ANALISIS SOSIAL EKONOMI DAN LINGKUNGAN
ANALISIS SOSIAL EKONOMI
DAN LINGKUNGAN
IV
4.1 Analisis Sosial
Aspek sosial terkait dengan pengaruh pembangunan infrastruktur bidang
Cipta Karya kepada masyarakat pada taraf perencanaan, pembangunan, maupun
pasca pembangunan/pengelolaan. Pada taraf perencanaan, pembangunan
infrastruktur permukiman seharusnya menyentuh aspek-aspek sosial yang terkait
dan sesuai dengan isu-isu yang marak saat ini, seperti pengentasan kemiskinan
serta
pengarus
utamaan
gender.
Sedangkan
pada
saat
pembangunan
kemungkinan masyarakat terkena dampak sehingga diperlukan proses konsultasi,
pemindahan penduduk dan pemberian kompensasi, maupun permukiman
kembali.
Kemudian
pada
pasca
pembangunan
atau
pengelolaan
perlu
diidentifikasi apakah keberadaan infrastruktur bidang Cipta Karya tersebut
membawa manfaat atau peningkatan taraf hidup bagi kondisi sosial ekonomi
masyarakat sekitarnya.
Dasar
peraturan
perundang-undangan
yang
menyatakan
perlunya
memperhatikan aspek sosial adalah sebagai berikut:
1.
UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional:
Dalam rangka pembangunan berkeadilan, pembangunan sosial juga
dilakukan dengan memberi perhatian yang lebih besar pada kelompok
masyarakat yang kurang beruntung, termasuk masyarakat miskin dan
masyarakat yang tinggal di wilayah terpencil, tertinggal, dan wilayah
bencana.
Penguatan kelembagaan dan jaringan pengarusutamaan gender dan anak di
tingkat nasional dan daerah, termasuk ketersediaan data dan statistik
gender.
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Kotawaringin Timur
Tahun 2018
IV-1
2.
UU No. 2/2012 tentang Pengadaan UU No. 2/2012 tentang Pengadaan
Lahan bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum:
Pasal
3:
Pengadaan
Tanah
untuk
Kepentingan
Umum
bertujuan
menyediakan tanah bagi pelaksanaan pembangunan guna meningkatkan
kesejahteraan dan kemakmuran bangsa, negara, dan masyarakat dengan
tetap menjamin kepentingan hukum Pihak yang Berhak.
3.
Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional Tahun 2010-2014:
Perbaikan kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan melalui sejumlah program
pembangunan
untuk
penanggulangan
kemiskinan
dan
penciptaan
kesempatan kerja, termasuk peningkatan program di bidang pendidikan,
kesehatan, dan percepatan pembangunan infrastruktur dasar.
Untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender, peningkatan akses dan
partisipasi perempuan dalam pembangunan harus dilanjutkan
4.
Peraturan Presiden No. 15/2010 tentang Percepatan penanggulangan
Kemiskinan
Pasal 1: Program penanggulangan kemiskinan adalah kegiatan yang
dilakukan
oleh
pemerintah,
pemerintah
daerah
dunia
usaha,
serta
masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui
bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha ekonomi
mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan
ekonomi.
5.
Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender
dalam Pembangunan Nasional
Menginstruksikan kepada Menteri untuk melaksanakan pengarusutamaan
gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan,
pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan
nasional yang berperspektif gender sesuai dengan bidang tugas dan fungsi,
serta kewenangan masing-masing.
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Kotawaringin Timur
Tahun 2018
IV-2
Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan
pemerintah kabupaten/kota terkait aspek sosial bidang Cipta Karya adalah:
1.
Pemerintah Pusat:
a) Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum yang bersifat
strategis nasional ataupun bersifat lintas provinsi.
b) Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum yangbersifat
strategis nasional ataupun bersifat lintas provinsi.
c) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial,
pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta
program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi di tingkat
pusat.
d) Melaksanakan
pengarusutamaan
gender
guna
terselenggaranya
perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas
kebijakan dan program pembangunan nasional berperspektif gender,
khususnya untuk bidang Cipta Karya.
2.
Pemerintah Provinsi:
a) Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum yang bersifat
regional ataupun bersifat lintas kabupaten/kota.
b) Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum yang bersifat
regional ataupun bersifat lintas kabupaten/kota.
c) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial,
pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta
program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi di tingkat
provinsi.
d) Melaksanakan
pengarusutamaan
gender
guna
terselenggaranya
perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Kotawaringin Timur
Tahun 2018
IV-3
kebijakan dan program pembangunan di tingkat provinsi berperspektif
gender, khususnya untuk bidang Cipta Karya.
3.
Pemerintah Kabupaten/Kota:
a) Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum di kabupaten/kota.
b) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial,
pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta
program
lain
dalam
rangka
peningkatan
ekonomi
di
tingkat
kabupaten/kota.
c) Melaksanakan
pengarusutamaan
gender
guna
terselenggaranya
perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas
kebijakan
dan
program
pembangunan
di
tingkat
kabupaten/kota
berperspektif gender, khususnya untuk bidang Cipta Karya.
4.1.1 Aspek Sosial Pada Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
A.
Pengarusutamaan Gender
Selain itu aspek yang perlu diperhatikan adalah responsivitas kegiatan
pembangunan bidang Cipta Karya terhadap gender. Saat ini telah kegiatan
responsif gender bidang Cipta Karya meliputi Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan, Neighborhood Upgrading and Shelter
Sector Project (NUSSP), Pengembangan Infrasruktur Sosial Ekonomi Wilayah
(PISEW),Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasia Masyarakat (PAMSIMAS),
Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP), Rural Infrastructure
Support (RIS) to PNPM, Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS), Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan (RTBL), dan Studi Evaluasi Kinerja Program
Pemberdayaan Masyarakat bidang Cipta Karya.
4.1.2 Aspek Sosial Pada Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Pelaksanaan
besarankegiatan,
pembangunan
dan
durasi
bidang
Cipta
berdampak
Karya
terhadap
secara
lokasi,
masyarakat.
Untukmeminimalisir terjadinya konflik dengan masyarakat penerima dampakmaka
perlu dilakukan beberapa langkah antisipasi, seperti konsultasi,pengadaan lahan
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Kotawaringin Timur
Tahun 2018
IV-4
dan pemberian kompensasi untuk tanah danbangunan, serta permukiman
kembali.
1.
Konsultasi masyarakat diperlukan untuk memberikan informasi kepada
masyarakat, terutama kelompok masyarakat yang mungkin terkena dampak
akibat pembangunan bidang Cipta Karya di wilayahnya. Hal ini sangat
penting untuk menampung aspirasi mereka berupa pendapat, usulan serta
saran-saran untuk bahan pertimbangan dalam proses perencanaan.
Konsultasi masyarakat perlu dilakukan pada saat persiapan program bidang
Cipta Karya, persiapan AMDAL dan pembebasan lahan.
2.
Pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk tanah dan bangunan
Kegiatan pengadaan tanah dan kewajiban pemberian kompensasi atas tanah
dan bangunan terjadi jika kegiatan pembangunan bidang cipta karya
berlokasi di atas tanah yang bukan milik pemerintah atau telah ditempati oleh
swasta/masyarakat selama lebih dari satu tahun. Prinsip utama pengadaan
tanah adalah bahwa semua langkah yang diambil harus dilakukan untuk
meningkatkan, atau memperbaiki, pendapatan dan standar kehidupan warga
yang terkena dampak akibat kegiatan pengadaan tanah ini.
3.
Permukiman
kembali penduduk (resettlement)
memerlukan
pengadaan
lahan
harus
Seluruh
proyek
mempertimbangkan
yang
adanya
kemungkinan pemukiman kembali penduduk sejak tahap awal proyek.
Bilamana
pemindahan
pemukiman
kembali
penduduk
harus
tidak
dilaksanakan
dapat
dihindarkan,
sedemikian
rupa
rencana
sehingga
penduduk yang terpindahkan mendapat peluang ikut menikmati manfaat
proyek.
Hal
ini
termasuk mendapat
kompensasi
yang
wajar
atas
kerugiannya, serta bantuan dalam pemindahan dan pembangunan kembali
kehidupannya di lokasi yang baru. Penyediaan lahan, perumahan, prasarana
dan kompensasi lain bagi penduduk yang dimukimkan jika diperlukan dan
sesuai persyaratan.
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Kotawaringin Timur
Tahun 2018
IV-5
4.1.3 Aspek Sosial Pada Pasca Pembangunan Bidang Cipta Karya
Output kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya seharusnyamemberi
manfaat bagi masyarakat. Manfaat tersebut diharapkan minimal dapat terlihat
secara kasat mata dan secara sederhana dapatterukur, seperti kemudahan
mencapai lokasi pelayanan infrastruktur,waktu tempuh yang menjadi lebih singkat,
hingga pengurangan biayayang harus dikeluarkan oleh penduduk untuk
mendapatkan akses pelayanan tersebut.
A.
Sektor Pengembangan Permukiman
Dalam membangun sistim permukiman, dampak-dampak lingkungan yang
harus diperhatikan adalah dampak pada saat pra konstruksi, dampak pada masa
konstruksi dan dampak pada saat pasca konstruksi.
Dampak yang timbul pada masa pra konstruksi biasanya tidak terlalu besar,
namun tetap harus diperhatikan, dampak tersebut biasanya timbul akibat adanya
dampak sosial ekonomi yaitu adanya informasi akan dibangunnya sistim
Permukiman yang berkembang dimasyarakat, sedangkan dampak pada masa
konstruksi biasanya timbul dampak kebisingan dan pencemaran udara akibat
adanya pekerjaan konstruksi dan dampak negative sosial ekonomi akibat
perekrutan pekeja yang tidak melibatkan penduduk setempat dan pada pasca
konstruksi dampak yang timbul adalah biasanya dampak positif, yaitu masyarakat
didaerah tersebut dapat merasakan pelayanan Drainase.
Pada dasarnya semua dampak negative yang timbul, baik pada masa pra
konstruksi, masa konstruksi maupun masa pasca konstruksi dapat diminimalsir
yaitu dengan cara mengikuti dan melaksanakan petunjuk yang ada dalam
dokumen UKL/UPL yang telah dibuat sebelum masa konstruksi.
B.
Sektor Penataan Bangunan Lingkungan Permukiman (PBL)
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Kotawaringin Timur
Tahun 2018
IV-6
Dalam membangun sistim Penataan Bangunan Lingkungan Permukiman
(PBL), dampak-dampak lingkungan yang harus diperhatikan adalah dampak pada
saat pra konstruksi, dampak pada masa konstruksi dan dampak pada saat pasca
konstruksi.
Dampak yang timbul pada masa pra konstruksi biasanya tidak terlalu besar,
namun tetap harus diperhatikan, dampak tersebut biasanya timbul akibat adanya
dampak sosial ekonomi yaitu adanya informasi akan dibangunnya sistim Penataan
Bangunan Lingkungan Permukiman (PBL) yang berkembang dimasyarakat,
sedangkan dampak pada masa konstruksi biasanya timbul dampak kebisingan
dan pencemaran udara akibat adanya pekerjaan konstruksi dan dampak negative
sosial ekonomi akibat perekrutan pekeja yang tidak melibatkan penduduk
setempat dan pada pasca konstruksi dampak yang timbul adalah biasanya
dampak positif, yaitu masyarakat didaerah tersebut dapat merasakan pelayanan
Drainase.
Pada dasarnya semua dampak negative yang timbul, baik pada masa pra
konstruksi, masa konstruksi maupun masa pasca konstruksi dapat diminimalsir
yaitu dengan cara mengikuti dan melaksanakan petunjuk yang ada dalam
dokumen UKL/UPL yang telah dibuat sebelum masa konstruksi. Komponen yang
terkena dampak, jenis dampak serta besaran dampaknya terhadap sektor PBL
dan pemukiman.
4.2 Analisis Ekonomi
A.
Kemiskinan
Aspek sosial pada perencanaan pembangunan bidang Cipta Karya
diharapkan mampu melengkapi kajian perencanaan teknis sektoral. Salah satu
aspek yang perlu ditindak-lanjuti adalah isu kemiskinan sesuai dengan kebijakan
internasional MDGs dan Agenda Pasca 2015, serta arahan kebijakan pro rakyat
sesuai direktif presiden.
Menurut standar BPS terdapat 14 kriteria yang dipergunakan untuk
menentukan keluarga/rumah tangga dikategorikan miskin, yaitu:
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Kotawaringin Timur
Tahun 2018
IV-7
1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang.
2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan.
3. Jenis
dinding
tempat
tinggal
dari
bambu/rumbia/kayu
berkualitas
rendah/tembok tanpa diplester.
4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah tangga
lain.
5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.
6. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air
hujan.
7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak
tanah.
8. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu.
9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.
10. Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari.
11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik.
12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan
500 m2, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan dan atau
pekerjaan lainnya dengan pendapatan dibawah Rp. 600.000,- per bulan.
13. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga: tidak sekolah/tidak tamat SD/hanya
SD.
14. Tidak memiliki tabungan / barang yang mudah dijual dengan minimal Rp.
500.000,- seperti sepeda motor kredit / non kredit, emas, ternak, kapal motor,
atau barang modal lainnya.
Jika minimal 9 variabel terpenuhi maka suatu rumah tangga dikategorikan
sebagai rumah tangga miskin.
4.3 Analisis Lingkungan
RPIJM bidang Cipta Karya membutuhkan kajian pendukung dalam hal
lingkungan dan sosial untuk meminimalkan pengaruh negatif pembangunan
infrastruktur bidang Cipta Karya terhadap lingkungan permukiman baik di
perkotaan maupun di perdesaan. Kajian aspek lingkungan dan sosial meliputi
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Kotawaringin Timur
Tahun 2018
IV-8
acuan peraturan perundang-undangan, kondisi eksisting lingkungan dan sosial,
analisis
dengan
instrumen,serta
pemetaan
antisipasi
dan
rekomendasi
perlindungan lingkungan dan sosial yang dibutuhkan.
1.
UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup:
“Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup
terdiri atas antara lain Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), Analisis
Mengenai
Dampak
Lingkungan-Upaya
Lingkungan
Pemantauan
(AMDAL),
Lingkungan
dan
Upaya
(UKL-UPL)
Pengelolaan
dan
Surat
Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup
(SPPLH)”
2.
UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional:
“Dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang baik perlu
penerapan
prinsip-prinsip
pembangunan
yang
berkelanjutan
secara
konsisten di segala bidang”
3.
Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional Tahun 2010-2014:
“Dalam bidang lingkungan hidup, sasaran yang hendak dicapai adalah
perbaikan mutu lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam di
perkotaan dan pedesaan, penahanan laju kerusakan lingkungan dengan
peningkatan daya dukung dan daya tampung lingkungan; peningkatan
kapasitas adaptasi dan mitigasi perubahan iklim”
4.
Permen LH No. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian
Lingkungan Hidup Strategis:
Dalam penyusunan kebijakan, rencana dan/atau program, KLHS digunakan
untuk menyiapkan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana dan/atau
program agar dampak dan/atau risiko lingkungan yang tidak diharapkan
dapat diminimalkan
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Kotawaringin Timur
Tahun 2018
IV-9
5.
Permen LH No. 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen
Lingkungan.
Sebagai persyaratan untuk mengajukan ijin lingkungan maka perlu disusun
dokumen Amdal, UKL dan UPL, atau Surat Pernyataan Kesanggupan
Pengelolaan Lingkungan Hidup atau disebut dengan dengan SPPL bagi
kegiatan yang tidak membutuhkan Amdal atau UKL dan UPL.
Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan
pemerintah kabupaten/kota dalam aspek lingkungan terkait bidang Cipta Karya
mengacu pada UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup yaitu:
1.
Pemerintah Pusat
a. Menetapkan kebijakan nasional.
b. Menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria.
c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai KLHS.
d. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKLUPL.
e. Melaksanakan pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan
hidup.
f. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai pengendalian
dampak perubahan iklim dan perlindungan lapisan ozon.
g. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan
nasional, peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah.
h. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.
i. Mengembangkan dan melaksanakan kebijakan pengaduan masyarakat.
j. Menetapkan standar pelayanan minimal.
2.
Pemerintah Provinsi
a. Menetapkan kebijakan tingkat provinsi.
b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat provinsi.
c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKLUPL.
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Kotawaringin Timur
Tahun 2018
IV-10
d. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan,
peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah kabupaten/kota.
e. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.
f. Melakukan pembinaan, bantuan teknis, dan pengawasan kepada
kabupaten/kota di bidang program dan kegiatan.
g. Melaksanakan standar pelayanan minimal.
3.
Pemerintah Kabupaten/Kota
a. Menetapkan kebijakan tingkat kabupaten/kota.
b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat kabupaten/kota.
c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKLUPL.
d. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.
e. Melaksanakan standar pelayanan minimal.
4.3.1 Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
Menurut UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup, Kajian Lingkungan Hidup Strategis, yang selanjutnya disingkat KLHS,
adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk
memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan
terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana,
dan/atau program. KLHS perlu diterapkan di dalam RPIJM antara lain karena:
1. RPIJM
membutuhkan
kajian
aspek
lingkungan
dalam
perencanaan
pembangunan infrastruktur.
2. KLHS dijadikan sebagai alat kajian lingkungan dalam RPIJM adalah karena
RPIJM bidang Cipta Karya berada pada tataranKebijakan/Rencana/Program.
Dalam hal ini, KLHS menerapkan prinsip-prinsip kehati-hatian, dimana
kebijakan, rencana dan/atau program menjadi garda depan dalam menyaring
kegiatan pembangunan yang berpotensi mengakibatkan dampak negatif
terhadap lingkungan hidup
KLHS disusun oleh Tim Satgas RPIJM Kabupaten/Kota dengan dibantu oleh
Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah sebagai instansi yang memiliki tugas
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Kotawaringin Timur
Tahun 2018
IV-11
dan fungsi terkait langsung dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup di kota/kabupaten.
Koordinasi penyusunan KLHS antar instansi diharapkan dapat mendorong
terjadinya
transfer
pemahaman
mengenai
pentingnya
penerapan
prinsip
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup untuk mendorong terjadinya
pembangunan berkelanjutan.
A.
Tahapan Pelaksanaan KLHS
Tahapan
pelaksanaan
KLHS
diawali
dengan
penapisan
usulan
rencana/program dalam RPIJM per sektor dengan mempertimbangkan isu-isu
pokok seperti (1) perubahan iklim, (2) kerusakan, kemerosotan, dan/atau
kepunahan keanekaragaman hayati, (3) peningkatan intensitas dan cakupan
wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan,
(4) penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam, (5) peningkatan alih
fungsi kawasan hutan dan/atau lahan, (6) peningkatan jumlah penduduk miskin
atau terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat; dan/atau
(7) peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia. Isu-isu
tersebut menjadi kriteria apakah rencana/program yang disusun teridentifikasi
menimbulkan resiko atau dampak terhadap isu-isu tersebut.
Tabel 4.1 Kriteria Penapisan Usulan Program /Kegiatan Bidang Cipta Karya
Penilaian
No
1.
Kriteria
Perubahan Iklim
-
2.
Kerusakan,
kemerosotan,
dan/kepunahan
keanekaragaman hayati
3.
Peningkatan intensitas
dan cakupan wilayah
bencana banjir, longsor,
Kesimpulan
Uraian Pertimbangan
Penataan Sempadan Sungai,
Penataan Kawasan SITU,
Rehabilitasi dan
Pembangunan RUSUNAWA
akan menyebabkan
terjadinya penebangan pohon
penghijauan di beberapa
bagian.
-
(Signifikan/Tidak Signifikan)
Tidak terdapat jenis kegiatan yang
dapat mempengaruhi perubahan
iklim secara signifikan
Pengaruh yang ditimbulkan Tidak
signifikan.
Tidak terdapat kegiatan yang dapat
mempengaruhi Peningkatan
intensitas dan cakupan wilayah
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Kotawaringin Timur
Tahun 2018
IV-12
Penilaian
No
4.
Kriteria
(Signifikan/Tidak Signifikan)
kekeringan, dan/atau
kebakaran hutan dan
lahan
bencana banjir, longsor,
kekeringan, dan/atau kebakaran
hutan dan lahan.
Penurunan mutu dan
kelimpahan sumber
daya alam
Tidak terdapat jenis kegiatan yang
dapat menyebabkan Penurunan
mutu dan kelimpahan sumber daya
alam.
5.
Peningkatan alih fungsi
kawasan hutan
dan/atau lahan.
6.
Peningkatan jumlah
penduduk miskin atau
terancamnya
keberlanjutan
penghidupan
sekelompok masyarakat
7.
Kesimpulan
Uraian Pertimbangan
-
Pembangunan dan
Peningkatan Tempat
Pemrosesan Akhir Sampah
(TPA) serta infrastruktur
pendukungnya dan
Pengadaan tanah septic Tank
Komunal dan IPLT Jalupang
akan merubah beberapa
bagian kawasan alami yang
dimanfaatkan sabuk hijau.
Peningkatan resiko
terhadap kesehatan dan
keselamatan manusia
Pengaruh yang ditimbulkan bersifat
sementara dan Tidak signifikan.
-
Tidak terdapat jenis kegiatan yang
dapat menyebabkan Peningkatan
jumlah penduduk miskin atau
terancamnya keberlanjutan
penghidupan sekelompok
masyarakat.
-
Tidak terdapat jenis kegiatan yang
dapat menyebabkan Peningkatan
risiko terhadap kesehatan dan
keselamatan manusia.
Tahap ke-2 setelah penapisan terdapat dua kegiatan. Jika melalui proses
penapisan di atas tidak teridentifikasi bahwa rencana/program dalam RPIJM tidak
berpengaruh terhadap kriteria penapisan di atas maka berdasarkan Permen
Lingkungan Hidup No. 9/2011 tentang Pedoman Umum KLHS, Tim Satgas RPIJM
Kabupaten/Kota dapat menyertakan Surat Pernyataan bahwa KLHS tidak perlu
dilaksanakan, dengan ditandatangani oleh Ketua Satgas RPIJM dengan
persetujuan BPLHD, dan dijadikan lampiran dalam dokumen RPIJM.
Namun,
jika
teridentifikasi
bahwa
rencana/program
dalam
RPIJM
berpengaruh terhadap kriteria penapisan di atas maka Satgas RPIJM didukung
dinas lingkungan hidup (BPLHD) dapat menyusun KLHS dengan tahapan sebagai
berikut:
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Kotawaringin Timur
Tahun 2018
IV-13
1.
Pengkajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Wilayah
Perencanaan, dilaksanakan melalui 4 (empat) tahapan sebagai berikut:
a. Identifikasi Masyarakat dan Pemangku Kepentingan Lainnya Tujuan
identifikasi masyarakat dan pemangku kepentingan adalah:
1) Menentukan secara tepat pihak-pihak yang akan dilibatkan dalam
pelaksanaan KLHS;
2) Menjamin diterapkannya azas partisipasi yang diamanatkan UU No.
32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup;
3) Menjamin bahwa hasil perencanaan dan evaluasi kebijakan, rencana
dan/atau program memperoleh legitimasi atau penerimaan oleh publik;
4) Agar masyarakat dan pemangku kepentingan mendapatkan akses
untuk menyampaikan informasi, saran, pendapat, dan pertimbangan
tentang pembangunan berkelanjutan melalui proses penyelenggaraan
KLHS.
Tabel 4.2 Proses Identifikasi Pemangku Kepentingan dan Masyarakat dalam Penyusunan KLHS
Bidang Cipta Karya
Masyarakat dan Pemangku
Kepentingan
Lembaga
Pembuat Keputusan
a. Bupati/Walikota
b. DPRD
Penyusun kebijakan, rencana
dan/atau program
Dinas PU-Cipta Karya/BPLHD
Instansi
Masyarakat yang memiliki informasi
dan/atau keahlian
(perorangan/tokoh/kelompok)
Masyarakat terkena Dampak
a.
b.
c.
a.
b.
c.
d.
e.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Dinas PU-Cipta Karya
BPLHD
Bappeda
Perguruan tinggi atau lembaga penelitian
lainnya
Asosiasi profesi
Perorangan/tokoh
LSM/Pemerhati Lingkungan hidup
Forum-forum pembangunan berkelanjutan
dan lingkungan hidup
Lembaga Adat
Asosiasi Pengusaha
Tokoh masyarakat
Organisasi masyarakat
Kelompok masyarakat tertentu (nelayan dan
petani)
Industri
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Kotawaringin Timur
Tahun 2018
IV-14
b. Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Tujuan identifikasi isu
pembangunan berkelanjutan:
1) Penetapan isu-isu pembangunan berkelanjutan yang meliputi aspek
sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup atau keterkaitan antar ketiga
aspek tersebut;
2) Pembahasan fokus terhadap isu signifikan; dan
3) Membantu penentuan capaian tujuan pembangunan berkelanjutan.
B.
Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRP
Tujuan perumusan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana, dan/atau
program untuk mengembangkan berbagai alternatif perbaikan muatan kebijakan,
rencana, dan/atau program dan menjamin pembangunan berkelanjutan. Setelah
dilakukan kajian, dan disepakati bahwa kebijakan, rencana dan/atau program
yang
dikaji
potensial
berkelanjutan,
maka
memberikan
dilakukan
dampak
negatif
pengembangan
pada
beberapa
pembangunan
alternatif
untuk
menyempurnakan rancangan atau merubah kebijakan, rencana dan/atau program
yang ada.
Beberapa alternatif untuk menyempurnakan dan atau mengubah rancangan
kebijakan, rencana dan/atau program ini dengan mempertimbangkan antara lain:
a. Memberikan arahan atau rambu-rambu mitigasi terkait dengan kebijakan,
rencana, dan/atau program yang diperkirakan akan menimbulkan dampak
lingkungan atau bertentangan dengan kaidah pembangunan berkelanjutan.
b. Menyesuaikan ukuran, skala, dan lokasi usulan kebijakan, rencana, dan/atau
program.
c.
Menunda, memperbaiki urutan, atau mengubah prioritas pelaksanaan
kebijakan, rencana, dan/atau program.
d. Mengubah kebijakan, rencana, dan/atau program.
Tabel 4.3 Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRP
No
1.
Komponen Kebijakan,
Rencana/Program
Alternatif Penyempurnaan KRP
Pengembangan Permukiman
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Kotawaringin Timur
Tahun 2018
IV-15
Komponen Kebijakan,
Rencana/Program
No
1.
2.
3.
2.
Alternatif Penyempurnaan KRP
Infrastruktur Kawasan Permukiman
Kumuh
Infrastruktur Permukiman Rsh Yang
Meningkat Kualitasnya
Infrastruktur Kawasan Permukiman
Perdesaan Potensial Yang Meningkat
Kualitasnya
Penataan Bangunan dan Lingkungan
1.
Draft NSPK Daerah Bidang Penataan
Bangunan dan Lingkungan
2.
3.
Sarana dan Prasarana Penataan
Ruang Terbuka Hijau
Pengembangan Air Minum
1.
Optimalisasi IKK
2.
SPAM di Desa Rawan
Air/Pesisir/Terpencil
SPAM Kawasan Khusus
3.
4.
C.
Pengembangan PLP
1.
Laporan Fasilitas Penguatan
Kapasitas Pemerintah Daerah Dalam
Bidang Pengembangan
2.
Infrastruktur Air Limbah Dengan
Sistem Setempat Dan Sistem
Komunal
3.
Infrastruktur Stasiun Antara Dan
Tempat Pemprosesan Akhir Sampah
Rekomendasi Perbaikan KRP dan Pengintegrasian Hasil KLHS
1.
Tabel 4.4 Rekomendasi Perbaikan KRP dan Pengintegrasian Hasil KLHS
Komponen Kebijakan,
Rekomendasi Perbaikan KRP dan
Rencana/Program
Pengintegrasian Hasil KLHS
Pengembangan Permukiman
2.
Penataan Bangunan dan
No
Lingkungan
3.
Pengembangan Air Minum
4.
Pengembangan PLP
Untuk Kabupaten/Kota yang telah menyusun dan memiliki dokumen KLHS
RTRW Kabupaten/Kota, maka hasil olahan di dalam KLHS tersebut dapat
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Kotawaringin Timur
Tahun 2018
IV-16
dijadikan bahan masukan bagi kajian perlindungan lingkungan dalam RPI2-JM.
KLHS merupakan instrumen lingkungan yang diterapkan pada tataran rencanaprogram. Sedangkan pada tataran kegiatan atau keproyekan, instrumen yang
lebih tepat diterapkan adalah Amdal, UKL-UPL. Dan SPPLH.
4.3.2 AMDAL, UKL-UPL DAN SPPLH
Pengelompokan atau kategorisasi proyek mengikuti ketentuan yang telah
ditetapkan dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 tahun 2012 tentang
jenis rencana usaha dan/atau kegiatan Wajib AMDAL dan Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum No. 10 Tahun 2008 Tentang Penetapan Jenis Rencana Usaha
dan/atau Kegiatan Bidang Pekerjaan Umum yang Wajib Dilengkapi dengan Upaya
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup, yaitu:
1. Proyek wajib AMDAL
2. Proyek tidak wajib AMDAL tapi wajib UKL-UPL
3. Proyek tidak wajib UKL-UPL tapi SPPLH
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Kotawaringin Timur
Tahun 2018
IV-17
Tabel 4.5 Perbedaan Instrumen KLHS dan AMDAL
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Kotawaringin Timur
Tahun 2018
IV-18
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Kotawaringin Timur
Tahun 2018
IV-19
Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya dan batasan kapasitasnya yang wajib
dilengkapi dokumen AMDAL adalah sebagai berikut:
Tabel 4.6 Penapisan Rencana Kegiatan Wajib AMDAL
Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya yang kapasitasnya masih di bawah batas
menjadikannya tidak wajib dilengkapi dokumen AMDAL tetapi wajib dilengkapi
dengan
dokumen
UKL-UPL.
Jenis
Kegiatan
Bidang
Cipta
Karya
yang
kapasitasnya masih di bawah atas wajib dilengkapi dokumen UKL-UPL
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Kotawaringin Timur
Tahun 2018
IV-20
menjadikannya tidak wajib dilengkapi dokumen UKL-UPL tetapi wajib dilengkapi
dengan
Surat
Pernyataan
Kesanggupan
Pengelolaan
dan
Pemantauan
Lingkungan Hidup (SPPLH).
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Kotawaringin Timur
Tahun 2018
IV-21
DAN LINGKUNGAN
IV
4.1 Analisis Sosial
Aspek sosial terkait dengan pengaruh pembangunan infrastruktur bidang
Cipta Karya kepada masyarakat pada taraf perencanaan, pembangunan, maupun
pasca pembangunan/pengelolaan. Pada taraf perencanaan, pembangunan
infrastruktur permukiman seharusnya menyentuh aspek-aspek sosial yang terkait
dan sesuai dengan isu-isu yang marak saat ini, seperti pengentasan kemiskinan
serta
pengarus
utamaan
gender.
Sedangkan
pada
saat
pembangunan
kemungkinan masyarakat terkena dampak sehingga diperlukan proses konsultasi,
pemindahan penduduk dan pemberian kompensasi, maupun permukiman
kembali.
Kemudian
pada
pasca
pembangunan
atau
pengelolaan
perlu
diidentifikasi apakah keberadaan infrastruktur bidang Cipta Karya tersebut
membawa manfaat atau peningkatan taraf hidup bagi kondisi sosial ekonomi
masyarakat sekitarnya.
Dasar
peraturan
perundang-undangan
yang
menyatakan
perlunya
memperhatikan aspek sosial adalah sebagai berikut:
1.
UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional:
Dalam rangka pembangunan berkeadilan, pembangunan sosial juga
dilakukan dengan memberi perhatian yang lebih besar pada kelompok
masyarakat yang kurang beruntung, termasuk masyarakat miskin dan
masyarakat yang tinggal di wilayah terpencil, tertinggal, dan wilayah
bencana.
Penguatan kelembagaan dan jaringan pengarusutamaan gender dan anak di
tingkat nasional dan daerah, termasuk ketersediaan data dan statistik
gender.
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Kotawaringin Timur
Tahun 2018
IV-1
2.
UU No. 2/2012 tentang Pengadaan UU No. 2/2012 tentang Pengadaan
Lahan bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum:
Pasal
3:
Pengadaan
Tanah
untuk
Kepentingan
Umum
bertujuan
menyediakan tanah bagi pelaksanaan pembangunan guna meningkatkan
kesejahteraan dan kemakmuran bangsa, negara, dan masyarakat dengan
tetap menjamin kepentingan hukum Pihak yang Berhak.
3.
Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional Tahun 2010-2014:
Perbaikan kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan melalui sejumlah program
pembangunan
untuk
penanggulangan
kemiskinan
dan
penciptaan
kesempatan kerja, termasuk peningkatan program di bidang pendidikan,
kesehatan, dan percepatan pembangunan infrastruktur dasar.
Untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender, peningkatan akses dan
partisipasi perempuan dalam pembangunan harus dilanjutkan
4.
Peraturan Presiden No. 15/2010 tentang Percepatan penanggulangan
Kemiskinan
Pasal 1: Program penanggulangan kemiskinan adalah kegiatan yang
dilakukan
oleh
pemerintah,
pemerintah
daerah
dunia
usaha,
serta
masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui
bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha ekonomi
mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan
ekonomi.
5.
Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender
dalam Pembangunan Nasional
Menginstruksikan kepada Menteri untuk melaksanakan pengarusutamaan
gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan,
pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan
nasional yang berperspektif gender sesuai dengan bidang tugas dan fungsi,
serta kewenangan masing-masing.
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Kotawaringin Timur
Tahun 2018
IV-2
Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan
pemerintah kabupaten/kota terkait aspek sosial bidang Cipta Karya adalah:
1.
Pemerintah Pusat:
a) Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum yang bersifat
strategis nasional ataupun bersifat lintas provinsi.
b) Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum yangbersifat
strategis nasional ataupun bersifat lintas provinsi.
c) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial,
pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta
program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi di tingkat
pusat.
d) Melaksanakan
pengarusutamaan
gender
guna
terselenggaranya
perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas
kebijakan dan program pembangunan nasional berperspektif gender,
khususnya untuk bidang Cipta Karya.
2.
Pemerintah Provinsi:
a) Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum yang bersifat
regional ataupun bersifat lintas kabupaten/kota.
b) Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum yang bersifat
regional ataupun bersifat lintas kabupaten/kota.
c) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial,
pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta
program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi di tingkat
provinsi.
d) Melaksanakan
pengarusutamaan
gender
guna
terselenggaranya
perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Kotawaringin Timur
Tahun 2018
IV-3
kebijakan dan program pembangunan di tingkat provinsi berperspektif
gender, khususnya untuk bidang Cipta Karya.
3.
Pemerintah Kabupaten/Kota:
a) Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum di kabupaten/kota.
b) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial,
pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta
program
lain
dalam
rangka
peningkatan
ekonomi
di
tingkat
kabupaten/kota.
c) Melaksanakan
pengarusutamaan
gender
guna
terselenggaranya
perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas
kebijakan
dan
program
pembangunan
di
tingkat
kabupaten/kota
berperspektif gender, khususnya untuk bidang Cipta Karya.
4.1.1 Aspek Sosial Pada Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
A.
Pengarusutamaan Gender
Selain itu aspek yang perlu diperhatikan adalah responsivitas kegiatan
pembangunan bidang Cipta Karya terhadap gender. Saat ini telah kegiatan
responsif gender bidang Cipta Karya meliputi Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan, Neighborhood Upgrading and Shelter
Sector Project (NUSSP), Pengembangan Infrasruktur Sosial Ekonomi Wilayah
(PISEW),Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasia Masyarakat (PAMSIMAS),
Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP), Rural Infrastructure
Support (RIS) to PNPM, Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS), Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan (RTBL), dan Studi Evaluasi Kinerja Program
Pemberdayaan Masyarakat bidang Cipta Karya.
4.1.2 Aspek Sosial Pada Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Pelaksanaan
besarankegiatan,
pembangunan
dan
durasi
bidang
Cipta
berdampak
Karya
terhadap
secara
lokasi,
masyarakat.
Untukmeminimalisir terjadinya konflik dengan masyarakat penerima dampakmaka
perlu dilakukan beberapa langkah antisipasi, seperti konsultasi,pengadaan lahan
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Kotawaringin Timur
Tahun 2018
IV-4
dan pemberian kompensasi untuk tanah danbangunan, serta permukiman
kembali.
1.
Konsultasi masyarakat diperlukan untuk memberikan informasi kepada
masyarakat, terutama kelompok masyarakat yang mungkin terkena dampak
akibat pembangunan bidang Cipta Karya di wilayahnya. Hal ini sangat
penting untuk menampung aspirasi mereka berupa pendapat, usulan serta
saran-saran untuk bahan pertimbangan dalam proses perencanaan.
Konsultasi masyarakat perlu dilakukan pada saat persiapan program bidang
Cipta Karya, persiapan AMDAL dan pembebasan lahan.
2.
Pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk tanah dan bangunan
Kegiatan pengadaan tanah dan kewajiban pemberian kompensasi atas tanah
dan bangunan terjadi jika kegiatan pembangunan bidang cipta karya
berlokasi di atas tanah yang bukan milik pemerintah atau telah ditempati oleh
swasta/masyarakat selama lebih dari satu tahun. Prinsip utama pengadaan
tanah adalah bahwa semua langkah yang diambil harus dilakukan untuk
meningkatkan, atau memperbaiki, pendapatan dan standar kehidupan warga
yang terkena dampak akibat kegiatan pengadaan tanah ini.
3.
Permukiman
kembali penduduk (resettlement)
memerlukan
pengadaan
lahan
harus
Seluruh
proyek
mempertimbangkan
yang
adanya
kemungkinan pemukiman kembali penduduk sejak tahap awal proyek.
Bilamana
pemindahan
pemukiman
kembali
penduduk
harus
tidak
dilaksanakan
dapat
dihindarkan,
sedemikian
rupa
rencana
sehingga
penduduk yang terpindahkan mendapat peluang ikut menikmati manfaat
proyek.
Hal
ini
termasuk mendapat
kompensasi
yang
wajar
atas
kerugiannya, serta bantuan dalam pemindahan dan pembangunan kembali
kehidupannya di lokasi yang baru. Penyediaan lahan, perumahan, prasarana
dan kompensasi lain bagi penduduk yang dimukimkan jika diperlukan dan
sesuai persyaratan.
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Kotawaringin Timur
Tahun 2018
IV-5
4.1.3 Aspek Sosial Pada Pasca Pembangunan Bidang Cipta Karya
Output kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya seharusnyamemberi
manfaat bagi masyarakat. Manfaat tersebut diharapkan minimal dapat terlihat
secara kasat mata dan secara sederhana dapatterukur, seperti kemudahan
mencapai lokasi pelayanan infrastruktur,waktu tempuh yang menjadi lebih singkat,
hingga pengurangan biayayang harus dikeluarkan oleh penduduk untuk
mendapatkan akses pelayanan tersebut.
A.
Sektor Pengembangan Permukiman
Dalam membangun sistim permukiman, dampak-dampak lingkungan yang
harus diperhatikan adalah dampak pada saat pra konstruksi, dampak pada masa
konstruksi dan dampak pada saat pasca konstruksi.
Dampak yang timbul pada masa pra konstruksi biasanya tidak terlalu besar,
namun tetap harus diperhatikan, dampak tersebut biasanya timbul akibat adanya
dampak sosial ekonomi yaitu adanya informasi akan dibangunnya sistim
Permukiman yang berkembang dimasyarakat, sedangkan dampak pada masa
konstruksi biasanya timbul dampak kebisingan dan pencemaran udara akibat
adanya pekerjaan konstruksi dan dampak negative sosial ekonomi akibat
perekrutan pekeja yang tidak melibatkan penduduk setempat dan pada pasca
konstruksi dampak yang timbul adalah biasanya dampak positif, yaitu masyarakat
didaerah tersebut dapat merasakan pelayanan Drainase.
Pada dasarnya semua dampak negative yang timbul, baik pada masa pra
konstruksi, masa konstruksi maupun masa pasca konstruksi dapat diminimalsir
yaitu dengan cara mengikuti dan melaksanakan petunjuk yang ada dalam
dokumen UKL/UPL yang telah dibuat sebelum masa konstruksi.
B.
Sektor Penataan Bangunan Lingkungan Permukiman (PBL)
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Kotawaringin Timur
Tahun 2018
IV-6
Dalam membangun sistim Penataan Bangunan Lingkungan Permukiman
(PBL), dampak-dampak lingkungan yang harus diperhatikan adalah dampak pada
saat pra konstruksi, dampak pada masa konstruksi dan dampak pada saat pasca
konstruksi.
Dampak yang timbul pada masa pra konstruksi biasanya tidak terlalu besar,
namun tetap harus diperhatikan, dampak tersebut biasanya timbul akibat adanya
dampak sosial ekonomi yaitu adanya informasi akan dibangunnya sistim Penataan
Bangunan Lingkungan Permukiman (PBL) yang berkembang dimasyarakat,
sedangkan dampak pada masa konstruksi biasanya timbul dampak kebisingan
dan pencemaran udara akibat adanya pekerjaan konstruksi dan dampak negative
sosial ekonomi akibat perekrutan pekeja yang tidak melibatkan penduduk
setempat dan pada pasca konstruksi dampak yang timbul adalah biasanya
dampak positif, yaitu masyarakat didaerah tersebut dapat merasakan pelayanan
Drainase.
Pada dasarnya semua dampak negative yang timbul, baik pada masa pra
konstruksi, masa konstruksi maupun masa pasca konstruksi dapat diminimalsir
yaitu dengan cara mengikuti dan melaksanakan petunjuk yang ada dalam
dokumen UKL/UPL yang telah dibuat sebelum masa konstruksi. Komponen yang
terkena dampak, jenis dampak serta besaran dampaknya terhadap sektor PBL
dan pemukiman.
4.2 Analisis Ekonomi
A.
Kemiskinan
Aspek sosial pada perencanaan pembangunan bidang Cipta Karya
diharapkan mampu melengkapi kajian perencanaan teknis sektoral. Salah satu
aspek yang perlu ditindak-lanjuti adalah isu kemiskinan sesuai dengan kebijakan
internasional MDGs dan Agenda Pasca 2015, serta arahan kebijakan pro rakyat
sesuai direktif presiden.
Menurut standar BPS terdapat 14 kriteria yang dipergunakan untuk
menentukan keluarga/rumah tangga dikategorikan miskin, yaitu:
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Kotawaringin Timur
Tahun 2018
IV-7
1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang.
2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan.
3. Jenis
dinding
tempat
tinggal
dari
bambu/rumbia/kayu
berkualitas
rendah/tembok tanpa diplester.
4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah tangga
lain.
5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.
6. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air
hujan.
7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak
tanah.
8. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu.
9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.
10. Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari.
11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik.
12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan
500 m2, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan dan atau
pekerjaan lainnya dengan pendapatan dibawah Rp. 600.000,- per bulan.
13. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga: tidak sekolah/tidak tamat SD/hanya
SD.
14. Tidak memiliki tabungan / barang yang mudah dijual dengan minimal Rp.
500.000,- seperti sepeda motor kredit / non kredit, emas, ternak, kapal motor,
atau barang modal lainnya.
Jika minimal 9 variabel terpenuhi maka suatu rumah tangga dikategorikan
sebagai rumah tangga miskin.
4.3 Analisis Lingkungan
RPIJM bidang Cipta Karya membutuhkan kajian pendukung dalam hal
lingkungan dan sosial untuk meminimalkan pengaruh negatif pembangunan
infrastruktur bidang Cipta Karya terhadap lingkungan permukiman baik di
perkotaan maupun di perdesaan. Kajian aspek lingkungan dan sosial meliputi
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Kotawaringin Timur
Tahun 2018
IV-8
acuan peraturan perundang-undangan, kondisi eksisting lingkungan dan sosial,
analisis
dengan
instrumen,serta
pemetaan
antisipasi
dan
rekomendasi
perlindungan lingkungan dan sosial yang dibutuhkan.
1.
UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup:
“Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup
terdiri atas antara lain Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), Analisis
Mengenai
Dampak
Lingkungan-Upaya
Lingkungan
Pemantauan
(AMDAL),
Lingkungan
dan
Upaya
(UKL-UPL)
Pengelolaan
dan
Surat
Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup
(SPPLH)”
2.
UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional:
“Dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang baik perlu
penerapan
prinsip-prinsip
pembangunan
yang
berkelanjutan
secara
konsisten di segala bidang”
3.
Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional Tahun 2010-2014:
“Dalam bidang lingkungan hidup, sasaran yang hendak dicapai adalah
perbaikan mutu lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam di
perkotaan dan pedesaan, penahanan laju kerusakan lingkungan dengan
peningkatan daya dukung dan daya tampung lingkungan; peningkatan
kapasitas adaptasi dan mitigasi perubahan iklim”
4.
Permen LH No. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian
Lingkungan Hidup Strategis:
Dalam penyusunan kebijakan, rencana dan/atau program, KLHS digunakan
untuk menyiapkan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana dan/atau
program agar dampak dan/atau risiko lingkungan yang tidak diharapkan
dapat diminimalkan
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Kotawaringin Timur
Tahun 2018
IV-9
5.
Permen LH No. 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen
Lingkungan.
Sebagai persyaratan untuk mengajukan ijin lingkungan maka perlu disusun
dokumen Amdal, UKL dan UPL, atau Surat Pernyataan Kesanggupan
Pengelolaan Lingkungan Hidup atau disebut dengan dengan SPPL bagi
kegiatan yang tidak membutuhkan Amdal atau UKL dan UPL.
Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan
pemerintah kabupaten/kota dalam aspek lingkungan terkait bidang Cipta Karya
mengacu pada UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup yaitu:
1.
Pemerintah Pusat
a. Menetapkan kebijakan nasional.
b. Menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria.
c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai KLHS.
d. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKLUPL.
e. Melaksanakan pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan
hidup.
f. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai pengendalian
dampak perubahan iklim dan perlindungan lapisan ozon.
g. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan
nasional, peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah.
h. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.
i. Mengembangkan dan melaksanakan kebijakan pengaduan masyarakat.
j. Menetapkan standar pelayanan minimal.
2.
Pemerintah Provinsi
a. Menetapkan kebijakan tingkat provinsi.
b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat provinsi.
c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKLUPL.
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Kotawaringin Timur
Tahun 2018
IV-10
d. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan,
peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah kabupaten/kota.
e. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.
f. Melakukan pembinaan, bantuan teknis, dan pengawasan kepada
kabupaten/kota di bidang program dan kegiatan.
g. Melaksanakan standar pelayanan minimal.
3.
Pemerintah Kabupaten/Kota
a. Menetapkan kebijakan tingkat kabupaten/kota.
b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat kabupaten/kota.
c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKLUPL.
d. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.
e. Melaksanakan standar pelayanan minimal.
4.3.1 Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
Menurut UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup, Kajian Lingkungan Hidup Strategis, yang selanjutnya disingkat KLHS,
adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk
memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan
terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana,
dan/atau program. KLHS perlu diterapkan di dalam RPIJM antara lain karena:
1. RPIJM
membutuhkan
kajian
aspek
lingkungan
dalam
perencanaan
pembangunan infrastruktur.
2. KLHS dijadikan sebagai alat kajian lingkungan dalam RPIJM adalah karena
RPIJM bidang Cipta Karya berada pada tataranKebijakan/Rencana/Program.
Dalam hal ini, KLHS menerapkan prinsip-prinsip kehati-hatian, dimana
kebijakan, rencana dan/atau program menjadi garda depan dalam menyaring
kegiatan pembangunan yang berpotensi mengakibatkan dampak negatif
terhadap lingkungan hidup
KLHS disusun oleh Tim Satgas RPIJM Kabupaten/Kota dengan dibantu oleh
Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah sebagai instansi yang memiliki tugas
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Kotawaringin Timur
Tahun 2018
IV-11
dan fungsi terkait langsung dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup di kota/kabupaten.
Koordinasi penyusunan KLHS antar instansi diharapkan dapat mendorong
terjadinya
transfer
pemahaman
mengenai
pentingnya
penerapan
prinsip
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup untuk mendorong terjadinya
pembangunan berkelanjutan.
A.
Tahapan Pelaksanaan KLHS
Tahapan
pelaksanaan
KLHS
diawali
dengan
penapisan
usulan
rencana/program dalam RPIJM per sektor dengan mempertimbangkan isu-isu
pokok seperti (1) perubahan iklim, (2) kerusakan, kemerosotan, dan/atau
kepunahan keanekaragaman hayati, (3) peningkatan intensitas dan cakupan
wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan,
(4) penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam, (5) peningkatan alih
fungsi kawasan hutan dan/atau lahan, (6) peningkatan jumlah penduduk miskin
atau terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat; dan/atau
(7) peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia. Isu-isu
tersebut menjadi kriteria apakah rencana/program yang disusun teridentifikasi
menimbulkan resiko atau dampak terhadap isu-isu tersebut.
Tabel 4.1 Kriteria Penapisan Usulan Program /Kegiatan Bidang Cipta Karya
Penilaian
No
1.
Kriteria
Perubahan Iklim
-
2.
Kerusakan,
kemerosotan,
dan/kepunahan
keanekaragaman hayati
3.
Peningkatan intensitas
dan cakupan wilayah
bencana banjir, longsor,
Kesimpulan
Uraian Pertimbangan
Penataan Sempadan Sungai,
Penataan Kawasan SITU,
Rehabilitasi dan
Pembangunan RUSUNAWA
akan menyebabkan
terjadinya penebangan pohon
penghijauan di beberapa
bagian.
-
(Signifikan/Tidak Signifikan)
Tidak terdapat jenis kegiatan yang
dapat mempengaruhi perubahan
iklim secara signifikan
Pengaruh yang ditimbulkan Tidak
signifikan.
Tidak terdapat kegiatan yang dapat
mempengaruhi Peningkatan
intensitas dan cakupan wilayah
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Kotawaringin Timur
Tahun 2018
IV-12
Penilaian
No
4.
Kriteria
(Signifikan/Tidak Signifikan)
kekeringan, dan/atau
kebakaran hutan dan
lahan
bencana banjir, longsor,
kekeringan, dan/atau kebakaran
hutan dan lahan.
Penurunan mutu dan
kelimpahan sumber
daya alam
Tidak terdapat jenis kegiatan yang
dapat menyebabkan Penurunan
mutu dan kelimpahan sumber daya
alam.
5.
Peningkatan alih fungsi
kawasan hutan
dan/atau lahan.
6.
Peningkatan jumlah
penduduk miskin atau
terancamnya
keberlanjutan
penghidupan
sekelompok masyarakat
7.
Kesimpulan
Uraian Pertimbangan
-
Pembangunan dan
Peningkatan Tempat
Pemrosesan Akhir Sampah
(TPA) serta infrastruktur
pendukungnya dan
Pengadaan tanah septic Tank
Komunal dan IPLT Jalupang
akan merubah beberapa
bagian kawasan alami yang
dimanfaatkan sabuk hijau.
Peningkatan resiko
terhadap kesehatan dan
keselamatan manusia
Pengaruh yang ditimbulkan bersifat
sementara dan Tidak signifikan.
-
Tidak terdapat jenis kegiatan yang
dapat menyebabkan Peningkatan
jumlah penduduk miskin atau
terancamnya keberlanjutan
penghidupan sekelompok
masyarakat.
-
Tidak terdapat jenis kegiatan yang
dapat menyebabkan Peningkatan
risiko terhadap kesehatan dan
keselamatan manusia.
Tahap ke-2 setelah penapisan terdapat dua kegiatan. Jika melalui proses
penapisan di atas tidak teridentifikasi bahwa rencana/program dalam RPIJM tidak
berpengaruh terhadap kriteria penapisan di atas maka berdasarkan Permen
Lingkungan Hidup No. 9/2011 tentang Pedoman Umum KLHS, Tim Satgas RPIJM
Kabupaten/Kota dapat menyertakan Surat Pernyataan bahwa KLHS tidak perlu
dilaksanakan, dengan ditandatangani oleh Ketua Satgas RPIJM dengan
persetujuan BPLHD, dan dijadikan lampiran dalam dokumen RPIJM.
Namun,
jika
teridentifikasi
bahwa
rencana/program
dalam
RPIJM
berpengaruh terhadap kriteria penapisan di atas maka Satgas RPIJM didukung
dinas lingkungan hidup (BPLHD) dapat menyusun KLHS dengan tahapan sebagai
berikut:
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Kotawaringin Timur
Tahun 2018
IV-13
1.
Pengkajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Wilayah
Perencanaan, dilaksanakan melalui 4 (empat) tahapan sebagai berikut:
a. Identifikasi Masyarakat dan Pemangku Kepentingan Lainnya Tujuan
identifikasi masyarakat dan pemangku kepentingan adalah:
1) Menentukan secara tepat pihak-pihak yang akan dilibatkan dalam
pelaksanaan KLHS;
2) Menjamin diterapkannya azas partisipasi yang diamanatkan UU No.
32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup;
3) Menjamin bahwa hasil perencanaan dan evaluasi kebijakan, rencana
dan/atau program memperoleh legitimasi atau penerimaan oleh publik;
4) Agar masyarakat dan pemangku kepentingan mendapatkan akses
untuk menyampaikan informasi, saran, pendapat, dan pertimbangan
tentang pembangunan berkelanjutan melalui proses penyelenggaraan
KLHS.
Tabel 4.2 Proses Identifikasi Pemangku Kepentingan dan Masyarakat dalam Penyusunan KLHS
Bidang Cipta Karya
Masyarakat dan Pemangku
Kepentingan
Lembaga
Pembuat Keputusan
a. Bupati/Walikota
b. DPRD
Penyusun kebijakan, rencana
dan/atau program
Dinas PU-Cipta Karya/BPLHD
Instansi
Masyarakat yang memiliki informasi
dan/atau keahlian
(perorangan/tokoh/kelompok)
Masyarakat terkena Dampak
a.
b.
c.
a.
b.
c.
d.
e.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Dinas PU-Cipta Karya
BPLHD
Bappeda
Perguruan tinggi atau lembaga penelitian
lainnya
Asosiasi profesi
Perorangan/tokoh
LSM/Pemerhati Lingkungan hidup
Forum-forum pembangunan berkelanjutan
dan lingkungan hidup
Lembaga Adat
Asosiasi Pengusaha
Tokoh masyarakat
Organisasi masyarakat
Kelompok masyarakat tertentu (nelayan dan
petani)
Industri
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Kotawaringin Timur
Tahun 2018
IV-14
b. Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Tujuan identifikasi isu
pembangunan berkelanjutan:
1) Penetapan isu-isu pembangunan berkelanjutan yang meliputi aspek
sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup atau keterkaitan antar ketiga
aspek tersebut;
2) Pembahasan fokus terhadap isu signifikan; dan
3) Membantu penentuan capaian tujuan pembangunan berkelanjutan.
B.
Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRP
Tujuan perumusan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana, dan/atau
program untuk mengembangkan berbagai alternatif perbaikan muatan kebijakan,
rencana, dan/atau program dan menjamin pembangunan berkelanjutan. Setelah
dilakukan kajian, dan disepakati bahwa kebijakan, rencana dan/atau program
yang
dikaji
potensial
berkelanjutan,
maka
memberikan
dilakukan
dampak
negatif
pengembangan
pada
beberapa
pembangunan
alternatif
untuk
menyempurnakan rancangan atau merubah kebijakan, rencana dan/atau program
yang ada.
Beberapa alternatif untuk menyempurnakan dan atau mengubah rancangan
kebijakan, rencana dan/atau program ini dengan mempertimbangkan antara lain:
a. Memberikan arahan atau rambu-rambu mitigasi terkait dengan kebijakan,
rencana, dan/atau program yang diperkirakan akan menimbulkan dampak
lingkungan atau bertentangan dengan kaidah pembangunan berkelanjutan.
b. Menyesuaikan ukuran, skala, dan lokasi usulan kebijakan, rencana, dan/atau
program.
c.
Menunda, memperbaiki urutan, atau mengubah prioritas pelaksanaan
kebijakan, rencana, dan/atau program.
d. Mengubah kebijakan, rencana, dan/atau program.
Tabel 4.3 Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRP
No
1.
Komponen Kebijakan,
Rencana/Program
Alternatif Penyempurnaan KRP
Pengembangan Permukiman
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Kotawaringin Timur
Tahun 2018
IV-15
Komponen Kebijakan,
Rencana/Program
No
1.
2.
3.
2.
Alternatif Penyempurnaan KRP
Infrastruktur Kawasan Permukiman
Kumuh
Infrastruktur Permukiman Rsh Yang
Meningkat Kualitasnya
Infrastruktur Kawasan Permukiman
Perdesaan Potensial Yang Meningkat
Kualitasnya
Penataan Bangunan dan Lingkungan
1.
Draft NSPK Daerah Bidang Penataan
Bangunan dan Lingkungan
2.
3.
Sarana dan Prasarana Penataan
Ruang Terbuka Hijau
Pengembangan Air Minum
1.
Optimalisasi IKK
2.
SPAM di Desa Rawan
Air/Pesisir/Terpencil
SPAM Kawasan Khusus
3.
4.
C.
Pengembangan PLP
1.
Laporan Fasilitas Penguatan
Kapasitas Pemerintah Daerah Dalam
Bidang Pengembangan
2.
Infrastruktur Air Limbah Dengan
Sistem Setempat Dan Sistem
Komunal
3.
Infrastruktur Stasiun Antara Dan
Tempat Pemprosesan Akhir Sampah
Rekomendasi Perbaikan KRP dan Pengintegrasian Hasil KLHS
1.
Tabel 4.4 Rekomendasi Perbaikan KRP dan Pengintegrasian Hasil KLHS
Komponen Kebijakan,
Rekomendasi Perbaikan KRP dan
Rencana/Program
Pengintegrasian Hasil KLHS
Pengembangan Permukiman
2.
Penataan Bangunan dan
No
Lingkungan
3.
Pengembangan Air Minum
4.
Pengembangan PLP
Untuk Kabupaten/Kota yang telah menyusun dan memiliki dokumen KLHS
RTRW Kabupaten/Kota, maka hasil olahan di dalam KLHS tersebut dapat
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Kotawaringin Timur
Tahun 2018
IV-16
dijadikan bahan masukan bagi kajian perlindungan lingkungan dalam RPI2-JM.
KLHS merupakan instrumen lingkungan yang diterapkan pada tataran rencanaprogram. Sedangkan pada tataran kegiatan atau keproyekan, instrumen yang
lebih tepat diterapkan adalah Amdal, UKL-UPL. Dan SPPLH.
4.3.2 AMDAL, UKL-UPL DAN SPPLH
Pengelompokan atau kategorisasi proyek mengikuti ketentuan yang telah
ditetapkan dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 tahun 2012 tentang
jenis rencana usaha dan/atau kegiatan Wajib AMDAL dan Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum No. 10 Tahun 2008 Tentang Penetapan Jenis Rencana Usaha
dan/atau Kegiatan Bidang Pekerjaan Umum yang Wajib Dilengkapi dengan Upaya
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup, yaitu:
1. Proyek wajib AMDAL
2. Proyek tidak wajib AMDAL tapi wajib UKL-UPL
3. Proyek tidak wajib UKL-UPL tapi SPPLH
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Kotawaringin Timur
Tahun 2018
IV-17
Tabel 4.5 Perbedaan Instrumen KLHS dan AMDAL
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Kotawaringin Timur
Tahun 2018
IV-18
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Kotawaringin Timur
Tahun 2018
IV-19
Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya dan batasan kapasitasnya yang wajib
dilengkapi dokumen AMDAL adalah sebagai berikut:
Tabel 4.6 Penapisan Rencana Kegiatan Wajib AMDAL
Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya yang kapasitasnya masih di bawah batas
menjadikannya tidak wajib dilengkapi dokumen AMDAL tetapi wajib dilengkapi
dengan
dokumen
UKL-UPL.
Jenis
Kegiatan
Bidang
Cipta
Karya
yang
kapasitasnya masih di bawah atas wajib dilengkapi dokumen UKL-UPL
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Kotawaringin Timur
Tahun 2018
IV-20
menjadikannya tidak wajib dilengkapi dokumen UKL-UPL tetapi wajib dilengkapi
dengan
Surat
Pernyataan
Kesanggupan
Pengelolaan
dan
Pemantauan
Lingkungan Hidup (SPPLH).
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Kotawaringin Timur
Tahun 2018
IV-21