NASKAH UJIAN TAHAP I I (UJIAN TERBUKA)
OLEH: BAMBANG UTOYO 030970529 PROGRAM DOKTOR ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2015 NASKAH UJIAN TAHAP I I (UJIAN TERBUKA)
DISERTASI PRINSIP PROPORSIONALITAS BAMBANG UTOYO DISERTASI PRINSIP PROPORSIONALITAS DALAM KONTRAK PENGADAAN BARANG DAN JASA OLEH PEMERINTAH
DISERTASI
PRINSIP PROPORSIONALITAS DALAM KONTRAK
PENGADAAN BARANG DAN JASA OLEH PEMERINTAH
OLEH:
Promotor dan Ko-Promotor
Promotor : Prof. Dr. Yohanes Sogar Simamora, S.H., M.Hum.Ko-Promotor : Prof. Dr. Agus Yudha Hernoko, S.H., M.H.
LEMBAR PENGESAHAN
RINGKASAN
Dalam penyelenggaraan pemerintahan suatu negara, negara dituntut untuk senantiasa dapat meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Untuk melaksanakan kewajiban ini salah satu caranya, pemerintah mempunyai kewajiban untuk menyediakan kebutuhan rakyatnya dalam berbagai bentuk baik berupa barang, jasa maupun pembangunan infrastruktur. Upaya pemerintah untuk melaksanakan pembangunan fisik dan non fisik (jasa), dapat dilaksanakan pemerintah sendiri maupun dengan melibatkan orang-perorangan atau suatu badan hukum. Agar keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan fisik dan non fisik, tidak menyimpang maka diperlukan perangkat aturan dalam wujud peraturan perundang-undangan yang berfungsi sebagai pedoman bertindak dan berprilaku bagi para pihak dalam melaksanakan hak dan kewajibannya.
Berkaitan dengan pemenuhan kewajiban pemerintah untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya, maka kontrak pengadaan oleh pemerintah dengan pihak swasta merupakan jalan keluar atau upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintah, maka oleh karena itu untuk memperoleh pemahaman dan pengetahuan mengenai hakekat kontrak pengadaan, diperlukan pembahasan mengenai makna dan substansi kontrak yang melibatkan pemerintah sebagai pihak, atau yang lazim disebut dengan government contract.
Hubungan hukum yang terbentuk antara pemerintah dengan mitranya adalah hubungan kontraktual, tetapi di dalamnya terkandung tidak saja hukum privat tetapi juga hukum publik. Adanya ranah publik dalam jenis kontrak ini mempunyai ciri yang khas yang membedakan dengan kontrak komersial, dimana para pihak mempunyai kebebasan yang sangat luas dalam mengatur hubungan hukum atau mengatur kewajiban kontraktual mereka, maka dalam kontrak pengadaan oleh pemerintah, kebebasan itu tidak sepenuhnya berlaku sebab terhadap kontrak ini berlaku ketentuan khusus atau khas. Karakter yang khas dari kontrak pengadaan oleh pemerintah ini di samping menyangkut pembentukkan dan pelaksanaan kontrak, juga terkait dengan prosedur dalam pengadaannya. Prinsip dan norma dalam kontrak privat berlaku secara berdampingan dalam kontrak pengadaan oleh pemerintah karena kewajiban pembayaran melibatkan keuangan negara.
Di Indonesia, kontrak yang melibatkan pemerintah sebagai pihak kontraktan masuk ke dalam kategori perbuatan hukum privat. Hubungan hukum yang terbentuk merupakan hubungan hukum dalam lingkup hukum perdata. Sekalipun di dalam jenis kontrak yang melibatkan pemerintah ini, terdapat pemerintah sebagai kontraktan dan berlaku syarat-syarat khusus yang termasuk dalam hukum publik dalam pembentukannya, namun hubungan yang terbentuk adalah murni hukum perdata. Keabsahan kontrak yang terbentuk diukur juga oleh
Pasal 1320 BW sebagai aturan awal untuk menentukan keabsahan suatu kontrak. Menyangkut kewenangan untuk mengadili, bukan merupakan ruang lingkup kewenangan peradilan tata usaha negara, melainkan peradilan umum. Hal ini sebagai akibat dari tindakan pemerintahan yang dilakukan oleh badan atau pejabat tata usaha negara selaku pelaku hukum keperdataan yang melakukan perbuatan hukum keperdataan.
Perlunya perlindungan hukum bagi penyedia barang/jasa dalam pengadaan barang/jasa pemerintah, olehnya harus disediakan perlindungan hukum yang preventif dan represif bagi penyedia barang/jasa pemerintah terhadap tahap-tahap pengadaan barang dan jasa oleh pemerintah, dimana hal ini dapat dilakukan dengan menerapkan prinsip proporsionalitas dalam kontrak pengadaan barang/jasa.
SUMMARY
In the governance of a country, the government is required tocontinually improve the welfare of its people. In doing so, the government has
an obligation to provide the needs of people in various forms of goods,
services and infrastructure development. Government efforts to implement the
physical and non-physical (services) development can be implemented by itself
and by involving individuals or legal entities. In order to prevent fraud, a set
of laws and regulations is necessary, serving as a guideline to act and behave
for the parties in exercising their rights and obligations.In connection with the Government’s responsibility to provide the needs
of its people, government procurement contracts with the private sector
constitutes the way out. Therefore, in order to gain an understanding and
knowledge of the nature of the procurement contract, it is necessary to discuss
of the meaning and substance of a contract involving government as a party,
or commonly referred to as a government contract.Legal relationship established between the government and its partners
is a contractual relationship, but it contains not only private but also public
law. The existence of the public domain in this type of contract has distinctive
characteristics that differentiate it from commercial contracts, in which the
parties have a vastly extensive freedom in regulating the legal relationship or
their contractual obligations. On the contrary, in procurement contracts by the
government, such a freedom does not fully apply since special or distinctive
provisions apply to the contracts. The distinctive nature of procurement
contracts by the government, in addition to relating to the formation and
execution of contracts, is also associated with the procurement procedures.
Principles and norms of private contracts apply in conjunction with those of
procurement contracts by the government since the payment obligations
involve the state’ finance.In Indonesia, a contract involving the Government as a contracting
party is categorized as a private legal action. The legal relationship formed
belongs to the sphere of civil law. Despite the Government as the contracting
party and the application of special conditions belonging to the public law in
its formation, the relationships formed are purely of civil law. Validity of the
contract formed is judged also by Article 1320 BW as initial rules for
determining the validity of a contract.The state administrative court has no jurisdiction, but the general court
does. This is as a result of the actions undertaken by the state administrative
officials or bodies as those operate within the civil law who commit acts of
civil law.Providers of goods/services in the procurement of government
goods/services shall therefore be provided with preventive and repressive legal
protections on the stages of the procurement, where this can be performed by
applying the principle of proportionality.THE PRINCIPLE OF PROPORTIONALITY IN THE CONTRACT OF PROCUREMENT OF GOODS AND SERVICES BY THE GOVERNMENT
Bambang Utoyo
ABSTRACT
Fulfillment of the needs for goods and services constitutes an importantpart of governance. Procurement of goods and services by the government and
private sectors has different characteristics. Private sectors are capable of
procuring goods/services when they need them with their own abilities or
debts, whereas the government or the public sectors must carry out tight
auctions in order to obtain the best possible goods/services at the lowest
possible prices. It is in connection with this fulfillment of the government’sneeds that contracts entered into by the government with the private sectors
become a common practice.Procurement of goods and services is essentially the user’s attempts to
obtain or realize the goods and services desired by using specific methods and
processes to reach agreed prices, time, etc. In order for the nature or essence
of procurement of goods and services to be achieved as well as possible, both
the user and provider of goods and services must at all times rely on the
applicable philosophy and laws and regulations.In respect of civil law instruments as a means of legal protection for
providers of goods and services, the procurement contract instruments serve
as a means for the implementation of the legal relationship between
Committing Officers and providers of goods and services. One of the main
tasks and authorities of the CO, according to Presidential Decree No. 70 of
2012, is to draw up, sign and execute contracts with the providers of
goods/services, as well as controlling and evaluating the implementation of the
contracts.Providers of goods/services in the procurement of government
goods/services shall therefore be provided with preventive and repressive legal
protections on the stages of the procurement, where this can be performed by
applying the principle of proportionality.
Keywords: Contract, procurement of government goods/services, the principle
of proportionality
DAFTAR ISI
Sampul Depan ............................................................................................. i
Sampul Dalam ............................................................................................... ii
Halaman Promotor dan Ko Promotor ........................................................ iii
Lembar Pengesahan ...................................................................................... iv
Ucapan Terima Kasih ................................................................................... vi
Ringkasan .................................................................................................... xi
Summary .................................................................................................... xiv
Abstract .................................................................................................... xvi
Daftar Isi .................................................................................. xvii
Daftar Perundang-undangan ...................................................................... xx
Daftar Gambar ...................................................................... xxiii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................1 1.
1 Latar Belakang dan Rumusan Masalah ....................................
2. Tujuan Penelitian ..................................................................... 27 3.
Manfaat Penelitian ................................................................... 27 4. Kerangka Konseptual .............................................................. 28 4.1. Makna Prinsip Proporsionalitas .....................................
28 4.2. Kontrak Pemerintah .......................................................
32 4.2. Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa .............................
37 5. Metode Penelitian .................................................................... 43 5.1. Pendekatan Masalah .......................................................
43 5.2. Bahan Hukum .................................................................
45 5.3. Prosedur Pengumpulan Bahan Hukum ..........................
46 5.4. Pengolahan dan Analisis Bahan Hukum ........................
47 6. Pertanggungjawaban Sistimatika ............................................. 48
BAB II ASPEK FILOSOFIS DAN PENERAPAN PRINSIP PROPORSIONALITAS DALAM TAHAP PEMBENTUKAN
KONTRAK PENGADAAN BARANG DAN JASA OLEH
PEMERINTAH ............................................................................49 1. Aspek Filosofis Pengadaan Barang dan Jasa oleh Pemerintah 50 2.
Keabsahan Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa oleh Pemerintah ...............................................................................
54 3. Pembentukan Kesepakatan dalam Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa oleh Pemerintah ........................................................
86 4. Keabsahan Pelelangan Pengadaan Barang dan Jasa oleh Pemerintah ...............................................................................
94 4.1. Isi dan Fungsi Dokumen Lelang ....................................
96 4.2. Pelaksanaan Lelang ........................................................
99
4.3. Penetapan Pemenang Lelang .......................................... 106 5. Prinsip Proporsionalitas dalam Pelelangan Pengadaan Barang dan Jasa oleh Pemerintah ........................................................ 112
6. Penyelenggaraan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah secara Elektronik ............................................................................... 116 7. Prosedur Sanggahan dalam Pengadaan Barang dan Jasa oleh Pemerintah ....................................................................... 119
7.1. Sanggah dan Sanggahan Banding .................................... 119
7.2. Proses Sanggahan dan Sanggahan Banding ..................... 120
BAB III PENERAPAN PRINSIP PROPORSIONALITAS DALAM PELAKSANAAN KONTRAK PENGADAAN BARANG DAN JASA OLEH PEMERINTAH ..................................................... 127 1. Penentuan Isi Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa
oleh Pemerintah ....................................................................... 128 2. Penormaan Prinsip Proporsionalitas dalam Kontrak
Pengadaan Barang dan Jasa oleh Pemerintah ......................... 141 3. Prinsip Proporsionalitas dalam Pelaksanaan Kontrak
Pengadaan Barang dan Jasa oleh Pemerintah .......................... 149
BAB IV PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK PENGADAAN BARANG DAN JASA OLEH PEMERINTAH .......................... 159 1. Hubungan Hukum Para Pihak dalam Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa ....................................................................... 160 2. Kerugian Negara sebagai Akibat Hubungan Kontraktual ....... 164
2.1. Kerugian Negara Ditimbulkan Oleh Kontrak yang Dibuat Secara Sah ............................................................. 165
2.2. Adanya Wanprestasi ......................................................... 184
2.3. Kerugian Negara Akibat Adanya Cacat Tersembunyi Dalam Objek Prestasi Yang Diberikan ...... 194 3. Kerugian Negara yang Bukan Akibat dari Hubungan
Kontraktual .............................................................................. 198 4. Tanggung Gugat Penyedia Barang dan Jasa Terhadap
Kegagalan Pemenuhan Kewajiban Kontraktual ...................... 210 5. Imunitas Pemerintah dalam Kontrak Pengadaan Barang dan
Jasa .......................................................................................... 240
BAB V PENUTUP ...................................................................................... 252
1. Kesimpulan ............................................................................. 253 2. Saran ........................................................................................ 254 DAFTAR BACAAN
DAFTAR PERUNDANG-UNDANGAN
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.Undang-Undang Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 3209.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 4150 juncto Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Imdonesia Tahun 1999 Nomor 2958.
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 4250.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 4286.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 4355.
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 4357.
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 4400.
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 4432 juncto Undang-Undang Nomor 33 tahun 1954 tentang Wakil Notaris dan Wakil Notaris Sementara, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1954 Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1954 Nomor 700.
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 4654.
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 4843.
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 297, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5606.
Peraturan Presiden
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 4655.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2012 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 155, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 4765.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2012 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 5655.
Peraturan Menteri
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan
Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 4707.
Peraturan Kepala LKPP Nomor 18 Tahun 2014 Tentang Daftar Hitam Dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Skema 1 Tahapan-Tahapan Terbentuknya Kesepakatan dalam Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa oleh Pemerintah
Skema 2 Proses Sanggahan Skema 3 Proses Sanggahan Banding Skema 4 Mekanisme Sanggahan dan Sanggahan Banding (Perpres 70 Tahun
2012)