Analisa Penghematan Energi Dari Pemakaian AC Studi Kasus Gedung RS Inalum Kuala Tanjung Kab.Batubara, Sumatera Utara

(1)

ANALYSIS PENGHEMATAN PADA SISTEM

PENGKONDISIAN UDARA SEBUAH GEDUNG KOMERSIAL

DENGAN STUDI KASUS DI RS INALUM

KUALA TANJUNG SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Zuhdi Mahendra

NIM. 090401031

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya lah penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Analisa Penghematan Energi Dari Pemakaian Ac Studi Kasus Gedung Rs Inalum Kuala Tanjung Kab.Batubara, Sumatera Utara”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat menyelesaikan pendidikan Strata-1 (S1) pada Departemen Teknik Mesin Sub Bidang Konversi Energi, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan skripsi ini banyak kesulitan yang penulis hadapi, namun berkat dorongan, semangat, doa dan bantuan baik materiil, moril, maupun spirit dari berbagai pihak akhirnya kesulitan itu dapat diatasi. Untuk itu sebagai manusia yang harus tahu berterima kasih, degan penuh ketulusan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Eng. Himsar Ambarita, ST., MT. selaku dosen pembimbing, yang

dengan penuh kesabaran telah memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis.

2. Bapak Dr. Ing. Ir Ikhwansyah Isranuri selaku Ketua Departemen Teknik

Mesin Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Ir. M. Syahril Gultom MT. Selaku Sekretaris Departemen Teknik

Mesin Universitas Sumatera Utara.

4. Kedua orang tua penulis, M.Darlis (Alm) dan Helmiati, S.Pd yang tidak

pernah henti-hentinya memberikan dukungan, doa serta kasih sayangnya yang tak terhingga kepada penulis.

5. Seluruh staf pengajar dan staf tata usaha Departemen Teknik Mesin yang

telah membimbing serta membantu segala keperluan penulis selama penulis kuliah.

6. Bapak Ir. Syahrul Abda, M.Sc. selaku dosen wali penulis.

7. Seluruh adik-adik penulis, Aqqil Limianto dan Alfi Gilang Rahma yang

selalu memberikan dukungan serta do’a kepada penulis.

8. Seluruh rekan-rekan stambuk 2009 terkhusus Tri Septian Marsah, TM Rinaldi Aulia, Ramadhan Daulay, Ary Santony, Chabib Muhammad, Indro Pramono, Wahyu Hamdani, Guruh Adryansyah P, Febrial Yasman N, Harri Rusadi D,


(3)

Cevi Oktora, Andri Setiawan, Pradipta Sigit, Irvin, Andi Yongko, Adventus Patar S, Efinde Beni S, dan banyak lagi yang tidak bisa penulis tuliskan namanya satu persatu yang selalu saling memberikan dukungan, saran dan kritik untuk keberhasilan tugas akhir ini.

9. Rekan-rekan di Laboratorium Menggambar Mesin / CAD yaitu Munawir

Rosyadi Siregar, Ramadhan, Syahrul Ramadhan, Zuhdi Mahendra, Tri Septian Marsah, Juliono, Zulvia Chara Nosa Ginting, Fajril Ar-Rahman,Purwatmo, Budi Harry Cipta, Afrinedi, M. Ilham, Sigit Putra Kurniawan, Yogi Aldyansyah, Feby Danimasthari.

10. Kepada Bapak cipto dan PT. Inalum yang telah memberikan kesempatan serta bantuan dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

11. Kepada seluruh anggota IMAPALIKO yang selalu memberikan dukungan

do’a untuk keberhasilan tugas akhir ini yang tidak bisa penulis tulis namanya satu per satu.

12. Kepada Amanda Fulviona, Rahmat Fadhilah, Ridho Alhamdi, Raih Satria dan

Ahmad Surya Putra yang selalu memberikan dukungan, nasehat untuk membuat tugas akhir ini.

13. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan namanya satu per satu yang

telah banyak member bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan kekeliruan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu penulis akan sangat berterima kasih dan dengan senang hati menerima saran dan kritik yang membangun demi tercapainya tulisan yang lebih baik. Akhir kata penulis berharap semoga tulisan ini dapat memberi manfaat kepada pembaca. Terima kasih.

Medan, Desember 2013

Zuhdi Mahendra


(4)

Krisis sumber energi yang semakin parah membuat kita harus berfikir bagaimana cara melakukan penghematan dan efisiensi pemakaian energi. Salah satu dengan mempertimbangkan beban pendingin yang diterima oleh sebuah gedung sesuai dengan arah gedung tersebut. Selain itu pemasangan AC yang tidak sesuai standar pada sebuah gedung juga menjadi salah satu factor terbuang besar energi yang dipakai. Penelitian ini dilakukan pada gedung komersial RS Inalum dengan melakukan simulasi terhadap arah gedung untuk mendapatkan besar beban pendingin pada gedung tersebut. Dari simulasi yang dilakukan akan didapatkan dimana posisi letak gedung yang paling optimal dalam menghemat beban pendingin. Selain itu juga diteliti besar kerugian energy akibat kondensasi yang terjadi pada instalasi pipa yang tidak bagus. Dalam penelitian ini kondisi

temperature didalam bangunan di asumsikan 200C karena untuk daerah tropis

kenyamanan termal untuk kondisi sejuk nyaman adalah 20,50C-22,80C dan

temperature lingkungan di asumsikan 350C karena melihat temperature harian. Dalam hal ini posisi arah gedung diubah-ubah dengan menggunakan software yang penulis buat untuk mendapatkan hasil yang optimal. Dari hasil simulasi yang dilakukan didapatkan besar beban pendingin ketika bangunan menghadap utara (yang sebenarnya) adalah 798,93 kW dan yang paling optimal adalah ketika bangunan diputar menjadi menghadap selatan dengan besar beban pendingin 786,16 kW.

Kata kunci : Energi, beban pendingin, efisiensi


(5)

Energy crisis that is getting worse makes us have to think how to make savings and energy efficiency. One of the consideration received by the cooling load of a building in accordance with the direction of the building. In addition to the installation of air conditioning that does not conform to the standard of a building is also one factor of the energy used is wasted. The research was conducted on a commercial building with RS Inalum simulate the direction of the building to get a big load on the cooling of the building. From the simulation will be obtained where the position of the optimum location of the building cooling load in saves. It also investigated large energy losses that occur due to condensation on the pipe installation is not good. In this study the temperature conditions inside the building at 200C assume due to the tropical regions of thermal comfort for cool conditions comfortable is 20.50 C - 22, 80C and 350C assume environmental temperature as seen daily temperature. In this case the direction a fox-building will be changed by using software that the author made to obtain optimal results. From the results of the simulation obtained when large cooling load of the building facing north ( actual ) is 798.93 kW and the most optimal when the building is turned into a south facing with large cooling load of 786.16 kW.


(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR SIMBOL ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 2

1.3 Manfaat Masalah ... 2

1.4 Batasan Penelitian ... 2

1.5 Sistematika Penulisan ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Definisi Mesin Pendingin ... 4

2.1.1 Kompresor ... 4

2.1.2 Kondensor ... 5

2.1.3 Evaporator ... 7

2.1.4 Katup Ekspansi ... 8

2.2 Sistem Refrigerasi ... 8

2.2.1 Siklus Kompresi Uap ... 9

2.3 Beban Pendingin ... 12

2.3.1 Sumber-Sumber Beban Pendingin ... 13

2.3.2 Analisa Beban Pendingin ... 13

2.4 Alasan Refrigerasi dan pengkondisian Udara Penting ... 18

2.5 Sumber Daya Energi ... 19

2.5.1 Sumber Energi ... 19

2.5.2 Elastisitas Energi ... 27


(7)

2.5.4 Target Perencanaan Efisiensi dan Elastisitas Energi ... 36

2.5.5 Alasan Menghemat Pemakaian Energi ... 36

2.6 Asumsi dalam Perkiraan Kebutuhan Tenaga Listrik ... 38

2.7 Pertumbuhan Ekonomi ... 40

2.7.1 Pertumbuhan Penduduk ... 41

2.7.2 Perkiraan Kebutuhan Tenaga Listrik Indonesia 2012-2021 ... 42

2.7.3 Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik Sumatera Utara ... 46

2.7.4 Rencana Pengembangan Sistem Kelistrikan PT PLN di Provinsi Sumatera Utara ... 47

2.8 Pentingnya Instalasi yang Baik pada AC ... 51

2.8.1 Pentingnya Perawatan terhadap Instalasi pada AC ... 51

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 53

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 53

3.1.1 Tempat Penelitian ... 53

3.1.2 Waktu Penelitian ... 53

3.2 Prosedur Penelitian ... 53

BAB IV ANALISA DATA ... 56

4.1 Perhitungan Koefisien Panas Menyeluruh ... 59

4.2 Beban Pendingin Ruangan ... 74

4.2.1 Perhitungan Beban dari Atap ... 74

4.2.2 Perhitungan Beban Pendingin dari Dinding ... 75

4.2.3 Perhitungan Beban Pendingin dari Pintu ... 77

4.2.4 Perhitungan Beban Pendingin dari Jendela ... 79

4.2.5 Perhitungan Beban Pendingin dari Manusia ... 80

4.2.6 Perhitungan Beban Pendingin dari Lampu ... 82

4.2.7 Perhitungan Beban Pendingin dari Udara Infiltrasi ... 83

4.2.8 Perhitungan Simulasi Pemutaran Arah Gedung ... 85

4.2.9 Verifikasi hasil perhitungan dengan software komersial ... 107

4.3 Analisa Kerugian Energi dari Proses Kondensasi yang terjadi pada Kondensor ... 113


(8)

4.4 Analisa Kerugian Berdasarkan Isolasi Pipa yang Terbuka pada

Kondensor ... 114

4.4.1 Perhitungan Beban Pendingin dari Pipa yang Tidak Terisolasi ... 114

4.4.2 Perhitungan COP ... 115

4.4.3 Perhitungan Kerugian Energi per Bulan ... 116

4.4.4 Perhitungan Kerugian Finansial per Bulan ... 116

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 117

5.1 Kesimpulan ... 117

5.2 Saran ... 118

DAFTAR PUSTAKA ... 119


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Besar Cooling Load Factor ... 16

Tabel 2.2 Potensi dan Pemanfaatan Energi Terbarukan ... 27

Tabel 2.3 Potensi dan Pemanfaatan Energi Terbarukan ... 27

Tabel 2.4 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ... 40

Tabel 2.5Asumsi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ... 41

Tabel 2.6 Pertumbuhan Penduduk ... 42

Tabel 2.7 Pertumbuhan Ekonomi, Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik dan Beban Puncak Periode 2012-2021 ... 42

Tabel 2.8 Prakiraan Kebutuhan Listrik, Angka pertumbuhan dan Rasio Elektrifikasi ... 43

Tabel 2.9 Kapasitas Pembangkit di Sumatera Utara ... 48

Tabel 2.10 Kapasitas Pembangkit PLTD isolated ... 50

Tabel 2.11 Proyeksi Penjualan Listrik ... 51

Tabel 4.1 Data-data dari Bangunan RS Inalum ... 56

Tabel 4.2 Beban Pendingin dari Atap ... 74

Tabel 4.3 Beban Pendingin dari Dinding A ... 75

Tabel 4.4 Beban Pendingin dari Dinding B ... 76

Tabel 4.5 Beban Pendingin dari Dinding C ... 76

Tabel 4.6 Beban Pendingin dari Dinding D ... 77

Tabel 4.7 Beban Pendingin dari Pintu B ... 78

Tabel 4.8 Beban Pendingin dari Pintu C ... 78

Tabel 4.9Beban Pendingin dari Pintu D ... 78

Tabel 4.10 Beban Konduksi dari Jendela ... 79

Tabel 4.11Panas Transmisi dari Jendela di Dinding B ... 79

Tabel 4.12 Panas Transmisi dari Jendela di Dinding D ... 80

Tabel 4.13 Panas dari Penghuni Ruangan yang dikondisikan ... 80

Tabel 4.14 Nilai Cooling Load Factor ... 81

Tabel 4.15 Nilai Panas dari Udara Infiltrasi... 82


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Siklus Kompresi Uap ... 10

Gambar 2.2 Diagram p-h ... 10

Gambar 2.3 Perbandingan Elastisitas Pemakaian Energi sejumlah Negara tahun 1998-2003 ... 29

Gambar 2.4 Perbandingan Penggunaan Intensitas Pemakaian Energi Primer beberapa Negara ... 30

Gambar 2.5 Intensitas Konsumsi Energi akhir per Kapita di Indonesia tahun 2000-2008 ... 31

Gambar 2.6 Proyeksi Penjualan Tenaga Listrik PLN 2012 dan 2021 ... 45

Gambar 2.7 Proyeksi Penjualan Tenaga Listrik PLN 2012-2021 ... 46

Gambar 2.8 Peta Kelistrikan Sumatera Utara ... 48

Gambar 3.1 Alur Pengerjaan Skripsi ... 55

Gambar 4.1 Gambar Teknik Bangunan Rumah Sakit ... 58

Gambar 4.2 Bentuk Dinding Coran ... 63

Gambar 4.3 Diagram Beban Pendingin Ruangan yang dikondisikan ... 84

Gambar 4.4 Grafik Total Beban Pendingin per Jam ... 85

Gambar 4.5 Grafik Total Beban Pendingin Gedung A menghadap Timur ... 92

Gambar 4.6 Grafik Total Beban Pendingin Gedung A menghadap Selatan ... 99

Gambar 4.7 Grafik Total Beban Pendingin Gedung A menghadap Barat ... 105

Gambar 4.8 Grafik Perbedaan Total Beban Pendingin ... 106


(11)

DAFTAR SIMBOL

Huruf Yunani

Simbol Arti Satuan

∆� Perbedaan Temperatur awal dan akhir oC

� Massa Jenis kg/m3

� Effisiensi -

� Konstanta -

Simbol Arti Satuan

Wk Luas penampang pipa �2

K Koefisian perpindahan panas konduksi �/�.�

�� Panas jenis ��/��.�

� Massa jenis ��/�3

ℎ Koefisien perpindahan panas konveksi �/�2.�

� Konduktivitas termal bahan �/�.�

� Ketebalan benda �

�̇ Laju aliran massa ��/�

�� Bilangan Nusselt -

�� Bilangan Prandtl -

�̇ Laju perpindahan panas ��

�� Bilangan Reynold -

�� Temperatur dalam ruangan ℃

�� Temperatur lingkungan ℃

Ѵ Kecepatan aliran air �/�


(12)

ANALYSIS PENGHEMATAN PADA SISTEM

PENGKONDISIAN UDARA SEBUAH GEDUNG KOMERSIAL

DENGAN STUDI KASUS RS INALUM KUALA TANJUNG

SUMATERA UTARA

ZUHDI MAHENDRA NIM. 09 0401 031

Diketahui / Disahkan Disetujui

Ketua Departemen Teknik Mesin Dosen Pembimbing,

Fakultas Teknik – USU

Dr. Ing. Ir. Ikhwansyah Isranuri Dr.Eng.Himsar Ambarita, ST.MT NIP. 196412241992111001 NIP. 197206102000121001


(13)

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK USU MEDAN

KARTU BIMBINGAN

TUGAS SARJANA MAHASISWA

No : 2100 / TS / 2013

Sub. Program Studi : Konversi Energi

Bidang Tugas : Teknik Pendingin

Judul Tugas : Analysis Penghematan Pada Sistem Pengkondisian Udara Sebuah Gedung Komersial Dengan Studi Kasus RS Inalum Kuala Tanjung Sumatera Utara.

Diberikan tanggal : 01-07-2013 Selesai Tgl : 9-12-2012

Dosen Pembimbing : Dr.Eng.Himsar Ambarita Nama Mhs : Zuhdi Mahendra NIM : 090401031

No Tanggal KEGIATAN ASISTENSI BIMBINGAN Tanda Tangan Dosen Pembimbing

1 01-07-2013 Menerima spesifikasi tugas

2 04-07-2013 Studi literatur dan pencarian referensi

3 30-07-2013 Survey ke RS Inalum Kuala Tanjung

4 10-08-2013 Analysis

5 09-09-2013 Asistensi laporan Bab 1

6 16-10-2013 Asistensi laporan Bab 2 dan Bab 3

7 07-10-2013 Asistensi laporan Bab 4

8 04-11-2013 Asistensi laporan Bab 5

9 18-11-2013 Asistensi keseluruhan

10 09-12-2013 ACC seminar

CATATAN: Diketahui,

KETUA DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FT USU

1. Kartu ini harus diperlihatkan kepada Dosen Pembimbing setiap asistensi

2. Kartu ini harus dijaga bersih dan rapi

3. Kartu ini harus dikembalikan ke Dr. Ing. Ir. Ikhwansyah Isranuri Departemen, bila kegiatan asistensi NIP.196412241992111001 telah selesai.


(14)

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK USU

M E D A N

TUGAS SARJANA

N A M A : Zuhdi Mahendra

N I M : 090401031 MATA PELAJARAN : Teknik Pendingin

SPESIFIKASI :

Lakukan analysis kemungkinan penghematan yang dapat dilakukan pada sistem pengkondisian udara sebuah gedung di kota Medan. Fokus penghematan adalah pada perbaikan instalasi pengkondisian udara dan sudut orientasi gedung. Pada perbaikan instalasi lakukan perhitungan dengan membandingkan dengan data pengukuran di lapangan. Pada perbaikan sudut orientasi gedung lakukan analysis dengan mengembangkan perangkat lunak berdasarkan ASRAE dan bandingkan hasilnya dengan hasil dari perangkat lunak komersial. Berikan rekomendasi potensi penghematan dari hasil analysis.

DIBERIKAN TANGGAL : 01/ 07 / 2013 SELESAI TANGGAL : 09/ 12 / 2013

MEDAN, 1 Juli 2013

KETUA DEPARTEMEN TEKNIK MESIN, DOSEN PEMBIMBING,

Dr. Ing. Ir. Ikhwansyah Isranuri Dr. Eng Himsar Ambarita, ST.MT NIP.1964 1224 1992 111001 NIP.1972 0610 200012 1001

AGENDA :2100/ TS / 2013 DITERIMA TGL : 1-7-2013


(15)

ANALYSIS PENGHEMATAN PADA SISTEM

PENGKONDISIAN UDARA SEBUAH GEDUNG KOMERSIAL

DENGAN STUDI KASUS RS INALUM KUALA TANJUNG

SUMATERA UTARA

ZUHDI MAHENDRA NIM. 09 0401 031

Telah diperiksa dan disetujui dari hasil seminar Tugas Skripsi Periode ke-675 Tanggal Desember 2013

Disetujui Oleh:

Dosen Pembanding I Dosen Pembanding II

Dr. Ing. Ir. Ikhwansyah Isranuri Tulus B. Sitorus, ST,MT NIP. 196412241992111001 NIP. 197209232000121003


(16)

ANALYSIS PENGHEMATAN PADA SISTEM

PENGKONDISIAN UDARA SEBUAH GEDUNG KOMERSIAL

DENGAN STUDI KASUS RS INALUM KUALA TANJUNG

SUMATERA UTARA

ZUHDI MAHENDRA NIM. 09 0401 031

Telah diperiksa dan disetujui dari hasil seminar Tugas Skripsi Periode ke-675 Tanggal Desember 2013

Disetujui Oleh:

Pembimbing

Dr.Eng.Himsar Ambarita, ST.MT NIP. 197206102000121010


(17)

Krisis sumber energi yang semakin parah membuat kita harus berfikir bagaimana cara melakukan penghematan dan efisiensi pemakaian energi. Salah satu dengan mempertimbangkan beban pendingin yang diterima oleh sebuah gedung sesuai dengan arah gedung tersebut. Selain itu pemasangan AC yang tidak sesuai standar pada sebuah gedung juga menjadi salah satu factor terbuang besar energi yang dipakai. Penelitian ini dilakukan pada gedung komersial RS Inalum dengan melakukan simulasi terhadap arah gedung untuk mendapatkan besar beban pendingin pada gedung tersebut. Dari simulasi yang dilakukan akan didapatkan dimana posisi letak gedung yang paling optimal dalam menghemat beban pendingin. Selain itu juga diteliti besar kerugian energy akibat kondensasi yang terjadi pada instalasi pipa yang tidak bagus. Dalam penelitian ini kondisi

temperature didalam bangunan di asumsikan 200C karena untuk daerah tropis

kenyamanan termal untuk kondisi sejuk nyaman adalah 20,50C-22,80C dan

temperature lingkungan di asumsikan 350C karena melihat temperature harian. Dalam hal ini posisi arah gedung diubah-ubah dengan menggunakan software yang penulis buat untuk mendapatkan hasil yang optimal. Dari hasil simulasi yang dilakukan didapatkan besar beban pendingin ketika bangunan menghadap utara (yang sebenarnya) adalah 798,93 kW dan yang paling optimal adalah ketika bangunan diputar menjadi menghadap selatan dengan besar beban pendingin 786,16 kW.

Kata kunci : Energi, beban pendingin, efisiensi


(18)

Energy crisis that is getting worse makes us have to think how to make savings and energy efficiency. One of the consideration received by the cooling load of a building in accordance with the direction of the building. In addition to the installation of air conditioning that does not conform to the standard of a building is also one factor of the energy used is wasted. The research was conducted on a commercial building with RS Inalum simulate the direction of the building to get a big load on the cooling of the building. From the simulation will be obtained where the position of the optimum location of the building cooling load in saves. It also investigated large energy losses that occur due to condensation on the pipe installation is not good. In this study the temperature conditions inside the building at 200C assume due to the tropical regions of thermal comfort for cool conditions comfortable is 20.50 C - 22, 80C and 350C assume environmental temperature as seen daily temperature. In this case the direction a fox-building will be changed by using software that the author made to obtain optimal results. From the results of the simulation obtained when large cooling load of the building facing north ( actual ) is 798.93 kW and the most optimal when the building is turned into a south facing with large cooling load of 786.16 kW.


(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini penggunaan AC sebagai alat pengkondisian udara di dalam ruangan seperti hotel, gedung perkantoran, gedung perkuliahan, supermarket, dsb sudah sangat sering kita jumpai.Pada beberapa tahun terakhir ini kurang lebih setengah dari seluruh biaya pembangunan sarana yang diperlukan suatu bangunan kira 30-50% dihabiskan untuk sistem pengkondisian udara.Banyaknya energi yang dikeluarkan untuk sistem pengkondisian udara membuat para ahli berfikir untuk menghemat energi yang digunakan dalam sistem pengkondisian udara tanpa mengurangi fungsinya sebagai sistem penyegaran udara.

Karena besarnya kehilangan energi pada bangunan-bangunan komersial yang diakibatkan oleh kesalahan dalam pemasangan instalasi dari AC pada bangunan tersebut. Maka pada skripsi kali ini akan diteliti besar dari kehilangan energi karena kesalahan dalam pemasangan instalasi AC pada sebuah gedung komersial.

Setelah diteliti salah satu penyebab borosnya penggunaan energi dalam sistem pengkondisian udara atau alatnya yang dikenal AC adalah karena instalasi dari pemasangan AC itu sendiri yang tidak sesuai dengan standar yang seharusnya. Contoh dari instalasi yang tidak baik ini adalah tidak diisolasinya semua saluran pipa dari evaporator menuju kondensor sehingga akan mengakibatkan kerja kondensor bertambah yang akan menyebabkan keborosan dalam penggunaan energi. Selain instalasi yang tidak baik, letak dari kondensor juga mempengaruhi dalam berapa besar energi yang akan dikeluarkan saat penggunaan AC.

Selain masalah diatas arah gedung juga merupakan salah satu faktor dalam menghemat energi.Karena arah dari gedung tersebut mempengaruhi berapa besar beban pendingin dari suatu gedung.Jadi sangat dianjurkan dulu menghitung beban pendingin suatu gedung menurut arah gedung sebelumnya membangunnya.

Pada skripsi ini akan dilakukan penelitian pada sebuah gedung komersial untuk menghitung berapa besar energi yang dikeluarkan karena penggunaan AC.


(20)

1.2 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui total beban pendingin pada bangunan komersial

menurut arah bangunan.

2. Mengetahui kerugian konveksi dari proses kondensasi yang terjadi di pipa kondensor AC.

3. Mengetahui kerugian listrik per bulan dan per tahun akibat dari pipa yang tidak terisolasi sempurna di kondensor AC pada bangunan komersial

1.3 Manfaat Penelitian

Beberapa manfaat yang bisa dicapai dari penelitian ini adalah :

1. Pengembangan ilmu teknik pendingin dalam rangka penurunan

emisi gas rumah kaca.

2. Memberikan saran dan solusi perbaikan terhadap instalasi AC yang kurang baik pada gedung komersial.

3. Mengetahui arah gedung yang paling optimal dalam menghemat

pemakaian energi.

4. Mengurangi kerugian yang diterima akibat dari pemasangan

instalasi AC yang tidak baik.

1.4 Batasan Masalah

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai masalah yang dikaji dalam penulisan skripsi ini maka perlu kiranya diberikan batasan masalah sebagai berikut :

1. Survey dilakukan di RS Inalum Tanjung Gading.

2. Instalasi dinilai kurang baik apabila panjang pipa yang tidak

terisolasi lebih dari 3cm dari saluran kompresor ke kondensor. 3. Variabel yang digunakan temperatur dan waktu.


(21)

1.5 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan pada skripsi ini adalah :

BAB I PENDAHULUAN menjelaskan pendahuluan tentang studi kasus dan pemecahan masalah yang berisi antara lain : latar belakang, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA berisi dasar teori dari topik yang dikaji dan digunakan sebagai landasan dalam memecahkan masalah dan menganalisis permasalahan tersebut meliputi penjelasan teknik pendingin, sumber-sumber energi dan penggunaan energi. BAB III METODOLOGI PENELITIAN berisi kerangka pemikiran dan langkah yang dilakukan untuk mengidentifikasi permasalahan, beserta variabel-variabel yang akan diukur dan perlengkapan pengujian tersebut meliputi waktu dan tempat penelitian dan prosedur pengujian. BAB IV DATA DAN ANALISIS DATA menjelaskan analisis dari data hasil tentang total beban pendingin dengan melakukan simulasi terhadap arah gedung serta perhitungan kerugian energi yang diakibatkan pemasangan kondensor yang tidak sempurna. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN berisi kesimpulan dari analisa yang dilakukan terhadap permasalahan dan saran mengenai penyempurnaan hasil penelitian untuk generasi berikutnya.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi Mesin Pendingin

Mesin pendingin adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan panas dari dalam ruangan ke luar ruangan [7]. Adapun siklus mesin pendingin yang paling banyak digunakan adalah siklus kompresi uap. Secara garis besar komponen sistem pendingin siklus kompresi uap terdiri dari:

2.1.1 Kompresor

Tugas kompresor adalah “mengangkat” refrigeran dari evaporator, mengkompres, dan “mendorong” ke kondensor. Kompresor ini harus dijaga tekanan evaporator tetap rendah agar refigeran bisa menguap dan tekanan kondensor tetap [3].Untuk melakukan tugas ini kepada kompresor kita berikan energi listrik yang diubahnya menjadi mekanik untuk melakukan kompresi. Bisa dikatakan kompresor adalah bagian utama dari suatu SKU. Jika dibandingkan harga kompresor mencakup 30-40% dari harga total satu unit SKU.

Fungsi kompresor adalah menetapkan perbedaan tekanan dalam suatu sistem pendinginan [7]. Oleh karenanya menyebabkan zat pendingin dalam suatu sistem mengalir dari satu bagian ke bagian lainnya. Kompresor dikategorikan suatu pompa yang bertugas untuk mensirkulasikan zat pendingin, tetapi tugasnya adalah mengadakan tekanan untuk hal tersebut. Tekanan yang disebabkan oleh kompresor tersebut dapat membuat uap cukup panas untuk pendingin dalam ruang udara yang hangat.Pada saat yang sama, kondensor menaikkan tekanan zat pendingin diatas titik kondensasi pada suhu ruangan udara, sehingga ia akan berkondensasi. Itulah perbedaan antara tekanan tinggi dan tekanan rendah yang memaksa cairan pendingin mengalir melalui tabung kapiler masuk ke evaporator.

Dipasaran tersedia banyak jenis kompresor yang umum digunakan

pada SKU. Masing-masing tentunya memiliki kelebihan dan


(23)

spesifikasi yang diinginkan. Berdasarkan prinsip kerjanya secara umum kompresor dapat diklasifikasikan atas dua jenis, yaitu : tipe perpindahan positif (positif displacement) dan Roto-dynamic. Prinsip kerja kompresor jenis positive displacement, secara ringkas adalah sebagai berikut : uap refigeran dari evaporator dihisap dan dijebak pada suatu ruang tertentu, kemudian ditekan hingga tekanannya melebihi tekanan kondensor dan kemudian dilepas ke kondensor. Setelah langkah ini selesai, maka proses akan diulang lagi. Sebenarnya jika melihat proses aliran ini, aliran fluida pada kompresor ini tidaklah kontinu tetapi terputus-putus. Tetapi karena frekuensinya terputusnya sangat tinggi, aliran akan kelihatan tidak terputus

atau kontinu. Sementara pada kompresor tipe roto-dynamic tekanan

refigeran dihasilkan dengan mengubah energi kinetik dengan menggunakan elemen yang berotasi.Oleh karena itu , aliran fluida pada kompresor tipe ini kontinu.

2.1.2 Kondensor

Karena zat pendingin meninggalkan kompresor dalam bentuk uap bertekanan tinggi, maka diperlukan suatu proses untuk mengubah uap menjadi cairan kembali. Inilah fungsi kondensor mengembunkan uap menjadi cairan sehingga dapat dipakai kembali dalam siklus pendinginan [7].

Kondensor adalah suatu alat penukar kalor yang berfungsi untuk

mengubah fasa pada refigeran dari keadaan superheat menjadi cair,

bahkan terkadang sampai pada kondisi subcooled [3]. Untuk kembali mereview tugas dari kondensor, ingat kembali diagram p-h dimana tugas kondensor adalah membawa refigeran dari titik 2 (setelah melalui kompresor) sampai ke titik 3 (sebelum masuk ke katup ekspansi). Proses ini adalah proses membuang panas pada temperatur kondensasi, Tc yang

diasumsikan konstan.

Disfaat uap dari pendingin dipompa ke dalam kondensor akan mengakibatkan suhu dan tekanan menjadi meningkat. Suhu yang tinggi itu memudahkan perambatan panas yang efektif dari permukaan kondensor ke


(24)

ruang sekitarnya. Sebagian dari panas yang ditransfer ke dalam ruangan adalah panas laten yang diambil zat pendingin dalam evaporator.

Sarana medium pendingin yang biasa digunakan untuk melakukan tugas ini adalah udara lingkungan dan air atau gabungan dari keduanya.Masing-masing sarana medium ini mempunyai kelebihan dan kekurangan.Dalam hal ini kondensor dibagi berdasarkan medium yang digunakan dapat dibagi 3 bagian, yaitu : (1)Kondensor berpendingin udara, (2) Kondensor berpendingin air,dan (3) Kondensor berpendingin gabungan (Evaporative Condenser). Jika sarana medium yang digunakan adalah udara maka kelebihan yang didapat adalah tidak diperlukannya pipa untuk mengalirkannya dan tidak perlu repot untuk membuangnya karena setelah panas diserap bisa langsung dilepas ke udara lingkungan

Namun kelemahan dari udara adalah tidak memiliki sifat membawa dan menghantar panas yang baik. Jadi diperlukan usaha yang lebih besar untuk mengalirkan lebih banyak udara.Biasanya kondensor dengan pendingin udara umumnya digunakan pada siklus refrigasi dengan kapasitas pendingin yang kecil. Sementara jika sarana medium pendingin yang digunakan adalah air mempunyai kelebihan yaitu memiliki sifat membawa dan memindahkan panas yang jauh lebih baik daripada udara. Oleh karena itu tidak dibutuhkan peralatan yang besar untuk proses perpindahan panas. Tetapi air tidak boleh dibuang begitu saja ke lingkungan. Misalnya setelah digunakan sebagai pendingin kondensor air akan menjadi panas dan tidak bisa dibuang begitu saja ke sungai atau ke danau, karena bisa membuat ikan-ikan yang ada didalamnya akan menjadi mati. Untuk menghindari efek lingkungan ini, biasanya kondensor

berpendingin air dilengkapi dengan cooling tower yang fungsinya

mendinginkan air panas yang berasal dari kondensor dengan menjatuhkan dari suatu ketinggian agar bisa didinginkan oleh udara. Oleh karena itu biaya awal kondensor dengan berpendingin air lebih besar tapi biaya operasionalnya lebih kecil, oleh karena itu sistem ini biasanya digunakan pada SKU dengan kapasitas yang besar. Pada evaporative kondensor air dan udara digunakan untuk mendinginkan kondensor. Air disiram ke


(25)

pipa-pipa kondensor dan udara juga ditiupkan. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya penguapan di kondensor. Karena panas penguapan air sangat tinggi, dan ini diambil dari refigeran melalui dinding pipa maka jenis ini akan mempunyai koefisien panas yang sangat baik. Hal-hal yang disebutkan diatas adalah salah satu perbedaan utama kondensor berpendingin air dan bependingin udara.

2.1.3 Evaporator

Pada diagram P-h dari siklus kompresi uap sederhana, evaporator mempunyai tugas merealisasikan garis 4-1. Setelah refigeran turun dari kondesor melalui katup ekspansi masuk ke evaporator dan diuapkan, dan dikirim ke kompresor. Pada prinsipnya evaporator hampir sama dengan kondensor, yaitu sama-sama APK yang fungsinya mengubah fasa refigeran. Bedanya jika pada kondensor refigeran berubah dari uap menjadi cair, maka pada evaporator berubah dari cair menjadi uap. Perbedaan berikutnya adalah, sebagai siklus refrigerasi, pada evaporatorlah sebenarnya tujuan itu ingin dicapai. Artinya jika kondensor fungsi hanya membuang panas ke lingkungan, maka pada evaporator panas harus diserap untuk menyesuaikan dengan bahan beban pendingin di ruangan [3]. Berdasarkan model perpindahan panasnya evaporator dapat dibagi atas natural convection dan forced convection. Pada evaporator

natural convection, fluida pendingin dibiarkan mengalir sendiri karena adanya perbedaan massa jenis. Pada jenis umumnya evaporator ditempatkan ditempat yang lebih tinggi. Fluida yang bersentuhan dengan evaporator akan turun suhunya dan masa jenisnya akan naik, sebagai akibatnya, fluida ini akan turun dan mendesak fluida dibawahnya untuk bersikulasi. Sistem ini hanya pada refrigerasi dengan kapasitas-kapasitas

kecil, seperti kulkas. Kebalikannya, evaporator forced convection

menggunakan blower untuk memaksa terjadinya aliran udara sehingga terjadi konveksi dengan laju perpindahan panas yang lebih baik. Pada evaporator dengan konveksi paksa dapat juga dibedakan atas dua bagian yaitu refigeran mengalir di dalam pipa dan refigeran mengalir di luar pipa.


(26)

2.1.4 Katup Expansi

Fungsi dari katup expansi ada dua, yaitu (1) menurunkan refigeran dari tekanan kondensor sampai tekanan evaporator dan (2) mengatur jumlah aliran refigeran yang masuk ke evaporator.Pada kondisi pengaturan yang ideal, sangat dipantangkan jika cairan refigeran dari evaporator masuk ke kompresor [3]. Hal ini bisa terjadi, misalnya karena beban pendingin berkurang refigeran yang menguap dari evaporator akan berkurang. Jika pasokan refigeran cair dari kondensor tetap mengalir maka hal ini akan memaksa cairan refigeran masuk ke kompresor. Untuk menghindari hal inilah katup expansi difungsikan. Jika beban berkurang, maka pasokan refigeran akan berkurang, sehingga menjamin hanya uap refigeran yang masuk ke kompresor.

Jenis katup expansi dapat dibagi 7, yaitu;

1. Tabung expansi manual

2. Tabung kapiler

3. Orifice

4. Katup expansi automatic 5. Katup expansi thermostatic

6. Katup expansi mengapung

7. Katup expansi elektronik

2.2 Sisitem Refrigerasi

Refrigerasi merupakan suatu proses penarikan kalau dari suatu benda/ruangan ke lingkungan sehingga temperatur benda/ruangan tersebut lebih rendah dari temperatur lingkungan. Sesuai dengan konsep kekekalan energi, panas tidak bisa dimusnahkan tapi bisa dipindahkan. Sehingga refrigerasi selalu berhubungan dengan proses aliran panas dan perpindahan panas.

Siklus refrigerasi memperlihatkan apa yang terjadi pada panas setelah dikeluarkan dari udara oleh refigeran di dalam koil (evaporator). Siklus ini didasari oleh dua prinsip, yaitu :

1. Saat refigeran cair berubah menjadi uap, maka refigeran cair itu


(27)

2. Titik didih suatu cairan dapat diubah dengan jalan mengubah tekanan yang bekerja padanya. Hal ini sama artinya bahwa temperatur suatu cairan dapat ditingkatkan dengan jalan menaikkan tekanannya, begitu juga sebaliknya.

Pada dasarnya sistem refrigerasi dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Sistem refrigerasi mekanik

Sistem refrigerasi ini menggunakan mesin-mesin penggerak atau alat-alat mekanik lain dalam menjalankan siklusnya. Yang termasuk dalam sistem refigerasi mekanik adalah :

a. Siklus kompresi uap (SKU)

b. Refrigerasi siklus udara

c. Kriogenik/refrigerasi temperatur ultra rendah d. Siklus sterling

2. Sistem refrigerasi non mekanik

Berbeda dengan sistem refrigerasi mekanik, sistem ini tidak memerlukan mesin-mesin penggerak seperti kompresor dalam menjalankan siklusnya. Yang termasuk dalam sistem refrigerasi non mekanik adalah :

a. Refrigerasi termoelektrik b. Refrigerasi siklus absorbs c. Refrigerasi steam jet d. Refrigerasi magnetic

e. Heat pipe

2.2.1 Siklus Kompresi Uap

Dari sekian banyak jenis-jenis sistem refrigerasi, namun yang paling umum digunakan adalah refrigerasi dengan sistem kompresi uap.Komponen utama dari sebuah siklus kompresi uap adalah kompresor, evaporator, kondensor dan katup expansi. Berikut adalah sistem konvensional siklus kompresi uap (gambar 2.1) dan skema diagram p-h siklus kompresi uap (gambar 2.2)


(28)

Qc

3 2

Wc

4 1

4

Qe

Gambar.2.1 Siklus kompresi uap

Pada siklus kompresi uap, di evaporator refigeran akan menghisap panas dari dalam ruangan sehingga panas tersebut akan menguapkan refigeran. Kemudian uap refigeran akan dikompres oleh kompresor hingga mencapai tekanan kondensor, dalam kondensor uap refigeran dikondensasikan dengan cara membuang panas dari uap refigeran ke lingkungan. Kemudian refigeran akan diteruskan ke evaporator. Dalam diagram P-h siklus kompresi uap ideal dapat dilihat dalam gambar berikut ini

P(kPa)

3

4 1

h3 =h4 h1 h2 s h(kj/kg)

Gambar 2.2 Diagram p-h

Proses-proses yang terjadi pada siklus kompresi uap seperti pada gambar 2.2 diatas adalah sebagai berikut :

a. Proses kompresi (1-2)

Prose ini dilakukan oleh kompresor dan berlangsung secara isentropic. Kondisi awal refigeran pada saat masuk ke dalam kompresor adalah uap

r

Katupp ekspansi

Evaporator Kondensor

Kompresor

Tk

Te

2s a

Pk


(29)

jenuh bertekanan rendah, setelah mengalami kompresi refigeran akan menjadi uap bertekanan tinggi. Karena proses ini berlangsung secara isentropic, maka temperatur keluar kompresor pun akan meningkat. Besarnya kerja kompresi per satuan massa refigeran dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (Himsar Ambarita 2012 hal 4) :

Wk =h1-h2 ……….(2.1)

Dimana : Wk = besarnya kerja kompresor (kJ/kg)

h1 = entalpi refigeran saat masuk kompresor (kJ/kg) h2 = entalpi refigeran saat keluar kompresor (kJ/kg)

b. Proses kondensasi (2-3)

Proses ini berlangsung didalam kondensor. Refigeran yang bertekanan tinggi dan bertemperatur tinggi yang berasal dari kompresor akan membuang kalor sehingga fasanya berubah menjadi cair. Hal ini berarti bahwa didalam kondensor terjadi pertukaran kalor antara refigeran dengan lingkungannya (udara), sehingga panas berpindah dari refigeran ke udara pendingin yang menyebabkan uap refigeran mengembun menjadi cair. Besar per satuan massa refigeran yang dilepas di kondensor dinyatakan sebagai (Himsar Ambarita 2012 hal 4):

Qc =h2-h3 ……….(2.2)

Dimana : Qc = besarnya panas yang dilepas oleh kondensor (kJ/kg) h2 = entalpi refigeran saat masuk kondensor (kJ/kg) h3 = entalpi refigeran saat keluar kondensor (kJ/kg)

c. Proses expansi (3-4)

Proses expansi ini berlangsung secara isoentalpi. Hal ini berarti tidak terjadi perubahan entalpi tetapi terjadi drop tekanan dan penurunan temperatur, atau dapat dituliskan dengan persamaan (Himsar Ambarita 2012 hal 4):


(30)

Proses penurunan tekanan terjadi pada katup expansi yang berbentuk pipa kapiler atau orifice yang berfungsi untuk mengatur laju alirann refigeran dan menurunkan tekanan.

d. Proses evaporasi (4-1)

Proses ini berlangsung secara isobar isothermal (tekanan konstan, temperatur konstan) di dalam evaporator. Panas dari dalam ruangan akan diserap oleh cairan refigeran yang bertekanan rendah sehingga refigeran akan berubah fasa menjadi uap bertekanan rendah. Kondisi refigeran saat masuk evaporator sebenarnya adalah campuran cair dan uap, seperti pada titik 4 dari gambar 2.2 diatas.

Besarnya kalor yang diserap oleh evaporator dapat ditulis dengan persamaan (Himsar Ambarita 2012 hal 4) ;

Qe = h1 – h4 ……….(2.4)

Dimana : Qe = besarnya panas yangnb diserap oleh evaporator (kJ/kg) h1 = entalpi refigeran saat keluar evaporator (kJ/kg)

h4 = entalpi refigeran saat masuk evaporator (kJ/kg)

Selanjutnya, refigeran kembali masuk kedalam kompresor dan bersirkulasi lagi.Begitu seterusnya sampai kondisi yang diinginkan tercapai.Untuk menentukan harga entalpi pada masing-masing titik dpat dililhat dari tabel sifat-sifat refigeran.

2.3 Beban Pendingin

Beban pendingin adalah laju pengambilan kalor oleh refigeran di koil pendingin pada sistem ekspansi langsung. Jenis beban pendingin terbagi dua yaitu panas sensibel dan panas laten. Panas sensibel adalah panas yang berhubungan dengan perubahan temperatur dari udara. Penambahan kalor sensibel adalah kalor sensibel yang secara langsung masuk dan ditambahkan ke dalam ruangan yang dikondisikan melalui konduksi, konveksi atau radiasi. Panas laten adalah panas yang diterima atau dilepaskan suatu materi karena perubahan fasanya. Penambahan kalor laten terjadi apabila ada penambahan uap air pada ruangan yang dikondisikan. Sebagai contoh untuk membedakan dua panas diatas adalah


(31)

sebagai contoh kita mendinginkan air dari 100ͦC sampai menjadi es 0ͦC maka panas yang diserap dari air mulai dari 100ͦC sampai menjadi es 0ͦC disebut panas sensibel. Namun jika air yang suhunya sudah 0ͦC didinginkan lagi hingga menjadi es disebut panas laten karena disini tidak terjadi perubahan temperatur tapi melainkan yang terjadi adalah perubahan fasa.

2.3.1 Sumber-Sumber Beban Pendingin

Secara umum beban pendingin terbagi dua yaitu beban pendingin dari luar dan beban pendingin dari dalam. Beban pendingin dari luar diantaranya adalah penambahan kalor radiasi matahari melalui benda transparan, penambahan kalor konduksi matahari melalui dinding luar dan atap, penambahan kalor konduksi matahari melalui benda transparan seperti kaca, infiltrasi udara luar yang masuk ke dalam ruangan yang dikondisikan, ventilasi udara luar yang masuk kedalam ruangan yang dikondisikan.

Sedangkan beban pendingin dari dalam diantaranya adalah penambahan kalor karena ada orang yang berada di dalam ruangan yang dikondisikan, penambahan kalor karena ada cahaya tambahan di dalam ruangan yang dikondisikan, penambahan kalor karena adanya motor-motor listrik di dalam ruangan yang dikondisikan dan penambahan kalor karena adanya peralatan-peralatan listrik atau pemanas yang ada di dalam ruangan yang dikondisikan.

2.3.2 Analisa Beban Pendingin

Dalam menghitung beban pendingin ada beberapa cara yang bisa dilakukan. Diantaranya adalah Metode Fungsi Transfer (TFM= Transfer Function Method), Metoda Perbedaaan Temperatur Beban Pendingin (CLTD = Cooling Load Temperatur Difference) dan Metoda Perbedaan

Temperatur Ekuivalen Total (TETD = Total Equivalent Temperatur

Difference) Waktu Rata-rata (TA = Time Average). Dari ketiga metoda diatas hanya metoda CLTD yang sederhana dan bisa di hitung secara manual.


(32)

Sebelum melakukan perhitungan beban pendingin pada suatu ruangan yang dikondisikan, ada beberapa data yang harus dimiliki. Data-data yang harus dimiliki sebelum melakukan perhitungan beban pendingin adalah sebagai berikut :

1. Lokasi bangunan dan arahnya.

2. Konstruksi bangunan, hal ini dibutuhkan untuk mengetahui koefisien

perpindahan panas menyeluruh dari kontruksi bangunan.

3. Kondisi di luar gedung, misalnya apakah ada pelindung pohon atau

bangunan tinggi yang menghindari gedung dari paparan sinar matahari.

4. Kondisi design di dalam gedung, misalnya pada temperatur dan RH

berapa gedung akan dikondisikan. 5. Jadwal penghuni di dalam gedung.

6. Jumlah lampu dan peralatan listrik yang dipasang di dalam gedung. 7. Jadwal beroperasinya peralatan-peralatan di dalam gedung.

8. Kebocoran udara (infiltrasi) dan penambahan udara (ventilasi).

Informasi-informasi diatas akan digunakan sebagai parameter disaat melakukan perhitungan beban pendingin pada suatu ruangan. Berikut adalah prosedur dalam melakukan perhitungan beban pendingin suatu ruangan dengan menggunakan metoda CLTD :

A. Beban Pendingin dari Luar

1. Panas konduksi dari dingin, atap dan konduksi dari dinding

yang berbahan dapat ditulis dengan persamaan (Himsar Ambarita 2012 hal 69):

�� =�� (����)���� ……….(2.5)

Dimana Qs adalah beban pendingin (Watt) dan merupakan

beban sensibel. Sebagai catatan panas konduksi tidak mempunyai beban laten. U koefisien perpindahan panas untuk bahan dinding, atap dan kaca (Lihat Pada Lampiran).


(33)

CLTD adalah cooling load temperatur difference ditampilkan pada Lampiran 1 dan Lampiran 2 (Bahan ini akan disertakan sebagai bahan kedua di dalam skripsi ini). Data pada tabel ini adalah kondisi di USA pada 40ͦ LU di bulan july, dan untuk yang bukan lintang akan dikoreksi dengan persamaan berikut :

�������� = (����+��)�+ (25,5− ��) + (��−29,4)

Nilai LM akan disertakan di dalam Lampiran dan k adalah koreksi karena pengaruh warna = 1(gelap),= 0,83(medium),=0,65(cerah). Tr adalah temperatur ruangan yang direncanakan. Tm adalah temperatur udara luar maksimum – (beda temperatu harian/2).

2. Panas Transmisi dari dinding kaca dapat ditulis dengan

persamaan (Himsar Ambarita 2012 hal 69)

�� =�������� ……….(2.6)

Dimana A adalah luas penampang, dan SC adalah koefisienn baying (shading coefficient). SCL adalah solar cooling load factor ditampilkan pada Lampiran 5. Panas ini adalaah panas sensibel.

3. Panas dari atap, partisi dan lantai dapat ditulis dengan

persamaan (Himsar Ambarita 2012 hal 69)

�� =�� (��− ��) ………(2.7)

Dimana U dihitung berdasarkan bahan atap dan lantai.To

temperatur diluar ruangan yang dijaga pada temperatur Tr.

B. Beban Pendingin dari Dalam

1. Panas dari tubuh manusia di dalam ruangan

Tubuh manusia beraktivitas dan selalu mengeluarkan panas ke udara sekelilingnya. Terdapat dua jenis panas yang dikeluarkan oleh tubuh manusia yaitu panas laten dan panas sensibel. Masing-masing panas ini dapat dihitung dengan persamaan berikut (Himsar Ambarita 2012 hal 69) :


(34)

��= �� ( �����ℎ�������) ……….(2.9)

Sensibel heat gain dan laten heat gain adalah perkiraan panas sensibel dan panas laten yang akan dikeluarkan manusia. Datanya

ditampilkan pada gambar tabel berikut. Dan N adalah jumlah

manusia yang ada di ruangan. CLF adalah cooling load factor yang datanya ditampilkan pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Tingkat Panas yang Didapatkan dari Penghuni yang dikondisikan

Total Panas, W % Panas Sensibel

Panas Panas

Pancaran Panas/Sinar

Dewasa Disesuaikan Sensibel Laten

Tingkat

Aktivitas Male M/Fa W W Rendah V Tinggi V

Duduk di teater

Teater pertunjukkan

siang 115 95 65 30

Duduk di teater, malam

Teater pertunjukkan

malam 115 105 70 35 60 27

Duduk, pekerjaan

ringan

Kantor, hotel,

apartemen 130 115 70 45

Pekerjaan kantor yang cukup aktif Kantor, hotel,

apartemen 140 130 75 55

Berdiri, pekerjaan ringan; berjalan Toko serba ada;

toko retail 160 130 75 55 58 38

Berjalan, berdiri

Toko

obat, bank 160 145 75 70

Pekerjaan yang

menetap Restauran 145 160 80 80

Kerja cahaya

bangku Pabrik 235 220 80 140

Sedang

menari Aula tari 265 250 90 160 49 35

Berjalan 4.8 km/h; kerja mesin

ringan Pabrik 295 295 110 185

Bowling

Arena


(35)

Kerja berat Pabrik 440 425 170 255 54 19 Kerja

mesin berat;

penerangan Pabrik 470 470 185 285

Atletik

Gymnasiu

m 585 525 210 315

Sumber : ASHRAE bab 28

2. Panas dari lampu/penerangan

Lampu atau alat penerangan mengubah energi listrik menjadi cahaya, dan sebagian energi ini akan berubah menjadi panas. Sebagai catatan bola lampu akan terasa panas setelah dihidupkan beberapa lama. Besar panas yang dilepaskan bola lampu ke lingkungan adalah panas sensibel dan dapat dihitung menggunakan persamaan (Himsar Ambarita 2012 hal 70) :

�� =������������� ………(2.10)

Dimana W adalah daya total lampu, Ful lighting use, Fsa special allowance factor dan CLF adalah cooling load factor.

3. Panas dari motor listrik

Di dalam ruangan yang dikondisikan biasanya terdapat motor listrik. Contohnya motor penggerak pompa air. Untuk menghitung besar panasnya dapat menggunkan persamaan berikut (Himsar Ambarita 2012 hal 70):

�� =�������� ……….(2.11)

P adalah total daya motor, Ef factor efisiensi dan CLF adalah

cooling load factor.(Lampiran 6)

4. Panas dari peralatan dapur dan memasak

Biasanya terdapat kegiatan masak memasak di dapur yang akan memberikan beban pendingin ke dalam ruangan yang akan didinginkan. Beban pendingin dari hal tersebut dapat dihitung dengan persamaan berikut (Himsar Ambarita 2012 hal 70):


(36)

�� = ������������� ……….(2.12)

CLF cooling load factor yang ditampilkan pada Lampiran 6 5. Panas dari udara ventilasi dan udara infiltrasi

Persamaan yang bisa digunakan untuk menghitung panas sensibel dan panas laten dari tambahan udara ventilasi ini adalah sebagai berikut (Himsar Ambarita 2012 hal 70) :

�� = 1,23� (�0− ��) ………(2.13)

�� = 3010� (�0− ��) ……….(2.14)

Dan beban total adalah :

������ = 1,2�(ℎ0− ℎ�) ……….(2.15)

Dimana Q adalah laju aliran udara ventilasi.

2.4 Alasan Refrigerasi dan Pengkondisian Udara Penting

Pada saat ini issu global yang sedang berkembang adalah tentang Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dan pengurangan penggunaan konsumsi energi. Sesuai dengan hasil konvensi PBB mengenai perubahan iklim ada 6 jenis golongan Gas Rumah Kaca yaitu Karbondioksida (CO2), Dinitrooksida (N2O), Metana (CH4), sulfurhexaflorida (SF6), Ferflorokarbon (PFCS) dan Hidroflorokarbon (HFCS). Sesuai dengan hal diatas maka dapat disimpulkan kalau semua kegiatan manusia yang melepas gas-gas tersebut ke atmosfer adalah kegiatan emisi Gas Rumah Kaca.

Beberapa kepala Negara di dunia telah mengatakan komitmen dan berani menyebutkan angka pengurangan emisi. Misalnya pemerintah Jepang berkomitmen mengurangi emisi GRK sampai 25% dari tingkat keadaan tahun 1990. Indonesia juga mengatakan target penurunan emisi GRK ini. Pada pertemuan G-20 di Pittsburgh Amerika Serikat, 25 September 2009, Presiden SBY menyampaikan pidato bahwa Indonesia berkomitmen untuk mengurangi emisi GRK sebesar 26% dari tingkat Business As Usual (BAU) pada tahun 2020 dengan usaha sendiri dan sampai 41% dengan dukungan Internasional [12].


(37)

Dalam hal ini tindak lanjut dari Pemerintahan Republik Indonesia adalah dengan menyusun Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sesuai dengan Peraturan Presiden no.6/2011. Dan dalam menyokong kebijakan pemerintah pusat ini maka pemerintah daerah juga diinstruksikan unutk menyusun Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca dalam pencapaian target penurunan emisi GRK di seluruh wilayah Indonesia.

Berdasarkan fakta-fakta diatas menunjukkan kalau semua tindakan pengkonsumsian energi harus dilakukan penghematan.Tujuannya adalah untuk melakukan penyelamatan pelestarian lingkungan. Di kota-kota besar seperti Jakarta dan Medan konsumsi energi di hotel, supermarket, gedung industry lebih banyak dihabiskan karena pemakaian AC. Pemborosan energi oleh pemakaian AC ditambah banyak lagi karena instalasi pemasangan AC yang tidak sesuai dengan standarisasinya. Sehingga hal itu mengakibatkan pemborosan energi listrik.

Karena besarnya konsumsi energi untuk AC yang digerakkan oleh energi listrik dan berasal dari energi fosil, maka AC adalah salah satu kegiatan emisi GRK yang sangat significant. Maka salah satu target yang harus dilakukan adalah bagaimana mengurangi emisi GRK dari sektor sistim refrigerasi dan pengkondisian udara.

2.5Sumber Daya Energi 2.5.1 Sumber Energi

Sumber-sumber energi dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori umum – energi celestial atau sumber perolehan (income energy), yakni energi yang mencapai bumi dari angkasa luar, dan energi modal (capital energy), yakni energi yang telah ada di dalam bumi [6].Energi perolehan termasuk diantaranya adalah energi surya dan energi bulan, sedangkan sumber-sumber modal diantaranya adalah sumber energi atom dan panas bumi (geothermal).

Sumber-sumber energi celestial sebenarnya termasuk semua

sumber yang mungkin menyediakan energi untuk bumi dari angkasa luar.Di antaranya adalah elektromagnetik, energi partikel dan gravitasional dari bintang-bintang, planet-planet dan bulan begitu juga energi potensial


(38)

meteor yang sedang memasuki atmosfer bumi.Sumber energicelestial yang berguna hanyalah energi elektromagnetik dari mataharinya bumi, yang disebut sebagai energi surya langsung, serta energi potensial dari bulannya bumi yang mengalirkan pasang.

Energi surya langsung juga membangkitkan beberapa sumber energi tak langsung yang tidak terhabiskan. Pemasangan energi surya dengan rotasi bumi, menghasilkan beberapa arus konveksi besar dalam bentuk angina di atmosfer dan arus laut di samudera. Penyerapan energi surya juga membangkitkan gradien panas yang besar bahan, penguapan permukaan air menimbulkan awan yang bila terkondensasi menjadi hujan pada ketinggian yang cukup, akan menjadi sumber hidroelektrik atau tenaga air. Angin juga menimbulkan gelombang-gelombang lautan yang besar dan mempunyai potensi untuk membangkitkan energi.

Sumber utama energi modal yang digunakan sekarang ini adalah energi atom. Istilah energi atom yang dipakai disini, mempunyai arti sebagai energi yang dilepaskan sebagai hasil dari suatu reaksi tertentu yang melibatkan atom-atom termasuk energi nuklir dan kimia.

Sumber-sumber energi utama terakhir dari energi bahan bakar yang tersedia adalah energi geothermal (panas bumi). Sumber ini sebenarnya adalah energi thermal yang terperangkap dibawah dan di dalam lapisan-lapisan (crust) padat bumi. Energi ini mengejewantah sebagai uap, air panas, dan karang panas (hot rock) dan dilepaskan secara alamiah dalam bentuk fumarole, geyser, sumber air panas dan letusan gunung api. Meskipun dibawah kulit bumi tersebut terdapat cadangan energi termal yang sangat besar, belumlah memungkinkan untuk membornya melalui kulit bumi tersebut, walaupun beberapa percobaan telah dilakukan. Konsekensinya, cadangan energi geothermal yang terpakai hanyalah yang terdapat pada kantong-kantong yang terperangkat diantara kulit bumi, dan beberapa kantong yang terdapat di dekat active fault lines.

Pemanfaatan energi geothermal bukanlah suatu teknologi baru karena sumur uap geothermal pertama telah digali di Laderello, Italia pada tahun 1904 dan kapasitas pusat pembangkit itu sekarang adalah 370 MWe.


(39)

Perusahaan The Pacific Gas and Electric Company mengoperasikan

sebuah komplek tenaga geothermal berdaya 400 MWe di Geyserville,

California.

Beberapa sumber energi yang masih ada sampai sekarang adalah sebagai berikut :

a. Batubara

Sesuai dengan data dari Badan Geologi Kementerian ESDM pada tahun 2010, sumber daya batubara yang ada Indonesia adalah 104,8 milyar ton yang tersebar di seluruh Indonesia terutama di Kalimantan (51.9 milyar ton) dan Sumatera (52,5 milyar ton). Dari semua sumber daya batu bara yang ada dilaporkan bahwa cadangan batubara yang tersisa hanya 21,1 milyar ton (Kalimantan 9,9 milyar ton, Sumatera 11,2 milyar ton).

Dari data yang di dapatkan sekitar 22% dari batubara yang ada di Indonesia berkualitas rendah (low rank) dengan kandungan panas yang dimiliki kurang dari 5100 kkal/kg dan sebagian besar sekitar (66%) berkualitas medium (antara 5100 dan 6100 kkal/kg) serta hanya sekitar (12%) yang berkualitas tinggi (6100–7100 kkal/kg). Walaupun cadangan batubara Indonesia tidak terlalu besar, namun tingkatan produksi batubara di Indonesia tergolong sangat tinggi, yaitu mencapai 370 juta ton pada tahun 2011.Sebagian besar dari produksi batubara tersebut diekspor ke China, India, Jepang, Korea Selatan, Taiwan dan negara lainnya. Diperkirakan produksi pada tahun-tahun berikutnya akan mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya kebutuhan domestik dan semakin tingginya harga jual batubara internasional. Namun jika produksi tahunan dari batubara sekitar 400 juta ton maka dapat diperkirakan cadangan batubara Indonesia yang tinggal hanya sekitar 21,1 milyar dapat habis dalam waktu 50 tahun kedepan kalau tidak dilakukan eksplorasi yang baru. Untuk menjaga pasokan kebutuhan batubara domestic yang semakin meningkat Pemerintah telah menerapkan kebijakan Domestic Market Obligation (DMO) yang


(40)

mewajibkan produsen batubara untuk menjual sebagian produksinya ke pemakai dalam negeri.

PLN pada saat ini telah dapat mengelola pasokan batubara dengan lebih baik dari aspek kecukupan dan kualitas. Harga batubara di pasar internasional yang cenderung turun sepanjang tahun 2012 akibat melemahnya demand batubara global telah membuat ketersediaan batubara untuk pasar domestic meningkat.

Untuk sumber energi dari batubara sendiri saat ini terdapat rencana pengembangan beberapa PLTU mulut tambang di Sumatera. Yang dimaksud PLTU mulut tambang disini adalah PLTU batubara yang berlokasi di dekat tambang batubara yang mempunyai low rank tapi tidak mempunyai infrastruktur transportasi yang memadai mengangkut

batubara secara besar-besaran, sehingga batubara low rank pada

tambang tersebut pada dasarnya menjadi tidak tradable. Sesuai

dengan hal itu harga batubara untuk PLTU diharapkan disesuaikan dengan formula cost plus.

PLTU batubara ditujukan unutk mengatasi haraga batubara yang termasuk rendah dibandingkan harga bahan bakar fosil lainnya.Tetapi akibat dari pembakaran batubara dapat mengahasilkan emisi gas karbon yang bisa menimbulkan efek pemanasan global dan juga selain itu dapat menyebabkan dampak negatif pada lingkungan. Maka pengembangan dari PLTU batubara harus memperhitungkan dampak negatif yang bisa ditimbulkan terhadap lingkungan. Di dalam pengembangan PLTU batubara terdapat penggunaan teknologi ultra supercritical yang menjadi perhatian khusus PLN dalam merencanakan PLTU skala besar di pulau Jawa,Bali dan Sumatera. Beberapa teknologi bersih batubara seperti IGCC dan CCs yang belum bisa disosialisasikan karena belum mencukupi tahapan yang matang secara teknik dan komersial.

b. Gas Alam

Dari data yang di dapat cadangan gas alam yang terdapat di Indonesia diperkirakan sekitar 164,99 Tscf yang tersebar di beberapa tempat


(41)

seperti Natuna(53,06 Tscf), Tangguh Irian (53,06 Tscf), Sumsel (26,68 Tscf), kaltim (21,49 Tscf). Namun walaupun mempunyai pasokan gas yang cukup banyak, pihak PLN masih mengakami kesulitan dalam persoalan memasok pasokan gas ke pembangkit dan juga PLN mempunyai masalah dalam mengakses ke sumber-sumber gas alam yang besar karena sudah terikat kontrak jangka panjang dengan pembeli luar negri. Dan inilah sebenarnya tugas wajib dari pemerintah supaya Negara kita bisa memiliki sumber daya alam yang kita miliki sendiri. Namun demikian PLN terus berupaya untuk memperoleh pasokan gas dari sumber sumber tersebut dan mulai menunjukkan hasil. Sebagai contoh, PLN telah memperoleh pasokan LNG dari Bontang untuk FSRU Jakarta yang memasok Muara Karang dan Priok, dan PLN telah memperoleh indikasi pasokan LNG dari Tangguh untuk dikirim ke Arun.

Dalam mengatasai hal ini PLN juga memberlakukan cara dengan mengurangi pemakaian BBM pada pembangkit dan mencoba mencari alternatif baru beralih ke CNG dan LNG.

LNG (liquifi ed Natural Gas) dan Mini-LNG

Dikarenakan harga gas alam dan LNG yang tergolong mahal maka membutuhkan biaya yang sangat besar untuk digunakan dalam skala besar. Dalam hal itu PLN merencanakan menggunakan LNG unutk pembangkit beban puncak di daerah Sumatera, Jawa-Bali. Karena didaerah ini listrik harus tetap berjalan. Sementara didaerah Indonesia bagian Timur PLN mencanagkan menggunakan mini LNG sebagai pembangkit beban puncak. Berikut beberapa proyek di Indonesia yang menggunakan LNG.

1. Arun

Berhubung rencana pemerintah untuk merevitalisasi Arun, maka akan tersedia persedian LNG di Arun. Dalam hal ini PLN berencana memanfaatkan gas yang tersedia di Arun menjadi pembangkit sebesar 200 MW di Arun dan Pangkalan Brandan sebesar 200 MW. Persediaan


(42)

gas di Arun juga akan disalurkan ke Belawan dan PLTG di Paya Pasir. Untuk semua kebutuhan gas tersebut adalah sekitar 12,5 bbtud di Arun, 12,5 bbtud di Pangkalan Brandan, 75 bbtud di Belawan dan 10 bbtud di Paya Pasir.

2. Gas Jabung (Jambi)

Dari data yang di dapat ada sekitar 20-30 bbtud persedian gas di lapangan Jabung Jambi yang bisa tahan sampai 7 tahun kedepan. PLN menginginkan gas tersebut bisa dikonversi menjadi mini LNG untuk bisa dimanfaatkan memenuhi kebutuhan beban puncak di Sumatera Bagian Selatan tersebut sebesar 500 MW pada tahun 2015.

Adapun rencana pemanfaatan LNG/mini-LNG di Indonesia Timur adalah sebagai berikut.

Simenggaris: PLN akan mengambil gas dari Simenggaris yang dijadikan LNG untuk memasok pembangkit peaker di Kalimantan Timur, yaitu Tanjung Batu, Sambera dan Batakan.

Untuk memenuhi kebutuhan gas pembangkit peaker di Indonesia Timur lainnya, PLN memerlukan gas dalam bentuk mini LNG dari lapangan Sengkang (Wasambo) atau Pagerungan atau KEI (Kangean)

untuk dikirim ke pembangkit peaking di Makasar 150 MW, Manado

50 MW dan Pesanggaran Bali 250 MW.

CNG (Compressed Natural Gas)

CNG pada mulanya dimaksudkan untuk memanfaatkan potensi sumur-sumur gas dengan kapasitas relatif kecil maupun sumur-sumur gas marginal, namun kemudian PLN juga memutuskan untuk menggunakan CNG skala besar untuk pembangkit di Jawa. PLN telah memetakan potensi

pemanfaatan CNG untuk pembangkit peaking di Indonesia Barat,

Indonesia Timur dan Jawa.

Saat ini sedang dibangun CNG storage oleh pemasok gas di Sumatera


(43)

Baring (50 MW), yang diharapkan mulai beroperasi pada akhir tahun 2012.

Rencana pemanfaatan CNG lainnya di Indonesia Barat adalah: a. CNG Sungai Gelam dengan kapasitas sebesar 4,5 bbtud akan digunakan

untuk pembangkit peaker 104 MW. b. CNG dari gas Jambi Merang

sebesar 15 bbtud akan dialokasikan untuk pembangkit peaker di Duri

dengan kapasitas sekitar 312 MW. c. CNG untuk pembangkit peaker

di Jambi dengan kapasitas sebesar 100 MW. d. CNG untuk pembangkit peaker di Lampung dengan kapasitas sebesar 200 MW. Rencana pemanfaatan CNG di Indonesia Timur adalah pembangkit

peaker Bangkanai di Kalimantan Tengah (CNG stationary) dan Lombok (CNG marine).Untuk Pulau Jawa, kebutuhan gas dalam bentuk CNG adalah sebagai berikut:a. Grati sebanyak 30 bbtud untuk

PLTG peaking Grati, b. Tambak Lorok sebanyak 16 bbtud untuk

mengoperasikan sebagian dari PLTGU sebagai pembangkit peaking, c.

Gresik sebanyak 20 bbtud untuk mengoperasikan pembangkit peaking

dan sebagian CNG untuk dikirim ke Lombok, d. Muara Tawar sebanyak 30 bbtud untuk memenuhi kebutuhan operasi peaking.

Coal Bed Methane (CBM)

Reserve gas CBM diperkirakan lebih besar daripada reserve gas konvensional, terutama di Selatan Sumatera Basin (183 Tcf) dan Kutai Basin.PLN berkeinginan untuk memanfaatkan gas non-konvensional ini apabila telah tersedia dalam jumlah yang cukup.Studi yang telah dilakukan oleh PLN bersama Exxon-Mobil mengenai pengembangan CBM di Kalimantan Selatan untuk kelistrikan di Indonesia telah memberikan pemahaman mengenai keekonomian gas CBM ini.Reserve gas CBM diperkirakan lebih besar daripada reserve gas konvensional, terutama di Selatan Sumatera Basin (183 Tcf) dan Kutai Basin.PLN berkeinginan untuk memanfaatkan gas non-konvensional ini apabila telah tersedia dalam jumlah yang cukup.Studi yang telah dilakukan oleh PLN bersama Exxon-Mobil mengenai pengembangan


(44)

CBM di Kalimantan Selatan untuk kelistrikan di Indonesia telah memberikan pemahaman mengenai keekonomian gas CBM ini.

c. Panas Bumi

Beberapa data tentang laporan studi mengenai resource dan reserve

tenaga panas bumi di Indonesia. Salah satu dari laporan studi oleh

BaratJEC pada tahun 2007 Master Plan Study for Geothermal Power

Development in the Republic of Indonesia .Dari laporan tersebut, potensi panas bumi Indonesia yang dapat dieksploitasi adalah 9.000 MW, tersebar di 50 lapangan, dengan potensi minimal 12.000 MW. Di dalam skripsi ini juga menjelaskan terdapat rencana untuk mengembangkan banyak proyek PLTP, terutama di Sumatera, Jawa dan beberapa di Sulawesi Utara dan Nusa Tenggara dan Maluku. Dalam hal ini Pemerintah menugaskan kepada PLN untuk mengembangkan pembangkit listrik berbahan bakar batubara dan energi terbarukan sesuai Peraturan Presiden No. 4/2010 dan Peraturan Menteri ESDM No. 02/2010, Peraturan Menteri ESDM No. 15/2010, Peraturan Menteri ESDM No. 01/201242 terdapat hampir 4000 MW proyek PLTP. Namun kenyataannya proyek PLTP tersebut tidak berjalan lancar seperti yang diharapkankarena PLN berharap masalah-masalah yang menghambat pengembangan panas bumi dapat segera diatasi.

d. Tenaga Air

Potensi tenaga air yang terdapat di Indonesia menurut Hydro Power Potential Study (HPPS) pada tahun 1983 adalah 75.000 MW, dan penelitian ini kembali diulang oleh Hydro Power Inventory Study pada

tahun 1993. Namun pada laporan Master Plan Study for Hydro Power

Development in Indonesia oleh Nippon Koei pada tahun 2011, potensi tenaga air yang dimiliki oleh Indonesia adalah 26.321 MW, yang terdiri dari proyek yang sudah beroperasi (4.338 MW), proyek yang


(45)

sudah direncanakan dan sedang konstruksi (5.956 MW) dan potensi baru (16.027 MW).

Seiring dengan menipisnya sumber – sumber energi yang maka harus dilakukan langkah taksis dalam mengatasi permasalahan tersebut.Dalam hal ini ada dua hal yang bisa dilakukan yaitu mencari sumber-sumber energi terbarukan atau melakukan efisiensi dalam pemakaian energi tersebut.

e. Energi Baru dan Terbarukan Lainnya

Selain dari sumber energi yang sudah ada terdapat juga sumber energi dalam bentuk yang berbeda seperti energi matahari dan energi kelautan. Besarnya potensi dan pemanfaatan energi terbarukan dapat dilihat pada Tabel 2.2 dam 2.3.

Tabel 2.2 Potensi dan pemanfaatan energi terbarukan

Jenis Satuan Potensi Developed %

PLTP MW 27,140 827 3.047

PLTA MW 75,000 4,125 5.500

PLT Surya GW 1,200 0.001

PLT Angin MW 9,290 1 0.006

Biomassa MW 49,810 445 0.9

Biogas MW 680

Gambut 10^6 BOE 16,880

Tidal MW 240,00

Sumber : Rencana Penyedian Tenaga Listrik 2009-2018

Tabel 2.3 Potensi dan pemanfaatan energi terbarukan

NO Terbarukan Sumber Daya Kapasitas Terpasang %


(46)

2 Biomasssa 49.810 MWe 445,0 MWe 0,89

3 Tenaga Surya 4,80

kWh/m2/hari

12,1 MWe -

4 Tenaga Angin 9.290 MWe 1,1 MWe 0,1

5 Kelautan 240 GWe 1,1 MWe 0,1

Sumber : Rencana Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021

2.5.2 Elastisitas Energi

Elastisitas energi adalah hasil dari perbandingan antara laju pertumbuhan konsumsi energi dengan laju pertumbuhan ekonomi. Semakin kecil angka elastisitas, maka semakin efisien penggunaan energi di suatu negara.

Dari data Statistik Ekonomi Energi Departemen Energi Sumberdaya Dan Mineral (DESDM) menggambarkan kalau tingkat elastisitas pertumbuhan konsumsi energi di Indonesia dalam rentang tahun 1991-2005 sekitar 2,02. Hal ini menunjukkan kalau tingkat efisiensi elastisitas energi di Indonesia masih kecil dibandingkan Negara-negara lainnya.Efisiensi elastisitas energi diharapkan mencapai angka kurang dari 1, yang menunjukkan tingkat efisiensi tinggi. Angka ini sangat jauh bila dibandingkan dengan elastisitas energi negara-negara maju. Bahkan Jerman dapat mencapai elastisitas (-0.12) dalam kurun waktu 1998–2003 (DESDM 2006). Energi di Indonesia masih banyak digunakan untuk kegiatan yang tidak menghasilkan, tercermin dari tingginya elastisitas energi Indonesia. Perbandingan elastisitas dan intensitas pemakaian energi sejumlah negara periode tahun 1998-2003 diperlihatkan pada Gambar 2.3 dan Gambar 2.4.


(47)

Sumber : DESDM, 2006

Gambar 2.3: Perbandingan elastisitas pemakaian energi sejumlah Negara tahun 1998-2003

Dari grafik diatas dapat dilihat nilai intensitas Indonesia 1,84 yang sangat jauh diatas dari beberapa negara lainnya. Hal ini menunjukkan laju pertumbuhan konsumsi energi yang jauh diatas laju pertumbuhan eknomi. Maka harus diadakan tindakan untuk mensiasati permasalahan ini untuk menekan angka elastisitas menjadi lebih kecil.


(48)

Sumber: kementrian ESDM, 2009

Gambar 2.4: Perbandingan penggunaan intensitas pemakaian energi primer beberapa Negara

Selanjutnya pada Gambar 2.5 dapat disimpulkan kalau intensitas konsumsi energi akhir per kapita di Indonesia terkesan mengalami peningkatan. Pada tahun 2000, intensitas konsumsi energi akhir per kapita sebesar 2.26 SBM per kapita kemudian meningkat menjadi 2.82 pada tahun 2008. Hal ini menunjukkan bahwa dalam kurun waktu 8 tahun, terjadi peningkatan pemborosan penggunaan energi sebesar 24.78 persen.


(49)

Sumber: kementrian ESDM, 2009

Gambar 2.5. Intensitas konsumsi energi akhir Per Kapita di Indonesia, tahun 2000-2008

Dari aspek harga energi memperlihatkan kalau harga energi di Indonesia belum menyentuh harga yang seharusnya.Hal ini dikerenakan harga energi di Indonesia masih di subsidi oleh Negara. Beberapa dampak negatif masih di subsidi oleh pemerintah adalah : (1) tingginya ketergantungan pada sumber energi minyak bumi yang ditunjukkan oleh dominasi minyak bumi dalam kombinasi pasokan sumber energi domestik (energi mix). Sinyal harga yang rendah tersebut menjadi disinsentif bagi usaha diversifikasi maupun konservasi (penghematan) energi, (2) Subsidi BBM di APBN mengancam keberlangsungan fiskal (fiscal sustainability) pemerintah, (3) tidak optimalnya pemanfaatan sumber energi lain, baik fosil energi seperti gas alam dan batu bara yang cadangannya jauh lebih besar dari minyak bumi maupun energi baru dan terbarukan, (4) maraknya penyelundupan BBM ke luar negeri sehingga tingkat permintaan lebih tinggi dibandingkan dengan kebutuhan nyata di sektor transportasi, industri, dan rumahtangga, (5) maraknya kegiatan pengoplosan BBM yang merugikan negara dan konsumen umum, dan (6) sinyal harga mendistorsi kelayakan investasi di sektor hilir migas [20].

Beberapa kendala dalam penyediaan energi di Indonesia adalah karena teknologi yang digunakan belum terlalu memadai atau mendukung serta investasi dalam bidang energi di Indonesia yang masih kurang [20].


(50)

Karena teknologi yang belum mendukung banyak aktivitas eksplorasi minyak di Indonesia terpaksa diberikan kepada kontraktor perusahaan minyak asing dengan sistem kontrak produksi sharing (KPS) dengan skema pembagian 85 persen untuk pemerintah pusat dan 15 persen untuk kontraktor. Hal ini menunjukkan bahwa kita sebagai Negara Indonesia belum bisa menikmati sepenuhnya sumber daya alam yang kita miliki.

Sementara itu investasi energi masih terbatas.Hal ini terlihat dengan jumlah kilang minyak yang berproduksi di Indonesia. Berdasarkan data Kementrian Energi Sumber Daya Mineral tahun 1990-2008 menunjukkan pertumbuhan rata-rata jumlah kilang minyak sebesar 1.39 persen dari 8 kilang minyak tahun 1990-2003 menjadi 10 kilang minyak tahun 2007- 2008. Penyebab rendahnya investasi di Indonesia dalam bidang energi disebabkan : (1) regulatory environment problem, karena berbagai peraturan menciptakan ketidakpastian dan inkonsistensi sehingga menciptakan regulatory risk yang besar sehingga menjadi disensentif bagi investor dalam dan luar negeri, (2) pricing policy problem, kecenderung penetapan harga di dalam negeri yang rendah sehingga tidak menarik bagi investor dan ini mensyaratkan agar harga energi menjadi masalah

strategik, (3) high cost economy, dengan proses pasar energi yang

menyangkut perencanaan proyek di Indonesia perlu dibangun suatu proses menyeluruh yang dapat dipertanggungjawabkan dan terbuka sehingga para investor dapat menghemat biaya dan efisien dalam melakukan proses eksplorasi, (4) inconsistency tax sistem, ada inkonsistensi di bidang perpajakan yang berkaitan dengan implementasi regulasi baru, dan (5)

limited infrastructure, infrastruktur jalan, transmisi, transportasi, dan pelabuhan yang menghubungkan wilayah eksplorasi dan distribusi dirasakan sangat kurang sehingga menghambat investasi [20].

Seiring dengan ketersediaan energi fosil yang semakin langka, karena merupakan energi yang tidak dapat diperbaharui, dewasa ini berbagai negara di dunia, termasuk Indonesia, kembali menggalakkan penggunaan energi biomass sebagai salah satu energi yang dapat diperbaharui. Biomass merupakan seluruh bahan organik, berasal dari


(1)

Tabel 36 Juli beban Pendingin Tenaga Surya untuk menerangi kaca

40°Lintang Utara

Zona Tipe A

Arah Jam

Waktu Tenaga Surya

Kaca 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

N 0 0 0 0 3 79 85 88 101 110 120 126 126 123 113 98 98 113 38 19 9 3 3 0

NE 0 0 0 0 6 268 406 422 353 236 173 151 139 126 117 101 82 57 22 9 6 3 0 0

E 0 0 0 0 6 293 495 583 576 485 334 211 167 142 123 104 82 57 22 9 6 3 0 0

SE 0 0 0 0 3 148 299 413 473 473 413 306 198 154 129 107 85 57 22 9 6 3 0 0

S 0 0 0 0 0 28 54 79 129 202 268 306 302 265 198 132 98 63 25 13 6 3 0 0

SW 0 0 0 0 0 28 54 76 95 110 123 202 318 419 476 479 419 293 110 54 25 13 6 3

W 3 0 0 0 0 28 54 76 95 110 120 126 205 359 498 589 605 491 180 85 41 19 9 6

NW 3 0 0 0 0 28 54 76 95 110 120 126 126 158 265 381 450 410 145 69 35 16 9 3

Hor 0 0 0 0 0 76 217 378 532 665 759 810 816 772 684 554 394 221 91 44 22 9 6 3

Zona Tipe B

Arah Jam

Waktu Tenaga Surya

Kaca 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

N 6 6 3 3 3 69 72 76 88 101 110 117 120 117 110 101 98 110 50 32 22 16 13 9

NE 6 3 3 3 6 230 343 365 318 230 183 164 151 142 129 113 95 72 41 28 19 16 9 9

E 6 6 3 3 6 252 419 501 510 450 331 233 198 173 151 129 107 79 47 32 22 16 13 9

SE 6 6 3 3 3 126 255 353 413 422 384 302 217 183 154 132 110 82 47 32 25 19 13 9

S 6 6 3 3 3 25 47 66 113 176 233 271 274 249 198 145 117 85 50 35 25 19 13 9

SW 19 16 13 9 6 28 50 69 85 98 113 183 280 369 425 435 397 296 145 98 66 47 35 25

W 25 19 16 13 9 28 50 69 85 98 110 117 186 318 438 523 545 463 208 135 95 66 47 35

NW 19 16 13 9 6 28 50 69 85 98 107 117 117 145 239 340 403 375 161 104 69 50 35 25

Hor 25 19 16 13 9 69 189 328 463 583 674 734 753 731 668 567 432 284 167 117 85 60 44 35

Zona Tipe C

Arah Jam

Waktu Tenaga Surya

Kaca 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

N 16 16 13 13 13 76 72 76 85 95 104 107 110 107 101 91 91 107 44 32 25 22 19 19

NE 22 19 19 16 19 236 334 337 277 192 154 148 142 135 126 113 98 79 50 41 35 32 28 25

E 28 25 25 22 25 261 410 466 457 391 280 195 176 164 148 135 117 95 63 54 47 41 38 35

SE 28 25 22 19 19 142 258 337 381 381 337 258 186 161 148 132 113 91 60 50 44 41 35 32

S 22 22 19 16 16 38 57 72 113 170 221 249 249 221 170 126 104 82 50 41 38 32 28 25

SW 44 38 35 32 28 47 66 82 91 104 113 180 271 347 391 394 350 252 117 88 72 63 54 47

W 54 47 41 38 35 54 69 85 98 107 113 117 186 309 416 482 491 403 158 110 88 76 66 60

NW 38 35 32 28 25 44 63 79 91 101 107 113 113 139 230 321 372 337 123 82 66 54 47 41

Hor 76 66 60 54 50 107 214 337 454 551 627 668 677 652 595 504 387 261 167 139 120 107 95 85

Zona Tipe D


(2)

Arah Jam

Waktu Tenaga Surya

Kaca 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

N 25 22 19 19 19 66 66 66 76 85 91 98 101 98 95 88 91 101 54 44 38 35 32 28

NE 35 32 28 25 28 198 274 284 243 183 154 151 145 139 132 123 110 91 69 60 54 47 44 38

E 47 41 38 35 35 221 337 387 391 347 268 205 189 180 167 151 135 117 91 79 69 63 57 50

SE 44 41 35 32 32 123 214 284 321 328 299 246 189 173 161 148 132 110 85 76 66 60 54 50

S 35 32 28 25 22 38 54 66 101 145 186 211 217 198 164 129 113 95 69 60 54 47 44 38

SW 66 60 54 47 44 57 69 79 88 98 107 161 233 296 334 343 315 246 142 117 104 91 82 72

W 79 72 63 57 54 66 76 88 95 104 107 110 167 265 353 410 425 365 180 145 123 110 98 88

NW 57 50 47 41 38 54 66 76 85 95 101 104 107 129 202 274 318 296 132 104 91 79 69 63

Hor 117 104 95 85 76 120 202 299 391 473 539 583 602 592 554 491 403 302 227 198 176 158 142 129

Notes: 1.Values are in W/m2 .

2. Apply data directly to standard double strength glass with no inside shade.

3.Data applies to 21st day of July.

4.For other types of glass and internal shade, use shading coefficients as multiplier. See text. For externally shaded glass, use north orientation. See text.


(3)

Tabel 37 Faktor Beban Pendingin dari manusia dan peralatan

Jam

Nomor Urut dari Jam setelah Masuk ke ruangan atau Peralatan dihidupkan

kerja 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

Zona Tipe A

2 0.75 0.88 0.18 0.08 0.04 0.02 0.01 0.01 0.01 0.01 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 4 0.75 0.88 0.93 0.95 0.22 0.10 0.05 0.03 0.02 0.02 0.01 0.01 0.01 0.01 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 6 0.75 0.88 0.93 0.95 0.97 0.97 0.23 0.11 0.06 0.04 0.03 0.02 0.02 0.01 0.01 0.01 0.01 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 8 0.75 0.88 0.93 0.95 0.97 0.97 0.98 0.98 0.24 0.11 0.06 0.04 0.03 0.02 0.02 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.00 0.00 0.00 0.00 10 0.75 0.88 0.93 0.95 0.97 0.97 0.98 0.98 0.99 0.99 0.24 0.12 0.07 0.04 0.03 0.02 0.02 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.00 0.00 12 0.75 0.88 0.93 0.96 0.97 0.98 0.98 0.98 0.99 0.99 0.99 0.99 0.25 0.12 0.07 0.04 0.03 0.02 0.02 0.02 0.01 0.01 0.01 0.01 14 0.76 0.88 0.93 0.96 0.97 0.98 0.98 0.99 0.99 0.99 0.99 0.99 1.00 1.00 0.25 0.12 0.07 0.05 0.03 0.03 0.02 0.02 0.01 0.01 16 0.76 0.89 0.94 0.96 0.97 0.98 0.98 0.99 0.99 0.99 0.99 0.99 1.00 1.00 1.00 1.00 0.25 0.12 0.07 0.05 0.03 0.03 0.02 0.02 18 0.77 0.89 0.94 0.96 0.97 0.98 0.98 0.99 0.99 0.99 0.99 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 0.25 0.12 0.07 0.05 0.03 0.03

Zona Tipe B

2 0.65 0.74 0.16 0.11 0.08 0.06 0.05 0.04 0.03 0.02 0.02 0.01 0.01 0.01 0.01 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 4 0.65 0.75 0.81 0.85 0.24 0.17 0.13 0.10 0.07 0.06 0.04 0.03 0.03 0.02 0.02 0.01 0.01 0.01 0.01 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 6 0.65 0.75 0.81 0.85 0.89 0.91 0.29 0.20 0.15 0.12 0.09 0.07 0.05 0.04 0.03 0.02 0.02 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.00 0.00 8 0.65 0.75 0.81 0.85 0.89 0.91 0.93 0.95 0.31 0.22 0.17 0.13 0.10 0.08 0.06 0.05 0.04 0.03 0.02 0.02 0.01 0.01 0.01 0.01 10 0.65 0.75 0.81 0.85 0.89 0.91 0.93 0.95 0.96 0.97 0.33 0.24 0.18 0.14 0.11 0.08 0.06 0.05 0.04 0.03 0.02 0.02 0.01 0.01 12 0.66 0.76 0.81 0.86 0.89 0.92 0.94 0.95 0.96 0.97 0.98 0.98 0.34 0.24 0.19 0.14 0.11 0.08 0.06 0.05 0.04 0.03 0.02 0.02 14 0.67 0.76 0.82 0.86 0.89 0.92 0.94 0.95 0.96 0.97 0.98 0.98 0.99 0.99 0.35 0.25 0.19 0.15 0.11 0.09 0.07 0.05 0.04 0.03 16 0.69 0.78 0.83 0.87 0.90 0.92 0.94 0.95 0.96 0.97 0.98 0.98 0.99 0.99 0.99 0.99 0.35 0.25 0.19 0.15 0.11 0.09 0.07 0.05 18 0.71 0.80 0.85 0.88 0.91 0.93 0.95 0.96 0.97 0.98 0.98 0.99 0.99 0.99 0.99 0.99 1.00 1.00 0.35 0.25 0.19 0.15 0.11 0.09

Zona Tipe C

2 0.60 0.68 0.14 0.11 0.09 0.07 0.06 0.05 0.04 0.03 0.03 0.02 0.02 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 4 0.60 0.68 0.74 0.79 0.23 0.18 0.14 0.12 0.10 0.08 0.06 0.05 0.04 0.04 0.03 0.02 0.02 0.02 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 6 0.61 0.69 0.74 0.79 0.83 0.86 0.28 0.22 0.18 0.15 0.12 0.10 0.08 0.07 0.06 0.05 0.04 0.03 0.03 0.02 0.02 0.01 0.01 0.01 8 0.61 0.69 0.75 0.79 0.83 0.86 0.89 0.91 0.32 0.26 0.21 0.17 0.14 0.11 0.09 0.08 0.06 0.05 0.04 0.04 0.03 0.02 0.02 0.02 10 0.62 0.70 0.75 0.80 0.83 0.86 0.89 0.91 0.92 0.94 0.35 0.28 0.23 0.18 0.15 0.12 0.10 0.08 0.07 0.06 0.05 0.04 0.03 0.03 12 0.63 0.71 0.76 0.81 0.84 0.87 0.89 0.91 0.93 0.94 0.95 0.96 0.37 0.29 0.24 0.19 0.16 0.13 0.11 0.09 0.07 0.06 0.05 0.04 14 0.65 0.72 0.77 0.82 0.85 0.88 0.90 0.92 0.93 0.94 0.95 0.96 0.97 0.97 0.38 0.30 0.25 0.20 0.17 0.14 0.11 0.09 0.08 0.06 16 0.68 0.74 0.79 0.83 0.86 0.89 0.91 0.92 0.94 0.95 0.96 0.96 0.97 0.98 0.98 0.98 0.39 0.31 0.25 0.21 0.17 0.14 0.11 0.09 18 0.72 0.78 0.82 0.85 0.88 0.90 0.92 0.93 0.94 0.95 0.96 0.97 0.97 0.98 0.98 0.99 0.99 0.99 0.39 0.31 0.26 0.21 0.17 0.14

Zona Tipe D

2 0.59 0.67 0.13 0.09 0.08 0.06 0.05 0.05 0.04 0.04 0.03 0.03 0.02 0.02 0.02 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.00 4 0.60 0.67 0.72 0.76 0.20 0.16 0.13 0.11 0.10 0.08 0.07 0.06 0.05 0.05 0.04 0.03 0.03 0.03 0.02 0.02 0.02 0.01 0.01 0.01 6 0.61 0.68 0.73 0.77 0.80 0.83 0.26 0.20 0.17 0.15 0.13 0.11 0.09 0.08 0.07 0.06 0.05 0.05 0.04 0.03 0.03 0.03 0.02 0.02 8 0.62 0.69 0.74 0.77 0.80 0.83 0.85 0.87 0.30 0.24 0.20 0.17 0.15 0.13 0.11 0.10 0.08 0.07 0.06 0.05 0.05 0.04 0.04 0.03 10 0.63 0.70 0.75 0.78 0.81 0.84 0.86 0.88 0.89 0.91 0.33 0.27 0.22 0.19 0.17 0.14 0.12 0.11 0.09 0.08 0.07 0.06 0.05 0.05 12 0.65 0.71 0.76 0.79 0.82 0.84 0.87 0.88 0.90 0.91 0.92 0.93 0.35 0.29 0.24 0.21 0.18 0.16 0.13 0.12 0.10 0.09 0.08 0.07 14 0.67 0.73 0.78 0.81 0.83 0.86 0.88 0.89 0.91 0.92 0.93 0.94 0.95 0.95 0.37 0.30 0.25 0.22 0.19 0.16 0.14 0.12 0.11 0.09 16 0.70 0.76 0.80 0.83 0.85 0.87 0.89 0.90 0.92 0.93 0.94 0.95 0.95 0.96 0.96 0.97 0.38 0.31 0.26 0.23 0.20 0.17 0.15 0.13 18 0.74 0.80 0.83 0.85 0.87 0.89 0.91 0.92 0.93 0.94 0.95 0.95 0.96 0.97 0.97 0.97 0.98 0.98 0.39 0.32 0.27 0.23 0.20 0.17 Note: See Table 35 forzone type. Data based on a radiative/convective fraction of 0.70/0.30.


(4)

Tabel 38 Faktor Beban Pendingin dari Lampu

Lampu Nomor ururt Jam setelah Lampu Hidup

Hidup 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

Zona Tipe A

8 0.85 0.92 0.95 0.96 0.97 0.97 0.97 0.98 0.13 0.06 0.04 0.03 0.02 0.02 0.02 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 10 0.85 0.93 0.95 0.97 0.97 0.97 0.98 0.98 0.98 0.98 0.14 0.07 0.04 0.03 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.01 0.01 0.01 0.01 12 0.86 0.93 0.96 0.97 0.97 0.98 0.98 0.98 0.98 0.98 0.98 0.98 0.14 0.07 0.04 0.03 0.03 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 14 0.86 0.93 0.96 0.97 0.98 0.98 0.98 0.98 0.98 0.98 0.99 0.99 0.99 0.99 0.15 0.07 0.05 0.03 0.03 0.03 0.02 0.02 0.02 0.02 16 0.87 0.94 0.96 0.97 0.98 0.98 0.98 0.99 0.99 0.99 0.99 0.99 0.99 0.99 0.99 0.99 0.15 0.08 0.05 0.04 0.03 0.03 0.03 0.02

Zona Tipe B

8 0.75 0.85 0.90 0.93 0.94 0.95 0.95 0.96 0.23 0.12 0.08 0.05 0.04 0.04 0.03 0.03 0.03 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.01 10 0.75 0.86 0.91 0.93 0.94 0.95 0.95 0.96 0.96 0.97 0.24 0.13 0.08 0.06 0.05 0.04 0.04 0.03 0.03 0.03 0.03 0.02 0.02 0.02 12 0.76 0.86 0.91 0.93 0.95 0.95 0.96 0.96 0.97 0.97 0.97 0.97 0.24 0.14 0.09 0.07 0.05 0.05 0.04 0.04 0.03 0.03 0.03 0.03 14 0.76 0.87 0.92 0.94 0.95 0.96 0.96 0.97 0.97 0.97 0.97 0.98 0.98 0.98 0.25 0.14 0.09 0.07 0.06 0.05 0.05 0.04 0.04 0.03 16 0.77 0.88 0.92 0.95 0.96 0.96 0.97 0.97 0.97 0.98 0.98 0.98 0.98 0.98 0.98 0.99 0.25 0.15 0.10 0.07 0.06 0.05 0.05 0.04

Zona Tipe C

8 0.72 0.80 0.84 0.87 0.88 0.89 0.90 0.91 0.23 0.15 0.11 0.09 0.08 0.07 0.07 0.06 0.05 0.05 0.05 0.04 0.04 0.03 0.03 0.03 10 0.73 0.81 0.85 0.87 0.89 0.90 0.91 0.92 0.92 0.93 0.25 0.16 0.13 0.11 0.09 0.08 0.08 0.07 0.06 0.06 0.05 0.05 0.04 0.04 12 0.74 0.82 0.86 0.88 0.90 0.91 0.92 0.92 0.93 0.94 0.94 0.95 0.26 0.18 0.14 0.12 0.10 0.09 0.08 0.08 0.07 0.06 0.06 0.05 14 0.75 0.84 0.87 0.89 0.91 0.92 0.92 0.93 0.94 0.94 0.95 0.95 0.96 0.96 0.27 0.19 0.15 0.13 0.11 0.10 0.09 0.08 0.08 0.07 16 0.77 0.85 0.89 0.91 0.92 0.93 0.93 0.94 0.95 0.95 0.95 0.96 0.96 0.97 0.97 0.97 0.28 0.20 0.16 0.13 0.12 0.11 0.10 0.09

Zona Tipe D

8 0.66 0.72 0.76 0.79 0.81 0.83 0.85 0.86 0.25 0.20 0.17 0.15 0.13 0.12 0.11 0.10 0.09 0.08 0.07 0.06 0.06 0.05 0.04 0.04 10 0.68 0.74 0.77 0.80 0.82 0.84 0.86 0.87 0.88 0.90 0.28 0.23 0.19 0.17 0.15 0.14 0.12 0.11 0.10 0.09 0.08 0.07 0.06 0.06 12 0.70 0.75 0.79 0.81 0.83 0.85 0.87 0.88 0.89 0.90 0.91 0.92 0.30 0.25 0.21 0.19 0.17 0.15 0.13 0.12 0.11 0.10 0.09 0.08 14 0.72 0.77 0.81 0.83 0.85 0.86 0.88 0.89 0.90 0.91 0.92 0.93 0.94 0.94 0.32 0.26 0.23 0.20 0.18 0.16 0.14 0.13 0.12 0.10 16 0.75 0.80 0.83 0.85 0.87 0.88 0.89 0.90 0.91 0.92 0.93 0.94 0.94 0.95 0.96 0.96 0.34 0.28 0.24 0.21 0.19 0.17 0.15 0.14


(5)

Table 41 Ringkasan Konduksi Beban Pendingin

Untuk permukaan, contoh 11

1600 h

U-Factor,t, beban

Net CLTD, Ref. pendingin

bagian m2 W/(m2 · K)°C °C

untuk

CLTD W

Atap 375 0.51 42.6 Tabel 30 8147

Atap 4

Dinding S 36 1.36 10.6 Tabel 32 519

dinding 16

Dinding T 72 2.73 21.6 Tabel 32 4246

Dinding 10

Dinding U 15 2.73 9.6 Tabel 32 393

Dinding 10

W. and N. 99 1.4 10.7 1483

party wall

Pintu di 3 0.08 28.6 Tabel 32 93

Dinding S Dinding 2

Pintu di 3 0.02 10.7 33

Dinding U

Pintu di 3 0.08 20.6 Tabel 32 67

Dinding T Dinding 2

Jendela di 6 4.6 9.6 Tabel 34 265

Selatan

Jendela di 3 4.6 9.6 Tabel 34 132

Utara


(6)