Uji Preferensi Beberapa Limbah Sebagai Atraktan Dalam Mengendalikan Hama Lalat Buah ( Bactrocera sp. ) (Diptera: Tephtritidae) Pada Tanaman Jeruk di Laboratorium

4

TINJAUAN PUSTAKA
Biologi Hama Lalat Buah (Bactrocera sp.)
Menurut Deptan (2007), lalat buah dapat diklasifikasikan sebagai
berikut: kingdom: Animalia, filum : Arthropoda, kelas : Insect, ordo : Diptera,
family : Tephritidae, genus : Bactrocera , spesies : Bactrocera sp.
Lalat buah termasuk serangga yang mengalami metamorfosis sempurna
(holometabola) yaitu terdiri dari tahap telur, larva, pupa, dan imago. Lalat buah
betina meletakkan telur ke dalam buah dengan menusukkan ovipositor. Bekas
tusukan itu ditandai adanya noda hitam yang tidak terlalu jelas dan hal ini
merupakan gejala awal serangan. Lalat buah betina mencari buah yang sesuai
untuk meletakkan telur dengan bantuan indera penciuman pada antenna
(Deptan, 2005).
Lalat buah betina bertelur sekitar 120-150 butir dan menetas dalam waktu
8-16 jam. Pada suhu rendah yaitu diantara 12-130C telur tidak akan menetas. Lalat
buah betina dapat meletakkan telur 1-40 butir/buah/hari. Telur berwarna putih
transparan berbentuk bulat panjang dengan salah satu ujungnya runcing yang
berukuran kurang lebih 1 mm (BKP Pangkalpinang, 2012).
Larva lalat buah terdiri dari 3 instar. Larva berwarna putih keruh
kekuningan, berbentuk bulat panjang, panjang 12-13 mm dan salah satu ujungnya

runcing, kepala runcing, mempunyai alat pengait, dan bintik yang jelas
(Gambar 1). Larva menggali liang dan makan di dalam buah selama 7-10 hari
tergantung suhu (Gould and Raga, 2002).

Universitas Sumatera Utara

5

Gambar 1 . Larva Bactrocera sp.
Pupa berada di permukaan tanah, berwarna coklat tua, berbentuk oval
dengan panjang 5 mm dan tidak bergerak (Gambar 2). Pupa lalat buah merupakan
pupa tipe obtekta. Masa pupa adalah 4-10 hari dan setelah itu serangga lalat buah
dewasa keluar (Montoya, 2008).

Gambar 2. Pupa Bactrocera sp.
Lalat buah Bactrocera memiliki sepasang sayap. Sayap yang berkembang
adalah sayap bagian depan, sedangkan sayap bagian belakang mengecil dan
berubah menjadi alat keseimbangan yang disebut halter. Struktur lalat buah dapat
dikenali pada bagian subkosta, yang dibagian ujungnya membengkok ke depan
pada hampir satu sudut


yang tepat dan kemudian mengarah keluar

(Boror et al., 1992).
Lalat dewasa berwarna merah kecoklatan. Lalat dewasa mempunyai 4
garis yang agak gelap hitam di bagian thoraksnya (Gambar 3). Siklus hidup dari
telur menjadi dewasa berlangsung selama 16 -20 hari. Lalat buah dewasa sudah

Universitas Sumatera Utara

6

siap untuk bereproduksi, pada kondisi normal lalat dewasa betina dapat bertelur
sampai 5 (lima) kali. Lalat tidak kuat terbang menantang arah angin, tetapi
sebaliknya lalat akan terbang jauh mencapai 1 kilometer (Putra, 2007).

a
b
Gambar 3. Imago Lalat Buah (Bactrocera sp.)
a. Lalat buah betina

b. Lalat buah jantan
Lalat buah dewasa membutuhkan karbohidrat, asam amino, sterols,
vitamin dan mineral yang cukup. Lalat buah dewasa memiliki panjang tubuh
sekitar 5 mm, dengan sayap berukuran 10 mm (Weems & Nation 2013).
Perbedaan lalat buah jantan dan betina yaitu lalat buah betina memiliki ovipositor
untuk peletakan telur sedangkan jantan tidak. Ukuran ovipositor setelah
mengalami pertumbuhan maksimal yaitu sepanjang 3 mm.
Perilaku dan Aktivitas Lalat Buah
Lalat buah jantan pada pagi hari sering bergerombol menjilati bunga
Bulbophyllum cheiri karena bunganya mengandung metil eugenol (ME) dan di
sore hari mulai berkurang. Kandungan ME pada bunganya mencapai puncaknya
pada pagi hari, dan mulai menurun sekitar jam 12.00-14.00 WIB, kemudian
menghilang setelah jam 14.00 WIB. Untuk menarik lalat betina dapat digunakan
protein hidrolisat yang merupakan sumber nutrisi lalat buah (Hee & Tan, 2001).

Universitas Sumatera Utara

7

Aktivitas lalat buah dalam menemukan tanaman inang ditentukan oleh

warna dan aroma dari buah. Lalat buah jantan mengenal pasangannya melalui
feromon, aroma yang menyerupai feromon dan melalui tubuh, pita atau bercak
pada sayap. Kehadiran lalat buah mengikuti jadwal kegiatan yang tetap yaitu pagi
hari baik jantan dan betina lebih banyak istirahat atau makan (terutama betina).
Aktivitas bertelur lalat buah betina lebih banyak pada siang hari, sementara lalat
buah jantan melakukan gerakan menunggu betina yang akan meletakkan telur
pada buah. Pada sore hari merupakan waktu makan utama bagi lalat buah jantan.
Imago memakan buah yang telah rusak, nectar tanaman, kotoran burung, dan
madu (Kalie, 2009).
Intensitas serangan dan populasi lalat buah akan meningkat pada suhu
rendah berkisar 260C. Kelembaban tinggi berkisar 90% akan baik bagi aktivitas
lalat buah (Rukmana dan Sugandi, 1997).
Gejala Serangan
Serangan lalat buah ditemukan terutama pada buah yang hampir masak.
Gejala awal ditandai dengan noda/titik bekas tusukan ovipositor (alat peletak
telur) lalat betina saat meletakkan telur ke dalam buah. Noda-noda kecil bekas
tusukan ovipositor merupakan gejala awal serangan lalat buah. Selanjutnya karena
aktivitas hama di dalam buah, noda tersebut berkembang menjadi meluas. Apabila
dibelah pada daging buah terdapat belatung-belatung kecil dengan ukuran antara
4-10 mm (Asri, 2003).

Larva lalat buah yang menetas dari telur akan membuat liang gerek di
dalam buah dan menghisap cairannya. Larva dapat mengganggu pertumbuhan

Universitas Sumatera Utara

8

buah dan kehidupan organisme pembusuk. Buah menjadi busuk dan jatuh ke
permukaan tanah (Soeroto et al., 2005).
Kerugian yang disebabkan oleh hama ini mencapai 75-100%. Kerusakan
yang ditimbulkan oleh larva akan menyebabkan gugurnya buah sebelum mencapai
kematangan yang diinginkan. Kerugian yang ditimbulkan oleh lalat buah dapat
secara kuantitatif maupun kualitatif. Kerugian kuantitatif yaitu berkurangnya
produksi buah sebagai akibat rontoknya buah yang terserang sewaktu buah masih
muda ataupun buah yang rusak serta busuk yang tidak laku dijual. Kualitatif yaitu
buah yang cacat berupa bercak, busuk, berlubang, dan terdapat larva lalat buah
yang akhirnya kurang diminati konsumen (Gambar 4) (Asri, 2003).

Gambar 4. Gejala Serangan Bactrocera sp.
(Sumber : http://www.karonewsupdate.com)

Pengendalian Lalat Buah
Pengendalian lalat buah dapat dilakukan secara fisik, hayati, maupun
kimiawi. Pengendalian

lalat buah

yang biasa dilakukan di

Indonesia

yaitu: pembungkusan, sanitasi kebun, penggunaan perangkap dengan atraktan, dan
eradikasi (Soeroto et al., 2005).
Atraktan dapat digunakan untuk mengendalikan hama lalat buah dalam 3
cara, yaitu : (a) mendeteksi atau memonitor populasi lalat buah, (b) menarik lalat
buah kemudian lalat buah dikendalikan dengan teknik fisik (c) mengacaukan lalat

Universitas Sumatera Utara

9


buah dalam melakukan perkawinan, berkumpul ataupun tingkah laku makan
(Agus, 2007). Beberapa limbah dapat digunakan sebagai atraktan karena
mengandung protein, diantaranya adalah :
Limbah Kakao
Senyawa volatil yang terdapat pada tanaman menjadi perantara serangga
untuk menemukan inang sehingga menarik serangga betina untuk meletakkan
telur. Senyawa volatil yang terdapat pada tanaman berfungsi untuk menemukan
lokasi inang oleh serangga dan mendorong oviposisi (Effendy et al., 2007).
Limbah kakao selama ini belum dimanfaatkan secara maksimal, sehingga
limbah hanya terbuang begitu saja. Analisis kimia menunjukkan bahwa limbah
olahan kakao mengandung protein 12,98%, gula (1,17% gula reduksi dan sukrosa
0,12%), amonia 46,45 mg/100g dan enam senyawa volatil kompleks yang bersifat
atraktan (Effendy et al., 2007).
Limbah kakao diketahui mengandung protein yang cukup tinggi sehingga
dapat dimanfaatkan sebagai salah satu atraktan lalat buah khususnya lalat buah
betina. Lalat buah betina membutuhkan protein dalam proses reproduksinya yaitu
dalam hal tumbuh kembang telur, sehingga perangkap olahan limbah kakao ini
dapat menarik lalat buah betina (Pratama et al., 2012).
Limbah kakao terdapat glukosa dan sukrosa 12-15%. Olahan limbah kakao
mengandung senyawa volatil berupa ammonia, etil-2-hidroksi propanoat,

7-dodesenil asetat, senyawa asetamida, 3,5 dihidroksi-2-metil-5,6- dihidropiran,
hidroksi metilfurfurol dan derivat-1-undekuna. Senyawa kimia yang mampu
direspon oleh imago lalat buah sehingga tertarik pada atraktan alami glukosa,
sukrosa, alkohol dan bau ammonia (Pratama et al., 2012).

Universitas Sumatera Utara

10

Limbah Tempe
Berbagai macam protein hidrolisat sudah digunakan untuk menangkap
lalat buah baik jantan maupun betinanya. Protein hidrolisat dapat dibuat dari
berbagai macam sumber protein dari putih telur, ragi tape, dan kedelai. Umpan
protein telah menjadi metode umum yang digunakan dalam menekan atau
mengendalikan populasi lalat buah di beberapa negara di belahan dunia. Sumber
protein hidrolisat dapat diperoleh dari limbah tempe yang mengandung bahan
utama tempe (Sookar et al., 2006).
Protein hidrolisat tempe dapat diperoleh dengan cara hidrolisis basa,
hidrolisis asam atau secara enzimatis. Mutu produk akhir yang meliputi warna,
bau, rasa, dan flavour yang khas tergantung pada komposisi asam amino bahan

awalnya, kondisi serta bahan penghidrolisa yang digunakan (Mujanah, 2003).
Limbah Tahu
Bahan baku pembuatan protein hidrolisat sebagai atraktan salah satunya
dapat dihasilkan dari tahu yang memiliki bahan dasar kedelai. Salah satu sumber
protein adalah tahu. Dalam pembuatan tahu, seringkali limbah tahu menjadi salah
satu masalah yang dihadapi para pengusaha tahu sehingga limbah tahu dapat
dimanfaatkan sebagai atraktan lalat buah (Sookar et al., 2006)
Limbah Kulit Jeruk
Jeruk busuk atau limbah jeruk merupakan sumber makanan bagi lalat buah
karena mengandung glukosa, karbohidrat,dan protein. Jeruk busuk digunakan
dalam pengendalian lalat buah untung memancing serangga memakan pakan yang
sudah dicampur racun bagi lalat buah (Dalyanto, 2006).

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Uji Efektifitas Model Perangkap Menggunakan Atraktan dalam Mengendalikan Hama Lalat Buah (Bactrocera dorsalis Hendel) pada Tanaman Jambu Biji (Psidium guajava L.)

25 211 56

Survei Pengendalian Hama Terpadu Hama Lalat Buah Bactrocera SPP. Pada Tanaman Jeruk Di Tiga Kecamatan Kabupaten Karo

3 74 93

Inventarisasi Predator Lalat Buah Bactrocera Sp (Diptera : Tephritidae) Pada Tanaman Jambu Biji (Psidium guajava L.)

0 43 88

Uji Preferensi Beberapa Limbah Sebagai Atraktan Dalam Mengendalikan Hama Lalat Buah ( Bactrocera sp. ) (Diptera: Tephtritidae) Pada Tanaman Jeruk di Laboratorium

0 3 76

Uji Preferensi Beberapa Limbah Sebagai Atraktan Dalam Mengendalikan Hama Lalat Buah ( Bactrocera sp. ) (Diptera: Tephtritidae) Pada Tanaman Jeruk di Laboratorium

0 0 12

Uji Preferensi Beberapa Limbah Sebagai Atraktan Dalam Mengendalikan Hama Lalat Buah ( Bactrocera sp. ) (Diptera: Tephtritidae) Pada Tanaman Jeruk di Laboratorium

0 0 2

Uji Preferensi Beberapa Limbah Sebagai Atraktan Dalam Mengendalikan Hama Lalat Buah ( Bactrocera sp. ) (Diptera: Tephtritidae) Pada Tanaman Jeruk di Laboratorium

0 0 3

Uji Preferensi Beberapa Limbah Sebagai Atraktan Dalam Mengendalikan Hama Lalat Buah ( Bactrocera sp. ) (Diptera: Tephtritidae) Pada Tanaman Jeruk di Laboratorium

0 0 3

Uji Preferensi Beberapa Limbah Sebagai Atraktan Dalam Mengendalikan Hama Lalat Buah ( Bactrocera sp. ) (Diptera: Tephtritidae) Pada Tanaman Jeruk di Laboratorium

0 0 32

Uji Efektifitas Model Perangkap Menggunakan Atraktan dalam Mengendalikan Hama Lalat Buah (Bactrocera dorsalis Hendel) pada Tanaman Jambu Biji (Psidium guajava L.)

0 0 18