BAB II RESTU KUNJUNG PRATAMA PAUD'13

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Bahasa Anak Usia Dini

1. Pengertian Kemampuan Bahasa Anak Usia Dini

  Menurut Badudu (dalam Dhieni, 2009: 1.11) bahasa adalah alat penghubung atau komunikasi antara anggota masyarakat yang terdiri dari individu-individu yang menyatakan pikiran, perasaan, dan keinginannya.

  Menurut Santrock (2007: 353) Bahasa merupakan bentuk suatu bentuk komunikasi lisan, tertulis, atau isyarat yang berdasarkan pada suatu sistem atau simbol-simbol. Bahasa terdiri dari kata-kata yang digunakan oleh masyarakat beserta aturan-aturan untuk menyusun berbagai variasi dan mengkombinasikannya.

  Bromley (dalam Dhieni, 2009: 1.11) mendefinisikan bahasa sebagai sistem simbol yang teratur untuk mentransfer berbagai ide maupun informasi yang terdiri dari simbol-simbol visual maupun verbal. Simbol visual dapat dilihat, ditulis dan dibaca, sedangkan simbol verbal dapat diucapkan dan didengar.

  Bahasa adalah suatu sistem simbol dan urutan kata-kata yang digunakan untuk berkomunikasi dengan orang lain, yang bercirikan

  

infinite (tak terbatas), generativity (berlaku umum), displacement

(pemindahan), dan rule system (sistem aturan) (Dewi, 2005: 15).

  Menurut Yusuf (2007: 118) Bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Disini mencakup semua cara

  6 untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk lambang atau simbol untuk mengungkapkan sesuatu pengertian, bisa dengan menggunakan lisan, tulisan, isyarat, bilangan, lukisan, ataupun dengan mimik muka.

  Menurut Dhieni (2009: 1.19) kemampuan bahasa dipelajari dan diperoleh anak secara alami untuk beradaptasi dengan lingkungannya.

  Bahasa digunakan sebagai alat sosialisasi dan bahasa merupakan cara merespons orang lain.

  Dari berbagai pengertian menurut tokoh di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bahasa adalah sebuah sistem lambang bunyi yang bisa dirangkai dan memiliki arti atau makna tertentu, baik dalam bentuk tulisan maupun lisan yang bisa digunakan untuk berkomunikasi dengan lingkungan sekitarnya. Kemampuan bahasa anak usia dini apabila dikembangkan dengan optimal maka akan membantu anak untuk bisa hidup dilingkungannya dan bisa berkomunikasi dengan lancar tanpa menimbulkan kesalahpahaman arti atau makna kata yang diucapkannya.

2. Tahap Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini

  Santrock (2007 :353) perkembangan bahasa anak dibagi atas fase prelinguistik dan fase linguistik. Fase prelinguistik adalah perkembangan bahasa anak usia 0-1 tahun, yaitu mulai tangisan pertama sampai fase anak mengoceh. Pada fase ini anak mengungkapkan keinginannya dengan tangisan ataupun erangan. Bisa juga dengan jeritan untuk mengungkapkan kesenangan atau kepuasannya.

  Sedangkan fase linguistik yaitu anak mulai mengucap kata-kata pertama sampai anak dapat berbicara lancar, fase ini dimulai sejak 1 tahun sampai 5 tahun. Pada periode ini dibagi menjadi tiga fase, yaitu fase satu kata, disini anak menggunakan satu kata untuk mengungkapkan suatu pikiran yang kompleks, baik berupa keinginan, perasaan, atau kemauannya tanpa perbedaan yang jelas. Misalnya “duduk” itu artinya bisa “saya mau duduk” atau “kursi tempat duduk”. Yang kedua fase lebih dari satu kata, yaitu anak mengungkapkan keinginannya dengan kalimat dua kata.

  Komunikasi dengan orang dewasa mulai lancar, mulai tanya jawab sederhana, anak bercerita dengan kalimat sederhana. Dan yang terakhir adalah fase diferensiasi dimana kosa kata semakin bertambah, mampu mengucap kata sesuai jenisnya, bisa menggunakan kata ganti “saya”.

  Perkembangan bahasa anak usia 4 sampai 5 tahun adalah berbicara lancar dengan kalimat sederhana, bercerita tentang kejadian sekitarnya, mengurutkan dan menceritakan isi gambar seri, bercerita tentang gambar yang dibuat sendiri, mengikuti 1-2 perintah sederhana, membuat sebanyak- banyaknya kata dari suku kata awal yang sama.

  Perkembangan bahasa anak usia 5 sampai 6 tahun adalah menirukan kembali 2-4 urutan angka, urutan kata, bicara lancar dengan kalimat sederhana, menceritakan gambar yang telah disediakan, menyebutkan sebanyak-banyaknya nama benda dengan ciri-ciri tertentu, memberi keterangan atau informasi tentang suatu hal.

  Perkembangan bahasa anak usia dini secara umum adalah menangis/menjerit, merambat/mendengkut, tersenyum, tertawa, bercakap- cakap, memanggil dengan satu kata, obrolan tak terarah, mengulangi perkataan saat dibujuk/dirayu, kalimat dengan satu kata, kalimat dengan dua kata, pengucapan kata-kata umum, perputaran percakapan, kata-kata kreatif, keingintahuan kata-kata verbal dan kata-kata dari huruf cetak (Suyadi, 2010: 98).

  Menurut Bowler dan Linke (dalam Dhieni, 2009: 3.5) kemampuan bahasa anak usia 3 tahun adalah anak sudah banyak menggunakan kosa kata dan kata tanya apa dan siapa. Pada usia 4 tahun anak mulai bercakap-cakap, memberi nama, alamat, usia, dan mulai memahami waktu. Selanjutnya pada usia 5 tahun anak sudah bisa berbicara lancar dengan banyak kosa kata baru.

  Menurut Yusuf (2007: 120) Ada dua tipe perkembangan bahasa anak, yakni: “Egosentric speech”, dimana anak berbicara kepada dirinya sendiri dan “Socialized speech”, yaitu bentuk komunikasi ketika ada kontak antara anak dengn temannya atau dengan lingkungannya.

  Egosentric Speech berfungsi untuk mengembangkan kemampuan berpikir

  anak yang pada umumnya dilakukan oleh anak pada saat berusia 2-3 tahun. Sedangkan “Socialized speech” bisa mengembangkan kemampuan penyesuaian sosial anak.

  Bromley (dalam Dhieni, 2009: 1.19) menyebutkan ada empat macam bentuk bahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

  Chomsky (dalam Dhieni, 2009: 2.3) mengatakan bahwa individu dilahirkan dengan alat penguasaan bahasa dan menemukan sendiri cara kerja bahasa tersebut. Dalam mempelajari bahasa, setiap individu memiliki kemampuan tata bahasa bawaan.

  Dari pendapat tokoh di atas dapat disimpulkan bahwa tahapan perkembangan anak pada masa bayi adalah dimulai dengan tangisan, erangan ataupun ocehan. Setelah itu anak mulai mengucap kata-kata mulai dari satu kata, dua kata, dan kemudian tiga kata. Semakin bertambah usia anak kemampuan bahasanya juga semakin kompleks, anak bisa mengucapkan kalimat sederhana, mampu mengikuti perintah sederhana, dan kosa kata anak semakin meningkat.

3. Unsur-unsur dalam Bahasa

  Menurut Gleason (dalam Santrock, 2007: 353) Bahasa memiliki sistem aturan, bahasa ditata dan diorganisasikan dengan sangat baik.

  Organisasi tersebut melibatkan lima sistem aturan: fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik.

  a. Fonologi Setiap bahasa dibentuk dari suara-suara dasar. Fonologi adalah sistem suara dari suatu bahasa, termasuk suara-suara yang digunakan dan bagaimana suara-suara tersebut dikombinasikan. Bagian terkecil dari sistem bunyi adalah fonem, yang dihasilkan sejak bayi lahir hingga usia satu tahun. Fonem vokal diekspresikan lebih dahulu oleh anak dari pada fonem konsonan. b. Morfologi Morfologi mengacu pada unit-unit makna yang membentuk formasi kata. Sebuah morfem adalah unit terkecil yang masih memiliki makna; yang berupa kata (atau bagian kata) yang tidak dapat dipecah lagi menjadi bagian bermakna yang lebih kecil. Bagian terkecil dari arti bahasa tersebut disebut morfem. Ketika anak dapat mengucapkan kalimat satu kata seperti “duduk”, bisa berarti “saya ingin duduk”.

  c. Sintaksis Sintaksis meliputi bagaimana kata-kata dikombinasikan sehingga membentuk frasa-frasa dan kalimat-kalimat yang dapat dimengerti. Misalnya “kakak makan?”, setelah itu anak mengetahui tentang penggunaan kata tanya yang semestinya.

  d. Semantik Semantik mengacu pada makna kata dan kalimat. Setiap kata memiliki sekumpulan makna semantik atau atribut-atribut penting terkait makna kata. Semantik berkaitan dengan kemampuan anak membedakan berbagai arti kata.

  e. Pragmatik Pragmatik adalah penggunaan bahasa yang tepat terkait penggunaan bahasa yang tepat dalam konteks-konteks yang berbeda.

  Sistem menggunakan percakapan dan pengetahuan yang tepat terkait penggunaan bahasa secara efektif dalam konteks. Pragmatik berkaitan dengan penggunaan bahasa dalam mengekspresikan minat dan maksud seseorang untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

  Bromley (dalam Dhieni, 2009: 3.5) menyebutkan komponen- komponen bahasa terdiri dari fonologi, morfologi, sintaksis, semantik dan pragmatik, berikut penjelasannya :

  a. Perkembangan fonologi berkenaan dengan adanya pertumbuhan dan produksi sistem bunyi dalam bahasa.

  b. Perkembangan morfologi berkenaan dengan pertumbuhan dan produksi arti bahasa.

  c. Sintaksis meliputi aturan bahasa yang terdiri dari keteraturan dan fungsi kata.

  d. Semantik berkaitan dengan kemampuan anak membedakan berbagai arti kata.

  e. Pragmatik berkaitan dengan penggunaan bahasa dalam mengekspresikan maksud dan minat seseorang untuk mencapai suatu tujuan yang telah diharapkan.

  Santrock (1995: 178) sistem aturan bahasa mencakup fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik. Fonologi (phonology) yaitu studi tentang sistem bunyi-bunyian bahasa. Morfologi (morphology) mengacu kepada ketentuan pengkombinasian morfem, moerfem itu sendiri artinya rangkaian bunyi terkecil yang memberi makna pada apa yang kita ucapkan dan dengar. Sintaksis (syntax) melibatkan bagaimana kata-kata dikombinasikan untuk membentuk ungkapan dan kalimat yang dapat diterima. Semantik (semantics) mengacu pada makna kata dan kalimat. Pragmatik (pragmatics) merupakan kemampuan untuk melibatkan diri dalam percakapan yang sesuai dengan maksud dan keinginan.

  Dari pendapat para tokoh dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur dalam bahasa terdiri dari fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik.

4. Langkah-Langkah Mengembangkan Bahasa

  Kecerdasan Linguistik atau Word Smart adalah kecerdasan dalam mengolah kata, atau kemampuan menggunakan kata secara efektif baik secara lisan maupun tertulis. Sujiono (2012:186) Pengembangan bahasa untuk mengembangkan kecerdasan linguistik pada anak sejak usia dini, antara lain dapat dilakukan dengan cara berikut ini:

  Mengajak anak berbicara, sejak bayi anak memiliki pendengaran yang baik, sehingga anak bisa diajak berkomunikasi dan distimulasi kemampuan bahasanya dengan mengajaknya berbicara. Dengan terus menerus mengajak anak berbicara merupakan langkah awal melatih anak berbicara, yang merupakan unsur penting dalam berkomunikasi dan ketrampilan sosial.

  Membacakan cerita atau mendongeng dapat dilakukan sejak bayi, sejak bayi anak dikenalkan pada buku. Bacakan buku cerita dengan berulang-ulang agae membantu meningkatkan konsentrasi. Bila kebiasaan membaca sudah dilakukan sejak kecil, maka kelak membaca akan menjadi sebuah kebutuhan.

  Bermain mengenalkan huruf-huruf abjad dapat dilakukan sejak kecil, seperti bermain huruf-huruf sandpapper, anak belajar mengenali huruf-huruf abjad dengan cara melihat dan menyentuhnya, disamping mendengarkan setiap huruf yang diucapkan oleh orang tua ataupun guru.

  Bisa juga dengan bermain tebak kata dengan huruf awal, misalnya kata yang huruf awalnya “b” sesuai hasil pancingannya.

  Merangkai cerita, sebelum dapat membaca tulisan, anak umumnya gemar “membaca” gambar. Berikan potongan potongan gambar dan biarkan anak mengungkapkan apa yang ia pikirkan tentang gambar itu, ajak anak untun menyusun gambar itu menjadi sebuah cerita.

  Dhieni (2009: 9.18-9.34) Permainan yang bisa digunakan untuk melatih kemampuan bahasa anak dalam mendengarkan yaitu ada berapa bunyi?, apa yang sedang saya lakukan sekarang ini?, bunyi kertas, bunyi benda jatuh, perintah yang dibisikkan. Permainan bahasa untuk melatih kemampuan bicara diantaranya adalah kotak raba, pemberian gambar, permainan fantasi. Permainan bahasa untuk melatih kemampuan membaca adalah kartu kata, mencari pasangan kata, kartu-kartu aksi, buku tempel alfabet, mengail huruf. Sedangkan untuk melatih kemampuan menulis dapat dilakukan dengan menghubungkan titik-titik huruf, permainan baki garam atau pasir, membubuhkan huruf pertama.

  Mutiah (2010: 161) terdapat berbagai ragam permainan bagi anak usia dini, seperti permainan dengan angka, permainan dengan huruf, bermain melalui gerak dan lagu/musik, dan permainan kreatif.

  Lerner (dalam Mutiah, 2010: 164), menyatakan bahwa dasar utama perkembangan bahasa adalah melalui pengalaman-pengalaman berkomunikasi yang kaya. Pengalaman-pengalaman yang kaya itu akan menunjang faktor-faktor bahasa antara lain mendengarkan, berbicara, membaca, menulis. Anak mulai diperkenalkan dengan huruf-huruf abjad melalui bernyanyi, seperti lagu A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z.

  Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa cara yang dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan bahasa anak adalah dengan membacakan cerita, mengajak anak berbicara, bermain huruf-huruf abjad, kartu kata, mencari pasangan kata, kartu-kartu aksi, buku tempel alfabet, mengail huruf, dan yang lainnya. Penelitian ini menggunakan cara bermain dengan huruf untuk mengembangkan kemampuan bahasa anak yaitu mengail huruf. Bermain huruf-huruf abjad dapat dilakukan sejak kecil, yaitu dengan mengail/memancing huruf, anak belajar mengenali huruf dengan cara melihat, memancing, mengucapkan dan belajar menambah kosa kata baru dengan mengucapkan kata-kata baru.

5. Fungsi Bahasa Bagi Anak Bahasa itu sangat penting dalam kehidupan sehari-hari manusia.

  Manusia memerlukan bahasa untuk berbicara dengan orang lain, mendengarkan orang lain, membaca dan menulis. Bahasa membuat kita mampu mendeskripsikan kejadian di masa lalu dan merencanakan masa depan. Bahasa membuat kita dapat mewariskan informasi dari satu generasi ke generasi yang berikutnya dan menciptakan suatu warisan budaya yang kaya (Santrock, 2007: 353).

  Bahasa merupakan salah satu elemen yang terpenting dalam perkembangan berpikir, tidak mungkin manusia berpikir tanpa bahasa, melalui bahasa, pikiran manusia dapat ditampilkan, bahasa juga yang membedakan manusia dari makhluk lainnya (Syaodih, 2005:47).

  Lebih lanjut Syaodih (2005: 48) menjelaskan bahwa bahasa merupakan sarana yang penting dalam kehidupan anak. Bahasa juga merupakan alat untuk menyatakan pikiran dan perasaan kepada orang lain yang sekaligus berfungsi untuk memahami pikiran dan perasaan orang lain. Dengan berbahasa, anak dapat berkomunikasi dengan sesama.

  Menurut Smilansky (dalam Rachmawati, 2010: 65) menemukan tiga fungsi bahasa pada anak yaitu menirukan ucapan orang dewasa, membayangkan situasi (dialog), dan mengatur permainan.

  Bromley (dalam Dhieni, 2009: 1.21) menyebutkan 5 macam fungsi bahasa yaitu bahasa menjelaskan keinginan serta kebutuhan individu, bahasa dapat mengubah dan mengontrol perilaku, bahasa mempengaruhi aspek perkembangan kognitif, mempererat interaksi anak dengan orang lain, dan bahasa juga mengekspresikan keunikan individu.

  Menurut Halliday (dalam Moeslichatoen, 1999: 95) fungsi bahasa yaitu sebagai alat yang dapat memuaskan kebutuhan anak untuk menginginkannya, bahasa berfungsi untuk mengatur atau mengendalikan tingkah laku orang lain, bahasa digunakan untuk hubungan antar pribadi, bahasa berfungsi bagi diri sendiri dimana anak bisa membangun jati dirinya, bahasa berfungsi heuristik atau anak dapat membedakan dirinya dengan lingkungan sekitarnya, bahasa juga berfungsi imaginatif, dan bahasa memiliki fungsi informatif yaitu anak dapat mengkomunikasikan informasi baru kepada orang lain.

  Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi bahasa adalah sebagai sarana untuk berkomunikasi dengan orang lain, mengungkapkan keinginan dan memahami keinginan orang lain, serta membantu mengembangkan kemampuan kognitif.

B. Bermain Memancing Huruf Sebagai Metode Pembelajaran di Taman Kanak-Kanak

1. Metode Pembelajaran di Taman Kanak-Kanak

  Bredekamp (dalam Sujiono, 2012: 139) Strategi pembelajaran bagi anak usia dini harus berorientasi pada tujuan yang mengarah pada tugas- tugas perkembangan di setiap rentang usia anak, materi yang diberikan harus sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan anak, metode yang dipilih harus bervariasi yang mampu melibatkan anak secara aktif sehingga suasana menjadi menyenangkan, media dan lingkungan bermain harus aman, nyaman, dan memunculkan ketertarikan untuk anak.

  Kegiatan pembelajaran di Taman Kanak-kanak harus menggunakan metode yang tepat dan sesuai dengan karakteristik anak didik. Dengan menggunakan metode, guru juga akan lebih mudah untuk mengkreasikan kegiatan belajar mengajar.

  Menurut Yus (2005: 145) metode merupakan cara yang berfungsi untuk mencapai tujuan dari suatu kegiatan tertentu. Dalam mengajar, guru Taman Kanak-kanak hendaknya menggunakan suatu metode. Setiap kegiatan dalam proses pembelajaran diharapkan guru mampu memilih metode yang tepat untuk digunakan.

  Menurut Moeslihatoen (1999: 7) metode merupakan bagian dari strategi kegiatan, metode dipilih berdasarkan strategi kegiatan yang sudah dipilih dan ditetapkan. Metode merupakan cara yang dalam bekerjanya merupakan alat untuk mencapai tujuan suatu kegiatan.

  Moeslihatoen (1999: 24-28) menjelaskan metode pengajaran yang sesuai dengan karakteristik anak usia TK yaitu:

  

Pertama , Bermain yaitu merupakan kegiatan yang memberikan

  kepuasan bagi diri sendiri, melaui bermain anak memperoleh pembatasan dan memahami tentang kehidupan. Bermain merupakan kegiatan yang memberikan kesenangan, lebih ditekankan pada cara daripada hasil.

  

Kedua Karyawisata, bagi anak TK karyawisata berarti memperoleh

kesempatan untuk mengobservasi, memperoleh informasi secara langsung.

  Karyawisata juga berarti membawa anak TK ke objek-objek tertentu sebagai suatu pengayaan, pengajaran, pengalaman belajar yang tidak mungkin diperoleh anak apabila didalam kelas.

  

Ketiga Bercakap-cakap berarti saling mengkomunikasikan pikiran

  dan perasaan secara verbal atau mewujudkan kemampuan bahasa reseptif dan bahasa ekspresif. Bercakap-cakap dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi dengan orang lain, menyatakan perasaan dan gagasan secara verbal.

  

Keempat, bercerita merupakan cara untuk meneruskan warisan

  budaya dari satu generasi ke genarasi berikutnya. Juga bisa digunakan sebagai media untuk menyampaikan nilai-nilai yang ada di masyarakat.

  Kelima Demonstrasi yang berarti menunjukkan, mengerjakan dan menjelaskan cara-cara dalam mengerjakan sesuatu.

  

Keenam Proyek merupakan metode untuk melatih kemampuan

  anak memecahkan masalah yang dialami anak dalam kehidupan sehari- hari. Ketujuh, Pemberian Tugas merupakan pekerjaan tertentu yang dengan sengaja harus dikerjakan oleh anak yang mendapat tugas. Di Taman Kanak-kanak tugas diberikan dalam bentuk kesempatan melaksanakan kegiatan sesuai dengan petunjuk langsung guru.

  Guru mengembangkan kemampuan bahasa anak dengan menggunakan metode yang dapat merangsang perkembangan kemampuan berbicara, mendengar, membaca dan menulis. Metode bermain merupakan metode yang tepat digunakan untuk anak usia Taman Kanak-kanak, karena sesuai dengan hakikat anak yang cenderung lebih suka bermain.

  Peneliti menggunakan metode bermain untuk mengembangkan kemampuan bahasa anak usia dini. Belajar pada anak usia dini adalah bermain. Melalui bermain dapat memberi kesempatan bagi anak untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasi, dan belajar secara menyenangkan. Bermain merupakan suatu kegiatan yang sangat disenangi anak (Yus, 2005: 146). Dengan permainan yang asyik dan menyenangkan namun mengandung unsur edukasi yang cukup tinggi dalam mengenal huruf, sehingga perkembangan bahasa anak akan terangsang lebih optimal.

2. Bermain Untuk Anak Usia Dini

  Menurut Hurlock (1978: 320) bermain (play) sebagai setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Bermain dilakukan dengan sukarela dan tidak ada paksaan atau tekanan dari luar.

  Bermain adalah suatu kegiatan yang sangat penting untuk pertumbuhan anak. Bermain harus dilakukan atas inisiatif dan keputusan anak itu sendiri. Bermain harus dilakukan dengan rasa senang sehingga bisa menghasilkan proses belajar pada anak (Mutiah, 2010: 91).

  Piaget (dalam Hurlock, 1978: 320) menjelaskan bahwa bermain terdiri atas tanggapan yang diulang sekedar untuk kesenangan fungsional.

  Sedangkan menurut Bettelheim (dalam Hurlock, 1978: 321), bermain adalah kegiatan yang tidak mempunyai peraturan lain kecuali yang ditetapkan pemain sendiri dan tidak ada hasil akhir.

  Bermain dibedakan menjadi dua, yaitu bermain aktif dan bermain pasif. Dalam bermain aktif, kesenangan timbul dari apa yang dilakukan oleh anak itu sendiri. Sedangkan bermain pasif atau “hiburan” kesenangan itu diperoleh dari kegiatan oran lain, tidak menghabiskan banyak energi karena disini anak hanya menikmati temannya bermain, memandang orang atau hewan di televisi, tetapi kesenangannya seimbang dengan anak yang menghabiskan tenaganya untuk bermain (Hurlock, 1978: 321).

  Musfiroh (2005: 35) menjelaskan bahwa bermain sambil belajar merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menandai bahwa anak belajar melalui bermain, anak belajar di dalam bermain. Bermain dan belajar adalah satu kesatuan proses yang terjadi dalam satu kesatuan waktu, karena di dalam bermain itulah terjadi proses belajar, dan proses belajar itu terjadi dalam kegiatan bermain.

  James Sully (dalam Suyadi, 2010: 284) menyatakan bahwa bermain sebagai suatu aktivitas menyenangkan yang ditandai gelak tawa oleh anak yang melakukannya. Suasana hati anak yang sedang melakukan aktivitas menjadi penentu apakah anak tersebut sedang bermain atau tidak.

  Gordon & Browne (dalam Moeslichatoen, 1999: 24-25) mengatakan bahwa menurut pendidik dan ahli psikologi, bermain merupakan pekerjaan pada masa kanak-kanak dan cermin pertumbuhan anak. Kegiatan bermain dilakukan tidak serius dan bersifat fleksibel. Salah satu nilai dari bermain yaitu meletakkan dasar pengembangan bahasa.

  Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bermain sambil belajar adalah cara yang efektif untuk mengembangkan setiap kemampuan yang dimiliki oleh anak karena disini anak tidak dituntut untuk mempertimbangkan hasil akhir dari permainan yang dilakukannya. Anak melakukan permainan dengan senang dan tetap mendapat pembelajaran dari permainan itu. Kegiatan bermain juga mempengaruhi aspek perkembangan kemampuan bahasa anak, anak belajar mengungkapkan pikiran dan perasaanya dengan bahasa.

3. Bermain Memancing Huruf

  Bermain adalah kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang dan dapat menimbulkan kesenangan ataupun kepuasan bagi diri seseorang (Piaget dalam Sujiono, 2012: 144). Selanjutnya Docket dan Fleer (dalam Sujiono, 2012: 144) berpendapat bahwa bermain merupakan suatu kebutuhan bagi anak, karena melalui bermain anak akan memperoleh suatu pengetahuan yang dapat mengembangkan kemampuan dirinya.

  Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI: 831) memancing itu berarti menangkap ikan dengan pancing ; mengail.

  Sedangkan pancing atau kail digunakan sebagai alat yang dipakai untuk menangkap ikan.

  Permainan kata dan huruf melibatkan pengenalan huruf-huruf alfabet dan kata-kata akan menyenangkan bagi anak apabila dilakukan dengan cara yang menyenangkan. Setelah anak-anak terbiasa melihat buku, tulisan-tulisan, dan memperhatikan kata dilingkungannya, anak akan mampu mengenali huruf-huruf dan kata-kata (Dhieni, 2009: 9.23-9.24).

  Gagne (dalam Dhieni, 2009) media yaitu berbagai jenis komponen dalam lingkungan anak didik yang memotivasi anak didik untuk belajar.

  Eliyawati (2005: 62) berpendapat bahwa alat permainan edukatif untuk anak usia dini merupakan alat permainan yang dirancang untuk tujuan meningkatkan aspek-aspek perkembangan anak usia dini.

  Menurut Bina Keluarga dan Balita (dalam Aqib, 2009: 46) yang dimaksud dengan alat permainan edukatif adalah alat bermain yang dapat melakukan kegiatan rangsangan dan dorongan untuk memperlancar perkembangan kemampuan anak.

  Permainan memancing huruf merupakan salah satu permainan edukatif yang bisa mengembangkan kemampuan bahasa anak. Media yang digunakan adalah kotak huruf yang terbuat dari kardus sebagai kolamnya, huruf-huruf abjad sebagai ikannya, dan pancingan yang menggunkan magnet untuk memancing huruf-huruf abjad.

  Kegiatan pembelajaran yang hanya menggunakan lembar kerja anak akan terasa sangat membosankan. Potensi seorang anak akan berkembang optimal dengan rangsangan yang diterimanya. Melalui permainan memancing huruf, anak akan diajak secara langsung mengambil huruf dengan pancingan. Dengan ini anak akan memahami bentuk dari huruf-huruf dan lafal bunyi dari huruf itu sendiri, sehingga kemampuan bahasanya dapat ditingkatkan.

4. Manfaat Bermain Memancing Huruf

  Bermain merupakan tuntutan dan kebutuhan bagi anak Taman Kanak-kanak. Melalui bermain anak dapat memuaskan tuntutan dan kebutuhan setiap aspek perkembangan. Melalui kegiatan bermain, anak juga dapat melatih kemampuan bahasanya dengan cara mendengarkan beraneka bunyi, mengucapkan suku kata atau kata, memperluas kosa kata, berbicara sesuai dengan tata bahasa Indonesia (Moeslichatoen, 1999: 32).

  Menurut Catron dan Allen (dalam Musfiroh 2005:38) melalui bermain, anak dapat belajar untuk mengembangkan keterampilan berbahasa serta mengembangkan kosakata. Anak juga belajar untuk mengungkapkan ide dan perasaannya secara verbal (dengan media bahasa), menyimak perkataan orang lain.

  Sujiono (2012: 145) fungsi bermain antara lain dapat memperkuat dan mengembangkan otot dan koordinasinya melalui gerak, dapat mengembangkan kemampuan emosinya, rasa percaya diri, kemandirian dan kemandirian untuk berinisiatif. Bermain dapat mengembangkan kemampuan intelektualnya, dengan bermain dapat mengembangkan kemandiriannya dan menjadi diri sendiri.

  Santoso (2011: 4.7) bermain mengembangkan kemampuan bahasa, karena pada saat bermain anak menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan temannya atau untuk menyatakan pikirannya, dan pada saat itu secara tidak langsung anak belajar bahasa.

  Bermain membantu anak untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi yakni bermain menyediakan ruang dan waktu bagi anak untuk berinteraksi dengan orang lain. Mereka saling berbicara, mengeluarkan pendapat, bernegosiasi, dan menemukan jalan tengah bagi setiap persoalan yang muncul (Bredekamp, dalam Musfiroh, 2005: 19).

  Kemampuan bahasa yang dikembangkan melalui bermain bertujuan untuk menguasai bahasa reseptif dimana anak diharapkan mampu mendengar dan memahami apa yang didengar misalnya memahami perintah, menjawab pertanyaan, dan mengikuti urutan suatu peristiwa. Menguasai bahasa ekspresif yang meliputi menguasai kata-kata baru dan menggunakan pola bicara orang dewasa. Selanjutnya adalah untuk berkomunikasi secara verbal dengan orang lain, dan keasyikan menggunakan bahasa yang bisa dilakukan dengan berdiskusi, mengajukan pertanyaan, dan mendengarkan cerita dan puisi (Moeslichatoen, 1999: 55).

  Permainan ini memiliki beberapa keuntungan, diantaranya anak dapat mengenal huruf-huruf sejak kecil, kosa kata anak akan bertambah, anak mampu melaksanakan 2-3 perintah sederhana, sehingga kemampuan bahasa anak akan terstimulasi dengan baik. Anak diharapkan mampu memahami huruf apa yang didapatnya.

5. Langkah-Langkah Bermain Memancing Huruf

  Dhieni (2009: 9.32) permainan mengail huruf dilakukan dengan meletakkan sekumpulan huruf dalam sebuah kotak (kardus). Setiap anak diberi kesempatan untuk mengambil satu kartu dengan alat pancingan. Jika anak tahu huruf apa yang didapat maka kartu tersebut sebagai hasil tangkapan (ikan). Namun jika anak tidak tahu maka kartu yang didapat dikumpulkan sebagai ikan yang lolos, kemudian hasil tangkapan dihitung.

  Tiap kartu diberi jepitan kertas/klip yang terbuat dari besi, dan kailnya menggunakan magnet.

  Peneliti mengadaptasi permainan tersebut dengan peraturan permainan yang sedikit berbeda. Sebelum permainan dilakukan, guru sebelumnya telah mempersiapkan semua media yang akan digunakan. Pengenalan permainan kepada anak dilakukan dengan cara guru menjelaskan tentang tata tertib dan peraturan permainan yang akan dilakukan yaitu permainan memancing huruf. Media yang digunakan juga dijelaskan kepada anak yaitu kotak dari kardus sebagai tempat huruf-huruf, huruf-huruf sebagai ikan, dan pancing atau kail yang menggunakan magnet untuk mengambil huruf-huruf, dan poster huruf.

  Permainan ini dilakukan dengan cara guru menunjuk anak agar maju ke depan untuk bermain memancing huruf, apabila pancingan sudah mendapatkan hasil, maka anak diminta untuk mengangkat huruf hasil pancingannya. Setelah anak mengangkat huruf tersebut, guru menanyakan kepada anak huruf apa yang ia dapat. Misalnya anak mendapat huruf “a”, maka anak diajak untuk mencari huruf “a” pada poster huruf. Setelah itu guru bersama anak belajar mengulang kalimat sederhana yang terdiri dari 3-4 kata.

C. Kriteria Keberhasilan

1. Pedoman Penilaian

  Depdiknas (2006: 3) penilaian adalah suatu usaha mengumpulkan dan menafsirkan berbagai informasi secara sistematis, berkala, berkelanjutan, menyeluruh tentang proses dan hasil dari perkembangan yang telah dicapai oleh anak melalui kegiatan pembelajaran.

  Pedoman penelitian menggunakan buku pedoman penilaian dari Depdiknas (2006: 6-7) pencatatan hasil penilaian harian dilaksanakan sebagai berikut : a. Anak yang belum mencapai indikator seperti yang diharapkan dalam SKH atau dalam melaksanakan tugas dibantu guru, maka pada kolom penilaian dituliskan nama anak dan diberi tanda bulatan kosong ().

  b. Anak yang sudah melebihi indikator yang ada dalam SKH atau mampu melaksanakan tugas tanpa bantuan secara tepat, cepat, lengkap, benar, maka pada kolom penilaian dituliskan nama anak dan tanda bulatan penuh ().

  c. Jika semua anak menunjukan kemampuan sesuai dengan indikator yang tertuang dalam SKH, maka pada kolom penilaian ditulis nama

  

semua anak dengan tanda chek list ( ). Berdasarkan buku pedoman penilaian dari Kemendiknas Dirjen

  Mandas (2010: 1-2) pencatatan hasil penilaian harian dilaksanakan sebagai berikut: a. Anak yang belum berkembang (BB) pada lembar penilaian dituliskan nama anak dan diberi tanda satu bintang () b. Anak yang mulai berkembang (MB) sesuai dengan indikator RKH mendapatkan tanda dua bintang () c. Anak yang berkembang sesuai dengan harapan (BSH) mendapatkan tanda tiga bintang () d. Anak yang berkembang sangat baik (BSB) mendapatkan tanda empat bintang ()

  Menurut Dimyati (2013: 95) pedoman penilaian dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : Tanda    = berhasil/tuntas Tanda   = berhasil dengan bantuan guru Tanda  = belum berhasil

  Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pedomaan penilaian dari Kemendiknas Dirjen Mandas dan menengah Direktorat Pembinaan TK (2010) :

  a. Anak yang belum berkembang (BB) pada lembar penilaian dituliskan nama anak dan diberi tanda satu bintang () b. Anak yang mulai berkembang (MB) sesuai dengan indikator RKH

  

  mendapatkan tanda dua bintang ( )

  c. Anak yang berkembang sesuai dengan harapan (BSH) mendapatkan

  

  tanda tiga bintang ( )

  d. Anak yang berkembang sangat baik (BSB) mendapatkan tanda

  

  empat bintang ( )

2. Indikator Hasil Belajar

  Dalam Matrik tahun 2010 yang menjadi acuan tingkat pencapaian perkembangan diantaranya adalah mengerti beberapa perintah secara bersamaan, mengulang kalimat yang lebih kompleks, memahami aturan dalam permainan, menjawab pertanyaan yang lebih kompleks, menyebutkan symbol-simbol huruf yang dikenal, mengenal suara huruf awal, memahami hubungan antara bunyi dan bentuk huruf.

  Dalam Permendiknas (2009: 10-11) yang termasuk tingkat pencapaian perkembangan bahasa anak usia 4-5 tahun dalam menerima bahasa adalah menyimak perkataan orang lain (bahasa ibu atau bahasa lainnya), mengerti dua perintah yang diberikan bersamaan, memahami cerita yang dibacakan, mengenal perbendaharaan kata mengenai kata sifat (nakal, pelit, baik hati, berani, baik, jelek, dsb). Untuk lingkup perkembangan dalam mengungkapkan bahasa diantaranya mengulang kalimat sederhana, menjawab pertanyaan sederhana, mengungkapkan perasaan dengan kata sifat (baik, senang, nakal, pelit, baik hati, berani, baik, jelek, dsb), menyebutkan kata-kata yang dikenal, mengutarakan pendapat kepada orang lain, menyatakan alasan terhadap sesuatu yang diinginkan atau ketidaksetujuan, menceritakan kembali cerita/dongeng yang pernah didengar. Sedangkan untuk lingkup keaksaraan yaitu mengenal simbol-simbol, mengenal suara-suara hewan/benda yang ada disekitarnya, membuat coretan yang bermakna, meniru huruf.

  Sedangkan menurut promes yang termasuk indikator dalam pengembangan bahasa diantaranya ada menirukan kembali 3-4 urutan kata, melakukan 2-3 perintah sederhana, menjawab pertanyaan tentang keterangan/informasi secara sederhana, membuat coretan yang bermakna, menuliskan huruf-huruf abjad. Sehingga berikut adalah indikator yang digunakan dalam penelitian.

Tabel 2.1 Indikator Kemampuan Bahasa Anak

  No Aspek yang dikembangkan

  1 Melakukan 2-3 perintah sederhana

  2 Mampu menjawab pertanyaan sederhana

  3 Mengenali huruf yang ditunjukkan

  4 Mampu memahami bentuk huruf

  5 Menirukan kembali 3-4 urutan kata

D. Kerangka Berfikir

  Musfiroh (2005: 59) menyatakan bahwa anak yang cerdas dalam bahasa menyukai kegiatan bermain yang memfasilitasi kebutuhan mereka untuk berbicara, bernegosiasi, dan mengekspresikan perasaan melalui kata- kata. Mereka juga menikmati permainan yang berkaitan dengan huruf, seperti mencocok huruf, menukarkan huruf, menebak kata, menebalkan huruf.

  Menurut Joan dan Utami (dalam Yus, 2005: 147) bermain merupakan suatu aktivitas yang membantu anak mencapai perkembangan yang utuh, baik fisik, intelektual, sosial, moral, dan emosional. Dengan demikian bermain adalah sesuatu yang perlu bagi perkembangan anak dan dapat digunakan sebagai suatu cara untuk memacu perkembangan anak. Bermain merupakan cara yang dapat digunakan dalam kegiatan belajar TK sekaligus ditetapkan sebagai suatu metode pengajaran.

  Anak akan belajar bahasa apabila anak berinteraksi dengan orang lain. Bermain memancing huruf akan mengajak anak untuk berinteraksi dengan temannya dan belajar mengenal huruf abjad sesuai dengan hasil pencingannya itu. Sehingga secara tidak langsung akan mengembangkan kemampuan bahasanya.

  Menurut Catron dan Allen (dalam Musfiroh 2005: 38) melalui bermain, anak belajar mengembangkan keterampilan berbahasa serta mengembangkan kosakata. Melalui bermain, anak akan lebih tertarik dan semangat dalam pembelajaran. Hal ini dapat dimanfaatkan oleh guru untuk mengembangkan kemampuan bahasa anak, apabila anak aktif, maka akan muncul percakapan yang menstimulasi kemampuan bahasanya, anak juga akan aktif bertanya dan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru.

  Sebelum melakukan penelitian, penulis melakukan observasi terlebih dahulu, dari hasil observasi ditemukan bahwa kegiatan pembelajaran di TK masih monoton dan terkesan membosankan. Apabila anak tidak bisa mengerjakan, anak akan lebih suka bermain sendiri daripada meminta bantuan kepada guru. Metode dan media yang digunakan oleh guru juga belum bisa menarik anak untuk belajar. Minat anak dalam mengenal huruf abjad masih kurang, penggunaan bahasa yang benar juga masih kurang.

  Dari hasil observasi, peneliti akan melakukan penelitian yang dimulai dari siklus I dengan permainan memancing huruf. Dari pembelajaran pada siklus I, sudah ada ketertarikan anak untuk mengikuti pembelajaran, perkembangan kemampuan bahasa anak sudah meningkat namun belum maksimal, anak terlihat senang mengikuti permainan memancing huruf.

  Berdasarkan hasil dari siklus I yang dilakukan dalam tiga kali pertemuan ditemukan bahwa hasilnya masih belum maksimal, sehingga peneliti mengulang kembali penelitian tersebut dengan siklus II. Dengan permainan yang sama, anak terlihat lebih banyak peningkatan dalam kemampuan bahasanya, sehingga ketuntasan hasil belajar anak meningkat. Dari proses pembelajaran yang peneliti berikan dari siklus I dan II, kemampuan bahasa anak meningkat dengan optimal sehingga penelitian dinyatakan berhasil.

  Untuk mempermudah pemahaman dalam kegiatan penelitian ini, maka dibuat kerangka berpikir sebagai berikut :

  1. Kemampuan bahasa anak Dilakukan masih rendah upaya

  2. Guru belum menggunakan Kondisi perbaikan metode yang menarik

  Awal dengan PTK

  3. Minat anak dalam mengenal huruf abjad masih kurang

  Kondisi sudah

  1. Kemampuan bahasa meningkat ada anak meningkat, tapi Siklus I bermain perbaikan tapi belum maksimal memancing belum maksimal

  2. Guru sudah huruf menggunakan metode yang menarik

  3. Minat anak mulai berkembang Siklus II bermain

  Kemampuan bahasa Penelitian berhasil memancing anak meningkat huruf dengan optimal

Gambar 2.1 Bagan kerangka berpikir

E. Hipotesis Tindakan

  Hipotesis dalam penelitian ini adalah dengan permainan memancing huruf dapat meningkatkan kemampuan bahasa pada anak Taman Kanak- Kanak Belimbing Mulya Desa Onje Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga Tahun Ajaran 2012/2013.