Kerjasama Kota Kembar Pemerintah Kota Medan Dengan Pemerintah Kota Penang Dalam Hubungan Diplomatik Menurut Perspektif Hukum Internasional

BAB II
KERJASAMA KOTA KEMBAR ANTARA PEMERINTAH KOTA MEDAN DAN
PEMERINTAH KOTA PENANG

A. Sejarah Pembentukan Kerjasama Kota Kembar
Lahirnya kebijakan kerjasama internasional antar kota diberbagai negara didunia
yang dalam hal ini salah satunya diistilahkan dengan istilah Sister City yang dilakukan
oleh kedua pemerintah kota tersebut. Aspek historis dari berlangsungnya hubungan
kerjasama luar negeri oleh Pemerintah Daerah adalah berawal dari lahirnya Municipal
International Cooperation (MIC). Menurut Asosiasi Pemerintah Daerah Belanda bahwa MIC
adalah suatu hubungan kerjasama antara dua atau lebih komunitas. Dimana setidak- tidaknya
satu dari pelaku utamanya adalah pemerintah kota, distrik, provinsi dan negara bagian. 40
MIC mula-mula muncul sebagai suatu fenomena penting diakhir dasawarsa 1940an yang terwujud dalam bentuk kota kembar di negara-negara Eropa Barat. Pasca perang
dunia kedua hubungan kerjasama yang menyangkut masalah rekonsiliasi, persahabatan, dan
perdamaian menjadi agenda penting. Untuk Eropa kota kembar tadi dikenal dengan sebutan
jumelages yang berarti penyatuan entitas- entitas yang terpisah yang masing-masing
mencerminkan citra sama. Selanjutnya Jean Brata (salah seorang pendiri dewan
pemerintahan kota Eropa dan Kawasan) mengartikan jumelages sebagai pasangan permanen
antara dua atau lebih kota/daerah yang mempromosikan pertukaran ilmu pengetahuan
dan pengalaman serta melibatkan entitas masyarakat yang berbeda. 41
Sejarah panjang perjalanan sister city berkembang atas dasar dari ide Presiden

Eisenhower pada tahun 1960-an yang terjadi pada saat itu di Amerika Serikat. Ide
40

Jemmy Rumengan, “Perspektif Hukum dan Ekonomi atas Kerjasama Luar Negeri oleh Pemerintah Daerah”,
Jurnal Hukum Internasional, Vol 6, No.2, 2009, Hal.241
41

Ibid, hal. 241

Universitas Sumatera Utara

tersebut bertujuan untuk meningkatkan diplomasi antara masyarakat atau people to people
diplomacy. Hal ini mengakibatkan terbukanya pintu bagi masyarakat internasional secara
lebar untuk menjalin hubungan terhadap masyarakat dalam sebuah negara. Sehingga
mengakibatkan berinteraksinya entitas-entitas masyarakat yang berbeda-beda antara satu
sama lain.
Berubahnya sistim sentralisasi pemerintahan di Indonesia menuju desentralisasi
membawa harapan baru bagi pembangunan di negara ini. Ditandai dengan runtuhnya orde
baru dan derasnya gelombang reformasi sehingga menciptakan „kebebasan‟ yang disambut
baik oleh semua Pemerintah-Pemerintah Daerah di Indonesia yakni otonomi daerah.

Lahirnya otonomi daerah yang memberikan wewenang bagi Pemerintah Daerah untuk
mengelola dan membangun daerahnya dengan segala sumber daya yang dimiliki namun tetap
dalam pengawasan pemerintah pusat.
Melalui otonomi daerah, pemerintah-pemerintah daerah di Indonesia seakan
berlomba untuk mengejar ketertinggalan pembangunan didaerahnya tentu dengan
mengerahkan segala sumber daya yang dimiliki masing-masing daerah. Daerah-daerah di
Indonesia seolah bersaing untuk membuktikan diri dan keberhasilan pembangunan dimata
pemerintah pusat. Penghargaan demi penghargaan 42 diberikan oleh pemerintah pusat
sebagai bentuk reward dan apresiasi Pemerintah Pusat kepada daerah-daerah yang
membawa peningkatan dan kemajuan dalam pembangunannya.
Kemandirian Pemerintah Daerah yang ditanamkan dalam otonomi daerah serta
semangat mengejar ketertinggalan pembangunan dari daerah- daerah lain di Indonesia
mampu mengerahkan segala sumber daya yang ada. Tidak sedikit Pemerintah Daerah di
Indonesia yang melihat sebuah peluang dari iklim globalisasi yang begitu menggeliat saat
42

Salah satu penghargaan yang diterima oleh Pemerintah-Pemerintah Daerah oleh Kementrian Dalam Negeri adalah Bintangbintang Otonomi Daerah

Universitas Sumatera Utara


ini, bagi jamur di musim hujan dengan menawarkan dan menjual potensi-potensi daerah
yang dimiliki ke dunia internasional. Hal ini berguna untuk mendapatkan dukungan dan
bantuan dari dunia internasional yang diyakini dapat memberikan sumbangsih yang
signifikan bagi pembangunan di daerahnya.
Kebutuhan akan investasi, pertukaran informasi dan komunikasi, ilmu pengetahuan,
teknologi, pengelolahan sumber daya alam, peningkatan perekonomian, peningkatan
kesejahteraan sosial, serta pemecahan masalah- masalah perkotaan lainnya dilihat sebagai
alasan Pemerintah Daerah untuk melakukan langkah-langkah kerjasama dan

menjalin

hubungan dengan negara-negara didunia. Adanya kebutuhan dan ketergantungan dan saling
melengkapi kedua belah pihak antara kota-kota didunia yang saling melakukan
kerjasama sehingga melahirkan kerjasama dalam bentuk G to G (Government to
Government). Kerjasama G to G yang tercipta perlahan membuat hubungan kerjasama
tersebut menjelma menjadi kerjasama sister city.
Sister city merupakan sebuah istilah yang akrab digunakan untuk menyebut
kerjasama-kerjasama antar kota di Indonesia dengan kota-kota di negara lain, dimana istilah
ini sesungguhnya dalam bahasa Indonesia disebut kota kembar atau twining city, kerjasama
ini dilakukan baik itu berupa antar kota luar negeri maupun dalam negeri dimana

kerjasama tersebut bersifat luas, disepakati secara resmi dan bersifat jangka panjang.
Terdapat perbedaan-perbedaan dalam penyebutan dan pemaknaan istilah sister city
dibeberapa negara didunia, sebut saja Moskow (Russia) yang hanya menyandingkan
istilah sister city dengan kota-kota bekas negara- negara pecahan Uni Soviet. Hal ini menurut
negara-negara tersebut, Terminologi sister city hanya boleh dipergunakan untuk kerjasama
antar dua kota yang sebelumnya memiliki hubungan darah (heritage) atau hubungan

Universitas Sumatera Utara

emosional yang kuat. 43 Sehingga istilah lain yang diberlakukan selain istilah sister city
adalah partnertship city, friendship city, twin cities, jumelage, partnertstald.
Terkhusus menyangkut penamaan dan penggunaan istilah sister city di Indonesia
oleh

Pemerintah

Pusat

berdasarkan


Surat

Edaran

Menteri

Dalam

Negeri

No.

193/1652/PUOD resmi menggunakan istilah sister city dan sister province dalam menyebut
bentuk-bentuk kerjasama antar kota-kota di Indonesia baik itu dalam ranah lokal maupun
internasional. Istilah tersebut resmi dikeluarkan oleh kementrian terkait yakni Kementrian
Luar Negeri bekerjasama dengan Kementiran Dalam Negeri untuk mencegah terjadinya
kesalahpahaman dan kekeliruan kedepannya. Disisi lain, hal tersebut menjadi simbol,
kontrol dan pengawasan dibawah kendali Pemerintah Pusat yang memantau kerjasamakerjasama Internasional yang dilakukan daerah-daerah di Indonesia.

B. Perkembangan Sister City di Indonesia

Berdasarkan data yang diperoleh, saat ini setidaknya 47 pemerintah kota dari 33
provinsi di Indonesia telah melakukan hubungan kemitraan Sister City. Berbagai kebijakan
dan program pun telah dilakukan oleh pemerintah pusat, agar pemerintah daerah mampu
memanfaatkan hubungan ini guna memacu pertumbuhan dan pembangunan daerah. Namun,
pada kenyataannya hubungan kemitraan kota kembar tersebut terlihat belum dikenal dan
dipahami secara luas, bahkan cenderung hanya dipahami terbatas pada sebagian jajaran
pemerintahan saja, khususnya hanya Kementerian Luar Ngeri, Kementerian Dalam Negeri dan
Pemerintah Daerah Kota/Provinsi. Padahal, dilihat dari sejarah terbentuknya konsep dan
skema Sister City tersebut di atas, sesungguhnya skema yang diinginkan adalah hubungan

43

Jemmy Rumengan, Op.cit

Universitas Sumatera Utara

kemitraan antar komunitas kota, sehingga idealnya dilaksanakan

secara


sinergi

antar

stakeholders kota secara lengkap, yaitu pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat.
Sudah sejak lama kota atau propinsi di Indonesia terlibat dalam membuat Sister
City ini, sebagai bukti pada tanggal 24 Mei 1960 Kota Bandung menjalin hubungan kerja
sama dengan Braunschweig (RepubliK Federasi Jerman) dan pada waktu itu kerja sama seperti
ini dilakukan atas dasar praktik tanpa aturan main yang jelas. Sesuai dengan perkembangan
zaman pengaturan mengenai sister city juga dikonstruksikan karena dianggap penting
mengingat bahwa yang kerja sama tersebut dituangkan kedalam sebuah perjanjian dan para
pihak yang terikat di dalamnya merupakan bagian dari negara-negara yang berbeda.

Kerjasama sister city di Indonesia mulai dirintis pertama kalinya seiring
berkembangnya konsep sister city di Amerika Serikat pada decade 1960-an. Hal ini ditandai
dengan ditandatanganinya Piagam Persaudaraan pada tanggal 2 Juni 1960 antara Pemerintah
Kota Bandung dengan Pemerintah Kota Braunschwieg (Jerman). Dimana hal ini menjadi titik
tolak munculnya berbagai Perjanjian Kerjasama sister city diberbagai kota-kota di Indonesia
dengan kota-kota diberbagai negara didunia.
Munculnya


Kota

Bandung

sebagai

Kota

perintis

dimulainya kerjasama

internasional sister city di Indonesia, menjadikan kota-kota lain di Indonesia termotivasi
untuk ikut ambil bagian dalam menjalin kerjasama internasional dengan kota-kota lain di
dunia. Dengan keikutsertaan kota-kota lain ditiap-tiap provinsi menambah daftar panjang
kerjasama internasional yang dilakukan oleh tiap-tiap pemerintah kota/daerah serta mengisi
daftar perjanjian internasional dalam treaty room Departemen Luar Negeri.
Penyelenggaraan otonomi daerah di Indonesia memberikan angin segar kebebasan bagi
penyelenggaraan pemerintahan didaerah. Didukung oleh Pasal 195, UU No. 32 Tahun 2004

yang turut meng-Amini penyelenggaran dan pelaksanaan sister city di Indonesia. Pasal

Universitas Sumatera Utara

tersebut dilatar belakangi dengan melihat kondisi-kondisi riil yang terjadi dalam mengejar
ketertinggalan dalam pembangunan dimana diperlukan adanya kerjasama yang sinergis,
saling menguntungkan, efektif, efisien demi meningkatkan pelayanan publik dalam mencapai
cita-cita bersama. Sehingga kondisi tersebut membawa suatu kebutuhan diperlukan adanya
kerjasama pemerintah-pemerintah daerah ditengah otonomisasi dengan badan-badan
lain/pemerintah-pemerintah kota, negara diluar negeri.
Pada saat kajian ini, dalam penyelenggaraan otonomi daerah, terdapat 32 provinsi,
325 kabupaten, dan 91 kota, dimana masing-masing memiliki potensi yang dapat
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Pemerintah menyadari keadaan
tersebut sehingga memberikan

kebebasan

kepada

setiap


daerah

untuk

menjalin

kerjasama dengan kota-kota lain di luar negeri. Dalam rangka pengembangan daerah agar
lebih maju, maka kebijakan itu ditandai dengan keluarnya Peraturan Menteri Dalam
Negeri (PERMENDAGRI) No. 1 Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Hubungan dan
Kerjasama Luar Negeri di Jajaran Departemen Dalam Negeri.

C. Tujuan dan Manfaat Kerjasama Kota Kembar antara Pemerintah Kota Medan dan
Kota Penang
Penggunaan skema Sister City lebih sering untuk pembangunan ekonomi
antara dua kota yang bekerja sama. Walaupun harus dikompromikan lebih dahulu apa yang
di maksud dengan pembangunan ekonomi. Dalam banyak kasus, kompromi terjadi
antara pihak berkepentingan dengan pertukaran kegiatan bisnis dengan pihak yang
berkepentingan pertukaran pendidikan dan pertukaran kebudayaan.
Pada awalnya, program Sister City ini biasa dilakukan antar kota di negara maju di

Amerika Utara atau Eropa, sehingga ada kesetaraan kondisi sosial dan ekonomi, antara kota

Universitas Sumatera Utara

yang bekerja sama. Meskipun akhirnya muncul Sister City antara kota negara maju dengan
kota negara berkembang, atau kota negara berkembang dengan negara berkembang.
1. Adapun keuntungan kerja sama Sister City antara lain:
2. Kesempatan untuk tukar menukar pengetahuan dan pengalaman pengelolaan
pembangunan bidang-bidang yang dikerjasamakan.
3. Mendorong tumbuhnya prakarsa dan peran aktif pemerintah daerah kota, masyarakat dan
swasta.
4. Mempererat persahabatan pemerintah dan masyarakat kedua belah pihak.
5. Kesempatan

untuk tukar menukar

kebudayaan

dalam rangka memperkaya

kebudayaan daerah.
Tujuan utama kerja sama antar kota dari negara yang berbeda (sister city) adalah
menjembatani hubungan antara masyarakat kota di satu negara dengan masyarakat kota di
negara lain sebagai “people to people diplomacy”. Kemudian kerja
tidak

hanya

antar

kota,

tetapi

juga

sama

ini

berkembang

antar propinsi/negara bagian dari dua negara yang

berlainan (sister state-province). 44
Tujuan lain program Sister City negara maju dengan kota di Indonesia
misalnya guna mempercepat pembangunan ekonomi antara dua kota yang bekerja sama, tetapi
seringkali malah tidak menjadi prioritas. Memang tidak ada kesalahan menetapkan Sister City ini
berbasis pada kerja sama kebudayaan dan pendidikan, tetapi seharusnya dikemas dalam jangka
panjang untuk pengembangan kapasitas SDM pemerintah daerah, dunia usaha, dan masyarakat
kota yang bersangkutan, sehingga

dapat

meningkatkan

fundamental

ekonomi

untuk

pengembangan ekonomi daerah. Kerja sama sister city dapat dijadikan terobosan dalam

44

Deplu, 2013, “Prosedur Pembentukan Kerjasama Kota Kembar (sister City) dan Propinsi kembar (sister province di
Indonesia dengan kota dan propinsi di luar negeri, paper, tidak dipublikasikan, Jakarta hlm. 1.

Universitas Sumatera Utara

mencari pasar dan promosi investasi. Selain itu, kerja sama ini juga dapat dijadikan sarana
untuk mengoptimalkan potensi yang dimiliki ada. 45

Sebagaimana tercantum dalam diktum konsiderannya, salah satu pertimbangan
diadakannya Undang-undang No. 22 tahun 1999 adalah dalam rangka menghadapi
perkembangan keadaan baik di dalam maupun di luar negeri serta tantangan persaingan
global. Oleh karena itu dipandang perlu menyelenggarakan otonomi daerah dengan
memberikan kewenangan yang luas, nyata, dan bertanggung jawab kepada daerah secara
proporsional yang diwujudkan dengan pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan sumber
daya nasional, serta perimbangan keuangan Pusat dan Daerah, sesuai dengan prinsipprinsip
demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan, dan keadilan, serta potensi dan
keanekaragaman daerah, yang dilaksanakan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik
Indonesia. 46
Prinsip dasar Kota Bersaudara antara lain menumbuhkembangkan hubungan
persahabatan dan saling pengertian antar bangsa. Mengutamakan prinsip kesetaraan yang
saling menguntungkan dalam bentuk kemitraan dan kerjasama antara masyarakat dua kota
bersaudara. Saling menghormati kedaulatan kedua negara serta tidak saling mengganggu
stabilitas politik dan keamanan perkekonomian dalam negeri masing-masing. Mematuhi
peraturan perundangan-undangan yang berlaku.
Adapun kerjasama Sister City di Kota Medan adalah sebagai berikut:
1. Burgas, Bulgaria
2. Ichikawa, Chiba, Japan
3. George Town, Penang, Malaysia

45

Agustinus Supriyanto dan Andi Sandi ATT, Pengembangan Potensi Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Melalui
Kerjasama Sister Province, Mimbar Hukum Universitas Gajah Mada (Mei 2001) hlm 128.
46

Sister Cities dalam www.wikipedia.org\wiki\sister_province, diakses pada 24 Maret 2014.

Universitas Sumatera Utara

4. Gwangju, South Korea
5. Chengdu, China
Ada beberapa bidang hubungan kerjasama Sister City antara pemerintah Kota
Medan dan Kota Penang adalah sebagai berikut : 47
1. Bidang Ekonomi dan Perdagangan
Bidang ini, kata Rivai sebagai Kepala Bagian Hubungan Kerjasama Setda Kota Medan
adalah merupakan salah satu upaya bagian hubungan kerjasama dan pengurus Asosiasi Kota
Bersaudara, dalam mendukung program Pemerintah Kota Medan untuk promosi Kota Medan
sebagai salah satu tujuan perdagangan dan investasi mitra kerjasama Kota Bersaudara. Upaya
tersebut diwujudkan dalam bentuk kesepakatan untuk mempromosikan produk hasil produksi
masyarakat (kerajinan rakyat) dan membuka askes pasar bagi produk unggulan dari kedua
kota.
Kota Medan diberikan fasilitas arena promosi secara permanen oleh Majlis
Perbandaran Pulau Pinang, berupa bangunan rumah di daerah Pulau Tikus. Bangunan yang
dinamakan ‘Wisma Kota Kembar’ hingga sekarang masih diberikan hak penggunaannya
kepada kota Medan dan sampai saat ini dikelola Pemprovsu untuk promosi produk-produk
kerajinan dengan biaya sewa yang sangat relatif kecil. Masyarakat dapat memanfaatkan
fasilitas ini dengan berkoordinasi dengan pengelola dan Bagian Hubungan Kerjasama Setda
Kota Medan Kota Medan.
2. Bidang Kebudayaan
Sebagai kota dengan 8 etnis dan beragam budaya, kota Medan memilki potensi
untuk memperkenalkan kekayaan budaya pada Kota Penang. Seperti kerajinan tangan, tarian
daerah, alat musik daerah.

47

www.pemkomedan.go.id, diunduh pada tanggal 26 Desember 2014

Universitas Sumatera Utara

3. Bidang Pendidikan
Di bidang pendidikan yang secara berkesinambungan dilaksanakan kota Medan
Program Pertukaran Pelajar (Student Exchange Program). Lebih dari 300 orang pelajar telah
dikirim kota Medan untuk mengikuti program ini di Pulau Pinang, Malaysia.
Program ini sangat memberi manfaat bagi pelajar dan generasi muda kota Medan
untuk mendapatkan pengalaman, pengembangan wawasan dan membina pershabatan dengan
generasi muda di negara tujuan. Diharapkan persahabatan yang telah terjalin antar pemuda
ini akan menghasilkan kedekatan dan dalam tahun mendatang, ketika tongkat estafet
pembangunan bangsa bearada di tangan generasi yang akan datang.
Program pertukaran guru pendidikan dasar (Teacher Exchange Program) antara kota
Medan dengan Bandaraya Ipoh, Malaysia yang dilaksanakan 6 Desember ~ 10 Desember
2010, sebagai program perdana bidang pendidikan dengan Bandaraya Ipoh. Program ini akan
terus diupayakan secara berkesinambungan untuk memberikan kesempatan kepada guru
pendidikan dasar lainnya, untuk menambah dan mengembangkan wawasan dan pengalaman.
4. Bidang Olah Raga
Rivai menjelaskan, di bidang pemuda dan olahraga bekerjasama dengan KONI kota
Medan, Kota Medan berpartisipasi dalam ‘Mountain Bike Challenge 2002’ yang diadakan
oleh Persatuan Bersepeda Pulau Pinang.
Kota Medan juga mengirimkan 12 orang pelajar Sekolah Menengah Atas untuk mengikuti
Program Cabaran Mutiara (Pearl Challenge Program 2007) di Pulau Pinang, Malaysia. Selain
delegasi kota Medan, kegiatan perkemahan remaja ini juga diikuti oleh delegasi remaja dari
Brunei Darussalam, Thailand, Singapura dan Malaysia sebagai tuan rumah.
5. Bidang Pariwisata

Universitas Sumatera Utara

Kota Medan merupakan kota dengan keberagaman etnis tertinggi di seluruh
Indonesia. Keberagaman ini menghasilkan ragam jenis kuliner yang menjadikan Medan
sebagai syurga bagi penikmat makanan. Potensi ini dipromosikan dengan menggelar Festival
Makanan kota Medan di Pulau Pinang, Malaysia (2003). Salah satu sasaran dari pergelaran
festival ini untuk menarik minta negeri jiran, Malaysia untuk datang ke Medan agar secara
langsung dapat menikmati ragam kuliner kota Medan. Pada tahun yang sama, kota Medan
juga menggelar Festival Makanan Pulau Pinang di Medan. Festival ini diselenggarakan
secara bersama dengan Konsulat Malaysia di Medan.
Selain itu menurut Rivai, sejak dicanangkannya kerjasama Kota Bersaudara kota
Medan dengan beberapa mitra Kota Bersaudara, telah banyak program yang langsung
menyentuh masyarakat seperti 3 unit mobil pemadam kebakaran yang dihibahkan Pemerintah
Kota Ichikawa, Jepang yang hingga saat ini masih berfungsi dengan baik. Masyarakat kota
Ichikawa juga menyumbangkan 40 set alat bantu dengar (hearing aid) untuk panti asuhan di
kota Medan serta mesin jahit bagi korban tsunami di Aceh. Bantuan tersebut disampaikan
secara langsung oleh Pemerintah Kota Medan melalui Asosiasi Kota Bersaudara Kota
Medan.
Program yang langsung menyentuh kepentingan masyarakat akan terus diupayakan
pada masa mendatang. Hal ini terungkap pada kunjungan kehormatan Konsul Jenderal
Jepang di Medan yang baru Tuan Yuji Hamada kepada Walikota Medan pada tanggal 21
Februari 2011 yang lalu. Kerjasama ini mencakup bidang pertanian dan kelautan. Tuan Yuji
Hamada menawarkan teknologi dan tenaga ahli bagi kota Medan untuk meningkatkan
produktifitas masyarakat petani dan nelayan pada masa mendatang. Seperti diketahui, Jepang
merupakan negara kepulauan yang memiliki teknologi yang sangat baik dibidang kelautan,

Universitas Sumatera Utara

namun juga berhasil dibidang pertanian. Diharapkan program yang sangat menguntungkan
masyarakat secara langsung ini, dapat direlaisasikan oleh kedua belah pihak.
Selain itu, peranan kerjasama Kota Bersaudara (sister city) semakin signifikan,
mengingat pentingnya referensi dan pertukaran pengalaman dan informasi diberbagai bidang
yang dapat dikerjasamakan dengan kota mitra kerjasama. Bidang-bidang kerjasama seperti
penanganan banjir (rioling), lingkungan (environtment), kampanye kota hijau dan bersih
(green and clean city campaign), pengembangan pembangunan kawasan pelabuhan (sister
port), teknologi informasi (information technology), investasi, sumber energi dari bahan
limbah (waste based management), pendidikan dan manajemen kesehatan (medical education
and management) serta bidang-bidang lainnya terkait dengan kesejahteraan masyarakat
perkotaan, masih perlu diperluas dan diupayakan.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Status Perjanjian Internasional dalam Kaitannya dengan Kerjasama Sister City (Kota Bersaudara) yang Dibuat oleh Pemerintah Kota Medan dan Pemerintah Kota Ichikawa

11 141 97

Status Perjanjian Internasional Dalam Kaitannya Dengan Kerjasama Sister City (Kota Bersaudara) yang Dibuat oleh Pemerintah Kota Medan dan Pemerintah Kota Ichikawa

8 149 97

Kerjasama Kota Kembar Pemerintah Kota Medan Dengan Pemerintah Kota Penang Dalam Hubungan Diplomatik Menurut Perspektif Hukum Internasional

0 13 96

Status Perjanjian Internasional Dalam Kaitannya Dengan Kerjasama Sister City (Kota Bersaudara) yang Dibuat oleh Pemerintah Kota Medan dan Pemerintah Kota Ichikawa

0 0 9

Status Perjanjian Internasional Dalam Kaitannya Dengan Kerjasama Sister City (Kota Bersaudara) yang Dibuat oleh Pemerintah Kota Medan dan Pemerintah Kota Ichikawa

0 0 1

Status Perjanjian Internasional Dalam Kaitannya Dengan Kerjasama Sister City (Kota Bersaudara) yang Dibuat oleh Pemerintah Kota Medan dan Pemerintah Kota Ichikawa

0 1 19

Status Perjanjian Internasional Dalam Kaitannya Dengan Kerjasama Sister City (Kota Bersaudara) yang Dibuat oleh Pemerintah Kota Medan dan Pemerintah Kota Ichikawa

0 0 19

Kerjasama Kota Kembar Pemerintah Kota Medan Dengan Pemerintah Kota Penang Dalam Hubungan Diplomatik Menurut Perspektif Hukum Internasional

0 0 8

Kerjasama Kota Kembar Pemerintah Kota Medan Dengan Pemerintah Kota Penang Dalam Hubungan Diplomatik Menurut Perspektif Hukum Internasional

0 0 18

Kerjasama Kota Kembar Pemerintah Kota Medan Dengan Pemerintah Kota Penang Dalam Hubungan Diplomatik Menurut Perspektif Hukum Internasional

0 0 2