Efektivitas Manajemen Berbasis Sekolah Pada Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Tebing Tinggi Kabupaten Kepulauan Meranti

  

Efektivitas Manajemen Berbasis Sekolah Pada Sekolah Menengah Atas

Negeri 1 Tebing Tinggi Kabupaten Kepulauan Meranti

RAHAYU DWI NINGSIH di Bimbing oleh ZAILI RUSLI

  Program Studi Ilmu Administrasi Negara FISIP Universitas Riau, Kampus Bina Widya Km. 12,5 Simpang Baru Panam, Pekanbaru 28293, Telp/Fax

  (0761)63277

  Abstract : In any circumtances, the goverment’s commitment to improve the

quality of education has not changed. School Based Management is one of the

ideas in the direction that management has given permission to the school to set

up and manage the internal resorces and environment schools effectively and

efficiently higly supported by school community, parents, and society. It has been

running less than 12 years, but the implementation is not in accordance with the

expeceted results, where the school is still not implemented in accordance with

the steps contained inguide lines for the implementation of School Based

management in state high School 1 Tebing Tinggi Keywords : Effectivity, School Based Management, and decentralized.

  Pembangunan manusia seutuhnya adalah mengembangkan dan meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) secara terencana, terarah, intensif, efektif dan efisien. Wahana dan sarana yang paling strategis bagi peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) adalah pendidikan melalui lembaga pendidikan yang di sebut Sekolah. Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi Bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan. Dengan demikian, pemerintah berupaya meningkatkan kualitas pendidikan yaitu mengubah pola lama manajemen pendidikan menuju pola baru manajemen pendidikan masa depan yang lebih bernuansa otonomi dan lebih demokratis, model manajemen yang dimaksud adalah Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).

  Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pada bagian penjelasan pasal 51 ayat 1, Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) didefinisikan sebagai “bentuk otonomi manajemen pendidikan pada satuan pendidikan, yang dalam hal ini kepala sekolah atau madrasah dan guru dibantu oleh komite sekolah atau madrasah dalam mengelola kegiatan pendidikan”.

  Dasar hukum pelaksanaan Manajemen Berbais Sekolah (MBS) adalah Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 51 ayat 1, “Pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah atau madrasah”. Legalisasi pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah juga termuat dalam peraturan turunan undang-undang sistem pendidikan nasional, yaitu dalam PP No. 19 Tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan Bab VIII Standar Pengelolaan pasal 49 ayat 1, “Pengelolaan satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah menerapkan manajemen berbasis sekolah yang ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas”.

  Berdasarkan pandangan diatas, dapat dikatakan bahwa Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dapat dipandang sebagai suatu strategi pengelolaan penyelenggaraan pendidikan di sekolah, dimana sekolah memperoleh hak otonomi dan wewenang yang lebih luas untuk mengelola sumber daya internal sekolah dan lingkungannya secara efektif dan efisien yang didukung dengan partisipasi yang tinggi dari warga sekolah, orang tua, dan masyarakat dan sesuai dengan kerangka kebijakan pendidikan Nasional dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.

  Dalam pedoman pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah, adapun ketentuan pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah dalam petunjuk pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah, adalah sebagai berikut: 1.

  Kepala sekolah melakukan sosialisasi kepada semua unsur sekolah (wakil kepala sekolah, guru, siswa, orang tua siswa, pengawas sekolah) 2. Mengidentifikasi tantangan nyata sekolah 3. Merumuskan visi, misi, tujuan, dan sasaran sekolah (Tujuan

  Situasional Sekolah) 4. Mengidentifikasi fungsi-fungsi yang diperlukan untuk mencapai

  Sasaran 5. Melakukan analisis SWOT 6.

  Alternatif langkah pemecahan persoalan 7. Menyusun Rencana dan Program Peningkatan Mutu 8. Melaksanakan rencana peningktan Mutu 9. Melakukan Evaluasi Pelaksanaan 10.

  Merumuskan sasaran Mutu Baru Dalam memaknai efektivitas setiap orang memberi arti yang berbeda sesuai sudut pandang, dan kepentingan masing-masing. Masalah efektivitas biasanya berkaitan erat dengan perbandingan antar tingkat pencapaian tujuan dengan rencana yang telah disusun sebelumnya, atau perbandingan hasil nyata dengan hasil yang direncanakan. Dalam penulisan ini, penulis memiliki batasan masalah dalam tahap proses, oleh karena itu Manajemen Berbasis Sekolah dikatakan efektif apabila sekolah mampu mencapai tujuan MBS sesuai dengan tahap-tahap dalam pedoman pelaksanaannya.

  Salah Satu Sekolah yang menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah adalah Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Tebing Tinggi. Sekolah Menengah Atas Negeri

  1 Tebing Tinggi merupakan Sekolah Menengah Atas terbaik yang ada di kabupaten Kepulauan Meranti. Sebagaimana dalam ketentuan pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah, kepala sekolah sebenarnya telah menjalankan tahap-tahap dalam pelaksanaan Manajemen Berbasis sekolah tersebut, namun belum efektif dalam tahapan-tahapan pelaksanaannya sehingga output yang dihasilkan belum optimal.

  Masalah dalam penelitian ini adalah apakah tahapan dalam pedoman pelaksanaan telah dilaksanakan secara efektif dan apa faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas Manajemen Berbasis Sekolah tersebut. Menurut hasil kenyataan dilapangan ada beberapa tahapan yang belum dilaksanakan secara efektif yaitu : a. sosialisasi kepada semua unsur sekolah, hal ini dibuktikan dengan masih rendahnya pengetahuan dan pemahaman impelementor terhadap

  Manajemen Berbasis Sekolah.

  b.

  Mengidentifikasi tantangan nyata sekolah, hal ini dibuktikan dengan belum adanya susunan data khusus oleh sekolah mengenai tantangan nyata sekolah. Sehingga untuk melihat tantangan nyata dapat dilihat dalam analisis SWOT c.

  Alternatif langkah pemecahan persoalan, artinya sekolah mampu mencari solusi / alternatif untuk mengatasi permasalahan yang ada, namun dalam kenyataannya sekolah belum mampu mengambil tindakan yang dapat mengubah kondisi tidak siap menjadi siap.

  d.

  Melakukan rencana peningkatan mutu, dalam hal ini penulis melihat dilapangan kurang efektif, hal ini dibuktikan dengan belum optimalnya pelaksanaan rencana peningkatan mutu yaitu : Guru masih belum mampu menciptakan kondisi / metode pembelajaran yang efektif, siswa masih kurang siap dalam menerima pelajaran, adanya kesenjagan di bidang keahilan tertentu (guru mengajar tidak sesuai dengan bidang studi) buku setiap pelajaran kurang lengkap, serta sarana prasarana dan dana kurang memadai.

  e.

  Melakukan evaluasi pelaksanaan, dari hasil observasi dilapangan belum ada evaluasi khusus untuk Manajemen Berbasis Sekolah, baik evaluasi eksternal (dinas pendidikan) maupun evaluasi internal (Sekolah). Hal ini dibuktikan dengan tidak didapati nya data khusus untuk evaluasi Manajemen Berbasis Sekolah, namun evaluasi dilakukan secara tidak langsung yaitu seperti rapat, laporan, EDS, KTSP, dan pengawasan dari kepala sekolah dan pengawas sekolah. Dari hasil evaluasi tersebut didapati bahwa output Manajemen Berbasis Sekolah belum optimal, hal ini di buktikan dengan menurunnya nilai NEM tahun 2011 dan tahun 2012 serta penurunan prestasi non akademik. Pencapaian hasil (efektivitas) yang dilakukan oleh suatu organisasi menurut Jones dalam Mitra (2010 : 30) terdiri dari tiga tahap :

1. Input

2. Conversion 3.

  Output Untuk itu dalam penulisan ini, penulis melihat efektivitas Manajemen

  Berbasis Sekolah dalam batasan masalah tahapan-tahapan pelaksanaan sesuai pedoman pelaksaan yang menjadi indikator nya adalah :

  1. Input yang terdiri dari : Kepala sekolah melakukan sosialisasi kepada semua unsur sekolah (wakil kepala sekolah, guru, siswa, orang tua siswa, pengawas sekolah). Mengidentifikasi tantangan nyata sekolah. Merumuskan visi, misi, tujuan, dan sasaran sekolah (Tujuan Situasional Sekolah). Mengidentifikasi fungsi-fungsi yang diperlukan untuk mencapai Sasaran.

  2. Coversion yang terdiri dari : Melakukan analisis SWOT. Alternatif langkah pemecahan persoalan. Menyusun Rencana dan Program Peningkatan Mutu. Melaksanakan rencana peningktan Mutu 3. Output yang terdiri dari : Melakukan Evaluasi Pelaksanaan.

  Merumuskan sasaran Mutu Baru. Selanjutnya untuk memahami faktor-faktor yang mempengaruhi efetivitas

  Manajemen Berbasis Sekolah menurut teori Lubis (1987: 56) yaitu : a.

  Pendekatan sasaran (goal approach), yaitu dengan mengukur keberhasilan sekolah dalam mencapai tingkatan output yang direncanakan.

  b.

  Pendekatan sumber (resource approach), yaitu dengan mengukur keberhasilan sekolah dalam mendapatkan sumber-sumber c.

  Pendekatan proses (process approach), melihat kegiatan internal yang dilakukan sekolah dalam kerangka Manajemen Berbasis Sekolah.

  Dari uraian diatas mengandung pengertian bahwa penulisan ini bertujuan untuk melihat Efektivitas Manajemen Berbasis Sekolah Pada Sekolah Menegah Atas Negeri 1 Tebing Tinggi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, yang dikaji dengan menggunakan Teori Jones dan Lubis.

  METODE

  Penelitian ini merupakan suatu bentuk penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif (qualitative research). Pemilihan desain kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata- kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang diambil sebagai sampel pada penelitian. Adapun yang menjadi alasan pemilihan metode kualitatif adalah : (1) Data kualitatif merupakan sumber dari deskripsi yang luas, (2) dapat mengikuti dan memahami alur peristiwa secara kronologis, (3) dapat membimbing penemuan tak diduga sebelumnya, dan (4) dapat melangkah lebih jauh dari praduga dan kerangka kerja awal.

  Adapun teknik pengumpulan data menggunakan wawancara dan observasi ke lapangan sebagai informasi untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian efektivitas Manajemen Berbasis Sekolah Pada Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Tebing Tinggi. Informan penelitian diambil dengan menggunakan teknik

  

purposive sampling, dalam teknik ini siapa yang diambil sebagai informan

  diserahkan pada pertimbangan pengumpul data yang disesuaikan menurut maksud dan tujuan penelitian.

  Selanjutnya, Prosedur pemecahan masalah yang diteliti memaparkan hasil informasi yang didapat melalui wawancara dan pengamatan lapangan, serta studi kepustakaan, selanjutnya Setelah seluruh informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini terkumpul, maka informasi tersebut dianalisa dengan teknik triangulasi data. Teknik triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada, yakni informasi hasil wawancara dibandingkan dengan hasil wawancara yang lain, hasil wawancara dengan teori dan hasil wawancara dengan penelitian terdahulu. Selanjutnya ditambahkan dengan data dan keterangan yang sifatnya mendukung dalam menjelaskan hasil penelitian untuk kemudian dianalisa secara deskriptif kualitatif.

  HASIL A. Efetivitas Manajemen Berbasis Sekolah

  Efektivitas Manajemen Berbasis Sekolah sebagaimana efektivitas pendidikan pada umumnya dapat dilihat berdasarkan teori sistem. Berdasarkan teori yang dikemukan oleh Jones, kriteria efektivitas harus mencerminkan keseluruhan siklus input-proses-output. Jadi, apa yang menjadi indikator efektivitas Manajemen Berbasis Sekolah pada setiap tahapannya dapat dilihat dari:

  1. Tahap Input, tahap input dimaksud adalah efektivitas Manajemen Berbasis Sekolah pada tahap awal pelaksanaan, dimana dalam tahap ini meliputi :

  a. Kepala sekolah melakukan sosialisasi kepada semua unsur sekolah (wakil kepala sekolah, guru, siswa, orang tua siswa, pengawas sekolah) b. Mengidentifikasi tantangan nyata sekolah

  c. Merumuskan visi, misi, tujuan, dan sasaran sekolah (Tujuan Situasional Sekolah)

  d. Mengidentifikasi fungsi-fungsi yang diperlukan untuk mencapai Sasaran

  2. Tahap Coversion, yaitu proses pengolahan sumber daya, informasi dan pengetahuan serta modal agar dapat meningkatkan mutu pendidikan. Tahap Conversion terdiri dari: a.

  Melakukan analisis SWOT, b.

  Alternatif langkah pemecahan persoalan c. Menyusun Rencana dan Program Peningkatan Mutu d.

  Melaksanakan rencana peningktan Mutu

  3. Tahap output yaitu hasil dari proses produksi dari tahap conversion, yang meliputi : a.

  Melakukan Evaluasi Pelaksanaan b.

  Merumuskan sasaran Mutu Baru

1. Tahap Input

  Setiap program pasti memiliki input yang harus disiapkan untuk mencapai tujuan Program itu sendiri. Input yang dimaksudkan adalah sejauh mana ketersediaan dan kesiapan yang hendak dicapai oleh pelaksana kegiatan agar dicapai hasil diharapkan sesuai yang dengan tujuan program Manajemen Berbasis Sekolah tersebut. Dalam tahap-tahap pelaksanaan Manajemen berbasis Sekolah. Input yang Pertama dalam MBS adalah kepala sekolah melakukan sosialisasi kepada semua unsur sekolah, Dari beberapa wawancara di atas dan penggalian informasi di lapangan dapat diketahui bahwa Efektivitas Kebijakan Manajemen Berbasis Sekolah di SMA N 1 Tebing Tinggi sudah terlaksana namun sosialisasi belum memperlihatkan hasil yang optimal. Hal ini dapat dibuktikan kepala sekolah yang belum terlalu memahami cara pelaksanaan sewaktu dilakukan sosialisasi oleh pihak dinas pendidikan karena sosialisasi yang di lakukan oleh Dinas Pendidikan kepada kelompok sasaran dilakukan satu kali periode saja. Kemudian kepala sekolah juga hanya sekali melakukan sosialisasi khusus MBS kepada guru namun dalam ketentuan tersebut kepala sekolah harus melakukan sosialisasi kepada semua unsur sekolah melalui berbagai mekanisme misalnya seminar, lokakarya, diskusi, rapat kerja, simposium, forum ilmiah, dan media masa. Dalam hal ini kepala sekolah hanya melakukan sosialisasi dalam bentuk diskusi dan rapat kerja.

  Kemudian, Berdasarkan dari beberapa wawancara dan penggalian informasi di lapangan juga diketahui setiap sasaran program telah pernah mendapatkan sosialisasi mengenai Manajemen Berbasis Sekolah, namun sasaran program belum memahami ketentuan dan cara pelaksanaan yang telah di atur di dalam buku pedoman pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah. Hal ini di dasarkan dengan kenyataan bahwa kepala sekolah hanya sekali melakukan sosialisasi khusus mengenai Manajemen Berbasis Sekolah. Kepala sekolah menganggap bahwa kelompok sasaran yaitu unsur sekolah telah menerima informasi mengenai Manajemen Berbasis Sekolah, Namun, hal tersebut berbeda dengan hasil wawancara dilapangan kepada kelompok sasaran, dimana kelompok sasaran yaitu wali murid dan siswa belum memahami mengenai isi dan ketentuan yang terdapat di dalam Manajemen Berbasis Sekolah. Jika kebijakan-kebijakan ingin diimplementasikan secara efektif, maka petunjuk-petunjuk pelaksanaan tidak hanya harus dipahami, melainkan juga petunjuk-petunjuk itu harus jelas. Jika petunjuk-petunjuk pelaksanaan itu tidak jelas, maka para pelaksana akan mengalami kebingungan tentang apa yang harus mereka lakukan. Agar implementor mengetahui apa yang harus dilakukan, apa yang menjadi tujuan dan sasaran kebijakan harus ditransmisikan kepada kelompok sasaran (target group) sehingga akan mengurangi dostersi pelaksanaan. Apabila tujuan dan sasaran suatu kebijakan tidak jelas atau bahkan tidak diketahui sama sekali oleh kelompok sasaran maka ini yang akan menyebabkan terjadinya kesimpang siuran informasi dan dalam pelaksanaannya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tahapan yang pertama ini kurang efektif.

  Kedua, Mengidentifikasi tantangan nyata sekolah. Dalam tahap ini

  Sekolah melakukan analisis output sekolah yang hasilnya berupa identifikasi tantangan nyata yang dihadapi sekolah. Tantangan adalah selisih (ketidaksesuaian) antara output sekolah saat ini dengan output sekolah yang diharapkan dimasa yang akan ating (tujuan sekolah). Namun, pada kenyataannya sekolah mengalami kesulitan untuk mengidentifikasi tantangan nyata sekolah. Dari hasil wawancara dan penggalian informasi di lapangan diketahui bahwa petunjuk pelaksanaan yang ke dua, belum dilaksanakan oleh pihak sekolah. Hal ini di buktikan dengan tidak adanya bentuk susunan khusus mengenai tantangan nyata sekolah.

  Ketiga, Merumuskan visi, misi, tujuan, dan sasaran sekolah (Tujuan

  Situasional Sekolah). Berdasarkan hasil wawancara dan penggalian informasi diketahui bahwa Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Tebing Tinggi telah mampu melaksanakan tahap yang ketiga secara efektif. Hal ini dapat di buktikan dengan Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Telah menyusun Visi dan Misi sesuai dengan profil sekolah dan didasarkan pada landasan yuridis, yaitu undang-undang pendidikan dan sejumlah peraturan pemerintahnya, khusunya tujuan pendidikan nasional sesuai jenjang dan jenis sekolahnya. Dari hasil wawancara dan penggalian informasi di lapangan diketahui bahwa Visi dan Misi yang tergambarkan di atas sudah sangat jelas dan di susun secara partisipatif dengan melibatkan komite sekolah, wakil kepala sekolah, dan perwakilan guru. Visi dan Misi yang di susun juga secara berkelanjutan (periodik), dimana Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Tebing Tinggi Telah melakukan penambahan Visi dan Misi yaitu mengarahkan sekolah kepada sekolah adiwiyata. Adapun perubahan Visi yaitu unggul dalam prestasi yang berbasis lingkungan berdasarkan Iman dan Takwa, dan penambahan Misi yaitu lingkungan sekolah yang berseri-bersih, sehat, rindang dan indah. Jadi, SMA N 1 Telah melaksanakan tahap ini secara efektif karena Visi dan Misi yang dirumuskan tetap dalam koridor kebijakan pendidikan nasional, dan sesuai dengan kebutuhan siswa dan masyarakat yang dilayani.

  Keempat, Mengidentifikasi fungsi-fungsi yang diperlukan untuk mencapai

  Sasaran. Dalam kerangka MBS fungsi-fungsi yang didesentralisasikan ke sekolah yaitu: perencanaan dan evaluasi program sekolah, pengelolaan kurikulum, pengelolaan proses belajar mengajar, pengelolaan ketenagaan, pengelolaan peralatan dan perlengkapan, pengelolaan keuangan, pelayanan siswa , hubungan sekolah-masyarakat, pengelolaan iklim sekolah.Sekolah Menegah Atas Negeri 1 Tebing Tinggi telah mengidentifikasi fungsi-fungsi yang diperlukan untuk mencapai sasaran, adapun fungsi tersebut adalah proses belajar mengajar. Dari hasil wawancara dan penggalian informasi di lapangan diketahui bahwa Sekolah telah melaksanakan tahap ini secara efektif. Hal ini dibuktikan dengan telah mampunya sekolah mengidentifikasi fungsi yang diperlukan untuk mencapai sasaran.

2. Tahap Conversion

  Tahap Conversion yang pertama yaitu melakukan analisis SWOT, Dari hasil wawancara dan penggalian informasi di lapangan diketahui bahwa Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Tebing Tinggi telah melakukan analisis SWOT. Dalam analisis SWOT yang dilakukan dapat terlihat fungsi dan faktornya, kriteria kesiapan, kondisi nyata, dan tingkat kesiapan. Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Tebing Tinggi melakukan analisis SWOT pada fungsi proses belajar mengajar. Dari hasil analisis SWOT terlihat masih terdapat kriteria kesiapan yang memilik tingkat kesiapannya tidak siap. Seperti keragaman metode pembelajaran, disiplin dan tertib di dalam kelas, lingkungan fisik yang kurang kondusif dan nyaman, kualifikasi guru masih 70%, buku setiap pelajaran yang kurang lengkap dimana jumlahnya masih kurang, dan kurang mampu pengelolaan perpustakaan karena dana pengembangan perpustakaan tidak tersedia. Semua keadaan tidak sipa ini telah disusun oleh sekolah dalam Analisis SWOT jadi dapat dikatakan bahwa sekolah telah melakukan analisis SWOT secara efektif.

  Kedua yaitu Alternatif Langkah pemecahan Persoalan. Berdasarkan dari

  beberapa wawancara dan penggalian informasi di lapangan diketahui Sekolah Menengah Atas Negeri 1 telah menyusun langkah-langkah pemecahan persoalan namun langkah-langkah pemecahan persoalan yang sesuai dengan pedoman pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah adalah sekolah mampu menyusun tindakan yang diperlukan untuk mengubah fungsi yang tidak siap menjadi fungsi yang siap, selama masih ada persoalan yang sama artinya dengan ada ketidaksiapan fungsi, maka sasaran yang ditetapkan tidak akan tercapai.

  Berdasarkan pengamatan di lapangan sekolah telah berupaya untuk memilih langkah-langkah untuk mengatasi persoalan, dimana setiap hari sabtu sekolah mengadakan rapat mingguan.

  Ketiga, Menyusun rencana dan program peningkatan mutu. Dari beberapa

  wawancara di atas dan penggalian informasi di lapangan dapat diketahui bahwa efektivitas rencana dan program peningkatan mutu yang di susun sudah sesuai dengan sasaran yang di inginkan dalam analisis SWOT, di mana dalam analisis

  SWOT fungsi yang di identifikasi adalah fungsi proses belajar mengajar, untuk itu sekolah menyusun dua program yaitu program layanan pendidikan dan program layanan PDCI/BI Peserta Didik Cerdas Istimewa / Bakat Istimewa. Disamping itu dalam fungsi proses belajar mengajar, Sekolah Menengah Atas Negeri 1 telah menyusun sasaran program yang telah disepakati oleh kepala sekolah, guru, dan komite sekolah baik jangka pendekm menengah, dan panjang sesuai dengan visi dan misi sekolah.

  Keempat, Melakukan Rencana Peningkatan Mutu. Dari wawancara hasil

  wawancara dann hasil pengamatan dilapangan ditemukan yaitu dalam layanan pendidikan yaitu proses belajar mengajar, seharusnya guru mengajar tidak semata- mata berorientasi pada hasil (by product), tetapi juga berorientasi pada proses (by

  

process ) dengan harapan, makin tinggi proses, makin tinggi pula hasil yang

  dicapai. Namun kenyataannya, suasana belajar mengajar yang terjadi di lapangan dalam lingkungan sekolah, siswa-siswa masih pasif dalam belajar. Metode pembelajaran yang digunakan pun belum efektif, karena masih berpusat kepada guru, metode pembelajaran yang baik seharusnya berpusat pada siswa (student-

  centered ) agar lebih mampu memberdayakan pembelajaran siswa.

  Permasalahan sama yang ditemui yaitu masalah kualifikasi guru, dari hasil pengamatan di lapangan dan lampiran yang ada dapat dilihat masih ada guru yang mangajar tidak sesuai dengan bidang studi yang di ampunya yaitu adanya guru dengan jurusan biologi mengampu mata pelajaran fisika, ini jelas sangat mempengaruhi hasil pembelajaran, seharusnya sekolah yang efektif pada umumnya memiliki staf yang mampu (kompeten) dan berdedikasi tinggi terhadap sekolahnya. Implikasinya jelas, yaitu bagi sekolah yang ingin efektivitasnya tinggi maka kepemilikan staf yang kompeten dan berdedikasi tinggi merupakan keharusan.

  Dari beberapa wawancara di atas dan penggalian informasi di lapangan dapat diketahui bahwa dalam program layanan pendidikan Guru belum mampu memberdayakan siswa. Kata memberdayakan mengandung arti bahwa peserta didik tidak sekedar menguasai pengetahuan yang diajarkan oleh gurunya, akan tetapi pengetahuan tersebut juga telah menjadi muatan nurani peserta didik, dihayati, diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, namun kenyataan nya dalam di sekolah saja proses belajar mengajar siswa masih gaduh/ramai. Proses belajar mengajar dikatakan bermutu tinggi apabila guru dan siswa memiliki hubungan yang harmonis sehingga mampu menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan (enjoy-able learning), mampu mendorong motivasi dan minat belajar peserta didik. Untuk itu dalam melaksanakan proses belajar mengajar sekolah seharusnya menerapkan konsep belajar tuntas (mastery learning). Konsep ini menekankan pentingnya siswa menguasai materi pelajaran secara utuh dan bertahap sebelum melanjutkan ke pembelajaran topik-topik yang lain. Dengan demikian, siswa dapat menguasai satu materi pelajaran secara tuntas sebagai persyaratan dan dasar yang kuat untuk mempelajari ke pelajaran berikutnya yang lebih luas dan mendalam.

  Kemudian, dari hasil pengamatan di lapangan, untuk program layanan PDCI/BI Pesrta Didik Cerdas Istimewa/ Bakat Istimewa masih belum efektif karena sekolah mengalami kesulitan dalam melaksanakan program karena kurang nya sarana dan prasarana penunjang seperti melaksanakan praktek karena kurangnya perlengakapan laboratorium serta kurangnya dana untuk melaksanakan program tersebut.

3. Tahap Output

  Tahap output yang pertama yaitu melakukan evaluasi pelaksanaan. Untuk Mengetahui Tingkat Keberhasilan Program, sekolah perlu mengadakan evaluasi pelaksanaan program. Evaluasi dilakukan secara internal dan eksternal. Evaluasi Internal dilakukan oleh sekolah sendiir tanpa melibatkan orang luar. Sementara evaluasi yang dilakukan secara ekternal, terdiri dari pengawas sekolah dan Dinas Pendidikan Kabupaten, dan jika memungkinkan melibatkan dosen perguruan tinggi setempat. Dari evaluasi yang dilakukan akan terlihat apakah output yang dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan. Output yang dimaksud adalah prestasi siswa yang dihasilkan oleh proses pembelajaran. Prestasi siswa baik itu akademik maupun non akademik.

  Dari hasil wawancara dan penggalian informasi dilapangan diketahui bahwa surat keputusan penunjukkan untuk melakukan evaluasi Manajemen Berbasis Sekolah di Kabupaten Kepulauan Meranti tidak pernah ada. Namun menurut informan dikatakan bahwa setiap instansi terkait dinas pendidikan, pengawas sekolah dan kepala sekolah telah melakukan evaluasi. Namun evaluasi yang dilakukan kurang efektif, hal ini dibuktikan dengan hanya dilakukannya satu kali periode saja mengenai evaluasi Manajemen Berbasis Sekolah oleh pihak Dinas Pendidikan. Seharusnya penerapan Manajemen Berbasis Sekolah memerlukan evaluasi secara intensif dan dilakukan secara terus menerus. Dengan evaluasi kita dapat menilai apakah Manajemen Berbasis Sekolah benar-benar mampu meningkatkan mutu pendidikan dengan memperoleh hasil prestasi siswa yang baik.

  Hal ini didasarkan karena evaluasi merupakan suatu proses untuk mendapatkan informasi mengenai hasil Manajemen Berbasis Sekolah, Informasi hasil ini kemudian dibandingkan dengan sasaran yang terah ditetapkan, jika hasil sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan berarti Manajemen Berbasis Sekolah efektif, sebaliknya jika hasil tidak sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan, Manajemen Berbasis Sekolah dianggap tidak efektif. Hasil nyata Manajemen Berbasis Sekolah yaitu academic achievement (NEM, lomba karya tulis, dan sebagainya) dan prestasi non academic achievement (prestasi olahraga, prestasi kesenian, dan sebagainya). Dari beberapa wawancara di atas dan penggalian informasi di lapangan dapat diketahui bahwa Hasil nyata / output dari Manajemen Berbasis Sekolah kurang efektif. Hal ini di buktikan dengan walaupun Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Tebing Tinggi telah mencapai rerata nilai UN 6,50 namun terjadi penurunan nilai UN tahun 2012 dibandingkan dengan nilai UN tahun 2011. Dari data yang diperoleh dilapangan, pada tahun 2011 untuk program studi IPA rerata nilai UN adalah 49,09 dan pada tahun 2012 untuk program studi

  IPA rerata UN adalah48,23. Sementara pada tahun 2011 untuk program studi IPS rerata nilai UN adalah 47,91 dan pada tahun 2012 untuk program studi IPS rerata nilai UN adalah 46,55. Dari data yang diperoleh yang terdapat dalam lampiran terlihat jelas penurunan nilai UN pada dua tahun terakhir.

  Kemudian, Sekolah menengah Atas untuk prestasi lomba olimpiade terjadi peningkatan, dimana setiap diadakan lomba olimpiade siswa yang di kirim selalu mendapatkan prestasi yang baik. Namun untuk prestasi non akademik, Sekolah Menengah Atas sedikit terjadi penurunan, dari observasi dilapangan penulis menemukan bahwa untuk non akademik seperti lomba bola kaki SMA Negeri 1 Tebing Tinggi terakhir mendapatkan juara tahun 2007 (dapat dilihat dalam lampiran). Hal ini membuktikan bahwa output Manajemen Berbasis Sekolah kurang efektif.

  Kedua, Merumuskan sasaran mutu baru. Berdasarkan hasil wawancara dan

  penggalian informasi di lapangan maka dapat disimpulkan bahwa secara umum Sekolah telah merumuskan sasaran mutu baru untuk mencapai hasil yang di inginkan. Dan berdasarkan hasil pengamatan dilapangan ditemukan bahwa sekolah telah melibatkan unsur sekolah dalam penyusunan sasaran mutu baru. Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Tebing Tinggi sudah merumusakan sasaran mutu baru untuk tahun yang akan datang. Hal ini dibuktikan dengan adanya perumusan program peningkatan nilai Ujian Nasional yaitu dengan mengadakan terobosan mulai dari semster 5, pada tahun sebelumnya terobosan diadakan 3 bulan sebelum ujian akhir nasional. Kemudian, sekolah ingin menjadikan sekolah yang adiwiyata yaitu sekolah yang berbasis lingkungan, untuk itu sekolah merubah visi dan misi SMA Negeri 1 Tebing Tinggi.

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Manajemen Berbasis Sekolah

  Berdasarkan hasil dan pembahasan efektivitas Manajemen Berbasis Sekolah pada Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Tebing Tinggi, penulis menyimpulkan faktor-faktor yang mempengaruhi efektitivas Manajemen Berbasis Sekolah yang ditinjau dari indikator pendekatan sasaran, pendekatan sumber, dan pendekatan proses tersebut adalah:

1. Kurangnya Pengetahuan dan Pemahaman Terhadap Manajemen Berbasis Sekolah

  Berdasarkan hasil wawancara dan penggalian informasi di lapangan diketahui bahwa masih kurangnya informasi-informasi yang didapatkan mengenai Manajemen Berbasis Sekolah. Selain dari pada itu, ditemukan di lapangan implementor tidak dapat menyebutkan secara rinci ketentuan apa saja yang di atur di dalam Manajemen Berbasis Sekolah. Sehingga dapat diketahui bahwa pengetahuan dan pemahaman Implementor terhadap Manajemen Berbais Sekolah masih kurang. Kemudian disisi lain, ada kelompok sasaran yang tidak mengetahui adanya program Manajemen Berbasis Sekolah ini Dapat disimpulkan, kelompok sasaran Manajemen Berbasis Sekolah ini tidak memahami dan mengetahui ketentuan yang diatur di dalam Manajemen

  Berbasis Sekolah tersebut. Pengetahuan dan pemahaman yang di miliki kelompok sasaran hanya terbatas pada mengelola sekolah secara mandiri dan prorgram- program yang dimiliki oleh sekolah dan tidak mengetahui ketentuan pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah. Hal ini dapat dibuktikan, kelompok sasaram tidak mengetahui dan memahami bagaimana ketentuan tata cara dan tahapan yang sesuai dengan ketentuan yang terdapat di dalam buku pedoman petunjuk pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah. bahkan ada kelompok sasaran ada yang tidak mengetahui mengenai Manajemen Berbasis Sekolah ini sama sekali. Jadi dapat disimpulkan efektivitas Manajemen Berbasis Sekolah dipengaruhi oleh pengetahuan dan pemahaman yang dimiliki oleh kelompok sasaran. Dan apabila kurangnya pengetahuan dan pemahaman yang dimiliki oleh kelompok sasaran maka akan mempengaruhi efektivitas Manajemen Berbasis Sekolah yang dilaksanakan dalam hal mematuhi tahap-tahap pelaksanaan dan ketentuan yang terdapat di dalam Manajemen Berbasis Sekolah.

2. Sumber Daya

  Sumber daya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi efektivitas Manajemen Berbasis Sekolah, Sumber daya yang dimaksud dalam penulisan ini meliputi: staf (tenaga pendidik dan tenaga kependidikan) yang memadai serta keahlian-keahlian yang baik untuk melaksanakan tugas-tugas mereka, dana, serta fasilitas-fasilitas yang diperlukan untuk mengaplikasikan program-program sekolah. Yang pertama staf Berdasarkan hasil wawancara dan penggalian informasi di lapangan diketahui bahwa Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Tebing Tinggi masih memiliki kompetensi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan yang belum merata, serta diketahui bahwa kreativitas tenaga pendidik dan tenaga kependidikan masih rendah. Hal ini di buktikan dengan masih ada nya guru yang mengajar tidak sesuai dengan bidang studi yang diampunya, seperti data yang diperoleh yaitu adanya guru dengan tamatan biologi mengampu mata pelajaran fisika, dan guru dengan tamatan teknik kimia mengampu mata pelajaran matematika. Hal ini tentu akan mempengaruhi output yang di hasilkan. Kemudian, dari hasil pengamatan dilapangan guru kurang memiliki kreativitas untuk membuat metode pembelajaran yang bervariasi yang dapat membuat siswa aktif dalam belajar. Jadi dapat disimpulkan bahwa efektivitas Manajemen Berbasis Sekolah sangat dipengaruhi oleh keberhasilan pimpinan dalam mengelola sumberdaya manusia yaitu tenaga pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah, dengan memiliki sumber daya yang berkopeten maka akan tercapailah hasil yang optimal sesuai dengan output yang diharapkan.

  Kedua, Dana yaitu Berdasarkan hasil wawancara dan penggalian informasi

  di lapangan diketahui bahwa masih kurangnya dana yang dimiliki sekolah untuk menjalankan Manajemen Berbasis Sekolah, hal ini di buktikan bahwa minimnya dana khusus untuk Manajemen Berbasis Sekolah. Padahal keuangan dan pembiayaan (dana) merupakan salah satu sumber daya yang secara langsung menunjang efektivitas pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah. Jadi, dapat disimpulkan bahwa dana merupaka salah satu faktor yang mempengaruhi dalam efektivitas Manajemen Berbasis Sekolah karena setiap kegiatan yang dilakukan sekolah memerlukan biaya, baik disadari maupun tidak disadari.

  Ketiga, sarana dan prasarana. Sarana dan prasarana Pendidikan merupakan

  peralatan dan perlengkapan yang secara langsung di pergunakan dan menunjang proses pendidikan khususnya proses belajar mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja, kursi serta alat-alat dan media pengajaran. Dari hasil pengamatan dilapangan Sekolah Menengah Atas Negeri 1 masih kekurangan dalam alat-alat penunjang pembelajaran, seperti alat laboratorium, dan alat-alat media pengajaran lainnya untuk proses belajar mengajar di ruang kelas misalnya in focus sehingga metode pembelajaran masih pasif dan hanya mendengarkan guru menjelaskan di depan kelas. Ini tentu mempengaruhi efektifitas Manajemen Berbasis Sekolah, karena program-program yang telah di susun seperti layanan pendidikan dan layanan PDCI / BI tidak bisa di berikan secara optimal karena kekurangan alat- alat perlengkapan dan media pembelajaran tersebut. Kemudian, Adapun yang dimaksud dengan prasarana pendidikan adalah halaman, kebun, parkiran, dan sebagainya, dari hasil pengamatan dilapangan juga di temui bahwa prasarana masih minim, hal ini dibuktikan dari hasil observasi di lapangan tidak adanya kebun sekolah, dan juga lapangan parkir yang memadai, siswa memarkirkan kendaraannya ditepi jalan depan gedung Sekolah SMA Negeri 1 ini. Jadi dapat di simpulkan bahwa, sarana dan prasarana itu merupakan salah satu sumber daya yang mempengaruhi efektivitas Manajemen Berbasis Sekolah karena dengan sarana dan prasarana ini memberikan kontribusi secara optimal pada jalannya proses pendidikan dalam kerangka Manajemen Berbasis Sekolah.

3. Tidak adanya pengawasan terhadap pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah

  Berdasarkan hasil wawancara dan penggalian informasi di lapangan diketahui bahwa tidak ada di bentuk tim untuk mengawasi pelaksanaan Manajemen Berbasisi Sekolah dan pelimpahan wewenang kepada unsur sekolah untuk mengawasi nya. Dapat disimpulkan tidak adanya pengawas yang ditunjuk untuk mengawasi pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah, sementara dalam pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah seharunya ada pengawasan sehingga kepala sekolah dapat melakukan pembimbingan dalam pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah sehingga kejituan tahapan pelaksanaan dapat dijamin untuk mencapai sasaran. Hal inilah yang menyebabkan tahapan-tahapan pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah tidak berjalan efektif.

  SIMPULAN

  Berdasarkan hasil penelitian dan analisa yang dilakukan dan peneliti uraikan pada bab sebelumnya mengenai Efektivitas Manajemen Berbasis Sekolah pada Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Tebing Tinggi Kabupaten Kepulauan Meranti, maka diperoleh kesimpulan dari indikator yang peneliti gunakan tahap input, tahap conversion dan tahap output sebagai berikut :

1. Pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah pada Sekolah Menengah Atas

  Negeri 1 Tebing Tinggi kurang efektif. Hal ini dibuktikan dengan masih kurang efektifnya pelaksanaan pada setiap tahap-tahap sesuai dengan yang diatur dan ditetapkan di dalam petunjuk pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah sehingga output (pretasi siswa) yang dihasilkan belum sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai berdasarkan indikator input, conversion, dan output.

  2. Dari hasil penelitian yang dilakukan, peneliti menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas Manajemen Berbasis Sekolah pada Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Tebing Tinggi sesuai dengan yang dikemukan dalam teori Lubis (1987: 56) antara lain:

1. Kurangnya kurangnya pengetahuan dan pemahaman terhadap Manajemen

  Berbasis Sekolah 2. Sumber Daya 3. Tidak adanya pengawasan terhadap pelaksanaan Manajemen Berbasis

  Sekolah

DAFTAR PUSTAKA

  Anthony, et El, Alih Bahasa Agus Maulana. 1992. Sistem Pengendalian Manajemen. Binarupa Aksara. Jakarta. Brantas. 2009. Dasar-Dasar Manajemen. Alfabeta. Bandung Drukker, Peter, 1964, Managing For Result, Harper & Row, New York.

  Edwards III, George C. 2003. Administrasi Publik. Jakarta. Handayaningrat, Soewarno. 1985. Pengantar Ilmu Administrasi dan Manajemen.

  Gunung Agung. Jakarta. Handoko. 2001. Manajemen II. BPFE. Jakarta. Hessel, Nogi. 2005. Manajemen Publik. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

  Jakarta.

  • .2008. Kebijakan dan Manajemen Otonomi Daerah. Lukman Offset Yogyakarta. Yogyakarta.

  Lockwood, 1994, Desain Pelatihan Efektivitas bagi Supervisor dan Manajemen Madya, (Terjemahan : Affandi Ismail), PT. Gramedia, Jakarta. Lubis S.B Hari dan Martani Husein, 1987, Teori Organisasi (Suatu Pendekatan , Pusat Antar Universitas Ilmu-Ilmu Sosial UI, Jakarta.

  Makro)

  Mitra, Ariadi. 2010. Efektifitas Program pada Organisasi Kesatuan Aksi

Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Daerah Riau . Pekanbaru.

Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.

  Mulyasa, 2002, Manajemen Berbasis Sekolah, Remaja Rosdakarya, Bandung. Nurkolis. 2003. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

  • ..2005. Manajemen Berbasis Sekolah, Jakarta: PT. Grasindo, cet ke 2.

  Robin, Stephen. 1994. Teori Organisasi, Struktur, Desain, dan Aplikasi. Edisi 3.

  Arcan. Jakarta. Siagian, Sondang P. 2003. Filsafat Organisasi. Bumi Aksara. Jakarta. Steers, Richard M, 1995, Efektifitas Organisasi, (Terjemahan : Magdalena jamin) Erlangga,Jakarta.

  Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Administrasi. Alfabeta. Bandung. Sumaryadi, Nyoman. 2005. Efektifitas Implementasi Kebijakan Otonomi Daerah.

  Citra Utama. Jakarta. Usman, Husnaini dan Setiady, Purnomo. 2004. Metodologi Penelitian Sosial.

  Bumi Aksara. Jakarta.

  Dokumen

  Undang-Undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan Petunjuk pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah