I Wayan Eka Widiadi Sucipta, Tri Haryanto, I Ketut Partha

NGAYUN DAMAR

  I Wayan Eka Widiadi Sucipta, Tri Haryanto, I Ketut Partha

  INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR Alamat: Jalan Nusa Indah Denpasar, Telp: (0361) 227316, Fax: (0361) 236100 e-mail: gedesukartha@isi-dps.ac.id

  ABSTRAK Ngayun Damar. Ngayun Damar terdiri dari 2 kata, yaitu Ngayun dan Damar. Ngayun yang berarti mengayunkan/memutar, dan Damar yang berarti sumber cahaya. Sumber cahaya yang dimaksud adalah seorang wanita muda/daha yang baru beranjak dewasa yang sering menaiki ayunan tersebut. Damar atau cahaya merupakan sumber kehidupan karena arti lain dari damar adalah pelita. Pelita sendiri merupakan suatu harapan. Daha yang di ayun merupakan sumber cahaya bagi masyarakat Desa Tenganan. Keceriaan, keberanian, kebersamaan, dan pengabdian mereka pada tradisi merupakan harapan besar bagi berlangsungnya keberadaan Desa Adat Tenganan. Jadi Ngayun Damar disini berarti suatu kegiatan mengayunkan seorang wanita muda yang baru menginjak dewasa yang dilakukan dengan ceria, bahagia, dan menjalin erat persaudaraan antara masyarakat Desa Tenganan. Keberadaan tradisi ngayunan damar ini ditransformasikan ke dalam komposisi musik yang menggunankan instrumen slonding dan semar pagulingan. Kedua instrumen ini dipadukan karena sebagai simbol dari tradisi di desa Adat Tenganan dan gejolak ekspresi daha tenganan saat mengikuti tradisi Ngayun Damar. Penemuan ide dari karya ini berawal dari ketidak sengajaan, ketika melihat suatu foto ayunan yang berasal dari Desa Tenganan. Penggarap pun lebih mencari tahu tentang ayunan tersebut melalui informasi di internet. Setelah melihat suatu video tentang ayunan tersebut di youtube, penggarap sangat tertarik untuk mentransformasikan suatu ayunan tersebut kedalam komposisi musik. Karya komposisi musik ini lahir dari intensi diri penggarap yang dituangkan dalam bentuk penggabungan dari instrumen Gamelan Slonding dan Gamelan Semar Pagulingan. Garapan Ngayun Damar ini menggunakan 2 instrumen/barungan gamelan yang berbeda. Barungan slonding dan barungan semar pagulingan menjadi media ungkap dalam garapan ini.

  Sesuai konsep garapan,dipilihnya slonding dan semar pagulingan antara lain karena penata ingin menggunakan 2 barungan gamelan berbeda yang akan menjadi penopang garapan seperti halnya 2 kayu besar penopang ayunan tersebut. jadi dipilihnya ke 2 barungan gamelan itu dikarenakan memiliki beberapa nada yang hampir sama yang akan bisa dipadukan dalam garapan ngayun damar ini. Jumlah pemain dalam kompisisi musik ini berjumlah 18 orang termasuk penata, 5 orang memainkan gamelan slonding dan 13 orang memainkan gamelan semar pagulingan. Garapan ini berdurasi 12 menit. Kata kunci: Komposisi musik, Semar pagulingan, Selonding, Ngayun Damar.

  ABSTRACT Ngayun Damar. Ngayun Damar consists of 2 words, namely Ngayun and Damar. Ngayun which means swinging / rotating, and Resin which means light source. Light source in question is a young woman / daha newly grown up who often ride the swing. Resin or light is the source of life because the other meaning of resin is a lamp. Pelita itself is a hope. Daha in swing is a source of light for the people of Tenganan Village. Their cheerfulness, courage, togetherness, and devotion to tradition is a great hope for the existence of Tenganan Traditional Village. So Ngayun Damar here means an activity of swinging a young woman who just stepped on adulthood done with cheerful, happy, and tightly bonded fraternity among the people of Tenganan Village. The existence of this resin ngayunan tradition is transformed into a musical composition using slonding and semar pagulingan instruments. Both instruments are combined because as a symbol of tradition in the village of Tenganan Adat and turbulent expression of tangan daha while following the tradition of Ngayun Damar. Discovery of the idea of this work originated from an accident, when looking at a swing photo from the village of Tenganan. Penggarap was more to find out about the swing through information on the internet. After seeing a video about the swing on youtube, the worker is very interested to transform a swing into the music composition. The work of this musical composition was born from the intention of self-cultivators who poured in the form of a merger of the instrument Slonding Gamelan and Semar Pagulingan Gamelan. Garapan Ngayun Damar uses 2 different instruments / barungan gamelan. Barungan slonding and barungan semar pagulingan become the media revealed in this claim. In accordance with the concept of arable, choose slonding and semar pagulingan partly because the stylists want to use 2 different gamelan barungan that will be a pillar support as well as 2 large wooden support of the swing. so he chose the 2 barungan gamelan because it has some almost the same tone that will be able to be combined in this damar ngayun cultivation. The number of players in this music composition amounted to 18 people including stylists, 5 people playing slonding gamelan and 13 people playing gamelan semar pagulingan. It is 12 minutes long.

  Keywords: musical composition , Semar Pagulingan, Slonding, Ngayun Damar.

  PENDAHULUAN

  Dewasa ini, perkembangan teknologi begitu pesat. Hal ini menjadikan orang-orang sibuk dengan gadgetnya sendiri untuk menelusuri/bermain dalam dunia internet. Bukan hanya orang dewasa saja yang menggunakannya tetapi anak-anak pun dengan mudahnya bermain di dunia internet seperti sekarang ini. Permainan yang mudah diakses dengan internet, menjadikan anak- anak lebih memilih permaianan yang ada pada handphone, game online, playstation, dan lainnya, dari pada mereka memilih untuk bermain permainan tradisional yang saat ini sudah mulai jarang dimainkan. Kurangnya perhatian orang tua dan ingin mudahnya orang tua dalam mengawasi anaknya maka diberikanlah anak-anak memainkan internet tanpa melihat akibat yang akan dialami oleh anaknya nanti.

  Permaianan tradisional merupakan warisan turun-temurun yang didalamnya menuntut banyak berinteraksi dengan orang lain. Oleh karena itu, permainan tradisional cenderung mengembangkan keterampilan sosial anak. Ahmad Yunus menjelaskan bahwa permainan tradisional adalah suatu hasil budaya masyarakat,yang berasal dari zaman yang sangat tua, yang telah tumbuh dan hidup hingga sekarang, dengan masyarakat pendukungnya yang terdiri atas tua muda,laki-perempuan, kaya miskin, rakyat bangsawan, dengan tiada bedanya (Mulyani, 2016:46).

  Permainan tradisional bukan hanya sekedar alat penghibur hati, penyegar pikiran, atau sarana berolah raga. Lebih dari itu, permainan tradisional memiliki berbagai latar belakang yang bercorak rekreatif, kompetitif, pedagogis, magis, dan religius. Permainan tradisional juga menjadikan orang bersifat terampil, ulet, cekatan, tangkas, dan lain sebagainnya (Mulyani, 2016:46).

  Sementara itu, Subagiyo mendefinisikan permainan tradisional sebagai permainan yang berkembang dan dimainkan oleh anak-anak dalam lingkungan masyarakat umum dengan menyerap segala kekayaan dan kearifan lingkungannya. Dalam permainan tradisional, seluruh aspek kemanusiaan anak ditumbuhkembangkan, kreativitas dan semangat inovasinya diwujudkan. Permainan tradisional menjadi wahana atau media bagi ekspresi diri anak. Lebih lanjut, keterlibatan dalam permainan tradisional akan mengasah, menajamkan, menumbuhkembangkan otak anak, melahirkan empati, membangun kesadaran sosial, serta menegaskan individualitas. Semua segi kemanusiaan dalam mempertahankan dan memaknakan hidup ditumbuhsuburkan dalam permainan tradisional. Hal yang menarik untuk dicatat disini adalah adanya kesejajaran antara perkembangan anak dengan permainan sehingga bisa dijadikan media pembelajaran anak (Mulyani, 2016:48).

  Jadi dapat disimpulkan bahwa permainan tradisional adalah suatu permainan warisan dari nenek moyang yang wajib dan perlu dilestarikan karena mengandung nilai-nilai kearifan lokal. Melalui permainan tradisional, kita dapat mengasah berbagai aspek perkembangan anak.

  Banyaknya permainan tradisional yang sudah mulai punah dan tidak dimainkan lagi dikarenakan pengaruh kemajuan zaman modern. Semakin canggihnya zaman sekarang tak lagi orang-orang melirik kebelakang mengenai permainan yang diwarisi oleh leluhur kita. Sepatutnya kita sebagai gernerasi muda/penerus seharusnya tetap melestarikan apa yang seharusnya kita lestarikan dan jaga. Di Bali ada beberapa jenis permainan tradisional yang diwarisi oleh para leluhur kita, seperti: memeong-meongan,megoak-goakan, metajog,

  meayunan, mengkeb-mengkeban. Permainan tersebut saat ini hanya menjadi suatu kenangan dan

  semakin tidak diminati. Adanya salah satu daerah yang masih melestarikan permainan tradisional adalah Desa Adat Tenganan yang sampai sekarang setiap tradisi di Desa tersebut, termasuk permainan tradisionalnya masih menjadi daya tarik wisatawan asing maupun lokal untuk dijadikan tontonan dan hiburan saat berkunjung ke pulau Bali.

  Desa Tenganan merupakan salah satu desa Bali Aga . Bali Aga adalah desa yang masih mempertahankan pola hidup masyarakatnya mengacu pada aturan tradisional adat desa yang diwariskan nenek moyang mereka. Bentuk dan besar bangunan serta pekarangan, pengaturan letak bangunan, hingga letak pura dibuat dengan mengikuti aturan adat yang secara turun- temurun dipertahankan (http://bit.ly/2w2aLrn).

  Tradisi main ayunan di Desa Tenganan biasa dilakukan seusai gelaran adat Mekare-kare, atau populer disebut perang pandan. Mekare-kare diadakan hanya setahun sekali, yaitu di bulan ke lima (menurut kalender di Desa Tenganan Pegringsingan), yang biasanya jatuh pada bulan Juni dan Juli. Karena itulah, ayunan pun dilaksanakan pada saat yang sama. Ayunan setinggi kira-kira lima meter dipersiapkan hanya untuk dinaiki belasan gadis belia, mereka disebut

  Teruni Daha duduk di atas ayunan. Dari antara Teruni Daha tersebut, dipilih satu gadis yang

  belum pernah mengalami datang bulan sebagai Teruni Daha Miik. Gadis ini mengenakan mahkota bunga sebagai penanda orang yang akan menaiki ayunan tersebut. Kalau tidak ada

  Teruni Daha Miik, maka diganti oleh seorang truna (laki-laki) yang belum dewasa. Saat semua gadis sudah duduk di ayunan, barulah beberapa pemuda (truna) menggerakkan alat ayunan.

  Makna dan filosofi permainan ayunan di Desa Tenganan Pagringsingan, diyakini merupakan simbolik dari perputaran (siklus) yang terjadi merupakan esensi kosmologi Tenganan. Gambaran dari perputaran kehidupan dalam hari raya Sambah direpresentasikan dengan ayunan. Ayunan tradisional hanya dipasang pada sasih kalima. Lima ayunan dipasang di awangan, tiga di depan patemu dengan delapan tempat duduk, dan dua lainnya di depan bale

  agung dan bagian depan pintu masuk Tenganan dengan empat tempat duduk. Ayunan ini

  terbuat dari kayu tua, dimana jika tidak dipakai disimpan di dalam tanah. Ayunan adalah simbol yang melukiskan sebuah keseimbangan atau harmoni kehidupan. Segenap warga percaya bahwa dengan menaiki ayunan seseorang dapat merasakan roda kehidupan yang berputar, kadang di atas kadang di bawah. Ayunan diberi sesaji dan sejumlah ritual dihadirkan sebelum dapat digunakan. Daha mendapatkan tempat yang istimewa dalam upacara ini.Dahalah yang duduk di ayunan dan teruna berdiri dengan gagah di atas ayunan dan memutarnya. Namun arti ayunan secara mendalam belum banyak diketahui. Asal-usulnya tidak begitu jelas, tetapi masyarakat menggelar ritual itu sampai kapanpun selama ada upacara UsabhaSambah, yakni upacara meminta keselamatan kepada Sang Hyang Widi Wasa. (Aryandari, 2012:62-64).

  Pengalaman empiris yang dilakukan diDesa Tenganan, memberikan inspirasi dan ide untuk mengungkapkan tradisi tersebut kedalam sebuah bentuk komposisi musik dengan konsep ayunan yang berada di Desa Tenganan, dengan judul Ngayun Damar. Secara harfiah,

  NgayunDamar terdiri dari 2 kata, yaitu Ngayun dan Damar. Ngayun yang berarti

  mengayunkan/memutar, dan Damar yang berarti sumber cahaya. Sumber cahaya yang dimaksud adalah seorang wanita muda/daha yang baru beranjak dewasa yang sering menaiki ayunan tersebut. Damar atau cahaya merupakan sumber kehidupan karena arti lain dari Damar adalah pelita. Pelita sendiri merupakan suatu harapan. Daha yang di ayun merupakan sumber cahaya bagi masyarakat Desa Tenganan. Keceriaan, keberanian, kebersamaan, dan pengabdian mereka pada tradisi merupakan harapan besar bagi berlangsungnya keberadaan Desa Adat Tenganan. Jadi Ngayun Damar disini berarti suatu kegiatan mengayunkan seorang wanita muda yang baru menginjak dewasa yang dilakukan dengan ceria, bahagia, dan menjalin erat persaudaraan antara masyarakat Desa Tenganan. Keberadaan tradisi ngayunan damar ini ditransformasikan ke dalam komposisi musik yang menggunakan instrumen Slonding danSemar

  Pagulingan. Kedua barungan ini dipadukan karena sebagai simbol dari tradisi di Desa Adat Tenganan dan gejolak ekspresi daha tenganan saat mengikuti tradisi Ngayun Damar.

  Ide Garapan

  Ide garapan merupakan bagian terpenting untuk mewujudkan suatu garapan. Proses ini diawali dari dari berpikir, berimajinasi, merenungkan ide, dan merespon dari apa yang telah ditemukan. Penemuan ide dari karya ini berawal dari ketidak sengajaan, ketika melihat suatu foto ayunan yang berasal dari Desa Tenganan. Penggarap pun lebih mencari tahu tentang

  ayunan tersebut melalui informasi di internet. Setelah melihat suatu video tentang ayunan

  tersebut di youtube, penggarap sangat tertarik untuk mentransformasikan suatu ayunan tersebut kedalam komposisi musik. Karya musik ini lahir dari intensi diri penggarap yang dituangkan dalam bentuk penggabungan dari beberapa instrumen gamelan Slonding dan gamelan Semara Pegulingan.

  Untuk mewujudkan komposisi ini, penggarap meneliti bentuk ayunan tersebut untuk mendapat lebih rinci tentang susunannya. Dua batang kayu besar menjadi penopang menginspirasi penggarap untuk menggunakan dua media gamelan Slonding dan Semara

  Pegulingan menjadi wadah dalam komposisi nanti. Adanya bentuk Tapak Daramenjadi

  inspirasi pada bagian pertama garapan, tiga kayu lurus memanjang dan empat buah ayunan dalam satu kolom menjadi inspirasi penggarap juga pada bagian kedua. Pada bagian ketiga, penata terispirasi dari ketika ayunan itu berputar/sedang dimainkan. Dari sanalah penggarap ingin mengkomposisikan garapannya mengambil dari bentuk dan susunanan dalam ayunan tersebut.

  Setelah pematangan ide, penggarap juga memikirkan instrumen apa saja yang akan diambil dari dua buah gamelan Semar Pagulingan dan gamelan Slonding. Dalam gamelan

  Semar Pagulingan penggarap menggunakan dua tungguh gangsa, dua tungguh kantilan, dua

  tungguh jublag, dua tungguh jegog,empatkendang (dua kendang Krumpungan lanang dan

  wadon, dua kendang Jeditan lanangdan wadon), satu buah Kajar Trengteng, satu buah Kecek,

  dan satu tungguh Gong beserta Gentora. Dalam gamelan Slonding penggarap menggunakan satu barungan gamelan tersebut yang terdiri dari dua tungguh Gong (gede dan cenik) berdaun empatbilah, dua tungguh Kempul (gede dan cenik) berdaun empatbilah, satu tungguh Penem berdaun empat bilah, satu tungguh Petuduh berdaun empatbilah, satu tungguh Nyong-nyong

  gede berdaun delapanbilah, satu tungguh Nyong-nyong cenik berdaun delapan bilah. Dari dua barunganitulah penggarap akan mengolah nada-nada untuk menjadi sebuah komposisi yang

  bisa dinikmati para penikmatnya.

  Tujuan Garapan

  Sebuah karya seni yang diciptakan dengan dasar pemikiran yang terkonsep dan matang, memiliki sebuah tujuan yang jelas. Tujuan dari penciptaan karya musik Ngayun Damar adalah untuk:

  1. Mewujudkan garapan karawitan dengan media ungkap instrumen Bali antara gamelan Slonding dan gamelan Semar Pagulingan sehingga menghasilkan perbedaan warna suara serta menimbulkan nuansa yang berbeda.

  2. Untuk meningkatkan diri dalam merespon ide-ide baru yang dituangkan ke dalam karya seni karawitan

  3. Untuk mencoba menawarkan kesan baru dalam eksperimen penggabungan instrumen Slonding dan Instrumen Semarpegulingan yang mungkin akan bisa menjadi acuan dalam garapan-garapan seniman lainnya.

  Manfaat garapan

  Dalam mewujudkan sebuah garapan, tentunya harus memiliki manfaat yang dapat dijadikan contoh atau referensi bagi masyarakat umum. Manfaat tersebut mengarah pada perolehan atau pemakaian terhadap hal-hal yang lebih berguna. Baik digunakan secara langsung maupun secara tidak langsung agar dapat bermanfaat. Adapun beberapa maanfaat yang disampaikan dalam garapan ini yakni :

  1. Dapat menjadi acuan atau referensi bagi masyarakat dalam menciptakan suatu garapan yang bersifat modern.

  2. Meningkatkan kreativitas dalam berkarya seni, khususnya dalam penciptaan komposisi musik serta menambah wawasan dalam berkarya seni.

  3. Menambah kasanah seni pertunjukan di lingkungan Institut Seni Indonesia Denpasar khususnya seni karawitan, dengan harapan dapat dijadikan acuan dan bahan perbandingan dalam meningkatkan kreativitas dikalangan seniman akademis.

  Ruang lingkup

  Dalam penggarapan komposisi ini, terdapat berbagai variasi yang menimbulkan beraneka ragam suasana, sehingga perlunya ada batasan tertentu untuk menghidari pembahasan yang terlalu luas terhadap karya komposisi musik ini. Pada bagian ini penulis mengemukakan aspek- aspek persoalan yang digarap berdasarkan latar belakang dan ide garapan. Berikut ini sekiranya dapat memberikan batasan terhadap wujud garapan yang disajikan.

  1. Garapan ini mengacu kepada sebuah bentuk ayunan yang berada di Desa Tenganan, Karangasem

  2. Garapan ini adalah garapan komposisi karawitan yang berangkat dari pola-pola tradisi, diolah dan diekspresikan ke dalam bentuk baru.

  3. Dalam karya ini penata menggabungkan dua instrumen Bali satu barung gamelan Slonding tanpa kecek dan satu gamelan Semara Pegulingan yang terdiri dari satu tungguh gong, satu tungguh klentong, satu tungguh gentora, dua buah gangsa, dua buah kantilan, dua buah jublag, dua buah jegog, dua buah kendang krumpungan lanang dan wadon, satu pasang kendang

  gupekan (lanang-wadon), satu buah kecek, satu buah kajar trengteng.

  4. Komposisi karawitan ini merupakan sebuah garapan berbentuk konser yang bertitik tolak pada pola-pola tradisi.

  5. Pendukung dalam garapan ini berjumlah 18 orang termasuk penggarap.

  6. Durasi yang dibutuhkan untuk garapan ini yaitu 12:00 menit.

  7. Dalam penyajian garapan ini, lebih tertuju pada per bagian yang dimana pada masing-masing bagian memiliki karakteristik secara musikal yang berbeda dan memiliki susunan bentuk yang dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:

  a. Bagian I : Bentuk tapak dara(tanda tambah)

  b. Bagian II : Bentuk permainan ketukan 3, 4, dan 3/4

  c. Bagian III : Bentuk perputaran dari ayunan tersebut

METODE PENELITIAN

  Terwujudnya sebuah garapan tidak bisa lepas dari sumber-sumber data yang digunakan seperti, data-data yang diperoleh dari sumber pustaka, sumber diskografi, dan sumber dari wawancara. Dari masing-masing sumber tersebut penata dapat memperkuat data dan informasi yang telah di paparkan. Melalui sumber pustaka diperoleh berbagai pengertian, pemahaman, konsep, dan pengetahuan yang bermanfaat untuk mendukung dan terwujudnya garapan yang berjudul Ngayun Damar. Penjabarannya sebagai berikut.

  2.1 Sumber Tertulis   Prakempa, Sebuah lontar Gamelan Bali oleh I Made Bandem (1986).Denpasar. Sekolah

  Tinggi Seni Indonesia Denpasar. Buku ini memuat tentang aspek-aspek dan makna-makna sebagai sebuah bentuk karawitan Bali yang pada hakikatnya berintikan tatwa (filsafat dan logika), susila (etika), lango (estetika) gamelan yang ada dalam karawitan Bali dan sebagai panduan dalam berkreativitas.

   Super Asyik Permainan Tradisional Anak Indonesia. Novi Mulyani 2016. Yogyakarta.Dalam

  buku ini penggarap mendapat pengertian Permainan Tradisional dan ada definisi permainan tradisional menurut Ahmad Yunus Dan Subagio. Dewa dalam Tenunan Ritus Sambah. Citra Aryandari (2012).Yogyakarta, Penerbit Kanisius (Anggota IKAPI). Dalam buku ini penggarap mendapat suatu pengertian dan folosofi tentang permainan ayunan di desa Tenganan.

  Gamelan Bali Di Atas Panggung Sejarah oleh I Made Bandem (2013). Diterbitkan oleh

  Badan Penerbit STIKOM BALI. Dalam buku ini penata mendapat penjelasan tentang gamelan golongan Madya, yaitu Semara Pegulingan saih pitu menjelaskan tentang ensambel.

   Ubit-ubutan Sebuah Tehnik Permainan Gamelan Bali oleh I Made Bandem (1987).

  Diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Seni Indonesia Denpasar. Buku ini mengungkap tentang segala tehnik yang dijadikan sebuah pijakan dari penata dan memperkenalkan beberapa tehnik yang mendukung dalam garapan ini. Komposisi Karawitan IV, oleh I Ketut Garwa (2009). Diterbitkan oleh Okabawes Denpasar. Buku ini banyak memaparkan tentang tehnik dan konsep memperoleh banyak pemahaman tentang proses penciptaan karya komposisi musik.

   Ensiklopedi Mini Karawitan Bali, oleh Pande Made Sukerta (1998). Diterbitkan oleh

  Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia (MSPI) Bandung Indonesia. Dalam buku ini memaparkan segala macam jenis gamelan Bali serta fungsi dari masing-masing instrument. Buku ini juga berisikan sistem penulisan nostasi dalam sebuah lagu atau gending.

   Pengantar Dasar Ilmu Estetika jilid I Estetika Instrumental Edisi ke -2. A. A. M. Djlantik.

  1987. Buku ini membahas beberapa hal yang berhubungan dengan karya seni, seperti estetika, wujud, bentuk, bobot, penciptaan, perwujudan dan penampilan, serta menikmati keindahan kesenian. Dengan mebaca buku ini sangat memberikan masukan bagi penata mengenai beberapa hal terdapat karya seni ini.

  2.2 Sumber Discografi

  Garapan Tabuh Semarpegulingan “Kunang-kunang” Sanggar Krakak-krekek. Penata Tabuh I Wayan Agun Adiputra. Dalam garapan ini banyak perpindahan patet yang saya lihat, permainan otek-otekan, pemilihan nada. Mungkin semua itu bisa menjadi acuan dalam garapan yang saya buat nanti.

  Garapan yang berjudul “Pajejiwan” karya akhir mahasiswa UNHI Denpasar. Penata garapan I Made Nata Yasa, S.Pd.H. Dalam garapan karya seni ini penata menggunakan dua ensambel gamelan yaitu Gamelan Slonding dan Gamelan Semarpegulingan sama seperti yang digunakan dalam garapan Ngayun Damar.

  Garapan New Musik yang berjudul “Bahruang” karya I Wayan Gede Yudhana. Dalam garapan ini pola ketukan yang menurut saya sangat rumit menjadikan daya tarik saya untuk mendengar garapan bahruang ini.

   Slonding Pura Gunung Jimbar Beng, Gianyar Mp3 (dowenload youtube Mp3.Asia, 20

  Februari 2016). Mp3 ini memberi pengetahuan tentang teknik pukul klasik yang bisa dikembangkan untuk garapan yang akan penata garap. Slonding Kreasi karya I Nyoman Windha, Rekaman Kaset produksi Bali Record, TT. Mendengar rekaman ini, penata menemukan pengembangan teknik dan pola garap dari

  tabuhSlonding yang pada umumnya bersifat klasik, kemudian dikembangkan dengan pola garap dan teknik yang bersifat kekinian.

  2.3 Informan/sumber internet

  http://colekpamor.blogspot.co.id/2016/01/tradisi-perang-pandan-atau-makere-kere.html

  • http://bit.ly/2w2aLrn
  • https://azzamaviero.com/permainan-tradisional-bali/
  • HASIL ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA

  Wujud adalah aspek dari karya seni yang menyangkut baik keseluruhan dari karya seni itu maupun peranan dari masing-masing bagian dalam keseluruhan itu. Dalam komposisi musik

  Ngayun Damar ini, ada beberapa hal yang mendukung karya seni ini sampai terwujud, mulai

  dari dorongan dari dalam diri, pengalaman pendidikan serta lingkungan. Di lihat dariwujud garapan, garapan ini berwujud komposisi music yang melibatkan bukan saja grapan instrumen namun juga diisi dengan vokal sebagai penyampai tujuan garapan.Adapun rincian daribeberapa hal yang terkandung dalam komposisi Ngayun Damarsebagai berikut.

  4.1 Deskripsi Garapan

  Garapan ini merupakan sebuah bentuk penyajian komposisi musik yang lahir dari tradisi

  Ngayun Damar di Desa Tenganan, Karangasem. Dilakukannya tradisi ini pada saat Ngusaba Sambah yang bersamaan dengan tradisi Mekare-kare menjadi hari berkumpulnya masyarakat

  untuk saling mempererat tali persaudaraan. Kegiatan ini diikuti dengan para daha dan truna yang sangat antusias melaksanakan tradisi tersebut. Dari kegiatan ini, menjadi bahan Ide garapan komposisi musik berjudul Ngayun Damar dengan pengolahan unsur musikal seperti melodi, dinamika, tempo, dan ritme.Penata berharap agar garapan ini mampu menampilkan kesan baru dan bisa dinikmati penonton secara audio maupun visual. Semua hal-hal yang diciptakan dan diwujudkan oleh manusia yang dapat memberi kita kesenangan dan kepuasan dengan penikmatan rasa indah, merupakan sebuah ungkapan yang timbul saat kita menikmati suatu sajian karya seni.Ada tiga unsur estetik yang berperan dalam struktur atau pengoranisasian karya seni, anatara lain : 4.1.1 Unsur keutuhan atau kebersatuan (Unity).

  Dengan keutuhan dimaksudkan bahwa karya yang indah menunjukan dalam keseluruhannya sesuatu yang utuh tidak ada cacatnya atau tidak ada yang kurang tidak ada yang berkelebihan. Semua bagian-bagian yang ada dalam komposisi ini sambung-menyambung menjadi satu kesatuan yang utuh di dalam bentuk ayunan tersebut, yang telah tersusun dan mempunyai hubungan yang relevan, yang berarti dan saling mengisi antara bagian yang satu dengan bagian yang lain. Kaitannya dalam garapan ini adalah kaitan antara bagian satu dengan yang lainnya, saling mengisi dalam pola-pola, motif pukulan, atau teknik permainan sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh dalam garapan komposisi musik Ngayun Damar.

4.1.2 Unsur penonjolan atau penekanan (Dominance).

  Dalam karya seni penonjolan merupakan sesuatu yang dapat memberikan identitas dari barungannya sendiri, seperti pola-pola, kotekan, teknik permainan yang memperkuat penonjolan yang ingin diperlihatkan. Kaitannya dalam garapan ini penonjolan motif setiap barungan yang terdapat di bagian pertama, ingin memperlihatkam identitas lewat motif permainan yang sudah menjadi jati diri setiap barungan.

4.1.3 Unsur keseimbangan (Balance).

  Mempertahankan keutuhan dalam perpaduan telah menimbulkan dan membawa rasa keseimbangan. Oleh karenannya, keseimbangan garap musikal sangat perlu diperhatikan. Keseimbangan dalam garapan ini ada pada dua instrumen berbeda yang disatukan. Perbedaan antara gamelan semar pagulingan dan slonding membuat penata mencari ide untuk bisa menyatukan agar terciptanya keseimbangan dalam garapan ini. Adanya kesamaan nada pada kedua barungan itu membuat penata mengolahnya dalam suatu motif yang membuat keseimbangan itu terlihat jelas dan tidak menganak tirikan salah satu barungan agar tercipta warna-warna yang diinginkan oleh penata.

4.2 Analisa Struktur Garapan

  Bentuk ayun-ayunan desa Tenganan sangat unik bila dibandingkan dengan ayunan-ayunan pada umumnya, ayunan tersebut mirip ayunan kincir angin (bianglala) pada era modern ini. Bentuknya yang unik menjadikan inspirasi bagi penata untuk mengambil bagian-bagian pada ayunan yang menurut penata bisa ditranformasikan kedalam bagian-bagian garapan, seperti pada penopang ayunan, bentuk rangka tanda tambah atau dalam istilah balinya tapak dara, kolom tempat duduk orang yang menaiki ayunan, rangka kolom ayunan, serta perputaran ayunan itu yang bisa membuat yang bermain merasakan perasaan berada diketinggian, rendah, atau sedang. Dari sanalah inspirasi bagian-perbagian struktur garapan yang berjudul Ngayun Damar.

4.2.1 Bagian Pertama

  Pada bagian pertama garapan ini, penataterpacu kepada 2 kayu besar yang menjadi penopang dan bentuk tapak dara yang berada pada susunan ayunan tersebut. Penggambaran 2 kayu disini ialah adanya 2 barungan gamelan yang digunakan sebagai media ungkap. Pada bagian pertama, penata menggunakan ginemsebagai awal yang dilakukan bersama oleh semua instrumen yang dipergunakan dalam garapan. Setelah itu masuk permainan slonding dan dilanjutkan oleh semar pagulingan. Maksudnya ialah memunculkan identitas dari masing-masing gamelan yang dipergunakan sebagai medium garapan. kemudiandilanjutkan dengan permainan berpola tapak dara,yaitu masing-masing instrumen memiliki melodi sendiri dengan 7 nada dasar yang menjadi melodi sebagai tumpuan, tetapi bagian tengahnya tertuju pada nada yang sama, yaitu nada Ndong. Seperti pada gambar berikut :

  7 5 4 1

  3

  Keterangan :

  • • Nada horisontal/menurun (semar pagulingan)

  • Nada vertikal/kesamping (slonding)

  Notasi gending bagian I :

  Bagian I Bersama

  (-) - - - 4--- (3) Tempo Pelan Patet Sadi Sl - - - ----3-------3

  • 3-4-3-1-3
  • 1-------7
  • 7 -------7
  • 7-1-3-4-3
  • 1 - 3-------3----
  • 1-------1----
  • 1---1---3---1
  • Bersama Sl 13 - 4-5-7-5-4-3-1
  • 3 - 4-5-7---5--- (4) Patet Pengenter Agung Sp - - - --------3-4-1
  • 3 - 4-5-7---5--- (4) Bersama Sl - - - ------------4
  • 4---4------- (-) Sp - - - ----4--------

  • 4------- (3) Sp - 4 - 3-1-3-7-1-3--
  • 4 - 3-1-3-7-1-3-4
  • 3---3---1--- Patet Selisir 7-1-7-5-7---5--- (3) [- - - 4---3---5---7
  • 1-----4---- -- 3-3---4---3---5-
    • 7---1-----5- --

  • 5-5---5-5-7
  • 7-7-1---7-4-3
  • 4-7-1-3 - --1-5
  • 7 - 4 - 4 - - - (3)] 2x

  (7) Kebyar Sp 7755---4-4-4-7-5

  • 4 - 3-7 Bersama Patet Pengenter Agung Sp - - - 3-4-5-4---3--
  • (1) Patet Sadi Sl - - - 4-5-7-5---4--
  • (3) Bersama Sp(1)[-3 - 5-4-5-3-5-4-3

  • 7 - 7-5-7---3---5
  • 7---5---7---5
  • 7---5---1---7
  • 4-5-4---5-4--
  • 4 - 7-5-4-5-4 -5-1
  • 7--5--4-4-4-45
  • 4 - 45-4-4-5-45-4
  • 57-4-5-7-4-7-5- 57 - 4-1-4-4-1-4-5
  • 4-4-5-4-4-5---4
  • 4 - 4-444-4-44--3
  • 1 - 7-1-3-1-7-1-3
  • 1 - 1-3-1-4-4-3- (1)] 2x Sl(3)[- 5 - 4-5-3-4-5-4-3
  • 4 - 5-7-7---5---7 543457543457-5-7
  • 5 - 57-57-5-4-3-1
  • 4 - 3-1-3-1-4-3-1 3454313454345453
  • 4 - 4- 4-4-4-4-4-4
  • 44-44-44-44-4-4
  • 1-3-5---4---5
    • 4----3-3345-7

    >55757-55757-57
  • 5754 313457-5-5
  • 7 - 5-757-5-757-5
  • 7 - 5-7-5-7-5-4- (3)] 2x Jalannya sajian

  Pada bagian pertama masuknya gending, dimulai dengan pukulan bersama dari ke dua barungan, yaitu untuk slonding dengan nada ndingdan semar pagulingan nada ndung, yang dilanjutkan dengan gineminstrumentasislonding. Ginemslonding ini diiringi dengan suling yang mengikuti melodi. Selanjutnya ada peralihan slonding barengan dengan semar pagulingan yang dimaksudkan untuk menjadikan kedua barungan tersebut menjadi sebuah baling-baling antara horisontal dan vertikal yang terbentuk suatu titik tumpu yang disebut dengan poros/as. Setelah sajian dengan pola saling sautyang dilakukan oleh slonding dan semar pagulingan, semar pagulingandigarap dengan pola kotekan, ketukan ganjil, pola kendang legod bawadan diisi dengan permainan suling menggunakan patet selisir.Gending ini diulang dua kalikemudian masuk peralihan untuk menuju inti pada bagian pertama, yaitu pola slonding dan semar pagulingan yang memiliki melodi masing-masing. Slonding menggunakan patet/saih sadi dan semar pagulingan menggunakan patet pengenter agung, dimana kedua patet ini memiliki kesamaan pada nada ndongnya yang menjadi poros/as pada bagian ini.

4.2.2 Bagian Kedua

  Pada bagian ke dua garapan ini mengacu padabagian rangka kolom yang berisikan 3 kayu ke atas-bawah dan kesamping yang menjadi penopang 4 tempat duduk pada ayunan. Adanya ketukan 3 yang dikombinasikan dengan ketukan 4 terinspirasi dari kerangka tersebut, dan terdapat juga ketukan 3/4 pada bagian ini. Penggabungan antara slonding dan semar pagulingan pada bagian ini sangat mencolok, dari permainan melodi yang berbeda tetapi masih dalam 1 ruang, pola ritme yang sama, suara harmoni, pola kendang dengan ketukan 3 dan 4 pada awal

  bagian 2, dan kekebyaran pada bagian sebelum peralihan ke bagian selanjutnya. Berikut gambar susunan rangka kolom yang berisikan 3 kayu ke atas-bawah dan kesamping yang menjadi penopang 4 tempat duduk pada ayunan :

  1

  1

  2

  2

  3

  4

  3

  1

  2

3 Keterangan :

  • • Kolom warna Biru adalah 3 batang kayu penopang ayunan yang terletak pada warna

    abu-abu seperti gambar diatas.
  • Kolom warna Abu-Abu adalah 4 tempat ayunan itu digantung.

  Notasi gending bagian II :

Bagian II Bersama Sl 3453431 4 3 1 3 4 5 3 4-

  5- - - - -5-4-3-5-(4) Sp - - - - - -3- - 35 3 53 - 3 5435435-4-3- - 1 (7) Tempo Cepat Kendang Krumpungan

  d- td t-d-t-t-d- tt

  • d - -d-t-d-kp - td- kp - td- kp - ka paka - -t- (d) Kebyar Sp(7)- 34 - 3 - 5 - 1431 - 45 - 1431 - 45 - 43 - - - 1 - 1 1- 15 -------6-5 3 (7) Tempo Cepat Kendang Krumpungan d-t-d-tdtkpdt-dt

  d- t-dd-t-d--d-t- d-kp-td-kp-td-tt d- ka pa ka -kp-d-t - ddt (d)

  Kebyar Sl(4)- 54-5-7-4575 - -1- 11 - 16316-31-6-3- 1- 31-6-3-1--5-7- 5- - ---- (4) Kebyar Sp (1)- 7 1-3-5-34-1 - 1-1

  • 4 - 1-71-3-4-5---
  • 333(3) Tempo Cepat - 4 - 5-4-3-4-5 - 1-7
  • 4 - 5-1-7-4-5 - 1-7
  • 1---7---1 - --5
  • 3---5---1 - -- (3) Tempo Sedang Bersama Sp (3)- - - ----5345-3171 35 43--1131--1431 7317---- (1) Sl (3)- 4 - 3-4-5---- - >3353-- - ---
  • 1-4- (3) Sp - 3134534-7575-71
  • 7-5-4-7134534
  • 3-1---1-7 - --1
  • 3 - --5-4-4-43-54
  • 71431---5 - 7--
  • 1 - 3---5-4-- - 3- (1) Sl - 4 - 3-4-5-7-5 - 4-3
  • 4 - 5-757-1-7 - 5-4
  • 5-3---5-4 -
  • 5 - --7-4---4 - 5-4
  • 7574575-7-7 - 1-1 7571-453---4 - 3--
  • 7 - 1-1---7-5 - 4- (3) Kebyar 13 - 1-3-13-1-3-3- 13 - (1) jj - j-j-jj-j-j-j- jj - (j)

  Tempo Cepat Bersama Sl(3) 175754543-171757

  5454343-3-4-5-74

  • 5 - 7-15717575454 3-1717575454343- 4-5-7-14-5-- - --- (4)

  Sp(1) - 3 - 4543113-34345

  • 54- 5451 -13-31-1 7-1345-4 -3-4543 1 13 - 34345-54-5431 3-55-4-5-4--54-- (3)

  Tempo Sedang 3/4 Bersama

  Sl(4)[57175754 5-34534- 5345345-34534-45 74 - 4-57457-444-- 4-444-4-44- (4)]2x Sp(3)[45 3 -4-5 -4313171- 3- 4 -543 11111-13- 3 3 3 3-41 3431-1-11

  • 1 - 1131 -31- (3)]2x Tempo Pelan Sl(5)- - - 7---1---3---5
  • 7---1---3---5
  • 7-5--7-5---1- 3-1-3------ Patet salah 5 4 (3) Tempo Cepat Patet Tembung Sp (3) - 4 - 5-7-3-4-5-7-3
  • 4-3---4-3---5
  • 7 - 5-7--- Patet selisir 4-5 -7-- - 4 - (3) Tempo Sedang Bersama (3)[-54-5-7-57-1-2-1 7-5-4-75-4-5-3--
  • (3)] 4x

  Sp (3)- 5 - 7-1-345 -34545 4545-15-335--- (7) Kebyar Bersama

  (7)- 57-4-5-7--1-5-5 45 - 7-5-45-7-5-4- 4-4-44-4-4-4-4- 4

  • 44----5-5-54 5- (3) Tempo Cepat Bersama Sp (3)[ - 4 - 1-3-4-1-3-4-1
  • 3 - 4-1-3-4-3-4-5
  • 5-5-5---5-5-5
  • 5-5-5-5 ---4- (3)] 3x Sl [- jj-j-j-j-j-jjj-
  • j--j--j--j-jj- 4
  • 5---7-- -5-7-4
    • 5---7-jj-j-- (-)] 3x Jalannya sajian Setelah peralihan pada bagian pertama ke bagian dua masuk pola kendang krumpungan. Kebyar pada slonding dan semar pagulingan menjadi mulai masuknya bagian dua dimana pada slonding tetap menggunakan patet/saih sadi tetapi pada semar pagulingan patetnya berubah dari

  patet pengenter agung menjadi patet tembung. Setelah itu tempo naik menjadi cepat, dimana pada semar pagulingan menggunakan motif ngotek dan slonding mengikuti alunan melodi.

  Setelah tempo cepat itu langsung putus dengan tempo sedang yang dimana itu akan beralihan ke motif gegernderan. Dalam motif gegenderan ini penata memainkan sekaligus ke dua barung gamelan itu dengan memasukan ketukan tiga dan empat dalam satu gongan. Dalam gamelan semar pagulingan menggunakan patet tembungdan di gamelan slonding menggunakan

  patet puja semaradimana ke dua patet itu mempertemukan nada yang sama antara nada ndang

  pada semar pagulingan dan nada nding pada slonding. Setelah motif rampak pada masing- masing barungan dengan tempo yang cepat dimana ini sebagai peralihan. Selanjutnya motif

  saling sautdimana antara slonding dan semar pagulingan memiliki penekanan nada yang saling

  bersahutan dan menggunakan ketukan ¾. Setelah tempo ¾ diulang tiga kali, slonding dan kendang pun bermain sendirinya dengan tempo pelan yang akan naik sedikit demi sedikit lalu disambung kebyar.

  Dalam peralihan setelah kebyar, dilanjutkan semar pagulingan dengan tempo cepat dan

  langsung beralih ke tempo sedang dimana ke dua barungan bermain bersamaan, slonding menggunakan patet salahdan semar pagulingan menggunakan patet selisir dimana kedua patet itu digabungkan memunculkan nada-nada harmoni. Diisi dengan permainan kotekan padasemar

  pagulingan dan slonding yang dimainkan seperti pukulan reong pada penem dan petuduh.Pada bagian setelah bersamaan ini semar pagulingan membawa gending menuju kebyar dengan pola

  canon (pemukulan nada yang sama antara instrumen satu dengan yang lainnya, tetapi dilakukan

  bergantian dengan jarak waktu yang ditentukan pencipta). dilanjutkan kebyar pada bagian berikutnya yang menuju pola tempo cepat dan sedang atau disebut bagian bapang. Dalam bagian ini, pada barungan slonding dimainkan seperti kekebyongan reong dan kotekan reong, sedangkan pada semar pagulingan menggunakan motif ngoncangdan motif norot. Bagian itu diulang tiga kali dan dilanjutkan ke bagian tiga.

  4.2.3 Bagian Ketiga Pada bagian tiga atau bagian terakhir penata mengambil dari suatu perputaran ayunan itu dimana seseorang merasa kan sensasi berada di ketinggian dan rendah dimana hal tersebut sama seperti kehidupan manusia yang kadang kaya kadang juga miskin. Kedua hal tersebut tidak bisa dipisahkan dikarenakan di dunia ini taka ada yang abadi, nasib orang tidak ada yang tahu. Selain itu pada setiap kolom ayunan tersebut bisa mengayun seperti ayunan pada biasanya yang berayun kurang lebih 90 derajat, serta bunyi ayunan yang saat di putar menjadi inspirasi penata untuk dituangkan dalam bagian tiga ini.

  Notasi gending bagian III :

  Bagian III

  (3) - 5 - 4-5-754754754 75757575- Tempo Sedang Patet Patemon 1-3457---57 (7)

  • 4 - 5-7-7 Permainan Panggul - xxx-xxx-xxx-xxx
  • xxxxxxxxx-- Sl 45457----45457-1 gelis sang i luh---- me nek ke ayu - nan 53175457--4-5-7- ne me nek ke a yu nan ne-- ngi - ring -i- 5-7--------71754 ra - ge -------- me li la ci ta
  • 5 - 7 (1) me a - yu nan pu
  • 3 - 17571-15-15-7
  • ter - a - yu nan a yu nan a yu nan ayu nan
  • 1757457-17 53-54
  • be-ten - du u r
  • 5 - 3-5-4-5-34-5 (7)
  • cih -na - hi - dup - - - me a - yu nan Sp(7)[- 5745-7-457-5431
  • 34-31-34-345-5 (7)]
  • 57-4--75431--3-
  • 1 - -3--13453457-
  • 777-- (7) Tempo Pelan Sl(4)[- 5457-4-75---5-4 31 - 5-4-7-5-7-5-4
  • 7 - 7 -(4)] Tempo Sedang Sp (5)[- -57-4-5-7-5-1--
  • 3 - 4-5-3-4-3-1-7
  • 5 - 5-4-5-4-3-1 - 1
  • 1 - 3-4- (5)] Tempo Cepat Sl (1) - - - 57-5-5-7-545-

  57 - --5-4-3-1-3-1 3454-5-6-7-4-5-6

  • 7 - 4-5---1345434 1-1-1 75 (1)

  Kebyar Bersama Sl 33 - --133---13453 431-------- (-) Sp - -455---455----3 453---13453(4) Sp(4)[- 5 - 3-4-5-3-4-5-4

  • 5-7-5-4---5-7
  • 5-7-5-3---5-4
  • 1-7-5-7-4-5-3
  • 5-7---7-5---5
  • 7 - 5-7-5---3-1--
  • 1 - 7---3- (4)]2x 56456 Patet selisir 7 5433-77-33- - 7 - 7
  • 44-11-44-11-175 4-5- (4) Bersama (4)[- 54-57-5-7175457
  • 1 - 212-12-117121
  • 7 - 5-71754-3-453

  • 7757457-175345(4)] 2x Tempo Sedang Sp - 5 - 4-5-715745-74
  • 5 - 4-5-717544-4 (3)
  • 5 - 4-5-715745-74
  • 575-454-5753-4 (3) Tempo Cepat - 4 - 3-4-3-5-3-4-5
  • 7 - 5-7-5 -7-4-5- (7)
  • 4 - --3-5 - - - Bersama Sl 54571---3---1754 571754571----j- j (j) Sp - - - ---------1754 571754571----3-3

  (3)

  • 4 - 5-5-7-7-7-5 Bersama Sl 3-4-5---4------- (-) - - -3 Sp - - - ------------- (-) - - - 5

  Jalannya sajian Masuknya bagian ketiga atau bagian terakhir ini diisi dengan permainan semar pagulingan dan slonding yang saling bersahutan dimana pada semar pagulingan mengalami perubahan patet, dari patet tembung ke patet patemon. Setelah perpindaha patet, dilanjutkan dengan motif pukulan panggung dan vokal, dimana itu dimaksudkan seperti suara ayunan yang diputar serta vokal yang menunjukan para daha yang disuruh menaiki ayunan oleh trunanya, dimana pada vokal itu juga berisicerminan hidup manusia yang kadang dibawah (miskin), kadang diatas (kaya). Setelah itu masuk permainan ketukan 5 pada slonding, 7 pada semar pagulingan, 9 pada slonding dimana ini dimaksudkan tempo putaran ayunan dari lambat sampai cepat dan diisi kebyar pada akhir ketiga ketukan itu. Masuk gending dengan tempo sedang dimana slonding dan semar pagulingan beriringan saling memberi celah penonjolan. Pada slonding dengan patet patemon, pada semar pagulingan menggunakan patet patemon yang mempertemukan 2 nada yang sama yaitu nada ke tiga dan enam (slonding), nada ke 4 dan 7 (semar pagulingan). Setelah diulang dua kali, langsung menuju peralihan ke bagian terakhir. Pada bagian itu semar pagulingan menggunakan motif yang sama antara polos-sangsih dengan nada ngempyung, sedangkan pada slonding menggunakan motif permainan reong dengan dengan motif kajar yang dipermainkan. Menuju pada bagian terakhir yaitu mulai naiknya tempo gending(cepat), aksen- aksen kebyar, dan penutup ada motif penyuudseperti gong jawa, dimana gong dibunyikan duluan dan langsung diikuti oleh semua instrumen .

4.3 Instrumentasi, Fungsi Laras, dan Fungsi Saih

   Garapan Ngayun Damar ini menggunakan duabarungan gamelan yang berbeda. Barungan