Jenis, bentuk, dan faktor penyebab campur kode dalam perbincangan pengisi acara “Ini Talkshow” di Net TV - USD Repository

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

JENIS, BENTUK, DAN FAKTOR PENYEBAB CAMPUR KODE
DALAM PERBINCANGAN PENGISI ACARA “INI TALKSHOW”
DI NET TV
SKRIPSI

Disusun untuk Memenuhi Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana (S1)
Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Oleh:
Kristina Dewi Arta Setyaningrum
NIM: 141224008

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019


i

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 14 Januari 2019
Penulis,

Kristina Dewi Arta Setyaningrum

v


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Kristina Dewi Arta Setyaningrum
Nim

: 141224008

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
JENIS, BENTUK, DAN FAKTOR PENYEBAB CAMPUR KODE
DALAM PERBINCANGAN PENGISI ACARA “INI TALKSHOW”
DI NET TV
Dengan demikian, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis

tanpa perlu meminta izin dari saya atau memberikan royalti kepada saya selama
tetap mencantumkan nama saya sebagai pemilik.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal, 14 Januari 2019
Yang menyatakan,

Kristina Dewi Arta Setyaningrum

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Motto
“janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga,
tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada
Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur”
(Filipi 4:6)

Tidak ada yang lebih baik dari rencana Tuhan

(penulis)

Percaya aja, rasa capek kalian akan kebayar suatu saat
nanti. Jadi jangan berhenti untuk bermimpi, berusaha dan
terus melangkah
(Ria SW)

vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERSEMBAHAN

Puji Tuhan penulis haturkan kepada Tuhan Yesus Kristus, penulis
mempersembahkan karya tulis ini kepada:
1. Kedua orang tua saya Bapak Bernardinus Realino Yuliantoro dan Ibu
Veronika Sri Sugiyanti. Terima kasih atas doa restu, dukungan, dan
perjuangan Bapak dan ibu yang selalu maksimal diberikan kepada penulis
2. Saudari perempuan saya Bernadeta Dwiki Anggraeni yang telah
memberikan doa, dukungan, dan motivasi yang kepada penulis.

3. Martinus Dwi Antoro S.Pd., terima kasih atas semangat, doa, dan
dukungannya yang tidak pernah henti kepada penulis.

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat,
rahmat, dan mukjizat-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesikan
skripsi yang berjudul “Jenis, Bentuk, dan Faktor Peyebab Campur Kode dalam
Perbincangan Pengisi Acara “Ini Talkshow” di Net TV”. Skripsi ini disusun
sebagai tugas akhir perkuliahan dan prasyarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
Skripsi ini dapat terselesaikan berkat dukungan dari berbagai pihak yang telah
memberikan dukungannya baik secara langsung maupun tidak langsung dan kerja
sama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan rasa terimakasih
kepada:
1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;
2. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., selaku Ketua Program Studi
Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;
3. Dr. B. Widharyanto, M. Pd. terima kasih atas dukungan dan bimbingan
yang diberikan kepada penulis;
4.

A. Danang Satria Nugraha, S.S., M.A. dan Septina Krismawati, S.S.,
M.A. yang telah berkenan menjadi dosen triangulator (validasi) penulis;

ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5. Segenap dosen Program Studi Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta yang telah mendidik dengan sepenuh hati;
6. Karyawan sekretariat Program Studi Bahasa Sastra Indonesia Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membatu dan melayani penulis
dalam berbagai macam urusan administarsi baik akademik maupun nonakademik.
7. Kedua orang tua saya, BR. Yuliantoro dan V. Sri Sugiyanti yang telah

memberikan semangat juga dukungan doa kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
8. Keluarga besar IG. Sagiyo Siswoharjono dan PC. Suwondo Siswoharjono
yang selalu mengingatkan, mendoakan, dan memberikan semangat untuk
penulis agar dapat menyelesaikan skripsi.
9. Sahabat setia saya Enlelia Gismiyati S.Pd., terima kasih untuk semangat
dan kerja samanya selama kuliah dan pengerjaan skripsi.
10. Teman-teman Riski Agus Heryanto, Elisabeth Inosensia Marlin, Johanes
Bakti Indra Tama, Raden Gregorius A. W S.Pd., Agustinus Poga dan
Patrisia Arum Puspaningtyas terima kasih semangatnya selama kuliah dan
mendukung pengerjaan skripsi.
11. Seluruh teman-teman PBSI angkatan 2014 terima kasih atas dinamika
bersama, keceriaan, dukungan, motivasi dan doa yang selalu dipanjatkan
bersama. Semangat lulus.

x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

memberikan dukungan serta doa restu kepada penulis selama penyusunan
skripsi.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
sebab itu, penulis mohon maaf apabila terjadi hal-hal yang menjadi kekurangan
baik secara teknis maupun non-teknis dalam skripsi ini. Penulis berharap skripsi
ini dapat berguna bagi semua pihak yang berkepentingan terutama pada ilmu
kebahasaan.
Yogyakarta, 14 Januari 2019

Kristina Dewi Arta Setyaningrum

xi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK
Setyaningrum, Kristina Dewi Arta. 2018. Jenis, Bentuk, dan Faktor Penyebab
Campur Kode dalam Perbincangan Pengisi Acara “Ini
Talkshow” di Net TV. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, FKIP, USD.
Masyarakat Indonesia termasuk masyarakat bilingual. Hal tersebut dapat

dilihat dari bagaimana masyarakat Indonesia berbicara di dalam kehidupan seharihari yang mencampur kedua bahasa ke dalam percakapan dengan lawan
bicaranya. Campur kode dapat terjadi dimana saja salah satunya adalah media
elektronik seperti televisi acara talkshow.
Penelitian ini membahas mengenai jenis, bentuk, dan faktor penyebab
campur kode dalam perbincangan pengisi acara “Ini Talkshow” di Net TV. Tujuan
dari penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan jenis campur kode yang digunakan
dalam perbincangan pengisi acara pengisi acara “Ini Talkshow” di Net TV, (2)
mendeskripsikan bentuk campur kode yang digunakan dalam perbincangan
pengisi acara pengisi acara “Ini Talkshow” di Net TV, dan (3) mendeskripsikan
faktor penyebab terjadinya campur kode yang digunakan dalam perbincangan
pengisi acara pengisi acara “Ini Talkshow” di Net TV.
Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data
berupa perbincangan yang dilakukan oleh pengisi acara Ini Talkshow
mendeskripsikan jenis campur kode yang digunakan dalam perbincangan pengisi
acara pengisi acara “Ini Talkshow” di Net TV, dengan data berupa kata dan frasa.
Total data keseluruhan berjumlah enam puluh tujuh data. Metode penyediaan data
menggunakan metode simak, dan teknit catat. Untuk menganalisis data
menggunakan teknik bagi unsur langsung dan teknik baca markah.
Hasil penelitian adalah sebagai berikut. Pertama, peneliti menemukan jenis
campur kode, yaitu (1) campur kode kedalam menggunakan bahasa daerah dan (2)

campur kode keluar menggunakan bahasa asing. Kedua, peneliti menemukan
bentuk campur kode, yaitu (1) kata dasar, (2) kata bentukan, (3) kata berimbuhan,
(4) kata ulang dan (5) frasa. Ketiga, peneliti menemukan faktor penyebab campur
kode yangdapat diklasifikasikan mejadi dua yaitu (1) dari segi penutur dan (2)
dari segi kebahasaan. Segi penutur (a) Menggunakan bahasa Ibu bahasa Sunda,
bahasa Jawa, dan bahasa Inggris dan (b) penutur kaum terpelajar (c) Sekadar
gengsi. Segi kebahasaan yang terbagi menjadi (a) Keterbatasan kode, (b) Istilah
yang lebih populer, (c) Pembicara dan pribadi pembicara, (d) Mitra bicara, (e)
Fungsi dan tujuan, dan (f) Membangkitkan rasa humor. Penelitian ini diharapkan
dapat memberikan kontribusi dan pengetahuan mengenai jenis, bentuk, dan faktor
penyebab campur kode dalam perbincangan di televisi.

Kata kunci: Campur kode, jenis campur kode, bentuk campur kode, dan faktor
penyebab campur kode

xii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT

Setyaningrum, Kristina Dewi Arta. 2018. Types, Forms, and Causal Factors of
Code Mixing in Guest Star’s Conversation at “Ini Talkshow” on
Net TV. Thesis. Yogyakarta: Indonesian Language and Literature
Education, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata
Dharma University.
Indonesian’s society is belong into bilingual’s society. It can be seen from
the way the people make a conversation with other people. Code mixing can be
happened in the electronic media television program.
This research discusses about the types, forms, and causal factors of code
mixing inside guest star’s conversation at “Ini Talkshow” on Net TV. The
research goals are (1) describing the types of code mixing used inside guest stars’
conversation at “Ini Talkshow” on Net TV, (2) describing the forms of code
mixing used inside guest stars’ conversation at “Ini Talkshow” on Net TV, and (3)
describing the causal factors of code mixing used inside guest stars’ conversation
at “Ini Talkshow” on Net TV.
The research was included into descriptive qualitative research. The data
sources taken were from the conversations performed by guest stars at “Ini
Talkshow” on Net TV in the form of words and phrases. The researcher found
sixty seven data in total. The researcher employed data providing technique such
as reefer method and note method. In order to analyze the data, researcher used
direct element distribution technique and marking reading technique.
First result showed that the researcher found the kind of code mixing. (1)
inner code mixing with local language, (2) outer code mixing with foreign
language. Second result, the researcher found the shape of code mixing. (1) basic
word, (2) formation word, (3) affixed word, (4) repeat word, and (5) phrase. The
third result, the researcher found the causes that can be clasified into two parts.
The first one was the speaker’s aspects. There were (a) using sundanese
language, javanese language, and english. (b) educated speaker and (c) prestige.
The second was the language aspects. There were (a) code limiitations, (b)
popular terms, (c) the speakers and personal speakers, (d) partner of the speaker,
(e) function and goal, (f) arouse a sense of humor. Moreover, this research can
contribute and educate the audience about kind, shape, and the causes of code
mixing in the conversation, especially in the television program.

Key words: Causal factors of code mixing, Code mixing, Forms of code mixing,
Types of code mixing

xiii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................

ii

HALAMAN PENYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .................

v

MOTTO .......................................................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................... viii
ABSTRAK ...................................................................................................... xi
ABSTRACT ..................................................................................................... xii
DAFTAR ISI ................................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvi
DAFTAR ISTILAH ....................................................................................... xvii
BAB I : PENDAHULUAN ............................................................................

1

1.1 Latar Belakang ....................................................................................

1

1.2 Rumusan Masalah ...............................................................................

5

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................

5

1.4 Manfaat Penelitian ..............................................................................

6

1.5 Batasan Istilah ......................................................................................

7

1.6 Sistematika Penyajian ..........................................................................

8

BAB II : LANDASAN TEORI .....................................................................

9

2.1 Pengertian Sosiolingustik .....................................................................

9

2.2 Variasi Bahasa ...................................................................................... 10
2.3 Kedwibahasaan..................................................................................... 16
2.4 Peristiwa Tutur ..................................................................................... 18
2.5 Campur Kode ........................................................................................ 21
2.6 Jenis Campur Kode ............................................................................... 22
2.7 Bentuk Campur Kode............................................................................ 23
2.8 Faktor Penyebab Campur Kode .......................................................... 28

xiv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2.10 Ini Talkshow ...................................................................................... 34
2.11 Penelitian yang Relevan ..................................................................... 35
2. 12 Kerangka Berpikir ............................................................................. 36
BAB III : METODE PENELITIAN ............................................................ 38
3.1 Metode Penelitian ................................................................................... 38
3.2 Data dan Sumber Data .......................................................................... . 39
3.3 Teknik Pengumpulan Data ................................................. ................... 39
3.4 Instrumen Penelitian .............................................................................. 40
3.5 Teknik Analisis Data ............................................................................. 42
3.6 Triangulasi................................................................ ............................. 43
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................... 46
4.1 Deskripsi Data ........................................................................................
4.1.1 Jenis Campur Kode ......................................................................
4.1.2 Bentuk Campur Kode ...................................................................
4.1.3 Faktor Penyebab Campur Kode ....................................................
4.2 Analisis Data ..........................................................................................
4.2.1 Jenis Campur Kode ......................................................................
4.2.3 Bentuk Campur Kode ....................................................................
4.2.8 Faktor Penyebab Campur Kode .....................................................

47
47
48
50
52
52
62
78

4.3 Catatan Triangulator ................................................................................ 95
4.4 Pembahasan ............................................................................................ 96
BAB V: PENUTUP ........................................................................................ 103
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 103
5.2 Saran-saran ............................................................................................ 104
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 105
LAMPIRAN ................................................................................................... 107

xv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1: Kerangka Berpikir .......................................................................

xvi

37

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Jenis Campur Kode ke Dalam ..........................................................

47

Tabel 4.2 Jenis Campur Kode ke Luar .............................................................

48

Tabel 4.3 Bentuk Campur Kode.......................................................................

48

Tabel 4.4 Faktor Penyebab Campur Kode .......................................................

50

xvii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISTILAH
JCKD

: Jenis Campur Kode ke Dalam

JCKL

: Jenis Campur Kode ke Luar

BCKKD : Bentuk Campur Kode Kata Dasar
BCKKBK: Bentuk Campur Kode Kata Bentukan
BCKKB : Bentuk Campur Kode Kata Berimbuhan
BCKKU : Bentuk Campur Kode Kata Ulang
BCKF

: Bentuk Campur Kode Frasa

FCKSP

: Faktor Campur Kode Segi Penutur

FCKLP

: Faktor Campur Kode Lebih Populer

FCKSG : Faktor Campur Kode Sekadar Gengsi
FCKKK : Faktor Campur Kode Keterbatasan Kode
FCKPP

: Faktor Campur Kode Pembicara dan Pribadi Pembicara

FCKFT

: Faktor Campur Kode Fungsi dan Tujuan

FCKMH : Faktor Campur Kode Membangkitkan Humor
FCKMB : Faktor Campur Kode Mitra Bicara

xviii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masyarakat Indonesia termasuk masyarakat bilingual (menguasi dua
bahasa atau lebih dengan baik) bahkan mulitilingual (mampu menguasai lebih dari
dua bahasa), yakni bahasa Indonesia, bahasa daerah bahkan bahasa asing (bahasa
Inggris, bahasa Mandarin, bahasa Arab, dan lain-lain). Menurut Rahardi (2010:6)
bilingualisme adalah penguasaan dua bahasa, yakni bahasa pertama dan bahasa
kedua. Hal ini menunjukan bahwa adanya percampuran bahasa. Jika masyarakat
mampu menguasain kedua bahasa sekaligus hal tersebut dapat mempengaruhi
kehidupan sehari-hari dalam berkomunikasi. Hal tersebut dapat dilihat dari
bagaimana masyarakat Indonesia berbicara di dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam menggunakan bahasa Indonesia tidak sedikit apabila pengguna
mencampur kedua bahasa ke dalam percakapan dengan lawan bicaranya. Hal ini
menjadikan masyarakat cenderung untuk memasukan pendapat dengan cara
berbicara dalam bahasa yang berbeda, sehingga hal tersebut memunculkan suatu
kasus campur kode di dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia. Masyarakat
Indonesia yang sejatinya mempunyai bahasa lebih dari satu sangat sulit
menggunakan satu bahasa. Saat sedang berinterksi dengan manusia lain, pada
suatu keadaan akan ditemukan manusia mampu berbicara dengan lebih dari satu
bahasa yang ada, dalam hal ini biasanya disebut dengan bilingual.

1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2

Campur kode adalah jika dalam suatu peristiwa tutur klausa-klausa dan
frasa-frasa yang digunakan terdiri dari klausa dan frasa campuran dan setiap
klausa atau frasa itu tidak lagi mendukung fungsi sendiri-sendiri (Thelander dalam
Chaer dan Agustina, 1995: 115).
Campur kode dapat terjadi dimana saja dan bukan menjadi hal yang biasa
digunakan oleh masyarakat dalam berkomunikasi. Di Indonesia campur kode
sudah menjadi hal yang biasa dan sudah menjadi sebuah kewajiban di masyarakat,
hal ini dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari seperti: Di Kantor
Pemerintaham, di sekolah, di kampus, di keluarga, di lingkungan tempat tinggal,
tempat bekerja, maupun media cetak dan media elektronik. Salah satunya adalah
media elektronik seperti televisi acara talkshow.
Ini Talkshow adalah salah satu acara yang beragam penggunaan
bahasanya. Acara Ini Talkshow di pandu oleh komedia ternama di Indonesia yaitu
Sutisna atau lebih dikenal dengan nama panggungnya Sule dan beberapa pengisi
acara lainnya, yakni Andre Taulani, Nunung, Maya Septa, Saswi, Dede. Dilihat
dari beberapa pengisis acara tersebut bisa dilihat latar belakang mereka yang
berbeda-beda, Sule yang bertugas memandu acara tersebut berasal dari Sunda
seringkali menggunakan bahasa Sunda, ada pula Nunung yang beasal dari Jawa
khususnya Solo sering menggunakan bahasa Jawa, dan masih banyak lagi pengisi
acara yang lain berasal dari daerah yang berbeda. Tayangan Ini Talkshow selalu
menghadirkan bintang tamu yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda,
sehingga hal tersebut memunculkan penggunaan bahasa daerah dan bahasa asing

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3

dalam membawakan sebuah acara di televisi nasional yang di lihat seluruh lapisan
orang yang ada di Indonesia.
Ini Talkshow tayang setiap hari Senin  Jumat, pukul 19.00  21.00 WIB
di Net TV. Acara ini Talkshow adalah acara yang sangat unik, khas, dan memiliki
pengisi acara yang bertingkah lucu karena memiliki latar belakang komedian,
masih sangat jarang ditemukan acara serupa di televisi Indonesia. Memalui
lawakan para komedian Sule dan Andre yang bertugas sebagai pembawa acara
yang menjadi pusat bagi para penonton, sebagai pembawa acara mereka dituntut
supaya mampu berkomunikasi secara baik dengan bintang tamu dan para
penonton yang ada di studio.
Pembawa acara harus mampu berkomunikasi secara baik menggunakan
bahasa yang komunikatif dan mudah dipahami oleh para bintang tamu. Para
pengisi acara sudah menguasai bahasa daerah masing-masing. Bahasa daerah
digunakan secara bergantian sehingga sangat memungkinkan terjadinya
kedwibahasaan yang menimbulkan alih kode dan campur kode. Seringkali sule
dan pengisi acara yang lain melakukan campur kode. Sering sekali sule dan
pengisi acara yang lain melakukan alih bahasa. Seperti peralihan bahasa Indonesia
ke bahasa daerah dan bahasa asing lainnya pada saat-saat tertentu. Peristiwaperistiwa tersebut berdasarkan oleh beberapa faktor-faktor tertentu.
Perhatikan contoh campur kode yang terdapat dalam percakapan berikut ini.
Sule

:Kan mereka gak bisa berakting, kalau urusan berakting antagonis mah ini
Valerie jagonya Claudia juga

Saswi: Budgetnya gak masuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4

Penutur pada peristiwa tersebut adalah Sule dan Saswi. Topik yang
dibicarakan adalah keinginan Saswi yang ingin membuat sebuah film, namun
kebingungan mencari pemeran yang cocok, Sule memberikan saran bawa
tamunya pintar berakting, namun Saswi menolak karena bayaran artis tersebut
mahal tidak sesuai dengan uang yang disediakan saswi. Bahasa yang digunakan
menggunakan bahasa yang santai. Selain menggunakan bahasa Indonesia Saswi
adalah orang yang berasal dari Sunda, namun penutur tersebut sering menggunkan
bahasa asing karena bahasa tersebut untuk sekedar gengsi didepan penonton
bahwa Saswi pandai menggunakan bahasa asing sehingga Saswi melakukan
campur kode. Campur kode yang yang terdapat pada peristiwa tutur tersebut
terdapat pada tuturan Saswi. Saswi menyisipkan kata budget dari bahasa Inggris
yang artinya anggaran belanja. Kata budget adalah kata dasar dari bahasa Inggris.
Campur kode merupakan suatu kebiasaan dan faktor tuntutan peran yang
di bawakan dalam penggunaan bahasa. Ada berbagai macam bentuk campur kode
dalam interaksi pengisi acara Ini Talk Show. Sesuai dengan fungsi, tujuan, atau
kepentingan masing masing
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, disusunlah dalam tiga
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Jenis campur kode apa saja yang terdapat dalam acara Ini Talkshow di
NET TV ?
2. Bentuk campur kode apa saja yang terdapat dalam acara Ini Talkshow di
NET TV ?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5

3. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya campur kode dalam
acara Ini Talkshow di NET TV ?

1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan sebagai
berikut ini.
1. Mendeskripsikan jenis campur kode yang terdapat dalam acara Ini
Talkshow di NET TV.
2. Mendeskripsikan bentuk campur kode yang terdapat dalam acara Ini
Talkshow di NET TV
3. Mendeskripsikan faktor penyebab terjadinya campur kode yang terdapat
dalam acara Ini Talkshow di NET TV.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu manfaat praktis dan
manfaat teoritis.
1. Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat
bagi

perkembangan

ilmu

berbahasa,

khususnya

dalam

bidang

sosiolingustik terutama yang berkaitan dengan campur kode yang terdapat
di lingkup media pertelevisian Indonesia.
2. Manfaat Teoritis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6

Penelitian ini memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu
sosiolingustik yang berkaitan dengan komunikasi di masyarakat
khususnya dalam campur kode. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan
dapat menambah pengetahuan tentang alih kode dan campur kode dalam
studi sosiolingustik.
3. Manfaat pendidikan
Bagi guru mata pelajaran bahasa Indonesia di SMA, hasil
penelitian ini dapat digunakan sebagai rujukan mengenai penggunaan
bahasa

Indonesia

yang

baik

dan

benar.

Hasil

penelitian

ini

menggambarkan fenomena campur kode yang termasuk dalam kesalahan
berbahasa yang dapat menjadi referensi guru bahasa Indonesia untuk
membandingkan penggunaan bahasa Indonesia yang benar dan yang salah
dalam proses pembelajaran. Selain itu, program televisi dapat digunakan
sebagai sumber belajar pada pembelajaran bahasa Indonesia. Oleh sebab
itu, guru harus paham mengenai fenomena kebahasaan yang terjadi supaya
dapat membandingkan dan membenarkan pamakian bahasa Indonesia.
1.5 Batasan Istilah
1. Sosiolingustik
Sosiolingustik adalah kajian tentang bahasa yang dikaitakan dengan
kondisi kemasyarakatan (dipelajari oleh ilmu-ilmu sosial khususnya
sosiologi) menurut Sumarsono dan Paina 2002 : 1).
2. Variasi Bahasa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7

Variasi bahasa mengemukakan dalam hal variasi terjadi sebagai
akibat dari adanya keberagaman sosial dan keberagaman fungsi bahasa
menurut Chaer dan Agustina (2004: 61)

3. Kedwibahasaan
Kedwibahasaan diartikan sebagai pemakaian dua bahasa atau lebih
oleh penutur bahasa atau oleh suatu masyarakat bahasa. Kedwibahasaan
adalah berkenaan dengan pemakaian dua bahasa oleh seseorang penutur
dalam aktivitas sehari-hari. (Suandi, 2014: 13)
4. Campur kode
Campur kode adalah percampuran dua atau lebih bahasa atau
ragam bahasa dalam suatu tindak bahasa tanpa ada sesuatu dalam situasi
berbahasa itu yang menuntut pencampuran bahasa itu (Nababan, 1991: 32)
5. Ini Talkshow
Ini Talkshow adalah satu acara yang belum lama mengudara di
perindustrian televisi Indonesia. Acara tersebut memiliki konsep yang
berbeda dengan talkshow yang disiarkan di Indonesia, acara yang memiliki
konsep seperti di dalam sebuah rumah beserta para penghuninya yang
memiliki latar belakang kebahasaan yang beraneka ragam, dengan konsep
yang santai dan dipandu oleh pembawa acara yang lucu menurut Menurut
Engrid Septa Reni (2017: 47 )

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8

1.6 Sistematika Penyajian
Sistematika penulisan penelitian ini terdiri dari beberapa bab. Karena hal
ini memiliki tujuan untuk mempermudah pembaca dalam memahami penelitian
ini. Bab satu adalah bab pendahuluan. Bab ini berisi latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan sistematika
penelitian.
Bab dua berisi tentang kajian pustaka. Bab ini berisi tentang tinjauan
terhadap penelitian yang sebelumnya yang relevan dengan penelitian yang saat ini
sedang dilakukan oleh peneliti ini.
Bab tiga adalah metodologi penelitian. Bab ini membahas seputar
pendekatan penelitian, data, dan sumber data, metode dan teknik pengumpulan
data, serta teknik analisis data.
Bab empat adalah deskripsi data, hasil penelitian, dan pembahasan
penelitian. Pada bab ini dilakukan dengan deskripsi data, cara menganalisis data
dan pembahasan hasil penelitian.
Bab lima adalah penutup yang berisi tentang kesimpulan dari hasil
penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Pada bab lima ini juga berisi tentang
daftar pustaka yang digunkana untuk penelitian ini dan terdapat lampiranlampiran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Sosiolingustik
Sosio adalah masyarakat, dan lingustik adalah kajian bahasa. Jadi,
sosiolingustik adalah kajian tentang bahasa yang dikaitakan dengan kondisi
kemasyarakatan (dipelajari oleh ilmu-ilmu sosial khususnya sosiologi) menurut
Sumarsono dan Paina 2002:1) rumusan yang dipaparkan di atas mengatakan
bahawa bahasa didapatkan dan diperoleh dari kondisi masyarakatnya sendiri.
Halliday (1970 dalam Sumarsono dan Paina, 2002: 2) menyebut
sosiolingustik sebagai lingustik institusional (institutional linguistics), berkaitan
dengan pertautan bahasa dengan orang-orang yang memakai bahasa itu (deals
with the relation between a language and tehe people who use it). Sosiolingustik
menyoroti keseluruhan masalah yang berhubungan dengan organisasi sosial
perilaku bahasa, tidak hanya mencakup pemakian bahasa saja, melainkan juga
sikap-sikap bahasa, perilaku terhadap bahasa dan pemakian bahasa. Dalam kajian
sosiolingustik memang ada kemungkinan orang memulai dari masalah
kemasyarakatan kemudian mengaitkan dengan bahasa, teteapi bisa pula berlaku
sebaliknya: memulai dari bahasa kemudia mengaitkan dengan gejala-gejala
kemasyarakatan.
Appel (dalam Aslinda dan Leni, 2007: 6) memandang sosiolingustik
bahasa sebagai sistem sosila dan sistem komunikasi serta merupakan bagian dari
masyarakat dan kebudayaan tertentu, sedangkan yang dimaksud dengan
pemakaian bahasa adalah bentuk interaksi sosial terjadi dalam situasi kongkret.

9

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10

Sehingga dapat disimpulkan bahwa sosiolingustik adalah kajian bahasa
yang dilihat dari tuturan masyarakat dalam berkomunikasi, karena masyarakat
Indonesia terdiri dari bermacam-macam bahasa yang membuat tuturan yang
terjadi menjadi memiliki berbagai macam.
2.2 Variasi Bahasa
Pandangan sosiolingustik, bahasa tidak hanya dipandang sebagai gejala
individu, tetapi merupakan gejala sosial. Sebagai gejala sosial, bahasa dan
pemakaian bahasa tidak hanya ditentukan oleh faktor-faktor lingustik, tetpai juga
oleh faktor-faktor nonlingustik. Faktor nonlingustik yang mempengaruhi
pemakaian bahasa, yaitu faktor-faktor sosial (status sosial, tingkat pendidikan,
umur, tingkat ekonomi, jenis kelamin, dan sebagainya). Faktor-faktor situasional
menyangkut siapa pembicara dengan bahasa apa, kepada siapa, kapan, di mana,
dan mengenai masalah apa. Karena faktor-faktor di atas, maka timbul
keanekaragaman bahasa yang dimiliki oleh seluruh umat manusia, atau biasa kita
sebut variasi bahasa. Bahasa dalam praktiknya pemakaiannya, pada dasarnya
memiliki bermacam-macam ragam.
Chaer dan Agustina (2004: 61) mengemukakan dalam hal variasi terjadi
sebagai akibat dari adanya keberagaman sosial dan keberagaman fungsi bahasa.
Meskipun penutur itu berada dalam masyarakat tutur yang sama, namun bukan
merupakan kumpulan manusia homogeny, maka wujud bahasa yang kongkret
yang disebut parole menjadi tidak seragam atau variasi. Terjadinya keberagaman
atau kevariasian bahasa ini bukan hanya disebabkan oleh para penuturnya yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11

tidak homogeny, tetapi juga karena kegiatan interksi sosial yang mereka lakukan
sangat beragam, Chaer dan Agustina (2004: 61)
Dalam hal ini variasi atau ragam bahasa ini ada dua pandangan, petama,
variasi atau ragam bahasa itu dilihat sebagai akibat adanya keragaman sosial
penutur bahasa itu dan keberagaman fungsi bahasa itu. Jadi variasi atau ragam
bahasa itu terjadi sebagai akibat dari adanya keberagaman sosial dan keberagaman
fungsi bahasa. Kedua, variasi bahasa atau ragam bahasa itu sudah ada untuk
memenuhi fungsinya sebagai alat interkasi dalam kegiatan masyarakat yang
beraneka ragam (Chaer dan Agustin, 2004: 62).
Masyarakat bilingual atau multilingual yang memiliki latar belakang bahasa
atau lebih harus memilih bahasa atau variasi bahasa mana yang akan digunakan
dalam sebuah kondisi dan situasi yang ada. Hal tersebut terjadi dalam acara
talkshow yang ada di televisi. Hal ini disebabkan oleh mayarakat Indonesia telah
menguasai bahasa ibu (bahasa daerah) sebelum menguasai bahasa Indonesia,
sehingga dari hal tersebut masyarakat Indonesia memiliki ragam bahasa yang
bervariasi. Sejalan dengan hal tersebut, Mansoer Pateda (1987: 53-71)
mengemukakan variasi bahasa dapat dibagi menjadi enam segi sebagai berikut.
1. Variasi Bahasa Dilihat dari Segi Tempat
Setiap individu tidak bisa mengucapkan kata-kata semaunya.
Karena bahasa memiliki batas-batas tertentu, tempat menjadi salah satu
batas yang perlu diperhatikan. Tempat sebuah peristiwa bisa menyebabkan
penggunaan variasi bahasa yang berbeda sekalipun tujuan da partisipan
yang dilibatkan sama.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12

2. Variasi Bahasa Dilihat dari Segi Waktu
Variasi bahasa berdasarkan waktu diistilahkan dengan kronolek
atau dialek temporal. Variasi bahasa ini yang digunakan oleh kelompok
sosial pada masa tertentu. Misalnya, sejarah perkembangan bahasa
Indonesia pada masa tahun tisa puluhan, variasi bahasa pada tahun lima
puluhan, dan variasi bahasa pada tahun ini.
3. Bariasi Bahasa Dilihat dari Segi Pemakaian
Variasi bahasa dari segi pemakian adalah variasi bhasa yang
bersifat individu yang berada pada satu tempat/wilayah atau rea tertentu.
Pembagian variasi bahasa dari segi penutur meliputi idiolek, dialek,
seks/jenis kelamin, dan usia.
4. Variasi Bahasa Dilihat dari Segi Pemakaiannya
Variasi bahasa berkenaan dengan pemakian atau fungsinya disebut
fungsiolek. Fungsiolek adalah variasi bahasa yang menyangkut bahasa itu
digunakan untuk keperluan atau bidang tertentu. Misalnya jurnalistik,
sastra, militer, perdagangan, dan sebagainya.
5. Variasi bahasa dilihat dari segi situasi
Situasi atau suasana tuturan dapat memengaruhi pilihan ragam
bahasa. Coulthard (1995 dalam Suandi, 2014: 59) menjelaskan bahwa
pemilihan ragam bahasa pada suasana resmi cenderung menggunakan
ragam formal, seperti ditempat rapat. Sesuai dengan namanya, ragam
formal adalah ragam yang digunakan dalam situasi yang resmi, sedangkan
ragam informal adalah ragam yang digunakan dalam situasi yang tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13

resmi. Ciri dari dua raga mini adalah tingkat kebakuan pada bahasa yang
digunakan. Dengan demikina ragam resmi ditandai dengan pemakian
unsur-unsur kebahasaan yang menunjukan tingkat kebakuannya yang
tinggi.
6. Variasi bahasa dilihat dari segi statusnya
Variasi bahasa juga dapat didasarkan pada status sosial seorang.
Status sering ditentukan oleh keanggotaan kelas sosial, tingkat pendidikan,
profesi, tingkat kebangsawanan, dan tingkat ekonomi.
Sebagai sebuah langue sebuah bahasa mempunyai sistem dan subsistem
yang dipahami sama oleh semua penutur bahasa itu. Namun, karena penutur
bahasa tersebut, meski berada dalam mesyarakat tutur, tidak merupakan kumpulan
manusia yang homogeny, maka wujud bahasa yang konkret, yang disebut parole,
menjadi tidak seragam. Bahasa itu menjadi beragam dan bervariasi (catatan:
variasi sebagai padanan kata Inggris variety bukan variation). Terjadinya
keragaman atau kevariasian bahasa ini bukan hanya disebabkan oleh para
penuturnya yang tidak homogen, tetapi juga karena kegiatan interaksi sosial yang
mereka lakukan sangat beragam.
Dalam hal ini variasi atau ragam bahasa ini ada dua pandangan. Pertama
variasi atau ragam bahasa itu dilihat sebagai akibat adanya keragaman sosial
penutur bahasa itu dan keragaman fungsi bahasa itu. Jadi, variasi atau ragam
bahasa itu terjadi sebagai akibat dari adanya keragaman sosial dan keragaman
fungsi bahasa. Andaikata penutur bahasa itu adalah kelompok yang homogeny
baik etnis, status sosial maupun lapangan pekerjaannya, maka variasi atau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14

keragaman itu tidak akan ada; artinya, bahasa itu menjadi seragam. Kedua,variasi
atau ragam bahasa itu sudah ada untuk memenuhi fungsinya sebagai alat interkasi
dalam kegiatan masyarakat yang beraneka ragam. Chaer dan Agustin membagi
variasi bahasa menjadi empat bagian yaitu, variasi dari segi penutur, variasi dari
segi pemakaian, variasi dari segi keformalan, variasi dari segi sarana.
2.2.1 Variasi dari Segi Penutur
Dalam variasi bahasa dari segi penutur ini memiliki berberapa macam
ragam di dalamnya, keragamana ini langsung berkaitan dengan penuturnya. Ada
empat variasi dari segi penuturnya yaitu, idiolek, dialek, kronolek, sosiolek.
1. Idiolek
Idiolek merupakan variasi bahasa yang bersifat perseorangan. Setiap
orang memiliki ideolek sendiri. Variasi idiolek ini berkenaan dengan
“warna” suara, pilihan kata, gaya bahasa, susunan kalimat. Sehinggal hal
itu dapat digunakan untuk mengenali seseorang tanpa melihat wajahnya,
karena sudah terdengar dari “warna” suaranya.
2. Dialek
Dialek merupakan variasi bahasa dari kelompok penutur yang
jumlahnya relatif, yang berada pada tempat, wilayah, atau area tertentu.
Karena dialek ini didasarkan pada wilayah atau area tempat tinggal
penutur, maka dialek ini lazim di sebut dialek area, dialek regional, atau
dialek gegrafi. Misalnya, bahasa Jawa dialek Banyumas memiliki ciri
tersendiri yang berbeda dengan ciri yang dimiliki bahasa Jawa dialek
Pekalongan, para penutur bahasa Jawa dialek Banyumas dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15

berkomunikasi dengan baik dengan para penutur bahasa Jawa dialek
lainnya. Karena dialek-dialek tersebut masih termasuk bahasa yang sama,
yaitu bahasa Jawa.
3. Kronolek
Kronolek atau dialek temporal merupakan variasi bahasa yang
digunakan oleh kelompok sosial pada masa tertentu. Umpamanya, variasi
bahasa Indonesia pada masa tahun tiga puluh, variasi yang digunkan tahun
lima puluhan, dan variasi yang digunkan pada masa kini. Variasi pada
ketiga zaman itu tentunya berbeda, baik dari segi lafal, ejaan, morfologi,
maupun sintaksis.
4. Sosiolek
Sosiolek atau dialek sosial merupakan variasi bahasa yang
berkenaan dengan status, golongan, dan kelas sosial para penuturnya.
Karena variasi ini menyangkut semua masalah pribadi para penuturnya,
seperti usia, pendidikan, seks, pekerjaan, tingkat kedewasaan, keadaan
sosial ekonomi, dan sebagainya. Berdasarkan usia, kita bisa melihat
perbedaan variasi bahasa yang digunakan oleh kanak-kanak, para remaja,
orang dewasa, dan orang-orang yang tergolong lansia (=lanjut usia).
2.3 Kedwibahasaan
Pada umumnya masyarakat Indonesia menggunakan bahasa lebih dari
satu. Mereka menguasai dan mengenal bahasa pertama adalah bahasa “ibu” atau
bahasa daerah, dan bahasa kedua yaitu bahasa Indonesia. Dalam komunikasi
sehari-hari masyarakat Indonesia secara bergantian menggunakan kedua bahasa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16

tersebut. Menurut Mackey (dalam Aslinda dan Leni 2007: 24) kedwibahasaan
adalah alternative use of two language by the sane individual (kebiasaan
menggunakan dua bahasa atau lebih oleh seseorang). Kedwibahasaan adalah
native like control of two languages (penguasaan yang sama baiknya terhadap dua
bahasa) Blommfield (1958: 50 dalam Aslinda dan Leni 2007: 23). Berdasarkan
teori yang sudah dijelaskan oleh para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa
penggunaan

dua

bahasa

dalam

komunikasi

termasuk

dalam

keadaan

kedwibahasaan.
Istilah bilingualism dalam bahasa Indonesia disebut juga dengan
kedwibahasaan. Dari istilah secara harafiah sudah dapat dipahami apa yang
dimakasud dengan bilingualism itu, yaitu berkenaan dengan penggunaan dua
bahasa atau dua kode bahasa. Secara sosiolingustik secara umum, kedwibahasaan
diartikan sebagai penggunaan dua bahasa oleh seorang penutur dalam
pergaulannya dengan orang lain secara bergantian (Mackey 1962: 12 dan fishman
1973: 73 dalam Chaer dan Agustina 2004: 84)
Kedwibahasaan terbentuk karena adanya keberadaan masyarakat bahasa
yang berarti masyarakat yang menggunakan bahasa yang dispakati sebagai alat
komunikasi. Semakin tinggi pemakaian dua bahasa dalam kepentingan tertentu
aspek fungsi tersebut dapat digunakan untuk mengukur penguasaan dua bahasa
tersebut. Semakin tinggu tingkat pemakaian dua bahasa yang dimiliki akan
semakin tinggi pula fungsi kedwibahasan yang dikuasai oleh seseorang.
Meurut Hougen (dalam Chaer dan Agustina, 2004: 86), “seseorang
bilingual tidak perlu secara aktif menggunakan kedua bahasa itu tetapi cukup

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17

kalau bisa memahami saja, selanjutnya dalam mempelajari bahasa kedua, apalagi
bahasa asing, tidak dengan sendirinya akan memberi pengaruh terhadap bahasa
aslinya”. Lagi pula seorang yang akan mempelajari bahasa asing, maka
kemampuan bahasa asingnya atau B2-nya, akan selalu berada pada posisi di
bawah penutur asli bahasa itu.
Dapat disimpulkan bahwa kedwibahasaan adalah digunakan dua buah
bahasa oleh seorang penutur dalam pergaulan dengan orang lain secara
bergantian, tentunya dalam seseorang tersebut haus menguasai kedua bahasa
tersebut, bahasa pertam (B1) dan bahasa yang lain yang menjadi bahasa kedua
(B2) hal tersebut dapat dikatakan orang yang mampu menggunakan kedua bahasa
disebut sebagai bilingual. Contohnya ketika seorang pelajar atau mahasiswa yang
memang penduduk asli Bali dan tentu fasih berbahasa Bali berbicara dengan
temannya di sekolah atau di kampus saat tidak ada jam pelajaran atau perkulihan
menggunakan bahasa Bali, tetapi saat Ia berada di ruang kelas atau situasi formal,
yakni menggunakan dua bahasa sesuai konteks dan tidak mencampuradukan
kedua bahasa itu. Jadi, seseorang bisa menempatkan bahasa sesuai dengan situasi
yang sedang dihadapi, Suandi (2014: 16).
2.4 Peristiwa Tutur
Peristiwa tutur adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi lingustik
dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan
lawan tutur, dengan satu pokok tuturan, di dalam waktu, tempat, dan situasi
tertentu. Jadi, interaksi yang berlangsung antara seorang pedang dan pembeli di

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18

pasar pada waktu tertentu dengan menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi
adalah sebuah peristiwa tutur.
Dell Hymes (1972), seorang pakar sosiolingustik terkenal, bahwa suatu
peristiwa tutur harus memenuhi delapan komponen, yang bila huruf-huruf
pertamanya dirangkaikan menjadi akronim SPEAKING. Kedelapan komponen itu
adalah (diangkat dari Wadhaugh 1990):
S (= Setting and scene)
P (= Participants)
E (= Ends : purpose and goal)
A (= Act sequences)
K (= Key : tone or spirit of act)
I (= Instrumentalities)
N (= Norms of interaction and interpretation)
G (= Ganres)
Setting and scene. Di sisni setting berkenaan dengan waktu dan tempat
tutur berlangsung, sedangkan scene mengacu pada situasi tuturan yang berbeda
dapat menyebabkan penggunaan variasi bahasa yang berbeda. Berbicara pada saat
pertandingan bola dilapangan akan jauh berbeda saat berbicara di dalam
perpustakaan.
Participants adalah

pihak-pihak yang terlibat dalam tuturan, bisa

pembicara dengan pendengar, penyapa, dan pesapa, atau pengirim dan penerima
(pesan). Dua orang yang bercakap-cakap dapat diganti peran sebagai pembicara
atau pendengar, tetapi dalam khotbah di masjid, khotip sebagai pembicara dan
Jemaah sebagai pendengar tidak dapat bertukar peran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19

Ends, merujuk pada maksud dan tujuan pertuturan. Peristiwa tutur yang
terjadi di ruang pengadilan bermaksud untuk menyelesaikan suatu kasus perkara;
namun, para partisipan di dalam peristiwa tutur itu mempunyai tujuan yang
berbeda. Jaksa ingin membuktikan kesalahan si terdakwa, pembela berusaha
membuktikan bahwa si terdakwa tidak bersalah, sedangkan hakim berusaha
memberikan keputusan yang adil.
Act sequence, mengacu pada bentuk ujaran dan isi ujaran. Bentuk ujaran
ini berkenaan dengan kata-kata yang digunakan, bagaimana penggunaannya, dan
hubungan anatara apa yang dikatakan dengan topik pembicaraan. Bentuk ujaran
dalam kuliah umum, dalam percakapan biasa, dan dalam pesta adalah berbeda.
Begitu juga dengan isi yang dibicarakan.
Key, mengacu pada nada, cara, dan semangat dimana suatu pesan
disampaikan: dengan senang hati, dengan serius, dengan singkat, dengan
sombong, dengan mengece, dan sebagainya. Hal ini dapat juga ditunjukan dengan
gerak tubuh dan isyarat.
Instrumentalities, mengacu pada jalur bahasa yang digunakan, seperti jalur
lisan, tertulis, melalui telegraf atau telepon. Instrumentalities ini juga mengacu
pada kode ujaran yang digunakan, seperti bahasa, dialek, ragam, atau register.
Norms of interaction and interpretation, mengacu pada norma atau aturan
dalam berinteraksi. Misalnya, yang berhubungan dengan cara berinterupsi,
bertanya, dan sebagainya. Juga mengacu pada norma penafsiran terhadap ujaran
dari lawan bicara.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20

Genre, mengacu pada jenis bentuk penyampaian, seperti narasi, puisi,
pepatah, doa, dan sebagainya.
Dari yang dikemukakan Hymes itu dapat kita lihat betapa kompeksnya
terjadinya peristiwa tutur yang kita lihat, atau kita alami sendiri dalam kehidupan
kita sehari-hari. Komponen tutur yang diajukan Hymes itu dalam rumusan lain
tidak berbeda dengan yang oleh Fishman disebut sebagai pokok pembicaraan
sosiolingustik, yaitu “who spek, what language, to whom, when, and what end”.
2.5 Campur Kode
Seseorang yang menguasai banyak bahasa akan lebih banyak mempunyai
kesempatan campur kode dalam berkomunikasi daripada seseorang yang hanya
menguasai satu bahasa atau dua bahasa. Namun, tidak semua seseorang yang
menguasai banyak bahasa akan melakukan campur kode.
Campur kode atau code mixing adalah percampuran dua atau lebih bahasa
atau ragam bahasa dalam suatu tindak bahasa tanpa ada sesuatu dalam situasi
berbahasa itu yang menuntut percampuran bahasa itu (Nababan, 1991: 32).
Menurut Thelander (dalam Chaer dan Agustina, 1995: 115) Campur kode adalah
jika dalam suatu peristiwa tutur klausa-klausa dan frasa-frasa yang digunakan
terdiri dari klausa dan frasa campuran dan masing-masing klausa atau frasa itu
tidak lagi mendukung fungsi sendiri-sendiri. Pendapat Thelander didukung oleh
Fasold (dalam Chaer dan Agustina, 2010: 115) yang mengatakan bahwa dapat
dikatakan campur kode jika seseorang menggunakan satu kata atau satu frasa dari
satu bahasa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21

Menurut Nababan (1986: 32), ciri yang paling menonjol dalam campur
kode ini ialah kesantaian atau situasi informal. Berdasarkan definisi menurut
beberapa pakar, dapat disimpulkan bahwa campur kode adalah penggunaan dua
bahasa (varian) atau lebih dalam tindak tutur dengan penyusupan unsurunsurbahasa yang satu ke dalam yang lain, unsur itu berupa kata, frasa, atau
klausa.
Menurut Muysken, 2000 (dalam jurnal Yuliana, Nana dkk) campur kode
dibagi menjadi tiga tipe yaitu:
1. Memasukan (kata atau frasa) adalah proses kode-mixing yang dipahami
sebagai sesuatu yang mirip untuk meminjam: penyisipan asing leksikal
atau phrasal kategori ke dalam struktur yang diberikan.
2. Pergiliran (klausa) itu terjadi antara klausa berarti bahwa pergantian
digunakan ketika pembicara campuran nya bahasa dengan frasa
3. Dialek adalah pengaruh dialek dalam menggunakan bahasa.
2.6 Jenis-Jenis Campur Kode
Berdasarkan asal unsur serapannya, campur kode dapat dibedakan menjadi
tiga jenis menurut Suandi (2014: 140-141) campur kode ke dalam (Inner code
mixing), campur kode ke luar (outer kode mixing), dan campur kode campuran
(hybrid kode mixing).
1. Campur kode ke dalam (Inner code mixing)
Campur kode ke dalam (Inner code mixing) adalah jenis campur
kode yang menyerap unsur-unusr bahasa asli yang masih sekerabat.
Misalnya dalam peristiwa campur kode tuturan bahasa Indonesia terdapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22

di dalamnya unsur-unsur bahasa Jawa, Sunda, Bali, dan bahasa daerah
lainnya.
2. Campur kode ke luar (outer code mixing)
Campur kode ke luar (outer code mixing) adalah campur kode yang
menyerap unsur-unsur bahasa asing, misalnya gejala campur kode pada
pemakaian bahasa Indonesia terdapat sisipan bahasa Belanda, Inggris,
Arab, bahasa Sansekerta, dll.
3. Campur kode campuran (hybrid code mixing)
Campur kode campuran (hybrid code mixing) ialah campur kode
yang di dalamnya (mungkin klausa atau kalimatnya) telah menyerap unsur
bahasa asli (bahasa-bahasa daerah) dan bahasa asing.
2.7 Bentuk-Bentuk Campur Kode
Menurut Jendra (dalam suandi 2014: 141) mengatakan bahwa campur
kode juga bisa diklasifikasikan berdasarkan tingkat perangkat kebahasaan.
Berdasarkan kategori tersebut campur kode juga dapat dibedakan menjadi
beberapa macam, yaitu campur kode kata, frasa, dan klausa. Berdasarkan bentukbentuk yang dipaparkan oleh para ahli, peneliti mengacu bentuik campur kode
yang telah dipaparkan oleh Jendra. Bentuk-bentuk tersebut adalah:
1. Campur kode para tataran kata
Kata (KBBI) adalah morfem atau kombinasi morfem yang oleh
bahasawan dianggap sebagai satuan terkecil yang dapat diujarkan sebagai
bentuk yang bebas. Campur kode kata pada tataran kata merupakan
campur kode yang paling banyak terjadi pada setiap bahasa. Campur kode

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TI