PERAN BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (BAPERMAS) KOTA SALATIGA DALAM PENANGGULANGAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DI KOTA SALATIGA TAHUN 2012-2013

  

PERAN BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

(BAPERMAS) KOTA SALATIGA DALAM PENANGGULANGAN

KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DI KOTA SALATIGA

TAHUN 2012-2013

  

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Kewajiban dan Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam

Dalam Ilmu Syari’ah

  

O l e h :

PUJO WASONO

21209005

  

JURUSAN SYARIAH

PROGRAM STUDI AHWAL AL SYAKHSHIYYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

  

MOTTO

أ ﺎـﻣ ﻦـﯿـﮭـﻣ ّﻻإ ّﻦـﮭـﻧ ﺎــھأ ﺎـﻣو ﻢـﯾﺮــﻛ ّﻻإ ءﺎﺴﻨــﻟا مﺮـﻛ

  

“Hanya laki-laki mulia yang akan memuliakan perempuan,

dan hanya laki-laki hina yang akan menghinakan perempuan”.

  

(Ali bin Abi Tholib)

Pintar dan berkemampuan tetapi tidak bisa bekerja sama

itu semua akan sia-sia dan percuma, karena dengan kerja sama

maka kekurangan yang ada pada diri kita akan tertutupi

oleh kelebihan orang lain.

  

(Anonim)

PERSEMBAHAN

Skripsi aku persembahkan untuk :

  

1. Ibunda tersayang atas doa-doamu yang menyertai setiap langkahku

2. Istriku dan anak-anakku tercinta, atas doa dan dukungannya.

  

3. Rekan-rekan Mahasiswa non reg angkatan 2009

yang telah memberi motifasi.

  ABSTRAK

  Pujo Wasono. 2013. Peran Badan Pemberdayaan Masyarakat (Bapermas) Salatiga Dalam Penanggulangan Kekerasan Terhadap Perempuan di Kota Salatiga Tahun 2012- 2013. Skripsi. Jurusan Syari’ah. Program Studi Ahwau al-Syakhsiyyah. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing : Benny Ridwan M. Hum.

  Kata Kunci : Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Kekerasan Terhadap Perempuan.

  Bapermas adalah bagian dari satuan organisasi tata kerja Kabupaten / Kota dan Propinsi. Ruang lingkup dan tanggungjawab lembaga meliputi: Pemberdayaan masyarakat, perempuan, keluarga berencana, dan ketahanan pangan. Adapun Bapermas dalam penelitian ini adalah Bapermas kota Salatiga. Pokok masalah penelitian ini adalah untuk mengetahui mengapa Bapermas Salatiga menjadi lembaga penting dalam upaya menanggulangi kekerasan terhadap perempuan di kota Salatiga; Untuk mengetahui aktifitas Bapermas Salatiga dalam menanggulangi kekerasan terhadap perempuan kota Salatiga tahun 2012-2013; Untuk mengetahui hambatan yang dihadapi Bapermas Salatiga dalam upaya menanggulangi kekerasan terhadap perempuan di Salatiga tahun 2012-2013.

  Beberapa tahapan yang penulis lakukan dalam penelitian ini adalah : penetapan pokok masalah dan tujuan penelitian dilanjutkan dengan mengumpulkan data kekerasan terhadap perempuan dari intansi yang berkaitan serta studi kupustakan sebagai pendukung. Metode yang penulis gunakan adalah observasi, dokumentasi, wawancara, dan studi kepustakaan. Sedang pendekatan yang digunakan adalah diskriptif kwalitatif. Teori utama yang digunakan adalah “bahwa kekerasan terhadap perempuan adalah

  

pelanggaran terhadap hak asasi manusia” sebagaimana dijabarkan dalam Deklarasi

  Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan PBB serta dalam UU No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

  Dari penelitian yang dilakukan ditemukan bahwa pada tahun 2012 Bapermas salatiga mensosialisasikan UU No. 23 Tahun 2004 di wilayah kelurahan Kecandran, Kalicacing, Dukuh dan Mangunsari terdiri dari : utusan kelurahan, lembaga agama dan masyarakat serta PKK dengan peserta 250 orang. Pada tahun 2013 sosialisasi dilakukan di wilayah : Kelurahan Noborejo, Cebongan, Randuacir, Ledok, Tegalrejo, Kumpulrejo, terdiri terdiri dari : utusan kelurahan, lembaga agama dan masyarakat serta PKK dengan jumlah peserta 88 orang. Pada tahun 2012 ada 23 (dua puluh tiga) kasus kekerasan terhadap perempuan yang dilaporkan, dan antara Januari – Juli tahun 2013, ada 8 (delapan) kasus. Adapun yang berhasil ditangani ada 4 (empat) kasus. Mengingat banyaknya laporan kasus kekerasan terhadap perempuan, maka kahadiran Bapermas mutlak diperlukan. Namun sedikitnya kasus yang mampu ditangani, menuntut Bapermas

KATA PENGANTAR

  

ﻢ ــــ ﯿـﺣﺮـﻟ ا ﻦـ ــ ﻤـﺣﺮـﻟ ا ﮫــّﻠ ــ ﻟ ا ﻢـ ـــــ ﺴـﺑ

  Skripsi merupakan kewajiban setiap mahasiswa dalam rangka memperoleh gelar kesarjanaan. Oleh karena itu penulis menyusun skripsi yang berjudul : PERAN BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (BAPERMAS) KOTA SALATIGA DALAM PENANGGULANGAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DI KOTA SALATIGA TAHUN 2012-2013. Dengan selesainya skripsi ini, penulis sangat bersyukur kepada Allah swt. Disamping itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada :

  1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag., selaku ketua STAIN Salatiga.

  2. Bapak Mubasirun, M.Ag., selaku ketua jurusan STAIN Salatiga.

  3. Bapak Illya Muhsin, M.Si., Ketua Progdi Studi al-Ahwal al-Syakhsiyyah STAIN Salatiga.

  4. Bapak Benny Ridwan M. Hum. dosen pembimbing dalam penulisan skripsi ini.

  5. Bapak dan Ibu dosen dan para civitas akademika lingkungan Jurusan Syari’ah yang telah dengan sabar dan ikhlas membagi ilmunya.

  6. Para dosen, karyawan STAIN Salatiga yang memberikan jalan ilmu dan pelayanan.

  7. Teman-teman sekelasku non-reguler angkatan 2009 yang telah menjadi inspirasi, motivasi, dan penyemangat.

  Dengan penuh harap penulis berdoa, semoga bantuan dari semua pihak mendapat imbalan dari Allah SWT. Amin…..

  Salatiga, 12 September 2013

  DAFTAR ISI Halaman

  HALAMAN JUDUL .................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... ii NOTA PEMBIMBING ................................................................................... iii DEKLARASI ........................................................................................... iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... v ABSTRAK ....................................................................................................... vi KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii DAFTAR ISI ................................................................................................... viii DAFTAR TABEL ........................................................................................... xi

  BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1 B. Pokok Masalah ....................................................................... 3 C. Tujuan Penelitian .................................................................... 4 D. Kegunaan Penelitian ................................................................ 4 E. Penegasan Istilah .................................................................... 5 F. Telaah Pustaka ......................................................................... 6 G. Metode Penelitian .................................................................... 13 H. Sistematika Penulisan .............................................................. 16

  BAB II. TINJAUAN UMUM KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN ....... 18 A. Kekerasan Terhadap Perempuan .....…………………………..….. 18

  1. Pengertian Kekerasan Terhadap Perempuan ................................ 18

  2. Bentuk-Bentuk Kekerasan Terhadap Perempuan ........................ 19

  B. Sebab-Sebab Kekerasan Dalam Rumah Tangga .............................. 24

  C. Dampak Kekerasan Terhadap Perempuan ....................................... 28

  1. Dampak Positif .............................................................................. 28

  2. Dampak Negatif ............................................................................ 28

  3. Dampak Negatif Bagi Masyarakat dan Bangsa ........................... 30

  D. Perlindungan Terhadap Korban dan Sanksi Hukum Pelaku Kekerasan Terhadap Perempuan. ................................................. 31

  E. Menanggulangi Kekerasan Terhadap Perempuan

  1. Upaya Menanggulangi Kekerasan Terhadap Perempuan ............. 35

  2. Islam Menentang Kekerasan Terhadap Perempuan .................... 37

  BAB III. LAPORAN HASIL PENELITIAN ...................................................... 42 A. Pentinganya Bapermas Dalam Penanggulangan Kekerasan Terhadap Perempuan di Kota Salatiga ...............…………….…… 42

  1. Gambaran Umum Bapermas Kota Salatiga .............................. 42

  2. Visi dan Misi Bapermas Salatiga ............................................. 43

  Dalam Menanggulangi Kekerasan Terhadap Perempuan ......... 51

  1. Tugas dan Tanggung Jawab Bapermas Salatiga ................... 51

  2. Hambatan Bapermas Dalam Menanggulangi Kekerasan Terhadap Perempuan di Salatiga ........................................... 54

  C. Aktifitas Bapermas Dalam Menanggulangi Kekerasan Terhadap Perempuan ............................................................... 56

  BAB IV. ANALISIS PERAN BAPERMAS SALATIGA DALAM PENANGGULANGAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DI SALATIGA .................................................... 64 A. Perlindungan Terhadap Kekerasan Fisik, Psikhis, Seksual Dan Penelantaran Keluarga ..................................................... 64 B. Memaksimalkan Kinerja dan Tanggungjawab Sebagai Upaya Menanggulangi Tantangan dan Hambatan Bapermas Salatiga .................................................................. 67 C. Analisis Aktifitas Bapermas Salatiga Dalam Menanggulangi Kekerasan Terhadap Perempuan ............................................. 70 D. Kerangka Solusi Penaggulangan Kekerasan Terhadap Perempuan di Salatiga ........................................................... 74 BAB V. PENUTUP ..................................................................................... 78 A. Kesimpulan ................................................................................ 78 B. Saran .......................................................................................... 79

  DAFTAR TABEL

  1. Tabel 1. Daftar Pegawai Bapermas, Perempuan, KB dan Ketahanan Pangan Kota Salatiga Tahun 2003.

  2. Tabel 2. Sosialisasi Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 Bapermas Salatiga Pada Tahun 2012-2013.

  3. Tabel 3. Kasus Kekerasan Terhadap Perempuan di Kota Salatiga Tahun 2012 - 2013.

  4. Tabel 4. Kasus Kekerasan Terhadap PerempuanYang Ditangani Bapermas Kota Salatiga Antara Tahun 2012-2013.

  5. Tabel 5. Beberapa Hak Korban Kekerasan Terhadap Perempuan Yang Dijamin Undang-Undang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekerasan terhadap perempuan nampaknya tidak akan pernah berhenti,

  bahkan semakin menjadi-jadi. Berbagai berita di media massa membuktikan akan hal itu. Ada suami membakar istri sampai tewas, pemukulan dan penyiksaan suami terthadap istri, perdagangangan perempuan baik sebagai tenaga kerja maupun sebagai perempuan penghibur. Kekerasan yang terjadi ternyata bukan hanya sebatas kekerasan fisik, tetapi juga kekeras seksual. Padahal sesungguhnya kekerasan terhadap perempuan adalah pelanggaran terhadap hak asasi manusia.

  Kekerasan terhadap kaum perempuan sesungguhnya ibarat gunung es. Puncaknya saja yang nampak, atau hanya beberapa kasus yang terekpos, selebihnya memperoleh keadilan. Padahal kekerasan terhadap perempuan adalah masalah serius, tetapi kurang mendapat tanggapan serius dari masyarakat.

  Bagi kehidupan perempuan, kekerasan membawa dampak yang kompleks, mendalam, berjangka panjang serta berpengaruh terhadap orang-orang dekat di sekitar mereka. Kekerasan tidak hanya menyebabkan luka pada tubuh, tetapi juga merusak keseimbangan psikhis dan emosional, mengganggu fungsi-fungsi sosial ekonomi dan melumpuhkan sendi-sendi kehidupan perempuan bahkan pada dataran Untuk melindungi perempuan dari berbagai tindak kekerasan maka muncul berbagai produk hukum. Hal ini dapat dilihat dari ditetapkannya sejumlah instrumen- instrumen hukum internasional yang isinya berhubungan dengan upaya penghentian tindak kekerasan terhadap perempuan, antara lain dapat dilihat sebagai berikut :

  

Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination Against Women

(1979); Vienna Declaration and Programme of Action (1993); Declaration on the

Elimination of Violence Against Women (1993); Beijing Declaration and Platform

For Action (1995)

  Indonesia sebagai peserta konvensi memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan hasil konvensi yang dituangkan dalam perundang-undangan, kebijakan, program dan tindakan. Realisasi dari komitmen itu diantaranya adalah ditetapkannya UU No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam

  Maraknya kekerasan terhadap perempuan dengan berbagai akibatnya juga menggugah kesadaran sebagian masyarakat dan lembaga, baik pemerintah maupun non pemerintah untuk berikhtiar mengurangi terjadinya kekerasan terhadap perempuan, sebab mengurangi dan menghilangkan kekerasan terhadap perempuan berarti pula upaya peningkatan kualitas peradaban manusia.

  Salah satu lembaga yang berikhtiar menangani kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan diantaranya Badan Pemberdayaan Masyarakat, selanjutnya

  ”melakukan koordinasi dan fasilitasi penanganan korban kekerasan dalam rumah tangga dan perempuan; mewujudkan peningkatan kualitas hidup perempuan; memfasilitasi pendampingan, advokasi dan konseling korban kekerasan dalam rumah tangga terhadap perempuan”.

  Di Kota Salatiga Bapermas dibentuk berdasarkan Peraturan Walikota Salatiga No. 55 / 2011 tentang Tugas Pokok, Fungsi, Uraian Tugas, Pejabat Struktural, Pada Lembaga Teknis Daerah dan Satuan Polisi Pamong Praja. Untuk mengetahui secara lebih luas peran Bapermas Kota Salatiga dalam upaya menanggulangi kekerasan terhadap perempuan, penulis akan mengkajinya dalam sebuah dengan judul : PERAN BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (BAPERMAS) KOTA SALATIGA DALAM PENANGGULANGAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DI KOTA SALATIGA TAHUN 2012-2013.

B. Pokok Masalah.

  Ada tiga pokok masalah yang penulis ajukan dalam penelitian ini, yaitu :

  1. Mengapa Bapermas Salatiga menjadi lembaga yang penting dalam upaya menanggulangi kekerasan terhadap perempuan di kota Salatiga ?

  2. Bagaimana aktifitas Bapermas Salatiga dalam menanggulangi kekerasan terhadap perempuan kota Salatiga tahun 2012-2013 ?

  3. Apa hambatan-hambatan Bapermas Salatiga dalam upaya menanggulangi kekerasan terhadap perempuan di kota Salatiga tahun 2012-2013 ?

  Merujuk pada pembahasan latar belakang dan fokus penelitian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

  1. Untuk mengetahui mengapa Bapermas Salatiga menjadi lembaga penting dalam upaya menanggulangi kekerasan terhadap perempuan di kota Salatiga.

  2. Untuk mengetahui aktifitas Bapermas Salatiga dalam menanggulangi kekerasan terhadap perempuan kota Salatiga tahun 2012-2013.

  3. Untuk mengetahui hambatan yang dihadapi Bapermas Salatiga dalam upaya menanggulangi kekerasan terhadap perempuan di Salatiga tahun 2012-2013.

D. Kegunaan Penelitian

  Pelaksanaan penelitian diharapkan akan memberi manfaat, baik secara teoritik maupun secara praktis. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritik.

  Manfaat teoritik dari penulisan skripsi ini adalah menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang berbagai persoalan yang berhubungan dengan kekerasan terhadap perempuan.

  2. Manfaat Praktis Adapun manfaat praktisnya adalah memberikan tambahan wacana bagi dunia akademis, masyarakat dan lebih khusus Bapermas dalam upayanya menanggulangi kekerasan terhadap perempuan di Kota Salatiga.

  Untuk lebih mudah memahami judul skripsi di atas, maka ada beberapa istilah yang perlu penulis jelaskan, yaitu:

  1. Badan Pemberdayaan Masyarakat.

  Badan Pemberdayaan Masyarakat adalah bagian dari satuan organisasi tata kerja Kabupaten / Kota dan Propensi yang ruang lingkup tanggungjawabnya meliputi: Pemberdayaan masyarakat, perempuan, keluarga berencana, dan ketahanan pangan. Adapun Bapermas dalam penelitian ini adalah Badan Pemberdayan Masyarakat kota Salatiga sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Walikota Salatiga No. 55 Tahun 2011 tentang Tugas Pokok, Fungsi, Uraian Tugas, Pejabat Struktural, Pada Lembaga Teknis Daerah dan Satuan Polisi Pamong Praja.

  Beberapa tugas pokok Badan Pemberdayaan Perempuan di atas antara rumah tangga terhadap perempuan; untuk mewujudkan peningkatan kualitas hidup perempuan; memfasilitasi pendampingan, advokasi dan konseling korban kekerasan dalam rumah tangga terhadap perempuan.

  2. Kekerasan Terhadap Perempuan Pengertian kekerasan terhadap perempuan dapat dijelaskan sebagai:

  ”setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan lingkup rumah tangga” (UU No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga pasal 1). Kekerasan terhadap perempuan dalam penelitian ini adalah Kekerasan terhadap perempuan yang terjadi di wilayah Salatiga tahun 2012-2013 dan kasusnya ditangani oleh Bapermas kota Salatiga.

F. Telaah Pustaka

  Pembahasan kekerasan terhadap perempuan maupun kekerasan dalam rumah tangga dengan berbagai variasinya sudah banyak yang membahasnya, diantaranya dapat dilihat sebagai berikut :

  1. Sri Mulyati berjudul Kekerasan Terhadap Istri Dalam Rumah Tangga Menurut

  UU No. 23 Tahun 2004 dan Hukum Islam (Studi Putusan Pengadilan Negeri Salatiga No: 116/Pid.B/PN.Sal/2005 dan No: 20/Pid.B/PN. Sal/2006) , STAIN

  Salatiga 2007. Kesimpulannya antara lain menjelaskan Pertama; Kekerasan terhadap perempuan adalah segala bentuk tindak kekerasan yang mengakibatkan rasa sakit atau penderitaan terhadap perempuan termasuk ancaman, menghambat, mengekang, meniadakan kenikmatan dan mengabaikan hak asasi manusia yang mengakibatkan penderitaan secara fisik, psikologis atau seksual, baik yang terjadi di area publik maupun domistik

   Kedua; Bentuk-bentuk kekerasan dapat berupa: kekerasan fisik (physical abuse) , kekerasan psikis (emotional or psykologikal abose), kekerasan seksual (sexual abuse), kekerasan ekonomi (economical abuse). Ketiga; Persoalan UU hukum tersebut, yakni penghormatan terhadap martabat manusia, kaitannya dengan hak-hak suami istri dalam rumah tangga serta anti kekerasan dan diskriminasi terhadap perempuan. Dalam undang-undang sudah jelas ketentuan pidananya, sedang dalam hukum Islam tidak ditentukan pidananya bagi mereka yang melakukan kekerasan terhadap istri dalam rumah tangga, akan tetapi kembali pada konsep perkawinan yaitu sakinah, mawadah, warahmah. Dari sini jelaslah bahwa kekerasan terhadap istri dalam rumah tangga menurut UU PKDRT dan Hukum Islam tidak diperbolehkan.

  2. Dalam skripsi Eni Kusrini Perlindungan Hukum Terhadap Perempuan Korban

  Kekerasan Dalam Rumah Tangga Menurut PKDRT (Studi Kasus di Polres Salatiga Tahun 2004-2006) STAIN Salatiga 2006 diantaranya memberikan

  kesimpulan sebagai berikut : Pertama; Bentuk-bentuk kekerasan dalam rumah psikhis, fisik, seksual, dan penelantaran ekonomi. Namun yang dilaporkan ke Polres Salatiga hanya kekerasan fidik dan kekerasan seksual. Kekerasan seksual yang dilaporkan, korban diperkosa ayah tirinya. Sedang kekerasan fisik, korban dipukul di bagian wajah, kepala, ditendang. Kedua; Faktor terjadinya kekerasan yang dilaporkan adalah: tersangka cemburu; tersangka cemburu pada korban karena dalam rumah tangganya ada pihak ketiga; korban diajak hubungan intim tidak mau; tersangka ditegur korban dalam keadaan mabuk kemudian tersangka

  Ketiga; Perlindungan hukum yang diberikan terhadap korban adalah :

  kepolisian akan memberikan perlindungan dengan cara menerima laporan dari pihak korban atau keluarganya; melakukan penyelidikan terhadap pelaku tindak kekerasan; kepolisian menjelaskan hak-hak korban dan melakukan penangkapan apabila pelaku tindak kekerasan melanggar penetapan perlindungan dari pengadilan; vonis hukuman bagi pelaku sesuai dengan penetapan dari pengadilan. Keempat; Perlindungan yang diberikan oleh Polres Salatiga sudah sesuai dengan UU KDRT No. 23 Tahun 2004. Dimulai dari melaporkan tindak kekerasan sudah sesuai dengan pasal 16. Untuk penyidikan sudah sesuai dengan pasal 21 b, mengamankan korban jika ada ancaman dari pelaku, memberikan konseling untuk penguatan korban, dan melakukan penangkapan terhadap tersangka.

  Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga, Fakultas Dakwah IAIN Sunan

  Kalijaga Yogyakarta 2009 memberikan kesimpulan diantaranya sebagai berikut:

  Pertama; Sebab-sebab terjadinya kekerasan terhadap perempuan adalah : adanya

  budaya patriarki; ekonomi yang timpang; dan adanya penyelewengan. Kedua; untuk menanggulangi kekerasan dalam rumah tangga beberapa hal yang dulakukan adalah: memberikan penyuluhan hukum tentang tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga kepada masyarakat; Memberikan informasi yang dengan Departemen Sosial yang bergerak di bidang ketrampilan dan pelatihan.

  Ketiga; hambatan-hambatan yang dihadapi adalah: kurangnya kesadaran korban

  untuk melaporkan tindak kekerasan yang dialaminya; korban enggan menceritakan perihal tindak kekerasan yang dialaminya; tidak lengkapnya data korban, adanya rasa kuatir korban jika suami ditahan maka siapa yang akan menghidupi keluarganya; korban dibayangi harus mengeluarkan biaya yang cukup besar; kurangnya kesigapan petugas.

  4. Fitria Awwalin dalam skripsi Kekerasan Terhadap Istri Dalam Rumah Tangga

  (Studi Komparatif Terhadap Hukum Islam Dengan UU No. 23 Tahun 2004)

  STAIN Salatiga 2005, memberikan kesimpulan diantaranya sebagai berikut :

  Pertama; Kekerasan terhadap perempuan secara umum dapat diartikan sebagai

  suatu perbuatan atau tindakan yang melanggar, menghambat, meniadakan mengakibatkan kesengsaraan dan penderitaan perempuan secara fisik, seksual atau psikologis. Termasuk didalamnya ancaman, paksaan atau perampasan kemerdekaan secara sewenang-wenang baik dalam kehidupan individu, berkeluarga, bermasyarakat maupun bernegara. Kedua; bentuk-bentuk kekerasan terhadap istri dalam lingkup rumah tangga dapat dikatagorikan menjadi empat macam: kekerasan fisik, kekerasan psikhis, kekerasan seksual dan kekerasan ekonomi.

  (keluarga). Pemahaman yang bias terhadap teks al Qur`an dan al Hadist mengenai masalah di atas dapat dimaklumi mengingat faktor kondisi sosio kultural yang melatar belakangi pemikiran masyarakat. Oleh karena itu sebuah rumah tangga harus dibangun dengan prinsip-prinsip antara lain : 1) Peinsip musyawarah dan demokrasi; 2) Prinsip penciptaan rasa aman, nyaman, dan tenteram dalam kehidupan keluarga; 3) Prinsip menghindari kekerasan; 4) Prinsip bahwa hubungan suami istri adalah sebagai patner; 5) Prinsip keadilan. Jika salah satu dari prinsip di atas tidak dijalankan, maka akan terjadi ketimpangan yang mengakibatkan kaburnya nilai-nilai manusiwi yang mestinya termanifestasi dalam keluarga.

  Keempat; Sepatutnya kita menyambut gembira dengan hadirnya UU No.

  23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, sebab tangga memiliki payung hukum untuk mendapatkan keadilan ditengah kentalnya nuansa ideologi patriarkhi.

  Kelima; Dalam hubungan dengan KDRT, hukum Islam dan UU KDRT

  memiliki semangat yang sama. Asas yang melandasi keduanya adalah penghormatan terhadap martabat manusia, penghormatan terhadap perempuan sebagai manusia merdeka kaitanya dengan hak dan kewajiban suami istri, serta anti kekerasan dan diskriminasi. Sedang semangat al Qur`an dalam masalah pemberdayaan (dari lingkaran kekerasan yang selama ini membuat perempuan tidak berdaya); pemulihan (dari perempuan yang dinistakan menjadi individu yang merdeka, terhormat, bermartabat di mata Tuhan dan Manusia).

  Sebuah semangat yang mengarah pada tujuan yang sama, yaitu penolakan terhadap segala bentuk kekerasan terutama yang mengarah pada perempuan. Hal ini secara tidak langsung ”merubah” citra Islam, dari agama yang ”sangat dekat” dengan kekerasan menjadi agama yang peduli pada perempuan sebagai manusia yang sering mendapat kekerasan karena kondisi yang ”terlanjur” melemahkan posisi perempuan.

  

5. Dalam skripsi Ketidakadilan Jender Dalam Rumah Tangga (Studi Analisis Surat

An Nisa` Ayat 34) ditulis oleh Mukhlis Fajar Taufiq STAIN Salatiga 2005

  meberikan kesimpulan diantarnya : Pertama; Jender (kenis kelamin sosial) peran dikonstroksikan secara sosial maupun kultural, peran tersebut dapat dipertukarkan pada waktu, tempat, serta situasi yang melingkupinya.

  Kedua; Konsep keadilan atau kesetaraan jender dalam Islam adalah : 1)

  Dimulai dari pernyataan bahwa laki-laki dan perempuan diciptakan dari unsur atau jenis yang sama, sehingga hal ini harus berimplikasi pada pandangan bahwa laki-laki dan perempuan dari asalnya adalah setara, dan yang membedakannya (dihadapan Tuhan) kualitas ketaqwaannya dan (antar manusia) adalah realitas dengan amalan yang sholeh, maka keduanya harus menjalin kerja sama, saling melengkapi dan menyempurnakan kekurangan yang lain. 3) Semua tindakan yang dilakukan, baik laki-laki maupun perempuan akan mendapat balasan yang setimpal, tanpa membedakan jenis kelamin pelakunya.

  Ketiga; Konsep Qowwam dalam relasi antara laki-laki dan perempuan

  dalam rumah tangga yang terkandung dalam Q.S. An Nisa` : 34. harus dipahami dalam konteks sosial ayat tersebut diturunkan. Dengan kata lain kepemimpinan dalam rumah tangga tidak bersifat mutlak atau permanen dengan laki-laki. Siapapun (laki-laki atau perempuan yang telah dewasa) dapat menjadi pemimpin asalkan mampu menunjukkan kelebihannya (tentu saja dalam tataran kemanusiaan dan juga keagamaan – ketaqwaan), seperti mampu memberikan nafkah kepada keluarganya, mampu memberikan ”pencerahan” baik dalam hal Lima skrpsi di atas pada umumnya membahas kekerasan terhadap perempuan yang terjadi dalam lingkup rumah tangga dengan segala variasinya. Sedang dalam skripsi penulis yang menjadi kajian utamanya adalah kekerasan terhadap perempuan di luar rumah tangga, yakni kekerasan dalam pacaran (KDP) serta traficcing (perdagangan perempuan) sebagaimana yang ditangani Badan Pemberdayaan Masyarakat Salatiga tahun 2012-2013.

  1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian diskriptif yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan data seteliti mungkin tentang manusia, keadaan, dan gejala-gejala lainnya, maksudnya yaitu dengan mempertegas hipotesa-hipotesa lama atau baru dalam rangka menyusun teori baru (Soekanto, 1986 : 10). Alasan menggunakan penelitian diskriptif ini adalah untuk memberikan gambaran dan segala sesuatu yang berhubungan dengan peran Bapermas dalam penanggulangan kekerasan terhadap perempuan di Kota Salatiga.

  2. Kehadiran Peneliti Dalam penelitian ini, penulis berusaha hadir langsung menjumpai beberapa orang yang ada kompetensinya dalam penelitian ini. Diantaranya kekarasan terhadap perempuan, serta Polres Salatiga bidang Perlindungan Perempuan dan Anak.

  3. Lokasi dan Obyek Penelitian Sesuai dengan judul skripsi yang penulis ajukan, maka lokasi penelitian penulis adalah Bapermas Kota Salatiga, dan obyeknya adalah Kekerasan terhadap perempuan yang ditangani yang ditangani lembaga tersabut pada tahun 2012-2013. a. Sumber data primer, diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak Bapermas Kota Salatiga dan beberapa orang korban yang melaporkan kasusnya.

  b. Sumber data sekunder, diperoleh dari arsip data kekerasan terhadap pada Bapermas Kota Salatiga, studi pustaka, arsip-arsip lain yang berhubungan dengan pokok masalah, serta Undang-Undang RI No. 23 Tahun 2004.

  5. Metode Pengumpulam Data a. Metode Dokumentasi.

  Metode Dokumentasi adalah metode penelitian data bersandar pada dokumen tertulis; buku, agenda, arsip-arip, dan lain-lain (Arikunto, 1998 : 131). Metode ini digunakan untuk mengetahui data tentang kekerasan terhadap perempuan yang masuk pada Bapermas kota Salatiga.

  b. Studi Pustaka.

  Studi pustaka yaitu mempelajari dan menganalisa berbagai literatur kepustakaan yang berhubungan dengan pokok persoalan yang dibahas. Studi kepustakaan ini amat penting karena untuk mempertajam kerangka teoritik serta analisis terhadap pokok permasalahan.

  c. Metode Wawancara.

  Wawancara atau interview adalah proses tanya jawab secara lisan Wawancara penulis lakukan terhadap penaggungjawab kegiatan penanggulangan kekarasan terhadap perempuan pada Bapermas Kota Salatiga serta orang-orang yang berkompeten dalam pokok permasalahan.

  6. Analisis Data Dalam menganalisis hasil data yang diperoleh pada penelitian ini digunakan metode analisis deskriptif kualitatif, yakni berupa penjelasan kata- kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati dari hasil penelitian (Moleong, 2001 : 3). Pendekatan ini penulis gunakan untuk menganalisis berbagai aktifitas Bapermas dalam penanggulangan kekerasan terhadap perempuan di Kota Salatiga.

  7. Pengecekan Keabsahan Data Untuk menghindari ketidakakuratan data yang telah diperoleh dalam berkaitan. Misal; data jumlah kekerasan terhadap perempuan yang diperoleh dari

  Bapermas akan dikonfirmasikan terhadap bagian Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Salatiga atau Pengedilan Negeri Salatiga yang secara hukum menjadi bagian dari dua lembaga ini. Bila perlu validitas data akan dipertajam dengan wawancara dengan korban dan pelaku kekerasan terhadap perempuan yang kasusnya sampai ditanagani praktisi hukum.

  8. Tahap-tahap Penelitian a. Pemilihan pokok masalah yang menurut penulis menarik, problematis, dan terjangkau oleh penulis, yakni kekerasan terhadap perempuan.

  b. Mengumpulkan data kekerasan terhadap perempuan dari intansi yang berkaitan, yaitu Bapermas Salatiga dan PPA Polres Salatiga.

  c. Penyususunan proposal penelitian dilanjutkan permohonan ijin penelitian.

  d. Studi kepustakaan dan pengumpulan referensi yang berkaitan dengan pokok permasalahan dilanjutkan dengan pelaksanaan penelitian.

  e. Tahap akhir penelitian ini adalah penyusunan laporan hasil penelitian dengan beberapa analisisnya untuk kemudian diujikan.

H. Sistimatika Penulisan

  Skripsi ini secara garis besar terdiri dari tiga bagian: bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir. Pada bagian awal skripsi berisi tentang; cover luar, cover dalam, Lembar Lembar Pengesahan, Persetujuan Pembimbing, Deklarasi, Motto, Abstrak, Kata Pengantar, Daftar Isi, Daftar Tabel.

  Pada bagian isi skripsi didalamnya terdiri dari lima bab. Keseluruhannya dapat dilihat sebagai berikut : Bab I : Pendahuluan yang menguraikan; Latar Belakang Masalah, Pokok Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Penjelasan Istilah, Telaah Pustaka, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan Skripsi.

  Bab II : Tinjaun Umum Kekerasan Terhadap Perempuan, Secara garis besar kajian pustaka berisi tentang: Pengertian Kekerasan Terhadap Perempuan; Bentuk- Perempuan; Dampak Kekerasan Terhadap Perempuan; Perlindungan Terhadap Korban dan Sangsi Hukum Pelaku Kekerasan Terhadap Perempuan; Menanggulangi Kekerasan Terhadap Perempuan Prespektif Islam.

  Bab III : Laporan Hasil Penelitian, berisi tentang : Gambaran Umum Badan Pemberdayaan Masyarakat Kota Salatiga; Tugas dan Tanggung Jawab Badan Pemberdayaan Masyarakat Kota Salatiga; Kekerasan Terhadap Perempuan di Kota Salatiga Tahun 2012-2013. Bab IV : Analisis Peran Badan Pemberdayaan Masayarakat Salatiga dalam Kasus Terhadap Perempuan di Kota Salatiga Tahun 2012-2013. Bab V : Penutup, yang berisi tentang ; Kesimpulan dan saran Dalam bagian akhir Skripsi ini disertakan pula: Daftar Pustaka, Lampiran- Lampiran dan Daftar Riwayat Hidup.

BAB II TINJAUAN UMUM KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN A. Kekerasan Terhadap Perempuan.

  1. Pengertian Kekerasan Terhadap Perempuan.

  Kekerasan t erhadap perempuan adalah ” set iap perbuat an t erhadap seseorang t erut ama perempuan, yang berakibat t imbulnya kesengsaraan at au penderit aan secara fisik, seksual, psikologis, dan at au penelant aran rumah t angga t ermasuk ancaman unt uk melakukan perbuat an, pemaksaan, at au perampasan kemerdekaan secara melaw an hukum dalam lingkup rumah t angga” (UU No. 23 Tahun 2004 t ent ang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga pasal 1). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Suharso, 2009 : 240) kat a kekerasan diart ikan diant arnya sebagai ” perbuat an seseorang at au kelompok yang menyebabkan cidera at au mat inya orang lain at au menyebabkan kerugian fisik maupun non fisik” . Dalam deklarasi Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan PBB pada pasal 1 disebut kan bahw a yang dimaksud kekerasan t erhadap perempuan adalah : ” set iap t indakan berdasarkan perbedaan jenis kelamin yang berakibat berakibat kesengsaraan at au penderit aan perempuan secara fisik, seksual, dan psikologis, t ermasuk ancaman t indakan t ert ent u, pemaksaan at au perampasan kemerdekaan secara sew enang-w enang, baik yang t erjadi didepan umum at au dalam kehidupan pribadi” .(Zuhriani, 2011 : 4).

  2. Bentuk-Bentuk Kekerasan Terhadap Perempuan.

  Secara umum kasus- kasus kekerasan terhadap perempuan yang pernah terjadi adalah: kekerasan terhadap istri, perkosaan, kekerasan dalam pacaran, pelecehan seksual, kekerasan dalam keluarga, dan perdagangan perempuan dan anak (Rifka Annisa, tt. 11). Adapun bentuk-bentuk kekerasan terhadap perempuan diantaranya meliputi hal-hal sebagai berikut :

  a. Kekerasan fisik berupa pemukulan, tamparan, penjambaan dan segala tindakan yang menyerang fisik atau menyebabkan luka fisik perempuan.

  b. Kekerasan psikologis, berupa umpatan, ejekan, cemoohan, dan segala tindakan yang mengakibatkan tekanan psikologis termasuk ancaman dan pengekangan yang berakibat pada gangguan mental dan jiwa seperti adanya trauma, hilangnya kepercayaan diri, dan berbagai akibat negatif lainnya.

  c. Kekerasan seksual berupa; perkosaan, pelecehan seksual, hingga pemaksaan hubungan seksual dalam perkawinan (marital rape) maupun incest.

  d. Ekonomi; berupa tidak diberikannya nafkah bagi perempuan yang berstatus ibu rumah tangga untuk kebutuhan hidup sehari-hari, dilarang bekerja, dipaksa untuk bekerja, diekploitasi secara ekonomi ( Rifka An Nisa, tt. 6-7).

  Menurut E Kristi Poewandari dalam Achie Sudiarti Luhulima memberi penjelasan bahwa bentuk-bentuk kekerasan terhadap perempuan mencakup ”pelecehan seksual dan kekerasan dalam rumah tangga atau hubungan intim”. (2000 : 11). Penjelasan singkatnya sebagai berikut : a. Pelecehan Seksual.

  Maksud pelecehan seksual adalah ”sifat pelaku seksual yang tidak diinginkan atau tindakan yang didasarkan pada seks yang menyinggung si penerima” (Rohan Kollier, 1998 : 3). Pada umumnya pelecehan seksual bisa berbentuk gurauan-gurauan porno, komentar-komentar tentang bentuk tubuh perempuan, merendahkan dan mengarah pada pemikiran seksual, sentuhan- sentuhan yang tidak dikehendaki, sampai pada pemaksaan melakukan tindakan seksual. Tindak kekerasan dapat secara langsung dikaitkan dengan tetapi memunculkan ketakutan-ketakutan dan dampak-dampak psikologis, fisik dan sosial bagi korban (Luluhima, 2000 : 11).

  b. Kekerasan Dalam Rumah Tangga Dalam Hubungan Intim.

  Kekerasan terhadap perempuan dalam hubungan intim mencakup usaha-usaha dari pasangan untuk mengintimidasi, baik dengan ancaman atau melalui penggunaan kekuatan fisik pada tubuh perempuan atau barang- barang miliknya. Menurut Anis Hamim, ada kekerasan yang sifatnya non dikehendaki, sampai memaksa istri berhubungan dengan orang lain atau memaksa sebagai pelacur (2001 : 7).

  Ita F. Nadia dalam Nathalie Kollman (1988 : 2) memberi penjelasan bahwa bentuk-bentuk kekerasan terhadap perempuan meliputi hal-hal berikut: ”Pelecehan seksual: fisik dan non fisik; Pemukulan perempuan oleh pasangan hidupnya; Perkosaan; Sunat pada bayi atau anak perempuan; Pelanggaran hak reproduksi : pemasangan alat KB secara paksa”.

  Sedang menurut Rosalia Sciortino kekerasan terhadap perempuan sangat bervariasi, diantaranya: kekerasan secara fisik dan psikologis, pemukulan terhadap pasangan atau pacar atau suami, pelecehan seksual baik fisik atau non fisik, paksaan keluarga berencana, pemotongan alat kelamin, dan penganiayaan serta pembunuhan (Kollman, 1998 : 4) terhadap perempuan meliputi hal-hal sebagai berikut : Kekerasan fisik, seksual, dan psikologis dalam keluarga dan tindak kekerasan yang berkaitan dengan eksploitasi; Pemerkosaan dan gangguan seksual, intimidasi di tempat kerja dan pemaksaan prostitusi; Kekerasan yang dilakukan oleh atau diampuni oleh Negara (Kollmann, 1998, : 24).

  Dalam UU RI No. 23 Tahun 2004 pasal 5 dijelaskan bahwa bentuk- bentuk kekerasan dalam rumah tangga adalah: Kekerasan fisik; Kekerasan psikis; a.

  Kekerasan fisik, yait u perbuat an yang mengakibat kan rasa sakit , jat uh sakit at au luka berat (pasal 6). Bisa juga dijelaskan dengan ” kekerasan nyat a dapat dilihat dan dirasakan oleh t ubuh, seringkali berupa penghilangan kesehat an at au kemampuan normal t ubuh, sampai pada penghilangan nyaw a seseorang” .

  b. Kekerasan psikhis, yait u ” perbuat an yang mengakibat kan ket akut an,

  hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan unt uk bert indak, rasa t idak berdaya, dan/ at au penderit aan psikis berat pada seseorang” (pasal 7).

  At au kekerasan yang memiliki sasaran rohani at au jiw a, juga dapat mengurangi bahkan menghilangkan kemampuan normal.

  c.

  Kekerasan seksual, yait u ” set iap perbuat an yang berupa pemaksaan hubungan seksual, pemaksaan hubungan seksual secara t idak w ajar dan/ at au t idak disukai, pemaksaan hubungan seksual dengan orang lain unt uk kekerasan seksual meliput i (pasal 8) :

  1) Pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang yang menetap dalam lingkup rumah tangga tersebut; 2) Pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang dalam lingkup rumah tangganya dengan orang lain untuk tujuan komersial dan/atau tujuan tertentu.

  d. Penelantaran rumah tangga adalah seseorang yang menelantarkan orang baginya atau karena persetujuan atau perjanjian ia wajib memberikan kehidupan, perawatan, atau pemeliharaan orang tersebut. Selain itu, penelantaran juga berlaku bagi setiap orang yang mengakibatkan ketergantungan ekonomi dengan cara membatasi dan/atau melarang untuk bekerja yang layak di dalam atau di luar rumah sehingga korban berada di bawah kendali orang tersebut (pasal 9).

  Dalam t injaun sosiologis, kekerasan t erhadap perempuan dalam t indakannya t ernyat a ada beberapa fariasinya, yait u :

  1. Kekerasan Individual, maksudnya kekerasan individual adalah kekerasan yang dilakukan oleh individu kepada sat u at au lebih individu yang lain.

  2. Kekerasan Kolekt if, yait u kekerasan yang dilakukan oleh banyak individu at au massa. Pelakunya adalah massa, dan korbannya adalah massa t ermasuk juga individu. Ini bisa dilihat misalnya dalam sebuah peperangan at au pemberont akan dimana banyak perempuan menjadi korban penganiayaan dan pemerlosaan.

  3. Kekerasan St rut ural, kekerasan ini t erjadi bukan karena dilakukan oleh individu at au sekelompok orang, namun oleh sist em, hukum, ekonomi dan t at a kebiasaan yang ada di masyarakat . Akibat dari kekerasan st ruct ural dapat mempengaruhi fisik dan jiw a (Luhulima, 2000, 11).

  Kekerasan terhadap perempuan sebenarnya sudah menjadi bagian tak terpisahkan dalam sejarah kehidupan manusia. Karena keterbatasan wawasan akan makna dan norma kehidupan, maka kekerasan dianggap sebagai suatu yang lumrah, bahkan menjadi bagian dari kehidupan sosial budaya masyarakat. Namun demikian tindak kekerasan yang terjadi terhadap perempuan tidak terjadi begitu saja, tapi ada beberapa faktor yang melatar belakanginya, antara lain : a. Aspek Sosial-budaya

  Nilai sosial budaya dalam masyarakat ternyata memberi andil yang kuat dalam terjadinya kekerasan dalam rumah tanga. Hal ini bisa dilihat dari beberapa indikator sebagai berikut : 1) Adanya pandangan perempuan hanya sebagai konco wingking (jw).

  2) Persepsi pada masyarakat bahwa kekerasan terhadap perempuan dalam memiliki persepsi seperti itu, korban kekerasan terhadap perempuan akan menjadi rahasia keluarga sehingga mereka tidak mau melaporkan kepada pihak yang berwenang dan akhirnya kekerasan tersebut terus berlanjut.

  3) Laki-laki dan perempuan tidak diposisikan setara dalam masyarakat. 4) Kebiasaan masyarakat mendidik anak laki-laki dengan menumbuhkan keyakinan bahwa anak laki-laki harus kuat, berani, dan tidak toleran.

  5) Budaya bahwa laki-laki dianggap superior dan perempuan inferior. pembenaran atas kekerasan yang telah dilakukan. Suami memaksa istri untuk melakukan hal-hal yang tidak disukai atau bahkan menyakiti hati istri, namun, banyak istri yang beranggapan bahwa ini adalah bentuk kepatuhan istri kepada suami sehingga tidak menyadari bahwa ini adalah bentuk kekerasan psikologis terhadap dirinya.

  b. Aspek ekonomi.

  Dilihat dari aspek ekonomi, kekerasan terhadap perempuan terutama dalam rumah tangga bisa disebabkan karena: 1) Kemiskinan. Perempuan sebagai istri yang terlalu bergantung akan membuat suami semena-mena. Karena dia merasa bahwa istrinya tidak bisa berbuat apa-apa tanpa dia, sehingga suami bisa berbuat kekerasan kepada istrinya. besar daripada suami, dapat terjadi kecemburuan antara suami dan istri, sehingga suami merasa disepelekan dan melakukan kekerasan. Hal ini juga dipengaruhi oleh psikologi suami. Karena istri merasa berpenghasilan cukup, maka ia juga cenderung ingin menentukan langkah hidupnya sendiri atau sebagai perempuan mandiri yang kadang mengambil keputusan tanpa pertimbangan suami.

  3) Suami tidak bekerja (pengangguran). Hal ini bila berjalan berkepanjangan

  4) Suami hanya menunggu hasil kerja dari istri dan merelakan istrinya di eksploitasi demi uang. (Sismanto; 2010 : 2).

  c. Aspek politik Aspek politik adalah menyangkut berbagai kebijakan publik yang menyangkut kepentingan perempuan yang selama ini disinyalir kurang peduli terhadap perempuan. Misalnya mengenai upah buruh dibedakan antara laki- laki dengan perempuan, minimnya perempuan yang menempati jabatan-jabatan penting di berbagai lembaga, baik pemerintah maupun swasta, padahal tidak sedikit perempuan yang sanggup dan mampu memegang jabatan tersebut.