KINERJA BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA (BPMPPKB) KOTA TANGERANG SELATAN DALAM MENGATASI PERMASALAHAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (KDRT) - FISIP Untirta Repository

  

KINERJA BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA

BERENCANA (BPMPPKB) KOTA TANGERANG

SELATAN DALAM MENGATASI PERMASALAHAN

KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (KDRT)

  

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Manajemen Publik

  

Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Oleh:

TRI SUGIH UTAMI

  

NIM. 6661100089

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

SERANG 2014

  

ABSTRAK

Tri Sugih Utami. NIM. 6661100089. Skripsi. Kinerja Badan Pemberdayaan

Masyarakat Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPMPPKB)

Kota Tangerang Selatan dalam Mengatasi Permasalahan Kekerasan Dalam

Rumah Tangga (KDRT). Pembimbing I: Rina Yulianti, S.IP., M.Si dan

Pembimbing II: Rahmawati, S.Sos., M.Si

  Angka kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) diberbagai sektor relatif mengalami peningkatan setiap tahunnya, hal ini dilihat dalam konteks fenomena gunung es, dimana kasus yang tampak hanyalah sebagian kecil saja dari kejadian yang sebenarnya. Pemerintah Kota Tangerang Selatan berupaya mengatasi permasalahan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) melalui Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPMPPKB) yang merupakan pelaksana pengendalian, sarana perlindungan, memfasilitasi, dan melakukan koordinasi pelaksanaan kebijakan perlindungan perempuan dan anak dengan instansi terkait. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Kinerja Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPMPPKB) Kota Tangerang Selatan Dalam Mengatasi Permasalahan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT). Penelitian ini mengacu pada indikator kinerja menurut Dwiyanto (2002:48). Metodelogi penelitian yang digunakan adalah metode pendekatan kualitatif deskriptif dan teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah melalui observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa Kinerja Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPMPPKB) Kota Tangerang Selatan Dalam Mengatasi Permasalahan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) belum berjalan dengan optimal, karena dalam pelaksanaannya mengalami masalah keterbatasan sumber daya manusia dan anggaran serta tidak adanya agenda khusus dalam mensosialisasikan payung hukum sehingga perlu adanya peningkatan sumber daya manusia dan anggaran serta mengagendakan program sosialisasi payung hukum pada masyarakat.

  

Kata Kunci: Kinerja, Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan

Perempuan dan Keluarga Berencana (BPMPPKB), Kekerasan Dalam Rumah

Tangga (KDRT)

  

ABSTRACT

Tri Sugih Utami. NIM. 6661100089. The Performance of The Community

Empowerment Board of Women Empowerment and Family Planning on South

Tangerang City Handling Domestic Violence Problems. The Faculty of Social and

Political Science, University of Sultan Ageng Tirtayasa. The Firs Advistor Rina

Yulianti, S.IP., M.Si. The Second Advistor Rahmawati, S.Sos., M.Si.

  

Domestic violence has increased relatively in every year. This should be seen as ice

mountain phenomenon where the obvious cases are just small part of reality that is

happening. Government of South Tangerang regional has tried to overcome these

domestic violence problems through The Community Empowerment Board of Women

Empowerment and Family Planning (BPMPPKB) that works as the executor to

control program policy, protection and the facilitate policy integration and do

coordination of performing the policies of women and child protection with related

institution such as regional police, LBH and P2TP2A, health division and social and

employment division. This study aims to figure out "The Performance of The

Community Empowerment Board of Women Empowerment and Family Planning

(BPMPPKB) on South Tangerang city handling domestic violence problems". This

study was based on Dwiyanto's (2002:48) performance indicator reference. The

methodology of this research used descriptive qualitative approach and data

collection technique was performed through observation, interview, and

documentation study. The results show that The Performance of The Community

Empowerment Board of Women Empowerment and Family Planning (BPMPPKB) of

South Tangerang city in handling domestic violence problems was not performed in

optimal way, one of the cause is the limitation of human resource and there is no

specific agenda in socializing the laws covering the problems. So it needs recruitment

human resource increasing, and also need make a schedule for program of the laws

covering socialization to society.

  

Keywords : Performance, The Community Empowerment Board of Women

Empowerment and Family Planning (BPMPPKB), Domestic Violence

  Jika seseorang bepergian dengan tujuan mencari ilmu, maka Allah akan menjadikan perjalananya seperti perjalanan menuju surga (Nabi Muhammad. SAW) Skripsi ini kupersembahkan untuk Mamah, Alm Bapak, Kakak dan Adik ku

  Serta untuk sahabat terbaik dan orang yang kusayangi Terimakasih atas doa dan motivasi kalian,,,

KATA PENGANTAR

  Assalamualaikum Wr. Wb Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah

  SWT karena berkat ridho, rahmat dan hidayah-Nya yang telah dilimpahkan kepada peneliti, sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat beserta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, para sahabat dan pengikutnya hingga akhir zaman.

  Penyusunan skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Program studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang berjudul “Kinerja Badan

  

Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan Perempuan Dan Keluarga

Berencana (BPMPPKB) Kota Tangerang Selatan Dalam Mengatasi

Permasalahan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)”

  Terwujudnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak yang senantiasa mendukung serta membimbing penulis. Untuk itu, peneliti ingin menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

  1. Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd, Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  2. Dr. Agus Sjafari, M.Si, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

  3. Kandung Sapto N, S.Sos., M.Si.,Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  4. Mia Dwiana M., S.Sos., M.I.Kom.,Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  5. Gandung Ismanto, S.Sos., MM.,Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dan juga selaku Dosen Pembimbing Akademik yang senantiasa memberikan bimbingan dan arahan kepada peneliti selama proses perkuliahan.

  6. Rina Yulianti, S.IP., M.Si., Ketua Jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dan juga selaku Dosen Pembimbing I yang membantu dan memberikan masukan bagi peneliti dalam menyusun skripsi ini dari awal hingga akhir.

  7. Rahmawati, S.sos., M.Si., Sekretaris Jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, juga selaku Dosen Pembimbing II yang memberikan semangat dan membimbing peneliti dalam menyusun skripsi ini dengan sabar dari awal hingga akhir.

  8. Semua Dosen dan Staf Jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang membekali penulis dengan ilmu pengetahuan selama perkuliahan.

  9. Hj. Titi Suhartini, A.Md, Keb selaku Kepala Bidang Perlindungan Perempuan dan Anak BPMPPKB yang telah memberikan data dan informasi pada observasi awal.

  10. Mamah dan (Alm) Bapak yang selalu memberikan dukungan dan kasih sayang serta doa yang tak pernah putus kepada penulis. Terimakasih banyak atas apa yang kalian berikan selama ini, dan mohon maaf apabila penulis belum dapat membahagikan dan membalas segala kebaikan kalian.

  11. Kakak dan adikku Eka, Dwi dan Riyad yang senantiasa memberikan peneliti semangat dalam pembuatan skripsi ini.

  12. Fadhly Fauzy Rachman, terima kasih banyak telah memberi peneliti motivasi dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

  13. Sahabat-sahabatku tercinta Cynthia, Bagus, Aab, Nova yang setia menemani berbagi canda tawa, motivasi dan kasih sayang pada peneliti dalam menyusun skripsi.

  14. Teman-teman seperjuanganku, Ajrina, Vierta, Anin, Tiana, Toro, Reza, Ucup, Cahyo, Hilmi, Agung, Herly, Toni, Eno, Dwi, Lasty yang selalu memberikan semangat, masukan, canda tawa dan kasih sayang yang tak terlupakan sampai kapanpun.

  15. Kawan-kawan Jurusan Administrasi Negara FISIP UNTIRTA Reguler dan non Reguler angkatan 2010.

  Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, karena keterbatasan penulis, maka dari itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan guna perbaikan dimasa yang akan datang. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

  Serang, Oktober 2014 Tri Sugih Utami

  

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL LEMBAR PERSETUJUAN

  

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI ..........................................................................................................v

DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ ix

DAFTAR LAMPIRAN

  BAB I PENDAHULUAN

  1.1 Latar Belakang Masalah .......................................................................1

  1.2 Identifikasi Masalah ..........................................................................14

  1.3 Batasan Masalah..................................................................................15

  1.4 Rumusan Masalah ...............................................................................15

  1.5 Tujuan Penelitian ................................................................................15

  1.6 Manfaat Penelitian ..............................................................................16

  BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN

  2.1 Landasan Teori .....................................................................................17

  2.1.1 Organisai Publik .........................................................................18

  2.1.2 Definisi Kinerja ..........................................................................20

  2.1.3 Pemahaman Gender ...................................................................32

  2.1.4 Kekerasan Dalam Rumah Tangga ..............................................41

  2.1.5 Tindak Kekerasan Terhadap Perempuan ...................................48

  2.1.6 Sanksi Hukum Bagi Pelaku KDRT ............................................51

  2.2 Penelitian Terdahulu ..........................................................................54

  2.3 Kerangka Pemikiran ..........................................................................57

  2.4 Asumsi Dasar .....................................................................................60

  BAB III METODOLOGI PENELITIAN

  3.1 Metode Penelitian ................................................................................61

  3.2 Fokus Penelitian ..................................................................................62

  3.3 Lokasi Penelitian .................................................................................62

  3.4 Fenomena yang diamati ......................................................................63

  3.4.1 Definisi Konsep ..........................................................................63

  3.4.1 Definisi Operasional ...................................................................64

  3.5 Instrumen Penelitian.............................................................................65

  3.6 Informan Penelitian .............................................................................71

  3.7 Teknik Pengolahan data dan Analisa Data ..........................................73

  3.8 Jadwal Penelitian .................................................................................77

  BAB IV HASIL PENELITIAN

  4.1 Deskripsi Objek Penelitian ...................................................................78

  4.1.1 Deskripsi Wilayah Kota Tangerang Selatan ..............................78

  4.1.2 Gambaran Umum Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPMPPKB) Kota Tangerang Selatan ...............................................................................80

  4.2 Deskripsi Data ........................................................................................89

  4.2.1 Deskripsi Data Penelitian ...........................................................89

  4.2.2 Daftar Informan Penelitian .........................................................92

  4.3 Deskripsi Hasil Penelitian ......................................................................94

  4.3.1 Produktivitas ..............................................................................95

  4.3.2 Kualitas Layanan ......................................................................100

  4.3.3 Responsivitas ...........................................................................106

  4.3.4 Responsibilitas .........................................................................113

  4.3.5 Akuntabilitas ............................................................................129

  4.4 Pembahasan ..........................................................................................133

  BAB V PENUTUP

  5.1 Kesimpulan ..........................................................................................147

  5.2 Saran .....................................................................................................149

  

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................x

LAMPIRAN

  

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Grafik kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) Kota Tangerang Selatan

  Per Tahun................................................................................................... 5

Gambar 2.1 Indikator Kinerja .................................................................................... 29Gambar 2.2 Bentuk Kekerasan Dalam Rumah Tangga ............................................. 44Gambar 2.3 Siklus Kekerasan Dalam Rumah Tangga Pada Pasangan ..................... 45Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran ............................................................................... 59Gambar 3.1 Proses Analisis Data ............................................................................... 74Gambar 4.1 Struktur Organisasi Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan

  Perempuan Dan Keluarga Berencana (BPMPPKB) Kota Tangerang Selatan ................................................................................................... 83

Gambar 4.2 Struktur Organisasi P2TP2A Kota Tangerang Selatan .......................... 98Gambar 4.3 Ruang Pelayanan BPMPPKB Kota Tangerang Selatan ....................... 105Gambar 4.4 Alur Penaganan KDRT Oleh BPMPPKB Kota Tangerang Selatan ..... 128

  

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Jumlah Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga Kota Tangerang Selatan

  Tahun 2013 .................................................................................................. 6

Tabel 2.1 Bentuk Kekerasan Terhadap Perempuan ................................................... 50Tabel 3.1 Daftar Pedoman Wawancara ...................................................................... 69Tabel 3.2 Informan Penelitian .................................................................................... 72Tabel 3.3 Jadwal Penelitian ........................................................................................ 77Tabel 4.1 Daftar Kelurahan di Kota Tangerang Selatan ............................................ 80Tabel 4.2 Daftar Informan .......................................................................................... 93Tabel 4.3 Data Pegawai Sub Bidang Pemberdayaan Perempuan BPMPPKB Kota

  Tangerang Selatan ..................................................................................... 96

Tabel 4.4 Jumlah Korban Tahun 2013 ...................................................................... 136Tabel 4.5 Rekapitulasi Temuan Lapangan ............................................................... 144

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

  Kekerasan dalam rumah tangga atau yang lebih sering disebut KDRT ini merupakan masalah sosial, yang dapat menghambat program pembangunan nasional, yang semestinya semua masyarakat memperoleh hak dan kewajiban yang sama dalam segala aspek kehidupan demi tercapainya pembangunan, karena masyarakat lah yang sebenarnya manjadi pelaku utama dalam proses pembangunan. Selain itu, seharusnya peran dan partisipasi dalam pembangunan serta manfaat yang dirasakan dari hasil pembangunan, dapat dirasakan secara berimbang antara laki-laki dan perempuan tanpa adanya diskriminasi.

  Namun, pada kenyataanya masih saja ada anggapan bahwa kaum perempuan adalah mahluk yang dianggap mempunyai fisik dan psikis yang lemah sehingga selalu bergantung pada orang lain, dianggap bodoh, dianggap pasti akan kalah jika berhadapan dengan kekuatan dan kekuasaan karena tidak ada yang melindungi.

  Anggapan tersebut menerangkan bahwa perempuan masih tertinggal dibanding laki- laki di berbagai aspek.

  Menurut Surjadi (2011:5) dalam bukunya menjelaskan, bahwa budaya patriarki merupakan budaya yang masih kental di Indonesia dan membawa pengaruh cukup besar terhadap perempuan, budaya ini merupakan salah satu penyebab terjadinya kekerasan dalam rumah tangga yakni kekerasan suami terhadap istri (KESTI) di dalam kehidupan rumah tangga. Ada semacam hubungan kekuasaan di dalam rumah tangga yang menempatkan perempuan pada posisi yang lebih rendah dari pada laki-laki. Struktur sosial tersebut menempatkan suami sebagai pemimpin keluarga, yang memiliki otonomi untuk mengatur rumah tangga. Dalam struktur dominasi tersebut kekerasan seringkali digunakan untuk memenangkan perbedaan, menyatakan rasa tidak puas ataupun untuk mendemonstrasikan dominasi semata- mata. Dari hubungan yang demikian, seolah-olah laki-laki dapat melakukan apa saja kepada perempuan, termasuk kekerasan dalam rumah tangga. Dalam hal ini ada ketidak setaraan antara laki-laki dengan perempuan, maka muncullah ketidak adilan

  

gender. Bentuk-bentuk ketidak adilan gender tampak pada adanya peminggiran

  terhadap kaum perempuan (marginalisasi), penomor-duaan (subordinasi), pelabelan (stereotipe negatif), adanya beban ganda pada perempuan serta kemungkinan munculnya kekerasan pada perempuan.

  Menurut pandangan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam Kanita (2004:3), bahwa tindak kekerasan terhadap perempuan atau yang biasa disebut KTP harus diartikan meliputi kekerasan yang bersifat fisik, seksual, psikologis. Kekerasan tersebut dapat terjadi pada :

  1. Di dalam keluarga; termasuk pemukulan, penyalahgunaan secara seksual terhadap anak perempuan di dalam rumah tangga, perkosaan di dalam perkawinan, praktek tradisi yang membahayakan perempuan, kekerasan berupa eksploitasi seks;

  2. Di dalam masyarakat; termasuk perkosaan, pelecehan seksual, intimidasi di tempat kerja , di tempat pendidikan , di tempat lain dan perdagangan

  3. Memaksa untuk melacur dilakukan atau diperbolehkan oleh negara, di manapun terjadi. Permasalahan kekerasan terhadap perempuan dan sebagai mana dijelaskan di atas merupakan bagian dari permasalahan ketidak adilan dan ketidak setaraan gender yang tidak bisa ditolelir dan dibenarkan.

  Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) secara resmi juga mendefinisikan kekerasan berbasis gender pertama kali pada tahun 1993, ketika Majelis Umum mengesahkan Deklarasi Penghapusan Kekerasan Dalam Perempuan. Menurut Deklarasi tersebut, yang dimaksud dengan kekerasan berbasis gender adalah:

  “Segala tingkah laku yang merugikan yang ditujukan kepada perempuan karena jenis kelaminnya, termasuk penganiayaan isteri, penyerangan seksual, mas kawin yang dikaitkan dengan pembunuhan, perkosaan dalam perkawinan, pemberian gizi yang kurang pada anak perempuan, pelacuran paksa, sunat untuk perempuan, dan penganiaayaan seksual pada anak perempuan. Lebih khusus lagi, kekerasan terhadap perempuan meliputi setiap tindakan pemaksaan secara verbal (fisik), pemkasaan atau perampasan kebebasan yang membahayakan jiwa, ditujukan pada perempuan atau gadis yang merugikan secara fisik maupun psikologis,penghinaan atau perampasan kebebasan secara sewenang-wenang sehingga mengekalkan subordinasi perempuan

  ”. (Heise et al, 1999 dalam Kanita, 2004). Dengan menyimak beberapa pengetian di atas, maka dapat diperoleh pengertian bahwa kekerasan terhadap perempuan tidak hanya terjadi di sektor publik, tetapi juga menjadi sektor domestik, yaitu di lingkup rumah tangga dimana antara pelaku dan korban sudah saling mengenal satu sama lain secara personal. Namun, sebenarnya siapapun bisa berpotensi untuk menjadi pelaku maupun korban dari kekerasan dalam rumah tangga. Pelaku maupun korban kekerasan dalam rumah tangga pun tidak mengenal status sosial, status ekonomi, tingkat pendidikan, usia, Kasus-kasus KDRT dewasa ini semakin meningkat secara kuantitas, baik pada level nasional, regional maupun lokal. LBH Apik mencatat data kasus KDRT pada level nasional pada tahun 2009 berjumlah 143.586 kasus, pada 2010 sejumlah 105.103 kasus, pada tahun 2011 sejumlah 119.107 kasus, pada 2012 sejumlah 203.507 kasus dan pada tahun 2013 sejumlah 279.760 kasus. Sedangkan di Provinsi Banten sendiri, menurut Kepala Bagian Perlindungan Perempuan BPPMD Provinsi Banten, jumlah korban kekerasan dalam rumah tangga pada tahun 2012 sebanyak 517 kasus dan pada tahun 2013 sebanyak 504 kasus, data tersebut merupakan jumlah keseluruhan dari kota dan kabupaten di Provinsi Banten.

  Di Provinsi Banten sendiri Badan Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat Desa (BPPMD) mencatat bahwa, Kota Tangerang Selatan merupakan kota kedua dengan jumlah korban kekerasan dalam rumah tangga terbanyak yakni 103 kasus terjadi sepanjang tahun 2013, sedangkan Kabupaten Tangerang menempati posisi pertama dengan jumlah 168 kasus terjadi sepanjang tahun 2013, dengan adanya hal ini semestinya ada perhatian khusus dalam upaya menekan angka kekerasan yang semakin meningkat dari tahun ke tahunnya. Padahal notabenenya Kota Tangerang Selatan merupakan kota yang baru berdiri selama lima tahun dan merupakan kota yang pada tahun 2013 lalu baru saja mendapatkan penghargaan dari MURI sebagai Kota Layak Anak (KLA) tingkat pratama dan merupakan satu-satunya kota yang mendapatkan penghargaan ini di Provinsi Banten, berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPMPPKB) Kota Tangerang Selatan, sejak tahun 2010 sampai tahun 2013 ini terjadi tindak kekerasan yang di laporkan, sebagai berikut:

  

Grafik 1.1

Grafik Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) Per Tahun Kota Tangerang

Selatan

  187 167 162 200

  116 150 100

  50 2010 2011 2012 2013

  (Sumber: BPMPPKB Kota Tangerang Selatan, 2014) Berdasarkan tabel kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) di atas merupakan data KDRT yang dapat terungkap atau yang dilaporkan sepanjang tahun

  2010 hingga tahun 2013, setiap tahunya jumlah korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) relatif mengalami peningkatan, namun pada tahun 2012 sempat mengalami penurunan yaitu, sebanyak 116 kasus terjadi sepanjang tahun 2012, menurut keterangan Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan BPMPPKB Kota Tangerang Selatan kemungkinan hal ini terjadi karena telah dibentuknya Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2012 Tentang Perlindungan Perempuan Dan Anak Korban Kekerasan sehingga menimbulkan kesadaran pada masyarakat untuk tidak melakukan tindak kekerasan dalam rumah tangga. Namun angka Kekerasan Dalam Rumah

  Tangga (KDRT) kembali mengalami peningkatan pada tahun 2013, sejumlah 187 kasus yang merupakan puncak meningkatnya kasus kekerasan dalam rumah tangga, angka tersebut berasal dari beberapa sumber, yaitu:

Tabel 1.2 Jumlah Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) Tahun 2013 Kota

  

Tangerang Selatan

No Instansi Jumlah Pasangan

  1 P2TP2A Kota Tangerang Selatan

  43

  2 Polres Jakarta Selatan

  46

  3 Polres Tigaraksa

  93

  4 Pos Pelayanan Terpadu

  5 Jumlah 187

  (Sumber: Peneliti, 2014) Angka-angka di atas haruslah dilihat dalam konteks fenomena gunung es, dimana kasus yang tampak hanyalah sebagian kecil saja dari kejadian yang sebenarnya terjadi, mengingat sebagian masyarakat masih melihat kekerasan di lingkup domestik masih dianggap sebagai urusan pribadi (private) dan merasa aib untuk diungkap. Di sisi lain problem kekerasan dalam rumah tangga yang khususnya di alami oleh para istri kemungkinan yang terjadi adalah dua kali lipat lebih besar dari pada yang dilaporkan, selain itu juga tindak Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) di Kota Tangerang Selatan terbagi dalam beberapa jenis kekerasan yaitu, kekerasan seksual, fisik, psikis, eksploitasi, dan lain-lain. Menurut Badan

  Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPMPPKB) Kota Tangerang Selatan mencatat bahwa jenis kekerasan yang paling banyak kerap menimpa masyarakat Kota Tangerang Selatan merupakan jenis kekerasan fisik yang mencapai angka 64 kasus terjadi sepanjang tahun 2012, hal ini sangat disayangkan sekali karena dapat membahayakan keselamatan korban, mengingat Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) merupakan tindak kekerasan yang bersifat delik aduan dimana kasus ini hanya bisa diproses apabila ada yang melaporkan baik oleh korban dan masyarakat sekitar yang melihat kejadian.

  Berdasarkan keterangan Kepala Sub Bidang Perlindungan Perempuan dan Anak BPMPPKB Kota Tangerang Selatan (Hj. Titi Suhartini, A.Md, Keb) yang diwawancarai pada tanggal 25 November 2013 menjelaskan bahwa KDRT yang terjadi di Kota Tangerang Selatan sebagian besar penyebabnya adalah faktor ekonomi yaitu, KDRT tidak hanya terjadi pada kalangan rumah tangga yang strata sosial bawah saja tapi juga pada rumah tangga yang menengah keatas biasanya kurang adanya transparansi antara suami dan istri. Komunikasi yang baik dalam rumah tangga dianggap perlu agar tidak menimbulkan kecurigaan. Penyebab lainnya yaitu, kemungkinan adanya orang ketiga dalam kehidupan rumah tangga yang mengakibatkan keretakan dalam rumah tangga.

  Penjelasan serupa disampaikan oleh Brigadir Juned selaku penyidik yang bertugas pada Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Metro Jakarta Selatan pada tanggal 19 Maret 2014 menyatakan bahwa, penyebab tertinggi dari Kota Tangerang Selatan yakni, sebesar 75% dari 49 kasus yang dilaporkan disebabkan adanya wanita dan laki-laki idaman lain atau adanya kehadiran orang ketiga dalam rumah tangga.

  Hal ini cukup menarik perhatian, karena apabila biasanya kekerasan dalam rumah tangga yang kerap terjadi dikarenakan kesulitan ekonomi serta pendidikan yang masih rendah, justru hal berbeda terjadi di Kota Tangerang Selatan yang notabenya merupakan salah satu kota maju di bidang perekonomian dan pendidikan di Provinsi Banten. Berdasarkan penuturan Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan BPMPPKB Kota Tangerang Selatan (Hj. Listya Windarty, S.sos, M.KM) yang diwawancarai pada tanggal 15 Juli 2014 menjelaskan bahwa sebetulnya masyarakat Kota Tangerang Selatan mayoritas berada pada ekonomi menengah ke atas yang semestinya tindak KDRT berkurang karena, problem mereka dalam masalah ekonomi rumah tangga berkurang dan tingkat pendidikan meraka juga tinggi sehingga biasanya kalangan ini sadar akan adanya payung hukum, namun biasanya dalam masalah komunikasi rumah tangga yang berada pada level ekonomi menengah keatas tidak lancar dan kemungkinan menyebabkan adanya orang katiga.

  Dengan semakin meningkatnya isu KDRT yang menunjukan bahwa, korban KDRT menghadapi resiko yang besar, terutama pada perempuan dan anak-anak.

  Akhirnya pada tanggal 22 September 2004 DPR menyetujui Rancangan Undang- Undang Pengahapusan KDRT yakni, Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga yang bertujuan : a) Mencegah segala bentuk kekerasan dalam rumah tangga.

  b) Melindungi korban kekerasan dalam rumah tangga.

  c) Menindak pelaku kekerasan dalam rumah tangga.

  d) Memelihara keutuhan rumah tangga yang harmonis dan sejahtera. Selain itu juga, melihat banyaknya kasus-kasus KDRT yang terjadi di Kota

  Tangerang Selatan maka pemerintah Kota Tangerang Selatan memiliki komitmen yang kuat untuk melindungi masyarakat Kota Tangerang Selatan dari praktek-praktek yang tidak bertanggungjawab serta berupaya untuk mencegah praktek-praktek tersebut dengan membentuk berbagai program dan kebijakan.

  Pemerintah Kota Tangerang Selatan berupaya mengatasi permasalahan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) melalui Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan perempuan dan Keluarga Berencana (BPMPPKB) yang merupakan pelaksana dalam pengawasan serta pengendalian kebijakan program pemberdayaan perempuan dan anak, selain itu juga sebagai sarana perlindungan perempuan dan anak korban kekerasan.

  Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPMPPKB) Kota Tangerang Selatan juga merupakan wadah bagi masyarakan Kota Tangerang Selatan khususnya, dalam memfasilitasi pengintegrasian kebijakan perlindungan perempuan dan anak terutama perlindungan terhadap kekerasan, tenaga kerja perempuan, perempuan lanjut usia dan penyandang cacat koordinasi pelaksanaan kebijakan perlindungan perempuan dan anak dengan instansi terkait seperti dengan pihak kepolisian setempat, LSM dan LBH serta dengan Pusat Layanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kota Tangerang Selatan dan dinas terkait seperti Dinas Kesehatan dan Dinas Sosial, dengan kerjasama ini diharapkan Badan Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan perempuan dan Keluarga Berencana (BPMPPKB) dapat meningkatkan fungsinya sebagai wadah masyarakat dalam menghadapi permasalahan KDRT.

  Selain itu belum lama ini pemerintah Kota Tangerang Selatan juga mengesahkan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2012 Tentang Perlindungan Perempuan dan Anak Korban Kekerasan. Dalam upaya meningkatkan perlindungan terhadap perempuan dan anak dari tindak kekerasan baik kekerasan fisik, kekerasan seksual, kekerasan ekonomi serta kekerasan psikis.

  Dalam Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2012, menjelaskan mengenai tujuannya dalam pasal 3, yang disebutkan bahwa Penyelenggaraan Perlindungan Perempuan dan Anak Korban Kekerasan bertujuan memberikan pencegahan, perlindungan, dan pelayanan terhadap perempuan dan anak terhadap kekerasan yang berbasis gender dan kepentingan terbaik bagi anak yang terjadi di rumah tangga atau publik. Dengan di sahkan-nya peraturan daerah ini, menggambarkan bahwa pemerintah Kota Tangerang Selatan lebih serius dalam menghadapi permasalahan kekerasan dalam rumah tangga yang kerap terjadi dan berupaya memberikan

  Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Sub Bidang Perlindungan Perempuan dan Anak BPMPPKB Kota Tangerang Selatan (Hj. Titi Suhartini, A.Md, Keb) dan hasil observasi awal peneliti mendapatkan beberapa masalah dalam penanganan kasus kekerasan dalam rumah tangga yang kerap kali menimpa kaum perempuan, antara lain yaitu:

  Pertama, kurangnya sosialisasi yang menyebabkan masih banyaknya

  masyarakat yang belum mengetahui adanya payung hukum dalam mengatasi permasalahan KDRT yaitu, Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga serta Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2012 Tentang Perlindungan Perempuan dan Anak Korban Kekerasan. Hal ini terbukti berdasarkan hasil wawancara pada ibu rumah tangga dan RW pada salah satu kelurahan di Kota Tangerang Selatan pada tanggal 7 Desember 2013, mereka menjelaskan bahwa tidak mengetahui adanya undang-undang dan Peraturan Daerah yang mengatur permasalahan KDRT. Berdasarkan hasil wawancara tersebut, mengindikasikan bahwa masyarakat Kota Tangerang Selatan masih terbatas pengetahuannya terhadap masalah hukum terkait KDRT.

  Kedua, sumber daya manusia pendukung dalam pencegahan dan penanganan

  KDRT masih dirasakan kurang optimal. Hal ini terlihat dari minimnya jumlah staff dalam menangani masalah KDRT di Kota Tangerang Selatan, yakni di Sub Bidang Perlindungan Perempuan dan Anak BPMPPKB Kota Tangerang Selatan saja hanya memiliki dua orang staff sehingga ketika terjadi pelaporan ke BPMPPKB, pihaknya belum bisa menangani secara maksimal karena terkadang terbentur dengan pekerjaan lain. Biasanya, korban KDRT yang melapor ke BPMPPKB Kota Tangerang Selatan selanjutnya akan diteruskan ke P2TP2A Kota Tangerang Selatan. Dengan terbatasnya sumber daya yang dimiliki oleh BPMPPKB menyebabkan kurangnya responsivitas karyawan dalam menangani kasus KDRT.

  Berbeda halnya dengan Kota Cilegon walaupun jumlah staff yang dimiliki relatif sama namun, menurut penuturan Kepala Bidang Pelayanan KB Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan (BKBPP) Kota Cilegon (Drs.Opang Noval) yang diwawancarai pada 6 Agustus 2014 menjelaskan BKBPP Kota Cilegon setidaknya memiliki 33 staff relawan yang bertugas untuk melayani korban kekerasan sehingga BKBPP Kota Cilegon dapat lebih tanggap dalam memberikan pelayanan kepada korban.

  Sementara itu, di P2TP2A Kota Tangerang Selatan sendiri hanya memiliki satu orang staff yang berjaga di kantor setiap harinya, selain itu P2TP2A juga belum memiliki tenaga ahli yang cukup memadai. Tenaga ahli yang dimiliki hanya dua orang di bagian perlindungan hukum dan dua orang di bagian psikologi. Bahkan para tenaga ahli tersebut tidak selalu berada di P2TP2A Kota Tangerang Selatan setiap hari, hanya dua kali dalam seminggu. Hal ini menyebabkan penanganan kasus KDRT cenderung membutuhkan waktu yang cukup lama, selama tahun 2013 dengan jumlah kasus KDRT sebanyak 187 kasus yang mendapatkan bantuan hukum hanya sebanyak 22 kasus saja.

  Ketiga, program yang dibuat belum berjalan dengan baik, padahal BPMPPKB

  Kota Tangerang Selatan telah membentuk 540 anggota Satuan Tugas (SATGAS) yang tersebar di seluruh wilayah Kota Tangerang Selatan yang terdiri dari para RW di Kota Tangerang Selatan untuk menangani masalah KDRT yang kerap terjadi di lingkungan masyarakat, namun baru sekitar 108 anggota saja yang aktif berpartisipasi. Hal ini semakin diperkuat berdasarkan wawancara dengan seorang RW yang menegaskan bahwa beliau tidak pernah hadir dalam pelatihan yang di selenggarakan oleh BPMPPKB dan hanya mendapatkan informasi mengenai tugasnya dari anggota lain yang hadir dalam pelatihan, bahkan beliau masih belum paham mengenai tugasnya dalam pembentukan SATGAS.

  Keempat, ketersediaan fasilitas dalam menangani kasus KDRT belum

  memadai, berdasarkan Peraturan Gubernur Nomor 21 Tahun 2009 Tentang Mekanisme Pelayanan Terpadu Bagi Perempuan Dan Anak Korban Kekerasan Di Provinsi Banten, menjelaskan fasilitas apa saja yang harus terpenuhi dalam dalam pelayanan korban kekerasan, dalam penanganan kasus KDRT dibutuhkan shalter sebagai rumah aman sementara agar keselamatan korban dapat terjamin, namun sampai saat ini Badan Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Tangerang Selatan (BPMPPKB) belum memilikinya. Selain itu juga belum tersedianya ruang khusus bagi korban untuk melakukan pengaduan serta kendaraan oprasinal bagi korban, dengan terbatasnya fasilitas tersebut menyebabkan kinerja BPMPPKB Kota Tangerang Selatan dalam menangani

  KDRT dirasa belum optimal, karena belum dapat menjamin sepenuhnya keselamatan dan kerahasiaan korban.

  Maka berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam mengenai masalah yang sebenarnya terjadi mengenai

  

“Kinerja Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan Perempuan dan

Keluarga Berencana (BPMPPKB) Kota Tangerang Selatan Dalam Mengatasi

Permasalahan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)

  ”. Sehingga peneliti

  mengkaji lebih jauh upaya BPMPPKB Kota Tangerang Selatan dalam mengatasi permasalahan KDRT yang kerap terjadi.

1.2 Identifikasi Masalah

  Berdasarkan penjelasan pada latar belakang masalah di atas, maka peneliti mengidentifikasikan permasalahan yang terjadi sebagai berikut:

  1. Kurangnya sosialisasi pada masyarakat akan adanya payung hukum dalam mengetasi masalah KDRT.

  2. Kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki Oleh BPMPPKB Kota Tangerang Selatan sehingga terkesan lambat dalam menangani kasus KDRT.

  3. Satuan Tugas (SATGAS) yang dibentuk oleh BPMPPKB Kota Tangerang Selatan belum berjalan optimal.

  4. Fasilitas yang belum memadai dalam penanganan kasus KDRT sehingga

  Keluarga Berencana (BPMPPKB) Kota Tangerang Selatan belum dapat sepenuhnya menjamin keselamatan korban.

  1.3 Batasan Masalah

  Berdasarkan pemaparan dalam indentifikasi masalah, maka peneliti dalam penelitian ini membatasi masalah pada Kinerja Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan perempuan dan Keluarga Berencana (BPMPPKB) Kota Tangerang Selatan Dalam Mengatasi Permasalahan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), dan memfokuskan penelitian ini pada penanganan kasus kekerasan terhadap isteri.

  1.4 Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka sebagai rumusan masalah yang akan dikaji adalah Bagaimana Kinerja Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan perempuan dan Keluarga Berencana (BPMPPKB) Kota Tangerang Selatan dalam mengatasi permasalahan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) ?

  1.5 Tujuan Penelitian

  Berdasarkan masalah yang telah di jelaskan di atas, maka penelitian ini memiliki tujuan untuk, mengkaji lebih dalam, bagaimanakah kinerja Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPMPPKB) Kota Tangerang Selatan dalam mengatasi permasalahan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), dan untuk mengetahui hal apa saja yang menjadi hambatan dalam mengatasi tingginya kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT)

1.6 Manfaat Penelitian

  Manfaat penelitian merupakan dampak dari tercapainya tujuan. Oleh karena itu penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis yaitu sebagai berikut:

  1. Secara Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi serta menambah pengetahuan juga wawasan dan pemahaman lebih tentang adanya badan pemerintah yang bertugas menaungi korban KDRT dan masyarakat dapat lebih mengetahui peran BPMPPKB khususnya serta program apa saja yang telah di buat dalam upaya mengatasi permasalahan KDRT yang kerap terjadi.

  2. Secara Praktis Manfaat praktis pada penelitian ini diharapkan dapat memberikan umpan balik (feedback) kepada Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPMPPKB) dalam upayanya Mengatasi Permasalahan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) di Kota Tangerang Selatan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KARANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN

2.1. Landasan Teori

  Setiap penelitian memerlukan landasan teori dalam setiap penelitianya, karena teori sangat berguna untuk membantu peneliti menemukan cara yang tepat dalam mengelola sumber daya serta waktu dalam menyelesaikan penelitian. Menurut Wiliam Wiersman (1986) dalam Sugiyono (2012:41) menyatakan bahwa:

  “A theory is a generalization or series of generalization by which we attempt

  to explain some phenomena in a systematic manner. Teori adalah generalisasi

  atau kumpulan generalisasi yang dapat digunakan untuk menjelaskan berbagai fenomena secara sistematik.

  “ Sedangkan menurut Kerlinger (1978) dalam Sugiyono (2012:41) mengemukakan bahwa:

  “Teori adalah seperangkat konstruk, definisi, dan proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematik, melalui spesisfikasi hubungan antar variabel, sehingga dapat berguna untuk menjaleskan dan meramalkan fenomena.

  ” Pada landasan teori berikut, peneliti akan menjelaskan beberapa teori yang digunakan sebagai acuan dalam mengkaji penelitian. Dalam Bab II ini akan dijelaskan secara berurutan beberapa teori dan bahan pustaka berdasarkan pengertian para ahli terkait dengan

  “Kinerja Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPMPPKB) Kota Tangerang Selatan dalam mengatasi permasalahan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) .” Teori merupakan hal yang penting dalam suatu penelitian karena sebagai landasan untuk mendapatkan data dalam penelitian, baik teori inti maupun teori pendukung.

2.1.1 Organisasi Publik

  Penelitian ini dilakukan di kantor Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPMPPKB) Kota Tangerang Selatan, yang merupakan suatu organisasi yang dikelola oleh pemerintah daerah terkait. Dalam membahas masalah pengertian organisasi publik, peneliti menggunakan beberapa definisi dari para ahli antara lain sebagai berikut.