UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2003 (TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL) DITINJAU DARI PERSPEKTIF PENDIDIKAN UNTUK KAUM MISKIN - Test Repository

  

S K R I P S I

UNDANG-UNDANG NOM OR 20 TAHUN 2003

(TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL)

  

DITINJAU DARI PERSPEKTIF

PENDIDIKAN UNTUK KAUM MISKIN

Oleh:

  

A lif Ulfah Futihah

1 1 4 0 6 187

  

Program Ekstensi

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN)

Salatiga

  D E P A R T E M E N A G A M A Rl S E K O L A H T IN G G I A G A M A IS L A M N E G E R I (S T A IN ) S A L A T IG A J l Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721

  Website : H. Sidqon Maesur, Lc., M. A.

  DOSEN STAIN SALATIGA NOTA PEMBIMBING Lamp Hal

  : 3 eksemplar : Naskah Skripsi

  Saudari ALEF ULFAH FUTmAH Kepada.

  Yth. Ketua STAIN Salatiga di SALATIGA

  Assalamu'a/aikum Wr.Wb.

  Setelah diadakan pengarahan, bimbingan, koreksi dan perbaikan seperlunya, maka skripsi saudari: Nama : ALIF ULFAH FUTIHAH NIM : 114 06 187 Program Studi : Pendidikan Agama Islam (PAI)

  Judul : UNDANG-UNDANG NO.

  20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DITINJAU DARI PERSPEKTIF PENDIDIKAN UNTUK KAUM MISKIN Sudah dapat diajukan dalam sidang munaqosah.

  Demikian surat ini, harap menjadikan perhatian dan digunakan sebagaimana mestinya.

  Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

  Salatiga, Agustus 2008 Pembimbing

  

P E N G E S A H A N SK RIPSI

  Judul : UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2003 (TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL) DITINJAU DARI PERSPEKTIF PENDIDIKAN UNTUK KAUM MISKIN

  Nama : ALIF ULFAH FUTIHAH NIM : 114 06 187

  Program Studi : Pendidikan Agama Islam (PAI) Salatiga, 23 Agustus 2008

  Dewan Penguji DEPARTEMEN AGAMA Rl

  5EKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SAIATIGA J L S t a d i o n 0 3 T e l p . ( 0 2 9 8 ) 3 2 3 7 0 6 , 3 2 3 4 3 3 S a l a t i g a 5 0 7 2 1 Website: D E K L A R A S I

  

D e n g a n p e n u h k e ju ju r a n d a n t a n g g u n g j a w a b , p e n e lit i m e n y a t a k a n b a h w a

s k r ip s i in i tid a k b e r is i m a te r i y a n g p e m a h d it u lis o l e h o r a n g la in a ta u p e m a h

d ite r b itk a n . D e m ik i a n j u g a s k r ip s i in i t id a k b e r is i s a tu p u n p ik ir a n -p ik ir a n

o r a n g la in , k e c u a li in f o r m a s i y a n g te r d a p a t d a la m r e f e r e n s i y a n g d ija d ik a n

b a h a n r u ju k a n .

A p a b ila d ik e m u d ia n h a r i t e m y a t a te r d a p a t m a te r i a ta u p ik ir a n -p ik ir a n o r a n g

la in d ilu a r r e f e r e n s i y a n g p e n e lit i c a n tu m k a n , m a k a p e n e l it i s a n g g u p

m e m p e r t a n g g u n g j a w a b k a n k e m b a li k e a s lia n s k r ip s i in i d ih a d a p a n s id a n g

m u n a q o s y a h s k r ip s i. D e m ik i a n d e k la r a s i in i d ib u a t o l e h p e n u l is u n tu k d a p a t d im a k lu m i. S a la t ig a , 11 A g u s t u s 2 0 0 8 P e n u lis A L I F U L F A H F U T I H A H N I M : 1 1 4 0 6 1 8 7

  Motto

  i

  Chayo

  PERSEMBAHAN Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

  1. Bapak dan Ibu tercinta yang dengan seluruh pengorbanannya telah mengukir segala asa, cita dan harapan.

  2. Kakak dan Adikku tersayang yang senantiasa memberikan dorongan dan motivasi.

  3. Bapak Sidqon Maesur,Lc.MA yang memberikan bimbingan dan pengarahan dengan penuh perhatian dan kesabaran.

  4. Bapak Jaka Siswanta,M.Pd. selaku Ketua Jurusan Tarbiyah Ekstensi.

  5. Teman-temanku KKN 6. Tak lupa buat anak-anak dot.com atas bantuan pengetikan skripsi ini.

KATA PENGANTAR

  Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmad dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

  Skripsi yang berjudul “Undang- undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional ditinjau dari Perspektif Kaum Miskin ” ini diajukan dalam rangka menyelesaikan studi strata I dan untuk memperoleh gelar Saijana Pendidikan Islam pada jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga.

  Dalam menyusun skripsi ini penulis telah menerima bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

  1. Drs. Imam Sutomo, M.Ag., Ketua STAIN Salatiga yang telah memberikan kesempatan melanjutkan Strata I.

  2. Drs. Djoko Sutopo, Ketua Program Studi Ekstensi yang telah memberiakan kesempatan melanjutkan Strata I.

  3. Dr. H. M. Saerozi, M.Ag., Pembantu Ketua I, yang telah memberikan kemudahan dalam perijinan penelitian.

  4. H. Sidqan Maesur, Lc. MA., Dosen. Pembimbing, yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dengan penuh kesabaran dan pengertian sehingga skripsi ini dapat selesai sesuai rencana.

  IX

  7. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah mendorong dan membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

  Semoga Allah SWT membalas kebaikan amal semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempumaan, mengingat keterbatasan dan pengetahuan penulis. Oleh karena itu dengan terbuka dan senang hati penulis menerima kritik dan saran dari semua pihak.

  Akhimya penulis mengharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

  Salatiga, 4 Agustus 2008. Penulis

  Alif Ulfah Futihah NIM : 114 06 187

  x

  

DAFTARISI

L PENDAHULUAN

  

  

  

  

  

  

  

  

  II. LANDASAN TEORITIK

  

  

  

  

  

  F. Pendidikan Untuk Kaum Miskin

  59

  

III. UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG

SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

  

  

  

  D. Pasal-Pasal Tentang Hak dan Kewajiban Warga Negara, Orang

  E. Pasal-Pasal Tentang Hak dan Kewajiban Pemerintah dan

  F. Pasal-pasal tentang Hak dan Kewajiban Peserta Didik Dalam

  

IV. ANALISIS : UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2003

TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DI TINJAU DARI PERSPEKTIF PENDIDIKAN UNTUK KAUM MISKIN

  

  

  

  

  E. Pembagian Keija dan Tanggung Jawab antara Pemerintah,

  

  

  

  V. PENUTUP

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Ilmu pengetahuan memiliki sebuah keutamaan tersendiri di hadapan Allah Swt. Pengetahuan-lah yang mengantarkan manusia untuk selalu berpikir

  dan menganalisa gejala alam yang dilandasi dengan zikir kepada Allah untuk menghasilkan berbagai jenis perangkat alat-alat teknologi demi kesejahteraan hidup di dunia dan kebahagiaan di akhirat.1 2

  Secara jelas Islam memberikan petunjuk betapa pentingnya sebuah pendidikan dan ilmu pengetahuan, ini tertuang di dalam ayat-ayat suci Al- Qur‘an dan berbagai hadis yang di sabdakan oleh Rasulullah Saw. Islam mengajarkan kepada kita untuk senantiasa menuntut ilmu sejak kita di lahirkan hingga akhir hayat. Islam juga mengajarkan bahwa mencari ilmu haras ditempuh dimanapun meskipun di negera yang jauh dari tempat tinggal kita.

  Islam menyuruh manusia untuk melaksanakan pendidikan terhadap anak-anaknya, berdasarkan pandangan bahwa anak-anak sebagai makhluk yang tumbuh dan berkembang ke arah proses pendewasaan diri serta memiliki kemampuan dasar yang dinamis dan responsif terhadap pengarah dari luar dirinya.3

  1 AH Al-Jumbulati, teij; Arifin, Perbandingan Pendidikan Islam, Rineka Cipta, Jakarta, 2002, him. 3.

  2 Ibid, him. 5.

  3 M. Arifin, Ilm u Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 2006, him. 4.

  1 Istilah pendididikan berasal dari bahasa Yunani, paedagogy, yang mengandung makna seorang anak yang pergi dan pulang sekolah diantar seorang pelayan. Sedangkan pelayan yang mengantar dan menjemput dinamakan paedagogos. Dal am bahasa Romawi, Pendidikan di istilahkan dengan educate yang berarti mengeluarkan sesuatu yang berada didalam.

  Dalam bahasa Inggris pendidikan diistilahkan to educate yang berarti memperbaiki moral dan melatih intelektual. Oleh karena itu, pendidikan harus di utamakan untuk melakukan peningkatan kualitas intelektual dan kualitas moral.4

  Berbicara tentang pendidikan di negeri ini memang tidak akan pemah ada habisnya. Pendidikan adalah investasi masa depan bangsa dimana anak bangsa dididik dan dilatih agar bisa meneruskan gerak langkah kehidupan bangsa ini menjadi bangsa yang lebih maju, berpendidikan, bermoral dan beradab. Dengan kata lain masa depan bangsa sangat tergantung pada si stem pendidikan bangsa itu sendiri.

  Setiap bangsa tentu akan menyatakan tujuan pendidikannya sesuai dengan nilai-nilai kehidupan yang sedang dipeijuangkan untuk kemajuan bangsanya. Walaupun masing-masing bangsa memiliki tujuan hidup berebeda, namun secara garis besar ada beberapa kesamaan dalam berbagai aspeknya.

  Pendidikan bagi setiap individu merupakan pengaruh dinamis dalam perkembangan jasmani, jiwa, rasa sosial, susila dan sebagainya.5 Paling tidak ada lima penafsiran tentang makna pendidikan: .

4 Wifi Suwamo, Dasar-Dasar Ilm u Pendidikan, Ar-Ruzz Media, Jogjakarta, 2006, Mm.

  21 5 Ibid, him. 22.

  2

  1. Pendidikan mengandung pembinaan kepribadian, pengembangan kemampuan, atau potensi yang perlu dikembangkan; peningkatan pengetahuan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak faham menjadi faham, dari tidak beradab menjadi beradab, serta tujuan kearah mana peserta didik dapat mengaktualisasikan dirinya seoptimal mungkin.

  2. Dalam pendidikan terdapat hubungan antara pendidik dan peserta didik.

  Didalam hubungan itu mereka memiliki kedudukan dan perasaan berbeda. Tetapi keduanya memiliki daya yang sama, yaitu saling mempengaruhi guna terlaksananya proses pendidikan (transformasi pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan-keterampilan yang tertuju kepada tujuan yang diinginkan).

  3. Pendidikan adalah proses sepanjang hayat sebagai perwujudan pembentukan diri secara utuh. Maksudnya, pengembangan segenap potensi dalam rangka penentuan semua komitmen manusia sebagai individu, sekaligus sebagai makhluk sosial dan makhluk ciptaan Tuhan.

  4. Aktifitas pendidikan berlangsung didalam keluarga, sekolah, masyarakat.

  5. Pendidikan merupakan suatu proses pengalaman yang sedang dialami yang memberikan pengertian, pandangan (insight), dan penyesuaian bagi seseorang yang menyebabkannya berkembang.6 Selain berbicara tentang pendidikan, dalam tulisan ini penulis berusaha mencari format terbaik tentang pendidikan bagi kaum miskin (mustadz’afien).

6 Ibid, him. 22.

  Benny Setiawan didalam buku kecilnya yang beijudul Manifesto Pendidikan

  di Indonesia mengatakan bahwa pendidikan iayak adalah pendidikan yang

  bebas dari diskriminasi dan mahalnya biaya pendidikan. Biaya pendidikan yang tinggi pasti akan sangat sulit diakses oleh orang-orang miskin.7 8 Bukan tanpa sebab bila kondisi dunia pendidikan kita amat memprihatinkan. Mochtar Buchori menyebutnya; “Krisis Identitas

  Pendidikan”. Ada banyak hal yang membuat pendidikan di Indonesia metenceng semakin jauh dari cha-cha idealnya sebagai wahana pembebasan dan pemberdayaan. Pertama, kecenderungan pendidikan kita yang semakin elitis dan tidak teijangkau oleh rakyat miskin. Dal am hal ini, pemerintah dituding banyak melahirkan kebijakan diskriminatif yang justru menyulitkan akses rakyat miskin untuk memperoleh pendidikan. Kedua, manajemen pendidikan yang masih birokratis dan hegemonik. Sistem pendidikan yang ada saat ini bukanlah sistem yang memberdayakan dan populis. Terbukti berbagai kebijakan yang lahir tidak mendukung terwujudnya pendidikan yang emansipatoris karena kebijakan tersebut lahir semata-mata untuk mendukung dan memapankan kesenjangan.

  status quo

  Pendidikan yang bisa diakses semua golongan -termasuk orang miskin- menjadi sangat besar manfaatnya. Artinya, dengan pendidikan yang dapat diakses oleh semua golongan, manusia Indonesia dapat terangkat derajat, harkat dan martabatnya. Ketika pendidikan sudah tidak lagi menjadi hal yang

  7 Benny Setiawan, M anifesto Pendidikan di Indonesia, Ar-Ruzz Media, Jogjakarta, 2006, him. 93.

  8 Mochtar Buchori, Spektrum Problematika Pendidikan di Indonesia, PT Tiara Wacana Yogya, Yogyakarta, 1994, hhn. 5.

  4 dipentingkan dalam alam kehidupan di Indonesia, maka anak-anak Indonesia pun akan menjadi bodoh dan terbelakang.

  Pendidikan yang hanya diperuntukkan bagi orang kaya sesungguhnya bertolak belakang dengan apa yang telah ada dalam batang tubuh Undang- Undang Dasar (UUD 1945), Pasal 31 yang bermakna bahwa pendidikan adalah hak segala bangsa dan hak setiap warga negara. Pasal itu juga secara jelas menunjukkan bahwa pendidikan tidak terpisah dari kehidupan bangsa ini.

  Bangsa yang maju memang harus melalui pendidikan yang antara lain bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dalam rangka menciptakan perdamaian dunia, seperti tertuang dalam pembukaan UUD 1945 alenia IV.

  Dengan pendidikan murah berarti bangsa ini telah mempertahankan kedaulatannya. Karena dengan pendidikan murah bangsa Indonesia dapat hidup lebih tertata dalam menatap masa depan. Tantangan hidup masa depan yang lebih sulit akan mudah diatasi dengan pendidikan sebagai bekal hidup yang lebih baik. Dalam pendidikan, kita diajarkan arti kemandirian dan strategi untuk mempertahankan hidup. Dengan ilmu, kita akan dapat mengolah potensi yang kita miliki menjadi sesuatu yang lebih berharga.

  Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Si stem Pendidikan Nasional, tercantum pengertian pendidikan. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

  5 agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.9 Pendidikan murah akan dapat terlaksana dengan baik ketika program ini didukung oleh semua kalangan. Pemerintah sebagai pemegang otoritas kenegaraan berkewajiban untuk mengalokasikan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebesar 20% untuk pendidikan sesuai Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) Nomor 20 Tahun 2003.

  Begitupun dengan kebijakan di daerah-daerah juga di targetkan alokasi minimal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah 20% untuk pendidikan.

  Anggaran Pendidikan Nasional untuk pertama kalinya mencapai presentase yang fantastis yaitu 22,5% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional (APBN) pada era pemerintahan K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Boleh jadi, inilah bukti nyata komitmen pemerintahan Gus Dur pada bidang pendidikan yang bukan hanya diucapkan, tetapi juga diwujudkan lewat tmdakan nyata.10

  Kenaikan itu memang siginfikan, tetapi tidak otomatis akan meningkatkan mutu pendidikan nasional bila tidak ditunjang dengan kenaikan anggaran bidang yang lain, terutama yang sangat berkaitan erat dengan proses belajar mengajar di sekolah maupun di rumah, seperti pembangunan prasarana dan sarana transportasi, telekomunikasi, fasilitas kesehatan dan lainya. Kegiatan belajar mengajar yang normal, apalagi yang bagus tidak akan pemah

  9 Bab 1, Pasal 1 (1) UU No.20/2003, Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah R I tentang Pendidikan, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Departemen Agama, 2006. him. 5.

10 Darmaningtyas, Pendidikan Rusak-Rusakan, LKiS, Yogyakarta, 2007, hlm.6.

  6 teijadi pada daerah-daerah terisolasi ataupun daerah-daerah konflik. Kegiatan belajar-mengajar yang baik hanya teijadi pada daerah-daerah yang transportasinya bagus, teraliri listrik, ada sambungan telekomunikasi serta fasilitas kesehatan yang cukup. Padahal, di daerah-daerah temtama di Indonesia bagian timur hanya 40% wilayahnya yang teraliri listrik dan dengan sarana transportasi yang baik. Pada daerah-daerah seperti itu peningkatan anggaran pendidikan tidak secara otomatis meningkatkan mutu pendidikan.11

  Banyak instrumen yang dibutuhkan untuk melakukan perbaikan kualitas pendidikan di negeri ini, tingkat ekonomi masyarakat juga hams benar-benar di prioritaskan guna pemenuhan kesejahteraan bagi semua pihak.

  Pendidikan murah bukan mimpi bangsa Indonesia, karena bangsa ini mempunyai potensi lebih untuk membiayai pendidikan yang layak.

  Pendidikan murah adalah bukti nyata pemyataan proklamasi, yaitu pemyataan terbebasnya bangsa Indonesia dari belenggu kebodohan dan keterbelakangan.

  Sumber daya alam bangsa ini yang gemah ripah loh jinaw i sudah seharusnya di dedikasikan untuk kemaslahatan ummatnya (termasuk pada sektor pendidikan), bukan justru untuk menumpuk-numpuk kekayaan bagi segelintir oknum penguasa.

  Skripsi ini mencoba menggali data-data yuridis yang mendukung upaya pelaksanaan pendidikan murah di Indonesia, temtama menilik UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional apakah sudah sejalan dengan proyek besar dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa tanpa

11 Ibid, hlm.6.

  7 diskriminasi baik ras, latar belakang ekonomi, agama, maupun bentuk-bentuk diskriminasi yang lain.

  Dari buku beijudul Islam Yang Memihak karya Moeslim Abdurrahman Penulis merasa mendapatkan “tamparan” ketika membaca sebuah kalimat:

  “Berdustalah mereka yang hanya menikmati sholat dan bersembahyang, namun melupakan nasib orang-orang yang tersingkirkan, menderita secara sosial, mengalami kemiskinan dan tidak dapat mengenyam ilmu pengetahuan”.12

  Bersama skripsi ini penulis memimpikan di Republik tercinta ini tidak ada lagi anak-anak usia sekolah yang hams mengemis, ngamen, berjualan koran dan aktifitas lainnya di saat mereka seharusnya dapat mengenyam arti sebuah ilmu pengetahuan. Mereka memiliki hak untuk dapat menikmati pendidikan di sekolah, pesantren, ataupun lembaga-lembaga pendidikan lainnya, bukan justru mencari sesuap nasi di jalanan karena himpitan ekonomi yang menimpa dirinya dan keluarganya.

B. RUMUSAN MASALAH

  Penulis mencoba merumuskan beberapa hal yaitu sebagai berikut:

  1. Bagaimana esensi dari U U No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

  2. Bagaimana konsep dan pandangan para tokoh tentang pendidikan untuk kaum mi skin.

12 Moeslim Abdurrahman, Islam Yang M emihak, LKiS, Yogyakarta, 2005, him. 159.

  3. Sejauh mana UU No. 20 Tahun 2003 memberikan perhatian terhadap kaum miskin untuk tetap dapat merasakan pendidikan.

  C. TUJUAN PENELITIAN

  1. Untuk mengetahui dan menganalisis esensi dari UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

  2. Untuk mengetahui kepedulian negara -yang tercantum dal am UU No. 20 Tahun 2003- terhadap pendidikan bagi kaum miskin.

  3. Merumuskan format yang ideal agar masyarakat miskin bisa terus mengenyam pendidikan.

  D. TELAAH PUSTAKA

  Dalam menganalisis masalah ini penulis akan menggunakan literatur-literatur yuridis, yaitu literatur atau data-data yang secara yuridis telah disahkan oleh negara yaitu Undang-Undang yang didalamnya berbicara tentang pendidikan. Selain itu penulis akan mengkaji buku-buku terutama yang memuat tentang problematika kemiskinan dengan segala format serta analisis solusinya.

E. MANFAAT PENELITIAN

  1. Skripsi ini sangat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca tentang pentingnya arti pendidikan dan ilmu pengetahuan.

  2. Untuk melakukan pembahasan secara mendalam tentang UU. No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional sehingga kekurangan dan kelebihan dari UU tersebut akan dapat di fahami secara komprehensif.

  9

  3. Skripsi ini mencoba membuka sensitifitas social bagi penulis dan para pembaca bahwa orang miskin juga harus diperhartikan nasib pendidikannya.

F. METODE PENELITIAN

  1. Jenis penelitian Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah penelitian kepustakaan

  (library research ), yaitu dengan cara membaca, menelaah buku-buku yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti.

  2. Metode Penelitian Penulis menggunakan metode pendekatan normatif yaitu metode pendekatan yuridis (hukum).

  3. Metode Pengumpulan data.

  Sumber data yang penulis ambil yaitu;

  a. Sumber data primer (primary data atau basic data), yang memberi penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti dokumen resmi negara. Dal am hal ini penulis menggunakan Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

  b. Sumber sekunder (secundary data), yaitu bernpa buku-buku, hasil- hasil penelitian, dan hasil karya dari berbagai kalangan

  4. Tekhnik pengumpulan data, a. Studi Dokumen.

  Merupakan suatu alat pengumpulan data yang dilakukan melalui data tertulis.

  10 b. Tekhnik observasi.

  Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap kasus-kasus putus sekolah -yang lebih spesifik- karena faktor ekonomi masyarakat.

G. DEFINISIISTILAH

  Skripsi ini beijudul : “UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2003 (TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL) DITINJAU DARI PERSPEKTIF PENDIDIKAN UNTUK KAUM MISKIN”. Adapun secara semiotika, tafsiran dari masing-masing katanya adalah:

  1. Undang-undang adalah ketentuan dan peraturan negara yang dibuat oleh pemerintah (Menteri, Badan Eksekutif, dsb) dan disahkan oleh parlemen (Dewan Perwakilan Rakyat, Badan Legislatif, dsb) ditandatangani oleh kepala negara dan mempunyai ketentuan hukum yang mengikat.13

  2. Sistem Pendidikan Nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.14

  3. Perspektif; Sudut pandang, Pandangan.15

  13 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, Departemen Pendidikan Nasional, Balai Pustaka, Jakarta, 2005. him. 1245.

  14 Bab I Ketentuan umum pasal 1 (3), UU No. 23 Tahun 2d03.

  15 Ibid, him. 864.

  4. Pendidikan; Proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dal am usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan atau proses atau cara perbuatan mendidik.16

  5. Kaum; Golongan.17

  6. Miskin; Tidak berharta, serba kekurangan, berpenghasilan rendah.18

H. SISTEMATIKA

  Untuk memudahkan penjelasan, pemahaman dan penelaahan terhadap pokok'pokok permasalahan yang akan dikaji, maka perlu adanya sistematika penulisan sehingga pembahasan akan lebih sistematis dan runtut.

  Bab I : Latar Belakang Masai ah, Rumusan Masai ah, Tujuan Penelitian, Telaah Pustaka, Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, Definisi Istilah dan Sistematika. Bab I I : Landasan Teori: Dal am bab ini memuat pengertian tentang pendidikan baik dari perspektif Agama Islam, pengertian pendidikan menurut terminologi maupun epistimologi. Dal am bab ini juga akan di terangkan tentang urgensi dari ilmu pengetahuan dan pendidikan serta landasan signifikansi ilmu pengetahuan menurut beberapa tokoh. Di dal am bab ini penulis juga akan melakukan kajian tentang arti kemiskinan serta berbagai penyebab dari kemiskinan.

  Bab I I I : Data Yurisprudensi 16 Ibid, him. 849.

  ,7/Wrf, him. 517.

18 Ibid, him. 749.

  12 Di dal am bab III ini penulis akan memberikan data pasal demi pasal tentang Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003.

  Bab IV : Analisis Di dal am bab ini penulis akan melakukan analisis tentang UU No. 20 tahun 2003 serta penulis akan berusaha mencari solusi dan format yang tepat pendidikan yang dapat dirasakan oleh semua pihak termasuk orang miskin.

  Bab V : Penutup. Bab Penutup ini akan penulis cantumkan kesimpulan, kritik dan saran yang bertujuan untuk mewujudkan pendidikan murah yang mampu di akses oleh orang miskin.

  13

BAB II LANDASAN TEORITIK A. Hakikat Pendidikan 1. Konsep Dasar Pendidikan. Langeveld seorang ahli pendidikan dan Negeri Belanda

  mengemukakan batasan pengertian pendidikan, bahwa pendidikan adalah suatu bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai tujuan, yaitu kedewasaan.19 2

  Pendewasaan adalah proses pengembangan segenap potensi yang tidak terkotak-kotak antara kecerdasan nalar, emosional, dan spiritual.

  Tidak terkotak-kotak antara fisik dan psikis. Pendewasaan merupakan perkembangan yang melibatkan semua potensi anak yang mengintegrasikan pengalaman dan melibatkan gerakan fisik, gerakan psikis, dan imaji nalar sekaligus.

  Dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) tahun 1973 dikemukakan pengertian pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan peserta didik di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Sedangkan dasar pendidikan adalah pandangan yang mendasari seluruh aktivitas pendidikan baik dalam rangka penyusunan teori, perencanaan maupun

  19 Achmad Munib, Pengantar Ilm u Pendidikan, UPT UNNES Press, Semarang, 2006, him. 26.

  20 Utomo Dananjaya, Sekolah Gratis; Esai-esai Pendidikan yang Membebaskan, Paramadina, Jakarta, 2005, him. 15.

  14 pelaksanaan pendidikan. Pada dasamya manusia adalah makhluk , maka dasar pendidikan yang dimaksud adalah nilai-nilai

  pedagogik

  tertinggi yang yang dijadikan pandangan hidup suatu masyarakat atau bangsa dimana pendidikan itu berlaku.21 Menurut UU Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia seta

  Ada beberapa konsepsi dasar tentang pendidikan, yaitu: a. Bahwa pendidikan berlangsung seumur hidup (life long education).

  Dalam hal ini berarti bahwa usaha pendidikan sudah dimulai sejak manusia itu lahir dari kandungan ibunya sampai ia tutup usia, sepanjang ia mampu untuk menerima pengaruh dan dapat mengembangkan dirinya. Suatu konsekuensi dari konsep pendidikan sepanjang hayat ialah bahwa pendidikan tidak identik dengan sekolah. Pendidikan akan berlangsung dalam lingkungan keluarga, dalam lingkungan sekolah, dan dalam lingkungan masyarakat.

  b. Bahwa tanggung jawab pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Pemerintah tidak boleh memonopoli segalanya, melainkan bersama dengan

21 Mansur, Sejarah Sarekat Islam dan Pendidikan Bangsa, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2004, him. 73.

  15 keluarga dan masyarakat, berusaha agar pendidikan mencapai tujuan yang telah ditentukan.

  c. Bagi manusia pendidikan merupakan keharusan, karena dengan pendidikan manusia akan memiliki kemampuan dan kepribadian yang berkembang. Handerson mengemukakan bahwa pendidikan merupakan suatu hal yang tidak dapat dielakkan oleh manusia, suatu perbuatan yang tidak boleh tidak teijadi, karena pendidikan itu membimbing generasi muda untuk mencapai suatu generasi yang lebih baik.22

  Istilah pendididikan berasal dari bahasa Yunani, paedagogy, yang mengandung makna seorang anak yang pergi dan pulang sekolah diantar seorang pelayan. Sedangkan pelayan yang mengantar dan menjemput dinamakan paedagogos. Dalam bahasa Romawi, Pendidikan di istilahkan dengan educate yang berarti mengeiuarkan sesuatu yang berada didalam. Dalam bahasa Inggris pendidikan diistilahkan to educate yang berarti memperbaiki moral dan melatih intelektual. Oleh karena itu, pendidikan haras di utamakan untuk melakukan peningkatan kualitas intelektual dan kualitas moral.23

  Dinamakan pendidikan apabila dalam kegiatan tersebut mencakup basil yang rambahannya (dimensi) pengetahuan sekaligus kepribadian.

  Sedangkan pengajaran membatasi kegiatan pada transfer o f knowledge 22 Op.Cit, Achmad Munib, him. 26.

23 Wiji Suwamo, Dasar-Dasar Itm u Pendidikan, Ar-Ruzz Media, Jogjakarta, 2006, him.

  16 keteraturan kalender akademik. Hakikat pendidikan menjadi tereduksi sebatas kegiatan persekolahan.24 Adapun unsur-unsur pendidikan adalah sebagai berikut:

  a. Tujuan Pendidikan Cita-cita pendidikan yang baik dan sehat mendorong anak didik untuk berfikir efektif, jem ih dan obyektif dalam berbagai suasana. Anak didik akan bebas tanpa paksaan mewujudkan cita-cita hidupnya ke dalam tindakan nyata dan merasa bertangggung jawab atas sikap dan perilakunya. Dengan demikian terwujudlah cita-cita demokrasi yang menjadi filsafet dan tujuan dalam pendidikan. Dalam sejarah pendidikan kita dapat melihat perkembangan pendidikan dan usaha-usaha perwujudannya sebagai suatu cita-cita bangsa, kelompok atau masa yang memberi corak pelaksanaan pendidikannya.

  Dapatlah dirumuskan bahwa tujuan umum pendidikan adalah melaksanakan, mewujudkan, dan memelihara perkembangsn cita-cita kehidupan suatu bangsa dengan mengimplementasikan cita-cita yang dianutnya.25

  Pendidikan di Indonesia mempunyai tujuan pendidikan yang berlandaskan kepada filsafat hidup bangsa Indonesia yaitu Pancasila.

  Inilah yang akan menjadi pedoman pokok di dalam usaha pendidikan,

  24 M. Jumali, dkk, Landasan Pendidikan, Muhammadiyah Universitas Press, Surakarta, 2004. him. 18-19.

  25 Crow dan Crow, teij: Siti Meichati, Pengantar Ilm u Pendidikan, IKIP Yogyakarta, Yogyakarta, 1975, him. 10. mereal i sasikannya usaha-usaha pendidikan kita sejak dal am keluarga, masyarakat dan sekolah.

  Sedangkan tujuan pendidikan menurut undang-undang si stem pendidikan nasional ialah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab 26 b. Peserta Didik

  Pendidikan tidaklah sebatas kepada pengertian dan penguasaan ilmu pengctahuan, melainkan juga perkembangan jiwa dan penyesuaian diri peserta didik termasuk kehidupan sosialnya. Telah diakui oleh para pendidik bahwa peserta didik adalah orang yang senantiasa mengalami perkembangan dan lahir sampai akhir hay at. Perkembangan disini diartikan adanya perubahan-perubahan yang selalu teijadi dal am diri peserta didik secara wajar, baik ditujukan kepada diri sendiri maupun lingkungannya.

  Tugas pendidikan yang utama dalam perkembangan tersebut ialah membimbing pengalaman itu pada tiap tingkatannya, dan meyakinkannya bahwa cara-cara peserta didik memenuhi kebutuhannya senantiasa sejalan dengan pola hidup sosialnya.27 Irama perkembangan yang dimaksud meliputi perkembangan fisik yaitu

  26 Undang-Vndang dan Peraturan Pemerintah R I tentang Pendidikan, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Departemen Agama, 2006. him. 8-9.

  27 Crow dan Crow, teij: Siti Meichati, Pengantar Ilm u Pendidikan, IKIP Yogyakarta, Yogyakarta, 1975, him. 29.

  19 berfungsinya kelenjar-kelenjar hormon, pertumbuhan rangka, badan, gigi, dan sebagainya, serta perkembangan mental seperti kematangan sosial dan kesusilaan. Seperti perkembangan mental adalah usia psikologis yang ditandai dengan tingkat kesiapan seseorang, usia pengalaman yang ditandai dengan hasil tes pencapaian belajar, dan usia kematangan intelektual, sosial dan kesusilaan ditandai dengan penyesuaian atau penguasaan tingkah laku dal am berfikir, berperasaan, kemasyarakatan, dan kesusilaan.28 c. Pendidik

  Pendidik adalah unsur manusiawi dal am pendidikan. Pendidik adalah figur manusia sumber yang menempati posisi dan memegang peranan penting dal am pendidikan. Ketika semua orang memersoalkan masalah dunia pendidikan, figur pendidik pasti terlibat dal am agenda prmbicaraan, terutama yang menyangkut pendidikan formal di sekolah, sisanya ada di rumah dan di masyarakat.

  Di sekolah pendidik hadir untuk mengabdikan diri kepada ummat manusia dalam hal ini anak didik. Negara menuntut generasinya memerlukan pembinaan dan bimbingan dari pendidik. Pendidik dan peserta didik adalah dua sosok manusia yang tidak dapat dipisahkan dari dunia pendidikan. Pendidik dengan ikhlas memberikan apa yang diinginkan oleh anak didiknya. Tidak ada sedikitpun dalam benak pendidik terlintas pikiran negatif untuk tidak mendidik anak

28 Op.CU, Acmad Munib, him. 43.

  20 didiknya, mcskipun barangkali sejuta permasalahan sedang merong- rong kehidupan seoarang guru.29 d. Alat-alat Pendidikan

  Alat ialah apa saja yang dapat dijadikan perantara untuk mencapai tujuan pendidikan.30 yang termasuk faktor alat-alat pendidikan ialah segala sesuatu yang secara langsung membantu terlaksananya pendidikan.31 Seperti pembiasaan, pengawasan, perintah, larangan, penghargaan dan hukuman.

  e. Lingkungan Educative Situasi lingkungan pada dasamya juga dapat mempengaruhi proses dan hasil pendidikan. Sebagai sal ah satu unsur pendidikan, situasi lingkungan secara potensial dapat menunjang usaha pendidikan disamping itu juga dapat menjadi sumber belajar. Disitu interaksi edukatif antara pendidik dan peserta didik juga hams dikembangkan.32 Lingkungan edukatif itu bisa berada di lingkungan keluarga, sekolah ataupun masyarakat.

  2. Pendidikan Menurut Islam Agama Islam yang diwahyukan kepada Rasulullah Muhammad

  Saw mengandung implikasi kependidikan (tarbiyah) yang bertujuan untuk menjadi rahmat bagi sekalian alam (rahmatan lil alamiin). Dalam agama

  29 Syaifil Bahri Djamarah, Guru dan Anak Ddidik dalam Interaksi Edukatif \ Rineka Cipta, Jakarta, 2005. him. 2.

  30 Ibid, him. 184.

  31 Crow dan Crow, teij: Siti Meichati, Pengantar Ilm u Pendidikan, IKIP Yogyakarta, Yogyakarta, 1975, him. 101.

  32 Syaifil Bahri Djamarah, Guru dim Anak Didik dalam Interaksi E dukatif Rineka Cipta, Jakarta, 2005. him. 11.

  21 Islam terkandung suatu potensi yang mengacu pada fenomena perkembangan, yaitu:

  1. Potensi psikologis dan paedagogis (pendidikan) yang mempengaruhi manusia untuk menjadi pribadi yang berkualitas baik dan menyandang derajat mulia melebihi makhluk-makhluk lainnya.33

  2. Potensi pengembangan kehidupan manusia sebagai khalifatullah fll yang dinamis dan kreatif serta responsif terhadap lingkungan

  ardh

  sekitamya. Lingkungan yang alamiah maupun yang ijtima ’iyah dimana Tuhan menjadi potensi sentral perkembangannya.34

  Untuk mengaktualisasikan dan memfungsikan potensi tersebut diatas diperlukan ikhtiar kependidikan yang sitematis, berencana, berdasarkan pendekatan dan wawasan yang interdisipliner. Karena manusia semakin terlibat ke dal am proses perkembangan sosial itu sendiri menunjukkan adanya interelasi dan interaksi dari berbagai fungsi.

  Agama Islam yang membawa nilai-nilai dan norma-norma kewahyuan bagi kepentingan hidup manusia diatas bumi, barn, aktual, dan fungsional bila diinternalisasikan kedalam pribadi melalui proses kependidikan yang konsisten, terarah pada tujuannya.

  Bila pendidikan Islam telah menjadi ilmu yang ilmiah dan amaliah, maka ia akan dapat berfungsi sebagai sarana pemberdayaan manusia yang bemafaskan Islam yang lebih efektif dan efisien. Kita mengetahui bahwa sejak Islam diartikulasikan melalui dakwahnya dalam masyarakat sampai

  33 Muzayyin Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2003, him. 4.

  34 Ibid, him. 4.

  22 kini, proses kependidikan Islam yang telah mengacu dalam masyarakat yang beraneka ragam kultur. Selama itu pula jasa-jasanya telah tampak mewamai sikap dan kepribadian manusia yang tersentuh oleh dampak- dampak positif dari proses keberlangsungannya.35 a. Definisi Pendidikan Islam (tarbiyah) secara kebahasaan (semiotik).

  Menurut kamus bahasa Arab, lafal at-tarbiyah berasal dari tiga kata. Pertama: raba yarbu yang berarti; bertambah dan tumbuh.36 3

  7 Kedua: rabiya yarba dengan wazrt (bentuk) khafiya yakhfa, berarti: menjadi besar. Ketiga: Rabba yarubbu.> berarti; memperbaiki, menguasai urusan, menuntun, menjaga dan memelihara. Makna ini antara lain ditunjukkan oleh perkataan Hassan bin Tsabit: “Sungguh

  ketika engkau tampak pada hari keluar dihalaman istana, engkau lebih baik daripada sebutir mutiara putih bersih yang dipelihara oleh X7 ”. kumpulan air di laut

  Dari sini kemudian dapat diambil beberapa kesimpulan untuk memahami makna pendidikan: a. Pendidikan adalah proses yang mempunyai tujuan, sasaran dan obyek.

  b. Secara mutlak, pendidikan yang sebenamya hanyalah berasal dari Allah Swt. Dia-lah Yang memberlakukan hukum dan tahapan perkembangan serta interaksinya, dan hukum-hukum untuk mewujudkan kesempumaan, kebaikan serta kebahagiaan.

  35 Ibid, him. 4.

  36 Abdurahman an-Nahlawi, teij: Herry Noer Ali, Prinsip-prinsip dan Metoda Pendidikan Islam, cv. Diponegoro, Bandung, 1989, him. 30.

  37 Ibid, him. 31.

  23 e. Pendidikan menuntut adanya langka-langkah yang secara bertahap hams dilalui oleh berbagai kegiatan pendidikan dan pengajaran, sesuai dengan urutan yang telah disusun secara sistematis.

  d. Proses belajar-mengajar hams mengikuti aturan penciptaan yang dilakukan Allah Swt, sebagaimana hams mengikuti syara’ dan Din Allah.38 b. Pengertian Pendidikan Islam Secara Epistimologi.

  Baik secara implisit (tersirat) maupun eksplisit (tersurat) Al- Qur’an banyak menerangkan tentang pentingnya pendidikan dan ilmu pengetahuan, antara lain di Dal am Al-Qur’an Surat Ar-Rahman ayat

  33 Allah Swt menjelaskan:

  ^ • j t JJ l 3 ^

  Artinya:

  “Wahai jin dan manusia, jika kamu sekalian mampu untuk menembus menjelajahi langit dan bumi, tembuslah; namun kamu tidak akan mampu menembusnya kecuali dengan kekuatan (ilmu dan tekhnologi)

  Prof H.M. Arifin, M.Ed. di dalam bukunya yang beijudul Ilmu

  Pendidikan Islam memberikan pengertian, Pendidikan Islam adalah

  suatu sistem kependidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh seorang manusia, sebagaimana Islam telah

38 Ibid, him. 32.

  24 menjadi pedoman bagi scluruh aspek kehidupan manusia, baik didunia maupun di akhirat.39 Dengan kata lain, manusia yang mendapatkan pendidikan Islam harus mampu hidup didalam kedamaian dan kesejahteraan sebagaimana diharapkan oleh cita-cita Islam.

  Dengan demikan pengertian pendidikan Islam adalah suatu sistem kependidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba Allah Swt sebagaimana Islam telah menjadi pedoman bagi seluruh aspek kehidupan manusia, baik duniawi maupun

  ukhrawi.

  Mengingat luasnya jangkauan yang hams digarap oleh pendidikan Islam, maka pendidikan Islam tetap terbuka terhadap tuntutan kesejahteraan ummat manusia, baik tuntutan dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi maupun tuntutan pemenuhan kebutuhan hidup rohaniah. Kebutuhan itu semakin meluas sejalan dengan meluasnya tuntutan hidup manusia itu sendiri. Oleh karena itu, dilihat dari pengalamannya, Pendidikan Islam berwatak akomodatif terhadap tuntutan kemajuan zaman sesuai acuan norma-norma kehidupan Islam.

B. Pendidikan Menurut Para Tokoh

  Banyak tokoh-tokoh yang bergerak pada bidang pendidikan ataupun tokoh yang secara intensif melakukan pemikiran tentang pentingnya ilmu pengetahuan dan metodologi pendidikan. Di dalam skripsi ini penulis hanya

39 M. Arifm, Ilm u Pendidikan Islam (Tinjauan Teorttis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner), Bumi Aksara, Jakarta, 2006, him. 8.

  25 akan mengemukakan bcberapa idc/gagasan dari ke-empat tokoh yang menurut penulis -paling tidak- mewakili zamannya serta karakteristik pemikiran pendidikannnya tanpa merendahkan tokoh-tokoh yang lain.

  Tokoh-tokoh tersebut adalah; Imam Ghazali yang memiliki ciri khas pemikiran pendidikan ke-lslaman, Ki Hajar Dewantara seorang bapak pendidikan di Indonesia, R.A. Kartini pembaharu dan pejuang kemerdekaan pendidikan perempuan serta Ahmad Bahrudin yang merupakan praktisi pendidikan abad ini yang berusaha mengejawantahkan paradigma pendidikan pembebasan dan pendidikan yang berpihak kepada kaum miskin.

  1. Pendidikan Menurut Al-Ghazali.40 Imam Ghazali telah menulis hal ikhwal tentang pendidikan dan pengajaran dalam sejumlah karyanya, namun pendapatnya yang paling penting dalam bidang ini terdapat dalam bukunya yang bemama Fatihatul

  (Hai anakku), dan ihyaUlumuddin yang dianggap

  Kitab, Ayyuhal Walad

  sal ah satu dari kitab yang terbesar dalam bidang ilmu kalam, ilmu fiqih, dan akhlaq. Kitab yang terakhir ini terbagi menjadi empat juz. Juz pertama khusus membahas ilmu pengetahuan, juz kedua memuat masalah

  muamalah antar umat manusia, sedangkan juz tiga dan empat mengkaji

  tentang berbagai earn pembinaan akhlak yang terpuji dan mengobati akhlak yang tercela.41

  40 Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali di lahirkan di Thunisia, sebuah

Kota di Khurasan, Persia, pada tahun 450 H atau 1058 M. Imam Ghazali sejak kecilnya dikenal

sebagai seorang pecinta ilmu pengetahuan dan filsafat.

  41 Fathiyah Hasan Sulaiman, teij: Fathur Rahman May, Sistem Pendidikan Versi A l Ghazali, Al Ma’arif, Bandung, 1986, him. 20.

  26 Seseorang yang mempelajari tentang pendidikan dan berbagai aspek atau masalahnya yang ditulis Imam Ghazali dal am berbagai karya tulisnya, khususnya kitab Ihya ’Ulumuddin, tentu akan mendapatkan suatu kesimpulan bahwa Al-Ghazali adalah seorang yang menciptakan si stem pendidikan yang komprehensif serta pembatasan yang jelas.42

  Untuk mencapai tujuan pendidikan ini ada dua sasaran pokok, yakni: a. Aspek-aspek ilmu pengetahuan yang harus disampaikan kepada murid atau dengan kata lain kurikulum yang harus dipelajari murid.

  b. Metode yang relevan untuk menyampaikan kurikulum atau syllabus sehingga dapat memberikan pengertian yang sempuma dan memberikan faedah yang besar tentang penggunaan metode tersebut. Demikian seterusnya sampai murid dapat mencapai tujuan.43