Identifikasi Fungi pada Mol Sebagai Dekomposisi Bahan Organik yang Digunakan untuk Meningkatkan Pertumbuhan Tanaman Reboisasi Bibit

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Hutan tropis di Indonesia keberadaannya ditingkat dunia menjadi sangat
penting, mengingat bahwa luasan hutan yang ada di Indonesia merupakan luasan
ketiga terbesar setelah Brazil dan Zaire.Indonesia mempunyai tanggung jawab
dalam melestarikan agar tetap berfungsi sebagai paru-paru dunia.Menurut data
statistik Departemen Kehutanan tahun 2012 luas kawasan hutan Indonesia
mencapai 130.61 juta hektar. Kawasan tersebut terbagi menjadi Hutan konservasi
seluas 21,17 juta hektar, hutan lindung 32,06 juta hektar, hutan produksi terbatas
22,82 juta hektar dan hutan produksi 33,68 juta hektar (Kusmana,etal., 2004).
Namun, sejalan dengan perkembangan saat ini akibat pembalakan hutan secara
besar-besaran maka luasan lahan kritis semakin besar.Data dari Departemen
Kehutanan menyebutkan bahwa luasan lahan kritis saat ini sudah mencapai 33
juta hektar (Widyawati, 2008).
Keberadaan lahan kritis dapat menyebabkan berbagai bencana alam
diantaranya banjir bandang, longsor dan lain-lain.yang menyebabkan malapetaka
bagi kehidupan manusia. Berbagai program menuju Indonesia hijau sudah banyak
dilontarkan Pemerintah baik oleh Departemen Kehutanan maupun Lingkungan
Hidup.Bahkan sesuai dengan Peraturan Presiden No 61 tahun 2011, Indonesia
diharapkan berpartisipasi dalam rencana aksi nasional yakni penurunan emisi gas

rumah kaca dengan target penurunan hingga 26 persen (Wibowo, 2013).
Rehabilitasi dan reboisasi lahan menjadi kegiatan yang harus dilaksanakan
segera untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan akibat perusakan hutan

Universitas Sumatera Utara

(Karno, 2004).Berdasarkan hasil evaluasi di lapangan bahwa prosentase hidup
tanaman reboisasi kecil, karena sebagian bibit yang ditanam bermutu rendah
(Hendromono, 2003).
Mikroorganisme merupakan makhluk hidup yang sangat kecil dengan
kemampuan sangat penting dalam kelangsungan daur hidup biota di dalam
biosfer. Mikroorganisme mampu melaksanakan kegiatan atau reaksi biokimia
untuk melangsungkan perkembangbiakan sel. Mikroorganisme digolongkan ke
dalam golongan protista yang terdiri dari bakteri, fungi, protozoa, dan algae
(Darwis,et al., 1992). Mikroorganisme menguraikan bahan organik dan sisa-sisa
jasad hidup menjadi unsur-unsur yang lebih sederhana. Menurut Budiyanto
(2002), mikroorganisme mempunyai fungsi sebagai agen proses biokimia dalam
pengubahan senyawa organik menjadi senyawa anorganik yang berasal dari sisa
tanaman dan hewan.
Mikroorganisme lokal (MOL) adalah mikroorganisme yang dimanfaatkan

sebagai starter dalam pembuatan pupuk organik padat maupun pupuk cair. Bahan
utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan
sumber mikroorganisme.

Bahan dasar untuk fermentasi larutan MOL dapat

berasal dari hasil pertanian, perkebunan, maupun limbah organik rumah tangga.
Karbohidrat sebagai sumber nutrisi untuk mikroorganisme dapat diperoleh dari
limbah organik seperti air cucian beras, singkong, gandum, rumput gajah, dan
daun gamal. Sumber glukosa berasal dari cairan gula merah, gula pasir, dan air
kelapa, serta sumber mikroorganisme berasal dari kulit buah yang sudah busuk,
terasi, keong, nasi basi, dan urin sapi (Hadinata, 2008).

Universitas Sumatera Utara

Penggunaan

pupuk

cair


dengan

memanfaatkan

jenisMOLmenjadi

alternatif penunjang kebutuhan unsur hara dalam tanah.MOL adalah larutan hasil
fermentasi yang berbahan dasar berbagai sumber daya yang tersedia. Larutan
MOL mengandung unsur hara makro, mikro, dan mengandung mikroorganisme
yang berpotensi sebagai perombak bahan organik, perangsang pertumbuhan, dan
agen pengendali hama dan penyakit tanaman sehingga baik digunakan sebagai
dekomposer, pupuk hayati, dan pestisida organik (Purwasasmita, 2009).
Semua mikroorganisme yang tumbuh pada

bahan-bahan tertentu

membutuhkan bahan organik untuk pertumbuhan dan proses metabolisme
(Fardiaz, 1992). MOL adalah larutan hasil proses fermentasi dari berbagai jenis
bahan-bahan


organik.

Larutan

MOL

mengandung

bakteri,

perangsang

pertumbuhan, unsur hara mikro dan makro, dan sebagai agens hayati pengendali
hama dan penyakit tanaman. Dengan kandungan-kandungan tersebut MOL dapat
digunakan sebagai dekomposer, pupuk hayati, dan sebagai fungisida organik.
Mikroorganisme yang tumbuh dan berkembang pada suatu bahan dapat
menyebabkan berbagai perubahan pada fisik maupun komposisi kimia, seperti
adanya perubahan warna, pembentukan endapan, kekeruhan, pembentukan gas,
dan bau asam (Hidayat, 2006).

Dalam rangka penggunaan MOL sebagai dekomposisi bahan organik yang
digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman reboisasi bibit, perlu
dilakukan identifikasi fungi yang terdapat pada MOL, sehingga diketahui jenisjenis fungi yang diperkirakan mempunyai peranan dalam proses dekomposisi
bahan organik.

Universitas Sumatera Utara

1.2 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mendapatkan jenis-jenis fungi pada MOL.
2. Untuk mengetahui jumlah jenis-jenis fungi pada MOL.
3. Untuk mengetahui bentuk fungi pada MOL.

1.3 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis fungi yang
terdapat pada mol yang digunakan sebagai dekomposisi bahan organik untuk
meningkatkan pertumbuhan tanaman reboisasi bibit.

Universitas Sumatera Utara