STUDI DESKRIPTIF : COPING STRESS PADA ISTRI BEKERJA DENGAN SUAMI PENDERITA STROKE

STUDI DESKRIPTIF :

COPING STRESS PADA ISTRI BEKERJA DENGAN SUAMI PENDERITA STROKE

  

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

HALAMAN MOTTO

  • - Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus (Filipi

  4 : 6-7)

  • - I can do everythings through Him who gives me strength ( Philippians

  4 : 13)

  • - Tidak ada orang yang mendapatkan sesuatu dengan mudah. Selalu ada kisah dibalik kisah

  ( Andrew Matthews)

  • - Jika kita ingin mengubah beban berat menjadi berkat, balajarlah memuji Tuhan dalam setiap cobaan

  nd ( My 2 brother)

  • - Lakukan yang terbaik apa yang bisa dilakukan tanpa takut gagal dan menyerah

  Kupersembahkan karya sederhana ini untuk :

  

ABSTRAK

  STUDI DESKRIPTIF: COPING STRESS PADA ISTRI BEKERJA DENGAN SUAMI PENDERITA STROKE

  Elis Widiyawati NIM : 049114065

  Penelitian ini adalah penelitian studi deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk coping stress apa saja yang digunakan oleh istri bekerja yang telah melakukan proses perawatan pada suami yang menderita

  

stroke . Pengambilan data dilakukan dengan wawancara sebagai metode utama dan

  observasi sebagai metode tambahan pada tiga orang istri bekerja yang telah melakukan proses perawatan terhadap suami selama 1 tahun, 2 tahun, dan 1, 5 tahun. Wawancara dilakukan secara mendalam sedangkan observasi informal dilakukan secara terbuka dan fleksibel pada saat wawancara berlangsung. Penentuan subjek penelitian menggunakan sampling dengan tipe purposif berdasarkan kriteria tertentu.

  Kredibilitas hasil penelitian dicapai dengan dua cara, yaitu konfirmasi data dengan subjek dan triangulasi yang meliputi triangulasi data (mengambil sumber- sumber data yang berbeda sebagai data pendamping) dan triangulasi metode (dipakainya dua metode yang berbeda untuk meneliti hal yang sama).

  Hasil menunjukkan bahwa coping stress yang dilakukan ketiga subjek bervariasi dan berlangsung sepanjang waktu yang memiliki persamaan dan perbedaan diantara ketiganya. Coping stress yang dialami oleh ketiga subjek yang tergolong dalam problem-focused coping adalah active coping, planning,

  

suppression of competing activities , dan seeking social support for instrumental

reasons dan emotion-focused coping yaitu seeking social support for emotional

reason, focusing on and venting emotions dan turning to religion. Masing-masing

  subjek penelitian mempunyai kekhasan dalam pemilihan coping stress. Subjek 1 melakukan emotion focused of coping yaitu denial, behavioral disengangement,

  

ABSTRACT

  A DESCRIPTIVE STUDY: COPING STRESS ON THE WORKING WIVES WITH THE SUFFERING STROKE HUSBAND

  Elis Widiyawati NIM : 049114065

  This study is a descriptive study intends to know the coping stress type which is used by working wives who have done nursing to their husband suffers from stroke. The main method which is used is interview and observation as the additional method. The objectives of this study are three wives who have done nursing to their husband for a year, 2 years and 1,5 years. Open and flexible informal observation is done in the deep interview. The subject determining uses purposive type sampling based on certain criteria.

  The result credibility of this study is attained in two ways; data confirmation with subject and triangulation includes data triangulation (taking data resources which are different as the additional data) and triangulation method (using of two different methods to examine the same case).

  The result of this study show that coping stress which is done by the three subjects have variation and it is continuously which have similarities and differences. Coping stress which is experienced by the three subjects are active coping, planning, suppression of competing activities, and seeking social support for instrumental reasons which are problem-focused coping and emotion-focused coping that are seeking social support for emotional reasons, focusing on and venting emotions and turning to religion. Each subject has its characteristic in choosing coping stress. The first subject intends to do denial, behavioral disengagement, and mental disengagement. Different with the first subject, the second and the third subject use focusing on and venting emotion to restrain their negative emotion. Besides the first and the second subject also experience a significant process with the result that they can accept their condition

  Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, kasih, dan anugrahNya penyusun dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik. Tugas Akhir yang berjudul “ Studi Deskriptif : Coping Stress Pada Istri Bekerja Dengan Suami Penderita Stroke” ini disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Studi Program Strata I pada Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

  Selama penulisan Tugas Akhir ini, penyusun menyadari akan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak baik itu berupa doa, saran dan kritik, sarana, maupun prasarana untuk penyelesaian Tugas Akhir ini. Oleh karena itu, dengan segala ketulusan dan keikhlasan hati penyusun mengucapkan terima kasih kepada:

  • Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

  Bapak Paulus Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi

  Ibu Sylvia C.M.Y.M, S.Psi., M.Si, selaku Ketua Program Studi Psikologi,

  • Bapak V. Didik Suryo Hartoko, S.Psi., M.Si selaku dosen seminar yang telah memberikan saran dan masukan kepada penyusun.

  • Dosen-dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, terimakasih telah membagi pengetahuan dan mengajarkan banyak hal kepada penyusun.
  • Subjek-subjek penelitian, terima kasih atas segala kerelaan dan kesabaran telah bersedia membagikan cerita-ceritanya kepada penyusun.
  • Mas Gandung, Mbak Nanik, Pak “Gie”, dan Mas Doni, terima kasih atas pelayanan dan kemudahannya selama ini.
  • Keluargaku yang selalu mendoakan dan mendukung untuk segera menyelesaikan Tugas Akhir ini.
  • Papa dan Mama Hutagalung, terima kasih atas sarana, wejangan, dan doa- doanya sehingga Tugas Akhir ini dapat selesai dengan baik.
  • Yesaya Putra Giventta…Keceriaanmu membangkitkan semangat tante..
  • Teman-teman seperjuangan 2004. Thanks for the support….SEMANGAT!

  Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penyusun terbuka terhadap segala saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak.

  Penyusun berharap agar Tugas Akhir ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi para pembaca.

  Yogyakarta,

  19 Maret 2009 Penyusun

DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL ……………………………………………………. i HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN..................................................................... iii HALAMAN MOTTO................................................................................. iv HALAMAN PERSEMBAHAN.................................................................. v HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA................................ vi ABSTRAK.................................................................................................. vii ABSTRACT................................................................................................ viii HALAMAN PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH................ ix KATA PENGANTAR................................................................................ x DAFTAR ISI............................................................................................... xiii DAFTAR SKEMA..................................................................................... xvii DAFTAR TABEL....................................................................................... xviii

  BAB II . LANDASAN TEORI A. Stres …………………………………………....................... 8

  1. Pengertian Stres...……………………………………….. 8 2.

  Penyebab Stres ……………………………………….... 9

  3. Jenis Stres...............................…………………………... 10 B. Coping Stress ………………………………………............. 10 1.

  Pengertian Coping Stress……………………………....... 10 2. Karakteristik Coping Stress……………………………... 12 3. Fungsi Coping Stress...........…………………………….. 13 4. Bentuk-Bentuk Coping Stress....………………………... 15 5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan

  Coping Stress ...………………………............................ 19 C.

  Istri Bekerja……………………………………………….... 22 D.

  Penderita Stroke…………………………………………...... 24 1.

  Penderita Stroke.....……………………………............... 24

  C.

  Batasan Istilah …...….……………………………………… 32 D.

  Subjek Penelitian …….…………………………………….. 32 E. Metode Pengumpulan Data………………………………… 33 F. Metode Analisis Data…..…………………………………... 35 G.

  Pemeriksaan Kesahihan dan Keabsahan Data……………… 38

  BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Penelitian……………………………................... 39 B. Pelaksanaan Penelitian …………………………………… 40 C. Pembentukan Rapport...……………………………………. 40 D. Waktu dan Tempat Penelitian……………………………… 41 E. Hasil Penelitian……..…..………………………………….. 43 1. Identitas Subyek Penelitian…………………………….. 43 2. Analisa Data……………………………………………. 44

  a) Deskripsi Stressor Pada Subjek 1…………………. 44

  dengan Suami Penderita Stroke Pada Subjek 2……........... 74

  h) Dinamika Coping Stress Pada Istri Bekerja dengan Suami Penderita Stroke Pada Subjek 2……........... 81 i)

  Deskripsi Stressor Pada Subjek 3…………....................... 92 j) Deskripsi Sumber Daya Coping Pada Subjek3……….…. 97 k)

  Deskripsi Coping Stress Pada Istri Bekerja dengan Suami Penderita Stroke Pada Subjek 3…………...100 l)

  Dinamika Coping Stress Pada Istri Bekerja dengan Suami Penderita Stroke Pada SubJek 3…………..107

  3. Pembahasan.………………………………………………….118

  BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A.

  135 Kesimpulan………..…………………………….....................

  B.

  Keterbatasan Penelitian………………………………………. 136 C. Saran …………………..……………………………………… 137

Gambar 4.1 Skema Dinamika Subjek 1……………………………………. 66Gambar 4.2 Skema Dinamika Subjek 2……………………………………. 91Gambar 4.3 Skema Dinamika Subjek 3…………………………………….116Gambar 4.4 Skema Dinamika Ketiga Subjek………………………………117

  

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Pedoman Wawancara………………………………………… 34Tabel 4.1 Waktu dan Tempat Pengambilan Data……………………….. 41Tabel 4.2 Data Demografis Subjek……………………………………… 43

  Lampiran 1 Pedoman Wawancara……………………………………… 142 Lampiran 2 Pengkodingan Wawancara………………………………… 148 Lampiran 3 Data Verbatim Wawancara Subjek 1…………………….. 153 Lampiran 4 Data Verbatim Wawancara Subjek 2 …………………… 196 Lampiran 5 Data Verbatim Wawancara Subjek 3……………………… 223 Lampiran 6 Konfirmasi data Subjek 1…..……………………………… 259 Lampiran 7 Konfirmasi data Subjek 2…..……………………………… 275 Lampiran 8 Konfirmasi data Subjek 3…………………………………. 288 Lampiran 9 Wawancara Pendamping Subjek 1……………………….. 297 Lampiran 10 Wawancara Pendamping Subjek 2..……………………… 306 Lampiran 11 Wawancara Pendamping Subjek 3………………………… 309 Lampiran 12 Hasil Observasi Subjek 1.………………………………… 313 Lampiran 13 Hasil Observasi Subjek 2………………………………… 316

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Peran dan fungsi anggota keluarga dalam budaya patriarki

  ditentukan dengan tegas. Suami sebagai kepala keluarga bertanggung jawab mencari nafkah untuk menopang kehidupan keluarga. Sementara tugas utama istri adalah merawat, memelihara, dan melayani kebutuhan keluarga (Dagun, 1990). Akibatnya, istri menjadi sangat tergantung kepada suami khususnya secara ekonomi. Keluarga yang menganut budaya demikian akan mengalami perubahan fungsi dalam keluarga ketika suami tidak mampu menjalankan fungsinya karena suatu penyakit tertentu, salah satunya stroke. Istri harus melakukan dua peran sekaligus dalam keluarganya, yaitu bekerja, memelihara keluarga, dan merawat suami.

  Stroke merupakan salah satu penyakit akut yang merupakan

  2 Perkembangan penyakit ini semakin pesat terjadi di negara berkembang, artinya jumlah penderita stroke semakin bertambah dari tahun ke tahun. Data dari bagian neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/ RSCM Jakarta menunjukkan bahwa pada tahun 1999, kasus stroke yang dirawat sejumlah 562 kasus, tahun 2000 sejumlah 641 kasus, dan tahun 2001 sejumlah 722 kasus (Lumbantobing, 2003).

  Beberapa fenomena menunjukkan bahwa kasus stroke yang terjadi di Indonesia kebanyakan dialami oleh kaum pria berusia diatas 40 tahun, walaupun tidak sedikit juga wanita dan usia remaja yang mengalaminya (Kompas, 24 Juni 2005).

  Meningkatnya pasien penderita stroke sayangnya belum diimbangi oleh kepedulian masyarakat sekitar terhadap stroke, baik pencegahan maupun perawatannya. Dr Sugianto, S.pS, M.Kes, PhD (Seminar Stroke X, 2005) menyatakan bahwa peran keluarga sangat membantu dalam proses penyembuhan dan perawatan pasien pasca stroke dengan

  3 Perawatan penderita pasca stroke untuk mencapai kesembuhan membutuhkan waktu yang tidak singkat dan biaya yang cukup banyak.

  Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan pola hidup bagi sebuah keluarga, khususnya dalam budaya patriarki. Peran suami digantikan oleh istri baik sebagai kepala keluarga yang harus bertanggung jawab menopang kehidupan ekonomi keluarga, dan melindungi keluarga dari ancaman luar (Dagun, 1990) yang sebelumnya tidak pernah dilakukan oleh istri. Istri mempunyai peran ganda yaitu bekerja untuk mencukupi kebutuhan keluarga termasuk biaya perawatan pasca stroke dan istri sebagai pendamping suami yang merawat dan melindungi keluarga dengan penuh kesabaran. Istri juga harus memenuhi tuntutan pekerjaan yang sebagian waktunya dihabiskan untuk bekerja.

  Setelah bekerja, istri harus melayani suami yang mengalami kelumpuhan pasca stroke dengan tegas dan penuh kesabaran, mengingat penderita pasca stroke mempunyai ketergantungan yang cukup tinggi baik

  4 cukup banyak dikeluarkan untuk biaya perawatan. Tuntutan keadaan yang sangat berbeda dengan kebiasaan sebelumnya menyebabkan seorang istri harus melakukan penyesuaian diri. Bagaimana seorang istri yang bekerja mengatasi situasi yang penuh dengan permasalahan dan harus menyesuaikan dengan pola kehidupan yang baru?

  Keadaan menekan menyebabkan seseorang mengalami suatu kondisi stres, yaitu suatu keadaan dimana individu tidak mampu menghadapi tekanan baik secara fisik, psikis maupun sosial (William Kickers dalam Familia, Juni 2002). Kejadian yang dialami oleh individu yaitu seorang istri bekerja dengan suami yang menderita stroke merupakan suatu stressor yang merupakan penyebab terjadinya stres. Masing-masing individu mempunyai tingkat toleransi stres yang berbeda-beda, tidak ada suatu kriteria yang bisa mengukur situasi yang penuh dengan stres, kecuali pengalaman individual. Untuk mencapai kesejahteraan psikologis, seorang individu harus mampu mengatasi kondisi stres tersebut dengan suatu

  5 Penelitian-penelitian sebelumnya hanya mengungkap tentang stres pada penderita stroke dan masih sedikit yang melakukan penelitian terhadap pihak keluarga yang merawatnya. Kasus terhadap pihak keluarga yang merawat terakhir diteliti pada tahun 1989 yaitu Survey tentang Pengalaman Coping Pada Perawat Stroke oleh Melody S. Casas dari Asosiasi Rehabilitasi Nasional. Dengan mencermati gejala dari fenomena tersebut, peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana seorang istri yang bekerja menghadapi situasi kehidupan (life event) merawat suami yang mengalami stroke dan menentukan coping stress dalam kondisi yang penuh dengan stressor.

  Penelitian ini bermanfaat memberikan sebuah wacana bagaimana seseorang dengan kasus serupa harus berjuang dan beradaptasi menghadapi situasi stres serta menentukan strategi yang lebih tepat berdasarkan pengalaman orang lain. Penelitian ini juga mampu memberikan gambaran mengenai peran dan fungsi dari masing-masing

  6 C.

TUJUAN PENELITIAN

  Tujuan dari penelitian ini adalah menggambarkan stressor yang dialami dan mengetahui bentuk-bentuk coping stress pada istri bekerja yang telah melakukan proses perawatan pada suami yang menderita stroke .

D. MANFAAT PENELITIAN

  Penelitian yang dilakukan mempunyai manfaat baik secara teoritis maupun praktis, yaitu :

  Memberikan sumbangan secara teoritis dalam bidang psikologi, khususnya dalam psikologi perkembangan, klinis, dan sosial yaitu sebagai wacana untuk memberikan pengetahuan dan wawasan mengenai bentuk-bentuk coping stress yang digunakan oleh seorang istri dengan suami penderita stroke untuk mengatasi stressor yang

  7 a.

  Istri penderita stroke Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi dan informasi bagi istri yang mengalami kasus serupa untuk menentukan upaya penyelesaian yang lebih baik dengan situasi yang dihadapinya.

  b.

  Pendamping (konselor) Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi dan bahan referensi untuk keperluan konseling dan pendampingan psikologis bagi istri yang mengalami kasus serupa.

  c.

  Masyarakat Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai wacana untuk memberikan gambaran dan wawasan kepada masyarakat mengenai

  stressor yang dialami dan coping stress yang digunakan oleh istri

  bekerja dengan suami penderita stroke. Melalui gambaran yang dipaparkan, diharapkan masyarakat menyediakan diri untuk

  8 BAB II

LANDASAN TEORI A. STRES

  Secara umum stres dapat diartikan sebagai suatu keadaan tertekan atau suatu keadaan dimana individu mengalami ketegangan jiwa yang disebabkan oleh faktor eksternal dari lingkungan dan faktor internal dari individu itu sendiri. Menurut Selye (dalam Huffman, Vernoy & Vernoy, 2000), stres merupakan suatu respon tubuh yang tidak spesifik terhadap beberapa tuntutan yang ada. Organisme akan terangsang dan termotivasi ketika organisme tersebut merasakan adanya suatu ancaman (Canon, dalam Smet, 1994).

  Stres yang dialami oleh individu tidak dapat dihindari

  9 dimana individu mengalami ketidakseimbangan antara tuntutan dan keinginan yang dirasakan dengan kemampuan yang dimiliki untuk menjalani tuntutan tersebut.

  Menurut Paser & Smith (2004), penyebab stres atau

  stressor merupakan suatu jenis stimulus tertentu, baik bersifat fisik

  atau psikologis, yang mengakibatkan suatu tuntutan yang mengancam kesejahteraan dan menuntut kita untuk beradaptasi dengan cara tertentu. Karakteristik stressor yang menjadikan suatu peristiwa dapat menimbulkan stres adalah intensitas, lama atau jangka waktu kejadian, terduga atau tidak, besar atau kecilnya kontrol seseorang, serta lamanya dampak peristiwa tersebut dirasakan oleh seseorang. Van Praag dan Zautra (dalam Paser & Smith, 2004) membagi macam-macam stressor berdasarkan intensitasnya, yaitu :

  10 c.

  Catastrophic Events Peristiwa yang terjadi secara tak terduga dan berpengaruh terhadap sejumlah besar masyarakat.

  Misalnya : Perang atau terorisme

  Semua perubahan dalam hidup individu dapat menyebabkan stres. Stres dapat dibagi menjadi 2 yaitu stres yang positif yang memberi motivasi dan semangat bagi kehidupan seseorang (eustress) dan stres yang justru melemahkan individu yang disebut dengan distress (Huffman, Vernoy & Vernoy, 2000).

B. COPING STRESS

  Secara harfiah, kata coping berasal dari kata dasar cope yang berarti menanggulangi, mengatasi, dan menguasai (Chaplin, 2004).

  11 individu untuk mengatur berbagai tuntutan spesifik baik eksternal maupun internal yang dinilai mengganggu atau melampaui kemampuan yang dimiliki individu. Selain untuk mengatur stres, menurut Lavine coping stress juga mempunyai fungsi lain yaitu suatu usaha penyesuaian diri terhadap kondisi stres (dalam Setyaningsih, 2003).

  Cohen & lazarus (dalam Cohen, 1987) mengemukakan bahwa

  

coping stress merupakan usaha yang berupa perilaku dan pikiran

yang digunakan individu untuk mengatur tuntutan dan lingkungan.

  Senada dengan hal tersebut Lazarus & Launier (dalam Taylor, 1999) menjelaskan bahwa coping stress sebagai suatu usaha kognitif dan behavioral yang dilakukan seseorang untuk mengatur tuntutan internal dan eksternal yang timbul dari hubungan individu dan lingkungan, yang dinilai mengganggu atau di luar batas kemampuan yang dimiliki individu. Usaha tersebut meliputi usaha untuk

  12

  Coping stress memiliki beberapa karakteristik yang perlu diperhatikan sebelum seorang individu menggunakannya. Menurut Folkman dan Lazarus (Taylor, 1999), terdapat tiga karakteristk

  coping, yaitu : a.

  Coping merupakan suatu proses yang dinamis. Coping adalah sebuah rangkaian yang terdiri atas interaksi antara individu, dengan segala kemampuan, nilai, dan komitmen) dan lingkungan beserta sumber-sumber, tuntutan, dan paksaan.

  Dalam pengertian tersebut, coping bukanlah suatu proses sesaat namun merupakan serangkaian respon yang berlangsung sepanjang waktu dimana individu dan lingkungan akan saling berinteraksi dan mempengaruhi.

  b.

  Coping menggambarkan adanya keluasan cakupan, artinya proses coping meliputi seluruh tindakan dan reaksi terhadap

  13 serta mengetahui cara menghadapi atau sebaliknya, menghindar dari situasi tersebut.

  Secara umum, coping mempunyai 2 macam fungsi. Menurut Folkman dan Lazarus (dalam Sarafino, 1994), coping dibagi kedalam 2 fungsi utama yaitu emotion-focused coping dimana coping berfungsi sebagai suatu usaha untuk mengatur dan menahan emosi yang ditimbulkan oleh adanya situasi yang penuh stres serta

  problem-focused coping yang berfungsi sebagai suatu usaha untuk

  memecahkan masalah. Serupa dengan pendapat tersebut, Hamburg, Coelho, dan Adams (dalam Cohen, 1987) juga mengemukakan hal yang sama yaitu membagi fungsi coping menjadi 2 fungsi dasar yaitu

  problem-focused coping dan emotion-focused coping.

  Kedua fungsi coping ini menjadi sebuah konseptualisasi yang paling berpengaruh dalam dunia ilmu pengetahuan serta mempunyai

  14 tindakan yang konstruktif dalam menghadapi situasi yang dianggap berbahaya dan mengancam. Berbeda dengan emotion-focused coping yang juga dikatakan sebagai pengontrolan terhadap emosi yang tidak menyenangkan sehingga orang dapat mengatur respon emosionalnya melalui pendekatan kognitif dan perilaku. Misalnya, penggunaan alkohol atau obat-obatan terlarang, dan mencari dukungan sosial dari teman.

  Emotional-focused coping efektif digunakan pada situasi yang

  cenderung sulit diubah, seperti kematian keluarga terdekat. Bentuk- bentuk dari emotion-focused coping ini memungkinkan individu untuk mencari hal-hal yang baik dari masalah yang dihadapi, memperoleh simpati, dan pengertian dari orang lain, agama, bahkan melupakan semua masalah. Sedangkan problem-focused coping akan lebih efektif jika diterapkan pada situasi yang cenderung dapat diubah (Vitalino et al, dalam Taylor et al, 2000), misalnya seorang

  15 Folkman dan Lazarus (Taylor, 1999) mengemukakan beberapa tujuan penggunaan strategi untuk menyelesaikan suatu keadaan

  stressfull yang digunakan oleh individu, yaitu : a.

  Mengurangi hal-hal yang membahayakan dari situasi dan kondisi lingkungan.

  b.

  Menyesuaikan diri terhadap kejadian-kejadian negatif yang dijumpai dalam kehidupan nyata.

  c.

  Mempertahankan citra diri positif.

  d.

  Mempertahankan keseimbangan emosional.

  e.

  Meneruskan menjalin relasi yang memuaskan dari orang lain.

  Beberapa ahli berusaha untuk membagi dan mengorganisasi bentuk-bentuk coping stress untuk memperjelas penggolongannya.

  Oleh karena itu, terdapat beberapa penggolongan bentuk coping

  stress, namun penyusun menggunakan pembagian bentuk-bentuk

  16 a.

  Problem Focused of Coping (PFC) 1)

  Active Coping atau Coping Aktif Merupakan salah satu bentuk coping yang ditandai dengan adanya langkah nyata yang dilakukan oleh individu untuk menyelesaikan atau menghadapi masalah serta adanya keputusan untuk mengambil langkah yang bijaksana sebagai pemecahan masalah. 2)

  Planning atau Membuat Perencanaan Adalah coping yang ditandai dengan adanya usaha untuk memikirkan cara yang dapat dilakukan untuk menghadapi

  stressor atau dapat juga berupa usaha untuk membuat rencana penyelesaian masalah.

  3)

Suppression of Competing Activities atau Menekan Aktifitas

  Lain Yaitu salah satu bentuk coping yang ditandai dengan adanya

  17 5)

  Seeking Social Support for Instrumental Reasons atau Mencari Dukungan Sosial untuk Alasan Instrumental Yaitu salah satu bentuk coping yang terwujud dalam usaha individu untuk mencari saran, bantuan, dan informasi dari orang lain yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah.

  b.

  Emotion Focused of Coping (EFC) 1)

Seeking Social Support for Emotional Reasons atau Mencari

  Dukungan Sosial untuk Alasan Emosional Adalah salah satu bentuk coping yang ditandai dengan adanya usaha individu untuk mencari dukungan moral, simpati, dan pemahaman dari orang lain. Dukungan, simpati, dan perhatian dari orang lain ini diharapkan dapat menjadi kekuatan bagi individu dalam mengahadapi masalahnya. 2)

  Positive Reinterpretation atau Memaknai Kembali Secara Positif

  18 4)

  Denial atau Penyangkalan Merupakan usaha individu untuk menolak atau menyangkal kejadian sebagai sebuah kenyataan yang harus dihadapi.

  5) Turning to Religion atau Kembali pada Agama

  Adalah salah satu bentuk coping yang ditandai oleh adanya usaha untuk mencari kenyamanan dan rasa aman dengan cara kembali pada agama. Biasanya diwujudkan dalam doa, meminta bantuan pada Tuhan, serta adanya sikap pasrah pada Tuhan. 6)

Focusing on and Venting Emotions atau Berfokus pada

  Emosi dan Penyaluran Emosi Merupakan salah satu bentuk coping yang ditandai dengan usaha untuk meningkatkan kesadaran akan adanya tekanan emosional dan secara bersamaan melakukan upaya untuk menyalurkan atau meluapkan perasaan-perasaan tersebut.

  19 8)

  Mental Disengagement atau Pelepasan Secara Mental Yaitu usaha individu untuk mengalihkan perhatian dari permasalahan yang dialami dengan melakukan aktivitas lain seperti berkhayal atau tidur.

  Coping stress memberikan dampak baik secara psikologis,

  sosial, dan fisiologis. Hasil penggunaan coping secara psikologis meliputi reaksi emosional, seperti depresi dan kecemasan, kesejahteraan, dan performansi kerja. Sedangkan secara sosial, proses coping berdampak pada perubahan hubungan interpersonal dan kemampuan untuk memenuhi peranan sosial. Hasil secara fisiologis meliputi reaksi fisiologis jangka pendek, seperti gangguan sistem saraf autonomic, hormonal dan reaksi fisiologis jangka panjang, misalnya perkembangan penyakit jantung coronaer (Cohen, 1987). Hasil akhir dari penggunaan proses coping dapat dilihat dari kemampuan individu untuk melanjutkan kehidupan.

  20

  a) Kesehatan dan Energi

  Kesehatan individu secara signifikan mempengaruhi kemampuan individu untuk melakukan coping stress. Semakin kuat dan sehat seseorang, semakin baik coping stress dilakukan dan semakin lama individu memiliki kemampuan untuk bertahan dalam kondisi tersebut tanpa merasa lelah.

  b)

Kepercayaan Positif

  Penelitian menunjukkan bahwa peristiwa yang secara temporal meningkatkan harga diri dapat mengurangi tingkat kecemasan yang disebabkan oleh kejadian yang penuh dengan stres (Greenberg et al., 1989 dalam Huffman, Vernoy & Vernoy, 2000). Beberapa kepercayaan positif yang dapat mempengaruhi individu untuk melakukan pemilihan coping stress yaitu gambar diri dan perilaku positif, penghargaan diri, serta emosi positif, misalnya tertawa (Cousins, 1979 dalam Huffman,

  21

  control internal adalah satu-satunya penahan stres yang dapat

  dipercaya. Individu yang mempunyai locus of control eksternal merasa bahwa dirinya tidak dibantu dan lemah untuk merubah keadaan.

  d)

Kemampuan Sosial

  Individu yang mempunyai kemampuan sosial, memiliki tingkat kecemasan yang lebih rendah jika dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai kemampuan sosial. Kemampuan sosial yang seharusnya dimiliki oleh individu, misalnya melakukan tindakan yang tepat pada situasi tertentu, memulai pembicaraan, dan berekspresi dengan baik. Kemampuan sosial yang efektif tidak hanya membantu individu untuk berinteraksi dengan orang lain, namun juga membantu mengkomunikasikan kebutuhan dan keinginan individu, membantu ketika individu membutuhkan dan menurunkan permusuhan dalam situasi yang

  22 Dukungan sosial dapat berupa saran dan perhatian dari teman dan keluarga serta dukungan kelompok.

  f) Sumber material Uang dapat meningkatkan jumlah pilihan untuk menghilangkan sumber stres atau mengurangi pengaruh stres, misalnya makan bergizi, mengikuti program olahraga, diet sehat, bantuan medis dan psikologis, serta berhenti bekerja dan beristirahat. Menurut Lazarus dan Folkman (1984, dalam Huffman, Vernoy & Vernoy, 2000), orang yang mempunyai uang memiliki keahlian untuk menggunakan uang lebih baik dan memiliki pengalaman stres yang lebih sedikit daripada daripada orang yang tidak mempunyai uang.

  C.

  Fenomena wanita bekerja menjadi sebuah perilaku umum di jaman

  23 Wanita di dalam keluarga yang menganut faham patriarki, berperan merawat dan melayani suami serta anak-anak dengan penuh kesabaran dan kasih sayang, tanpa harus memikirkan kebutuhan finansial keluarga yang notabene adalah tanggung jawab suami sebagai kepala keluarga. Namun jika suami tidak mampu lagi melakukan tugasnya karena sakit, apakah keberlangsungan hidup keluarga akan berhenti? Untuk mengatasi permasalahan tersebut, istri harus menggantikan posisi dan tanggung jawab suami yaitu bekerja untuk mencukupi kebutuhan dan melindungi keluarga dari ancaman luar. Selain menggantikan tugas suami, istri juga memiliki peran ganda yaitu merawat dan memelihara suami serta anak- anak. Istri dengan budaya patriarki merasakan banyak perubahan tugas sehingga lebih sulit melakukan penyesuaian diri dibanding istri yang menganut faham kesetaraan.

  Faktor utama yang memotivasi istri bekerja adalah untuk memenuhi kebutuhan finansial keluarga selain pemenuhan kebutuhan

  24 D.

PENDERITA STROKE 1. Penyakit Stroke

  Stroke merupakan salah satu contoh penyakit akut yang membutuhkan perawatan dalam jangka waktu lama dan biaya yang cukup besar. Secara medis, penyakit stroke adalah suatu sindrom klinis dengan gejala berupa gangguan otak secara lokal atau global, yang dapat menimbulkan kematian atau kelainan menetap lebih dari 24 jam, tanpa penyebab lain kecuali gangguan vaskuler (WHO, 1982 dalam Seminar Stroke X, 2005). Stroke dipandang sebagai sebuah bencana atau gangguan peredaran darah di otak yang disebut juga cerebro-

  vaskular accident (Lumbantobing, 2003). Beberapa faktor risiko dari stroke terdiri dari: umur, gender, hipertensi, arterial fibrilasi, penyakit

  coronaer, diabetes, hypercholesterolemia, dan merokok (Benson & Sacco, 2000, dalam Seminar Stroke X, 2005). Akibat dari stroke dapat mempengaruhi beberapa fungsi, yaitu fungsi motor dan sensori, sistem

  25 Stroke selain menimbulkan beberapa gangguan fisik juga mengakibatkan gangguan emosional dan perilaku, misalnya depresi dan apathy, kecemasan berlebihan, perilaku sering menangis atau tertawa. Beberapa gejala fisik dan psikologis dari penderita depresi

  pasca stroke yaitu : a Perasaan lambat atau gelisah dan tidak bisa duduk tenang.

  b Merasa tidak berharga atau bersalah. c Peningkatan atau penurunan nafsu makan atau berat badan. d Masalah konsentrasi berpikir, daya ingat atau pengambilan keputusan. e Gangguan tidur atau tidur berlebihan. f Kehilangan energi atau merasa lelah sepanjang hari. g Sakit kepala. h Gangguan pencernaan. i Masalah seksual.

  26 kepuasan hidup, ketergantungan yang tinggi, kelumpuhan secara fisik, dan menurunnya fungsi sosial. Menurunnya fungsi sosial disebabkan karena frekuensi kontak sosial yang menurun, misalnya teman-teman berhenti mengunjungi sehingga menyebabkan adanya isolasi sosial. Disamping itu, kelumpuhan secara fisik menimbulkan adanya ketergantungan pada anggota keluarga dalam fungsi sosial maupun fungsi biologisnya, misalnya makan, mandi, dan masalah pengeluaran (BAB dan BAK) yang harus selalu dilayani oleh keluarga (Anderson, dkk dalam Seminar Stroke X, 2005) sehingga berdampak pada kesejahteraan keluarga.

  Kedudukan suami didalam unit terkecil, yaitu keluarga mempunyai peran cukup besar yaitu sebagai kepala keluarga yang memimpin dan mengarahkan kehidupan keluarga. Dagun (1990) mengemukakan tentang beberapa peran pria dalam keluarga, yaitu :

  27

  c. Pria bertugas sebagai pengatur dalam keluarga, ia mengepalai keluarga dan menjaga segala sesuatu yang berlangsung dalam kehidupan keluarga melalui kebijakan-kebijakan yang diambil bersama istri dalam menyelenggarakan keluarga.

E. COPING STRESS PADA ISTRI BEKERJA DENGAN SUAMI PENDERITA STROKE

  Berdasarkan uraian beberapa teori diatas, maka diperoleh suatu konsep mengenai penelitian ini. Istri yang bertugas untuk merawat dan memelihara keluarga yaitu suami dan anak dalam budaya paternalistik, mengalami sebuah peristiwa yang disebut dengan non normative life event yaitu harus menggantikan peran suami karena suami menderita penyakit stroke.

  Beberapa akibat dari penyakit stroke adalah adanya gangguan baik secara fisik maupun emosional, seperti depresi dan sensitifitas emosional.

  28 Kedudukan suami didalam keluarga yang menganut prinsip patriarki adalah sebagai pengatur, pelindung, dan berperan mencukupi kebutuhan keluarga. Sebuah keluarga dimana seorang suami menderita penyakit stroke dan mengalami kelumpuhan, menyebabkan peran suami tidak berjalan sesuai dengan fungsinya. Perubahan peran dalam keluarga, perilaku non supportive, dan reaksi emosional mengakibatkan adanya disfungsi keluarga dan perubahan pola hidup dalam keluarga.

  Peran suami harus digantikan oleh istri jika ingin keberlangsungan keluarga tetap berjalan. Seorang istri yang semula hanya melayani keluarga, harus bekerja mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga dan melindungi keluarga dari ancaman. Peran ganda istri ini menimbulkan kelelahan baik secara fisik maupun psikologis karena harus melakukan proses penyesuian diri yang lebih, jika dibandingkan dengan istri yang sudah bekerja sebelumnya. Seorang istri harus memenuhi tuntutan pekerjaan dan menghabiskan waktunya untuk bekerja. Setelah itu istri

  29

  stressor atau tuntutan. Karakteristik stressor yang menjadikan suatu

  peristiwa dapat menimbulkan stres adalah intensitas, lama atau jangka waktu kejadian, terduga atau tidak, besar atau kecilnya kontrol seseorang, serta lamanya dampak peristiwa itu dirasakan oleh seseorang. Penyebab stres yang dialami oleh individu berdasarkan intensitasnya meliputi

  microstressor, major negatif event, dan catastrophic event Hal tersebut

  mempengaruhi hubungan seorang istri baik dengan suami, anak, maupun hubungannya dengan lingkungan. Peristiwa negatif yang sangat membebani individu menuntut individu untuk mengatasinya melalui sebuah strategi coping yang dibagi menjadi 2 fungsi besar, yaitu problem

  focused of coping (active coping, planning, suppression of competing activities, restraint coping, seeking social support for instrumental reasons) dan emotion focused of coping (seeking social support for emotional reasons, positive reinterpretation, acceptance, denial, turning

to religion, focusing on and venting emotions, behavioral disengagement,

  30 Bentuk-bentuk coping stress apakah yang digunakan oleh istri bekerja yang telah melakukan proses perawatan pada suami yang menderita

  stroke? 2.

Sub Pertanyaan

  Pertanyaan-pertanyaan lanjutan dalam penelitian ini adalah:

  a) Apa saja stressor yang dialami oleh istri bekerja dengan suami penderita stroke? b)

  Sumber daya coping apakah yang dimiliki oleh istri yang mempengaruhi pemilihan coping stress yang digunakan? c)

  Apa hasil dari penggunaan coping stress terhadap kelangsungan proses perawatan tersebut?

  31 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. JENIS DAN METODE PENELITIAN

  Metode penelitian dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu penelitian dengan konteks alamiah yang lebih berfokus pada variasi pengalaman subjek penelitian (Danim, 2002) yang merupakan suatu penelitian studi deskriptif (descriptive study). Penelitian studi deskriptif berusaha menggambarkan, menjelaskan, menafsirkan, dan menganalisa data sedekat mungkin sesuai dengan bentuk aslinya. Dengan metode ini diharapkan diperoleh gambaran yang menyeluruh tentang objek dan dapat melukiskan berdasarkan fakta yang ada.

  Penelitian dengan metode kualitatif tidak mementingkan hasilnya, tetapi memberikan penekanan pada dinamika dan prosesnya. Menurut Moleong (2002), penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna

  32 B.

VARIABEL PENELITIAN

  Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah coping stress pada istri bekerja dengan suami penderita stroke.

C. BATASAN ISTILAH

  Batasan istilah dalam penelitian ini, yaitu coping stress merupakan suatu usaha yang berupa pikiran, perilaku atau tindakan yang digunakan oleh individu dalam menghadapi situasi yang mengancam untuk mengatasi, mengurangi bahkan beradaptasi terhadap situasi tersebut.

D. SUBJEK PENELITIAN

  Menurut Poerwandari (1998) penelitian kualitatif tidak menekankan pada upaya untuk menggeneralisasi melalui perolehan sampel acak, melainkan merupakan suatu upaya untuk memahami sudut pandang dan konteks penelitian secara mendalam. Oleh karena itu, subjek

  33 2.

  Subjek adalah seorang istri bekerja yang merawat suami. Penyusun tidak membatasi usia subjek karena peneliti ingin mendapatkan data yang bervariasi sehingga akan menambah kekayaan data penelitian ini.

E. METODE PENGUMPULAN DATA

  Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara dan observasi, dimana wawancara digunakan sebagai metode utama dan observasi sebagai metode tambahan dalam pengambilan data.

  Metode wawancara dalam penelitian ini merupakan wawancara mendalam yang berusaha untuk mengungkap mengenai data mendalam yang sangat personal dan sensitif bagi subjek (Poerwandari, 2005). Wawancara yang dilakukan terjadi ketika subjek mengetahui atau menyadari bahwa mereka sedang dalam proses wawancara dan

  34 Tabel 3.1

  No Hal yang Diungkap

  1 Riwayat kehidupan Latar belakang subjek yang meliputi: subjek dan suami pekerjaan dan kegiatan, sifat dan perilaku, serta pandangan subjek mengenai dirinya sendiri, dan hubungannya dengan lingkungan Latar belakang suami yang meliputi: pekerjaan, sifat, perilaku dan kebiasaan yang dilakukan oleh suami Hubungan suami dan istri selama menjalani kehidupan berumahtangga, usia pernikahan, dan hubungan masing-masing dan keduanya dengan anak.

  2 Coping stress yang Stressor yang dialami oleh istri bekerja dilakukan istri deng an suami penderita stroke yang berkaitan bekerja dengan deng an jangka waktu antara peristiwa dengan suami penderita lam anya proses perawatan yang dilakukan

  35 mengenai hal-hal yang harus dibahas, sekaligus sebagai daftar pengecek mengenai hal-hal relevan tersebut telah dibahas atau ditanyakan. Penyusun merekam proses wawancara dengan alat perekam yang kemudian dituliskan dalam bentuk teks kata per kata atau verbatim. Adapun pedoman wawancara secara lengkap yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada halaman lampiran (Lampiran 1).