PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT PADA PILKADA SERENTAK 2015 DI KABUPATEN GOWA (STUDI TERHADAP PEMILIH PEMULA DI KEL.BATANG KALUKU KEC.SOMBA OPU KAB.GOWA)

  

PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT PADA PILKADA SERENTAK

2015 DI KABUPATEN GOWA (STUDI TERHADAP PEMILIH PEMULA

DI KEL.BATANG KALUKU KEC.SOMBA OPU KAB.GOWA)

  

Skripsi

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Ilmu Politik Jurusan Ilmu Politik Fakultas Ushuluddin Filsafat dan Politik

  UIN Alauddin Makassar

  

Oleh:

AHCLAK ASMARA YASA

NIM: 30600111012

FAKULTAS USHULUDDIN FILSAFAT DAN POLITIK

  

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN MAKASSAR

2018

  PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini:

  Nama : Ahclak Asmara Yasa Nim : 30600111012 Tempat/Tgl. Lahir : Sorong, 7 Juni 1993 Jurusan : Ilmu Politik Fakultas : Ushuluddin, Filsafat dan Politik Alamat : Jl. Poros Malino Km. 1 No. 103 JudulSkripsi :PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT PADA

  PILKADA SERENTAK 2015 DI KABUPATEN GOWA (STUDI TERHADAP PEMILIH PEMULA DI KEL. BATANG KALUKU KEC. SOMBA OPU KAB. GOWA)

  Menyatakan dengan sesunggunya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya sendiri. Jika di kemudian hari terbukti bahwa merupakan duplikat, tiruan atau di buat oleh orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal karna hukum.

  Samata-Gowa, 2 Februari 2018 Penyusun,

  Ahclak Asmara Yasa

KATA PENGANTAR

  

ِﻢﯿِﺣﱠﺮﻟﭑِﻨ َٰﻤ ۡﺣﱠﺮﻟﭑِﮭﱠﻠﻟﭑِﻤ ۡﺴِﺑ

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha

Penyayang. Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam. Atas berkat dialah

penulis dapat menyelesaikan jenjang pendidikan lebih tinggi untuk lebih

menambah pengetahuan dan pengalangan di sebuah Universitas. Terima kasih

atas nikmatiman, nikmatilmu, nikmat kesehatan, nikmat kasih saying dan begitu

banyak nikmat Allah SWT. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada

Junjungan kami Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya.

  Selama menuntut ilmu di Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar,

takhenti-hentinya Allah SWT melimpahkan beragam nikmatnya dan dibawah

bimbingan para pendidik sehingga akhirnya penulis berhasil menyelesaikan

skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Ilmu Politik pada

Fakultas Ushuluddin Filsafat dan Politik.

  Tanpa mengurangi rasa hormat dan penghargaan, penulis menyampaikan ucapan dan terima kasih serta penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

  1. Prof. DR. H. Musafir Pababari,M.Si. selaku Rektor UIN Alauddin Makassar, para wakil Rektor, dan seluruh staf UIN Alauddin Makassar

yang telah memberikan pelayanan yang maksimal kepada penulis.

  2. Prof. Dr. H. Muh. Natsir, M.A, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin Filsafat dan Politik UIN Alauddin Makassar, beserta para wakil Dekan Fakultas Ushuluddin Filsafat dan Politik.

  3. Kepada Dr. Syarifuddin Jurdi.,M.Si selaku ketua Jurusan Ilmu Politik,

serta Syahrir Karim, S.Ag., M.Si., Ph.D. selaku sekretaris jurusan.

  4. Kepada pembimbing skripsi Prof. Dr. H. Muhammad Ramli, M.Si.,selaku Konsultan I danNur Aliyah Zainal, S.IP, MA, selaku Konsultan II, yang selama bimbingan banyak memberi saran dan kritik yang bermanfaat bagi penulis.

  5. Para Dosen Fakultas Ushuluddin Filsafat dan Politik UIN Alauddin Makassar beserta staf Fakultas Ushuluddin Filsafat dan Politik UIN Alauddin Makassar yang telah banyak membantu mengarahkan penulis hingga taraf penyelesaian.

  6. Kepada kedua Orang Tua yang telah melahirkan, mendidik, dan membesarkan penulis, semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan Rahmat-Nya, Kasih sayang-Nya, dan Maghfirah-Nya kepada keduanya.

  7. Terkhusus pula untuk teman-teman seperjuangan, Rahayu Assagaf, ,Gufran, serta semua teman-teman yang tidak dapat penulis sebut satu

persatu. Terima kasih atas kebersamaan dan dukungannya selama ini.

  8. Rekan-rekan mahasiswa Jurusan Ilmu Politik terkhusus mahasiswa IPO.

  1,2,3,4 angkatan 2011 dan agkatan 2012 yang selalu memberikan semangat kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.

  Akhirnya, dengan lapang dada penulis mengharapkan masukan, saran dan

kritikan-kritikan yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

  

Kepada Allah SWTpenulis panjatkan doa, semoga bantuan dan ketulusan yang

  

telah di berikan senantiasa bernilai ibadah di sisi Allah SWT, dan mendapat

pahala yang berlipat ganda. Amin.

  Makassar, 2 Februari 2018 Ahclak Asmara Yasa NIM : 30600111012

  

Daftar Isi

HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN .................................................................. ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................................iii

KATA PENGANTAR................................................................................................ iv

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... vi

ABSTRAK ................................................................................................................viii

  BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang .......................................................................................................... 1 B.Rumusan Masalah ..................................................................................................... 7 C . Tujuan Penelitian ................................................................................................................ 8 D.Kegunaan Penelitian.................................................................................................. 8 E.Tinjauan Karya Terdahulu ................................................................................................. 8 BAB II LANDASAN TEORITIS ......................................................................................................... 13

  A.Definisi Konseptual B.Teori ........................................................................................................................ 17 C.Kerangka Konseptual .............................................................................................. 26

  BAB III METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian........................................................................................................ 27 B . Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................................................... 27 C.Fokus Penelitian ...................................................................................................... 28 D.Deskripsi Fokus....................................................................................................... 28

. ...................................................................................................................... 29

  E Sumber Data F.Teknak Pengumpulan Data ...................................................................................... 30

  BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Gambaran umum lokasi penelitian Kel. Batang Kaluku Kec. Somba Opu Kab. Gowa Tahun 2015 .................................................................................................. 35 B Partisipasi Politik Pemilih Pemula dalam Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah di Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa Tahun 2015 ....... 44 . C Faktor yang mempengaruhi partisipasi pemilih pemula dalam pemilihan umum ..................... 46

  Kepala Daerah dan Wakil Kepala daerahKabupaten Gowa tahun 2015

  BAB V PENUTUP ................................................................................................................... 63

  A.Kesimpulan

  B. Implikasi…… ......................................................... …………………………… .. .65 ...

  DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................

  70

  

ABSTRAK

Nama : Ahclak Asmara Yasa NIM : 30600111012

  

Judul : Partisipasi Politik Masyarakat Pada Pilkada Serentak 2015

Di Kabupaten Gowa (Studi Terhadap Pemilih Pemula Di Kel.

  Batang Kaluku Kec. Somba Opu Kab.Gowa)

  Skripsi ini membahas mengenai Partisipasi Politik Masyarakat pada Pilkada Serentak 2015 diKabupaten Gowa (Studi terhadap Pemuda Pemilih Pemula di Kelurahan Batang Kaluku Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa).

  Tujuan dari penelitian ini yaitu Pertama Untuk mengetahui partisipasi politik masyarakat pemilih pemula dalam pelaksanaan pilkada serentak di selenggarakan pada tahun 2015 khususnya diKabupaten Gowa, Kedua untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi partisipasi pemilih pemula dalam pemilihan kepala daerah tahun 2015.

  Pokok-pokok permasalahan dalam skirpsi ini yaitu Bagaimana bentuk partisipasi politik masyarakat pemilih pemula diKelurahan Batang Kaluku Kecamatan Somba Opu dalam Pelaksanaan Pilkada Serentak di Kabupaten Gowa, Faktor yang mempengaruhi partisipasi pemilih pemula dalam pemilihan Kepala Daerah tahun 2015.

  Jenis penelitian yang peneliti gunakan adalah Penelitian ini kualitatif, adapun pendekatan yang digunakan adalah pendekatan fenomenologi. Fenomenologi adalah fenomena yang berkaitan langsung dan di lakukan oleh peneliti yang menggambarkan fakta. Dalam Fenomenologi pokok permasalahan, maka penelitian ini menggunakan teori partisipasi politik.

  Hasil penelitian menggambarkan pertama, bahwa masyarakat pemilih pemula yang ada dikelurahan Batang Kaluku sudah cukup ikut serta dalam proses pemilihan kepala daerah, namun hanya pada tahapan ikut serta dalam memberikan hak suaranya ketika pemungutan suara berlangsung, Kedua bahwa partisipasi politik masyakat pemilih pemula dikelurahan Batang Kaluku sudah sangat baik (aktif) yang dapat di lihat dari tingginya masyarakat pemilih pemula untuk ikut serta dalam proses pemilihan pilkada, dengan harapan sosok pemimpin yang terpilih nantinya dapat membawa daerah mereka lebih baik lagi. Kurangnya pemahaman politik serta proses penyampaian informasi mengenai politik merupakan salah satu faktor penghambat bagi masyarakat pemilih pemula. Serta minimnya Pendidikan politik yang diberikan pemerintah yang bersangkutan terhadap pemilih pemula agar dapat melibatkan pemilih pemula secara efektif yang akan memperkuat dan mempermudah partai politik dan penyelenggara pemilu pada langkah tindak selanjutnya. Selama ini pendekatan pendidikan politik terbatas pada stimulasi-stimulasi yang bersifat konvensional dan terbatas pada ruang-ruang kelas dan perkuliahan. Pada konteks ini, pemilih pemula dihadapkan pada hal yang praktis yang dapat mengintegrasikan pemahaman politik yang sederhana dengan praktik politik yang pada derah tertentu dapat mengintegrasikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara yang demokratis memiliki keunggulan tersendiri, karena dalam

  setiap pengambilan kebijakan mengacu pada aspirsi masyarakat. Masyarakat sebagai tokoh utama dalam sebuah Negara demokrasi memiliki peranan yang sangat penting. Salah satu peranan masyarakat dalam Negara demokrasi adalah partisipasi masyarakat dalam politik. Masyarakat memiliki peran yang sangat kuat dalam proses penentuan eksekutif dan legislatif baik dipemerintah pusat maupun daerah. Pemilihan umum merupakan program pemerintah setiap lima tahun sekali dilaksanakan di seluruh wilayah Negara kita. Pemilu merupakan implementasi dari salah satu ciri demokrasi dimana rakyat secara langsung dilibatkan, diikutsertakan didalam menentukan arah dan kebijakan politik Negara untuk lima tahun kedepan.

  Negara demokrasi, pemilihan umum dianggap lambang sekaligus tolak ukur dari sebuah demokrasi. Hasil pemilu yang dilaksanakan dalam suasana keterbukaan dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat di kabupaten Gowa, yang mempunyai 180 TPS, 14 kelurahan di kecamatan Somba Opu. dianggap mencerminkan sudah cukup mewakili partisipasi dan merupakan aspirasi masyarakat. Disadari bahwa pemilu bukan merupakan satu-satunya tolak ukur dan perlu dilengkapi dengan pengukuran kegiatan lainnya yang bersifat berkesinambungan. Di negara dunia ketiga beberapa kebebasan seperti yang dikenal didunia barat kurang diindahkan. Dalam pendapat Budiardjo mengungkapkan dalam ilmu politik dikenal bermacam-macam sistem pemilihan umum dengan berbagai variasinya, akan tetapi pada umumnya berkisar pada dua prinsip pokok, yaitu:

  1. Single member constituency (satu daerah pemilihan memilih satu wakil; biasanya disebut sistem distrik).

  2. Multi-member constituency (satu daerah pemilihan memilih beberapa wakil biasanya dinamakan sistem sistem perwakilan berimbang atau sistem proporsional).

  Pemilu merupakan sarana pengamalan demokrasi. Dapat dikatakan tidak ada demokrasi tanpa pemilu. Walaupun begitu, pemilu bukanlah tujuan, akan tetapi hanya sebagai sarana untuk memilih anggota parlemen dan pemimpin eksekutif di pusat dan daerah. Adapun tujuan kita berbangsa dan bernegara adalah antara lain untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan.

  Masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam penyelenggaraan demokrasi seperti halnya pemilihan umum. Oleh karenanya masyarakat tidak dapat dipisahkan dengan pemilu karena merupakan satu kesatuan yang utuh menjadi faktor utama dan penentu berjalan suksesnya sebuah pelaksanaan pemilu.

  Pelaksanaan pemilu sangat berpengaruh terhadap proses perkembangan sebuah kebijakan pemerintah yang mengatur masyarakat banyak. Seperti ayat yang sudah ada yaitu adapaun disebutkan dalam ayat QS Al-Baqarah/2: 124. Tentang Kepemimpinan Allah berfirman :

  

  

 

   

  

    

    

    124. Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji[87] Tuhannya dengan beberapa kalimat

(perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku akan

menjadikanmu imam bagi seluruh manusia". Ibrahim berkata: "(Dan saya mohon juga) dari

  1 keturunanku"[88]. Allah berfirman: "Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim".

  Sebuah pembelajaran berharga kepada masyarakat mengenai makna dan arti dari sebuah pemilu itu sendiri sehingga masyarakat tidak terperosok kedalam sebuah kesalahan pada saat memilih kandidat pemilu.Pemilihan penggunaan hak suara sangat menentukan arah dan masa depan sebuah Negara yang menganut sebuah demokrasi, dimana seorang pemimpin merupakan perwujudan aspirasi dari masyarakat. Hal ini di jelaskan dalam hadist yang diriwayatkan yaitu :

   ﱠنَأ َﻢَﯾ ْﺮَﻣ ﻲِﺑَأ ُﻦْﺑا ﻲِﻨَﺛﱠﺪ َﺣ َةَﺰْﻤ َﺣ ُﻦْﺑ ﻰَﯿ ْﺤَﯾ ﺎَﻨ َﺛﱠﺪَﺣ ﱡﻲِﻘْﺸَﻣﱢﺪﻟا ِﻦَﻤ ْﺣﱠﺮﻟا ِﺪْﺒَﻋ ُﻦْﺑ ُنﺎَﻤْﯿَﻠُﺳ ﺎَﻨَﺛﱠﺪ َﺣ ﺎَﻣ َلﺎَﻘَﻓ َﺔَﯾِوﺎَﻌُﻣ ﻰَﻠَﻋ ُﺖْﻠ َﺧَد َلﺎَﻗ ُهَﺮَﺒ ْﺧَأ ﱠيِد ْزَ ْﻷا َﻢَﯾ ْﺮَﻣ ﺎَﺑَأ ﱠنَأ ُهَﺮَﺒ ْﺧَأ َةَﺮِﻤْﯿ َﺨُﻣ َﻦْﺑ َﻢِﺳﺎَﻘْﻟا َلﻮُﺳَر ُﺖْﻌِﻤَﺳ ِﮫِﺑ َكُﺮِﺒ ْﺧُأ ُﮫُﺘْﻌِﻤَﺳ ﺎًﺜﯾِﺪ َﺣ ُﺖْﻠُﻘَﻓ ُبَﺮَﻌ ْﻟا ﺎَﮭُﻟﻮُﻘَﺗ ٌﺔَﻤِﻠَﻛ َﻲِھَو ٍن َﻼُﻓ ﺎَﺑَأ َﻚِﺑ ﺎَﻨَﻤَﻌْﻧَأ َﺐ َﺠَﺘ ْﺣﺎَﻓ َﻦﯿِﻤِﻠْﺴُﻤْﻟا ِﺮْﻣَأ ْﻦِﻣ ﺎًﺌْﯿَﺷ ﱠﻞ َﺟَو ﱠﺰَﻋ ُ ﱠﷲ ُه ﱠﻻَو ْﻦَﻣ ُلﻮُﻘَﯾ َﻢﱠﻠَﺳَو ِﮫْﯿَﻠَﻋ ُ ﱠﷲ ﻰﱠﻠَﺻ ِ ﱠﷲ ًﻼُﺟَر َﻞَﻌ َﺠَﻓ َلﺎَﻗ ِهِﺮْﻘَﻓَو ِﮫِﺘﱠﻠ َﺧَو ِﮫِﺘ َﺟﺎ َﺣ َنوُد ُﮫْﻨَﻋ ُ ﱠﷲ َﺐ َﺠَﺘ ْﺣا ْﻢِھِﺮْﻘَﻓَو ْﻢِﮭِﺘﱠﻠ َﺧَو ْﻢِﮭِﺘ َﺟﺎ َﺣ َنوُد ِسﺎﱠﻨﻟا ِﺞِﺋاَﻮ َﺣ ﻰَﻠَﻋ`

  Artinya :

  Abu maryam al’ azdy r.a berkata kepada muawiyah: saya telah

  mendengar rasulullah saw bersabda: siapa yang diserahi oleh Allah mengatur kepentingan kaum muslimin, yang kemudian ia sembunyi dari hajat kepentingan mereka, maka Allah akan menolak hajat kepentingan dan kebutuhannya pada hari qiyamat. Maka kemudian muawiyah mengangkat seorang untuk melayani segala hajat kebutuhan orang-orang (rakyat). Pemilihan kepala daerah merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting pada Negara demokrasi, karena pada Negara demokrasi pemerintahan diartikan sebagai pemerintahan oleh rakyat dari rakyat dan untuk rakyat. Oleh karena itu diharapkan adanya partisipasi masyarakat dan keikutsertaan masyarakat dalam aktifitas penyelenggaraan Negara seperti kegiatan pemilihan kepala daerah.

  Berkaitan dengan kegiatan pemilihan erat kaitannya kata “Amir”. Kata

”Amir” yang bermakna konotatif kepemimpinan politis tidak dig unakan dalam al-

Qur’an namun yang ada adalah ulil Amri, yang memiliki wewenang dan

  kekuasaan dalam mengemban suatu urusan baik yang bersifat politik pemerintahan maupun yang bersifat profesi, ataupun urusan yang bersifat ilmiah

  2 juga termasuk syariah.

  Adapun ayat yang menjelaskan pemerintahan kedaulatan umat Islam tertulis dalam QS An Nisaa/04:59. Allah SWT berfirman :

  

 r 

  

 

   

  

  

  

 

   

   

   2 http://muhsinhar.staff.umy.ac.id/10013/.(HR al-Bukhari, Shahîh al-Bukhâriy,IV/6,

  Terjemahnya: Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah RasullahNya, dan ulil amri diantara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada

  Allah Al qur’an dan Rasul Sunnahnya, jika kamu benar -benar

  mengimani Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama

  3 bagi kalian dan lebih baik akibatnya.

  Berdasarkan ayat tersebut diatas menjadi dalil bahwa kewajiban untuk mengangkat ulil amri atau pemimpin yang berwenang mengatur urusan kaum muslim. Ayat ini juga memberikan penjelasan mengenai pilar-pilar pemerintahan Islam. Berkenaan dengan masalah kedaulatan, ayat ini memberikan konsep amat jelas, bahwa kedaulatan dalam pemerintahan Islam yang disebut dengan khalifah.

  Pada kegiatan pemilihan kepala daerah masyarakat diharapkan ikut terlibat dalam kegiatan pemilihan tersebut dan ikut dalam pengambilan keputusan dan ikut dalam memilih pemimpin kepala daerah yang menjadi pilihannya. Fungsi

  

pemilu adalah “pembentukan legitimasi penguasa dan pemerintah, pembentukan

perwakilan politik rakyat sirkulasi elit penguasa, dan pendidikan politik”. Di

  Provinsi Sulawesi Selatan masih terdapat sebagian masyarakat yang tidak mengetahui betapa pentingnya partisipasi mereka dalam memilih kepala daerah, karena masyarakat belum sepenuhnya mengetahui manfaat pemilu. Hal ini ditunjukkan dengan tingkat partisipasi memilih yang kurang dan masih ada juga masyarakat yang golput (golongan putih). Selain itu sebagian masyarakat terlibat dalam proses pemilihan umum hanya sebatas pada pemungutan suara, sehingga kelompok-kelompok yang akan dipilih tidak dikenal dengan jelas oleh pemilih dan berbagai alasan lainnya yang membuat banyak masyarakat tidak memilih atau masyarakat tidak merasa tidak cocok dengan pasangan calon kepala daerah.

  Pada tanggal 09-12-2015 merupakan babak baru dalam pemilihan penyelenggaraan pemilihan kepala daerah di Indonesia, karena pada tahun ini untuk pertama kalinya penyelenggaraan pemilihan kepala daerah dilakukan secara serentak di 9 provinsi, 224 Kabupaten dan 36 Kota yaitu daerah provinsi dan kabupaten/kota yang masa jabatan kepala daerah berakhir pada tahun 2015 dan semester pertama tahun 2016. Hal ini sebagaimana tersebut dalam UU No.8 tahun 2015 tentang perubahan atas Undang-Undang No 1 tahun 2015 tentang penetapan peraturan pemerintah pengganti Undang-Undang No 1 tahun 2014 tentang pemilihan gubernur, bupati, dan walikota menjadi undang-undang, pasal

  

201 ayat 1 yang menyebutkan bahwa “Pemungutan suara serentak dalam

  pemilihan Gubernur dan Wakil gubernur, Bupati dan Wakil Bupati yang masa

  4 jabatannya berakhir pada tahun 2015”.

  Salah satu daerah yang juga mengikuti pilkada serentak adalah di daerah Sulawesi Selatan, dilaksanakannya pilkada serentak ini adalah untuk meningkatkan partisipasi politik masyarakat dalam memilih di Provinsi Sulawesi Selatan terdapat 11 Kabupaten/Kota yaitu: Tana Toraja, Gowa, Soppeng, Selayar, Bulukumba, Maros, Pangkep, Barru, Luwu Timur, Luwu Utara, dan Toraja Utara, yang diadakan serentak pada tanggal 9 Desember tahun 2015.

  Pada pilkada yang diadakan tersebut tingkat partisipasi masyarakat Sulawesi Selatan belum mencapai target nasional yaitu sebesar 77,5%. Dari 4 Kabupaten Gowa mengalami penurunan partisipasi masyarakat dan belum mencapai target yang diinginkan yaitu sebesar 77,5%. Hal ini dapat dilihat dari tingkat partisipasi masyarakat kabupaten Gowa pada pilkada lalu belum mencapai target nasional padahal jika dilihat masyarakat di daerah kota harus memiliki

  5 tingkat partisipasi yang lebih tinggi.

  Kurangnya partisipasi tersebut berbanding lurus dengan jumlah partisipasi pemilih pemuda yang semakin bertambah, bertambahnya partisipasi pemilih pemuda Semestinya memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kuantitas dan kualitas Pilkada Kabupaten Gowa. Keberadaan Pemuda pada Pilkada Kabupaten Gowa menjadi tofik yang menarik sebab kita ketahui sudah banyak peristiwa besar yang besar melibatkan peran dan keberadaan pemuda.

  Menurunnya partisipasi pol;itik masyarakat di Kabupaten Gowa pada Pilkada serentak disebabkan oleh beberapa alasan yang terjadi dimasyarakat, fenomena tersebut menjadi pertanyaan karena tingkat keberhasilan dalam penyelenggaraan pemilihan kepala daerah dilihat berdasarkan partisipasi politik masyarakatnya.

  Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul: Partisipasi Politik Masyarakat pada Pilkada Serentak 2015 di Kabupaten Gowa (Studi Kasus Pemilih Pemula di Kelurahan Batang Kaluku Kecamatan Somba Opu Kabupaten. Gowa)

  .B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian mengenai latar belakang yang telah penulis gambarkan di atas, maka penulis memutuskan untuk membahas masalah sebagai berikut ini:

  1. Bagaimana bentuk partisipasi politik masyarakat pemilih pemula di Kelurahan Batang Kaluku Kecamatan Somba Opu dalam Pelaksanaan Pilkada Serentak di Kabupaten Gowa?

  2. Faktor yang mempengaruhi partisipasi pemilih pemula dalam pemilihan Kepala Daerah tahun 2015?

  C. Tujuan Penelitian

  Tujuan dari penelitian ini antara lain sebagai berikut :

  1. Untuk mengetahui partisipasi politik masyarakat pemilih pemula dalam pelaksanaan pilkada serentak di selenggarakan pada tahun 2015 khususnya di Kabupaten Gowa.

  2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi partisipasi pemilih pemula dalam pemilihan kepala daerah tahun 2015.

  D. Kegunaan Penelitian

  Sedangkan kegunaan yang penulis harapkan dapat tercapai melalui penelitian ini antara lain: a. Kegunaan teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi kontribusi bagi pengembangan konsep keilmuan, khususnya dibidang kajian yang b. Kegunaan praktis, hasil dari penelitian ini dapat membuka cakrawala pikir dan menjadi bahan sumbangan pemikiran bagi masyarakat luas mengenai partisipasi politik masyarakat pemilih pemula dari pemilihan serentak.

E. Tinjauan Karya Terdahulu

  Berkaitan dengan masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini yaitu partisipasi politik masyarakat pemilih pemula pada pilkada serentak. Telah ada beberapa literatur yang membahas terkait masalah tersebut, namun belum ada literatur yang membahas secara khusus tentang judul skripsi ini begitu pula dengan penelitian-penelitian ilmiah sebelumnya agar nantinya pembahasan ini lebih fokus pada pokok kajian maka dilengkapi beberapa literatur yang masih berkaitan dengan pembahasan yang di maksud diantaranya adalah sebagai berikut

  

Tabel. I. 1

  No Nama Judul Metode Hasil

  1 Indar Perilaku Pemilih Kualitatif Kecenderungan kelompok Melani Pemula Di Kecamatan pemilih pemula telah

  Dumampanua pada menganggap bahwa Pemilukada Kabupaten penggunaan hak pilih Pinrang tahun 2013. merupakan sesuatu yang begitu penting. Namun, terdapat kecenderungan mereka menggunakan pilihan politik berdasarkan pilihan pada orang tua, teman sebaya, dan terkait erat dengan trend politik kaum muda yang identik dengan smangat

  6 reformis.

  2 Mir’atun Pengaruh Tingkat Kualitatif Pemula berusia dari 17 tahun nisa Pendidikan Pemilih (remaja) yang berpendidikan Pemula terhadap SMP, memiliki karakter tidak Angka Golput Pada stabil dan mudah dipengaruhi Pilkada Lamongan sehingga berpengaruh juga tahun 2010. untuk keputusan dalam menentukan pilihan politik, yang disebabkan lemahnya pendidikan politik untuk

  7 mereka.

  3 Lisa Partisipasi Politik Kualitatif Bentuk partisipasi politik Retnasari Pemilih Pomula Dalam pemilih pemula di Desa

6 Indar Melani (Perilaku Pemilih Pemula Di Kecamatan Dumampanua Pada Pemilukada

  Kabupaten Pinrang Tahun 2013) Univeristas Hasanuddin Makassar Tahun 2014 7 Mir’atunnisa’ Afnaniyati (Pengaruh Tingkat Pendidikan Pemilih Pemula terhadap Angka Golput Pada Pilkada Lamongan 2010 ) Universitas IAIN Sunan Ampel Surabaya Tahun

  Pelaksanaan Pilbub Banyumas 2013 Di Desa Kembaran Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas

  Kembaran dalam pelaksanaan Pilbup Banyumas 2013 yaitu bentuk partisipasi konvensional meliputi sosialisasi politik, kampanye, pemberian suara dan diskusi politik.

  8

  4 Lukman Janji

  Partisipasi Politik Pemilih Pemula Dalam Pemilihan Walikota Dan Wakil Walikota Makassar Tahun 2013 (Studi Pada pelajar Di Tingkat Sekolah Menengah Atas Di Kota Makassar).

  Kualitatif Menggambarkan rendahnya tingkat partisipasi politik pemilih pemula dalam Pilwali Makassar tahun 2013. Hal ini merupakan akibat dari rendahnya pengetahuan pemilih pemula dalam megenai pemilu.

  9

  5 Minfadli Partisipasi Masyarakat Dalam Pemilihan Di

  Kualitatif Partisipasi politik kaum muda di desa kalobba kecamatan 8 Lisa Retnasari (Partisipasi Politik Pemilih Pomula Dalam Pelaksanaan Pilbub

  Banyumas 2013 Di Desa Kembaran Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas ) Universitas Negeri Yogyakarta tahun 2013. 9 Lukman Janji (Partisipasi Politik Pemilih Pemula dalam Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Makassar tahun 2013 ) Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar tahun 2014.

  Desa Kalobba Kec telulimpoe sangat sedang, Tellulim poe Tahun walaupun masyarakat dan 2014. kaum muda yang sangat antusias dalam pemilihan legislative, hal ini disebapkan oleh beberapa fakor, yaitu modernisasi, proses terjadinya, pengaruh. intelektual dan meningkatnya komunikasi politik, adanya konflik di antara pemimpin- pemimpin partai politik, dan adanya keterlibatan- keterlibatan pemerintah yang semakin meluas dalam urusan

  10 social.

6 Ahclak Partisipasi Politik kualitatif

  Hasil penelitian Asmara Masyarakat Pada menggambarkan pertama, Yasa Pilkada Serentak 2015 bahwa masyarakat pemilih

  Di Kabupaten Gowa pemula yang ada dikelurahan (Studi Terhadap

  Batang Kaluku sudah cukup Pemilih Pemula Di ikut serta dalam proses Kel. Batang Kaluku pemilihan kepala daerah, Kec. Somba Opu Kab.

  Gowa) namun hanya pada tahapan ikut serta dalam memberikan hak suaranya ketika pemungutan suara berlangsung, Kedua bahwa partisipasi politik masyakat pemilih pemula dikelurahan Batang Kaluku sudah sangat baik (aktif) yang dapat di lihat dari tingginya masyarakat pemilih pemula untuk ikut serta dalam proses pemilihan pilkada, dengan harapan sosok pemimpin yang terpilih nantinya dapat membawa daerah mereka lebih baik lagi.

  Kurangnya pemahaman politik serta proses penyampaian informasi mengenai politik merupakan salah satu faktor penghambat bagi masyarakat pemilih pemula.

BAB II LANDASAN TEORITIS A. Defenisi Konseptual

1. Pilkada Serentak

  Pilkada serentak adalah pemilih kepala daerah yang dilakukan secara bersamaan dalam waktu yang sama dibeberapa wilayah. Sejak DPR menyetujui bahwa pelaksanaan pemilihan kepala daerah (Pilkada) secara serentak dilakukan pada 09 Desember 2015. Pada akhirnya bangsa ini berhasil keluar dari kemelut politik, debat panjang soal langsung tidaknya penyelenggaraan pilkada serentak. Keputusan DPR menyudahi itu dengan menegaskan bahwa pilkada tetap dilaksanakan secara langsung dan serentak. Pada 17 Februari 2015, DPR mengesahkan UU No. 1 Tahun 2015 dan yang saat ini telah diubah menjadi Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 2015 tentang Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, Wali Kota dan Wakil Walikota disahkan.

  Bagi mereka yang menekuni demokrasi dan pemilu, ini soal apa yang oleh Brian C. Smith dan Secara equity, dan local responsiveness yang menjadi pertaruhan setiap daerah. Ketiganya menjadi tolok ukur untuk melihat sejauh mana pemerintahan di daerah berjalan. Bahwa untuk memperkuat demokrasi di aras lokal, Pilkada serentak meruakan mekanisme untuk melahirkan pemerintahan daerah yang mampu menciptakan akuntabilitas didaerahnya, kesetaraan hak warga dalam berpolitik serta bagi penguatan demokrasi nasional.

  • Serentak memberikan makna tersendiri bagi reformasi “bebas rahasia”, KPU selalu bekerja keras untuk menciptakan kepemiluan kita. Bayangkan, ada 269 daerah terdiri atas 9 pilkada. Dalam mendorong kondisi itu, transpa provinsi,36 kota, dan 224 kabupaten yang serentak memilih kepala daerahnya. Dan setiap warga, dihari yang sama akan prinsip kami yang saban hari kami terus perjuangkan.memilih kepala daerahnya masing masing. Ini membutuhkan fokus dan ketekunan yang sangat besar. Pelaksanaannya dilakukan dalam tiga tahap:

  a. Tahap pertama pada desember 2015

  b. Tahap kedua pada februari 2016

  c. Tahap ketiga pada juni 2018 Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI, Arief Budiman, dalam

  Acara Rapat Koordinasi (Rakor) Persiapan dan Pengelolaan Anggaran Pemilihan Serentak Tahun 2015 menjelaskan bahwa tujuan dilaksanakannya pemilihan kepala daerah serentak supaya tercipta efektivitas dan efisiensi anggaran. Tujuan dilaksanakannya pemilukada serentak adalah terciptanya efektivitas dan efisiensi. Kalau pemilihan gubernur, bupati, walikota itu dilaksanakan bersamaan, itu tentu bisa menghemat anggaran,” tuturnya di hadapan tamu undangan rakor.

2. Pemilih Pemula

  Undang-undang pilpres 2008 dalam ketentuan umum menyebutkan bahwa pemilih pemula adalah warga negara indonesia yang genap berumur 17 tahun atau lebih atau sudah pernah kawin. Menurut lembaga-lembaga survey international seperti Pew Research Center dan Gallup, pemilih pemula antara berusia 17 hingga 29 tahun, sedangkan yang dimaksud dengan pemilih pemula muda adalah mereka yang telah berusia 17-21 tahun, telah memiliki hak suara dan tercantum dalam daftar pemilih tetap (DPT) serta pertama kali mengikuti pemilihan umum, baik pemilihan legislatif maupun pemilihan presiden. Pemilih pemula menjadi salah satu target untuk dipengaruhi karena dianggap belum memiliki pengalaman

  

voting pada pemilu sebelumnya, jadi masih berada pada sikap dan pilihan politik

  yang belum jelas. Menurut pasal 19 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008, hak memilih warga negara Indonesia dalam hal ini pemilih pemula diatur sebagai berikut.

  a. Warga negara indonesia yang pada hari pemungutan suara telah genap berusia 17 tahun atau lebih atau sudah pernah kawin mempunyai hak memilih.

  b. Warga negara indonesia sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) di daftar oleh penyelenggara pemilu dalam daftar politik.

  Pemilih pemula merupakan target yang selalu di incar oleh partai politik karena sikap politik yang dimiliki masih belum jelas. Sikap politik yang dimiliki oleh pemilih pemula dapat diartikan sebagai suatu kesiapan bertindak, berpersepsi untuk merespon bagaimana pemilih pemula bertindak dalam pemilihan umum.

  Sikap politik dapat diungkapkan dalam berbagai bentuk. Pemilih pemula yang memiliki sikap politik yang masih labil cenderung mengikuti pilihan ayahnya karena pilihan tersebut bersesuaian dengan pilihan keluarganya. Pentingnya sosialisasi dalam pengembangan budaya politik bagi pemilih pemula dapat ditandai dengan 3 hal diantaranya, rasionalisasi politik, diferensiasi struktur, dan perluasan peran masyarakat dalam politik.

  Pemilih pemula yang baru memasuki usia hak pilih juga belum memiliki jangkauan politik yang luas untuk menentukan kemana mereka harus memilih, sehingga terkadang apa yang mereka pilih tidak sesuai dengan yang diharapkan. Alasan ini yang menyebabkan pemilih pemula sangat rawan untuk dipengaruhi dan didekati dengan pendekata materi politik dan kepentingan partai politik.

  Ketidaktahuan dalam soal politik praktis, terlebih dengan pilihan-pilihan dalam pemilu atau pilkada, membuat pemilih membuat pemilih pemula sering tidak berpikir rasional dan lebih memikirkan kepentingan jangka pendek.

  Pada negara-negara maju dalam usia pemilih pemula disebut sebagai masa yang sudah matang secara psikologis dan pada kenyataanya di negaranegara berkembang seperti indonesia masih sangat banyak remaja bahkan orang dewasa yang belum mencapai kematangan psikologis. Sehingga emosinya masih kurang stabil dan masih mudah terpengaruh dan goyah pendiriannya, karena bagi partai politik tentu harus memberikan peranan penyadaran terhadap para pemilih pemula untuk berpartisipasi dalam pemilu.

3. Karakteristik Pemilih Pemula

  Pemilih pemula memiliki karakter yang berbeda dengan pemilih yang sudah terlibat dalam pemilihan sebelumnya yaitu: a. Belum pernah memilih atau melakukan penentuan suara di dalam TPS.

  b. Belum memiliki pengalaman memilih. c. Memiliki antusias yang tinggi.

  d. Kurang rasional

  e. Biasanya adalah pemilih muda yang masih penuh gejolak dan semangat, dan apabila tidak dikendalikan akan memiliki efek terhadap konflik-konflik sosial didalam pemilu.

  f. Menjadi sasaran peserta pemilu karena jumlahnya yang cukup besar.

  g. Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi.

  Pemilih pemula dengan karakteristik yang berbeda dengan pemilih lainnya membutuhkan perhatian yang lebih serius dari pemerintah untuk menciptakan dan membentuk pemilih pemula yang memiliki kematangan secara psikologis dalam proses pemilihan untuk menentukan dan mempertanggung jawabkan setiap pilihannya.

B. Tinjauan Teori 1.

  Partisipasi Politik

  Partisipasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merupakan perihal turut berperan serta dalam suatu kegiatan. Partisipasi dapat juga berarti bahwa pembuat keputusan menyarankan kelompok atau masyarakat ikut terlibat dalam bentuk penyampaian saran dan pendapat, barang, keterampilan, bahan dan jasa.

  Menurut Miria m Budiardjo “Partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk ikut secara aktif dalam kehidupan politik, yaitu dengan jalan memilih pimpinan Negara secara langsung ataupun tidak

  11 langsung mempengaruhi kebijakan pemerintah (public policy )”.

  Partisipasi politik adalah kegiatan warga Negara yang legal, yang sedikit banyak langsung bertujuan mempengaruhi seleksi pejabat-pejabat Negara atau tindakan-tindakan yang diambil mereka. Sedangkan Pemilih pemula itu sendiri ialah pemilih yang baru pertama kali ikut memilih dalam pemilihan umum (Pemilu). Mereka baru akan merasakan pengalaman pertama kali untuk melakukan pemilihan anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), dan

  12 Presiden-Wakil Presiden.

  2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Politik

  Menurut Surbakti beberapa faktor yang menyebabkan orang mau ikut atau tidak mau ikut dalam proses politik antara lain: a. Status sosial dan Ekonomi

  Status sosial adalah kedudukan seseorang dalam masyarakat karena keturunan, pendidikan dan pekerjaan. Sedangkan status ekonomi adalah kedudukan seseorang dalam pelapisan masyarakat berdasarkan pemikan kekayaan. Seseorang yang memiliki status sosial yang tinggi diperkirakan tidak hanya memiliki pengetahuan politik, tetapi juga mempunyai minat dan perhatian pada politik.

11 Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2009), h. 36.

  b. Situasi Menurut Surbakti, situasi politik juga di pengaruhi oleh keadaan yang mempengaruhi actor secara langsung seperti cuaca, keluarga, kehadiran orang lain, keadaan ruang, suasana kelompok, dan ancaman.

  c. Kesadaran politik Kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga Negara yang menyangkut tentang pengetahuan seseorang tentang lingkungan masyarakat dan politik, dan menyangkut minat dan perhatian seseorang terhadap lingkungan masyarakat dan politik tempat dia hidup.

  d. Kepercayaan terhadap pemerintah Kepercayaan terhadap pemerintah adalah penilaian seseorang terhadap pemerintah apakah dia menilai pemerintah dapat di percaya dan dapat di pengaruhi atau tidak, baik dalam pembuatan kebijakan-kebijakan atau pelaksanaan pemerintahan.

  e. Perangsang partisipasi melalui sosialisasi media massa dan diskusi- diskusi formal.

3. Partisipasi Masyarakat dalam Politik

  Peran serta atau partisipasi masyarakat dalam politik adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk turut serta secara aktif dalam kehidupan politik, dengan jalan memilih pimpinan negara, dan secara langsung atau tidak

  

langsung mempengaruhi kebijakan pemerintah, ‘public policy’ . Secara

  konvensional kegiatan ini mencakup tindakan seperti: memberikan suara dalam

  

pemilihan umum, ‘voting’; menghadiri rapat umum, ‘c ampaign ’; menjadi anggota

  suatu partai atau kelompok kepentingan; mengadakan pendekatan atau hubungan,

  13 ‘ contacting ’ dengan pejabat pemerintah, atau anggota par lemen dan sebagainya.

  Partisipasi politik adalah kegiatan warga yang bertindak sebagai pribadi- p;ribadi yang di maksud mempengaruhi pembutan keputusan oleh pemerintah Partisipasi bisa bersifat individual atau kolektif, terorganisir atau spontan, mantap atau sporadik, secara damai atau dengan kekerasan, legal atau ilegal, efektif atau tidak efektif. Fungsi utama partai politik adalah mencari dan mempertahankan kekuasaan guna mewujudkan program-programnya berdasarkan ideologi tertentu.

  Cara yang digunakan partai politik dalam sistem politik demokratis untuk mendapatkan dan/atau mempertahankan kekuasaan itu adalah dengan melalui mekanisme pemilihan umum. Terkait dengan tugas tersebut maka menjadi tugas partai politik untuk mencari dukungan seluas-luasnya dari masyarakat agar tujuan

  14 itu dapat tercapai.

  Cara lain dalam mendorong partisipasi masyarakat terhadap pemilu melalui penguatan partai politiknya. Argumentasinya, bahwa partai politik diwajibkan melakukan pendidikan politik. Bukan malahan partai politik mengarahkan pemilih dengan metode politik instan, yaitu pemberian uang. Ketika pola atau cara ini masih direproduksi terus menerus, bisa dipastikan nilai dan pemahaman masyarakat terhadap partisipasi menjadi mengecil hanya dihargai 13 Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2009), h. 55. 14 Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2009), h. 368.

  dengan uang. Bukan karena kesadaran sendiri untuk memilih partai karena kinerja serta keberpihakannya dalam momentum pemilu.

  Seseorang mau terlibat aktif dalam kegiatan pertisipasi politik Menurut Davis terdapat tiga unsur, yaitu:

  a. Adanya penyertaan pikiran dan perasaan

  b. Adanya motivasi untuk berkontribusi

  

15

c. Adanya tanggung jawab bersama.

  Partisipasi berasal dari dalam atau dari diri sendiri masyarakat tersebut. Artinya meskipun diberi kesempatan oleh pemerintah atau Negara tetapi kalau kemauan ataupun kemampuan tidak ada maka partisipasi tidak akan terwujud.

  Di samping itu, ada bentuk-bentuk partisipasi politik sebagaimana dikemukakan Sulaiman, bahwa bentuk-bentuk partisipasi politik adalah sebagai berikut:

  1) Partisipasi dalam kegiatan bersama secara fisik dan tatap muka 2) Partisipasi dalam bentuk iuran uang, barang, dan prasarana 3) Partisipasi dalam proses pengambilan keputusan

  16 4) Partisipasi dalam bentuk dukungan.

  Sulaiman mengatakan ada beberapa jenis partisipasi politik yaitu (a) Partisipasi pikiran “ Psychological Participation ” (b) Partisipasi tenaga “Physical Participation” (c) Partisipasi pikiran dan tenaga “Psychological and Physical Participation” 15 Davis Keth, Human Behavior at Work: Organizational Behavior (New York: Mc Graw- Hill Book Company, 1987), h. 145. 16 Affan Sulaiman, Public Policy-Kebijakan Pemerintah (Bandung: BKU Ilmu Pengetahun

  (d) Partisipasi keahlian “Participation With Skill” (e) Partisipasi barang “Material Participation”

  17 (f) Partisipasi uang/dana ‘ Money Participation .