Implementasi Corporate Social Responsibility Dalam Mengembangkan Perpustakaan Oleh PT Inalum Desa Kuala Tanjung Batubara Sumatera Utara

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Implementasi
Menurut Yusuf Wibisono, dalam bukunya “Membedah Konsep dan
Aplikasi CSR” menyebutkan bahwa implementasi program CSR dipengaruhi oleh
cara pandang dan strategi yang dipilih perusahaan untuk melaksanakan aktivitas
tanggung jawab sosialnya. Implementasi dapat dimaksudkan sebagai suatu
aktivitas yang berkaitan dengan penyelesaian suatu pekerjaan dengan penggunaan
sarana (alat) untuk memperoleh hasil. Apabila dikaitkan dengan kebijakan publik,
maka kata implementasi kebijakan publik dapat diartikan sebagai aktivitas
penyelesaian atau pelaksanaan kebijakan publik yang telah ditetapkan/disetujui
dengan penggunaan sarana (alat) untuk mencapai tujuan kebijakan.
Implementasi merupakan tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan yang
telah digariskan dalam keputusan kebijakan. Tindakan tersebut dilakukan baik
oleh individu, pejabat pemerintah ataupun swasta. Dunn mengistilahkannya
implementasi secara lebih khusus, menyebutnya dengan istilah implementasi
kebijakan dalam bukunya yang berjudul Analisis Kebijakan Publik. Menurutnya
implementasi kebijakan adalah pelaksanaan pengendalian aksi-aksi kebijakan di
dalam kurun waktu tertentu (Dunn, 2003:132).
Berkaitan dengan faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan
suatu program, Subarsono dalam bukunya yang berjudul Analisis Kebijakan

Publik (Konsep, Teori dan Aplikasi), mengutip pendapat G. Shabbir Cheema dan

Dennis A. Rondinelli mengemukakan bahwa terdapat beberapa faktor yang

8
Universitas Sumatera Utara

mempengaruhi implementasi kebijakan program-program pemerintah yang
bersifat desentralistis. Faktor-faktor tersebut di antaranya :
1.

Kondisi lingkungan
Lingkungan sangat mempengaruhi implementasi kebijakan, yang dimaksud
lingkungan ini mencakup lingkungan sosio kultural serta keterlibatan
penerima program.

2. Hubungan antar organisasi
Dalam banyak program, implementasi sebuah program perlu dukungan dan
koordinasi dengan instansi lain. Untuk itu diperlukan koordinasi dan
kerjasama antar instansi bagi keberhasilan suatu program.

3. Sumberdaya organisasi untuk implementasi program
Implementasi kebijakan perlu didukung sumberdaya baik sumber daya
manusia (human resources) maupun sumber daya non-manusia (non human
resources).

4. Karakteristik dan kemampuan agen pelaksana
Yang dimaksud karakteristik dan kemampuan agen pelaksana adalah
mencakup struktur birokrasi, norma-norma, dan pola-pola hubungan yang
terjadi dalam birokrasi, yang semuanya itu akan mempengaruhi implementasi
suatu program. Dengan demikian, implementasi kebijakan dimaksudkan
untuk memahami apa yang terjadi setelah suatu program dirumuskan, serta
apa dampak yang timbul dari program kebijakan itu.

9
Universitas Sumatera Utara

2.1.1 Tahap Implementasi
Perencanaan sebaik apapun tidak akan berarti dan tidak akan berdampak
apapun bila tidak diimplementasikan dengan baik. Akibatnya tujuan CSR secara
keseluruhan tidak akan tercapai, masyarakat tidak merasakan manfaat yang

optimal. Oleh karenanya perlu disusun strategi untuk menjalankan rencana yang
telah dirancang. Dalam memulai implementasi pada dasarnya ada tiga pertanyaan
yang harus dijawab. Siapa orang yang akan menjalankannya, apa yang harus
dilakukan, dan bagaimana cara melakukan sekaligus alat apa yang diperlukan,
dalam istilah manajemen popular, pertanyaan tersebut diterjemahkan menjadi:
a. Pengorganisasi (organizing) sumber daya yang diperlukan
b. Penyusunan (staffing) untuk menempatkan orang sesuai dengan jenis tugas
atau pekerjaan yang harus dilakukannya
c. Penghargaan

(directing) yang terkait dengan bagaimana cara melakukan

tindakan
d. Pengawasan atau koreksi (controlling) terhadap pelaksanaan
e. Pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana
f. Penilaiaan (evaluating) untuk mengetahui tingkat pencapaain tujuan
Tahap Implementasi terdiri atas tiga langkah utama yakni,sosialisasi, pelaksanaan,
dan internalisasi.
1. Sosialisasi
Sosialisasi diperlukan untuk memperkenalkan kepada komponen perusahaan

mengenai berbagai aspek yang terkait dengan implementasi CSR khususnya
mengenai pedoman penerapan CSR. Agar efektif, upaya ini perlu dilakukan

10
Universitas Sumatera Utara

dengan suatu tim khusus yang dibentuk untuk itu, langsung berada dibawah
pengawasan salah satu CEO yang ditunjuk sebagai CSR champion di
perusahaan. Tujuan utama sosialisasi ini adalah agar program CSR yang akan
di implementasikan mendapat dukungan penuh dari seluruh komponen
perusahaan, sehingga dalam perjalanannya tidak ada kendala serius yang
dapat dialami oleh unit penyelenggara
2. Pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan pada dasarnya harus sejalan dengan pedoman csr
yang ada, berdasarkan roadmap yang telah disusun.
3. Internalisasi
Internalisasi adalah tahap jangka panjang, internalisasi mencakup upayaupaya untuk memperkenalkan CSR di dalam seluruh proses bisnis perusahaan
misalnya melalui sistem manajemen kinerja, prosedur pengadaan, proses
produksi, pemasaran dan proses bisnis lainnya.
2.2 Corporate Social Responsibility

Corporate Social Responsibility adalah sebuah wujud kepedulian
perusahaan kepada lingkungan sekitarnya. Corporate Social Responsibility (CSR)
adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam
pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung
jawab sosial. Kewajiban perusahaan untuk menyelenggarakan Corporate Social
Resposibilitiy tergolong baru, yaitu dengan dibuatnya Undang-Undang No 40
tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Corporate Social Responsibility versi
Indonesia sering diartikan sebagai Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

11
Universitas Sumatera Utara

atau ”Tanggung Jawab Sosial Dunia Usaha”. Beberapa isu yang berkaitan dengan
konsep dan penerapan CSR ini adalah isu Sustainable Development, Good
Corporate Governance (GCG), Triple Bottom Line. Berdasarkan Undang-Undang

No.40 Bab V Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan, pasal 74 ayat (1)
disebutkan bahwa perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang yang
berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial
dan lingkungan.

Hubungan

CSR

dengan

Sustainable

Development

Pembangunan

berkelanjutan biasa diartikan sebagai pembangunan yang memenuhi kebutuhan
masa sekarang tanpa membahayakan kemampuan generasi mendatang untuk
memenuhi kebutuhannya.
CSR memiliki peranan penting dalam melanjutkan kinerja perusahaan
secara berkelanjutan karena perusahaan yang melakukan dan mempunyai
tanggung jawab sosial serta lingkungan akan dikenal baik oleh stakeholder . Jika
produk-produk perusahaan yang menerapkan CSR dikenal oleh masyarakat, maka
masyarakat akan selalu mengingat dan akan membeli produk-produk tersebut. Hal

ini akan meningkatkan penjualan perusahaan dan memberikan keuntungan
berkelanjutan. CSR dapat meningkatkan reputasi perusahaan di mana masyarakat
akan menghargai perusahaan tersebut dengan terus menyediakan sumber daya
kepada perusahaan. Hubungan timbal balik antara perusahaan dan masyarakat
akan melestarikan kelangsungan hidup perusahaan.
CSR merupakan konsep yang terus berkembang, ia belum memiliki
sebuah definisi standar maupun seperangkat kriteria spesifik yang diakui secara

12
Universitas Sumatera Utara

penuh oleh pihak-pihak yang terlibat di dalamnya. Secara konseptual, CSR juga
bersinggungan dan bahkan sering dipertukarkan dengan frasa lain, seperti
corporate responsibility, corporate sustainability, corporate accountability,
corporate citizenship dan corporate stewardship. Menurut Boone dan Kurtz

pengertian tanggung jawab sosial secara umum adalah dukungan manajemen
terhadap kewajiban untuk mempertimbangkan laba, kepuasan pelanggan dan
kesejahteraan masyarakat secara setara dalam mengevaluasi kinerja perusahaan.
Substansi keberadaan CSR adalah memperkuat keberlanjutan perusahaan itu

sendiri dengan jalan membangun kerjasama antar stakeholder yang difasilitasi
perusahaan

tersebut

dengan

menyusun

program-program

pengembangan

masyarakat di sekitarnya.
CSR diterapkan kepada perusahaan-perusahaan yang beroperasi dalam
konteks ekonomi global, nasional maupun lokal. Komitmen dan aktivitas CSR
pada intinya merujuk pada aspek-aspek perilaku perusahaan, termasuk kebijakan
dan program perusahaan yang menyangkut dua elemen kunci :
1. Good corporate governance: etika bisnis, manajemen sumberdaya manusia,
jaminan sosial bagi pegawai, serta kesehatan dan keselamatan kerja.

2. Good corporate responsibility: pelestarian lingkungan, pengembangan
masyarakat (community development), perlindungan hak asasi manusia,
perlindungan konsumen, relasi dengan pemasok, dan penghormatan terhadap hakhak pemangku kepentingan lainnya.
Dengan demikian, perilaku atau cara perusahaan memerhatikan dan
melibatkan shareholder, pekerja, pelanggan, pemasok, pemerintah, LSM, lembaga

13
Universitas Sumatera Utara

internasional dan stakeholder lainnya merupakan konsep utama CSR. Kepatuhan
perusahaan terhadap hukum dan peraturan-peraturan yang menyangkut aspek
ekonomi, lingkungan dan sosial bisa dijadikan indikator atau perangkat formal
dalam mengukur kinerja CSR suatu perusahaan.
CSR adalah operasi bisnis yang berkomitmen tidak hanya untuk
meningkatkan keuntungan perusahaan secara finansial, melainkan pula untuk
pembangunan sosial ekonomi, melembaga dan berkelanjutan. Pengertian CSR
yang relatif lebih mudah dipahami dan dioperasionalkan adalah dengan
mengembangkan konsep Tripple Bottom Lines (profit, planet dan people) yang
digagas Elkington (1998). Dengan demikian, CSR adalah “Kepedulian perusahaan
yang


menyisihkan

sebagian

keuntungannya

(profit)

bagi

kepentingan

pembangunan manusia (people) dan lingkungan (planet) secara berkelanjutan
berdasarkan prosedur (procedure) yang tepat dan profesional.
Dengan demikian, perilaku atau cara perusahaan memerhatikan dan
melibatkan shareholder, pekerja, pelanggan, pemasok, pemerintah, LSM, lembaga
internasional dan stakeholder lainnya merupakan konsep utama CSR. Kepatuhan
perusahaan terhadap hukum dan peraturan-peraturan yang menyangkut aspek
ekonomi, lingkungan dan sosial bisa dijadikan indikator atau perangkat formal

dalam mengukur kinerja CSR suatu perusahaan. Namun, CSR seringkali dimaknai
sebagai komitmen dan kegiatan-kegiatan sektor swasta yang lebih dari sekadar
kepatuhan terhadap hukum.

14
Universitas Sumatera Utara

2.2.1 Undang-Undang CSR Dan PKBL
Pemerintah Indonesia sudah mengatur CSR dan PKBL dalam UndangUndang No.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT) pasal 74 & UndangUndang No.25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal pasal 15,17 & 34. Berikut
isi dari Undang-Undang No.40 tahun 2007 dan Undang-Undang No.25 tahun
2007 pasal 15,17 & 34 :
Undang-Undang No.40 tahun 2007 pasal 74
Pasal 74
1. Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan
dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan
lingkungan
2. Tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai
biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan
kepatuhan dan kewajaran.
3. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan diatur
dengan peraturan pemerintah.

15
Universitas Sumatera Utara

Undang-Undang No.25 tahun 2007 pasal 15,17 & 34
Pasal 15
Setiap penanam modal berkewajiban:
1. Menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik
2. Melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan
3. Membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan menyampaikannya
kepada badan penanaman modal
4. Menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha
penanaman modal
5. Mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan
Pasal 17
Penanam modal yang mengusahakan sumber daya alam yang tidak terbarukan
wajib mengalokasikan dana secara bertahap untuk pemulihan lokasi yang
memenuhi standar kelayakan lingkungan hidup, yang pelaksanaannya diatur
sesuai peraturan perundang-undagan.
Pasal 34
1. Badan usaha atau usaha perseorangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5
yang tidak memenuhi kewajiban sebagaimana ditentukan dalam pasal 15 dapat
dikenai sanksi administratif berupa:
a. Peringatan tertulis
b. Pembatasan kegiatan usaha
c. Pembekuan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal
d. Pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal

16
Universitas Sumatera Utara

2. Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diberikan oleh instansi
atau lembaga yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan
3. Selain dikenai sanksi administratif, badan usaha atau usaha perseorangan dapat
dikenai sanksi lainnya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
2.2.2 Model Implementasi Corporate Social Responsibility
Setelah mengetahui pihak-pihak yang menjadi pemangku kepentingan
lengkap dengan kepentingan maupun indikator kepuasan masing-masing pihak,
maka langkah selanjutnya adalah merancang bentuk kerjasama yang paling tepat
yang akan ditempuh. Sebagai suatu kerjasama, maka implementasi tanggung
jawab sosial perusahaan adalah upaya perusahaan dalam meningkatkan peran dan
kesejahteraan masyarakat. Dalam hal ini tentu masyarakat setempat sebagai
pemangku kepentingan utama diposisikan sebagai perioritas utama dari
implementasi program tanggung jawab sosial perusahaan. Disamping itu,
lingkungan fisik juga harus menjadi perhatian tersendiri dengan indikator tunggal
perhatian, yaitu kelestarian lingkungan. Dengan demikian dapatlah di pahami
bahwa implementasi tanggung jawab perusahaan saling bekerjasama yang padu
antara semua pihak, baik dari pemerintah maupun masyarakat. Model
implementasi

tanggung

jawab

sosial

perusahaan,

Wibisono

(2007)

mengemukakan model dalam bentuk kerjasama yang melibatkan tiga pihak.
Adapun ketiga pihak tersebut adalah Perusahaan – Masyarakat – Pemerintah.
Melibatkan tiga pihak dalam bentuk kerjasama dalam proses pelaksanaan

17
Universitas Sumatera Utara

tanggung jawab perusahaan diharapkan dapat memaksimalkan kepuasan bagi
perusahaan dan masyarakat.
Model tersebutlah oleh banyak pihak dianggap masih tetap sesuai untuk
dilaksanakan hingga saat ini. Hal yang penting dipahami adalah, antara
perusahaan, masyarakat dan pemerintah dalam konteks implementasi tanggung
jawab sosial perusahaan dihubungkan garis kepentingan timbal balik. Setidaknya
ada tiga bentuk kepentingan yang melibatkan tiga pihak tersebut dalam suatu
kerjasama, yaitu :
1. Secara Konstitusional perusahaan adalah mitra pemerintah dalam rangka
memanfaatkan sumber daya alam, sebagaimana diatur dalam pasal 33 UUD
1945. Sehubungan dengan praktek bisnisnya dalam mengelola sumber daya
alam, maka perusahaan tergantung pemerintah, khususnya dalam rangka
memperoleh izin usaha.
2. Perusahaan merupakan institusi yang senantiasa memberi dukungan kepada
pemerintah melalui pembayaran pajak dan kewajiban lainya sehingga
pemerintah memiliki biaya operasional dalam melakukan pengelolahan
pemerintahan dan pembangunan nasional. Artinya, sumber utama penerimaan
pajak adalah pajak, dan sumber utama pajak adalah para pelaku usaha atau
badan – badan usaha.
3. Kenyamanan aktivitas ekonomi bagi perusahaan sangat dipengaruhi oleh
perilaku masyarakat setempat terhadap perusahaan. Kondisi seperti ini semakin
pekat diera demokrasi dan penghargaan atas hak- hak asasi manusia.
Selanjutnya perilaku masyarakat setempat terhadap perusahaan dipengaruhi

18
Universitas Sumatera Utara

pula oleh perilaku perusahaan dalam member manfaat bagi kesejahteraan
masyarakat setempat.
2.3 Pengertian Perusahaan
Perusahaan adalah suatu organisasi yang didirikan oleh seseorang atau
sekelompok orang atau badan lain yang kegiatannya adalah melakukan produksi
dan distribusi guna memenuhi kebutuhan ekonomis manusia. Di antara kebutuhan
ekonomis manusia yaitu sandang, pangan, dan kesenangan. Kegiatan produksi dan
distribusi dilakukan dengan cara menggabungkan berbagai faktor produksi: alam
(tanah, air, hutan, laut), tenaga kerja (manusia), dan modal (uang, bangunan,
mesin, peralatan, dan lain-lain). Kegiatan produksi dan distribusi pada umumnya
adalah untuk mendapatkan laba. Namun demikian ada juga bentuk perusahaan
yang tidak bertujuan mencari laba, misalnya yayasan sosial, yayasan keagamaan,
yayasan pendidikan, dan lain-lain. Secara umum perusahaan adalah suatu
organisasi di mana sumber daya (input), seperti bahan baku dan tenaga kerja
diproses untuk menghasilkan barang dan jasa (output) bagi pelanggan. Tujuan dari
perusahaan secara umum ialah laba/keuntungan. Laba (profit) adalah selisih
antara jumlah yang diterima dari pelanggan atas barang atau jasa yang dihasilkan
dengan jumlah yang dikeluarkan untuk membeli sumber daya alam dalam
menghasilkan barang atau jasa tersebut.
2.3.1 Tujuan dan manfaat bagi perusahaan
1. Meningkatkan citra perusahaan
Dengan melakukan kegiatan CSR, konsumen dapat lebih mengenal perusahaan
sebagai perusahaan yang selalu melakukan kegiatan yang baik bagi masyarakat.

19
Universitas Sumatera Utara

2. Memperkuat“Brand”Perusahaan
Melalui kegiatan memberikan product knowledge kepada konsumen dengan
cara membagikan produk secara gratis, dapat menimbulkan kesadaran
konsumen akan keberadaan produk perusahaan sehingga dapat meningkatkan
posisi brand perusahaan
3. Mengembangkan kerja sama dengan para pemangku kepentingan.
Dalam melaksanakan kegiatan CSR, perusahaan tentunya tidak mampu
mengerjakan sendiri, jadi harus dibantu dengan para pemangku kepentingan,
seperti pemerintah daerah, masyarakat, dan universitas lokal. Maka perusahaan
dapat membuka relasi yang baik dengan para pemangku kepentingan tersebut.
4.

Membedakan perusahaan dengan pesaingnya
Jika CSR dilakukan sendiri oleh perusahaan, perusahaan mempunyai
kesempatan

menonjolkan

keunggulan

komparatifnya

sehingga

dapat

membedakannya dengan pesaing yang menawarkan produk atau jasa yang
sama.
5. Menghasilkan inovasi dan pembelajaran
Untuk meningkatkan pengaruh perusahaan memilih kegiatan CSR yang sesuai
dengan kegiatan utama perusahaan memerlukan kreativitas. Merencanakan
CSR secara konsisten dan berkala dapat memicu inovasi dalam perusahaan
yang pada akhirnya dapat meningkatkan peran dan posisi perusahaan dalam
bisnis global.
6. Membuka akses untuk investasi dan pembiayaan bagi perusahaan.

20
Universitas Sumatera Utara

Para investor saat ini sudah mempunyai kesadaran akan pentingnya
berinvestasi pada perusahaan yang telah melakukan CSR. Demikian juga
penyedia dana, seperti perbankan, lebih memprioritaskan pemberian bantuan
dana pada perusahaan yang melakukan CSR.
7. Meningkatkan harga saham
Pada akhirnya jika perusahaan rutin melakukan CSR yang sesuai dengan bisnis
utamanya dan melakukannya dengan konsisten dan rutin, masyarakat bisnis,
pemerintah, akademisi, maupun konsumen akan makin mengenal perusahaan.
Maka permintaan terhadap saham perusahaan akan naik dan otomatis harga
saham perusahaan juga akan meningkat.
2.3.2 Cara pandang perusahaan terhadap CSR di Indonesia
Ada satu pertanyaan mendasar yaitu “Motivasi apa yang melatarbelakangi
kalangan dunia usaha / Perseroan Terbatas dalam menerima konsep CSR?.
Menurut Yusuf Wibisono, dalam bukunya “Membedah Konsep dan Aplikasi CSR”
mengatakan bahwa ada 3 (tiga) kategori perusahaan dalam menerapkan CSR di
Indonesia.
Pertama, sekedar basa-basi dan keterpaksaan. Artinya CSR dipraktekkan karena
faktor eksternal (external driven). Yang masih hangat dalam ingatan kita,
misalnya tanggung jawab PT Lapindo Brantas, kepada para korban lumpur panas
merupakan contoh kongkret adanya indikasi ini. Pemenuhan tanggung jawab lebih
karena keterpaksaan akibat tuntutan ketimbang kesukarelaan. Contoh yang sama
juga dialami oleh PT Freeport pada beberapa peristiwa akhir-akhir ini. Berikutnya
karena reputation driven, motivasi pelaksanaan CSR adalah untuk mendongkrak

21
Universitas Sumatera Utara

citra perusahaan. Yang masih hangat dalam ingatan kita misalnya saat bencana
tsunami di Aceh dan Sumut terjadi. Korporasi besar kecil seperti dikomando
untuk berebut memberikan bantuan uang, sembako, medis dan sebagainya.
Berikutnya berlombalah perusahaan menginformasikan kontribusinya melalui
media massa, tujuannya mengangkat reputasi.
Kedua, sebagai upaya untuk memenuhi kewajiban (compliance). CSR
dipraktekkan karena memang ada regulasi, hukum dan aturan yang memaksanya.
Misalnya karena adanya market driven. Artinya kesadaran betapa pentingnya
menerapkan CSR yang menjadi tren seiring dengan semakin maraknya kepedulian
masyarakat global terhadap produk-produk yang ramah lingkungan dan
diproduksi dengan memperhatikan kaidah-kaidah sosial. Misalnya pengusahapengusaha Amerika Serikat sudah semakin keras dengan produk furniture yang
datang dari Indonesia. Karena, produk tersebut diharuskan menerapkan
ecolabelling, suatu tanda bukti bahwa kayunya diambil secara bijaksanan dengan

memperhatikan lingkungan, seperti tidak menebang kayu seenaknya tanpa upaya
peremajaan.
Ketiga, CSR dipraktekkan karena memang ada dorongan yang tulus dari dalam
(internal driven). Perusahaan meyakini bahwa program CSR merupakan investasi
demi pertumbuhan dan keberlanjutan usaha. Dengan demikian, CSR bukan lagi
sekedar aktifitas paksaan yang kalau dilakukan bisa mencapai efisiensi, namun
CSR merupakan nyawa korporasi. CSR disikapi dengan strategi korporasi.

22
Universitas Sumatera Utara

2.4 Triple Bottom Line
Upaya membatasi meluasnya sikap egosentris dari para pelaku usaha
secara tajam datang dari Jhon Elkington. Melalui buku Cannibals with Forks, the
Triple Bottom line of Twentieth Century Business, Elkington (1997) mengenalkan
konsep tiga garis dasar (Triple Bottom Line) Dalam bukunya tersebut Elkington
mencoba menyadarkan para pelaku usaha, bahwa jika para pelaku ingin aktivitas
ekonomi perusahaannya berkesinambungan dan berjalan baik, maka para pelaku
usaha tidak boleh hanya berorientasi pada satu fokus berupa keuntungan,
melainkan harus menjadi fokus sebagai orientasi aktivitas ekonomi, yang oleh
Elkington dinamakan konsep ”3P”. Cakupan yang menjadi pusat perhatian para
pelaku usaha adalah, selain mengejar keuntungan perusahaan (profit), Pihak
pelaku usaha juga harus memperhatikan dan terlibatnya secara sungguh – sungguh
dalam upaya pemenuhan kesejahteraan masyarakat (People), serta turut berperan
aktif dalam menjamin pemeliharaan dan pelestarian lingkungan (Planet).
Elkington menegaskan, ketiga unsur tersebut senantiasa berada dalam kondisi
kait- mengakait. Interaksi saling terkait di antara ketiga unsur tersebut selanjutnya
dilukiskan Elkington dalam bentuk segitiga sebagai berikut:
People

Planet

Profit

Gambar-1 Triple Bottom Line

23
Universitas Sumatera Utara

Gambar ini menegaskan bahwa suatu perusahaan tidak lagi dihadapkan
pada unsur tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line saja, yaitu
berupa aspek ekonomi yang senantiasa hanya diukur berdasarkan keadaan
keuangan sebagai gambaran dari tingkat dan besarnya keuntungan perusahaan.
Bagaimanapun perusahaan senantiasa dihadapkan pada tanggung jawab lainya
adalah memperhatikan aspek sosial, khususnya kesejahteraan masyarakat lokal
dan pemeliharaan serta pelestarian lingkungan sebagai umpan balik dari
eksploitasi terhadap sumber daya alam (Elkington,1998).
Profit (keuntungan)
Profit merupakan unsur terpenting dan menjadi tujuan utama dari setiap
kegiatan usaha. Tak heran bila focus utama dari seluruh kegiatan dalam
perusahaan adalah mengejar profit atau mendongkrak harga saham setinggi
tingginya, baik secara langsung maupun tidak. Inilah bentuk tanggung jawab
ekonomi yang paling esensial terhadap pemegang saham. Aktivitas yang dapat
dilakukan untuk mendongkrak profit antara lain dengan meningkatkan
produktivitas dan melakukan efisiensi biaya, sehingga perusahaan mempunyai
keunggulan kompetitif yang dapat memberikan nilai tambah semaksimal mungkin.
People (Masyarakat)
Menyadari bahwa masyarakat sekitar perusahaan merupakan salah satu
stakeholder penting bagi perusahaan, karena dukungan masyarakat sekitar sangat
diperlukan bagi keberadaan, kelangsungan hidup, dan perkembangan perusahaan,
maka sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan masyarakat lingkungan,
perusahaan perlu berkomitmen untuk berupaya memberikan manfaat sebesar

24
Universitas Sumatera Utara

besarnya kepada masyarakat. Selain itu juga perlu disadari bahwa operasi
perusahaan berpotensi memberikan dampak kepada masyarakat sekitar. Memang
tak bisa dipungkiri adanya anggapan bahwa tanggung jawab sosial bukanlah
aktivitas utama bagi pelaku bisnis, fokus utama bisnis adalah mendongkrak laba.
Aliran pemikiran yang semakin diminati dan semakin punya daya tarik untuk
masa yang akan datang nampaknya adalah aliran yang meyakini bahwa kondisi
keuangan saja tidak cukup menjamin nilai perusahaan tumbuh secara
berkelanjutan (sustainable). Keberlanjutan perusahaan hanya akan terjamin
apabila perusahaan memperhatikan dimensi terkait lainnya, termasuk dimensi
sosial. Untuk memperkokoh komitmen dalam tanggung jawab sosial ini
perusahaan memang perlu memiliki pandangan bahwa CSR adalah investasi masa
depan. Artinya, CSR bukan lagi dilihat sebagai sentra biaya (cost centre),
melainkan sentra laba (profit centre) di masa mendatang. Karena melalui
hubungan yang harmonis dan citra yang baik, timbale baliknya masyarakat juga
akan ikut menjaga eksistensi perusahaan.
Planet (lingkungan)
Lingkungan adalah sesuatu yang terkait dengan seluruh kehidupan kita.
Hubungan kita dengan lingkungan adalah hubungan sebab akibat, dimana jika kita
merawat lingkungan, maka lingkungan pun akan memberikan manfaat kepada kita.
Sebaliknya, jika kita merusaknya, maka kita akan menerima akibatnya. Dengan
kata lain, apa yang kita lakukan terhadap lingkungan tempat kita tinggal pada
akhirnya akan kembali kepada kita sesuai apa yang kita lakukan. Apakah kita
akan menerima manfaat atau justru menderita kerugian, semuanya bergantung

25
Universitas Sumatera Utara

pada bagaimana kita menjaga lingkungan. Mendongkrak laba dan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi memang penting, namun tak kalah pentingnya juga
memperhatikan kelestarian lingkungan. Disinilah perlunya penerapan konsep
triple bottom line, yakni profit, people dan planet. Dengan kata lain, “jantung hati”

bisnis bukan hanya profit (laba) saja, tetapi juga people (manusia) dan juga planet
(lingkungan).
Di tingkat global pada bulan September 2004, ISO (International
Organization for standardization) sebagai induk organisasi internasional,

berinisiatif mengundang berbagai pihak untuk membentuk tim (working group)
yang merintis lahirnya panduan standarisasi untuk tanggung jawab sosnama ISO
26000 : Guidance standard on social responsibility. dengan ISO 26000 ini akan
memberikan tambahan nilai terhadap aktivitas tanggung jawab sosial yang
berkembang saat ini dengan cara:
1. Mengembangkan suatu konsensus terhadap pengertian tanggung jawab sosial
dan isunya
2. Menyediakan

pedoman

tentang

penerjemahan

prinsip-prinsip

menjadi

kegiatan-kegiatan yang efektif
3. Memilih praktek-praktek terbaik yang sudah berkembang dan disebarluaskan
untuk kebaikan komunitas atau masyarakat internasional. ISO 26000 Guidance
standard on social responsibility secara konsisten mengembangkan tanggung

jawab sosial maka masalah social responsibility akan mencakup 7 (tujuh) isu
pokok yaitu:
a. Pengembangan masyarakat

26
Universitas Sumatera Utara

b. Konsumen
c. Praktek kegiatan institusi yang sehat
d. Lingkungan
e. Ketenagakerjaan
f. Hak asasi manusia
g. Organizational governanceial perusahaan yang diberi
Prinsip-prinsip dasar tanggung jawab sosial yang menjadi dasar bagi
pelaksanaan yang menjiwai atau menjadi informasi dalam pembuatan keputusan
dan kegiatan tanggung jawab sosial menurut ISO 26000 meliputi:
1. Kepatuhan kepada hokum
2.

Menghormati kepada instrument/ badan-badan internasional

3. Menghormati stakeholders dan kepentingannya
4. Akuntabilitas
5. Transparansi
6. Perilaku yang beretika
7. Melakukan tindakan pencegahan
8. Menghormati dasar-dasar hak asasi manusia
Terkait dengan ISO 26000 ini, pada proses sebelumnya telah ada pula
pihak yang menyebarluaskan asas-asas utama yang dapat digunakan sebagai
acuan implementasi program tanggung jawab sosial perusahaan. Asas-asas utama
tersebut dirangkum oleh (Alyson dari University of Bath Inggris) pada tahun 1998
menjadi 16 asas meliputi:
1. Prioritas korporat

27
Universitas Sumatera Utara

Artinya pengakuan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan sebagai prioritas
tertinggi perusahaan sekaligus dijadikan sebagai penentu utama pembangunan
berkesinambungan. Berdasarkan asas ini, maka perusahaan seharusnya
membuat

kebijakan

program

dalam

menjalankan

operasi

ekonomi

perusahaannya dengan cara yang bertanggung jawab sosial.
2. Manajemen terpadu
Pihak perusahaan dituntut memadukan kebijakan program, dan aktivitas
ekonomi sebagai implementasi program ke dalam setiap aktivitas ekonominya
sebagai suatu unsur pengelolaan dalam semua fungsi pengelolaan.
3. Proses perbaikan dan penyempurnaan
Pihak perusahaan dituntut melakukan penyempurnaan atas kebijakan, program,
dan implementasi program dan kinerja sosial perusahaan itu secara
berkesinambungan. Penyempurnaan dimaksud harus didasarkan pada hasil
penelitian

terkini

dan

memahami

kepentingan

sosial

serta

mengimplementasikan indikator sosial yang bersifat internasional.
4. Pendidikan pekerja
Pihak perusahaan tidak hanya memanfaatkan tenaga dan ketrampilan para
pekerja. Lebih dari itu, pihak perusahaan harus meningkatkan ketrampilan para
karyawan, dengan melaksanakan secara bertahap dan sistematis pendidikan
dan pelatihan serta senantiasa meningkatkan motivasi karyawan agar
terciptanya hubungan yang baik antara perusahaan dengan karyawan.
5. Pengkajian

28
Universitas Sumatera Utara

Pihak perusahaan dituntut melakukan kajian berkenaan dengan dampak social
sebelum memulai suatu aktivitas ekonomi atau proyek baru dan sebelum
menutup lokasi pabrik. Kajian ini ditekankan karena setiap aktivitas ekonomi
yang dilakukan pihak perusahaan senantiasa terkait atau berpengaruh, baik ke
arah perusahaan maupun ke luar dari perusahaan. Perusahaan diharapkan
mengkaji segala resiko yang akan dan telah terjadi di sekitar perusahaan dan
segera menanggulangi keadaan tersebut.
6. Produk dan pelayanan
Pihak perusahaan dituntut untuk senantiasa mengembangkan produk dan
pelayanan yang tidak berdampak negatif secara sosial maupun lingkungan.
Berdampak negatif kepada lingkungan dapat menyebabkan kerusakan pada
lingkungan hidup sekitar perusahaan dan mengakibatkan terjadinya masalah
terhadap kehidupan masyarakat sekitar.
7. Informasi publik
Apapun produk yang dihasilkan dan apapun jasa atau pelayanan yang
ditawarkan oleh perusahaan secara pasti diarahkan dan berkaitan dengan publik.
Oleh karena itu perusahaan berkewajiban memberikan informasi yang lengkap
dan akurat mengenai produk yang dihasilkan kepada publik.
8. Fasilitas dan operasi
Pihak perusahaan harus mengembangkan, merancang, dan mengoperasikan
fasilitas serta menjalankan aktivitas ekonomi yang mempertimbangkan hasil
penelitian dan kajian berkenaan dengan dampak sosial. Hal ini dianggap perlu,

29
Universitas Sumatera Utara

karena setiap kajian itu, hasil kajian terkini harus diketahui dan digunakan oleh
perusahaan dalam semua praktek ekonominya.
9. Penelitian
Perusahaan diharapkan tidak hanya sebagai pengguna hasil penelitian yang
dilakukan oleh berbagai pihak, melainkan harus mendukung atau melakukan
penelitian tentang dampak sosial bahan baku yang akan digunakan pada proses
produksi.
10. Prinsip pencegahan
Dampak dari suatu aktivitas ekonomi sering harus dibayar mahal oleh
masyarakat melalui bencana yang ditimbulkan oleh perusahaan. Oleh karena
itu tindakan pencagahan terhadap bencana harus selalu diutamakan.
11. Mitra kerja dan pemasok
Pihak perusahaan tidak cukup hanya mengimplementasikan tanggung jawab
social dalam aktivitas ekonomi mereka. Lebih jauh lagi, perusahaan harus
secara aktif mendorong pihak lain untuk ikut serta dalam pengimplementasian
tanggung jawab sosial perusahaan ini, termasuk mitra kerja dan pemasok.
12. Siaga menghadapi darurat
Menyusun dan merurumuskan rencana menghadapi keadaan darurat, dan bila
terjadi keadaan berbahaya bekerja sama dengan layanan gawat darurat, instansi
berwenang dan komunitas local. Sekaligus mengenali potensi bahaya yang
muncul

30
Universitas Sumatera Utara

13. Implementasi pengalihan yang terbaik
Kesempatan bagi suatu perusahaan untuk melakukan aktivitas ekonomi di
suatu tempat ada kalanya terbatas. Keadaan seperti ini biasanya terjadi bagi
perusahaan yang menggunakan sumber daya alam yang tidak dapat
diperbaharui. Pada situasi seperti ini perusahaan melakukan pengembangan
dan pengalihan kegiatan ekonomi yang bertanggung jawab terhadap sosial dan
lingkungan sekitar.
14. Memberi kontribusi
Perusahaan harus memberikan manfaat bagi semua pihak yang terkait dengan
keberlangsungan perusahaan tersebut
15. Keterbukaan
Pihak perusahaan harus mengembangkan sifat keterbukaan baik kepada
pekerjanya dan masyarakat sekitar. Sifat keterbukaan ini sangat diperlukan
guna memberikan efek percaya di depan karyawan dan masyarakat setempat.
16. Pencapaian dan pelaporan
Perusahaan harus melakukan penilaian atas kualitas aktivitas ekonomi dan
sosial. Untuk itu, audit sosial secara berkala sangat diperlukan agar tidak
terjadi benturan terhadap kepentingan pihak lain. Adanya ketidakseragaman
dalam penerapan CSR di berbagai negara menimbulkan adanya kecenderungan
yang berbeda dalam proses pelaksanaan CSR itu sendiri di dalam masyarakat.
Oleh karena itu diperlukan suatu pedoman umum dalam penerapan CSR di
manca negara. Dengan disusunnya ISO 26000 sebagai panduan atau dijadikan
rujukan utama dalam pembuatan pedoman tanggung jawab sosial.

31
Universitas Sumatera Utara