (kebutuhan pembiayaan) yang mungkin dibiayai.
b) Hal-hal yang dilihat pada saat melakukan kunjungan: tanggapan nasabah,
jumlah persediaan dan piutang, tingkat aktifitas usaha nasabah (transaksi
jual beli), omset pembelian/penjualan, administrasi nasabah, serta hal lain
yang diperlukan dalam monitoring dimaksud.
7) Apa

yang

dilakukan

dalam

monitoring

penggunaan/kewajaran

pembiayaan.
a) Pembiayaan modal kerja
b) Volume operasional usaha nasabah dapat dimonitor on desk melalui
aktivitas rekening bank, laporan keuangan triwulan/semesteran dan
laporan penjualan/pembelian yang disampaikan nasabah secara berkala.
c) Pembiayaan investasi atau konsumtif: meyakini kewajaran harga barang
yang dibeli dengan menanyakan kepada penjual/agen barang sejenis
untuk meyakini kebenaran pembelian dan keberadaan barang yang
dibiayai.

Universitas Sumatera Utara

39

8) Yang dilakukan dalam monitoring kewajiban jatuh tempo.
a) Monitoring jatuh tempo angsuran harian yaitu melalui cetak pembiayaan
Past Due (per AO), untuk selanjutnya dilakukan penagihan.
b) Monitoring asuransi yang akan jatuh tempo maupun yang telah jatuh
tempo melalui cetak asuransi YAJT s/d tanggal tertentu atau cetak
asuransi yang telah jatuh tempo untuk selanjutnya dilakukan tindakan
penagihan kepada nasabah agar nasabah menyiapkan dananya.
Idealnya perpanjangan asuransi dilakukan minimal 7 hari sebelum jatuh tempo
polis asuransi. Untuk itu, hendaknya percetakan asuransi yang akan jatuh tempo
dilakukan setiap minggu.
Sumber: Bank Syariah Mandiri Cabang Padangsidempuan 2016
2. Perhitungan dan pengungkapan bagi hasil pada pembiayaan Mudharabah
Dalam pembiayaan mudharabah di Bank Syariah Mandiri menggunakan
pinsip bagi hasil dalam pelaksanaannya. Setelah penentuan nisbah, pada saat akad
juga ditentukan metode yang akan digunakan dalam distribusi hasil usaha
tersebut. Dalam pelaksanaannya di Bank Syariah Mandiri, perhitungan distribusi
hasil usaha dalam pembiyaaan mudharabah menggunakan metode Revenue
Sharing. Dalam PSAK 105 dijelaskan bahwa metode ini menjadikan laba bruto
sebagai dasar dalam pendistribusian usaha. Dalam memahami sistem perhitungan
bagi hasil di Bank Syariah Mandiri akan lebih mudah jika menggunakan sebuah
ilustrasi transaksi pembiayaan mudharabah itu sendiri.

Universitas Sumatera Utara

40

a) Berikut ilustrasi pembiayaan mudharabah:
PT. Prima Sari mendapatkan suatu proyek pembangunan gedung dari Pemda
Kota Padangsidempuan senilai Rp. 1.200.000.000,00 dengan jangka waktu
pekerjaan selama 1 tahun dari tahun 2014 sampai 2015. Untuk mengerjakan
proyek tersebut PT. Prima Sari tidak memiliki dana sendiri, oleh karena itu
akan diajukan pembiayaan ke Bank Syariah Mandiri untuk mendanai proyek
tersebut. Diketahui nilai RAB proyek sebesar Rp. 990.000.000,00. Pembayaran
proyek dilakukan berkala sebanyak 2 kali selama 1 tahun, dan dilakukan setiap
6 bulan sekali.
Pertanyaan:
1) Berapa nisbah bagi hasil antara bank dan nasabah bila disepakati jangka
waktu pembiayaan selama 1 tahun dan pokok pembiayaan dikembalikan
secara berkala sebanyak 2 kali setiap 6 bulan sekali. Atau pa da saat
pembayaran termin dari pemilik proyek?
Perhitungan dengan metode Revenue Sharing, bila diketahui bank berharap
return 10% per tahun!
Perhitungan Nisbah:
Pembiayaan Bank

: Rp. 990.000.000,00

Laba Bruto PT. PS

: Tingkat bagi hasildiharapkan x plafond pembiayaan
: 10% x Rp. 990.000.000 x 1
: Rp. 99.000.000,00

Universitas Sumatera Utara

41

10% adalah contoh bila bank ingin mendapat return 10% per tahun. Dalam
prakteknya persentase return yang diinginkan bank telah ditentukan oleh
kantor pusat. Hal tersebut biasanya dipengaruhi oleh besar pembiayaan dan
jangka waktu pembiayaan.
Nisbah Bagi Hasil dengan metode Revenue Sharing:
Nisbah Bank

: Bagi Hasil diharapkan x 100%
Estimasi Keuntungan
: 99.000.000 x 100%
210.000.000
: 47,143%

Nisbah PT. Prima Sari

: 100% - 47,143% = 52,857%

Distribusi bagi hasil adalah sebagai berikut:
Setoran pertama dan ke-2:
Pendapatan

: Rp. 600.000.000,00

Laba bruto

: Rp. 600.000.000 - (990.000.000:2)
: Rp. 105.000.000,00

Bagi hasil

: Nisbah x Laba Bruto

Bagi hasil bank

: 47,143% x Rp. 105.000.000
: Rp. 49.500.000,00

Bagi hasil PT. PS : 52,857 x Rp. 105.000.000
: Rp. 55.500.000,00

Universitas Sumatera Utara

42

Tabel 3.1
Perhitungan Setoran ke Bank
Dalam (Rp. 1.000,00)

Keuntungan
PT. Prima Sari
(Rp)

Bagi Hasil
Bank
(Rp)

Bagi Hasil
PT. Prima
Sari
(Rp)

Pembayaran
Pokok
Pembiayaan
(Rp)

Jumlah yang
Disetor ke
Bank
(Rp)

105.000
105.000
2.100.000

49.500
49.500
99.000

55.500
55.500
111.000

495.000
495.000
990.000

544.500
544.500
1.089.000

Setoran Ke-1
Seoran Ke-2

2) Pencatatan pembiayaan mudharabah
a) jurnal pada saaat pembayaran pembiayaan mudharabah adalah:
Pembiayaan Mudharabah

Rp. 990.000.000

Kas

Rp. 990.000.000

i. jurnal telah sesuai dengan PAPSI 2003
ii. Pembiayaan mudharabah diakui pada saat pembayaran kas kepada
pengelola dana (sesuai PSAK 105: Akuntasi Mudharabah paragraf 12).
iii. Pembiayaan mudharabah yang diberikan dalam bentuk kas diukur
sejumlah uang yang diberikan bank pada saat pembayaran (sesuai
PSAK 105: Akuntansi Mudharabah paragraf 13).
b) Jurnal pada saat penerimaan angsuran pertama dan ke-2 adalah:
Kas

Rp. 495.000.000
Pembiayaan Mudharabah

Kas

Rp. 495.000.000
Rp. 495.000.000

Pembiayaan Mudharabah

Rp. 495.000.000

Universitas Sumatera Utara

43

i. Jurnal telah sesuai dengan PAPSI 2003
ii. Pengembalian dana mudharabah dapat dilakukan secara bertahap
bersamaan dengan distribusi bagi hasil atau secara total pada saat akad
mudharabah berakhir (sesuai PSAK 105: Akuntansi Mudharabah
paragraf 9).
iii. Pembayaran kembali pembiayaan mudharabah oleh mudharib akan
mengurangi pembiayaan mudharabah (sesuai PAPSI 2003)
c) Jurnal pada saat penerimaan laba rugi hasil bank pertama dan ke-2 adalah:
Kas

Rp. 49.500.000
Pend. Bagi Hasil Mudharabah

Kas

Rp. 49.500.000
Rp. 49.500.000

Pend. Bagi Hasil Mudharabah

Rp. 49.500.000

i. Jurnal telah sesuai dengan PAPSI 2003
ii. Pengakuan penghasilan usaha mudharabah diketahui berdasarkan
laporan bagi hasil atas realisasi penghasilan usaha dari pengelola dana
(sesuai PSAK 105: Akuntansi Mudharabah paragraf 22).
iii. Investasi

mudharabah

yang

melebihi

satu

periode

pelaporan,

penghasilan usaha diakui dalam periode terjadinya hal bagi hasil sesuai
nisbah yang disepakati (sesuai PSAK 105: Akuntansi Mudharabah
paragraf 20).

Universitas Sumatera Utara

44

iv. Pembagian hasil usaha mudharabah dilakukan dengan prinsip Revenue
Sharing (bagi hasil), maka dasar pembagian hasil usaha adalah laba
bruto, bukan total pendapatan usaha (sesuai PSAK: Akuntansi
Mudharabah paragraf 11).
v. Jika terjadi kerugian akan ditanggung sepenuhnya oleh pihak bank,
kecuali kerugian tersebut terjadi karena kelalaian atau kesalahan
pengelola dana. Dan jika terjadi kerugian akibat kelalaian pengelola
dana akan dibebankan pada pengelola dana dan tidak mengurangi
investasi mudharabah (sesuai PSAK 105: Akuntansi Mudharabah
paragraf 11).

3.

Pelaksanaan Bagi Hasil Ditinjau Fatwa Dewan Syariah Nasional
Pelaksanaan pembagian bagi hasil dalam sebuah pembiayaan dalam fatwa

Dewan Syariah Nasional (DSN) No. 15/DSN-MUI/IX/2000 tentang “Prinsip
Distribusi Hasil Usaha Dalam Lembaga Keuangan Syariah”. Penulis akan
menganalisis kesesuaian perhitungan bagi hasil pada pembiayaan mudharabah di
Bank Syariah Mandiri dengan Fatwa DSN di atas.

Universitas Sumatera Utara

45

Tabel 3.2
Tinjauan Fatwa DSN Terhadap Pembiayaan Mudharabah
di Bank Syariah Mandiri
Item Dalam
No

Distribusi

Implementasi Distribusi

Fatwa Dewan Syariah

Hasil Usaha

Nasional (DSN)

Hasil Usaha

Saat menentukan besarnya
nisbah bagi hasil terdapat
kesepakatan dan tawar1

Akad

menawar antara nasabah
dan Bank Syariah Mandiri,
sehingga rela dan saling
percaya

Kesesuaian

Fatwa DSN No. 15/DSNMUI/IX/2000 tentang
prinsip hasil usaha dalam
lembaga keuangan

Sesuai

syariah Pada ketentuan
umum butir ke-3
Fatwa DSN No. 15/DSN-

2

Metode yang digunakan

MUI/IX/2000 tentang

Metode

oleh Bank Syariah Mandiri

prinsip hasil usaha dalam

Bagi Hasil

adalah metode Revenue

lembaga keuangan

Sharing

syariah pada ketentuan

Sesuai

umum butir ke- 1&2

Sumber: Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) No. 15/DSN-MUI/IX/2000

Setelah

penulis

melakukan

analisis

serta

pembahasan

terhadap

pelaksanaan dan perhitungan prinsip bagi hasil pada pembiayaan Mudharabah di
Bank Syariah Cabang Padangsidempuan pada Bulan Mei 2016, penulis dapat
menemukan kelebihan dan kelemahan yaitu sebagai berikut.

Universitas Sumatera Utara

46

A.

Kelebihan
1. Pelaksanaan pembiayaan mudharabah di Bank Syariah Mandiri
dilakukan secara teratur dan berkekuatan hukum untuk memberikan rasa
aman kepada kedua belah pihak.
2. Pelaksanaan pembiayaan mudharabah di Bank Syariah Mandiri telah
sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional – MUI, dan sepenuhnya
tidak terdapat penyimpangan dari Fatwa Dewan Nasional No. 07/DSNMUI/IV/2000, tentang pembiayaan mudharabah (Qiradh).
3. Metode bagi hasil yang digunakan oleh Bank Syariah Mandiri dalam
pembiyaan mudharabah adalah Revenue Sharing, sesuai dengan Fatwa
Dewan Syariah Nasional No. 15/DSN-MUI/IX/2000 tentang prinsip hasil
usaha dalam lembaga keuangan syariah pada ketentuan umum prinsip
distribusi hasil usaha butir 1 dan 2.
4. Penentuan nisbah pada prinsip bagi hasil yang digunakan Bank Syariah
Mandiri dilakukan saat akad sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah
Nasional No. 15/DSN-MUI/IX/2000 tentang prinsip hasil usaha dalam
lembaga keuangan syariah pada ketentuan umum prinsip distribusi hasil
usaha butir ke-3.

B. Kelemahan
1. Kurangnya sosialisasi membuat pembiyaan mudharabah dengan prinsip
bagi hasil ini masih dianggap tidak berbeda dengan kredit dalam
perbankan konvensional, sehingga masyarakat belum mengerti secara jelas
tentang kelebihan-kelebihan pembiyaan mudharabah ini.

Universitas Sumatera Utara

47

2. Belum transparansi atau belum jelasnya sumber darimana didapat sebuah
angka persentase dari Expected return bank membuat masih ada tanda
tanya yang belum terjawab dengan tuntas di dalam pembahasan tentang
pelaksanaan prinsip bagi hasil ini.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
KESIMPULAN

A. KESIMPULAN
Dari pembahasan pada bab 3 maka kesimpulan yang dapat diambil adalah
sebagai berikut:
1. Penentuan presentase nisbah dalam pembiyaan mudharabah di Bank Syariah
Mandiri dilakukan saat awal pembuatan akad pembiyaan mudharabah. Dimana
akad tersebut telah disetujui dan ditandatangani oleh kedua belah pihak Bank
Syariah Mandiri sebagai sohibul maal dan nasabah sebagai mudharib. Hal
tersebut sesuai Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 15/DSN-MUI/IX/2000
tentang prinsip hasil usaha dalam lembaga keuangan syariah pada ketentuan
umum prinsip distribusi hasil usaha butir ke-3.
2. Dalam pembiyaan mudharabah di Bank Syariah Mandiri menggunakan metode
Revenue Sharing sebagai metode yang digunakan dalam hal pembagian hasil
usaha. Hal ini sesuai Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 15/DSNMUI/IX/2000 tentang prinsip hasil usaha dalam lembaga keuangan syariah
pada ketentuan umum prinsip distribusi hasil usaha butir ke- 1 dan 2.

48
Universitas Sumatera Utara

49

B. SARAN
Dari pembahasan pada bab 3, maka penulis memberikan rekomendasi bagi
Bank

Syariah

Mandiri,

khususnya

Bank

Syariah

Mandiri

Cabang

Padangsidempuan sebagai berikut:
1. Meningkatkan sosialisasi atau penyuluhan tentang seluk beluk keuangan
syariah, dimana berbagai pembiyaan di bank syariah tercakup didalamnya.
Dengan ditingkatkannya sosialisasi diharapkan masyarakat menjadi lebih
mengerti dan mengetahui keuntungan dan kelebihan pembiayaan yang
dilaksanakan dengan prinsip syariah, sehingga berakibat bertambahnya minat
masyarakat untuk melakukan pembiyaan dengan prinsip syariah.
2. Meningkatkan transparansi proses pelaksanaan pembiayaan mudharabah
tersebut kepada nasabah yang berperan sebagai mudharib, dengan tujuan
menumbuhkan rasa saling percaya antara kedua belah pihak.

Universitas Sumatera Utara