1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang - HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN DIABETES MELLITUS DI RUANG RAWAT INAP RSUD DR. R.GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA - repository perpustakaan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia moderen pada zaman saat ini, memicu terjadinya perubahan gaya

  hidup pada masyarakat didalamnya, salah satu perubahan gaya hidup dan pola hidup adalah dengan mengkonsumsi makanan yang tidak sehat yang banyak mempengaruhi kadar gula darah seperti makanan cepat saji, minuman-minuman bersoda dan jenis makanan yang lainnya. Permasalahan ini menjadi salah satu faktor pemicu peningkatan terjadinya penyakit degeneratif dalam hal ini seperti diabetes mellitus. Peningkatan kadar gula darah dalam darah atau hiperglikemia adalah kondisi terjadinya abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskular, makrovaskular, dan neuropati (Nurarif & Kusuma, 2015).

  Menurut survey yang dilakukan oleh organisasi kesehatan dunia (WHO), jumlah penderita diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2000 terdapat 8,4 juta orang dan diperkirakan akan meningkat menjadi 21.257.000 jiwa pada tahun 2030. Sedangkan untuk di Jawa Tengah angka pasien yang terkena diabetes mencapai 125.075 jiwa (Departemen Kesehatan, 2011). Angka kejadian diabetes mellitus pada tahun 2014 di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi mencapai jumlah 251.584 pasien rawat jalan dan 45.074 pasien rawat inap (Rekam Medik Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi, 2015).

  1 Sedangkan di indonesia jumlah tersebut menempati urutan ke-4 terbesar di dunia, untuk urutan di atasnya adalah India (31,7 juta), Cina (20,8 juta), dan Amerika Serikat (17,7 juta). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevalensi diabetes mellitus tertinggi terdapat di Kalimantan Barat dan Maluku Utara (masing

  • – masing 11,1%), diikuti Riau (10,4%) dan NAD (8,5%). Menurut laporan United Kingdom Prospective Diabetes Study (UKPDS), komplikasi kronis diabetes mellitus di Indonesia terdiri atas neuropati 60%, penyakit jantung koroner 20,5%, ulkus diabetika 15%, retinopati 10%, dan nefropati 7,1%.

  Berdasarkan estimasi dari International Diabetes Federation (IDF) tahun 2015 terdapat 415 juta penduduk di dunia yang menyandang diabetes mellitus dan diprediksi 25 tahun mendatang akan meningkat menjadi 642 juta jiwa (55%). Sedangkan prevalensi diabetes mellitus tahun 2015 di wilayah pasifik barat termasuk Indonesia, terjadi 153,2 juta jiwa (37%) orang dewasa dengan diabetes mellitus dan Indonesia menempati peringkat ke-7 dari 10 negara dengan penyandang diabetes mellitus dengan jumlah sekitar 10 juta jiwa. Hasil survey yang dipaparkan melalui riset kesehatan dasar Riskesdas (2013) didapatkan proporsi diabetes mellitus pada usia 15 tahun ke atas Sulawesi Utara menempati urutan ke dua setelah Sulawesi Selatan dengan presentase 3,6%. Provinsi Yogyakarta 2,6% DKI Jakarta 2,5% Selawesi Utara 2,4% dan Kalimantan Timur 2,3% yang belum pernah didiagnosis oleh dokter mengalami gejala sering lapar, sering haus, sering buang air kecil dengan jumlah banyak dan berat badan menurun (Depkes, 2013).

  Prevalensi penderita diabetes mellitus di Indonesia sudah merupakan masalah kesehatan masyarakat diabetes mellitus sekitar 15% dengan angka amputasi 30% karena ulkus diabetika, angka mortalitas 32% dan merupakan sebab perawatan rumah sakit yang terbanyak sebesar 80%. Dengan hasil penelitian kelompok usia terbanyak adalah lebih dari 60 tahun sebanyak 29 orang, penderita terbanyak dengan lama menderita diabetes mellitus lebih dari 10 tahun sebanyak 37 orang, riwayat hipertensi sebanyak 41 orang, sebanyak 32 orang tidak memiliki riwayat merokok, sebanyak 57 orang kurang latihan fisik, 54 orang memiliki riwayat obesitas, 48 orang tidak merubah pola makan, 43 orang dengan riwayat kadar gula darah buruk, dan penderita dengan perawatan kaki buruk serta penggunaan alas kaki buruk sebanyak 59 orang.

  Prevalensi penderita diabetes mellitus di provinsi Jawa Tengah yaitu sebesar 16,5%. Diabetes mellitus merupakan penyakit tidak menular yang mempunyai presentase terbanyak kedua setelah hipertensi (57,89%) di provinsi Jawa Tengah, (Buku profil kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2016). Berdasarkan data yang diperoleh dari bidang pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan dinas kabupaten Purbalingga pada tahun 2016, Jumlah kasus diabetes mellitus tahun 2016 yang ditemukan oleh puskesmas dan jaringannya sebanyak 1.148 kasus yang terdiri dari 143 kasus IDDM (Insulin Dependent Diabetes Melitus) dan 905 kasus NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes Melitus) (Bidang P2 PL Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga, 2016).

  Berdasarkan dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan di RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga data dari rekam medik pasien kasus dengan diabetes mellitus yaitu seluruh pasien yang dirawat inap pada rentang 6 bulan terakhir yaitu sejumlah 68 pasien. Hasil wawancara dari 5 pasien yang dirawat inap di ruang lavender dan kenanga dari 3 pasien mengatakan bahwa mereka merasa cemas akan tindakan perawatan rumah sakit, dari 1 pasien mengatakan merasa takut kalau akan terjadi sesuatu hal yang buruk terjadi pada dirinya, dari 2 pasien mengatakan merasa tidak percaya diri dengan penyakit diabetes mellitus karena kaki mereka tidak sempurna lagi.

  Menurut Nadeak (2010) kecemasan merupakan bagian dari kehidupan manusia yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan. Setiap penyandang diabetes umumnya mengalami rasa cemas terhadap segala hal yang terjadi berhubungan dengan diabetesnya, misal: cemas terhadap kadar glukosa darah yang tinggi atau cemas akan timbulnya komplikasi akibat diabetesnya, cemas akan citra diri dan harga diri rendah, cemas terhadap perawatan rumah sakit (hospitalisasi) dan lain-lain.

  Cemas (ansietas) adalah suatu keadaan patologik yang ditandai oleh perasaan ketakutan diikuti dan disertai tanda somatik. Kecemasan salah satunya disebabkan oleh gangguan biologik, seperti penyakit diabetes mellitus yang membutuhkan pengobatan dalam jangka waktu lama di rumah sakit sehingga akan mengakibatkan terjadinya hospitalisasi. Hospitalisasi merupakan perawatan yang dilakukan di rumah sakit dan dapat menimbulkan trauma dan stress pada klien yang baru mengalami rawat inap di rumah sakit. Hospitalisasi dapat diartikan juga sebagai suatu keadaan yang memaksa seseorang harus menjalani rawat inap di rumah sakit untuk menjalani pengobatan maupun terapi yang dikarenakan klien tersebut mengalami sakit. Pengalaman hospitalisasi dapat mengganggu psikologi seseorang terlebih bila seseorang tersebut tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan barunya di rumah sakit. Pengalaman hospitalisasi yang dialami klien selama rawat inap tersebut tidak hanya mengganggu psikologi klien, tetapi juga akan sangat berpengaruh pada psikososial klien dalam berinteraksi terutama pada pihak rumah sakit termasuk pada perawat. Masalah yang dapat ditimbulkan dari hospitalisasi biasanya berupa cemas, rasa kehilangan, dan takut akan tindakan yang dilakukan oleh pihak rumah sakit, jika masalah tersebut tidak diatasi maka akan mempengaruhi perkembangan psikososial.

  Faktor-faktor yang berhubungan dengan munculnya kecemasan yaitu setiap faktor yang berhubungan dengan kebutuhan dasar manusia seperti makanan, air, dan kenyamanan. Sedangkan berdasarkan situasional: pertama ada berhubungan dengan orang yaitu hal-hal yang berhubungan dengan konsep diri, seperti perubahan status prestis (status sosial), kegagalan, kehilangan benda-benda yang dimiliki dan kurang penghargaan dari orang lain. Pada pasien diabetes mellitus dengan kadar gula darah tinggi akan merasa cemas dapat menimbulkan ketidaknyamanan. Kedua berhubungan dengan lingkungan: yaitu hal-hal yang berhubungan dengan lingkungan sekitar dirinya, seperti kehilangan orang terdekat karena kematian, perceraian, tekanan, budaya, ancaman, penyakit, terkena serangan penyakit mendadak, sekarat dan penanganan-penanganan medis terhadap sakit, perawatan di rumah sakit, perpindahan pensiun, bahaya terhadap keamanan dan pencemaran lingkungan. Kecemasan merupakan keadaan suasana hati yang ditandai oleh efek negatif dan gejala-gejala ketegangan jasmaniah dimana seseorang mengantisipasi kemungkinan datangnya bahaya atau kemalangan di masa yang akan datang dengan perasaan khawatir. Kecemasan mungkin melibatkan perasaan, perilaku, dan respon-respon fisiologis. (Durand dan Barlow, 2006).

  Kecemasan pada penderita diabetes mellitus dikarenakan bahwa diabetes dianggap merupakan suatu penyakit yang menakutkan, karena mempunyai dampak negatif yang kompleks terhadap kelangsungan kecemasan individu. Kecemasan terjadi karena seseorang merasa terancam baik secara fisik maupun psikologis, aspek sosial pada penderita diabetes mellitus sangat penting diperhatikan karena pada kenyataannya diabetes mellitus merupakan penyakit kronis yang mempunyai muatan psikologis, sosial dan perilaku yang besar. Salah satu aspek sosial tersebut adalah dukungan sosial (Hasanat, 2010; Jauhari, 2014). Dukungan sosial merupakan bentuk interaksi antar individu yang memberikan kenyamanan fisik dan psikologis melalui terpenuhinya kebutuhan akan keamanan.

  Dukungan sosial dapat berpengaruh terhadap kecemasan pada penderita diabetes melitus dengan meregulasi proses psikologis dan memfasilitasi perubahan biologis (Jauhari & Kurniawati, 2008).

  Keluarga adalah kumpulan dua orang manusia atau lebih, yang satu sama yang lain saling terikat seacara emosional, serta bertempat tinggal yang sama dalam suatu daerah yang berdekatan. Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit. Dukungan bisa berasal dari orang lain (orang tua, anak, suami, istri atau saudara) yang dekat dengan subjek dimana bentuk dukungan berupa informasi, tingkah laku tertentu atau materi yang dapat menjadikan individu merasa disayangi, diperhatikan dan dicintai. Dukungan keluarga adalah tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit. Peran keluarga dalam mengenal masalah kesehatan yaitu mampu mengambil keputusan dalam kesehatan, ikut merawat anggota keluarga yang sakit, memodifikasi lingkungan, dan memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada sangatlah penting dalam mengatasi kecemasan klien (Friedman, 2010, dalam Admin, 2012).

  Dukungan yang diberikan keluarga terdiri dari dukungan informasional, dukungan emosional, dukungan penilaian, dukungan instrumental. Fungsi dari dukungan informasional yaitu keluarga memberikan nasehat, saran, dukungan jasmani maupun rohani. Dukungan emosional juga diberikan keluarga meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan dengarkan. Dukungan penilaian yaitu keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah, keluarga memberikan support, penghargaan, perhatian. Dukungan instrumental yaitu keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit, diantaranya kesehatan penderita dalam hal kebutuhan makan dan minum, istirahat, terhindarnya penderita dan kelelahan merupakan bagian integral dari keseluruhan dukungan yang berpusat pada suatu pendekatan lingkungan sosial dapat meningkatkan kesehatan dan adaptasi perilaku sekaligus menghindari efek negatif dari dukungan sosial itu sendiri, seperti dukungan dianggap tidak bermanfaat sehingga individu merasa tergantung orang lain (Friedman, 2010).

  Dukungan keluarga berkaitan dengan pembentukan keseimbangan mental dan kepuasan psikologis. Dukungan ini dapat menimbulkan efek penyangga, yaitu memberikan efek-efek negatif dari stress terhadap kesehatan dan efek utama yang secara langsung dapat mempengaruhi kesehatan. Dukungan keluarga yang sangat besar terhadap responden secara psikologis dapat menambah semangat hidup bagi responden yang berdampak pada tingkat kecemasan yang rendah (Lutfa, 2008).

  Diabetes mellitus merupakan penyakit yang bersifat kronis dan tidak dapat disembuhkan, penderita diabetes mellitus biasanya mengalami banyak perubahan dalam hidupnya. Perubahan tersebut terjadi akibat komplikasi diabetes mellitus dalam perjalanan penyakit dapat mengakibatkan terjadinya komplikasi akut yaitu (Ketoasidosis Diabetik (KAD), Hiperosmolar Non Ketotik (HNK) pada keadaan ini terjadi peningkatan glukosa darah, hipoglikemia ditandai dengan menurunnya kadar glukosa darah), selain komplikasi akut ada juga komplikasi kronis yaitu (makroangiopati, mikroangiopati, neuropati, infeksi pada kaki) dari komplikasi tersebut mengakibatkan ulkus kaki diabetik. Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lender dan kematian jaringan yang luas dan disertai invasife kuman saporfit. Adanya kuman saporfit tersebut menyebabkan ulkus berbau, ulkus diabetikum juga merupakan salah satu gejala klinik dan perjalanan penyakit diabetes mellitus dengan neuropati perifer (Andyagreeni, 2010).

  Komplikasi yang dialami penderita diabetes mellitus bervariasi diantaranya komplikasi fisik, psikologis, sosial dan ekonomi. Komplikasi fisik yang timbul berupa kerusakan mata, kerusakan ginjal, penyakit jantung, tekanan darah tinggi, stroke bahkan sampai menyebabkan gangren (Barnes, 2009).

  Komplikasi psikologis yang muncul diantaranya dapat berupa kecemasan. Gangguan kecemasan yang muncul bisa disebabkan oleh long life diseases (penyakit umur panjang) ataupun karena komplikasi yang ditimbulkannya.

  Kecemasan ini jika tidak diatasi akan semakin menyulitkan dalam pengelolaan diabetes mellitus. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Murdiningsih dan Ghofur (2013) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara tingkat kecemasan terhadap kadar glukosa darah penderita diabetes mellitus yang akan berpengaruh terhadap kualitas hidupnya. Secara sosial penderita diabetes mellitus akan mengalami hambatan umumnya berkaitan dengan pembatasan diet yang ketat dan keterbatasan aktivitas karena komplikasi yang muncul. Diabetes Mellitus merupakan penyakit kronis yang membutuhkan intervensi terapi seumur hidup. Penyakit diabetes mellitus dapat disembuhkan dengan cara mengendalikan gula darah dalam batas normal. Penyakit ini akan menyertai penderita seumur hidup penderita sehingga akan mempengaruhi terhadap kecemasan penderita baik dari keadaan kesehatan fisik, psikologis, sosial dan lingkungan (Copel, 2007).

  Berdasarkan uraian diatas tampak adanya permasalahan, disatu sisi tampak pentingnya dukungan keluarga untuk mengatasi kecemasan pada pasien diabetes mellitus, namun disisi lain fakta permasalahan aplikasi dukungan keluaraga belum optimal. Untuk itu perlu dilakukan usaha untuk meningkatkan dukungan keluarga dalam upaya menurunkan kecemasan pada pasien. Dapat disimpulkan bahwa dukungan keluarga berpengaruh terhadap tingkat kecemasan pasien, maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut terkait dengan hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pasien diabetes mellitus.

  B. Rumusan Masalah

  Hubungan keluarga bisa menjadi sumber dukungan bagi orang-orang diabetes dan dapat mempengaruhi perilaku manajemen diri, hubungan keluarga bisa menjadi sumber pendukung yang penting bagi orang-orang diabetes, dan berpusat pada keluarga Pendekatan perawatan diabetes telah dilakukan dan dianjurkan.

  Kecemasan merupakan bagian dari kehidupan manusia yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan. Setiap penyandang diabetes umumnya mengalami rasa cemas terhadap segala hal yang terjadi berhubungan dengan diabetesnya, misal: cemas terhadap kadar glukosa darah yang tinggi atau cemas akan timbulnya komplikasi akibat diabetesnya, cemas akan citra diri dan harga diri rendah, cemas terhadap perawatan rumah sakit (hospitalisasi) dan lain-lain.

  Berdasarkan uraian masalah dalam latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka rumusan masalah dapat disimpulkan sebagai berikut: “ Adakah hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pasien diabetes mellitus di ruang rawat inap RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga ?”.

  C. Tujuan Penelitian

  1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pasien diabetes mellitus di ruang rawat inap RSUD Dr. R.

  Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.

  2. Tujuan Khusus Tujuan khusus penelitian ini adalah :

  a. Mengetahui karakteristik demografi responden pasien diabetes mellitus di ruang rawat inap RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.

  b. Mengetahui tingkat kecemasan pasien diabetes mellitus di ruang rawat inap RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.

  c. Mengetahui dukungan keluarga pasien diabetes mellitus di ruang rawat inap RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.

  d. Mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasaan pasien diabetes mellitus di ruang rawat inap RSUD Dr. R.

  Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.

D. Manfaat Penelitian

  1. Bagi Profesi Keperawatan Penelitian ini di harapkan dapat memberikan masukan bagi profesi keperawatan tentang hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pasien diabetes mellitus.

  2. Bagi masyarakat

  a) Bagi keluarga dapat memberikan gambaran tentang pentingnya dukungan keluarga untuk mengurangi kecemasan anggota keluarga yang mengalami diabetes mellitus.

  b) Bagi pasien untuk mengetahui gambaran tentang kecemasan pasien diabetes mellitus.

  3. Bagi pendidikan dan ilmu pengetahuan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan gambaran tentang asuhan keperawatan dukungan keluarga yang diberikan pada pasien yang mengalami diabetes mellitus. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberi masukan tentang konsep asuhan keperawatan tentang dukungan keluarga.

  4. Bagi instasi terkait Sebagai masukan bagi rumah sakit dalam memberikan dukungan keluarga secara efektif dengan tingkat kecemasan pasien untuk meningkatkan mutu pelayanan.

  5. Bagi peneliti selanjutnya Diharapkan penelitian ini dapat memberikan literatur tambahan bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian dengan tema yang sama dengan peneliti.

E. Penelitian Terkait

  1. Charlotte Paddison (2010), melakukan penelitian dengan judul “Family support and conflict among adults with type 2 diabetes

  ”. Dengan menggunakan Metode Peserta dipilih secara acak dari data base perawatan primer catatan di Selandia Baru Data dikumpulkan melalui kuesioner yang dikirimkan (n = 629). Desain penelitian menggunakan cross-sectional, dengan hasil penelitian Analisis komponen utama mengidentifikasi dua faktor laten yang didukung subscales yang diturunkan secara teoritis yang menilai dukungan keluarga terkait diabetes dan konflik. Subskala ini menunjukkan bukti konsistensi internal yang baik (Cronbach's α, 0,84 dan 0,75 masing-masing).

  2. Khuwaja (2010) melakukan penelitian dengan judul “Anxiety and depression among outpatients with type 2 diabetes: A multi-centre study of prevalence and associated factors

  ”. Terhadap pasien penderita penderita diabetes tipe 2. Kecemasan Rumah Sakit dengan menggunakan metode Kecemasan dan Skala Depresi Rumah Sakit (HADS) dengan jumlah 889 orang dewasa dengan diabetes tipe-2 dimasukkan dalam penelitian ini, dengan hasil penelitian Secara keseluruhan, 57,9% (95% CI = 54,7%, 61,2%) dan 43,5% (95% CI = 40,3%, 46,8%) peserta penelitian mengalami kecemasan dan depresi masing-masing. Faktor-faktor yang ditemukan terkait secara independen dengan kegelisahan adalah ketidakaktifan fisik, menderita hipertensi dan penyakit jantung iskemik.

  3. Caninsti (2012) melakukan penelitian dengan judul “Kecemasan dan

  Depressi pada pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisi ”. Desain penelitian menggunakan cross-sectional dengan metode penelitian HADS

  (Hospital Anxiety and Depression Scale) yang telah dirancang untuk digunakan dalam setting rumah sakit dan hanya terdiri dari 14 item. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 73.33 % subjek memiliki tingkat kecemasan yang tergolong normal, 23.33 % borderline abnormal, dan 3.33 % normal. Sementara itu pasien yang mengalami depresi dalam tingkat normal sebanyak 76.67 %, borderline abnormal 23.33 % dan tidak ada yang mengalami depresi dalam kategori abnormal.

  4. Umar (2017) melakukan penelitian dengan judul “Hubungan stress dengan citra tubuh pada diabetes mellitus tipe 2 di rumah sakit pancaran kasih

  GMIM manado 2016” Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif menggunakan desain case control yang bersifat retrospektif, dilaksanakan di rumah sakit pancaran kasih GMIM manado. Sampel penelitian adalah diabetes mellitus tipe 2 dengan jumlah 75 responden yang diambil dengan teknik purposive sampling dan menggunakan kuesioner sebagai instrumen penelitian yang berasal dari rumah sakit yang sama tetapi dengan ruang rawat yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan menggunakan analisis uji chi-square menunjukkan terdapat hubungan stres dengan citra tubuh (p=0,000). Kesimpulan terdapat hubungan stres dengan citra tubuh pada penderita diabetes melitus tipe II di Rumah Sakit Pancaran Kasih GMIM Manado 2016.

  5. Jauhari (2016) melakukan penelitian dengan judul “Dukungan Sosial dengan Kecemasan pada Pasien Diabetes Mellitus”. Desain penelitian menggunakan cross-sectional dengan total sampel sebanyak 30 pasien dengan teknik purposive sampling data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner DSKS dan KMKS. Hasil penelitian responden memiliki dukungan sosial di kedua kategori sebesar 40% dan tingkat kecemasan dalam kategori adalah 56,7%, hasil tes Spearman korelasi p value = 0,000, r = 0,737, yang berarti ada yang kuat hubungan antara dukungan sosial dan kecemasan pada pasien dengan diabetes mellitus.

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PERAWAT DAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP DI RSUD GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA - repository perpustakaan

0 1 8

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN TEKANAN DARAH PADA PERAWAT KELAS III DI RSUD DR. R. GOETOENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA TAHUN 2017 - repository perpustakaan

0 0 11

HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP KELAS 3 DI RSUD DR. R. GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA TAHUN 2016 - repository perpustakaan

0 0 15

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - HUBUNGAN ANTARA KOMPONEN KONSEP DIRI DENGAN TINGKAT DEPRESI PASIEN GAGAL GINJAL YANG MENDAPAT TERAPI HEMODIALISIS DI RSUD dr. R. GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA - repository perpustakaan

0 0 10

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP KELAS III RSUD dr. R. GOETENG TAROENADIBRATA PURBALIGGA - repository perpustakaan

0 0 10

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - HUBUNGAN KARAKTERISTIK PERAWAT DAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN KELENGKAPAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RSUD dr. R GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA - repository perpustakaan

0 0 13

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PERAWAT, GAYA KEPEMIMPINAN DAN FASILITAS DENGAN DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RSUD AJIBARANG - repository perpustakaan

0 0 14

PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERATIF DI RUANG RAWAT INAP RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO - repository perpustakaan

1 4 18

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PERAWAT DAN BUDAYA ORGANISASI DENGAN PERILAKU CARING PERAWAT DI RUANG IGD RSUD Dr. R. GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA - repository perpustakaan

0 0 12

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah - HUBUNGAN MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN DENGAN KEPUASAN PASIEN PENGGUNA BPJS KELAS III DI RUANG RAWAT INAP RSUD dr. R. GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA TAHUN 2016 - repository perpustakaan

0 3 11