Pengaruh Perataan Laba Terhadap Reaksi Pasar Dengan Komite Audit Dan Komisaris Independen Sebagai Variabel Pemoderasi

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Teori Keagenan (Agency Theory) dan Perataan laba
Konsep manajemen laba menggunakan pendekatan teori keagenan yang
terkait dengan hubungan atau kontrak diantara para anggota perusahaan, terutama
hubungan antara pemilik (principal) dengan manajemen. Principal dan agent
diasumsikan sebagai pihak-pihak yang mempunyai rasio ekonomi dan dimotivasi
oleh kepentingan pribadi sehingga, walau terdapat kontrak, agent tidak akan
melakukan hal yang terbaik untuk kepentingan pemilik. Hal ini disebabkan agent juga
memiliki kepentingan memaksimalkan kesejahteraannya, (Wahyuningsih, 2007).

Perataan laba merupakan bagian dari manajemen laba (earnings
management). Putra dan Rahmanti (2013) mendefinisikan perataan laba
merupakan praktik yang umum dilakukan oleh manajer perusahaan untuk
mengurangi fluktuasi laba, yang diharapkan memiliki efek menguntungkan bagi
evaluasi kinerja manajemen. Sedangkan, Wijayanti dan Rahayu (2008)
menyatakan perataan laba adalah suatu usaha yang dilakukan oleh manajemen
untuk menekan variasi dalam laba sejauh yang dimungkinkan oleh prinsip-prinsip
akuntansi. Dalam hal ini, manajemen berusaha mencari celah-celah dalam prinsip

akuntansi yang bisa diterobos untuk mencapai tujuannya yaitu stabilitas posisi
manajemen yang bersangkutan dan kemudian kemakmuran pribadi dan keamanan
kerjanya.
Agriyanto (2006), perataan laba adalah sinyal dari manajemen dalam
memilih metode/kebijakan akuntansi di dalam GAAP untuk meminimalkan

Universitas Sumatera Utara

fluktuasi yang berdampak pada performa perusahaan di masa datang. Sedangkan
Perataan laba menurut Ball dan Brown, (1968) adalah usaha untuk mengurangi
variabilitas laba, terutama menyangkut dengan perilaku yang ditujukan untuk
mengurangi adanya pertambahan abnormal dalam laba yang dilaporkan
perusahaan. Beidelman (1973) mendidifinisikan perataan laba sebagai usaha yang
disengaja untuk meratakan atau memfluktuasikan tingkat laba sehingga pada saat
sekarang dipandang normal bagi suatu perusahaan. Berdasarkan berbagai penelitian
dapat disimpulkan bahwa perataan laba adalah tindakan yang disengaja oleh manajer
perusahaan dalam mengurangi fluktuasi laba sejauh yang dimungkinkan oleh prinsipprinsip akuntansi.

Berdasarkan penelitian Eckel


dalam Ratih (2009) terdapat dua jenis

perataan laba yaitu artificial smoothing dan real smoothing. Real smoothing
adalah perataan laba yang dilakukan melalui transaksi ekonomi dengan
mempengaruhi jumlah laba, dengan melakukan perubahan kebijakan operasi
beserta waktunya. Beberapa perusahaan terbukti melakukan perataan laba dengan
menggunakan cara ini.

Artificial smoothing atau yang sering disebut juga

accounting smoothing, yaitu praktik perataan laba yang dilakukan secara sengaja
dengan perubahan prosedur dan kebijakan akuntansi yang telah diterapkan untuk
memindahkan biaya dan atau pendapatan dari suatu periode ke periode yang lain
yang dianggap memerlukan tambahan atau pengurangan jumlah laba sehingga
dapat terlihat lebih rata dari tahun ke tahun (Wijayanti dan Rahayu, 2008) .
Adapun tujuan perataan laba adalah sebagai berikut (Wijayanti dan
Rahayu, 2008):
1. Memperbaiki citra perusahaan di mata pihak luar, bahwa perusahaan tersebut
memiliki risiko yang rendah.


Universitas Sumatera Utara

2. Memberikan informasi yang relevan dalam melakukan prediksi terhadap laba
di masa mendatang.
3. Meningkatkan kepuasan relasi bisnis.
4. Meningkatkan persepsi pihak eksternal terhadap kemampuan manajemen.

2.1.2

Teori Sinyal ( Signaling Theory )

Teori sinyal menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan
untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal. Dorongan
perusahaan untuk memberikan informasi adalah karena terdapat asimetri
informasi antara perusahaan dan pihak luar karena perusahaan mengetahui lebih
banyak mengenai perusahaan dan prospek yang akan datang daripada pihak luar.
Manajemen mempunyai informasi akurat mengenai nilai perusahaan yang tidak
diketahui oleh investor luar, sehingga jika manajemen menyampaikan suatu informasi
ke pasar maka informasi tersebut akan direspon oleh pasar sebagai suatu sinyal
adanya peristiwa tertentu yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Informasi yang

disampaikan manajemen perusahaan tersebut dapat berupa laporan keuangan
(Wahyuningsih, 2007) . Signaling Theory menekankan kepada pentingnya informasi
yang dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak luar perusahaan.
Informasi berguna sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi. Salah
satu informasi yang menjadi fokus perhatian para investor adalah informasi laba.
Jika informasi laba tersebut relevan bagi para pelaku pasar modal, maka
informasi ini akan digunakan untuk menganalisis dan menginterpretasikan nilai
saham perusahaan yang bersangkutan. Akibatnya akan terjadi respon / reaksi pasar
berupa perubahan harga saham perusahaan yang bersangkutan ke harga ekuilibrium
yang baru. Harga ekuilibrium ini akan bertahan sampai ada informasi baru lainnya

Universitas Sumatera Utara

yang akan merubah harga saham kembali ke harga ekuilibrium yang baru (Jogiyanto,
2003).

2.1.3 Kandungan Informasi atas Laba
Laporan keuangan merupakan informasi

yang dibutuhkan oleh pihak


internal yaitu manajemen dengan pihak eksternal seperti kreditur, investor, dan
pemerintah. Informasi yang terdapat dalam laporan keuangan digunakan sebagai
alat pengambilan keputusan. Salah satu yang menjadi fokus perhatian pihak-pihak
eksternal adalah pada laba yang terdapat pada laporan laba-rugi.
Informasi tentang laba beserta komponen–komponennya yang telah
menjadi fokus perhatian oleh pihak-pihak eksternal didasarkan pada accrual basis.
Dasar ini secara umum menyediakan indikasi yang lebih baik tentang kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan arus kas yang menguntungkan dibandingkan
dengan informasi yang disusun hanya terbatas pada penerimaan dan pengeluaran
kas (cash basis) (Agriyanto, 2006).
Pengujian kandungan informasi atas laba yang dimaksud pada penelitian
ini adalah untuk melihat reaksi dari suatu pengumuman. Jika pengumuman
mengandung informasi, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu
pengumuman tersebut diterima.
Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga dari sekuritas
yang bersangkutan. Reaksi ini dapat diukur dengan menggunakan return sebagai
nilai perubahan harga atau dengan abnormal return. Jika digunakan abnormal
return, maka dapat dikatakan bahwa suatu pengumuman yang mempunyai
kandungan informasi akan memberikan abnormal return kepada pasar.


Universitas Sumatera Utara

Sebaliknya yang tidak mengandung informasi tidak memberikan abnormal return
kepada pasar, tetapi tidak menguji seberapa cepat pasar itu bereaksi (Jogiyanto,
2003).
Foster (1986) menyebutkan bahwa pengumuman yang berhubungan
dengan laba merupakan salah satu pengumuman yang dapat mempengaruhi harga
sekuritas/saham. Hal inilah yang menjadi dasar penelitian ini, yaitu untuk melihat
bagaimana reaksi pasar atas pengumuman laba yang ada pada laporan laba rugi
tahunan (annual report).

2.1.4. Reaksi Pasar Modal

Studi peristiwa merupakan studi yang mempelajari reaksi pasar atas suatu
peristiwa (event) yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumuman
Subekti (2005). Event study dapat digunakan untuk menguji kandungan informasi
(information content) dari suatu pengumuman dan dapat juga digunakan untuk
menguji efisiensi pasar bentuk setengah kuat (Jogiyanto, 2003). Tujuan studi
peristiwa adalah untuk mengukur hubungan antara suatu peristiwa atau informasi

dengan reaksi pasar apakah informasi tersebut dapat mempengaruhi perubahan
harga saham.. Studi peristiwa ini juga sering disebut dengan pengujian kandungan
informasi.
Jika pengumuman mengandung informasi maka diharapkan pasar akan
bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar dan reaksi pasar
ditunjukkan dengan adanya perubahan harga dari sekuritas yang bersangkutan.
Untuk mengukur adanya reaksi pasar dapat menggunakan variabel abnormal
return (Subekti, 2005).

Universitas Sumatera Utara

Jogiyanto (2003:370) membedakan bentuk efisiensi pasar ditinjau dari segi
ketersediaan informasi dibagi dalam tiga kategori sebagai berikut:
1.

Efisiensi pasar bentuk lemah (weak form)
Pasar dikatakan efisien dalam bentuk lemah jika harga-harga dari sekuritas
tercermin secara penuh (fully reflect) informasi masa lalu. Informasi masa
lalu ini merupakan informasi yang sudah terjadi. Jika pasar efisien secara
bentuk lemah, maka nilai-nilai masa lalu tidak dapat digunakan untuk

memprediksi harga sekarang. Ini berarti bahwa investor tidak dapat
menggunakan informasi masa lalu untuk mendapatkan keuntungan yang tidak
normal.
2. Efisiensi pasar bentuk setengah kuat (semistrong form)
Pasar dikatakan efisien setengah kuat jika harga-harga sekuritas secara penuh
mencerminkan (fully reflect) semua informasi yang dipublikasikan (all
publicy available information) termasuk informasi yang berada di laporanlaporan keuangan perusahaan emiten. Jika pasar efisien dalam bentuk
setengah kuat, maka tidak ada investor atau grup dari investor yang dapat
menggunakan informasi yang dipublikasikan untuk mendapatkan keuntungan
tidak normal dalam jangka waktu yang lama.
3. Efisiensi pasar bentuk kuat (strong form)
Pasar dikatakan efisien dalam bentuk kuat jika harga-harga sekuritas secara
penuh mencerminkan (fully reflect) semua informasi yang tersedia termasuk
informasi yang privat. Jika pasar efisien dalam bentuk ini, maka tidak ada
individual investor atau grup dari investor yang dapat memperoleh
keuntungan tidak normal (abnormal return) karena mempunyai informasi
privat.

2.1.5 Return dan Abnormal Return Saham
Abnormal return atau excess return merupakan selisih return yang

sesungguhnya terjadi dengan return normal. Return normal merupakan return
ekspektasi (return yang diharapkan oleh investor). Dengan demikian abnormal return
merupakan selisih antara return sesungguhnya yang terjadi dengan return ekspektasi.
Sedangkan Cummulative Abnormal Return (CAR) merupakan penjumlahan dari
abnormal return hari sebelumnya di dalam periode peristiwa untuk masing-masing
sekuritas (Jogiyanto, 2003).

Hendrawijaya (2009) menyatakan bahwa return ekspektasi merupakan
return yang harus diestimasi. return ekspektasi dapat dicari dengan menggunakan

Universitas Sumatera Utara

tiga model, yaitu : mean -adjusted model, Market model, dan Market Adjusted
Model. Dalam penelitian ini return ekspektasi dicari dengan Market Adjusted
Model.

2.2 Review Penelitian Terdahulu
Agriyanto (2006) meneliti pengaruh perataan laba terhadap reaksi pasar
dan risiko investasi. Penelitiannya menghasilkan kesimpulan bahwa reaksi pasar
yang dilihat pada tiga hari setelah pengumuman laba tidak menunjukkan

perbedaan reaksi pasar antara perusahaan perata laba dengan perusahaan bukan
perata laba dengan tingkat signifikansi 5%.

Khafid (2002) juga melakukan

penelitian yang sama dan memberikan kesimpulan bahwa jika reaksi pasar atas
pengumuman laba ditentukan melalui cumulative abnormal return selama periode
pengamatan I (enam hari sebelum pengumuman laba sampai dengan pada saat
pengumuman laba), maka hasilnya tidak terdapat perbedaan reaksi pasar antara
kelompok perusahaan perata dan bukan perata laba terhadap pengumuman laba.
Apabila reaksi pasar atas pengumuman laba ditentukan selama periode
pengamatan III (saat dilakukan pengumuman laba sampai dengan enam hari
setelah pengumuman laba), diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan reaksi pasar
antara kelompok perusahaan perata laba dan bukan perata laba.
Mudjiono (2010) meneliti pengaruh tindakan perataan laba terhadap reaksi
pasar dengan kualitas auditor dan kepemilikan manajerial sebagai variabel
pemoderasi. Penelitiannya menyimpulkan bahwa tidak ada pengaruh yang
signifikan antara perata laba terhadap CAR secara parsial, artinya tidak ada
bedanya antara perilaku perata laba dengan bukan perata laba terhadap reaksi


Universitas Sumatera Utara

pasar. Penelitian ini juga memberi kesimpulan bahwa kualitas audit dan
kepemilikan manajerial tidak mempengaruhi terhadap CAR.
Restuningdiah (2010) meneliti pengaruh perataan laba terhadap reaksi
pasar dengan mekanisme GCG dan CSR disclosure sebagai variabel pemoderasi.
Penelitian ini memberikan kesimpulan adanya pengaruh negatif perataan laba
terhadap reaksi pasar. Artinya semakin tinggi tindakan perataan laba maka
semakin rendah reaksi pasar terhadap informasi laba perusahaan. Selain itu
penelitian ini menyimpulkan bahwa mekanisme GCG dan CSR disclosure bukan
variabel moderating dalam hubungan perataan laba dengan reaksi pasar.
Istikhorah (2011) melakukan penelitian reaksi pasar atas event
pengumuman laba pada perusahaan yang melakukan perataan laba di Bursa Efek
Indonesia tahun 2004 sampai dengan 2008. Kesimpulan penelitian ini bahwa
reaksi pasar atas pengumuman laba perusahaan yang melakukan perataan laba)
tidak signifikan. Sedangkan reaksi pasar atas pengumuman laba perusahaan yang
tidak melakukan perataan laba signifikan dengan tingkat signifikansi 5%.
Al-Qaisi (2011) melakukan penelitian tentang the effect of smoothening on
stock market response. Penelitian ini menunjukkan pengaruh positif smoothening
pada peningkatan abnormal return dari perusahaan perata. Ini artinya abnormal
return dari perusahaan perata lebih besar dari perusahaan bukan perata.
Berdasarkan berbagai penelitian mengenai pengaruh perataan laba terhadap reaksi
pasar, berikut ini disusun tabel yang memperlihatkan deskripsi hasil penelitian
terdahulu.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.1: Deskripsi Hasil Penelitian Terdahulu
Peneliti
(Tahun)

Judul

Variabel
Hasil Penelitian
Yang
Diteliti
Status - Reaksi pasar yang dilihat pada tiga hari

Ratno

Analisis

Agriyanto

Perataan laba Perataan

setelah

(2006)

dan

laba

menunjukkan perbedaan reaksi pasar

Pengaruhnya

Bukan

antara perusahaan perata laba dengan

Terhadap

Perataan

perusahaan bukan perata laba dengan

dan

Reaksi Pasar laba
dan

pengumuman

laba

tidak

tingkat signifikansi 5%.

Risiko -Reaksi

Investasi

Pasar

pada

-Risiko

Perusahaan

Bisnis

Publik

di

Indonesia
Muhammad

Analisis

Variabel

Khafid

Perataan

Independen

ditentukan melalu cumulative abnormal

(2002)

laba:

Status

return selama periode pengamatan I

Pengaruhnya

Perataan

(enam hari sebelum pengumuman laba

Terhadap

laba

sampai dengan pada saat pengumuman

dan

Reaksi Pasar Bukan
dan

Risiko Perataan

- Jika reaksi pasar atas pengumuman laba

laba), maka hasilnya tidak terdapat
perbedaan reaksi pasar antara kelompok

Investasi

laba

perusahaan perata dan bukan perata laba

pada

Variabel

terhadap pengumuman laba.

Perusahaan

dependent

Publik
Indonesia

di Reaksi

- Jika reaksi pasar atas pengumuman laba
ditentukan melalui cumulative abnormal

Pasar

return selama periode pengamatan III

Risiko

(saat

Bisnis

sampai

dilakukan
dengan

pengumuman
enam hari

laba
setelah

pengumuman laba), maka diperoleh
hasil bahwa terdapat perbedaan reaksi
pasar

antara

kelompok

perusahaan

perata laba dan buka perata laba.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.1 Lanjutan
Peneliti
(Tahun)
Mudjiono

Judul
Pengaruh

(2010)

Perataan

Tindakan
laba

Variabel Yang
Diteliti
Variabel

Hasil Penelitian
- Tidak ada pengaruh yang signifikan antara

Independen

perata laba terhadap CAR secara parsial,

Terhadap

Reaksi

Perataan laba

artinya tidak ada bedanya antara perilaku

Pasar

dengan

Variabel

perata laba dengan bukan perata laba

Kualitas Auditor dan

dependent

terhadap reaksi pasar.

Kepemilikan

Reaksi Pasar

Manajerial

sebagai

Variabel Pemoderasi

- Tidak

ada

pengaruh

kualitas

auditor

Variabel

terhadap CAR, artinya bahwa pasar tidak

Moderating

memandang kualitas auditor.

Kepemilikan
Manajerial

- Pasar tidak terpengaruh oleh persentase
kepemilikan manajerial

Kualitas Auditor
Nurika

Perataan

laba

Variabel

- Adanya pengaruh negatif perataan laba

Restuning

Terhadap

Reaksi

Independen

terhadap reaksi pasar, artinya semakin

diah

Pasar

dengan

Perataan laba

tinggi tindakan perataan laba maka semakin

(2010)

Mekanisme GCG dan

Variabel

rendah reaksi pasar terhadap informasi laba

CSR Disclosure

dependent

perusahaan.

Reaksi Pasar

- Mekanisme

GCG

bukan

variabel

Variabel

moderating dalam hubungan perataan laba

Moderating

dengan reaksi pasar.

CSR Disclosure
Mekanisme GCG
Khaldoum

The

M.

Smoothening

Al-

Effect

Qaisi

Stock

(2011)

Response

of

Smoothening

on

Abnormal return

positif

Size companies

abnormal return dari perusahaan perata.

Market

- Hasil penelitian ini menunjukkan pengaruh
smoothening

pada

peningkatan

- Abnormal return dari perusahaan perata
lebih besar dari perusahaan-perusahaan
bukan perata.

Siti

Reaksi Pasar atas Event Unexpected

Istikhorah Pengumuman Laba pada earning
(2011)

Melakukan
laba

di

smoother (perusahaan yang melakukan

yang Abnormal return

Perusahaan

Efek Indeks

perataan laba) tidak signifikan secara
statistic.

Perataan dan CAR
Bursa

- Reaksi Pasar atas Pengumuman Laba

Perataan

Sedangkan

pengumuman

laba

reaksi

pasar

atas

non-smoother

Indonesia Tahun 2004 laba

(perusahaan yang tidak melakukan perataan

sampai dengan 2008.

laba) adalah signifikan dengan tingkat
signifikan 5%

Universitas Sumatera Utara

BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Konsep
Kerangka berpikir dari penelitian ini disajikan sebagai berikut:

Perataan laba (X)

Reaksi Pasar (Y)

Komite audit (Z1)
Komisaris Independen (Z2)

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual

3.2. Pengaruh Perataan laba terhadap Reaksi Pasar
Pengumuman laba dapat menyebabkan pelaku pasar bereaksi secara
signifikan terhadap pengumuman laba (Istikhorah, 2011). Pengumuman laba yang
mempunyai kandungan informasi akan memicu timbulnya reaksi pasar berupa
return/abnormal return (Wahyuningsih, 2007). Apabila informasi yang disajikan
oleh perusahaan tidak akurat karena mengandung perataan laba, maka informasi
tersebut lebih rendah daripada tidak melakukan perataan laba.
Hasil penelitian Restuningdiyah (2010) membuktikan adanya pengaruh
negatif perataan laba terhadap reaksi pasar yang berarti semakin tinggi tindakan
perataan laba semakin rendah reaksi pasar terhadap informasi laba perusahaan.
Selain itu penelitian Assih dan Gudono (2000) dalam Restuningdiyah (2010) juga

Universitas Sumatera Utara

membuktikan bahwa terdapat perbedaan reaksi pasar atas pengumuman laba
perusahaan yang melakukan perataan laba dengan reaksi pasar atas pengumuman
laba perusahaan yang tidak melakukan perataan laba.

3.3. Pengaruh Komite Audit dengan Reaksi Pasar
Pada tanggal 22 Desember 2003 Ketua Bapepam mengeluarkan peraturan
tentang pembentukan dan pedoman pelaksanaan kerja komite audit. Tugas komite
audit berhubungan dengan kualitas laporan keuangan, karena komite audit
diharapkan dapat membantu dewan komisaris dalam pelaksanaan tugas yaitu
mengawasi proses pelaporan keuangan (Suaryana, 2005). Komite audit bertugas
membantu dewan komisaris untuk memonitor proses pelaporan keuangan oleh
manajemen untuk meningkatkan kredibilitas laporan keuangan. Tugas komite
audit meliputi menelaah kebijakan akuntansi yang diterapkan oleh perusahaan,
menilai pengendalian internal, menelaah sistem pelaporan eksternal dan
kepatuhan terhadap peraturan (Suaryana, 2005). Dengan kata lain tujuan dan
manfaat dibentuknya komite audit adalah untuk melaksanakan pengawasan
independen atas proses penyusunan pelaporan keuangan dan pelaksanaan audit
eksternal.
Dalam penelitian ini komite audit ditinjau dari segi anggota komite audit.
Mengenai keanggotaan

komite audit diatur dalam Surat Keputusan Ketua

Bapepam Nomor IX.I.5 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja
Komite Audit. Keputusan tersebut menetapkan bahwa komite audit pada
perusahaan publik Indonesia sekurang-kurangnya terdiri dari satu orang komisaris

Universitas Sumatera Utara

independen dan sekurang-kurangnya 2 orang anggota lainnya berasal dari luas
Emiten yang membantu dewan komisaris dalam melaksanakan pengawasan.
Laba sebagai informasi yang terkandung dalam laporan keuangan akan
mengakibatkan pasar bereaksi. Laba yang dihasilkan dari pengawasan yang
independen dari komite audit selama penyusunan laporan keuangan akan lebih
berkualitas. Dengan demikian komite audit dapat lebih memperkuat hubungan
perataan laba terhadap reaksi pasar.

3.4. Pengaruh Komisaris Independen dengan Reaksi Pasar
Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak
terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang
saham mayoritas, serta bebas dari hubungan bisnis dan hubungan lainnya yang
mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau semata-mata
demi kepentingan perusahaan ( Komite Nasional Kebijakan Governance, 2006).
Ujiyantho dan Pramuka (2007) menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki
proporsi dewan komisaris independen, akan meningkatkan pengawasan sehingga
akan mengurangi tindakan manajer dalam melakukan praktik manajemen laba.
Dengan demikian dewan komisaris dapat lebih memperkuat hubungan perataan
laba terhadap reaksi pasar.

3.5.Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konsep, maka hipotesis penelitian adalah;
H1: Perataan laba, Komite audit dan komisaris independen berpengaruh positif
terhadap reaksi pasar secara parsial dan simultan.

Universitas Sumatera Utara

H2: Komite audit memoderasi pengaruh perataan laba terhadap reaksi pasar.
H3: Komisaris independen memoderasi pengaruh perataan laba terhadap reaksi
pasar.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Komisaris Independen, Komite Audit, dan Struktur Kepemilikan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Sektor Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

8 121 97

Pengaruh Komisaris Independen, Komite Audit, dan Kepemilikan Institusional Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

2 154 83

Analisis pengaruh mekanisme corporate governance terhadap manajemen laba (studi empiris perusahaan sektor perbankan yang terdaftar di BEI)

2 33 138

PENGARUH KONSERVATISME AKUNTANSI DAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KUALITAS LABA (Studi Empiris pada Perusahan Real Estate dan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014)

0 5 118

Pengaruh Perataan Laba Terhadap Reaksi Pasar Dengan Komite Audit Dan Komisaris Independen Sebagai Variabel Pemoderasi

0 0 10

Pengaruh Perataan Laba Terhadap Reaksi Pasar Dengan Komite Audit Dan Komisaris Independen Sebagai Variabel Pemoderasi

0 0 2

Pengaruh Perataan Laba Terhadap Reaksi Pasar Dengan Komite Audit Dan Komisaris Independen Sebagai Variabel Pemoderasi

0 0 9

Pengaruh Perataan Laba Terhadap Reaksi Pasar Dengan Komite Audit Dan Komisaris Independen Sebagai Variabel Pemoderasi

0 0 4

PENGARUH RETURN ON EQUITY TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN DAN KOMITE AUDIT SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI - Perbanas Institutional Repository

0 2 17

PENGARUH RETURN ON EQUITY TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN DAN KOMITE AUDIT SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI - Perbanas Institutional Repository

0 0 19