Analisis Perbandingan Kinerja Perusahaan Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi Terhadap Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Memasuki era perdagangan bebas, persaingan usaha diantara perusahaanperusahaan semakin tajam. Kondisi demikian menuntut perusahaan untuk selalu
mengembangkan strategi perusahaan supaya dapat mempertahankan eksistensinya.
Perusahaan diharapkan dapat memilih strategi ditingkat perusahaan (corporate
strategy) yang dapat dijadikan tujuan jangka panjang perusahaan. Pemilihan stategi
yang baik dan tepat akan membawa perusahaan bertahan pada ketatnya persaingan
saat ini dan bahkan akan membawa perusahan menuju kemakmuran. Dalam membuat
corporate strategy, perusahaan tidak dapat terlepas dari keputusan-keputusan
strategik yang harus diambilnya.
Keputusan strategik dapat dikelompokkan menjadi keputusan investasi, keputusan
deviden, dan keputusan pembiayaan. Salah satu keputusan investasi yang dapat
digunakan perusahaan adalah dalam bentuk ekspansi dimana perusahaan dapat
memperluas dan mengembangkan usahanya. Ekspansi sendiri ada dua jenis yaitu
ekspansi internal dan eksternal. Salah satu strategi ekspansi eksternal adalah dengan
penggabungan beberapa usaha.
Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 22 tentang
penggabungan usaha (2015:paragraf 08) dijelaskan bahwa penggabungan usaha
adalah penyatuan dua atau lebih perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas


1
Universitas Sumatera Utara

ekonomi karena satu perusahaan menyatu dengan perusahaan lain atau memperoleh
kendali (kontrol) atas aktiva dan operasi perusahaan lain.
Penggabungan usaha pada umumnya dilakukan dalam bentuk merger, akuisisi,
dan konsolidasi. Merger adalah salah satu bentuk absorsi/penyerapan yang dilakukan
oleh satu perusahaan terhadap perusahaan yang lain. Jika terjadi merger antara
perusahaan A dan perusahaan B, maka pada akhirnya hanya akan ada satu perusahaan
saja, yaitu perusahaan A atau B. Pada sebagian besar kasus merger, perusahaan yang
memilki

ukuran

yang lebih besar

yang

dipertahankan


hidup

dan tetap

mempertahankan nama dan status hukumnya, sedangkan perusahaan yang berukuran
lebih kecil atau perusahaan yang dimerger akan menghentikan aktivitas atau
dibubarkan sebagai badan hukum (Dharmasetya dan Sulaimin, 2009: 10)
Bentuk lain dari penyatuan perusahaan adalah pengambilalihan perusahaan, yang
sering disebut dengan akuisisi. Pada akuisisi, masing-masing perusahaan, baik
perusahaan yang mengambil alih maupun perusahaan yang diambil alih tetap
mempertahankan aktivitasnya, identitasnya, dan kedudukannya sebagai perusahaan
yang mandiri. Praktik akuisisi melahirkan hubungan indukperusahaan (perusahaan
yang mengambil alih) dan anak perusahaan (perusahaan yang diambil alih)
(Dharmasetya dan Sulaimin, 2009:11)
Merger dan akuisisi merupakan suatu cara pengembangan dan pertumbuhan
perusahaan. Keduanya merupakan alternatif investasi modal pertumbuhan secara
internal atau organis. Dari waktu ke waktu perusahaan lebih menyukai pertumbuhan
eksternal melalui merger dan akuisisi dibanding pertumbuhan internal.
2
Universitas Sumatera Utara


Merger dan akuisisi dilakukan oleh perusahaan dengan harapan mendatangkan
sejumlah keuntungan. Kondisi saling menguntungkan akan terjadi bila kegiatan
merger dan akuisisi tersebut memperoleh sinergi. Menurut Brigham dan Houston
(2001) menyatakan bahwa sinergi adalah keadaan dimana dua buah perusahaan yaitu
masing-masing perusahaan A dan perusahaan B bergabung menjadi satu perusahaan
C, dan dalam penggabungan ini nilai perusahaan C menjadi lebih tinggi dari nilai
perusahaan A dan perusahaan B bila berdiri sendiri, hal inilah yang dinamakan
sinergi. Pengaruh sinergi sendiri akan timbul dalam empat sumber: yang pertama
yaitu penghematan operasi yang dihasilkan dari skala ekonomis manajemen,
pemasaran, produksi atau distribusi. Kedua penghematan keuangan, yang meliputi
biaya transaksi yang lebih rendah dan evaluasi yang lebih baik oleh analisis sekuritas.
Ketiga perbedaaan efisiensi, yang berarti bahwa manajemen salah satu perusahaan
lebih efisien dan aktiva perusahaan yang lebih lemah akan lebih produktif setelah
merger, dan yang keempat peningkatan penguasaan pasar akibat berkurangnya
pesaingan. Jadi, nilai perusahaan setelah merger dan akuisisi seharusnya lebih besar
daripada penjumlahan nilai masing-masing perusahaan sebelum merger dan akuisisi.
Secara teori, setelah merger dan akuisisi ukuran perusahaan dengan sendirinya
bertambah besar karena aset dan kewajiban perusahaan digabung bersama. Dasar
logis dari pengukuran berdasarkan akuntansi adalah bahwa jika ukuran bertambah

besar ditambah dengan sinergi yang dihasilkan dari aktivitas-aktivitas yang simultan,
maka laba perusahaan juga akan semakin meningkat. Oleh karena itu, kinerja setelah
merger dan akuisisi seharusnya semakin baik dibandingkan dengan sebelum merger
3
Universitas Sumatera Utara

dan akuisisi. Namun demikian, pada beberapa kasus, merger dan akuisisi dapat tidak
berpengaruh sama sekali pada kinerja keuangan perusahaan pengakuisisi bahkan
menurunkan kinerja perusahaan. Ada beberapa merger maupun akuisisi dengan
kinerja yang memprihatinkan. Glassman (dalamHitt, Harrison, dan Ireland, 2002)
memberikan contoh kegagalan merger Quaker Oats dengan Snapple Beverage Co.
Quaker Oats membeli Snapple Beverage Co. seharga USD 1,7 milyar pada tahun
1994. Tetapi pada tahun 1997, Quaker menjual bisnis Snapple hanya dengan USD
300 juta, rugi USD 1,4 milyar. Kemudian pembelian McDonnell Douglas Corp. oleh
Being Co. pada tahun 1997. Dalam tiga tahun sebelum akuisisi, saham McDonnell
Douglas bernilai empat kali lipat, tetapi dalam beberapa bulan setelah akuisisi
McDonnell Douglas, nilai saham Boeing turun hingga 15%.
Beberapa penelitian mengenai pengaruh merger dan akuisisi terhadap kinerja
keuangan juga telah dilakukan di Indonesia seperti Payamta dan Setiawan (2004)
yang menunjukkan bahwa kejadian merger dan akuisisi justru berpengaruh negatif

terhadap beberapa indikator kinerja keuangan. Sebaliknya hasil positif ditunjukkan
oleh penelitian Widyaputra (2006) dan penelitian Shinta (2008) .
Merger dan akuisisi di Indonesia telah berkembang sedemikian rupa sehingga
menjadi sebuah alternatif strategi yang menarik bagi banyak perusahaan. Belakangan
ini juga pemerintah Indonesia sudah mulai menggalakkan merger dan akuisisi bagi
Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Mengacu pada peta jalan BUMN 2015-2019,
pemerintah menyiapkan serangkaian rencana untuk mengurangi jumlah BUMN
melalui peggabungan usaha. Saat ini jumlah BUMN mencapai 118 perusahaan.
4
Universitas Sumatera Utara

Sebagai contohnya upaya agar Bank Tabungan Negara diakuisisi oleh Bank Mandiri ,
walaupun mengalami banyak pertentangan dan pada akhirnya dibatalkan, pemerintah
tetap saja berusaha melakukan pegabungan usaha dengan mengajukan lagi usul
merger Bank Mandiri dengan Bank Negara Indonesia agar Indonesia memiliki bank
yang bisa menghadapi persaingan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Yang
terbaru adalah rencana disektor konstruksi dan infrastruktur yang dimana pada saat
ini terdapat 16 perusahaan BUMN, akan dikurangi menjadi hanya 5 perusahaan.
Penggabungan usaha bagi BUMN di Indonesia diperlukan karena banyaknya BUMN
memiliki kesamaan bisnis dan tidak memiliki spesialisasi. Dengannya adanya merger

dan akuisisi, emiten pelat merah diharapkan lebih efisien dan tidak berebut proyek.
yang sama dan malah bersaing satu dengan lain.
Penggabungan usaha memang menjadi semakin sulit dibendung karena
pemerintah sebagai regulator maupun sebagai fasilitator memandang perlu untuk
mendorong perusahaan-perusahaan baik swasta maupun BUMN untuk memperkuat
diri dalam menghadapi tantangan globalisasi ekonomi dunia. Tujuannya memang
sangat baik yakni untuk memperkuat ekonomi nasional lewat daya saing yang tinggi.
Dan untuk itu perusahaan-perusahaan swasta maupun BUMN perlu menyatukan
kekuatan mereka agar tidak kalah bersaing dengan perusahaan multinasional. Kita
tidak bisa membendung apalagi melarang perusahaan-perusahaan dunia untuk
beroperasi di Indonesia dengan alasan apapun juga.

5
Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai, “Analisis Kinerja Perusahaan Sebelum dan Sesudah Merger dan
Akuisisi Terhadap Badan Usaha Milik Negara (BUMN).”
1.2 Perumusan Masalah
Praktik merger dan akuisisi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) , mendapat perhatian banyak publik, karena
menyangkut kepentingan yang berbeda dari banyak pihak, diantaranya pemerintah,
pemegang saham, calon investor, kreditur dan masyarakat umum. Manfaat merger
dan akuisisi dapat dilihat baik dari segi ekonomi maupun non ekonomi. Selain itu
merger dan akuisisi juga diharapkan mendatangkan perubahan yang signifikan
terhadap perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi sehingga dapat
meningkatkan kinerja perusahaan.
Permasalahan yang ingin diteliti dalam hal ini dirumuskan dalam bentuk
pertanyaan sebagai berikut : “Apakah merger dan akuisisi berpengaruh positif atau
negatif terhadap kinerja Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ?”
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
Memberikan bukti empiris pengaruh merger dan akuisisi terhadap kinerja Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) pada tahun sebelum pelaksanaan merger dan akuisisi
dan setelah merger dan akuisisi.

6
Universitas Sumatera Utara

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi penulis, diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis tentang
merger dan akuisisi serta permasalahan-permasalahan yang ada di dalamnya.
2.

Bagi perusahaan, sebagai bahan pertimbangan dalam hal pengambilan
keputusan merger dan akuisisi, sehingga strategi perusahaan yang diambil
menjadi lebih efektif dan efisien.

3. Bagi investor ,hasil dari penelitian ini digunakan sebagai dasar pengambilan
keputusan investasi dengan melihat dampak merger dan akuisisi terhadap
kinerja perusahaan.
4. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan rujukan atau referensi dan sumber
informasi untuk melakukan penelitian selanjutnya

7
Universitas Sumatera Utara