BAB II TINJAUAN PUSTAKA - ANALISIS KASUS CYBERBULLYING DI PURWOKERTO (Studi Putusan Nomor: 55/Pid.Sus/2013/PN Pwt Tanggal 10 Oktober 2013) - repository perpustakaan

  frighten someone who is smaller or less powerful than you, often forcing them to do something they do not want to do

  ”

  Bullying berasal dari kata bully, yaitu suatu kata yang mengacu

  pada pengertian adanya ancaman yang dilakukan seseorang terhadap orang lain (yang umumnya lebih lemah atau “rendah” dari pelaku), yang menimbulkan gangguan psikis bagi korbannya berupa stress (yang muncul dalam bentuk gangguan fisik atau psikis, atau keduanya; misalnya susah makan, sakit fisik, ketakutan, rendah diri, depresi, cemas, dan lainnya).

  Bullying merupakan suatu aksi atau serangkaian aksi negatif yang

  seringkali agresif dan manipulatif, dilakukan oleh satu atau lebih orang terhadap orang lain atau beberapa orang selama kurun waktu tertentu, bermuatan kekerasan, dan melibatkan ketidakseimbangan kekuatan. Pelaku biasanya mencuri-curi kesempatan dalam melakukan aksinya, dan bermaksud membuat orang lain merasa tidak nyaman/terganggu, sedangkan korban biasanya juga menyadari bahwa aksi ini akan berulang menimpanya.

  

10 Menurut Barbara Coloroso (2007: 44), bullying adalah tindakan bermusuhan yang dilakukan secara sadar dan disengaja yang bertujuan untuk menyakiti, seperti menakuti melalui ancaman agresi dan menimbulkan terror. Termasuk juga tindakan yang direncakan maupun yang spontan, bersifat nyata atau hampir tidak terlihat, di hadapan seseorang atau di belakang seseorang, mudah untuk diidentifikasi atau terselubung di balik persahabatan, dilakukan oleh seorang anak atau kelompok anak.

  Definisi bullying menurut Ken Rigby dalam Retno Astuti (2008: 3) adalah sebuah hasrat untuk menyakiti. Hasrat ini diperlihatkan ke dalam aksi, menyebabkan seseorang menderita. Aksi ini dilakukan secara langsung oleh seseorang atau sekelompok yang lebih kuat, tidak bertanggung jawab, biasanya berulang, dan dilakukan dengan perasaan senang.

  Barbara Coloroso (2007: 44-45) mengemukakan bahwa bullying a.

  Ketidakseimbangan kekuatan (imbalance power). Bullying bukan persaingan antara saudara kandung, bukan pula perkelahian yang melibatkan dua pihak yang setara. Pelaku bullying bisa saja orang yang lebih tua, lebih besar, lebih kuat, lebih mahir secara verbal, lebih tinggi secara status sosial, atau berasal dari ras yang berbeda.

  b.

  Keinginan untuk mencederai (desire to hurt). Dalam bullying tidak ada kecelakaan atau kekeliruan, tidak ada ketidaksengajaan dalam

  11

  • –a powerful feeling of dislike toward someone

    considered to be worthless, inferior or undeserving of respect. Contempt

    harm others without feeling empathy, compassion or shame. These are: a

    sense of entitlement, that they have the right to hurt or control others, an

    intolerance towards difference, and a freedom to exclude, bar, isolate

    and segregate others

  12

  pengucilan korban. Bullying berarti menyebabkan kepedihan emosional atau luka fisik, melibatkan tindakan yang dapat melukai, dan menimbulkan rasa senang di hati sang pelaku saat menyaksikan penderitaan korbannya.

  c.

  Ancaman agresi lebih lanjut. Bullying tidak dimaksudkan sebagai peristiwa yang hanya terjadi sekali saja, tapi juga repetitif atau cenderung diulangi.

  d.

  Teror. Unsur keempat ini muncul ketika ekskalasi bullying semakin meningkat. Bullying adalah kekerasan sistematik yang digunakan untuk mengintimidasi dan memelihara dominasi. Teror bukan hanya sebuah cara untuk mencapai bullying tapi juga sebagai tujuan

  bullying .

  “Bullying is not about anger. It is not a conflict to be resolved, it’s

  about contempt

  

  Menurut penelitian Trevi dalam Levianti (2008: 7-8) menunjukkan bahwa individu yang cenderung melakukan bullying memiliki karakteristik sebagai berikut: a.

  Berdasarkan jenis kelamin, siswa laki-laki cenderung setuju dengan

  bullying , khususnya yang berbentuk non verbal langsung, namun

  bukan berarti siswa perempuan tidak setuju dengan bullying. Pada kelompok perempuan sebagian setuju dengan bullying dan sebagian lagi tidak setuju dengan bullying. Oleh karena itu laki-laki memiliki sikap yang cenderung positif terhadap bullying. Pada kelompok perempuan yang setuju, mereka cenderung setuju dengan bullying yang berbentuk verbal, sedangkan pada kelompok perempuan yang sikapnya negatif terhadap bullying, cenderung menolak bullying yang berbentuk fisik.

  b.

  Berdasarkan keadaan keluarganya siswa yang keadaan keluarganya utuh harmonis dan utuh bermasalah cenderung setuju dengan

  bullying adalah siswa yang keadaan keluarganya utuh bermasalah.

  Mereka setuju dengan bullying, khususnya yang berbentuk non verbal tidak langsung. Sedangkan untuk yang sikapnya cenderung paling negatif, berasal dari keluarga yang bercerai. Mereka menolak bullying , khususnya yang berbentuk fisik.

  c.

  Berdasarkan jenis informasi yang disukainya, yang sikapnya cenderung paling positif terhadap bullying adalah siswa yang

  13 menyukai film komedi. Mereka setuju dengan bullying, khususnya yang berbentuk fisik dan non verbal langsung. Sedangkan yang sikapnya cenderung paling negatif berasal dari kelompok siswa yang menyukai film misteri. Mereka tidak setuju dengan bullying, khususnya yang berbentuk verbal.

  d.

  Berdasarkan perannya dalam bullying, siswa yang berperan ganda sebagai pelaku-penonton, pelaku-korban, dan pelaku-korban- penonton memiliki sikap yang cenderung positif terhadap bullying. Dari sini, dapat disimpulkan bahwa yang sikapnya cenderung positif adalah yang berperan sebagai pelaku. Mereka setuju dengan

  bullying , khususnya yang berbentuk fisik dan non verbal tidak

  langsung. Sedangkan yang sikapnya cenderung negatif berada dalam kelompok siswa yang berperan sebagai penonton saja, Mereka tidak setuju dengan bullying yang berbentuk fisik dan non fisik (verbal, non verbal langsung dan tidak langsung).

  Berdasarkan kepunyaan kelompok dalam peer group-nya, sampel yang memiliki kelompok dalam peer group-nya, memiliki sikap yang cenderung positif terhadap bullying, khususnya yang berbentuk fisik dan verbal. Sedangkan untuk yang sikapnya cenderung negatif berada pada kelompok siswa yang tidak punya kelompok bermain dalam peergroupnya. Mereka menolak bullying, khususnya yang berbentuk fisik dan non verbal tidak langsung.

  14 f.

  Berdasarkan peran dalam kelompok peer group-nya, siswa yang berperan sebagai pengikut memiliki sikap yang cenderung paling positif terhadap bullying, khususnya yang berbentuk verbal. Sedangkan yang sikapnya cenderung negatif berada pada kelompok yang berperan netral, mereka tidak setuju dengan bullying yang berbentuk fisik dan non fisik (verbal, non verbal langsung dan tidak langsung).

  g.

  Berdasarkan pekerjaan ayahnya, siswa yang ayahnya tidak bekerja dan bekerja sebagai karyawan mempunyai sikap yang cenderung positif terhadap bullying, khususnya yang berbentuk fisik. Sedangkan untuk yang sikapnya cenderung negatif adalah yang pekerjaan ayahnya sebagai wirausahawan. Mereka tidak setuju dengan bullying, khususnya yang berbentuk fisik.

  h.

  Berdasarkan latar belakang pekerjaan ibunya dapat dilihat bahwa siswa yang ibunya tidak bekerja atau hanya menjadi ibu rumah khususnya yang berbentuk non verbal langsung. Sedangkan untuk siswa yang ibunya bekerja sebagai karyawan memiliki sikap yang cenderung negatif terhadap bullying. Mereka menolak bullying baik yang bersifat fisik maupun non fisik. i.

  Berdasarkan penghasilan orang tuanya perbulan, yang penghasilan orang tuanya kurang dari 1 juta memiliki sikap yang cenderung paling positif terhadap bullying, khususnya yang berbentuk fisik dan

  15 non verbal langsung. Sedangkan yang sikapnya cenderung negatif berasal dari kelompok siswa yang tidak tahu berapa penghasilan orang tuanya dan yang penghasilan orang tuanya lebih dari 3 juta perbulan. Mereka menolak bullying, baik yang berbentuk fisik maupun non fisik (verbal, non verbal langsung dan tidak langsung). j.

  Berdasarkan tingkat pendidikan ayahnya, kelompok yang ayahnya lulusan SD, SMP, dan SMA/K sikapnya cenderung positif terhadap

  bullying , namun yang sikapnya cenderung paling positif terhadap bullying adalah Kelompok yang ayahnya lulusan SD dan SMP.

  Untuk ayah yang lulusan SD cenderung positif terhadap bullying yang berbentuk fisik dan non verbal langsung. Kemudian untuk yang lulusan SMP, mereka cenderung setuju dengan bullying yang berbentuk non verbal langsung. Selanjutnya untuk yang sikapnya cenderung paling negatif terhadap bullying adalah siswa yang pendidikan ayahnya S1, mereka menolak bullying, khususnya yang langsung). k.

  Berdasarkan tingkat pendidikan ibunya, yang latar belakang pendidikan ibunya SMP dan S1 sikapnya cenderung positif terhadap . Untuk yang ibunya lulusan SMP mereka setuju dengan

  bullying bullying , khususnya yang berbentuk non-verbal langsung, sedangkan

  untuk yang pendidikan terakhir ibunya S1 setuju dengan bullying yang bersifat fisik, verbal, dan non verbal tidak langsung. Untuk

  16 yang ibunya lulusan S1, setelah dianalisis lagi, ternyata ibunya yang S1 ini berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Selanjutnya untuk yang sikapnya cenderung negatif terhadap bullying adalah yang tidak tahu latar belakang pendidikan ibunya dan yang latar belakang pendidikan ibunya yang SMA/K. Mereka tidak setuju dengan

  bullying yang berbentuk fisik dan non fisik (verbal, non verbal langsung dan tidak langsung).

  Adapun yang rentan menjadi korban bullying menurut Barbara Coloroso (2007: 16) berupa orang-orang seperti berikut: a.

  The new kid on the block (orang baru di lingkungan itu).

  b.

  The kid who has been traumatized and is sensitive and avoids peers (orang yang pernah menagalami trauma pernah disakiti sebelumnya, biasanya sangat peka, menghindari teman sebaya untuk menghindari kesakitan yang lebih parah, dan merasa sulit untuk meminta pertolongan).

  The kid who is submissive, shy, reserved and timid (orang yang penurut, kurang percaya diri, mudah dipimpin dan orang yang melakukan hal-hal untuk menyenangkan atau meredam kemarahan orang lain).

  d.

  The kid who has behaviors annoying to others (orang yang perilakunya dianggap mengganggu orang lain).

  e.

  The kid who is rich or poor (orang yang kaya atau miskin).

  17 f.

  The kid whose ethnicity is viewed as inferior (orang yang ras atau etnisnya dipandang rendahan atau layak dihina).

  g.

  The kid whose religion is considered inferior (orang yang agamanya dipandang rendahan sehingga layak dihina).

  h.

  The kid whose physical attributes are different form the norm (anak yang memiliki ciri fisik yang berbeda dengan mayoritas anak lainnya).

  Menurut Blaya dalam Nissa Adilla (2009: 58) perbedaan anak laki- laki dan perempuan adalah terletak pada stereotipe maskulin dan feminim yang sudah terbangun dalam masyarakat. Anak laki-laki didefinisikan sebagai seseorang yang terbiasa mengambil tindakan yang beresiko, suka berkelahi dan terlibat dalam suatu kelompok atau

  “geng”. Sedangkan anak perempuan didefinisikan sebagai anak yang pasif, tidak mandiri, penuh pertimbangan dan taat pada peraturan. Maka dari itu bentuk perempuan biasanya terjadi dalam bentuk indirect (tidak langsung) seperti verbal dan psikologis, bukan tindakan fisik. Sedangkan anak laki- laki cenderung melakukan sebaliknya.

  Most people are aware of the physical act of bullying. Harris and Petrie in Kendra R. Pagel’s research (2011: 14) defined bullying as extreme behavior that is abusive and studied two forms of bullying which included direct and indirect bullying. Yet others, Tangen and Campbell

  18

  

in Kendra R. Pagel’s research (2011: 14-15) believe bullying comes in

other forms. These forms of bullying include; physical, verbal, relational,

and cyber bullying. From the article, Bullying in Middle Schools:

Prevention and Intervention, Milsom and Gallo defined physical bullying

as the form that is “probably the most obvious of all forms because it can

be seen. Physical bullying occurs when a person is physically hitting,

kicking, or s hoving their victims”. Verbal bullying may be the “use of

words to harm others through name-calling, insulting, making racist

comments, or harsh teasing”. Relational bullying would “focus on

excluding one person from their peer group and usually doing so through

verbal threats and spreading rumors”. Tangen and Campbell identified a

new type of bullying in the forefront as well, cyberbullying. This type of

bullying is defined as “harming others repeatedly through the use of

technology such as social networking sites and other chat rooms, mobile

phones, websites and web- cameras”.

  bahwa bullying dapat terjadi dalam beberapa bentuk, namun secara garis besar Sullivan membagi menjadi dua kelompok, yaitu: a.

  Bullying fisik Meliputi menggigit, menjambak, memukul, menendang, mencakar atau bentuk-bentuk kekerasan fisik lainnya. Bullying fisik juga meliputi perusakan barang-barang milik seseorang. Bentuk ini

  19

  20 merupakan bentuk mudah terlihat dan mudah teridentifikasikan.

  Bullying fisik yang ekstrim bisa mengakibatkan kematian.

  b.

  Bullying non-fisik

  Bullying non-fisik terbagi dalam bentuk verbal dan non-verbal,

  antara lain: 1)

  Verbal contohnya seperti meledek, pemalakan, pemerasan, mengancam, atau intimidasi, menghasut, berkata kasar kepada korban, menekan, menyebarluaskan kejelekan korban. 2)

Bullying non-verbal terbagi menjadi dua macam, yaitu langsung dan tidak langsung. Langsung contohnya gerakan (tangan, kaki

  atau anggota badan lainnya) kasar atau mengancam, menatap, muka mengancam, menggeram, hentakan mengancam, atau menakuti; tidak langsung contoh di antaranya adalah memanupulasi pertemanan, mengasingkan, tidak mengikutsertakan, mengirim pesan menghasut, perbuatan

  Berbeda dengan Keith Sullivan, Barbara Coloroso (2007: 47) memaparkan bentuk-bentuk bullying ke dalam empat kelompok, yaitu: a.

Bullying verbal berupa pemberian julukan nama, celaan, fitnah, kritik, penghinaan (secara pribadi atau rasial), pernyataan-pernyataan

  bernuansa ajakan seksual atau pelecehan seksual, teror, surat-surat yang mengintimidasi, tuduhan-tuduhan yang tidak benar, gosip dan lain sebagainya. b.

  Bullying secara fisik berupa memukul, mencekik, menyikut, meninju, menendang, menggigit, mencakar serta meludahi korban yang tertindas hingga ke posisi yang menyakitkan.

  c.

  Bullying secara rasional yaitu pelemahan harga diri si korban secara sistematis melalui pengabaian, pengucilan, pengecualian atau penghindaran, perilaku ini dapat mencakup sikap-sikap yang tersembunyi seperti pandangan agresif, lirikan mata, helaan nafas, bahu yang bergedik, cibiran, tawa yang mengejek dan bahasa tubuh yang kasar.

  d.

  Bullying elektronik (cyberbullying) yaitu perilaku bullying yang dilakukan melalui sarana elektronik seperti komputer, handphone, internet, website, chatting room, email, SMS dan sebagainya. Biasanya ditunjukan untuk meneror korban dengan menggunakan tulisan, animasi, gambar dan rekaman video atau film yang sifatnya mengintimidasi, menyakiti atau menyudutkan.

  7) menyebutkan tipe-tipe bullying adalah sebagai berikut: a.

  Overt bullying, meliputi bullying secara fisik dan secara verbal, misalnya dengan mendorong hingga jatuh, memukul, mendorong dengan kasar, memberi julukan nama, mengancam dan mengejek dengan tujuan untuk menyakiti.

  b.

  Indirect bullying meliputi agresi relasional, dimana bahaya yang ditimbulkan oleh pelaku bullying dengan cara menghancurkan

  21 hubungan-hubungan yang dimiliki oleh korban, termasuk upaya pengucilan, menyebarkan gosip, dan meminta pujian atau suatu tindakan tertentu dari kompensasi persahabatan. Bullying dengan cara tidak langsung sering dianggap tidak terlalu berbahaya jika dibandingkan dengan bullying secara fisik, dimaknakan sebagai cara bergurau antar teman saja. Padahal relational bullying lebih kuat terkait dengan distress emosional daripada bullying secara fisik.

  Bullying secara fisik akan semakin berkurang ketika siswa menjadi

  lebih dewasa tetapi bullying yang sifatnya merusak hubungan akan terus terjadi hingga usia dewasa.

  c.

  Cyberbullying, seiring dengan perkembangan di bidang teknologi, siswa memiliki media baru untuk melakukan bullying, yaitu melalui sms, telepon maupun internet. Cyberbullying melibatkan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi, seperti e-mail, telepon seluler dan peger, sms, website pribadi yang menghancurkan orang lain, yang dimaksudkan adalah untuk mendukung perilaku menyerang seseorang atau sekelompok orang, yang ditujukan untuk menyakiti orang lain, secara berulang-ulang kali.

  Kendati bentuk bullying berbeda tetapi mereka memiliki sifat yang

  (

  sama Nandiyah Abdullah, 2013: 52) yaitu: a.

  Suka mendominasi orang lain.

  22 b.

  Suka memanfaatkan orang lain untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.

  c.

  Sulit melihat situasi dari titik pandang orang lain.

  d.

  Hanya peduli pada keinginan dan kesenangan mereka sendiri, bukan pada kebutuhan, hak-hak, dan perasaan-perasaan orang lain.

  e.

  Cenderung melukai anak-anak lain ketika orang tua atau orang dewasa lainnya tidak ada di sekitar kita.

  f.

  Memandang saudara-saudara atau rakan-rekan yang lebih lemah sebagai mangsa.

  g.

  Menggunakan kesalahan, kritikan dan tuduhan yang keliru untuk memproyeksikan ketidak cakapan mereka kepada targetnya.

  h.

  Tidak mau bertanggung jawab atas tindakan mereka. i.

  Tidak memiliki pandangan terhadap masa depan. j.

  Haus perhatian.

  menggambarkan kejahatan yang dilakukan dengan komputer atau internet. Namun demikian dalam pengaturan cyber crime di berbagai negara digunakan terminologi yang berbeda-beda sesuai dengan tujuan dan luas lingkup pengaturan dalam undang-undangnya (Sigid Suseno, 2012: 89). Adapun menurut Widodo (2013: 94) kejahatan di dunia siber atau cyber crime merupakan bentuk kejahatan baru berbasis teknologi

  23 informasi dengan memanfaatkan perangkat keras maupun perangkat lunak komputer.

  Barda Nawawi Arief (2007: 1) menuliskan cyber crime merupakan salah satu bentuk baru dari kejahatan masa kini yang mendapat perhatian luas, baik dalam lingkup nasional, regional maupun internasional. Volodymyr Golubev menyebutnya sebagai “the new form of anti-social

  

behavior ”. Beberapa julukan/sebutan lainnya yang “cukup keren”

  diberikan kepada jenis kejahatan baru ini di dalam berbagai tulisan, antara lain, sebagai “kejahatan dunia maya” (“cyberspace/virtualspace

  offence

  ”), dimensi baru dari “hitech crime”, dimensi baru dari “transnational crime”, dan dimensi baru dari “white collar crime”.

  Pada mulanya para ahli hukum terfokus pada alat/perangkat keras yaitu komputer. Namun dengan adanya perkembangan teknologi dan informasi berupa jaringan internet, maka fokus dari identifikasi terhadap definisi cyber crime lebih diperluas lagi yaitu seluas aktivitas yang dapat Jadi tidak sekedar pada komponen hardwarenya saja kejahatan tersebut dimaknai sebagai cybercrime, tetapi sudah dapat diperluas dalam lingkup dunia yang dijelajah oleh sistem teknologi informasi yang bersangkutan (Budi Suhariyanto, 2012: 11).

  Sedangkan karaketristik cyber crime menurut Abdul Wahid dan M. Labib (2010: 76) adalah:

  24 a.

  Perbuatan yang dilakukan secara illegal, tanpa hak atau tidak etis tersebut terjadi dalam ruang/wilayah siber/cyber (cyber space), sehingga tidak dapat dipastikan yurisdiksi negara mana yang berlaku terhadapnya.

  b.

  Perbuatan tersebut dilakukan dengan menggunakan peralatan apapun yang terhubung dengan internet.

  c.

  Perbuatan tersebut mengakibatkan kerugian materiil maupun immateriil (waktu, nilai, jasa, uang, barang, harga diri, martabat, kerahasiaan informasi) yang cenderung lebih besar dibandingkan dengan kejahatan konvensional.

  d.

  Pelakunya adalah orang yang menguasai penggunaan internet beserta aplikasinya.

  e.

  Perbuatan tersebut sering dilakukan secara transnasional/melintasi batas negara.

  Mengingat luasnya pengertian tindak pidana cyber (cyber crime), 103): a.

  Lalai dalam penggunaan sistem informasi sementara itu juga melanggar kebijakan keamanan atau terlibat dalam praktek-praktek keamanan informasi yang tidak sehat dan dengan demikian mengekspos sistem dan data untuk menjadi sasaran cyber attack.

  b.

  Tindak pidana tradisional yang dilakukan dengan menggunakan komputer atau jenis perangkat elektronik IT lainnya untuk

  25 komunikasi dan atau mencatat untuk mendukung kegiatan illegal mereka.

  c.

  Online fraud seperti phising, spoofing, spamming, atau menipu orang secara online untuk memperoleh keuntungan finansial seperti dalam kasus penipuan melalui kartu kredit atau pencurian identitas.

  d.

  Hacking, computer trespassing, dan password cracking dengan maksud untuk membobol akun password komputer dan/ atau secara melawan hukum memasuki sistem informasi untuk melakukan kejahatan secara online atau offline. Malicious writting dan

  

distribution of computer code termasuk didalamnya membuat, men-

  copy dan atau mengeluarkan malware (viruses, trojan, worms, atau program adware/spyware.

  e.

  Digital piracy musik, film, dll.

  f.

  Cyber harassments, threat, intentional embarassment atau coercion termasuk cyberbullying.

  Online stalking dan cybersex yang mengganggu lainnya.

  h.

  Academic cheating dan sicentific misconduct untuk melakukan tindakan plagiarism. i.

  Organized crime yaitu menggunakan internet untuk memfasilitasi kegiatan illegal mereka (smuggling, jual beli senjata, narkotika). j.

  Government and freelance spying termasuk corporate espionage. k.

  Cyber terrorism.

  26 Terkait dengan jenis kejahatan di media siber, ada beberapa kategori yang bisa dikatakan sebagai kejahatan siber (Rulli Nasrullah, 2014: 128-130): a.

  Akses tidak sah atau illegal access, yakni memasuki sistem komputer seperti data penyimpanan rahasia perusahaan atau individu yang sudah dilengkapi oleh sistem keamanan tanpa izin pemilik. Dalam jenis ini juga bisa dimasukan adanya upaya menggunakan akses kompuer untuk nelakukan perbuatan melanggar hukum.

  Beberapa jenis kejahatan ini misalnya: 1)

  Penyadapan tidak sah (intercepting), yakni aktifitas dan/atau memasang alat bantu teknis, baik perangkat keras maupun perangkat lunak, untuk menyalin informasi maupun identitas yang ada di internet.

  2) Penipuan melalui bank (banking fraud), yakni tindakan mengambil uang dengan cara tidak sah baik dengan cara didapat secara ilegal, meretas program sehingga bisa memerintahkan program komputer suatu bank untuk melakukan transfer ke suatu rekening, maupun dengan cara melakukan penipuan terhadap pengguna internet lain.

  3) Pencucian uang (money laundring), yakni upaya menggunakan dunia siber untuk memindahkan uang atau melakukan transfer melalui atau antar akun rekening bank.

  27

  28

  4) Penggunaan jaringan milik piak lain (phreaking), yakni tindakan menggunakan identitas jaringan atau alamat protokol internet pihak lain secara ilegal dan dengan tindakan ini pihak yang lain itu dibebani biaya penggunaan internet.

  b.

  Konten ilegal (illegal content), yakni kejahatan dengan memasukkan data atau informasi ke internet yang tidak benar, tidak etis, melanggar hukum, dan/atau melanggar ketertiban hukum. Kejahatan ini juga bisa berupa penggunaan data milik orang lain untuk kepentingan pribadi dan/atau perusahaan serta bisa juga disebarkan kepada orang atau perusahaan lain. Beberapa jenis kejahatan ini misalnya: 1)

  Pornografi, yakni dengan secara sengaja mengunggah, menampilkan, dan mengunduh gambar-gambar tidak senonoh (porno) melalui media siber yang dapat diakses oleh pengguna internet.

  Pelanggaran hak cipta (copyright), yakni aktivitas pengkopian atau penggandaan hak cipta yang dilakukan dengan tidak sah dengan menyebar luaskan melalui internet atau menjual kepada pihak lain.

  3) Terorisme virtual, yakni tindakan yang dengan sengaja melakukan ancaman kepada pihak lain.

  4) Perjudian dengan menggunakan sarana media siber . c.

  Data ilegal (illegal data). Beberapa jenis kejahatan ini misalnya: 1)

  Pemalsuan kartu kredit (carding), yakni penggunaan secara tidak sah/ilegal informasi kartu kredit orang lain dengan memakai identitas dan/atau kata sandi pemilik karu kredit atas transaksi perdagangan elektronik.

  2) Penjiplakan situs (typosquating), yakni tindakan membuat situs yang secara visual menyerupai atau memiliki kemiripan dengan suatu situs lain, dengan maksud menjebak pengguna seolah-olah berada pada situs resmi dan situs ilegal itu digunakan untuk mendapatkan informasi rahasia, seperti nama pengguna (user

  name ) dan nomor PIN, yang bisa digunakan oleh pelaku untuk tindakan kejahatan.

  d.

  Cyber sabotage, yakni tindakan secara tidak sah menyerang atau mensabotase sehingga menyebabkan gangguan, kerusakan, bahkan penghancuran suatu data. Beberapa jenis kejahatan ini misalnya:

  Perusakan data (defacing/cracking), yakni melakukan tindakan mengubah tam[ilan situs milik individu atau instansi tanpa izin.

  2) Penyebaran virus (worm), yakni upaya dengan sengaja memasukkan virus ke dalam jaringan internet yang bisa mengakibatkan kerusakan sistem operasi pada komputer yang terkena virus.

  3) Perusakan sistem komputer (denial of servis (Dos) attack), yakni tindakan dengan sengaja melakukan perusakan sistem komputer

  29 yang mengakibatkan terganggunya atau terhentinya pengoprasian komputer.

  Dapat dipahami bahwa, cyber crime merupakan tindak pidana yang bersifat dinamis, dimana pada mulanya hanya terbatas pada kejahatan yang menyerang komputer serta pemanfaatannya, kini menjadi kejahatan yang timbul dari pemanfaatan teknologi internet. Hal ini juga menunjukkan adanya kemungkinan timbulnya banyak kejahatan lain yang muncul dikarenakan pemanfaatan teknologi di internet dimasa yang akan datang.

  Menilik Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), terminologi

  bullying dipadankan sebagai perundungan yang berasal dari akar kata

  rundung, berarti mengganggu, mengusik terus-menerus, dan menyusahkan. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan istilah perundungan siber sebagai padanan kata cyberbullying. Hal ini sebagai padanan kata untuk cyber. Cybernetics padanannya sibernetika.

  Selain itu pula, dalam penjelasan umum UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE), kata siber digunakan untuk menjelaskan cyberspace yang berarti ruang siber (Ranny Rastati, 2016: 170).

  Cyberbullying is the use of technology to intimidate, victimize, or bully anindividual or group , cyberbullying adalah penggunaan teknologi

  30 untuk mengintimidasi, menjadikan korban, atau mengganggu individu atau sekelompok orang (Bhat, 2008: 2).

  Cyberbullying adalah perlakuan individu atau kelompok dengan

  sengaja menggunakan informasi dan komunikasi yang melibatkan teknologi elektronik untuk memfasilitasi pelecehan disengaja dan berulang atau ancaman terhadap individu atau kelompok lain dengan mengirim atau posting teks kejam dan/atau grafis menggunakan sarana teknologi (Mason, 2008: 323).

  Siti Nurjanah (2014: 3) menuliskan bahwa cyberbullying adalah bagian dari cyber harassment, yang berbeda pada cyberbullying yaitu perilaku ini melibatkan anak. Cyber harassment adalah prilaku yang dilakukan individu atau kelompok kepada orang lain di cyber space dan jaringan telekomunikasi lain seperti telepon, dengan tujuan untuk mengintimidasi, menyerang, atau mempermalukan korban.

  

Cyberbullying memiliki arti yang sama dengan tradisional bullying

  Smith, dkk dalam Siti Nurjanah (2014: 4) juga menambahkan bahwa mereka mengadapatasi definisi bullying dari Olweus, yaitu cyberbullying adalah perilaku agresif, intens, berulang yang dilakukan oleh individu dan perorangan dengan menggunakan bentuk-bentuk pemanfaatan teknologi dan elektronik sebagai media untuk menyerang orang tertentu.

  Undang-undang di Massachusetts mendefenisikan cyberbullying sebagai

  “…bullying through the use of technology or any electronic

  31

  

communication, which shall include, but shall not be limited to, any transfer of

signs, signals, writing, images, sounds, data or intelligence of any nature

transmitted in whole or in part by a wire, radio, electromagnetic, photo

electronic or photo optical system, including, but not limited to, electronic mail,

internet communications, instant messages or facsimile communications.

Cyber-bullying shall also include (i) the creation of a web page or blog in

which the creator assumes the identity of another person or (ii) the knowing

impersonation of another person as the author of posted content or messages, if

the creation or impersonation creates any of the conditions enumerated in

clauses (i) to (v), inclusive, of the definition of bullying. Cyber-bullying shall

also include the distribution by electronic means of a communication to more

than one person or the posting of material on an electronic medium that may be

accessed by one or more persons…

.

  Rudi (2010: 67) menyebutkan beberapa perilaku yang umum dilakukan dalam tindakan cyberbullying dan dijadikan sebagai indikator dalam variabel perilaku cyberbullying, yaitu: a.

  Flame War. Dapat terjadi di milis atau online forum, berupa perdebatan yang tidak esensial atau penyanggahan tanpa dasar yang kuat dengan menggunakan bahasa kasar dan menghina.

  b.

  Gangguan (Harassment). Berulang kali posting atau mengirimkan pesan tidak pantas melalui facebook atau media sosial lainnya.

  Mengirim pesan dengan jumlah belasan hingga ratusan per-hari.

  32 c.

  Pencelaan. Menyebarluaskan gossip (benar atau tidak) tentang seseorang dengan tujuan untuk mencela dan merusak reputasi seseorang. Misalnya, secara online menyebarluaskan rahasia, informasi atau foto pribadi yang membuat seseorang menjadi malu.

  d.

  Impersonation. Berpura-pura menjadi orang lain dan mengirimkan pesan yang bertujuan agar orang lain tersebut mendapat masalah atau merusak persahabatan dan reputasinya. Misalnya, A mencuri

  password

  B. Kemudian dengan menggunakan password curian tersebut, A mengirimkan pesan seolah-olah dari B berisi pernyataan yang menyakiti teman B sehingga persahabatan B dengan temannya menjadi rusak.

  e.

  Tipu Muslihat. Berpura-pura menjadi teman anda dan banyak bertanya sehingga tanpa sadar anda berbagi informasi yang sangat pribadi. Pelaku bullying kemudian meneruskan informasi yang sangat pribadi tersebut kepada banyak orang secara online dengan f.

  Pengucilan Secara Sosial. Dengan sengaja memboikot, mengabaikan, mengasingkan atau mengucilkan seseorang dari suatu

  online group . Sudah banyak terjadi kasus cyberbullying yang

  mengakibatkan korbannya mengalami stress, depresi, bahkan ada yang nekat melakukan bunuh diri.

  Nancy E. Willard (2007: 255) menyebutkan macam-macam jenis

  cyberbullying sebagai berikut:

  33 a.

  Flaming (terbakar): “Online fights using electronic messages with

  angry and vulgar language. ” Yaitu mengirimkan pesan teks yang

  isinya merupakan kata-kata yang penuh amarah dan frontal. Istilah “flame” ini pun merujuk pada kata-kata di pesan yang berapi-api.

  b.

  Harassment (gangguan): “Repeatedly sending nasty, mean, and

  insulting messages.” Yaitu pesan-pesan yang berisi gangguan pada email , sms, maupun pesan teks di jejaring sosial dilakukan secara

  terus menerus. Dalam model harassment ini, biasanya si pelaku hendak menjatuhkan mental dan psikis korbannya. Dengan menggunakan kata-kata kotor dan juga ancaman-ancaman yang meneror jiwa korban.

  c.

  Denigration (pencemaran nama baik): “Dissing someone online.

  Sending or posting gossip or rumors about a person to damage his or her reputation or friendships.

  ” Yaitu proses mengumbar keburukan seseorang di internet dengan maksud merusak reputasi d.

  Impersonation (peniruan): “Pretending to be someone else and

  sending or posting material to get that person in trouble or danger or to damage that person’s reputation or friendships.” Yaitu

  berpura-pura menjadi orang lain dan mengirimkan pesan-pesan atau status yang tidak baik, agar teman korban mengira bahwa status atau pesan tersebut adalah asli dari si korban dengan maksud mencemarkan reputasi atau pertemanan si korban.

  34 e.

  Outing: “Sharing someone’s secrets or embarassing information or

  images online. ” Yaitu menyebarkan rahasia orang lain, atau foto-foto

  pribadi orang lain, dengan maksud mengumbar keburukan atau privasi orang tersebut. Bedanya dengan denigration di atas adalah terletak pada jenis objek medianya; outing lebih menggunakan pada foto-foto dan video pribadi, sedangkan denigration lebih pada pendeskripsian melalui tulisan. Akan tetapi, tujuannya adalah sama- sama menjatuhkan harga diri seseorang.

  f.

  Trickery (tipu daya): “Talking someone into revealing secrets or embarassing information, then sharing it online.

  ” Yaitu membujuk seseorang dengan tipu daya agar mendapatkan rahasia atau foto pribadi orang, yang bertujuan untuk disebarkan secara online.

  g.

  Exclusion (pengeluaran): “Intentionally and cruelly excluding someone from an online group.

  ” Yaitu secara sengaja dan kejam mengeluarkan seseorang dari grup online.

  Cyberstalking: “Repeated, intense harassment and denigration that

  includes threat or creates significant fear. ” Yaitu mengganggu dan

  mencemarkan nama baik seseorang dan mengumbar keburukan orang tersebut secara berulang-ulang dan intens dengan unsur ancaman sehingga membuat ketakutan besar pada orang tersebut. Tak jarang ketakutan yang ditimbulkan bisa berujung pada kematian, stres, dan depresi yang berlebihan.

  35

  36 Cyber bullying actions may include the wide dissemination of: (1)

embarrassing information (true or fabricated) about individuals, their

families and/or friends; (2) confidences intended for the sender alone;

(3) photographs taken with or without consent of the subject; (4) videos

clips taken without consent or made by the victim for a select audience;

and (5) social exclusion can also be practiced on victims by cyber bullies

influencing groups to ‘block’ someone from their list of friends/ contacts.

  

The aim of the cyber bully is no different from that of a conventional

bully: it is to embarrass, threaten, shame, hurt, or exclude the victim.

  Ada beberapa alat yang digunakan dalam melakukan cyberbullying (Bhat, 2008: 58-60), yaitu: a.

  

Instant Messaging (IM). Instant messaging began as real-time

communication between two or more people using typed text on computers connected by the internet. Cyber bullies can use IM in a variety of ways including setting up ‘fake’ profiles to hide their o ut or forwarding IM’s sent to one person (often in confidence or with the implicit idea that the IM is being sent to that person alone) to large numbers of people.

  b.

  

Mobile Phones. Mobile phones can be used by cyber bullies in one of

three ways: text messaging, pictures, and video clips taken using mobile phones. These may be forwarded to large groups of people with the intent of hurting or embarrassing the victim. Pictures or

  videos may have been taken with or without the consent of the victim. Threatening messages may be sent via mobile phone.

  c.

Chat Rooms. Chat rooms are a form of synchronous conferencing

  The primary purpose of chat rooms is to converse with other people for social interaction or knowledge sharing. Chat rooms allow for verbal, audio, and video chat (chat room, n.d.). Examples of how bullying in chat rooms could manifest include explicitly sexual talk without the consent of the victim, attacks on the victims thoughts or feelings, and shaming or embarrassing tactics. The victim would often have built rapport with several in the chat room and may not know what he or she did to warrant such harsh treatment.

  d.

  

E-mail Messages. E-mail provides the opportunity to reach large

numbers of people with damaging or hurtful messages. Once again the dissemination of such messages may be multitiered (i.e., the first wave is sent out by one individual to their ‘contact’ list, and then the ‘contacts’ forward it on to their own contacts). Verbal, audio, and visual material can be sent via email. With the forwarding capabilities of e-mail programs, very large numbers of people can be reached in a very short time.

  e.

  

Social Networking Sites. Social networking sites have become

extremely popular with school students. These sites can be used to chat, post photographs and films, share files, and so on, and again the potential to reach large numbers of people with a single action is

  37

  immense. Cyber bullies can use an identity which in unknown to the victim and/or could use their site to post harmful or derogatory material about others.

  f.

  

Blogs. A blog is defined as an authored online diary or chronology

of thoughts published on a webpage. It is also referred to a weblog or a web log (blog, n.d.). Blogs can be used to embarrass, make fun of, or attack individuals or groups of people. Anything that is posted on a blog is identified as the author’s views. Cyber bullies could post comments about a classmate’s looks, intelligence, personal hygiene, or sexual preferences.

  Selain menurut Bhat, alat-alat yang biasa digunakan dalam

  

cyberbullying menurut Sheri Bauman dalam Daryl Albert Reppy (2016:

  64) yaitu: a.

  Instant Message (IM) ini meliputi e-mail dan akun tertentu di internet yang memungkinkan penggunanya mengirimkan pesan atau b.

  Chatroom merupakan salah satu fasilitas website tertentu dimana pengguna yang memiliki ID disana dapat bergabung dalam satu kelompok chatting. Disini pelaku cyberbullying dapat mengirimkan kata-kata gertakan dimana orang lain dalam group chatting tersebut dapat membaca dengan mudah, dan korban merasa tersudutkan.

  38 c.

  Trash Poling Site. Beberapa pelaku cyberbullying membuat poling tertentu di sebuah website dengan tema yang diniatkan untuk merusak reputasi seseorang.

  d.

  Blog merupakan website pribadi yang bisa dijadikan buku harian atau diary. Disini pelaku bullying bebas memposting apa saja termasuk konten yang mengintimidasi seseorang.

  e.

  Bluetooth Bullying. Praktiknya dengan mengirimkan gambar atau pesan yang mengganggu kepada seseorang melalui koneksi

  bluetooth yang sedang aktif.

  f.

  Situs jejaring sosial yang berisi banyak fitur banyak disalah gunakan pelaku bullying dengan memposting status, komentar, posting dinding, testimoni, foto, dan lain-lain yang mengganggu, mengintimidasi, menyinggung, dan merusak citra seseorang.

Dokumen yang terkait

Institusional repository :(rangkuman pertemuan di Pontianak 25 Oktober - 29 Oktober 2013)

0 6 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu - ANALISIS KAPASITAS DRAINASE DENGAN METODE RASIONAL DI PERUMAHAN PURI HIJAU PURWOKERTO - repository perpustakaan

0 2 34

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - ANALISIS PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI DI PASAR (STUDI KASUS PASAR PURWAREJA KLAMPOK) - repository perpustakaan

0 2 29

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - ANALISIS KEKAMBUHAN PADA PASIEN CONGESTIVE HEART FAILURE SELAMA SATU TAHUN DI RSUD BANYUMAS - repository perpustakaan

0 0 24

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu - ANALISIS EFEKTIVITAS SIMPANG TAK BERSINYAL JALAN GATOT SUBROTO DAN JALAN GEREJA DI PURWOKERTO UNTUK 10 TAHUN - repository perpustakaan

0 1 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - ANALISIS KANDUNGAN LEMAK BABI DALAM ES KRIM YANG BEREDAR DI WILAYAH PURWOKERTO MENGGUNAKAN FTIR DAN KEMOMETRIK SEBAGAI AUTENTIKASI HALAL - repository perpustakaan

0 1 28

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - ANALISIS KANDUNGAN BABI PADA KORNET DAGING SAPI DI WILAYAH PURWOKERTO DENGAN METODE REAL TIME PCR - repository perpustakaan

0 0 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - ANALISIS KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS) TERHADAP PELAYANAN KEFARMASIAN DI RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO - repository perpustakaan

0 0 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - EFEKTIVITAS METODE CBIA DAN FGD UNTUK MENINGKATKAN PENGETAHUAN MASYARAKAT KECAMATAN PURWOKERTO UTARA TENTANG OBAT GENERIK - repository perpustakaan

0 1 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOKERTO SELATAN KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2012 - repository perpustakaan

1 10 39