PENGARUH KONSERVATISME AKUNTANSI DAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KUALITAS LABA (Studi Empiris pada Perusahan Real Estate dan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014)

(1)

i

PENGARUH KONSERVATISME AKUNTANSI DAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KUALITAS LABA

(Studi Empiris pada Perusahan Real Estate dan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

Rahmah Helmi

NIM: 1111082000078

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436H/2015


(2)

ii

PENGARUH KONSERVATISME AKUNTANSI, DAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE, TERHADAP KUALITAS LABA

(Studi Empiris pada Perusahan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

Rahmah Helmi

NIM: 1111082000078

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436H/2015


(3)

iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari ini Selasa, 8 September telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswi : 1. Nama : Rahmah Helmi

2. Nim : 1111082000078

3. Jurusan : Akuntansi

4. Judul Skripsi : Pengaruh Konservatisme Akuntansi dan Good Corporate Governance terhadap Kualitas Laba (Studi Empiris pada Perusahaan Real Estate dan Property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014)

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut diatas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 8 September 2015

1. M. Hartana I. Putra, SE., M.Si ( _____________________ )

NIP.196806052008011023 Penguji 1

2. Fitri Damayanti, SE., M.Si ( _____________________ )

NIP.198107312006042003 Penguji 2

3. Dr. Rini, M.si., Ak., CA ( _____________________ )


(4)

iv

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini Selasa, 20 Oktober 2015 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswi : 5. Nama : Rahmah Helmi

6. Nim : 1111082000078

7. Jurusan : Akuntansi

8. Judul Skripsi : Pengaruh Konservatisme Akuntansi dan Good Corporate Governance terhadap Kualitas Laba (Studi Empiris pada Perusahaan Real Estate dan Property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014)

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut diatas dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 20 Oktober 2015

1. Dr. Desmadi Saharuddin, Lc., Ma (____________________)

NIP.197207112005011007 Ketua

2. Hepi Prayudiawan, SE, Ak., MM (____________________)

NIP. 197205162009011006 Sekretaris

3. Dr. Rini, SE., M.Si., Ak (____________________)

NIP. 19760315 200501 2 002 Penguji Ahli

4. Dr. Yahya Hamja MM (____________________)

NIP.194906021978031001 Pembimbing I

5. Nur Wachidah, SE., MS. Ak (____________________)


(5)

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Rahmah Helmi

2. Tempat, Tanggal Lahir : Bukittinggi, 06 Maret 1993

3. Alamat Asal : Jalan Raya Negara KM.9 Tanjung

Pati, Kandang Lamo Sarilamak, Kec.Harau Kab.50 Kota Sumatra Barat 26271

4. Alamat Sekarang : Perum Bukit Cirendeu Blok c5/4

5. Telepon : 0831 8090 1992

6. Email : rahmah.helmi@ymail.com

II. PENDIDIKAN

1. TK Islam Raudhatul Jannah Payakumbuh Tahun 1999 2. SD Islam Raudhatul Jannah Payakumbuh Tahun 2000-2005 3. SMP Islam Raudhatul Jannah Payakumbuh Tahun 2005-2008

4. SMK Negeri 1 Payakumbuh Tahun 2008-2011

5. S1 Akuntansi Ekonomi UIN Jakarta Tahun 2011-2015

III. PENGALAMAN ORGANISASI

1. Wakil Bendahara Umum OSIS SMKN 1 Payakumbuh periode 2008-2009.

2. Ketua Umum OSIS SMKN1 Payakumbuh Periode 2009-2010. 3. Ketua Penegak Hukum Disiplin (PHD) Pelajar Keamanan Sekolah

Polresta Payakumbuh periode 2009

4. Anggota Training Leadership OSIS Tingkat SLTA sederajat Se-Sumatra Barat periode 2009


(6)

vi

5. Pengurus Paskibra Sekolah SMKN 1 Payakumbuh Periode 2009-2011

6. Ketua Umum MPK OSIS SMKN 1 Payakumbuh Periode 2010-2011

IV. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : Helmi Syamsu, BA.

2. Tempat/ Tanggal Lahir : Piladang/ 22 Februari 1940

3. Ibu : Ratna Hasnida

4. Tempat/ Tanggal Lahir : Sarilamak/ 1 September 1971

5. Alamat : Jalan Raya Negara KM.9 Tanjung

Pati, Kandang Lamo Sarilamak, Kec.Harau Kab.50 Kota Sumatra Barat 26271


(7)

vii

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Rahmah Helmi

Nim : 1111082000078

Jurusan : Akuntansi

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi, saya:

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan.

2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain.

3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa izin pemilik karya.

4. Tidak melakukan manipulasi dan pemalsuan data

5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini.

Jikalau dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap dikenakan sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Ciputat, 3 oktober 2015 Yang menyatakan,


(8)

viii

THE INFLUENCE CONSERVATISM ACCOUNTING AND GOOD CORPORATE GOVERNANCE TOWARDS EARNINGS QUALITY

By: Rahmah Helmi

ABSTRACT

The aim of this study is analyzing the influence of accountancy conservatism and good corporate governance (audit committee and commissioner independend) towards earnings quality. This study applies the theory of agency as the basic theory. By using 90 sample stakeholders of real estate concern and well established property in Indonesia Stock Exchanges 2010-1014 terms. The technique sampling methods is using purposive sampling and linier regression analysis.

The result shows that earnings quality is significantly affected by accountancy conservatism, committee audit and commissioner independend do not effected in significant against earning quality.

Keyword: accountancy conservatism, committee audit, commissioner independend, good corporate governance, earning quality, agency theory.


(9)

ix

PENGARUH KONSERVATISME AKUNTANSI DAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KUALITAS LABA

Oleh: Rahmah Helmi

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh konservatisme akuntansi dan good corporate governance (komite audit dan komisaris independen) terhadap kualitas laba. Penelitian ini menggunakan teori agensi sebagai teori dasar. Dengan menggunakan sampel 90 perusahaan real estate dan

property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-1014. Tekhnik pemilihan sampel pada penelitian ini menggunakan purposive sampling dan analisis regresi berganda.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas laba dipengaruhi secara signifikan oleh konservatisme akuntansi sementara itu komite audit dan komisaris independen tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas laba.

Kata kunci: Konservatisme akuntansi, komite audit, komisaris independen, kualitas laba, teori agensi.


(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua, dan tanpa terkecuali kepada penulis sehingga penulis mendapatkan anugerah dan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini tentang “Pengaruh Konservatisme

Akuntansi dan Good Corporate Governance terhadap Kualitas Laba (Studi Empiris pada Perusahan Real Estate dan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014)” Shalawat dan salam senantiasa selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing kita dari alam jahiliah kealam yang berilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan adanya saat ini.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diselesaikan sebagai salah satu syarat-syarat guna meraih gelas Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan Alhamdulillah kepada Allah SWT. Selain itu penulis juga ingin mengucapkan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua orang tuaku tercinta, Helmi Syamsu, BA dan Ratna Hasnida yang telah memberikan semangat,dukungan materi dan non materi, perhatian, kasih sayang, nasehat, dan doa yang tiada hentinya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Om dan tanteku tercinta, H. Ali Chaeruddin, SE., MS.i dan Hj. Martha Syamsu yang telah memberikan dukungan, doa, dan semangat selama


(11)

xi

empat tahun penulis bernaung demi menyelesaikan pendidikan penulis hingga skripsi ini selesai.

3. Kakakku Velma Alicia dan Kedua adikku tercinta, Afdilani dan Ridwan Helmi yang telah memberi dukungan, doa, dan semangat kepada penulis.

4. Bapak Prof. Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Ibu Yessi Fitri SE., MS.i., Ak selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Bapak Hepi Prayudiawan SE., Ak., MS.i selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Bapak Dr. Yahya Hamja MM selaku dosen pembimbing Skripsi I yang telah bersedia menyediakan waktunya yang sangat berharga untuk membimbing penulis selama penyusunan skripsi hingga penulis dapat selesai menyelesaikan skripsi ini.

8. Ibu Nur Wachidah, SE.,MS.,Ak selaku dosen pembimbing Skripsi II yang telah bersedia menyediakan waktunya yang sangat berharga untuk membimbing penulis selama penyusunan skripsi hingga penulis dapat selesai menyelesaikan skripsi ini.

9. Seluruh Bapak/Ibu dosen Fakultas Ekonomi Bisnis yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat selama penulis menjadi mahasiswi di Fakultas Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(12)

xii

10.Seluruh staff pengajar dan karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam kelancaran administrasi kampus. 11.Teman-teman dekat penulis; Alvis Mei Yonef, Amna Suresti, Annisa,

Wandayani yang telah memberikan semangat dan doa kepada penulis. 12.Semua teman-teman akuntansi reguler A,B,C, dan akuntansi

internasional angkatan 2011.

13.Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena terbatasnya pengalaman pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak.

Ciputat, Oktober 2015


(13)

xiii

DAFTAR ISI

Halaman Judul ii

Lembar Pengesahan Skripsi iii

Lembar Pengesahan Uji Komprehensif iv

Lembar Pengesahan Uji Skripsi v

Daftar Riwayat Hidup vi

Pernyataan Bebas Plagiat viii

Abstact ix

Abstrak x

Kata Pengantar xi

Daftar Isi xiv

Daftar Tabel xvii

Daftar Gambar xviii

Daftar Lampiran xix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Perumusan Masalah 11

C. Tujuan dan manfaat penelitian

1. Tujuan Penelitian 11


(14)

xiv

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Literatur

1. Teori Agensi 14

2. Konservatisme Akuntansi 19

3. Good corporate governance 22

4. Komite Audit 26

5. Komisaris Independen 28

6. Kualitas Laba 30

B. Penelitian terdahulu 33

C. Kerangka pemikiran 41

D. Keterkaitan antara variable dan perumusan hipotesa 43 BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian 46

B. Penentuan Sampel 46

C. Metode Pengumpulan Data 47

D. Metode Analisis Data 47

Statistik Deskriptif 49

Uji Asumsi Klasik 49

E. Operasional Variable Penelitian 56

Variabel Independen 56


(15)

xv

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian 62

B. Hasil Uji Penelitian 65

Hasil Uji Statistik Deskriptif 66

Hasil Uji Asumsi Klasik 67

Hasil Uji Hipotesis 73

- Uji Determinasi 74

- Uji F 75

- Uji t 77

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan 81

B. Saran 83


(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu 33

Tabel 3.1 Pengambilan Keputusan Autokorelasi 51

Tabel 3.2 Operasional Variabel Penelitian 61

Tabel 4.1 Tahapan Seleksi Sampel dan Kriteria 63

Tabel 4.2 Sampel Penelitian 64

Tabel 4.3 Hasil Uji Statistik Deskriptif 66

Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinieritas 68

Tabel 4.5 Pengambilan Keputusan Autokorelasi 70

Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi 70

Tabel 4.7 Hasil Uji Heteroskedastisitas 72

Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas 73

Tabel 4.9 Hasil Uji Koefisien Determinasi 74

Tabel 4.10 Hasil Uji Statistik F 75


(17)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran 41


(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Data Sampel Penelitian 87

Lampiran II Hasil Analisis Data Sampel 91


(19)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam pelaporan keuangan yang menjadi salah satu fokus utama adalah informasi laba yang menyediakan informasi mengenai kinerja keuangan suatu perusahaan selama periode tertentu. Investor dan kreditor sebagai pengguna laporan keuangan dapat menggunakan informasi laba dan komponennya untuk membantu mereka dalam mengevaluasi kinerja perusahaan, mengestimasi laba dalam jangka panjang, memprediksi laba dimasa datang, menaksir resiko investasi atau pinjaman kepada perusahaan. Untuk mewujudkan manfaat tersebut maka diperlukan prinsip-prinsip akuntansi yang akan menghasilkan angka-angka yang relevan dan reliable (Juanda, 2007).

Salah satu prinsip yang dianut dalam proses pelaporan keuangan adalah prinsip konservatisme. Konservatisme merupakan reaksi yang berhati-hati atas ketidakpastian yang ada agar ketidakpastian dan risiko yang berkaitan dalam situasi bisnis dapat dipertimbangkan dengan cukup memadai. Ketidakpastian dan risiko tersebut harus dicerminkan dalam laporan keuangan agar nilai prediksi dan kenetralannya dapat diperbaiki. Pelaporan yang didasari kehati-hatian akan memberi manfaat yang terbaik untuk semua pemakai laporan keuangan (Almilia, 2004).

Watts (2003) mendefinisikan konservatisme sebagai prinsip kehati-hatian dalam pelaporan keuangan dimana perusahaan tidak terburu-buru dalam mengakui dan mengukur aktiva dan laba serta segera mengakui kerugian dan


(20)

2

hutang yang mempunyai kemungkinan yang terjadi. Penerapan prinsip ini mengakibatkan pilihan metode akuntansi ditujukan pada metode yang melaporkan laba atau aktiva yang lebih rendah serta melaporkan hutang lebih tinggi. Dengan demikian, pemberi pinjaman akan menerima perlindungan atas risiko menurun

(downside risk) dari neraca yang menyajikan aset bersih dan laporan keuangan yang melaporkan berita buruk secara tepat waktu (Haniati dan Fitriany, 2010). GIvoly dan Hayn (2000) mendefinisikan konservatisme sebagai pengakuan awal untuk biaya dan rugi serta menunda pengakuan untuk pendapatan dan keuntungan. Definisi resmi dari konservatisme terdapat dalam Glosarium Pernyataan Konsep No.2 FASB (Financial Accounting Statement Board) yang mengartikan konservatisme sebagai reaksi yang hati-hati (prudent reaction) dalam menghadapi ketidakpastian yang melekat pada perusahaan untuk mencoba memastikan bahwa ketidakpastian dan risiko dalam lingkungan bisnis yang sudah cukup dipertimbangkan. Konservatisme merupakan prinsip akuntansi yang jika diterapkan akan menghasilkan angka-angka laba dan aset cenderung rendah, serta angka-angka biya dan hutang cenderung tinggi. Kecenderungan seperti itu terjadi karena konservatisme menganut prinsip memperlambat pengakuan pendapatan serta mempercepat pengakuan biaya. Akibatnya, laba yang dilaporkan cenderung terlalu rendah (understatement) (Juanda, 2007).

Berdasarkan definisi konservatisme tersebut maka praktek konservatisme akuntansi sering memperlambat atau menunda pengakuan pendapatan yang mungkin terjadi, tetapi mempercepat pengakuan biaya yang mungkin terjadi.


(21)

3

Sementara itu dalam penilaian aset dan hutang, aset dinilai pada nilai paling rendah dan sebaliknya, hutang dinilai pada nilai yang paling tinggi (Juanda, 2007) PSAK sebagai standar pencatatan akuntansi di Indonesia menjadi pemicu timbulnya penerapan prinsip konservatisme. Pengakuan prinsip konservatisme di dalam PSAK tercermin dengan terdapatnya berbagai pilihan metode pencatatan di dalam sebuah kondisi yang sama. Hal tersebut akan mengakibatkan angka-angka yang berbeda dalam laporan keuangan yang pada akhirnya akan menyebabkan laba yang cenderung konservatif.

Beberapa pilihan metode pencatatan di dalam PSAK yang dapat menimbulkan laporan keuangan konservatif diantaranya adalah:

1. PSAK No. 14 tentang persediaan yang menyatakan bahwa perusahaan dapat mencatat biaya persediaan dengan menggunakan salah satu metode yaitu FIFO (first in first out) atau masuk pertama keluar pertama dan metode rata-rata tertimbang.

2. PSAK No. 16 tentang aktiva tetap dan aktiva lain-lain yang mengatur estimasi masa manfaat suatu aktiva tetap. Estimasi masa manfaat suatu aktiva didasarkan pada pertimbangan manajemen yang berasal dari pengalaman perusahaan saat menggunakan aktiva yang serupa. Estimasi masa manfaat harus diteliti kembali secara periodik dan jika manajemen menemukan bahwa masa manfaat suatu aktiva berbeda dari estimasi sebelumnya maka harus dilakukan penyesuaian atas beban penyusutan saat ini dan di masa yang akan datang. Standar ini memungkinkan


(22)

4

perusahaan untuk mengubah masa manfaat aktiva yang digunakan dan dapat mendorong timbulnya laba yang konservatif.

3. PSAK No. 19 tentang aset tidak berwujud yang berkaitan dengan metode amortisasi. Dijelaskan bahwa terdapat beberapa metode amortisasi untuk mengalokasikan jumlah penyusutan suatu aset atas dasar yang sistematis sepanjang masa manfaatnya.

4. PSAK No. 20 tentang biaya riset dan pengembangan yang menyebutkan bahwa alokasi biaya riset dan pengembangan ditentukan dengan melihat hubungan antara biaya dan manfaat ekonomis yang diharapkan perusahaanakan diperoleh dari kegiatan riset dan pengembangan. Apabila besar kemungkinan biaya tersebut akan meningkatkan manfaat ekonomis di masa yang akan datang dan biaya tersebut dapat diukur secara handal, maka biaya-biaya tersebut memenuhi syarat untuk diakui sebagai aktiva. Dengan adanya pilihan metode tersebut akan berpengaruh terhadap angka-angka yang disajikan dalam laporan keuangan. Sehingga dapat dikatakan bahwa secara tidak langsung konsep konservatisme ini akan mempengaruhi hasil dari laporan keuangan. Penerapan konsep ini juga akan menghasilkan laba yang berfluktuatif akan mengurangi daya prediksi laba untuk memprediksi aliran kas perusahaan pada masa yang akan datang (Sari dan Adhariani, 2009).

Dalam rangka mencapai tujuan tersebut laporan keuangan menyajikan informasi mengenai entitas yang meliputi asset, liabilitas, ekuitas, pendapatan beban termasuk keuntungan dan kerugian, kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik, arus kas. (PSAK , 2012)


(23)

5

Melalui kualitas laba yang terkandung dalam laporan keuangan, maka hal ini dapat dijadikan indikator baik atau tidaknya kemampuan suatu perusahaan dalam rangka mengelola sumber dayanya. Kualitas laba merupakan sesuatu yang sentral dan penting dalam dunia akuntansi karena berdasarkan kualitas laba tersebut profesi akuntansi dipertaruhkan. Investor, kreditor dan para pemangku kepentingan lainnya mengambil keputusan salah satunya berdasar pada laporan keuangan, apabila kualitas laba yang disajikan tidak dapat diandalkan maka para pemangku kepentingan tidak dapat percaya lagi pada profesi akuntansi. Manipulasi terhadap laba juga sering dilakukan oleh manajemen. Pemikiran bahwa pihak manajemen dapat melakukan tindakan yang hanya memberikan keuntungan bagi dirinya sendiri didasarkan pada suatu asumsi yang menyatakan setiap orang mempunyai perilaku yang mementingkan diri sendiri atau self- interested behaviour. Keinginan, motivasi dan utilitas yang tidak sama antara manajemen dan pemegang saham menimbulkan kemungkinan manajemen bertindak merugikan pemegang saham, antara lain berperilaku tidak etis dan cenderung melakukan kecurangan akuntansi. Penyusunan laba dilakukan oleh manajemen yang lebih mengetahui kondisi di dalam perusahaan, kondisi tersebut dapat menimbulkan masalah karena manajemen sebagai pihak yang memberikan informasi tentang kinerja perusahaan dievaluasi dan dihargai berdasarkan laporan yang dibuatnya sendiri. Pemisahaan kepemilikan seperti ini akan dapat menimbulkan konflik dalam pengendalian dan pelaksanaan pengelolaan perusahaan yang menyebabkan para manajer bertindak tidak sesuai dengan keinginan para pemilik (Jensen dan Meckling, 1976).


(24)

6

Karena kualitas laba yang disajikan dalam laporan keuangan tersebut sangat penting maka banyak pihak manajemen berusaha dengan berbagai macam cara untuk menyusun laporan keuangan sesempurna mungkin, yang mana hal ini tidak jarang memicu timbulnya ketidakcocokan informasi antara pihak manajemen perusahaan dengan principal yang sering menimbulkan konflik agensi. Dalam teori agensi dijelaskan bahwa terdapat hubungan kontraktual berupa pendelegasian wewenang pengambilan keputusan dari pemilik (principle) kepada agen (Jensen dan Meckling, 1976).

Konflik yang terjadi akibat pemisahan kepemilikan ini disebut dengan konflik keagenan, yaitu kesenjangan informasi antara manajemen sebagai pelaksana dan pemegang saham sebagai pemilik. Menurut pandangan teori keagenan, pihak manajemen yang mempunyai kepentingan tertentu akan cenderung menyusun laporan laba yang sesuai dengan tujuannya dan bukan demi untuk kepentingan prinsipal. Konflik keagenan yang mengakibatkan peluang manajemen ini akan mengakibatkan rendahnya kualitas laba. Rendah kualitas laba ini akan membuat kesalahan pembuatan keputusan kepada para pengguna informasi sehingga nilai perusahaan berkurang. Pandangan teori keagenan dimana terdapat pemisahan antara pihak agen dan principle yang mengakibatkan munculnya potensi konflik dapat mempengaruhi kualitas laba yang dilaporkan (Jensen dan Meckling, 1976). Subramanyam (1996) dalam Siregar dan Utama (2005) menyatakan bahwa salah satu ukuran kinerja perusahaan yang sering digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan adalah laba yang dihasilkan perusahaan. Laba yang diukur atas dasar akrual dianggap sebagai ukuran yang lebih baik atas kinerja


(25)

7

perusahan dibandingkan arus kas operasi karena akrual mengurangi masalah waktu dan mismatching yang terdapat dalam penggunaan arus kas dalam jangka pendek. Dalam prosesnya, dasar akrual dapat memberikan kesempatan kepada manajer dalam melakukan manajemen laba atau earnings management guna menaikkan atau menurunkan angka akrual dalam laporan laba rugi (Boediono,2005).

Widyaningdyah (2001) menyatakan definisi kualitas laba adalah perilaku manajemen untuk bermain dengan komponen discretionary accrual yang menentukan besarnya laba. Laba yang tidak dilaporkan sesuai dengan fakta yang terjadi dapat diragukan kualitasnya. Laba dapat dikatakan berkualitas tinggi apabila laba yang dilaporkan dapat digunakan oleh para pengguna untuk membuat keputusan yang terbaik, yaitu laba yang memiliki karakteristik relevansi, reliabilitas dan komparabilitas atau konsistensi (Sutopo, 2009). Rendahnya kualitas laba akan dapat membuat kesalahan dalam pembuatan keputusan para pemakainya seperti investor dan kreditor, sehingga nilai perusahaan akan berkurang (Siallagan dan Machfoedz, 2006).

Dalam praktek suatu perusahaan banyak kita temukan transaksi transaksi yang mengabaikan kepentingan pemegang saham publik (pemegang saham minoritas) serta pemegang saham lainnya, terutama pada perusahaan Indonesia yang menggunakan dana masyarakat dalam pembiayaan usahanya. Oleh karena itu keberadaan komisaris independen sangat diperlukan dan penting. Semua komisaris independen harus bersikap independen dan mampu melaksanakan tugasnya secara independen semata untuk kepentingan perusahaan, dan tidak


(26)

8

terpengaruh oleh pihak yang memiliki kepentingan yang dapat berbenturan dengan kepentingan pihak lain. Selain komisaris indepeden, komite audit juga diperlukan untuk lebih meningkatkan kualitas informasi yang terdapat dalam laporan keuangan perusahaan sesuai dengan tugasnya (Sutopo, 2009).

Pada kenyataannya sampai saat ini banyak sekali kasus manipulasi data akuntansi yang terjadi, yang dimanipulasikan oleh orang-orang tertentu untuk kepentingan tertentu yang menguntungkan pihak tersebut. Kasus ini menandakan laporan keuangan yang disajikan tidak bagus atau kualitas laba pada laporan keuangannya tidak dapat dipertanggungjawabkan. Contoh peyajian laporan keuangan yang tidak menyajikan keadaan laba sebenarnya adalah Skandal Manipulasi Laporan Keuangan PT. Kimia Farma Tbk. yang telah terbukti melakukan perekayasaan laporan keuangan yaitu dengan jalan memperbesar laba. PT Kimia Farma adalah salah satu produsen obat-obatan milik pemerintah di Indonesia. Pada audit tanggal 31 Desember 2001, manajemen Kimia Farma melaporkan adanya laba bersih sebesar Rp 132 milyar, dan laporan tersebut di audit oleh Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM). Akan tetapi, Kementerian BUMN dan Bapepam menilai bahwa laba bersih tersebut terlalu besar dan mengandung unsur rekayasa. Setelah dilakukan audit ulang, pada 3 Oktober 2002 laporan keuangan Kimia Farma 2001 disajikan kembali (restated), karena telah ditemukan kesalahan yang cukup mendasar. Pada laporan keuangan yang baru, keuntungan yang disajikan hanya sebesar Rp 99,56 miliar, atau lebih rendah sebesar Rp 32,6 milyar, atau 24,7% dari laba awal yang dilaporkan. Kesalahan itu timbul pada unit Industri Bahan Baku yaitu kesalahan berupa overstated penjualan sebesar Rp 2,7


(27)

9

miliar, pada unit Logistik Sentral berupa overstated persediaan barang sebesar Rp 23,9 miliar, pada unit Pedagang Besar Farmasi berupa overstated persediaan sebesar Rp 8,1 miliar dan overstated penjualan sebesar Rp 10,7 miliar (bumn.go.id).

Sejak krisis, wacana tentang tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) merebak bagai ledakan besar. Sebenarnya tak menjadi penting bagaimana perusahaan itu dikelola, tetapi begitu krisis dan semua perusahaan bangkrut, terusiklah kepentingan para pemegang saham, kreditor, dan investor. Jadi, kepedulian terhadap tata kelola perusahaan yang baik berbanding lurus dengan semakin tidak pastinya tingkat pengembalian investasi. Secara definitif, istilah corporate governance mengandung pengertian bagaimana pihak-pihak inti yang berkepentingan dengan perusahaan saling berinteraksi. Pihak-pihak itu adalah pemegang saham (shareholders), pengelola (top management),

dewan pengawas (board of directors). Para pemegang saham selalu berkepentingan mengamankan investasinya agar menghasilkan dividen tiap tahun. Untuk itu, mereka menugaskan para dewan pengawas untuk memonitor kinerja manajemen agar sesuai kepentingannya. Di sinilah letak pentingnya peran dewan pengawas komisaris independen yang bertindak atas mandat yang diberikan para pemegang saham, bukan pihak pengelola (Thomas L Wheelen & J David Hunger, 2000).

Para ahli strategic management sudah mengembangkan konsep yang menekankan tanggung jawab perusahaan dalam pengertian luas ini. Pada prinsipnya, perusahaan tidak hanya bertanggung jawab kepada para pemegang


(28)

10

saham saja, tetapi juga pada masyarakat secara umum. Sehingga, masyarakat memiliki kepentingan terhadap berbagai praktik penyimpangan perusahaan, bukan saja para pemegang saham. Dengan asumsi ini, masyarakat juga memiliki hak untuk menuntut agar perusahaan dikelola dengan baik. Sehingga masalah penyimpangan dalam pengelolaan perusahaan bukan semata monopoli kepentingan para pemegang saham saja. Manipulasi keuangan adalah praktik yang menyangkut kepentingan masyarakat (Widyaningdyah, 2001).

Berdasarkan kasus manipulasi laporan keuangan di atas maka penulis termotivasi untuk melakukan penelitian ini dengan berbagai alasan yaitu pertama, dengan tujuan agar penulis dapat mengetahui pengaruh mekanisme good corporate governance yaitu peran komite audit dan komisaris independen terhadap kualitas laba dan pengaruh prinsip konservatisme terhadap hasil laporan keuangan yang disajikanan yang mana PSAK sebagai standar pencatatan akuntansi di Indonesia menjadi pemicu timbulnya penerapan prinsip konservatisme yang mengakibatkan angka-angka yang berbeda dalam laporan keuangan yang pada akhirnya akan menyebabkan laba yang cenderung konservatif. Kedua, untuk membuka pandangan investor terhadap pengaruh penerapan konsep konservatisme, peran komite audit dan komisaris independen terhadap kualitas laba pada laporan keuangan.

Oleh karena itu penulis mengambil judul skripsi “Pengaruh Konservatisme

Akuntansi dan Good Corporate Governance terhadap Kualitas Laba” (Studi Empiris pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014).


(29)

11 B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka rumusan masalah yang akan diteliti adalah:

1. Apakah Konservatisme Akuntansi, Good Corporate Governance

(dilihat dari peran Komite Audit dan Komisaris Independen) berpengaruh secara signifikan terhadap Kualitas Laba?

2. Variabel mana yang paling dominan terhadap manajemen laba suatu perusahaan?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini yaitu:

1. Untuk menganalisa secara empiris pengaruh konservatisme akuntansi, good corporate governance (proporsi komite audit dan komisaris independen) terhadap kualitas laba.

2. Untuk menganalisa secara empiris variabel independen yang paling berpengaruh terhadap kualitas laba.

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada penulis dan kepada berbagai pihak diantaranya:


(30)

12

1. Kontribusi Teoritis

a. Masyarakat, dapat dijadikan sebagai sarana informasi untuk mengetahui tentang pentingnya informasi kualitas laba laba bagi investor maupun pengguna laporan keuanga lainnya dan dapat menambah wawasan masyarakat terhadap ilmu akuntansi.

b. Mahasiswa jurusan akuntansi, semoga penelitian ini dapat bermanfaat sebagai literature dalam penelitian selanjutnya dan menambah ilm pengetahuan akuntansi

c. Peneliti Selanjutnya, semoga penelitian ini dapat menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya tentang topic yang sama .

d. Bagi penulis, penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis karna sangat menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang Konservatisme Akuntansi dan Good Corporate Governance

terhadap Kualitas Laba.

2. Kontribusi Praktis

a. Bagi perusahaan, investor, dapat menggunakan informasi dari laporan keuangan yaitu kualitas laba ini dengan baik untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut.


(31)

13

b. Bagi Karyawan dan akuntan agar dapat menyajikan laporan keuangan yang baik dan jujur agar tidak terjadi asimetri informasi antara agen ataupun principle.

c. Bagi pengguna Laporan Keuangan diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat mempertimbangkan keputusannya dalam melakukan investasi.

d. Bagi Bapepam atau pemerintah dapat menjadikan penelitian ini sebagai evaluasi untuk mengawasi dan menanggulangi tindakan kecurangan akuntansi.


(32)

14 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Literatur

1. Teori Agensi dan Signaling Theory

Teori agensi biasa juga disebut sebagai teori keagenan. Teori keagenan merupakan basis teori yang mendasari praktik bisnis perusahaan yang dipakai selama ini. Teori tersebut berakar dari sinergi teori ekonomi, teori keputusan, sosiologi, dan teori organisasi. Prinsip utama teori menyatakan adanya hubungan kerja antara pihak yang memberi wewenang yaitu investor dengan pihak yang menerima wewenang (agensi) yaitu manajer. Pemisahan pemilik dan manajemen di dalam literatur akuntansi disebut dengan Agency Theory (teori keagenan).

Teori ini merupakan salah satu teori yang muncul dalam perkembangan riset akuntansi yang merupakan modifikasi dari perkembangan model akuntansi keuangan dengan menambahkan aspek perilaku manusia dalam model ekonomi. Teori agensi mendasarkan hubungan kontrak antara pemegang saham/pemilik dan manajemen/manajer. Menurut teori ini hubungan antara pemilik dan manajer pada hakekatnya sukar tercipta karena adanya kepentingan yang saling bertentangan (Jensen dan Meckling, 1976)


(33)

15

Dalam teori keagenan (agency theory), hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principle) memperkerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agen tersebut.

Hubungan antara principle dan agent dapat mengarah pada kondisi ketidakseimbangan informasi (asymmetrical information) karena agent

berada pada posisi yang memiliki informasi yang lebih banyak tentang perusahaan dibandingkan dengan principle. Dengan asumsi bahwa individu-individu bertindak untuk memaksimalkan kepentingan diri sendiri, maka dengan informasi asimetri yang dimilikinya akan mendorong agent untuk menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui principle. Dalam kondisi yang asimetri tersebut, agent

dapat mempengaruhi angka-angka akuntansi yang disajikan dalam laporan keuangan dengan cara melakukan manajemen laba.

Salah satu cara yang digunakan untuk memonitor masalah kontrak dan membatasi perilaku opportunistic management adalah corporate governance. Prinsip-prinsip pokok corporate governance yang perlu diperhatikan untuk terselenggaranya praktik good corporate governance adalah; transparansi (transparency), akuntabilitas

(accountability), keadilan (fairness), dan responsibilitas

(responsibility).

Corporate governance diarahkan untuk mengurangi asimetri informasi antara principal dan agent yang pada akhirnya diharapkan


(34)

16

dapat meminimalkan tindakan manajemen laba yang akan mempengaruhi kualitas laba dan rendahnya nilai perusahaan.

Kemudian, masalah keagenan juga akan timbul jika pihak manajemen atau agen perusahaan tidak atau kurang memiliki saham biasa perusahaan tersebut. Karena dengan keadaan ini menjadikan pihak manajemen tidak lagi berupaya untuk memaksimumkan keuntungan perusahaan dan mereka berusaha untuk mengambil keuntungan dari beban yang ditanggung oleh pemegang saham. Cara yang dilakukan pihak manajemen adalah dalam bentuk peningkatan kekayaan dan juga dalam bentuk kesenangan dan fasilitas perusahaan. Dijelaskan dalam Jensen dan Meckling (1976), Jensen (1986), Weston dan Brigham (1994), bahwa masalah keagenan dapat terjadi dalam 2 bentuk hubungan, yaitu; (1) antara pemegang saham dan manajer, dan (2) antara pemegang saham dan kreditor. Jika suatu perusahaan berbentuk perusahaan perorangan yang dikelola sendiri oleh pemiliknya, maka dapat diasumsikan bahwa manajer–pemilik tersebut akan mengambil setiap tindakan yang mungkin, untuk memperbaiki kesejahteraannya, terutama diukur dalam bentuk peningkatan kekayaan perorangan dan juga dalam bentuk kesenangan dan fasilitas eksekutif. Tetapi, jika manajer mempunyai porsi sebagai pemilik dan mereka mengurangi hak kepemilikannya dengan membentuk perseroan dan menjual sebagian saham perusahaan kepada pihak luar, maka pertentangan kepentingan bisa segera timbul.


(35)

17

Keadaan ini menjadikan manajer mungkin saja tidak sedemikian gigih lagi untuk memaksimumkan kekayaan pemegang saham karena jatahnya atas kekayaan tersebut telah berkurang sesuai dengan pengurangan kepemilikan mereka. Atau mungkin saja manajer menetapkan gaji yang besar bagi dirinya atau menambah fasilitas eksekutif, karena sebagian di antaranya akan menjadi beban pemegang saham lainnya.

Konflik antara pemegang saham dengan kreditur, kreditur menerima uang dalam jumlah tetap dari perusahaan (bunga hutang), sedangkan pendapatan pemegang saham bergantung pada besaran laba perusahaan. Dalam situasi ini, kreditur lebih memperhatikan kemampuan perusahaan untuk membayar kembali utangnya, dan pemegang saham lebih memperhatikan kemampuan perusahaan untuk memperoleh kembalian yang besar adalah melakukan investasi pada proyek. Apabila pelaksanaan proyek yang berisiko itu berhasil maka kreditur tidak dapat menikmati keberhasilan tersebut, tetapi apabila proyek mengalami kegagalan, kreditur mungkin akan menderita kerugian akibat dari ketidakmampuan pemegang saham untuk memenuhi kewajibannya. Untuk mengantisipasi kemungkinan rugi, maka kreditur melakukan pembatasan penggunaan hutang oleh manajer.

Salah satu pembatasan adalah membatasi jumlah penggunaan hutang untuk investasi dalam proyek baru. Konflik antara pemegang


(36)

18

saham dengan pihak manajemen walaupun telah dilakukan kontrak kerja yang sah antara pihak principal dan agent, namun di sisi lain pihak agent memiliki pengetahuan yang lebih banyak mengenai perusahaan (full information) dibandingkan dengan pengetahuan yang dimiliki oleh pihak principal. Pengetahuan yang lebih banyak dimiliki oleh pihak agent dibandingkan dengan pengetahuan yang dimiliki oleh pihak principal ini membuat terbentuknya suatu asimetri informasi atau asymetric information.

Dalam kondisi adanya perbedaan kepentingan diantara agen dan prinsipal dimana kontrak tidak dapat dibuat dengan sempurna, maka

corporate governance memainkan peranan untuk memperkecil konflik.

Corporat governance yang terdiri dari board of director mempunyai peranan untuk memonitor informasi dalam menilai kinerja manajer secara efektif dan efisien (Wardhani,2008)

Signalling theory menjelaskan bahwa pemberian sinyal yang dilakukan oleh manajer untuk mengurangi asimetri teori dengan menerapkan konservatisme untuk menghasilkan laba yang berkualitas. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah menerapkan depresiasi yang tinggi untuk menghasilkan laba yang rendah.

Dengan adanya understatement laba dan aktiva bersih yang permanen menunjukkan bahwa manajemen telah menerapkan konservatisme untuk menghasilkan laba yang berkualitas. Dengan adanya hal tersebut diharapkan dapat memberikan nilai tambah


(37)

19

perusahaan bagi investor dan dengan demikian pengguna laporan keuangan akan terhindari dari kemungkinan pengambilan keputusan yang terlalu optimistik yang apabila tidak mencapai tujuannya maka akan menimbulkan risiko (Yustina, 2013; Handojo, 2012).

2. Konservatisme Akuntansi

Konservatisme merupakan salah satu prinsip yang digunakan dalam akuntansi. Menurut FASB Statement of Concept No.2 dalam Sari (2004) Konservatisme adalah reaksi hati-hati untuk menghadapi ketidakpastian dalam mencoba memastikan bahwa ketidakpastian dan risiko pada situasi bisnis telah dipertimbangkan. Basu (1997) mendefinisikan konservatisme sebagai praktik mengurangi laba (dan mengecilkan aktiva bersih) dalam merespons berita buruk (bad news),

tetapi tidak meningkatkan laba (meninggikan aktiva bersih) dalam merespons berita baik (good news).

Watts (2003) mendefinisikan konservatisme sebagai perbedaan verifiabilitas yang diminta untuk pengakuan laba dibandingkan rugi. Watts juga menyatakan bahwa konservatisme akuntansi muncul dari insentif yang berkaitan dengan biaya kontrak, litigasi, pajak, dan politik yang bermanfaat bagi perusahaan untuk mengurangi biaya keagenan dan mengurangi pembayaran yang berlebihan kepada pihak-pihak seperti manajer, pemegang saham, pengadilan dan pemerintah. Selain itu, konservatisme juga menyebabkan understatement terhadap


(38)

20

laba dalam periode kini yang dapat mengarahkan pada overstatement

terhadap laba pada periode-periode berikutnya, sebagai akibat

understatement terhadap biaya pada periode tersebut. Sedangkan, Suwardjono (2010) mendefinisikan konservatisme sebagai sikap atau aliran (mazhab) dalam menghadapi ketidakpastian untuk mengambil tindakan atau keputusan atas dasar munculan (outcome) yang terjelek dari ketidakpastian tersebut.

Penman dan Zhang (2002) menjelaskan konservatisme akuntansi merupakan suatu pemilihan metode dan estimasi akuntansi yang menjaga nilai buku dari net assets relatif rendah. Mereka mencontohkan definisi tersebut dalam penggunaan metode pencatatan persediaan. Penggunaan metode LIFO dalam menilai persediaan pada saat nilai persediaan meningkat adalah salah satu contoh penerapan akuntansi konservatisme. Metode LIFO dikatakan lebih konservatif karena metode ini mengakibatkan nilai persediaan lebih rendah dibandingkan dengan FIFO dan average cost method pada saat nilai persediaan mengalami peningkatan.

Richardson dan Tinaikar (2003) dalam Kiryanto dan Edy (2006), menunjukkan bahwa ada dua jenis laba konservatisme, yaitu : (1) ex-ante conservatism atau news-independent conservatism. dan (2) ex-post conservatism atau news dependent conservatism. Ex-ante conservatism atau news-independent conservatism berkaitan dengan kebijakan-kebijakan yang mengurangi laba secara independen dari


(39)

21

kejadian-kejadian ekonomi saat ini, bahkan apabila pengeluaran-pengeluaran tersebut berkaitan secara positif dengan harapan aliran kas di masa yang akan datang. Ex-post conservatism atau news dependent conservatism menggambarkan lebih tepat waktu untuk pengakuan laba terhadap bad news dari pada good news. Secara umum, prinsip akuntansi ini menghendaki penghapusan dengan segera untuk mengakui bad news terhadap persediaan, goodwill, ketidakpastian kerugian dan sebaliknya. Menurut Kiryanto dan Edy (2006), penggunaan dari ex-post conservatism atau news dependent conservatism ini menghasilkan slop koefisien regresi laba terhadap

returns yang lebih tinggi untuk perusahaan-perusahaan dengan negatif

returns (bad news) dari pada positif returns (good news).

Konservatisme akuntansi tidak menjadi prinsip yang diatur dalam standar akuntansi internasional (IFRS). Hellman (2007) menyatakan bahwa jika dibandingkan dengan akuntansi konvensional, IFRS fokus pada pencatatan yang lebih relevan sehingga menyebabkan ketergantungan yang semakin tinggi terhadap estimasi dan berbagai

judgement. Dalam hal ini, kebijakan yang ditetapkan IASB

(International Accounting Standard Board) tersebut menyebabkan semakin berkurangnya penekanan atas penerapan akuntansi konservatif secara konsisten dalam pelaporan keuangan berdasarkan IFRS (Hellman, 2007).


(40)

22

Konservatisme dapat dijelaskan dari perspektif teori keagenan. Menurut teori keagenan, manajer (agents) memiliki tindakan kesempatan untuk memaksimalkan kesejahteraannya sendiri dengan mengorbankan kepentingan pemegang saham, debt holders, dan pihak pengontrakan lainnya (principals). Teori tersebut menjelaskan perusahaan merupakan nexus of contract yakni tempat bertemunya kontrak antar berbagai pihak yang berpotensi menimbulkan konflik kepentingan (Juanda, 2007).

3. Good Corporate Governance

Tata Kelola Perusahaan (corporate governance) adalah rangkaian proses, kebiasaan, kebijakan, aturan, dan institusi yang memengaruhi pengarahan, pengelolaan, serta pengontrolan suatu perusahaan atau korporasi. Tata kelola perusahaan juga mencakup hubungan antara para pemangku kepentingan (stakeholder) yang terlibat serta tujuan pengelolaan perusahaan. Pihak-pihak utama dalam tata kelola perusahaan adalah pemegang saham, manajemen, dan dewan direksi. Pemangku kepentingan lainnya termasuk karyawan, pemasok, pelanggan, bank dan kreditor lain, regulator, lingkungan, serta masyarakat luas.

Tata kelola perusahaan adalah suatu subjek yang memiliki banyak aspek. Salah satu topik utama dalam tata kelola perusahaan adalah menyangkut masalah akuntabilitas dan tanggung jawab mandat, khususnya implementasi pedoman dan mekanisme untuk memastikan


(41)

23

perilaku yang baik dan melindungi kepentingan pemegang saham. Fokus utama lain adalah efisiensi ekonomi yang menyatakan bahwa sistem tata kelola perusahaan harus ditujukan untuk mengoptimalisasi hasil ekonomi, dengan penekanan kuat pada kesejahteraan para pemegang saham. Ada pula sisi lain yang merupakan subjek dari tata kelola perusahaan, seperti sudut pandang pemangku kepentingan, yang menuntut perhatian dan akuntabilitas lebih terhadap pihak-pihak lain selain pemegang saham, misalnya karyawan atau lingkungan.

Perhatian terhadap praktik tata kelola perusahaan di perusahaan modern telah meningkat akhir-akhir ini, terutama sejak keruntuhan perusahaan-perusahaan besar AS seperti Enron Corporation dan

Worldcom. Di Indonesia, perhatian pemerintah terhadap masalah ini diwujudkan dengan didirikannya Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) pada akhir tahun 2004.

Pengertian good governance dapat diartikan sebagai cara mengelola urusanurusan publik. Good governance dapat tercapai apabila beberapa hal dibawah ini dipedomani dalam pengelolaan APBD. Selanjutnya Mardiasmo (1999, 2006) mengemukakan elemen manajemen keuangan daerah yang diperlukan untuk mengontrol kebijakan keuangan daerah tersebut meliputi, akuntabil itas, value for money, kejujuran, transparansi dan pengawasan.

Konsep Good Governance, Good Financial Governance


(42)

24

Indonesia oleh lembaga-lembaga donor World Bank, Asian Developmen Bank (ADB) dan United Nation Developmen Program

(UNDP). Good Governance sebagai suatu kesuksesan pemerintah dalam mengelola keuangan untuk pelayanan umum yang baik. World Bank dalam Maryono, Warella, Kismartini (2007) mengusung tiga indikator yang perlu diperhatikan dalam good governance yaitu: (1) bentuk rejim politik, (2) proses dimana kekuasaan digunakan dalam manajemen-manajemen sumber daya sosial dan ekonomi bagi kepentingan pembangunan, (3) kemampuan pemerintah untuk mendesain, mempormulasikan, melaksanakan kebijakan, dan melaksanakan fungsi-fungsinya.

Asian Development Bank (ADB) mengartikulasikan empat elemen penting dari good governance yaitu: (1) akuntabilitas, (2) partisipasi, (3) terprediksi, (4) transparansi. UNDP menyebutkan enam indikator kesuksesan good governance yaitu: (1) mengikut sertakan semua, (2) transparan dan bertanggung jawab, (3) efektif dan adil (4) menjamin adanya supremasi hukum, (5) menjamin bahwa priortas-prioritas politik, sosial ekonomi didasarkan pada konsensus masyarakat, (6) memperhatikan kepentingan mereka yang paling miskin dan lemah dalam proses pengambilan keputusan menyangkut alokasi sumber daya pembangunan. Saragih (2003) dalam Maryono, Warella, Kismartini (2007) mengatakan terdapat lima prinsip dasar dalam mengelola


(43)

25

keuangan publik yaitu : (1) transparansi, (2) efisisen, (3) efektif, (4) akuntabilitas, (5) partisipasi.

World Bank dalam Mardiasmo (2002) menetapkan prinsip-prinsip pokok dalam penganggaran dan manajemen keuangan daerah antara lain : (1) Komprehensip dan displin, (2) fleksibilitas, (3) terperediksi, (4) kejujuran (5) informasi, (6) Transparansi dan akuntabilitas. ADB memberikan indikator ataupun prinsip-prinsip good financial governance yaitu : (1) transparansi of financial reporting, (2) Reliability of financial reporting, (3) accounting and auditing standards, (4) strength of the accounting and auditing profesinal, (5) legal and regulatory framework. Karakteristik Good Governace

menurut UNDP dalam Mardiasmo (2002) (1) participation, (2) rule of law, (3) trans parency, (4) responsiveness, (5) consensus orientation, (6) equity, (7) efficiency and effectiveness, (8) Accountability, (9) strategic vision. Dari berbagai elemen manajemen keuangan daerah dapat disimpulkan bahwa akuntabilitas, transparansi, pengawasan dan akuntansi diperlukan untuk mengontrol kebjikan keuangan daerah tersebut. Pencapaian good governance, good financial governance juga tidak terlepas dari hal tersebut diatas.

Komponen mekanisme Corporate Governance yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Komite Audit, dan Komisaris Independen. Komponen ini digunakan untuk mengurangi konflik keagenan.


(44)

26 a. Komite Audit

Keberadaan komite audit diatur melalui Surat Edaran Bapepam Nomor Kep-29/PM/2004 (bagi perusahaan public) dan Keputusan Mentri BUMN Nomor KEP-103/MBU/2002 (bagi BUMN). Komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris dalam rangka membantu melaksanakan tugas dan fungsinya. Komite audit terdiri dari sekurang-kurangnya satu orang Komisaris Independen dan sekurang-kurangnya dua orang anggota lainnya berasal dari luar emiten atau perusahaan publik. Anggota komite audit berasal dari kalangan luar dan berbagai keahlian, pengalaman dan kualitas lainnya yang dibutuhkan guna mencapai tujuan komite audit. Komite audit harus bebas dari pengaruh direksi dan eksternal auditor dan harus bertanggung jawab kepada dewan komisaris (Surya dan Yustiavanana, 2008).

Menurut Surya dan Yustiavanana (2008) pada umumnya komite audit mempunyai tanggung jawab pada tiga bidang yaitu :

1. Laporan Keuangan

Komite audit bertanggung jawab untuk memastikan bahwa laporan yang dibuat manajemen telah memberikan gambaran yang sebenarnya tentang kondisi keuangannya, hasil usaha, rencana dan komitmen perusahaan dalam jangka panjang.


(45)

27

2. Tata kelola perusahaan

Komite audit bertanggung jawab untuk memastikan apakah perusahaan telah dijalankan sesuai undang-undang dan peraturan yang berlaku. Komite audit mengawasi secara efektif terhadap benturan kepentingan dan kecurangan yang dilakukan oleh karyawan perusahaan.

3. Pengawasan perusahaan

Komite audit bertanggung jawab untuk mengawasi perusahaan yang berpotensi mengandung resiko dan system pengendalian intern serta memonitor proses pengawasan yang dilakukan oleh auditor internal.

Komite audit mempunyai peran yang sangat penting dan strategis dalam hal memelihara kredibilitas proses penyusunan laporan keuangan seperti halnya menjaga terciptanya sistem pengawasan perusahaan yang memadai serta dilaksanakannya good corporate governance. Hal ini dikarenakan komite audit bertugas membantu dewan komisaris untuk memonitor proses pelaporan keuangan oleh manajemen untuk meningkatkan kredibilitas laporan keuangan.(Bradbury et al 2005).

Tugas komite audit meliputi penelaahan kebijakan akuntansi yang diterapkan oleh perusahaan, penilaian pengendalian internal, dan penelaahan sistem pelaporan eksternal dan kepatuhan terhadap peraturan (Suaryana,2005).

Dengan berjalannya fungsi komite audit secara efektif, maka control terhadap perusahaan akan lebi baik, sehingga keagenan yang


(46)

28

terjadi akibat keinginan manajemen untuk meningkatkan kesejahteraannya sendiri dapat diminimalisasi. Keberadaan komite audit independen yang memiliki keahlian dibidang akuntansi dan keuangan merupakan sinyal persepsi kredibilitas dan kualitas laba perusahaan yang lebih baik (Suaryana, 2005).

b. Komisaris Independen

Komisaris independen adalah anggota komisaris yang tidak terafiliasi dengan direksi, anggota dewan komisaris lainnya, dann pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata untuk kepentingan perusahaan (Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance,

2006).

Menurut Surya dan Yustiviana, 2008 keberadaan komisaris independen berhubungan dengan ketentuan penyelenggara tata kelola peruahaan yang baik yaitu jumlah komisaris independen adalah sekurang-kurangnya 30% dari seluruh jumlah anggota komisaris terhadap laporan atau hal-hal yang disampaikan oleh direksi kepada dewan komisaris serta mengidentifikasi hal hal yang memerlukan perhatian dewan komisaris yang mencakup:

1. Melakukan penelaahan atas informasi keuangan.


(47)

29

3. Melakukan penelaahan atas kecukupan pemeriksaan yang dilakukan akuntan publik untuk memastikan semua resiko yang perlu dipertimbangkan.

4. Melakukan penelaahan atas efektifitas pengendalian internal perusahaan.

5. Menelaah tingkat kepatuhan perusahaan.

6. Komisaris independen wajib juga menyampaikan peristiwa atau kejadian penting yang diketahuinya kepada dewan komisaris perusahaan yang tercatat.

Dewan komisaris mempunyai peranan penting dalam implementasi

good corporate governance oleh karena itu diperlukan komisaris independen yang integritas tidak cacat hukum, tidak memiliki hubungan kontrak bisnis dengan pemegang saham baik secara langsung maupun tidak langsung. Komisaris diusulkan dan dipilih oleh pemegang saham minoritas yang bukan merupakan pemegang saham pengendali dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

Komisaris diharapkan mampu meningkatkan peran dewan komisaris yang bertugas menjalankan fungsi pengawasan (monitoring)

sehingga dapat mempengaruhi pihak manajemen dalam pembuatan laporan keuangan agar memiliki laporan laba yang berkualitas (Boediono, 2005)


(48)

30 4. Kualitas Laba

Informasi keuangan yang berkualitas merupakan informasi penting dalam pengambilan keputusan ekonomi atau investasi yang dapat mempengaruhi keputusan bagi pihak-pihak berkepentingan. Dalam kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan Ikatan Akuntansi Indonesia (2012) dinyatakan bahwa tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Agar bermanfaat laporan keuangan perlu memiliki karakteristik sebagai laporan keuangan berkualitas.

Melakukan analisis terhadap laba tidak hanya dapat dilakukan dengan hanya sekedar melihat angka dari laba yang dilaporkan. Proses pelaporan angka tersebut merupakan proses yang panjang, melibatkan berbagai metode, asumsi dan estimasi dalam sebuah pemisahan batas

(cut-off) periode akuntansi yang lazim disebut dengan tahun takwim

(financial year).

Menurut White, Sondhi dan Fried (1998, 956), Indikator Kualitas Laba yang baik adalah:

1. Pengakuan pendapatan dengan metode yang konservatif.

2. Menggunakan metode persediaan LIFO (jika diasumsikan harga-harga mengalami peningkatan).


(49)

31

3. Cadangan Piutang Tak Tertagih (Bad Debts) relatif tinggi terhadap piutang dan kerugian kredit dimasa lalu.

4. Menggunakan metode penyusutan dipercepat (accelerated methods) dan umur yang singkat.

5. Penghapusan yang cepat terhadap Goodwill dan Aktiva tidak berwujud lainnya.

6. Kapitalisasi yang minimal terhadap bunga dan biaya

overhead.(Wajib dihapuskan konsep bunga)

7. Kapitalisasi yang minimal terhadap biaya piranti lunak komputer (Computer Shofware)

8. Membebankan langsung biaya awal (start-up costs) untuk operasi-operasi baru.

9. Menggunakan metode kontrak penuh (completed contract method) dalam akuntansi pekerjaan dalam jangka panjang. 10.Menggunakan asumsi-asumsi yang konservatif dalam rencana

manfaat untuk karyawan (employee benefit plans)

11.Menyediakan provisi yang memadai terhadap tuntutan hukum dan kerugian kontijensi (Contingency Losses).

12.Meminimalkan penggunaan tehnik-tehnik pembiayaan off-balance sheet.

13.Tidak memperhitungkan keuntungan yang tidak berulang (non-recurring gains).


(50)

32 14.Tidak memperhitungkan laba yang bukan kas (non-cash

earenings).

15.Pengungkapan (disclosure) yang jelas dan memadai.

Kualitas Laba tidak mempunyai ukuran yang mutlak, maka penilaian kualitas laba yang dapat dilakukan sesuai Hawkins (1998, 178) adalah:

1. Mengukur dengan menggunakan skala, baik atau tinggi dan buruk atau rendah, yang perlu diingat bahwa seberapa baik dan seberapa buruk adalah hal yang sulit dilakukan, apalagi jika harus dikuantifikasi dalam angka-angka.

2. Perubahan kualitas laba dari waktu ke waktu,lebih baik atau lebih buruk, dimana juga perlu diingat bahwa seberapa banyak menjadi lebih baik atau buruk tidak dapat ditentukan dengan pasti.


(51)

33

B. Table 2.1 Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Metode Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

1 Hafiza Aishah Hasyim (2007)

Corporate Governance,

Ownership Structure and Earning Quality: Malaysian Evidence

Regresi Berganda, variable corporate governance, and earning quality

Variable ownership structure

Studi ini menemukan hubungan yang signifikan positif antara proporsi anggota keluarga dan pendapatan kualitas yang menunjukkan bahwa kepemilikan saham terkonsentrasi dalam kepemilikan keluarga memiliki insentif untuk mengurangi biaya agensi melalui penyelarasan yang lebih baik dari pemegang saham dan kepentingan manajerial. Penelitian ini menemukan bukti signifikan positif pada hubungan antara kepemilikan institusional dan kualitas laba . Kepemilikan saham terkonsentrasi oleh investor institusi memberikan insentif untuk memantau rajin karena mereka memiliki sumber daya , keahlian dan insentif kuat untuk secara aktif memantau tindakan manajemen dan meningkatkan laba yang dilaporkan keuangan.


(52)

34

Table 2.1 (lanjutan)

No Peneliti Judul Metode Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

2 Putu Tuwentina dan Dewa Gede Wirama (2014)

Pengaruh Konservatisme

Akuntansi dan Good Corporate

Governance pada

Kualitas Laba

Analisis regresi berganda, variable independen:

variable konservatisme akuntansi, good corporate

governance

variable dependen: Kualitas Laba

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konservatisme akuntansi berpengaruh positif pada kualitas laba. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang menerapkan konservatisme akuntansi berpengaruh positif pada kualitas laba.

Hal ini menunjukkan bahwa

perusahaan yang menerapkan

konservatisme akuntansi mendapatkan respon yang positif dari investor berdasarkan laba yang disajikan. Variable lain yaitu good corporate governance tidak berpengaruh pada kualitas laba.


(53)

35

Table 2.1 (lanjutan)

No Peneliti Judul Metode Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

3 Salami Suleiman (2014)

Corporate Governance

Mechanisms and

accounting Conservatisme

Regresi berganda

variable corporate governance and variable accounting conservatism

Penelitian ini menunjukkan pengaruh negatif yang signifikan dan pengaruh positif yang signifikan dari direktur independen di atas pelaporan konservatif.


(54)

36

Table 2.1 (lanjutan)

No Peneliti Judul Metode Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

4 Robertus M

Bambang Gunawan, Effendie, Djoni Budiarjo

(2014)

The Influence of

Good Corporate

Governance, Ownership

Structure and Bank Size to the Bank Performance and Company

Value in Banking Industry in Indonesia

Variable good

corporate governance,

Variable ownership

structure and bank size to the bank performance, and company value

Hasil penelitian ini menunjukkan gcg

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja bank , struktur kepemilikan tidak ada efek positif pada kinerja bank , ukuran Bank memiliki dampak yang signifikan terhadap kinerja bank , tata kelola perusahaan yang baik memiliki

berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan , struktur kepemilikan memiliki efek signifikan terhadap nilai perusahaan , ukuran Bank memiliki efek signifikan terhadap nilai perusahaan , dan kinerja bank memiliki dampak yang signifikan terhadap nilai perusahaan .


(55)

37

Table 2.1 (lanjutan)

No Peneliti Judul Metode Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

5 *Kyong Soo

Choi, Keimyung University, South Korea *Se Joong Lee, Ph.D student, The University of Hong Kong, Hong Kong

*Soo Yeon

Park, Korea University, South Korea

*Yong Keun

Yoo, Korea

University, South Korea (2015)

Accounting Conservatism,

Changes In Real Investment,

And Analysts’ Earnings Forecasts

Regresi berganda

Variable accounting conservatisme

Variable change in real investmen and analysts’ earning forecast, sell side analist

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sell- side

analis tidak mengakui sepenuhnya efek patungan antara konservatisme akuntansi dan kegiatan nyata

pada kualitas laba dan bahwa mereka perlu mengurangi bias untuk meningkatkan efisiensi pasar dengan menyediakan investor dengan tolok ukur yang baik untuk harapan pendapatan mereka


(56)

38

Table 2.1 (lanjutan)

No Peneliti Judul Metode Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

6 Pedi Riswandi (2013)

Pengaruh Kepemilikan

Manajerial, Proporsi Komisaris

Independen terhadap Kualitas Laba.

Regresi berganda, Variable

kepemilikan manajerial, komisaris

independen dan kualitas laba

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepemilikan

manajerial berpengaruh negatif terhadap kualitas laba,proporsi komisaris dependen

berpengaruh positif terhadap kualitas laba


(57)

39

Table 2.1 (lanjutan)

No Peneliti Judul Metode Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

7 Erna Hadian

Ningsih (2013)

Pengaruh Tenure

Kantor Akuntan

Publik, Mekanisme

GCG terhadap

Kualitas Laba

Regresi Berganda, Variable GCG dan Kualitas Laba

Pengaruh Tenur Akuntan Publik

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Kualitas Laba dipengaruhi secara signifikan oleh tenur kantor akuntan public dan dewan komisaris independen sedangkan komite audit, kepemilikan konstitusional, dan kepemilikan manajerial tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas laba


(58)

40

Table 2.1 (lanjutan)

No Peneliti Judul Metode Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

8 Soleh Agus (2012)

Pengaruh Peran

Komite Audit dan Pertumbuhan

Investasi terhadap Kualitas Laba

Regresi berganda, Variable dependen Kualitas laba

Peran komite

Audit

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peran komite audit dan pertumbuhan investasi berpengaruh signifikan terhadap kualitas laba baik secara parsial maupun simultan.


(59)

41

A. Kerangka Pemikiran

Kerangka penelitian pemikiran pada penelitian ini yaitu menganalisis apakah ada hubungan antara Konservatisme Akuntansi, Good Corporate Governance dan kepemilikan manajerial terhadap kualitas laba. Yang mana digambarkan pada bagan berikut:

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran

Bersambung ke halaman berikutnya

Adanya skandal keuangan mengenai kualitas Laba

Faktor penyebab terjadinya Skandal Laporan Keuangan mengenai Kualitas Laba


(60)

42

Gambar 2.2: Skema Kerangka Pemikiran (lanjutan)

Konservatisme Akuntansi (X1)

Good Corporate Governance

Dengan perspektif Komite Audit (X2) dan Komite Audit (X3) Komisaris Independen

Kualitas Laba (Y)

Metode Analisis: Analisis Regresi

Kesimpulan, Implikasi, dan Saran Hasil Pengujian dan Pembahasan


(61)

43 B. Keterkaitan Antara Variable dan Perumusan Hipotesa

1. Konservatisme Akuntansi

Konservatisme akuntansi adalah konsep yang mengakui beban dan kewajiban sesegera mungkin meskipun ada ketidakpastian tentang hasilnya, namun hanya mengakui pendapatan dan aset ketika sudah yakin akan diterima. Berdasarkan prinsip konservatisme, jika ada ketidakpastian tentang kerugian, Anda harus cenderung mencatat kerugian. Sebaliknya, jika ada ketidakpastian tentang keuntungan, Anda tidak harus mencatat keuntungan. Dengan demikian, laporan keuntungan cenderung menghasilkan jumlah keuntungan dan nilai aset yang lebih rendah demi untuk berjaga-jaga. Dari penelitian sebelumnya yaitu penelitian Putu Tuwentina dan Dewa Gede Wirama (2014) yang dalam hasil penelitiannya mengatakan bahwa konservatisme akuntansi berpengaruh positif pada kualitas laba. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang menerapkan konservatisme akuntansi mendapatkan respon yang positif dari investor berdasarkan laba yang disajikan. Maka penulis menyimpulkan hipotesis dari penelitian ini untuk prinsip konservatisme adalah:

H1: Prinsip konservatisme berpengaruh positif terhadap kualitas laba


(62)

44

2. Good Corporate Governance

Tata kelola perusahaan yang baik tentunya akan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan maupun dalam segi laporan keuangan yang disajikan tentu akan baik dan laba yang disajikan dalam laporan keuangan tersebut juga akan tersaji sebagaimana adanya dengan arti lain laba yang berkualitas. Proporsi good corporate governance yang digunakan dalam penelitian ini yaitu proporsi komite audit dan komisaris independen Berdasarkan penelitian sebelumnya Pedi Riswandi (2013) good corporate governance berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas laba. Yang mana peran komite audit dan komisaris independen itu sangat penting bagi suatu perusahaan. Jadi dalam penelitian ini penulis menyimpulkan tata kelola perusahaan yang baik atau good corporate governance berpengaruh secara signifikan terhadap penyajian kualitas laba yang terkandung dalam laporan keuangan.

a. Komite Audit

Menurut Soleh Agus (2012) peran komite audit berpengaruh signifikan terhadap terhadap kualitas laba baik secara parsial maupun simultan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh soleh agus tersebut maka hipotesis untuk penelitian ini yaitu:


(63)

45 H2: Komite Audit berpengaruh secara signifikan terhadap Kualitas Laba

b. Komisaris Independen

Komisaris independen adalah anggota komisaris yang tidak terafiliasi dengan direksi, anggota dewan komisaris lainnya, dann pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata untuk kepentingan perusahaan (Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance, 2006).

Berdasarkan penelitian Pedi Riswandi (2013) hasil penelitiannya menunjukkan bahwa komisaris independen berpengaruh positif terhadap kualitas laba. Maka hipotesis untuk komisaris independen pada penelitian ini yaitu:

H3: Komisaris Independen berpengaruh secara positif terhadap Kualitas Laba


(64)

46 BAB III

Metodologi Penelitian A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan antara variabel independen yaitu konservatisme akuntansi, good corporate governance, dengan variabel dependen yaitu kualitas laba. Objek dari penelitian ini adalah annual report dan laporan audit perusahaan Real Estate dan property yang terdaftar di bursa efek Indonesia (BEI) periode 2010-2014

B. Penentuan Sample

Metode yang digunakan dalam penelitian ini untuk pemilihan sample adalah metode purposive sampling dengan tekhnik berdasarkan pertimbangan judgement sampling. Judgement sampling merupakan tipe pemilihan sampel secara tidak acak yang infonya diperoleh dengan pertimbangan tertentu yang umumnya disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian (indrianto dan Supomo, 2009:131).

Dengan metode tersebut maka sampel dipilih berdasarkan kesesuaian karakteristik sample dengan pemilihan sample yang ditentukan. Sampel yang dipilih berdasarkan kriteria berikut ini:

1. Perusahaan Real Estate yang listing di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014

2. Perusahaan Real Estate yang listing di BEI dengan mata uang rupiah


(65)

47

3. Perusahaan Real Estate yang menyertakan laporan auditor independent bersama dengan laporan keuangan yang telah diaudit pada periode 2010-2014

4. Perusahaan Real Estate yang memiliki data keuangan yang berkaitan dengan variable penelitian secara lengkap. Perusahaan

Real Estate yang list di BEI periode 2010-2014.

C. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang mana sumber data penelitiannya diperoleh peneliti secara tidak langsung dengan melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data Sekunder) yang dipubliskan maupu tidak (indrianto dan supomi, 2009:147). Sedangkan metode pengumpulan data berupa metode dokumentsi yaitu penggunaan data yang berasal dari sumber yang sudah ada. Data yang dipakai dalam penelitian ini yaitu annual report dan laporan audit dari perusahaan manuaktur yang terdaftar di BEI periode 2013-2015 yang diperoleh dari www.idx.co.id.

D. Metode Analisis Data

Metode analisis data pada penelitian ini adalah tekhnik analisis kuantitatif yang artinya adalah metode yang lebih menekankan pada


(66)

48

aspek pengukuran secara obyektif terhadap fenomena sosial. Untuk dapat melakukan pengukuran, setiap fenomena sosial di jabarkan kedalam beberapa komponen masalah, variable dan indikator. Setiap variable yang di tentukan di ukur dengan memberikan simbol – simbol angka yang berbeda – beda sesuai dengan kategori informasi yang berkaitan dengan variable tersebut. Dengan menggunakan simbol – simbol angka tersebut, teknik perhitungan secara kuantitatif matematik dapat di lakukan sehingga dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang belaku umum di dalam suatu parameter.

Tujuan utama dati metodologi ini ialah menjelaskan suatu masalah tetapi menghasilkan generalisasi. Generalisasi ialah suatu kenyataan kebenaran yang terjadi dalam suatu realitas tentang suatu masalah yang di perkirakan akan berlaku pada suatu populasi tertentu.

Generalisasi dapat dihasilkan melalui suatu metode perkiraan atau metode estimasi yang umum berlaku didalam statistika induktif. Metode estimasi itu sendiri dilakukan berdasarkan pengukuran terhadap keadaan nyata yang lebih terbatas lingkupnya yang juga

sering disebut “sampel” dalam penelitian kuantitatif.

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda dengan bantuan program IBM Statistic Package for Sciences (SPSS) versi 21.


(67)

49

1. Satistik Deskriptif

Statistika deskriptif adalah metode-metode yang berkaitan dengan pengumpulan dan penyajian suatu gugus data sehingga memberikan informasi yang berguna. Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi mengenai suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), Standar Deviasi (standar deviation), maksimum dan minimum. Mean digunakan untuk memperkirakan besar rata-rata populasi diperkirakan dalam sampel. Standar deviasi digunakan untuk menilai dispersi rata-rata dari sampel. Maksimum digunakan untuk melihat nilai maksimum dari populasi. Sedangkan minimum digunakan untuk melihat nilai minimum dari nilai populasi.hal ini perlu dilakukan untuk melihat gambaran keseluruhan dari sampel yang berhasil dikumpulkan dan memenuhi syarat untuk dijadikan sampel penelitian.

2. Uji Asumsi Klasik

Sebelum dilakukan pengujian regresi berganda maka perlu dilakukan pengujian asumsi klasik untuk model yang digunakan dalam penelitian. Uji asumsi klasik yang digunakan oleh peneliti


(68)

50

pada penelitian ini yaitu uji multikolonieritas, uji auto korelasi, uji heteroskidestitas, uji normalitas.

a. Multikolinieritas

Menurut Ghozali (2005: 91) uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar satu atau semua variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas atau tidak terjadi multikolinear. Cara mendeteksi terjadi atau tidaknya multikolonieritas adalah dengan melihat tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Kedua pengukuran ini menunjukkan menunjukkan setiap variable independen manakah yang dijelaskan oleh variable independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variable independen yang terpilih dan tidak dijelaskan oleh variable lainnya. Jika nilai tolerance rendah yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi (karna VIF=1/tolerance). Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah

nilai tolerance ≤0,10 atau sama dengan nilai VIF≥10.

b. Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam regresi linear ada kolerasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan penganggu pada periode t-1


(69)

51

(sebelumnya). Jika terjadi autokorelasi, maka dinamakan problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karna observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain.

Untuk mendeteksi adanya autokorelasi pada penelitian ini digunakan pengujian autokorelasi tingkat 1 (first order autocorrelation) dan mensyaratkan adanya intercept

(konstanta) dalam model regresi dan tidak ada variable lag diantara variable independen (Ghozali, 2011:11). Hipotesis yang akan diuji adalah:

H0: tidak ada autokorelasi (r=0)

HA: ada autokorelasi (r=0)

Table 3.1

Pengambilan keputusan autokorelasi

Hipotesis nol Keputusan Jika

Tidak ada

autokorelasi positif

Tolak 0<d<dl

Tidak ada

autokorelasi positif

No decision dl≤d≤du

Tidak ada autokorelasi Negatif

Tolak 4-du<d<4

Tidak ada autokorelasi Negatif

No decision 4-du≤d≤4-dl Tidak ada

autokorelasi positif atau Negatif

Tidak ditolak Du<d<4-du


(70)

52

c. Heteroskedastisitas

Tujuan uji heteroskedastisitas adalah untuk menguji apakah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika residualnya tetap antara satu pengamatan ke pengamatan lainnya disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas . homoskedastisitas adalah model regresi yang baik.

Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat diilakukan dengan berbagai cara, pada penelitian ini penguji menggunakan uji glejser. Analisis dengan grafik plot memiliki kelemahan yang cukup signifikan karena jumlah pengamatan mempengaruhi hasil ploting, semakin sedikit jumlah pengamatan semakin sulit menginterprestasikan hasil grafik plot (ghozali, 2011:139).

Menurut Gujarati (2003) uji glejser mengusulkan untuk meregres nilai absolut residual terhadap variabel independen

dengan persamaan regresi: |Ut|=α+βXt+vt

d. Uji normalitas

Tujuan uji normalitas adalah untuk mengukur apakah didalam model regresi variabel independen dan variabel


(1)

95

Lampiran III


(2)

96

Hasil Uji Linear Berganda

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

KONS 90 -.19 .19 .0038 .06927

KA 90 2.00 3.00 2.9889 .10541

KI 90 1.00 4.00 2.0111 .84127

LN_KL 90 -3.77 4.46 -.0160 1.36550

Valid N (listwise) 90

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 90

Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std. Deviation .83809441

Most Extreme Differences

Absolute .100

Positive .097

Negative -.100

Kolmogorov-Smirnov Z .952

Asymp. Sig. (2-tailed) .325

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Variables Entered/Removeda Model Variables

Entered

Variables Removed

Method

1 KI, KA, KONSb . Enter

a. Dependent Variable: absRES b. All requested variables entered.

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) -.465 1.864 -.249 .804

KONS 1.460 .966 .164 1.510 .135

KA .378 .620 .065 .610 .543

KI -.053 .079 -.072 -.665 .508


(3)

97

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value .2342 .8813 .5653 .12264 90

Residual -.65451 2.90244 .00000 .60348 90

Std. Predicted Value -2.700 2.577 .000 1.000 90

Std. Residual -1.066 4.728 .000 .983 90

a. Dependent Variable: absRES

Variables Entered/Removeda Mod

el

Variables Entered

Variables Removed

Method

1 KI, KA, KONSb . Enter

a. Dependent Variable: LN_KL b. All requested variables entered.

Model Summaryb Mod

el

R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 .789a .623 .610 .85293 2.109

a. Predictors: (Constant), KI, KA, KONS b. Dependent Variable: LN_KL


(4)

98

ANOVAa

Model Sum of

Squares

df Mean Square F Sig.

1

Regression 103.384 3 34.461 47.370 .000b

Residual 62.565 86 .727

Total 165.948 89

a. Dependent Variable: LN_KL

b. Predictors: (Constant), KI, KA, KONS

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig .

Collinearity Statistics

B Std.

Error

Beta Toleran

ce

VIF

1

(Constant) 1.153 2.589 .445 .65

7

KONS 14.847 1.343 .753 11.057 .00

0

.945 1.058

KA -.282 .861 -.022 -.328 .74

4

.992 1.008

KI -.191 .110 -.117 -1.730 .08

7

.952 1.050

a. Dependent Variable: LN_KL

Coefficient Correlationsa

Model KI KA KONS

1

Correlations

KI 1.000 .018 .219

KA .018 1.000 .088

KONS .219 .088 1.000

Covariances

KI .012 .002 .032

KA .002 .741 .102

KONS .032 .102 1.803


(5)

99

Collinearity Diagnosticsa Model Dimension Eigenvalu

e

Condition Index

Variance Proportions

(Constant) KONS KA KI

1

1 2.898 1.000 .00 .00 .00 .02

2 1.004 1.699 .00 .93 .00 .00

3 .097 5.480 .00 .06 .00 .98

4 .001 69.077 1.00 .01 1.00 .00

a. Dependent Variable: LN_KL

Casewise Diagnosticsa

Case Number Std. Residual LN_KL Predicted Value Residual

52 4.172 4.46 .9038 3.55863

81 3.144 3.00 .3138 2.68185

82 -3.390 -2.99 -.1021 -2.89175

a. Dependent Variable: LN_KL

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value -3.0873 2.8026 -.0160 1.07778 90

Std. Predicted Value -2.850 2.615 .000 1.000 90

Standard Error of Predicted Value

.090 .853 .155 .091 90

Adjusted Predicted Value -3.0778 2.9367 -.0233 1.08709 89

Residual -2.89175 3.55863 .00000 .83844 90

Std. Residual -3.390 4.172 .000 .983 90

Stud. Residual -3.444 4.217 -.003 1.003 90

Deleted Residual -2.98335 3.63460 -.00518 .87765 89

Stud. Deleted Residual -3.687 4.707 .000 1.052 89

Mahal. Distance .011 88.011 2.967 9.357 90

Cook's Distance .000 .169 .010 .026 89

Centered Leverage Value .000 .989 .033 .105 90

a. Dependent Variable: LN_KL


(6)

100

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression 103.384 3 34.461 47.370 .000b

Residual 62.565 86 .727

Total 165.948 89

a. Dependent Variable: LN_KL

b. Predictors: (Constant), KI, KA, KONS

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 1.153 2.589 .445 .657

KONS 14.847 1.343 .753 11.057 .000

KA -.282 .861 -.022 -.328 .744

KI -.191 .110 -.117 -1.730 .087


Dokumen yang terkait

Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan Property Dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2010

2 60 84

Pengaruh Kualitas Implementasi Good Corporate Governace Terhadap Praktek Manajemen Laba Perusahaan Real Estate dan Property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 22 80

Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba dan Kinerja Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 62 96

Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Nilai Perusahaan dengan Good Corporate Governance sebagai Variable Permoderasi pada Perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2013

1 69 88

Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 2 71

Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 12

Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 5

Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 11

Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 2