Analisis Perbandingan Kinerja Perusahaan Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi Terhadap Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Merger dan Akuisisi
Penggabungan

usaha

merupakan

salah

satu

strategi

untuk

mempertahankan kelangsungan hidup dan mengembangkan perusahaan.
Penggabungan usaha adalah penyatuan entitas-entitas usaha yang sebelumnya
terpisah, meskipun tujuan utama penggabungan usaha adalah profitabilitas,

penggabungan juga ditujukan untuk memperoleh efisiensi melalui integrasi
operasi secara horizontal atau vertikal dan atau mendiversifikasikan risiko
usaha melalui operasi konglomerat. Secara teori penggabungan usaha dapat
berupa merger, akuisisi, dan konsolidasi.
Pengertian Penggabungan Usaha (Business Combination) berdasarkan
PSAK No. 22 (IAI, 2015) adalah penyatuan dua atau lebih perusahaan yang
terpisah menjadi satu entitas ekonomi karena satu perusahaan menyatu dengan
(uniting with) perusahaan lain atau memperoleh kendali (control) atas aktiva
dan operasi perusahaan lain. Berdasarkan definisi tersebut, maka dua atau
lebih perusahaan akan saling menggabungkan diri dengan cara perusahaan
yang satu menyatu dengan perusahaan yang lain guna memperluas usahanya
serta memperoleh keuntungan atas usahanya tersebut.
Penggabungan usaha dapat dilakukan dengan berbagai cara yang
didasarkan pada pertimbangan hukum, perpajakan atau alasan lainnya.
8
Universitas Sumatera Utara

Penggabungan usaha dapat berupa pembelian saham suatu perusahaan oleh
perusahaan lain atau pembelian aktiva neto suatu perusahaan. Penggabungan
usaha dapat dilakukan dengan penerbitan saham atau dengan penyerahan kas,

aktiva setara kas atau aktiva lainnya. Transaksi dapat terjadi antar pemegang
saham perusahaan yang bergabung atau antara suatu perusahaan dengan
pemegang saham perusahaan lain. Selain itu, penggabungan usaha dapat
berupa pembentukan suatu badan usaha baru (new enterprise) untuk
mengendalikan perusahaan yang bergabung, pengalihan aktiva neto dari satu
atau lebih badan usaha yang bergabung kepada badan usaha lain atau
pembubaran satu atau lebih badan usaha yang bergabung.
Alasan-alasan penggabungan usaha menurut Beams, Anthony, dan
Clement (2006:2-4) antara lain adalah:
1. Keunggulan biaya
Seringkali lebih mudah bagi perusahaan untuk memperoleh fasilitas
yang

dibutuhkan

melalui

penggabungan

dibandingkan


melalui

pengembangan. Hal ini berlaku terutama pada periode inflasi.
2. Risiko yang lebih rendah
Membeli lini produk dan pasar yang telah ada biasanya kurang
berisiko ketimbang mengembangkan produk dan pasar baru. Risiko akan
rendah apabila tujuannya adalah diversifikasi.
3. Memperkecil keterlambatan operasi

9
Universitas Sumatera Utara

Fasilitas-fasilitas pabrik yang diperoleh melalui penggabungan usaha
diharapkan segera beroperasi dan memenuhi peraturan yang berhubungan
dengan lingkungan dan peraturan pemerintah lainnya.
4. Menghindari pengambilalihan ( avoidance of takeovers )
Banyak perusahaan bergabung untuk menghindari pengambilalihan
diantara perusahaan itu. Perusahaan yang lebih kecil cenderung rentan untuk
diambilalih, karena itu, banyak di antaranya memakai strategi pembeli yang

agresif sebagai pertahanan terbaik terhadap usaha pengambilalihan oleh
perusahaan lain.
5. Akuisisi aktiva tak berwujud
Penggabungan usaha melibatkan penggabungan sumber daya tidak
berwujud maupun berwujud. Jadi, akuisisi atas hak paten, hak penambangan
mineral, riset database pelanggan atau keahlian manajemen mungkin menjadi
faktor utama yang memotivasi suatu penggabungan usaha.
6. Alasan-alasan lain
Selain untuk perluasan, perusahaan dapat memilih penggabungan
usaha

untuk

memperoleh

keuntungan

pajak

(


misalnya,

tax-loss

carryforward), atas pendapatan pribadi dan keuntungan pajak real estate,

serta untuk alasan-alasan pribadi.

10
Universitas Sumatera Utara

2.1.1.1 Pengertian Merger
Merger menurut Sjahrial (2007:433) adalah peleburan secara
lengkap satu perusahaan dengan perusahaan lain. Perusahaan yang
utama mempertahankan nama dan identitasnya, dan memperoleh
aktiva dan hutang dari perusahaan yang meleburkan diri. Merger
berasal dari kata merger (Latin) yang berarti bergabung, bersama,
berkombinasi


yang

menyebabkan

hilangnya

identitas

akibat

penggabungan ini.
Menurut Tampubolon (2013:227), merger biasanya akan dapat
dilaksanakan apabila perusahaan yang diambil alih menerima
penawaranpada tingkat premium yang dapat diterima menurut present
market price dari saham (acceptable premium over the present market
price of its stock). Apabila negoisasi gagal, biasanya tender offer dapat

dilakukan langsung kepada pemegang saham perusahaan. Tender offer
merupakan penawaran cash untuk saham-saham yang dimiliki
pemegang saham. Perusahaan yang masih ada keberadaannya

dinamakan surviving firm. Sementara itu perusahaan yang berhenti
dan bubar setelah terjadinya merger dinamakan mergerd firm.
Surviving firm dengan sendirinya memiliki ukuran yang semakin besar

karena seluruh aset dan kewajiban dari mergerd firm dialihkan ke
surviving firm. Perusahaan yang dimerger akan menanggalkan status

hukumnya sebagai entitas yang terpisah dan setelah merger statusnya
11
Universitas Sumatera Utara

berubah menjadi bagian (unit bisnis) di bawah surviving firm. Dengan
demikian mergerd firm tidak dapat bertindak hukum atas namanya
sendiri.
2.1.1.2 Pengertian Akuisisi
Akuisisi atau pengambilalihan adalah perbuatan hukum yang
dilakukan oleh badan hukum atau orang perseorangan untuk
mengambilalih baik seluruh atau sebagian besar saham perseroan yang
dapat mengakibatkan beralihnya pengendalian terhadap perseroan
tersebut (Dharmasetya dan Sulaimin, 2009:6).

Sedangkan dalam PSAK No.22 mendefinisikan akuisisi
sebagai suatu penggabungan usaha dimana salah satu perusahaan yaitu
pengakuisisi sehingga akan mengakibatkan berpindahnya kendali atas
perusahaan yang diambil alih tersebut.
Hanya saja perlu diingat adanya dilema dalam pengakuisisian
perusahaan, yaitu akan menghadapi pembayaran dengan harga yang
mahal atau premium untuk pembelian perusahaan yang sukses.
Sebaliknya pembayaran akan dilakukan dengan harga yang relatif
murah, bila dilakukan pembelian perusahaan yang sedang berjuang
untuk bertahan hidup atau untuk maju.

12
Universitas Sumatera Utara

2.1.1.3 Jenis Merger dan Akuisisi
A. Tipe Merger
Secara umum merger/penggabungan usaha dapat dibagi
menjadi empat kelompok (Agus Sartono, 2001) :
1. Merger Horisontal
Merger


horisontal

terjadi

bila

suatu

perusahaan

menggabungkan diri dengan perusahaan yang ada pada satu jenis
usaha yang sama. Contohnya sebuah perusahaan telekomunikasi
melakukan merger dengan perusahaan telekomunikasi lainnya, dimana
sekarang ini yang sedang hangat diperbincangkan adalah merger
antara perusahaan XL dengan Axis dimana kedua perusahaan
memiliki usaha dalam bidang yang sama yaitu penyedia jasa
telekomunikasi.
2. Merger Vertikal
Merger vertikal terjadi bila sebuah perusahaan melakukan

penggabungan dengan perusahaan yang masih memiliki keterkaitan
dengan usahanya. Hal ini dimaksudkan untuk melakukan penghematan
biaya operasi karena perusahaan memiliki akses langsung ke hulu
maupun hilir usaha. Contohnya adalah ketika sebuah perusahaan
pengecoran baja melakukan penggabungan usaha dengan suppliernya.
Atau bisa juga sebuah perusahaan pengolahan hasil pertambangan
melakukan merger dengan perusahaan distributor dan pemasarannya.
13
Universitas Sumatera Utara

3. Merger Kongeneric
Merger Kongeneric adalah penggabungan dua usaha yang
sejenis tetapi mempunyai produk yang berbeda. Contoh sebuah
perusahaan komputer melakukan merger dengan perusahaan software,
dua perusahaan memiliki bidang usaha yang sama yaitu dalam bidang
teknologi tetapi mereka memproduksi barang yang berbeda.
4. Merger Konglomerat
Merger Konglomerat yaitu penggabungan usaha dari dua atau
lebih industri yang sama sekali tidak terkait. Contoh perusahaan
pertambangan membeli perusahaan real estate.

Sedangkan menurut prosesnya merger dibagi menjadi dua
yaitu:
1. Friendly Merger adalah merger yang disetujui oleh kedua belah
pihak, dimana kedua pihak sepakat untuk melakukan penggabungan
dan percaya bahwa penggabungan ini akan membawa manfaat bagi
kedua belah pihak.
2. Hostile Merger adalah ketika kedua belah pihak tidak mencapai
kata sepakat dalam penggabungan usaha dimana perusahaan target
merasa harga yang ditawarkan terlalu rendah dan juga dimungkinkan
dengan ketakutan para manajer akan kehilangan jabatan ketika terjadi
penggabungan usaha. Bila terjadi seperti ini pihak perusahaan pembeli
bisa mendekati para pemegang saham perusahaan target dan
14
Universitas Sumatera Utara

membelinya langsung dari mereka sehingga tidak diperlukan lagi
persetujuan dari para manajer perusahaan target.
B. Tipe Akuisisi
Menurut Van Horne dan Wachowicz (2005) Akuisisi
dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Akuisisi Strategis
Akuisisi

strategis

terjadi

ketika

sebuah

perusahaan

mengakuisisi perusahaan lain sebagai bagian dari strategi keseluruhan
perusahaan. Hasil dari akuisisi jenis ini adalah keunggulan biaya.
Contoh dari akuisisi jenis ini adalah ketika sebuah perusahaan
minuman ringan mengakuisisi perusahaan minuman ringan lainnya
yang memiliki kapasitas produksi berlebih atau bahkan bisa juga
meningkatkan dominasinya di pasar sehingga memberi peningkatan
pendapatan bagi perusahaan.
2. Akuisisi Keuangan
Akuisisi Keuangan merupakan suatu tindakan akuisisi terhadap
satu atau beberapa perusahaan tertentu yang dilaksanakan dengan
tujuan untuk mencapai keuntungan finansial. Kecenderungannya
adalah sebuah usaha untuk membeli perusahaan target dengan harga
semurah mungkin, untuk menjual kembali dengan harga jual yang
lebih tinggi.

15
Universitas Sumatera Utara

Namun demikian apabila transaksi tersebut dilaksanakan antar
perusahaan yang berada dalam satu grup bisnis atau kepemilikan yang
sama, maka harga belinya dapat menjadi lebih mahal ataupun lebih
murah, tergantung pada kepentingan dan keuntungan yang akan
diperoleh pemilik mayoritas perusahaan yang bersangkutan.
Motif utama akuisisi tipe ini adalah untuk mendapatkan keuntungan
sebesar-besarnya. Seringkali perusahaan yang menjadi target akuisitor
adalah perusahaan yang sedang mengalami kemerosotan dan dalam
kondisi yang relatif lemah. Indikasinya adalah adanya beban hutang
yang relatif besar, kemacetan pemasaran dan distribusi, harga saham
yang

semakin

melemah

di

bursa,

kapasitas

produksi

yang

menganggur, dan sebaliknya.
Tindakan akuisisi terhadap suatu perusahaan target tidak selalu
mencerminkan indikasi-indikasi seperti tersebut diatas, karena dalam
prakteknya yang menjadi target justru perusahaan yang memiliki
posisi keuangan yang cukup likuid dan perolehan laba yang relatif
tinggi serta memiliki prospek yang cukup baik.
2.1.1.4 Alasan Melakukan Merger dan Akuisisi
Menurut Mudrajad (2006:168) , ada beberapa alasan
perusahaan melakukan merger, antara lain :

16
Universitas Sumatera Utara

1. Economies of Scale
Dengan melakukan merger dan akuisisi, perusahaan dapat
mencapai skala operasi yang ekonomis. Yang dimaksud dengan skala
yang ekonomis adalah skala operasi dengan biaya rata-rata terendah.
Skala ekonomis dapat dicapai dengan cara horizontal, vertical dan
conglomerate. Dengan alasan ini skala operasi perusahaan memang

menjadi semakin ekonomis, namun skala distribusi untuk penjualan
dapat meningkat karena pelanggan dua perusahaan digabungkan.
2. Memperbaiki Manajemen
Beberapa perusahaan dikelola dengan cara yang kurang efisien,
akibatnya profitabilitasnya menjadi rendah. Kurangnya motivasi untuk
mencapai profit yang tinggi, kurangnya keberanian untuk mengambil
risiko sering mengakibatkan perusahaan kalah dalam persaingan yang
semakin sengit. Dengan melakukan merger maka perusahaan dapat
mempertahankan karyawannya hanya pada tingkat yang memang
benar-benar diperlukan. Tidak jarang perusahaan yang dimerger
memiliki manajemen yang lebih baik, sehingga perusahaan yang
memerger memiliki aset tidak berwujud secara tidak langsung.
3. Penghematan Pajak
Sering

perusahaan

mempunyai

potensi

memperoleh

penghematan pajak, tetapi karena perusahaan tidak pernah dapat
memperoleh laba maka tidak dapat memanfaatkannya. Untuk itu lebih
17
Universitas Sumatera Utara

baik menggabungkan perusahaan lain yang memperoleh laba dengan
maksud agar pajak yang dibayarkan oleh perusahaan yang profitabel
dapat lebih kecil. Perusahaan yang sebelumnya biaya pajaknya adalah
sebesar biaya pajak kedua perusahaan, namun setelah merger otomatis
biaya pajak hanya dikenakan pada satu perusahaan saja.
4. Meningkatkan Corporate Growth Rate
Dengan merger dan akuisisi, dimungkinkan penguasaan
jaringan pemasaran yang lebih luas, manajemen yang lebih baik dan
efisiensi yang lebih tinggi. Sehingga perusahaan dapat meningkatkan
pertumbuhannya secara signifikan.
Sedangkan alasan yang mendukung digunakannya strategi
akuisisi secara aktif diungkapkan oleh Hitt (2001, 296-305) adalah :
1. Meningkatkan kekuatan pasar. Dilakukannya akuisisi adalah untuk
mencapai kekuatan pasar yang lebih besar. Walau terkadang tidak
semua seperti itu.
2. Mengatasi hambatan untuk memasuki pasar. Untuk memasuki pasar
baru seringkali mengalami kesulitan maka untuk itu akuisisi sering
digunakan untuk mengatasinya.
3. Biaya pengembangan produk baru. Akuisisi merupakan cara lain
yang digunakan perusahaan untuk memasuki akses ke produk baru dan
produk saat ini yang baru dan diinginkan perusahaan. Penelitian dan

18
Universitas Sumatera Utara

pengembangan produk pun dipastikan lebih cepat dari sebelum
akuisisi.
4. Meningkatkan kecepatan memasuki pasar. Dibandingkan dengan
pengembangan produk internal, akuisisi lebih cepat meningkatkan
kecepatan memasuki pasar.
5. Risiko lebih rendah dibandingkan dengan pengembangan produk
baru. terdapat pendapat proses pengembangan produk internal lebih
berisiko, dan para manajer melihat akuisisi sebagai salah satu cara
untuk menurunkan tingkat risiko karena mudah di prediksi. Risiko
yang seharusnya hanya ditanggung oleh satu perusahaan, kini dapat
ditanggung pula oleh anak perusahaan yang diakuisisi, sehingga risiko
berkurang.
6. Meningkatkan diversifikasi. Perusahaan biasanya lebih mudah
mengenalkan produk baru dalam pasar yang baru-baru ini dilayani
oleh perusahaan, dan sebaliknya semakin sulit bagi perusahaan untuk
mengembangkan produk untuk pasar yang kurang dikuasainya.
7. Membentuk kembali jangkauan kompetitif perusahaan. Untuk
mengurangi dampak negatif dari tingginya tingkat persaingan terhadap
kinerja keuangan, maka perusahaan dapat menggunakan akuisisi
sebagai salah satu cara untuk membatasi ketergantungannya pada
produk pasar yang sedikit atau tunggal.

19
Universitas Sumatera Utara

2.1.1.5 Tahapan Merger dan Akuisisi
Dalam pelaksanaan M&A biasanya perusahaan akan melewati
beberapa proses. Secara umum tahapan-tahapan M&A adalah sebagai
berikut, pertama perusahaan besar akan menentukan perusahaan target
yang akan mereka beli. Lalu dilanjutkan dengan sebuah negosiasi yang
mana bila negosiasi berjalan dengan lancar akan diikuti dengan
pembelian perusahaan target dengan nilai yang telah dikehendaki
bersama.
Sangat jarang sebuah perusahaan menawarkan untuk di
ambilalih oleh perusahaan lain, kecuali dalam kasus ketika perusahaan
tersebut memiliki masalah / kesulitan keuangan. Menurut Agus
Sartono (2001) tahapan pertama dalam M&A adalah perusahaan yang
akan melakukan pengambilalihan akan mengindentifikasi perusahaan
target. Kemudian dilanjutkan dengan penentuan harga beli yang
bersedia

dibayarkan.

Dalam

tahapan

selanjutnya

manajemen

perusahaan pengambilalih akan menghubungi manajemen perusahaan
target untuk dilakukan sebuah negosiasi. Bila kedua perusahaan
sepakat maka manajemen perusahaan target akan melakukan
pendekatan kepada para pemegang saham untuk meyakinkan mereka
bahwa penggabungan perusahaan ini akan membawa keuntungan
kepada kedua perusahaan, setelah para pemegang saham setuju maka

20
Universitas Sumatera Utara

penggabungan dapat dilaksanakan baik dalam bentuk pembayaran
tunai maupun dalam bentuk pembayaran dengan saham perusahaan.
Langkah-langkah untuk melakukan merger dan akuisisi
menurut Etanol dan Seldeslachts (2005), dapat dibagi menjadi tiga
bagian yaitu:
1. Pre – Merger
Tahap ini merupakan keadaan sebelum merger dimana dalam
tahap ini, tugas dari seluruh jajaran direksi maupun manajemen kedua
atau lebih perusahaan adalah mengumpulkan informasi yang
kompeten dan signifikan untuk kepentingan proses merger perusahaan
– perusahaan tersebut sehingga dapat terjadi sinergi dari merger yang
akan dilakukan.
2. Merger
Ketika perusahaan memutuskan untuk melakukan merger, hal
yang harus dilakukan untuk pertama kalinya dalam tahap ini adalah
penyesuaian diri dan saling mengintegrasikan diri dengan partner
mereka agar dapat terjadi sinergi.
3. Post – Merger
Pada tahapan ini, terdapat beberapa langkah yang harus
dilakukan oleh perusahaan. Langkah pertama (1) yang akan dilakukan
oleh perusahaan adalah dengan melakukan restrukturisasi, dimana
dalam merger, sering terjadi adanya dualisme kepemimpinan yang
21
Universitas Sumatera Utara

akan membawa pengaruh buruk dalam organisasi. Langkah kedua (2)
yang diambil adalah dengan membangun suatu kultur baru dimana
kultur atau budaya baru ini dapat merupakan gabungan dari
keunggulan kedua budaya perusahaan atau dapat juga merupakan
budaya yang sama sekali baru bagi perusahaan. Langkah ketiga (3)
yang diambil adalah dengan cara melancarkan transisi, dimana yang
harus dilakukan dalam hal ini adalah dengan membangun suatu
kerjasama, dapat berupa tim gabungan ataupun kerjasama mutual.
2.1.1.6 Kelebihan dan Kelemahan Merger dan Akuisisi
1. Kelebihan dan Kelemahan Merger
Kelebihan Merger
Pengambilalihan melalui merger lebih sederhana dan lebih murah
dibanding pengambilalihan yang lain (Harianto dan Sudomo, 2001,
p.641)
Kelemahan Merger
Dibandingkan akuisisi merger memiliki beberapa kelemahan , yaitu
harus ada persetujuan dari para pemegang saham masing-masing
perusahaan,sedangkan

untuk

mendapatkan

persetujuan

tersebut

diperlukan waktu yang lama. (Harianto dan Sudomo, 2001, p.642)

22
Universitas Sumatera Utara

2. Kelebihan dan Kelemahan Akuisisi
Kelebihan Akuisisi
Keuntungan-keuntungan akuisisi saham dan akuisisi aset adalah
sebagai berikut:
- Akuisisi Saham tidak memerlukan rapat pemegang saham
dan suara pemegang saham sehingga jika pemegang saham tidak
menyukai tawaran Bidding firm, mereka dapat menahan sahamnya dan
tidak menjual kepada pihak Bidding firm.
- Dalam Akuisisi Saham, perusahaan yang membeli dapat
berurusan langsung dengan pemegang saham perusahaan yang dibeli
dengan melakukan tender offer sehingga tidak diperlukan persetujuan
manajemen perusahaan.
- Karena tidak memerlukan persetujuan manajemen dan
komisaris perusahaan, akuisisi saham dapat digunakan untuk
pengambilalihan perusahaan yang tidak bersahabat (hostile takeover).
- Akuisisi Aset memerlukan suara pemegang saham tetapi
tidak memerlukan mayoritas suara pemegang saham seperti pada
akuisisi saham sehingga tidak ada halangan bagi pemegang saham
minoritas jika mereka tidak menyetujui akuisisi (Harianto dan
Sudomo, 2001, p.643-644).

23
Universitas Sumatera Utara

Kelemahan Akuisisi
- Jika cukup banyak pemegang saham minoritas yang tidak
menyetujui pengambilalihan tersebut, maka akuisisi akan batal. Pada
umumnya anggaran dasar perusahaan menentukan paling sedikit dua
per tiga (sekitar 67%) suara setuju pada akuisisi agar akuisisi terjadi.
- Apabila perusahaan mengambil alih seluruh saham yang
dibeli maka terjadi merger.
Pada dasarnya pembelian setiap aset dalam akuisisi aset harus
secara hukum dibalik nama sehingga menimbulkan biaya legal yang
tinggi. (Harianto dan Sudomo, 2001, p.643)
2.2 Kinerja Keuangan
2.2.1 Pengertian Kinerja Keuangan
Pengertian kinerja menurut(Schermerhorn, Hunt and Osborn, 1991)
adalah sebagai kualitas dan kuantitas pencapaian tugas-tugas, baik yang dilakukan
oleh individu, kelompok maupun perusahaan. Berdasarkan pengertian tersebut
kinerja keuangan didefinisikan sebagai prestasi manajemen, dalam hal ini
manajemen keuangan dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu menghasilkan
keuntungan dan meningkatkan nilai perusahaan. Analisis kinerja keuangan dalam
penelitian ini bertujuan untuk menilai implementasi strategi perusahaan dalam hal
merger dan akuisisi.

24
Universitas Sumatera Utara

2.2.2 Metode Analisis Kinerja dengan Rasio Keuangan
Analisis rasio keuangan merupakan metode umum yang digunakan untuk
mengukur kinerja perusahaan di bidang keuangan. Rasio merupakan alat yang
memperbandingkan suatu hal dengan hal lainnya sehingga dapat menunjukkan
hubungan atau korelasi dari suatu laporan finansial berupa neraca dan laporan
laba rugi. Adapun jenis rasio

yang digunakan dalam penelitian ini

adalah(Munawir, 2010):
1. Rasio Profitabilitas
Rasio

profitabilitas

mengukur

kemampuan

perusahaan

untuk

menghasilkan laba. Rasio ini membantu perusahaan dalam mengontrol
penerimaannya. Rasio-rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini
adalah: Net Profit Margin, Return on Invesment dan Return on Equity.
2. Rasio Pasar
Rasio pasar mengukur seberapa besar nilai pasar saham perusahaan
dibanding dengan nilai buku. Lebih dari itu rasio ini mengukur bagaimana nilai
perusahaan saat ini dan dimasa yang akan dating dibandingkan dengan nilai
perusahaan di masa lalu. Pada sudut pandang investor, apa bila sebuah perusahaan
memiliki nilai-nilai yang tinggi pada rasio ini maka semakin baik prospek
perusahaan. Rasio pasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah Earning Per
Share.

25
Universitas Sumatera Utara

3. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas mengukur seberapa efektif manajemen perusahaan
mengelola aktivanya. Dengan kata lain rasio ini mengukur seberapa besar
kecepatan aset-aset perusahaan dikelola dalam rangka menjalankan bisnisnya.
Rasio aktivitasyang digunakan dalam penelitian ini adalah Total Assets Turnover
(TATO).
4. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas mengukur kemampuan perusahaan untuk mengetahui
kemampuan perusahaan untuk melunasi hutang-hutang jangka pendek yang
segera jatuh tempo. Rasio likuiditas yang digunakan dalam penelitian ini adalah
current ratio (CR) .

5.Rasio Solvabilitas
Variabel solvabilitas merupakan variable dari kondisi keuangan yang
digunakan untuk menunjukkan besarnya hutang perusahaan dibanding dengan
asset yang dimiliki perusahaan. Semakin besar rasio ini mencerminkan bahwa
perusahaan memiliki kewajiban yang semakin besar. Variabel solvabilitas yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu Debt Ratio .
2.3 Penelitian Terdahulu
Banyak penelitian yang telah dilakukan mengenai pengaruh merger dan
akuisisi terhadap kinerja perusahaan, namun hasilnya tidak selalu signifikan.Pada
tahun 2004 Payamta kembali meneliti pengaruh merger dan akuisisi kinerja keuangan
perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi tahun 1990-1996 bersama Setiawan
26
Universitas Sumatera Utara

(Payamta & Setiawan, 2004). Dari rasio-rasio keuangan yang terdiri rasio likuiditas,
solvabilitas, aktivitas, dan profitabilitas hanya rasio Total Asset Turnover , Fixed Asset
Turnover , Return On Investment, Return On Equity, Net Profit Margin, Operating
Profit Margin, Total Asset to Debt, Net Worth to Debt yang mengalami penurunan

signifikan setelah merger dan akuisisi. Sedangkan rasio lainnya tidak mengalami
perubahan signifikan.
Dyaksa Widyaputra (2006) dalam penelitiannya menemukan kinerja
perusahaan setelah merger dan akuisisi tidak mengalami perubahan signifikan
sedangkan secara parsial beberapa rasio mengalami perbedaaan secara signifikan.
Pada penelitian Yulianto (2008) secara umum menunjukkan ada perbedaan
yang positif signifikan pada FATO, TAT, DER, OPM, dan GPM. Namun pada CR,
QR, DTA, IT, ROI, ROE dan NPM tidak ada perbedaan yang signifikan walaupun
hasilnya positif.
Annisa dan Prasetiono (2010) yang menyatakan terdapat perbedaan signifikan
terhadap kinerja perusahaan dimana total asset turnover (TATO) mengalami kenaikan
sesudah merger dan akuisisi dibandingkan sebelum merger dan akuisisi, sedangkan
NPM dan ROA mengalami penurunan sesudah merger dan akuisisi.
Pada penelitian Hamidah & Noviani (2013) menunjukkan perbedaan pada
CR, ROA, dan PER, sedangkan rasio lainnya tidak mengalami perubahan. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Novaliza (2013) yang bertujuan untuk menganalisa
pengaruh merger dan akuisisi terhadap kinerja perusahaan publik di Indonesia Tahun

27
Universitas Sumatera Utara

2005-2007. Uji statistik yang dilakukan adalah uji normalitas data dengan metode
kolmogrov-smirnov test dan uji t-test. Penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang signifikan pada periode satu tahun sebelum dan satu tahun setelah
merger.
Ringkasan beberapa penelitian terdahulu mengenai pengaruh merger dan
akuisisi terhadap kinerja keuangan perusahaan secara ringkas ditunjukkan tabel 2.1
berikut ini :
Tabel 2.1
Review Penelitian Terdahulu

No.

Peneliti
(Tahun)

Judul Penelitian

1.

Payamta
&
Setiawan
(2004)

Analisis Pengaruh
Merger
dan
Akuisisi Terhadap
Kinerja
Perusahaan Publik
di Indonesia

Variaberl
Analisis Data
yang
Digunakan
Rasio
Uji Wilcoxon,
keuangan:
uji Manova
(likuiditas,
solvabilitas,
aktivitas, dan
profitabilitas)
dan Abnormal
return

Hasil Penelitian

keuangan(likuiditas
,
solvabilitas,
aktivitas,
dan
profitabilitas)
perusahaan
manufaktur setelah
melakukan merger
dan
akuisisi
ternyata
tidak
mengalami
perbaikan
dibandingkan
dengan
sebelum
melaksanakan
merger dan akuisisi.

28
Universitas Sumatera Utara

2.

3.

4.

Dyaksa
Analisis
Widyaput Perbandingan
ra (2006) Kinerja
Perusahaan
&
Abnormal Return
Saham Sebelum &
Sesudah Merger
Dan Akuisisi (Di
Bursa Efek Jakarta
Periode
19982004)
Yulianto Analisis Kinerja
(2008)
Keuangan
Perusahaan Publik
yang Melakukan
Merger
dan
Akuisisi Selama
dan Sesudah Krisis
Moneter

PER, PBV
EPS,
OPM,
NPM,
TATO,ROA,
ROE
dan
abnormal
return

Annisa
dan
Prasetion
o (2010).

Discreationary
accrual, Total
Asset
Turnover, Net
Profit Margin,
Return
On
Asset.

Analisis
Manajemen Laba
dan
Kinerja
Keuangan
Perusahaan
Pengakuisisi
Sebelum
dan
Sesudah Merger
dan Akuisisi yang
Terdaftar di Bursa
Efek
Indonesia
Tahun 2008-2009

KolmogorovSmirnov
Wilcoxon
Signed Ranks
Test

Penelitian 2 tahun
sebelum dan 2
tahun
setelah
merger dan akuisisi
terdapat perbedaan
signifikan
pada
rasio Earning Per
Share, Net Profit
Margin, Return On
Equity, dan

Rasio
Independen
keuangan:
sample t-test
FATO, TAT,
DER,
OPM,
GPM, CR, QR,
DTA, IT, ROI,
ROE,
dan
NPM

Ada
perbedaan
yang
positif
signifikan
pada
rasio
FATO,
TATO, DER, OPM
dan GPM. CR, QR,
DTA, IT, ROI,
ROE dan NPM
tidak ada perbedaan
Independent
Hasilnya
adalah
sample t test, terdapat perbedaan
Paired Sample signifikan terhadap
T-test
kinerja perusahaan
dimana total asset
turnover (TATO)
mengalami
kenaikan sesudah
merger dan akuisisi
dibandingkan
sebelum
merger
dan
akuisisi,
sedangkan
NPM
dan
ROA
mengalami
penurunan sesudah
merger
dan
akuisisi.

29
Universitas Sumatera Utara

5.

Hamidah
dan
Noviani
(2013)

6.

Putri
Novaliza
(2013)

Perbandingan
Kinerja Keuangan
Perusahaan
Sebelum
dan
Sesudah Merger
dan
Akuissisi
(Pada Perusahaan
Pengakuisisi yang
Terdaftar di Bursa
Efek
Indonesia
Periode
20042006)
Analisis Pengaruh
Merger
dan
akuisisi terhadap
Kinerja
Perusahaan Publik
di
Indonesia
(periode
20042011)

Rasio
Paired sample Ada
perbedaan
keuangan:
t-test
pada rasio CR,
TATO,
DR,
ROA, dan PER,
CR, ROA, dan
sedangkan
pada
PER
rasio TATO dan
DR
tidak
mengalami
perubahan

Current ratio,
Quick Ratio,
Inventory
Turnover,
Total
Asset
Turnover, Debt
Ratio, Debt to
Equity Ratio,
Return
On
Asset, Return
on Equity, Net
Profit Margin,
Operating
Profit Margin

KolmogorovSmirnov Test,
Paired sample
t test

Tidak
ada
perbedaan
yang
signifikan
satu
tahun sebelum dan
empat tahun setelah
merger dan akuisisi

Di dalam penelitian-penelitian terdahulu memiliki perbedaan dalam periode
penelitian, sampel yang digunakan, jenis, maupun rasio keuangan yang digunakan.
Dalam penggunaan periode penelitian ada yang menggunakan periode penelitian
selama satu tahun sebelum dan satu tahun sesudah atau dua tahun sebelum dan dua
tahun sesudah. Dalam penelitian ini menggunakan perusahaan BUMN yang
melakukan kegiatan merger dan akuisisi pada periode tahun 2010-2014.

30
Universitas Sumatera Utara

Ada persamaan dan perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian
sekarang. Adapun persamaannya adalah sama-sama menganalisis kinerja keuangan
perusahaan sebelum dan sesudah merger dan akuisisi. Perbedaan penelitian ini
dengan penelitian terdahulu adalah pada penelitian ini sampel yang digunakan
merupakan BUMN yang melakukan aktivitas merger dan akuisisi pada tahun 20102014 dengan periode penelitian satu tahun sebelum dan satu tahun sesudah merger
dan akuisisi.
2.4 Kerangka Konseptual
Merger dan akuisisi adalah tindakan strategis dari perusahaan untuk
mengembangkan usahanya. Keberhasilan perusahaan dalam merger dan akuisisi
dapat di lihat dari kinerja perusahaan tersebut, terutama kinerja keuangan. Untuk
mengetahui apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan dapat dilakukan dengan
membandingkan rasio-rasio keuangan sebelum dan sesudah merger dan akuisisi.
Banyak rasio-rasio keuangan yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja
keuangan perusahaan. Berdasarkan tinjauan pustaka serta beberapa penelitian
terdahulu, maka peneliti mengindikasikan rasio-rasio keuangan yang terdiri dari rasio
profitabilitas yang diukur dengan return on assets, rasio nilai pasar yang diukur
dengan earnings per share, rasio solvabilitas yang diukur dengan debt to equity ratio,
rasio likuditas yang diukur dengan current ratio, dan rasio aktivitas yang diukur
dengan total assets turnover .
Rasio profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan untuk memperoleh
laba dari penjualannya. Jika terjadi sinergi yang baik, maka secara umum tingkat
31
Universitas Sumatera Utara

profitabilitas perusahaan tersebut akan lebih baik dari sebelum melakukan merger dan
akuisisi, dimana Return on Assets (ROA) juga akan meningkat.
Rasio nilai pasar mengukur seberapa besar nilai saham perusahaan dibanding
dengan nilai buku. Maka perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi berharap
bahwa strategi tersebut dapat memberikan keuntungan perusahaan yang diperoleh
dari tiap harga saham (EPS).
Rasio solvabilitas mengukur kemampuan perusahaan untuk melunasi
kewajiban-kewajiban jangka panjang. Jika terjadi sinergi dari kegiatan merger dan
akuisisi, maka secara umum kesertaan modal perusahaan tersebut akan cukup baik,
sehingga ekuitas perusahaan (DER) dapat diminimalisir.
Rasio likuiditas mengukur kemampuan perusahaan untuk mengetahui
kemampuan perusahaan untuk melunasi hutang-hutang jangka pendek. Dengan
melakukan merger dan akuisisi maka semestinya kemampuan perusahaan untuk
memenuhi hutang jangka pendek (CR).
Rasio aktivitas mengukur seberapa efektif manajemen perusahaan mengelola
aktivanya. Dengan melakukan merger dan akuisisi, maka perusahaan dapat
meningkatkan efektifitasnya sehingga aset yang dimiliki dapat digunakan secara
efektif untuk meningkatkan penjualan (TATO).
Banyak dari rasio-rasio keuangan yang lain yang dapat digunakan untuk
mengukur kinerja perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi. Berdasarkan
tinjauan pustaka serta beberapa penelitian terdahulu, maka peneliti mengindikasikan
rasio-rasio keuangan yang terdiri dari rasio profitabilitas (NPM, ROA, ROE), rasio
32
Universitas Sumatera Utara

solvabitias atau financial leverage (DR dan DER), rasio aktivitas (TATO), rasio pasar
(EPS) dan rasio likuiditas (CR) variabel penelitian yang mencerminkan perbedaan
setelah melakukan merger dan akuisisi dalam penelitian ini.
Kinerja keuangan sebelum
Merger dan Akuisisi
1. Net Profit Margin
2. Return on Equity
3. Debt Ratio

Dibandingkan

4. Debt Equity Ratio
5. Total Assets Turn Over
6. Return on Investment
7. Current Ratio

Kinerja keuangan sesudah
Merger dan Akuisisi

Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran Teoritis

2.5 Hipotesis
Berdasarkan penelaahan literatur mengenai perbandingan kinerja perusahaan
sebelum dan sesudah merger dan akuisisi yang ditunjukkan dengan rasio keuangan
perusahaan pengakuisisi maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:
HA : Tingkat kinerja perusahaan BUMN pada masa sesudah merger dan akuisisi
berbeda dengan tingkat kinerja perusahaan tersebut sebelum merger dan akuisisi.

33
Universitas Sumatera Utara