HAMA DAN PENYAKIT DOMINAN TANAMAN MANGGA (Mangifera Indica l.)

HAMA DAN PENYAKIT DOMINAN TANAMAN
MANGGA (Mangifera Indica l.)

OLEH :
AMEILIA ZULIYANTI SIREGAR S.Si, M.Sc, Ph.D (NIP. 197305272005012002)
DEVI NURMUHARANI (140301257)

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2017

1

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ....................................................................................................... i
PENDAHULUAN
LatarBelakang ................................................................................................ 1
TujuanPenulisan ............................................................................................. 2
TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman ............................................................................................. 3
Syarat Tumbuh ................................................................................... 4
Iklim ....................................................................................... 4
Tanah ...................................................................................... 4
Hama Tanaman Mangga ................................................................................ 5
Penyakit Tanaman Mangga ........................................................................... 7
Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Mangga .................................... 7
Pengendalian Hama ....................................................................................... 11
Fisik ........................................................................................ 11
Biologi .................................................................................... 12
Kimia ...................................................................................... 12
Pengendalian Penyakit .................................................................................. 12
Fisik ........................................................................................ 12
Biologi .................................................................................... 13
Kimia ...................................................................................... 13
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ..................................................................................................... 14
Saran................................................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA


i

HAMA DAN PENYAKIT DOMINAN TANAMAN MANGGA
(Mangifera indica L.)
Ameilia Zuliyanti Siregar dan Devi Nurmuharai
NIP. 19730527005012002
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman mangga (Mangifera indica L.) merupakan salah satu tanaman
penghasil buah yang sangat digemari masyarakat Indonesia. Sentra produksi
mangga di Indonesia terutama berada di wilayah beriklim kering, seperti
Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Produksi mangga Jawa Timur saat ini
belum mampu memenuhi permintaan pasar

dalam negeri maupun ekspor

(BPTP Jawa Timur, 2006)
Buah mangga merupakan salah satu jenis buah-buahan yang produksinya
cukup tinggi dan banyak disukai oleh masyarakat. Produktivitas komoditas

mangga berfluktuasi dari tahun ke tahun. Hal ini disebabkan adanya fluktuasi luas
panen, tanaman belum berproduksi optimal, gangguan iklim serta adanya
serangan berbagai hama dan penyakit yang merupakan faktor penghambat
pertumbuhan dan produksi mangga di Indonesia (Pratomo dkk., 2005).
Ada beberapa hipotesis yang dapat digunakan untuk menjelaskan
terjadinya wabah tersebut yaitu (a) adanya perubahan ekstrinsik atau faktor
lingkungan seperti iklim (cuaca, suhu, kelembaban, cahaya, curah hujan);
(b) adanya perubahan intrinsik serangga seperti genetik serangga, sejarah
kehidupan serangga hama; (c) adanya perubahan level trofik di alam serta (d)
peranan musuh alami (Supartha, 2011). Salah satu komponen penting yang
mengganggu produktivitas tanaman mangga adalah serangan hama dan penyakit.
Hama yang menyerang dapat dikategorikan dalam 2 bentuk,yaitu hama primer
dan hama sekunder.
Masalah dalam budi daya tanaman mangga adalah terdeteksi dengan
adanya serangan 2 atau lebih hama-hama utama serta beberapa hama sekunder
dan hama musiman (Pena et al., 1998). Hama utama tanaman mangga adalah
penggerek pucuk (Clumetia transversa ), penggerek biji (Noorda abizonalis),
1

wereng mangga (Idiocerusniveosparsus),


penggerek buah (Sternochetus

frigidus), dan lalat buah (Bractocera dorsalis) (Pracaya, 2008 ; Irwanto, 2008).

Hama sekunder dapat menimbulkan kerusakan serius pada area dan waktu
tertentu akibat campur tangan manusia, seperti perubahan teknik budi daya dan
varietas yang ditanam serta penggunaan insektisida yang kurang bijaksana
(Pena et al.,1998).
Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui hama dan penyakit
dominan pada tanaman Mangga (Mangifera indica L.)

2

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Mangga merupakan tanaman buah tahunan (parennial plants) berupa
pohon berbatang keras yang tergolong kedalam famili Anarcadiaceae. Mangga
diperkirakan berasal dari negara India. Tanaman ini kemudian menyebar ke

wilayah Asia Tenggara termasuk Malaysia dan Indonesia. Kata mangga sendiri
berasal dari bahasa Tamil, yaitu mangas atau mankay. Dalam botani, mangga
disebut Mangifera indica L. yang berarti tanaman mangga berasal dari India
(Rohmaningtyas, 2010).
mangga

diklasifikasikan

Menurut Safitri (2012), dalam taksonomi tanaman
sebagai

berikut,

Kingdom:

Plantae;

Diviso:

Spermatophyta; Kelas: Dicotyledoneae; Ordo: Sapindales; Famili:Anacardiaceae;

Genus: Mangifera ; Spesies : Mangifera indica L.
Tanaman mangga terdiri dari akar, batang, daun, bunga dan buah. Batang
tanaman mangga yang masih muda terbentuk dari kulit yang amat tipis disebut
kulit ari atua epidermis, kemudian kulit ini dirubah menjadi lapisan gabus. Bila
pohon bertambah tua, lapisan ini tidak tumbuh lagi, melainkan pecah-pecah.
Karena dibagian sebelah dalam kulit timbul lapisan gabus baru. Di dalam lapisan
kayu ini terdapat pembuluh kayu yang berfungsi membawa zat makanan dari akar
keatas. Di dalam lapisan kulit terdapat pembuluh lapisan yang membawa zat
makanan dari daun ke tempat lain (Nilasari dkk., 2013).
Bunga mangga dapat melakukan penyerbukan sendiri karena tepung sari
yang jatuh pada tampuk berasal dari pohon itu sendiri. Hal ini menyebabkan
mangga disebut tanaman berumah satu. Bunga mangga terdiri dari beberapa
bagian dasar bunga, kelopak, daun bunga, benang sari dan kepala putik. Bunga
mangga dalam keadaan normal, adalah bunga majemuk yang tumbuh dari tunas
ujung. Tunas yang asalnya bukan dari tunas ujung tidak menghasilkan bunga,
tetapi menghasilkan ranting daun biasa (Rohmaningtyas, 2010).
Daun mangga terdiri atas dua bagian yaitu tangkai daun dan badan daun.
Badan daun bertulang-tulang dan berurat-urat antara tulang daun dan urat tertutup
daging daun. Daun mangga diselimuti oleh kulit tipis yang tidak mudah terlihat
oleh mata telanjang yang dinamakan kulit ari, di kulit ari ini terletak mulut daun


3

atau stomata . Panjang daun keseluruhan antara 8,47–23,82 cm, Lebar daun antara
3,22–6,04 cm luas daun antara 30,20–101,10 cm2 (Nilasari dkk., 2013).
Buah mangga dapat dibagi dalam tiga bagian yaitu kulit, daging dan
biji.Komposisi buah mangga terdiri dari kulit buah dengan bobot berkisar antara
11-18%, biji 14-22% serta daging buah yang berkisar antara 60-75% dari berat
buah .Komponen utama buah mangga terdiri dari air, karbohidrat (dalam bentuk
gula) dan vitamin. Komponen lain terdiri dari berbagai macam asam, protein,
mineral, zat warna, tannin dan zat-zat volatile (ester) yang memberikan bau harum
(khas).Vitamin C pada buah mangga berkisar antara 13 mg sampai 80 mg/100 g
tergantung varietas (Safitri, 2012).
Syarat Tumbuh
Iklim
Pertumbuhan dan produksi mangga yang optimal membutuhkan jenis
tanah berpasir, lempeng atau agak liat. Keadaan tanah yang ideal untuk tanaman
mangga adalah subur, gembur, banyak mengandung bahan organik, draisenya
baik, dan pH optimum antara 5,5-6,0. Jenis tanah Aluvial mempunyai pengaruh
baik terhadap kualitas buah (Rukmana, 1997).

Tanaman mangga dapat tumbuh sampai pada ketinggian tempat lebih
kurang1.300 m dari permukaan laut. Jika kita ingin mengusahakan tanaman
mangga dengan produksi optimal, sebaiknya mangga ditanampada suatu areal
yang memiliki ketinggian maksimal 500 m di atas

permukaan laut

(Rohmaningtyas, 2010).
Temperatur untuk pertumbuhan optimum tanaman mangga 24–27. Pada
suhu tersebut memungkinkan pertumbuhan vegetatif dengan hasil yang baik.
Temperatur yang rendah akan menyebabkan kerusakan bagi tanaman tanaman
mangga muda (BPP Teknologi, 2010)
Suhu udara yang ideal adalah antara 27-34 C dan tidak ada angin kencang
atau angin panas. Di samping itu, untuk mendapatkan produksi yang optimal,
tanaman mangga membutuhkan penyinaranantara 50%-80% (Rukmana, 1997).
Tanah
Tanaman mangga mempunyai daya adaptasi yang tinggi, baik didataran
rendah maupun dataran tinggi, dengan keadaan volume curah hujan sedikit atau
4


banyak. Tetapi untuk memperoleh produksi manggayang tinggi membutuhkan
temperatur, curah hujan, keadaan awan danangin yang sesuai untuk syarat
pertumbuhan tanaman mangga (Rohmaningtyas, 2010).
Tanah yang baik untuk budidaya mangga adalah gembur mengandung
pasir dan lempung dalam jumlah yang seimbang. Derajat keasaman tanah (pH
tanah) yang cocok adalah 5,5-7,5. Jika pH di bawah 5,5 sebaiknya dikapur dengan
dolomit (BPP Teknologi, 2010).
Pertumbuhan dan produksi mangga yang optimal membutuhkan jenis
tanah berpasir, lempeng atau agak liat. Keadaan tanah yang ideal untuk tanaman
mangga adalah subur, gembur, banyak mengandung bahan organik, draisenya
baik, dan pH optimum antara 5,5-6,0. Jenis tanah Aluvial mempunyai pengaruh
baik terhadap kualitas buah (Rukmana, 1997).
Hama Tanaman Mangga (Magifera indica L.)
Lalat buah merupakan salah satu hama yang sangat merugikan pada
tanaman hortikultura di dunia. Lebih dari seratus jenis tanaman hortikultura
diduga menjadi sasaran serangannya (Kalshoven, 1981). Pada populasi yang
tinggi, intensitas serangannya mencapai 100%. Oleh karena itu, hama ini telah
menarik perhatian seluruh dunia

untuk dilakukan upaya


pengendalian

(Kuswandi, 2001).
Lalat buah hama dapat menimbulkan kerusakan yang bersifat Kualitatif
(berpengaruh pada mutu hasil panen) maupun kuantitatif (berpengaruh pada
jumlah panen). Buah yang diserang sindat lalat buah akan membusuk, kemudian
jatuh ke tanah (rontok). Di negara-negara tropik seperti di Indonesia, lalat buah
memperoleh lingkungan yang pas, terutama karena tersedia pakan yang melimpah
dan didukung oleh iklim yang ideal (Putra, 2010).
Ada 3 jenis penggerek buah pada manga yaitu Sternochetus frigidus/
Cryptorrhynchus gravis (Coleoptera : Curculionidae) Philotroctis

(Lepidoptera : Pyralidae) dan

entrophera

Noorda albizonalis (Lepidoptera : Pyralidae)

Gejalanya ada lubang di samping buah yang biasanya mengeluarkan geta. Bila

buah

dibelah

akan

dijumpai

liang

(Swastika, 2014)

5

gerekan

dan

larvanya/ulat

Hama wereng Mangga (Idiocerus niveosparsus) ini menghisap cairan pada
daun mangga, pucuk-pucuk muda dan buah muda, sehingga mudah rontok. Hama
ini muncul pada saat peralihan musim kemarau ke musim hujan dan umumnya
menyerang

pertanaman

mangga

yang

sudah

berproduksi

(Borror dan Jhonson 1996).
Menurut Wikardi (1996) dan Siswanto dkk (2003), Sanurus indecora
merupakan serangga hama yang bersifat polifag. Selain menyerang jambu mete
juga menyerang jambu air (Eguena aquea ), mangga (Mangifera indica L.), dan
jeruk (Citrus sp.).
Berdasarkan hasil penelitian ini diduga inang yang disukai S. indecora
adalah tanaman mangga karena lebih tinggi tingkat populasi nimfa yang
menyerang dan jumlah telur yang diletakkan lebih banyak dibandingkan dengan
tanaman mete (Siswanto dkk, 2003).
Hama penggerek batang menyerang melalui pucuk yang telah berlubang
akibat tusukan hama lain (biasanya penggerek pucuk) dengan jalan memasukkan
telurnya ke dalam jaringan yang luka tersebut. Kemudian larvanya makan dan
merusak jaringan pucuk sampai batang utama yang menyebabkan kematian pada
batang mangga tersebut. Karena mekanisme serangannya, hama ini menyebabkan
kerusakan yang sangat berat hingga dapat menghancurkan kebun mangga. Kurang
dari periode dua tahun hama ini telah menghancurkan ribuan batang mangga di
Sumatera Barat (Agresma, 2012).
Menurut Suputa (2011) fase larva dari L. marginata bersifat fitophagous
dan sangat rakus. Tanaman-tanaman yang diserang akan mengalami penurunan
jumlah daun bahkan tanaman akan mati.Selain itu, L. marginata memiliki
semacam duri (spine) di luar tubuhnya, serta memiliki semacam racun dalam
kelenjarnya. Hal tersebut yang menyebabkan gatal-gatal apabila ulat bulu tersebut
sampai menyentuh kulit manusia. Selain itu, bulubulunya yang beterbangan
apabila terhirup manusia akan mengganggu saluran pernapasan.
Hama penggerek cabang merupakan salah satu permasalahan utama dalam
budidaya mangga. Akibat serangan hama ini, dapat menyebabkan ranting dan atau
cabang mengalami kematian sehingga secara tidak langsung dapat menurunkan
produksi (Hafsah dkk, 2010).
6

Penyakit Tanaman Mangga (Mangifera indica L.)
Penyebab Antraknose (Colletotrichum Gloeosporiodes) adalah cendawan
atau jamur. Penyakit ini dapat menyerang pada ranting, daun, bunga dan buah.
Biasanya menyerang pada saat pembungaan dan pembuahan. Gejala serangan
terlihat adanya becak-becak berwarna coklat tua pada bagian tanaman yang
terserang, daun dan bunga yang terserang menjadi kering dan gugur. Apabila
menyerang buah mengakibatkan becak-becak coklat dan pada serangan berat buah
dapat gugur sebelum di panen (BPTP Karangploso, 1997).
Penyebab Diplodia (Botryodiplodia theobromae) adalah cendawan atau
jamur yang menyerang pada batang dan ranting. Umumnya diawali adanya luka
yang disebabkan benda tajam. Sehingga di musim kemarau luka mengeluarkan
blendok dan dimusim hujan luka berkembang sampai ke jaringan kayu. Gejala
pada batang yang terserang adalah kulit luarnya tampak seperti pecah-pecah,
mengeluarkan cairan coklat kehitaman, makin lama luka melebar dan kulit
mengelupas,

bagian

tanaman

diatasnya

menjadi

kering

dan

mati

(BPTP Karangploso, 1997).
Penyakit Jamur Upas (Corticium Salmonicolor ) disebabkan oleh jamur
yang berwarna putih sampai merah jambu mengkilat. Berkembang di musim
hujan dan di musim kemarau masih terlihat. Gejala serangan ditunjukkan oleh
terbungkusnya ranting atau cabang dengan jamur upas, bagian atas ranting yang
terserang nampak pertumbuhannya tidak sehat (BPTP Karangploso, 1997).
Penyakit Embun tepung Mangga disebabkan cendawan

Erysiphe

cichoracearum. Cendawan ini merupakan salah satu penyakit yang penting pada
tanaman mangga dan dapat mengurangi hasil 5-20 persen. Cendawan ini juga
menyerang semangka, tanaman yang termasuk keluarga Cucurbitaceae, dan
tembakau (BPTP Karangploso, 1997).
Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Mangga (Mangifera indica L)
Beberapa teknik pengendalian telah banyak dikembangkan, seperti
penggunaan gibberellic acid (GA), yaitu membuat penampilan buah-buahan tidak
matang sehingga lalat buah enggan meletakkan telur pada buah (Jessica 2007).
Atraktan merupakan zat yang bersifat menarik (lure), mengandung bahan
aktifmetil eugenol (C12H24O2). Penggunaanmetil eugenol sebagai atraktan lalat
7

buah tidak meninggalkan residu pada buah dan mudah diaplikasikan pada lahan
yang luas. Karena bersifat mudah menguap, daya jangkau atau radiusnya cukup
jauh, mencapai ratusan bahkan ribuan meter, bergantung pada arah angin. Daya
tangkap atraktan bervariasi, bergantung pada lokasi, cuaca, komoditas, dan
keadaan buah di lapangan. Beberapa penelitian menunjukkan, penggunaan
atraktan metil eugenol dapat menurunkan intensitas serangan lalat buah pada
mangga sebesar 39-59% (Sarwono 2003; Priyono 2004)
Penggunaan atraktan metil eugenol merupakan cara pengendalian yang
ramah lingkungan dan terbukti efektif (Metcalf an Flint 1951). Atraktan dapat
digunakan untuk mengendalikan lalat buah dalam tiga cara, yaitu: (1) mendeteksi
atau memantau populasi lalat buah; (2) menarik lalat buah untuk kemudian
diperangkap; dan (3) mengacaukan lalat buah dalam perkawinan,berkumpul, dan
cara makan (Metcalf dan Luckmann, 1982).
Penggunaan pestisida hendaknya menjadi pilihan terakhir. Penggunaan
pestisida yang kurang bijaksana dapat menyebabkan pencemaran lingkungan,
kematian serangga bukan sasaran, penyederhanaan rantai makanan alami dan
keanekaragaman hayati (Djoyosumarto 2000; Norris et al., 2003)
Di alam lalat buah mempunyai musuh alami berupa parasitoid dari genus
biosteres dan opius (famili Branconidae). Biosteres sp dapat ditemukan pada lalat
uah yang menyerang mangga, belimbing dan jambu biji dengan parasitasi 5,17–
10,31%, sedangkan Ophius sp. Banyak ditemukan pada lalat buah yang
menyerang mangga dengan tingkat parasitasi 0-6,8% (Putra,1997)
Serangga yang tertarik perhatiannya dengan warna tersebut akan
mendekati bahkan menempel pada warna tersebut. Bila pada obyek warna tersebut
telah dilapisi semacam lem, perekat atau getah maka serangga tersebut akan
menempel dan mati. (Asri, 2003)
Memotong bagian bunga yang terserang, kemudian dimusnahkan.
Menyuntik pohon mangga dengan insektisida sistemik sebanyak 10 -20 cc per
pohon. Hal ini dilakukan pada tanaman mangga yang sudah berumur lebih dari 30
tahun. Menyemprotkan insektisida (BPTP Karangploso, 1997).
Pengendalian hama penggerek lebih dini adalah faktor kunci untu
menyelamatkan tanaman mangga dari kematian atau bahkan menyelamatkan
8

kebun

mangga

dari

kehancuran

sehingga

kerugian

dapat

dihindari

(Budi dkk, 2004).
B. bassiana juga efektif sebagai ovisida, seperti yang diungkapkan oleh

Shi dan Feng (2005) bahwa perlakuan B. bassiana strain SG8702 pada telur
T. cinnabarinus mengakibatkan sebagian besar telur tidak menetas. Kemampuan
B. bassiana mengendalikan seluruh stadia perkembangan tungau menunjukkan

bahwa jamur ini mempunyai prospek cukup baik sebagai pengendali hama
tungau. Pada pengendalian P. latus yang menyerang tanaman cabe dengan tiga
spesies jamur sekaligus, yaitu: B. bassiana, M. anisopliae, dan P. fumosoroseus
menunjukkan bahwa kombinasi B. bassiana dan P. fumosoroseus menekan secara
nyata populasi tungau ini sehingga sekitar 93,3% cabang tanaman dapat
diselamatkan untuk berproduksi (Ihsan and Ibrahim, 2007).
Jamur

upas pada tanaman mangga (Mangifera indica L) dengan

mengupas/mengerok bagian cabang dan ranting yang terserang.Memotong dan
memusnahkan cabang serta ranting yang terserang.Sebelum tampak gejala
serangan,

tanaman

disemprot

dengan

fungisida

satu

minggu

sekali

(BPTP Karangploso, 1997).
Pengendalian penyakit kulit (Botryodiplodia theobromae Pat) dilakukan
dengan cara, antara lain: menghindari pemangkasan tanaman yang terlalu berat
(menyebabkan luka sebagai jalan masuknya serangan jamur), sanitasi terhadap
sisa-sisa tanaman yang dapat menjadi sumber inokulum, pengapuran pangkal
batang, menutup bagian tanaman yang luka pada waktu pemangkasan dengan
klorox, pengelupasan kulit bagian tanaman yang terserang selanjutnya
diaplikasikan fungisida yang efektif (BBPPMBTH, 2014).
Hama utama pada mangga adalah wereng dan lalat buah. Pengendalian
wereng dengan insektisida monocrotophos atau dimehipo, diaplikasikan
menjelang pembungaan (Setyono, 2001). Pada tanaman yang pendek dengan
penyemprotan, konsentrasi 0,15% (1,5 cc/l air) dan dosis yang diperlukan 10 l
larutan/pohon (Rosmahani & Budiono, 2002)
Pengendalian lalat buah dengan memasang perangkap metil eugenol mulai
pentil sampai selesai panen. Jumlah perangkap sebanyak 25 unit per hektar dan
digantungkan pada pohon mangga pada ketinggian 2 m. Atraktan nabati ekstrak
9

selasih yang berbahan aktif metil eugenol efektif untuk pengendalian lalat buah
dan tidak meninggalkan residu pada buah (Balitro 2004 and Sutjipto, 2008).
Petunjuk teknis pengendalian ulat bulu (Badan Litbang Pertanian 2011)
adalah sebagai berikut. Pengendalian ulat bulu dibedakan menjadi pengendalian
jangka pendek dan jangka panjang. Pengendalian jangka pendek, khususnya untuk
daerah endemis, dapat dilakukan dengan cara mekanis/fisik, yaitu mengumpulkan
dan memusnahkan ulat, dan cara hayati dengan menggunakan NPV, B. bassiana ,
dan Metarhizium sp. Aplikasi patogen serangga sebaiknya dilakukan pada sore
hari (pukul 16.00–17.00). Pengendalian juga dapat dilakukan dengan memasang
pembatas (barrier) plastik yang diolesi lem perekat pada batang tanaman mangga.
Pengendalian dengan pestisida nabatiekstrak daun/biji mimba dan insektisida
kimia berlabel hijau dapat dilakukan dengan disemprotkan pada bagian batang
pohon mangga (0–2 m di atas permukaan tanah) pada pukul 10.00–11.00.
Pengendalian jangka panjang dilakukan melalui pemantauan populasi ulat
bulu dan musuh alami hama dengan memasang lampu perangkap pada malam hari
untuk menangkap ngengat generasi 1. Cara ini secara tidak langsung dapat
mengendalikan populasi ngengat ulat bulu. Cara lainnya yaitu dengan melepas
secara berkala musuh alami, khususnya predator generalis termasuk parasitoid,
seperti

Brachymeria

sp.,

Xanthopimpla

sp.,

Trichogrammatoide a

sp.,

Telenomus sp., dan lalat Tachinidae. Teknik pelepasan cukup sederhana, hanya

membutuhkan botol/gelas bekas air mineral yang tertutup atau dipasang dengan
posisi terbalik untuk menghindarkan parasitoid dari air hujan. Pemasangan koloni
buatan semut rangrang yang dibuat

dari bambu atau daun-daun kering juga

dianjurkan. Apabila terjadi serangan ulat bulu, pada batang pohon mangga dapat
dipasang pembatas plastik yang diolesi lem perekat, kain yang disemprot
insektisida atau kain goni yang terlipat untuk mencegah ulat bulu naik ke bagian
atas tanaman. Pengelolaan habitat kebun mangga dengan cara menambah
keragaman varietas mangga yang ditanam, tumpang sari dengan tanaman selain
mangga, mempertahankan tanaman pagar, dan mengganti tanaman mangga yang
sudah tua karena rentan terhadap serangan ulat bulu juga merupakan alternatif
pengendalian jangka panjang, selain pemupukan berimbang dan menyiapkan
pestisida nabati/hayati juga (Badan Litbang Pertanian, 2011).
10

Pengendalian Hama
Fisik
Pemusnahan populasi memerlukan dua tahapan pendekatan. Pertama,
menurunkan populasi lalat buah jantan di alam untuk mengurangi pesaing jantan
mandul yang akan dilepas. Kedua, jantan mandul yang dihasilkan dengan radiasi
sinar gama cobalt-60 dipelihara di laboratorium (Nasroh, 2004).
Petunjuk teknis pengendalian ulat bulu (Badan Litbang Pertanian, 2011)
adalah sebagai berikut. Pengendalian ulat bulu dibedakan menjadi pengendalian
jangka pendek dan jangka panjang. Pengendalian jangka pendek, khususnya untuk
daerah endemis, dapat dilakukan dengan cara mekanis/fisik, yaitu mengumpulkan
dan memusnahkan ulat, dan cara hayati dengan menggunakan NPV, B. bassiana ,
dan Metarhizium sp. Aplikasi patogen serangga sebaiknya dilakukan pada sore
hari (pukul 16.00–17.00). Pengendalian juga dapat dilakukan dengan memasang
pembatas (barrier) plastik yang diolesi lem perekat pada batang tanaman mangga.
Pengendalian dengan pestisida nabatiekstrak daun/biji mimba dan insektisida
kimia berlabel hijau dapat dilakukan dengan disemprotkan pada bagian batang
pohon mangga (0–2 m di atas permukaan tanah) pada pukul 10.00–11.00.
Pengendalian jangka panjang dilakukan melalui pemantauan populasi ulat
bulu dan musuh alami hama dengan memasang lampu perangkap pada malam hari
untuk menangkap ngengat generasi 1. Cara ini secara tidak langsung dapat
mengendalikan populasi ngengat ulat bulu. Cara lainnya yaitu dengan melepas
secara berkala musuh alami, khususnya predator generalis termasuk parasitoid,
seperti Brachymeria sp., Xanthopimpla sp., Trichogrammatoidea sp., Telenomus
sp., dan lalat Tachinidae. Teknik

pelepasan cukup sederhana, hanya

membutuhkan botol/gelas bekas air mineral yang tertutup atau dipasang dengan
posisi terbalik untuk menghindarkan parasitoid dari air hujan. Pemasangan koloni
buatan semut rangrang yang dibuat

dari bambu atau daun-daun kering juga

dianjurkan. Apabila terjadi serangan ulat bulu, pada batang pohon mangga dapat
dipasang pembatas plastik yang diolesi lem perekat, kain yang disemprot
insektisida atau kain goni yang terlipat untuk mencegah ulat bulu naik ke bagian
atas tanaman. Pengelolaan habitat kebun mangga dengan cara menambah
keragaman varietas mangga yang ditanam, tumpang sari dengan tanaman selain
11

mangga, mempertahankan tanaman pagar, dan mengganti tanaman mangga yang
sudah tua karena rentan terhadap serangan ulat bulu juga merupakan alternatif
pengendalian jangka panjang, selain pemupukan berimbang dan menyiapkan
pestisida nabati/hayati juga (Badan Litbang Pertanian, 2011).
Biologi
Suatu cara pengendalian hama yang ramah lingkungan, yaitu teknik
serangga mandul (TSM) telah dikembangkan di Puslitbang Teknik Isotop dan
Radiasi (P3TIR) -BATAN. Dalam teknik ini sejumlah besar lalat mandul dilepas
agar bersaing kawin dengan lalat di kebun. Karena efektifitas TSM ditentukan
oleh besamya perbandingana ntara jumlah lalat yang dilepas denganl lalat kebun
maka sebelum pelaksanaan TSM diperlukan inforrnasi tentang besamya jumlah
serangga yang terdapat dikebun. Dan efektifitas pengendalia TSM dapat
ditingkatkan dengan mengurangi jumlah lalat kebun sebelum pelaksanaan TSM
(Kuswandi, 2000)
Kimia
Di Hawaii, pengendalian lalat buah memadukan beberapa teknik
pengendalian, antara lain dengan atraktan dalam perangkap, yang dapat menekan
penggunaan pestisida kimia sintetis hingga 75-95% (Vargas, 2007).
Atraktan dapat digunakan untuk mengendalikan lalat buah dalam tiga cara,
yaitu: (1) mendeteksi atau memantau populasi lalat buah; (2) menarik lalat buah
untuk kemudian diperangkap; dan (3) me- ngacaukan lalat buah dalam
perkawinan, berkumpul, dan cara makan (Metcalf dan Luckmann, 1982).
Beberapa teknik pengendalian telah banyak dikembangkan, seperti
penggunaan gibberellic acid (GA), yaitu membuat penampilan buah-buahan tidak
matang sehingga lalat buah enggan meletakkan telur pada buah (Jessica, 2007).
Pengendalian Penyakit
Fisik
Pengendalian penyakit busuk akar dengan cara mekanis Dikendalikan
dengan cara di bongkar dan di bakar atau di potong bagian yang terinfeksi
(Dinas Pertanian Tanaman Pangan, 2016).
Pengendalian Penyakit Antraknosa ( Colletotrichum gloeosporioides)
sebagai tindakan preventif,dilakukan pembungkusan buah jika memungkinkan
12

agar terlindung dari kemungkinan adanya serangan, pembungkusan dilaksanakan
pada saat buah sebesar bola ping pong (Dinas Pertanian Tanaman Pangan, 2016).
Biologi
Organisme antagonis dapat diaplikasikan secara langsung pada buahbuahan, dan satu jenis sistem aplikasi seperti pencucian, penyemprotan ataupun
pencelupan telah secara nyata mengurangi pembusukan pada beberapa jenis buah.
Umumnya mikroba antagonis ini diisolasi dari permukaan tanaman, yang mana
keberadaan mikroba antagonis yang secara alami ini akan membuat mereka lebih
berhasil karena kemampuan mereka

mengkloni dan beradaptasi terhadap

lingkungan (Mari dan Guizardi, 1998) Fase pasca panen merupakan fase yang
cocok untuk menerapkan metode pengendalian secara biologis. Pada lingkungan
yang terbatas ini, dimana parameter seperti temperatur dan kelembapan relatif
dapat diubah.
Kimia
Pengendalian penyakit busuk akar dilakukan inpus pada batang tanaman
dengan menggunakan fungisida sistemik dan bagian akar yang dipotong diolesi
fungsida propamocarb hidroklorida (Previkur N) dengan dosis 2 g/liter
(Dinas Pertanian Tanaman Pangan, 2016).
Pengendalian Penyakit Antraknosa ( Colletotrichum gloeosporioides)
dengan ditambahkan pemakaian trichoderma dicampur dengan pupuk kandang.
Penyemprotan dengan menggunakan fungisida kombinasi mancozeb, dicotophos,
propineb, azoksistrobin, dipenokonazol, karbenazim, tiram dalam selang waktu 35 hari sekali dari saat pembentukan tunas bunga hingga fase pemasakan buah
(Dinas Pertanian Tanaman Pangan, 2016).

13

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Tanaman Mangga mempunyai adaptasi yang tinggi dan dapat tumbuh pada
suhu 27°- 32°C.
2. Hama utama tanaman mangga adalah penggerek pucuk ( Clumetia transversa ),
penggerek biji (Noorda abizonalis), wereng mangga (Idiocerusniveosparsus),
penggerek buah (Sternochetus frigidus), dan lalat buah (Bractocera dorsalis).
3. Penyakit utama pada tanaman mangga yaitu Antraknose ( Colletotrichum
gloeosporiodes), Diplodia (Botryodiplodia theobromae), Penyakit Jamur Upas

(Corticium salmonicolor ), dan Penyakit Embun tepung Mangga.
4. Penegndalian

Hama

dan

penyakit

pada

tanaman

mangga

(Mangifera indica ) dengan pestisida, musuh alami, dan lain-lain.

Saran
Semakin diperbanyak lagi penelitian tentang hama dan penyakit pada
tanaman Mangga (Mangifera indica L.) beserta pengendalian yang terbaharukan

14

DAFTAR PUSTAKA

Agresma, D. 2012. Identifikasi Parasitoid Pada Lalat Buah Bactrocera
cucurbitae Dalam Buah Pare Momordiae chantaria . UPI Bandung
Asri, A. 2003. Membuat Alat Perangkap Lalat Buah. BPTP Sulawesi Tenggara.
[online].Tersedia:http://www.litbang.deptan.go.id/artikel/one/9/pdf/Mem
uat%20Alat%20Perangkap%20Lalat%20Buah.pdf [ 29 Mei 2017] .
Badan Litbang Pertanian. 2011. Petunjuk Teknis Pengendalian Ulat Bulu.
http://www.litbang.deptan.go.id [5 Juni 2017].
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Karangploso. 1997. Mengendalikan
Hama Dan
Penyakit Mangga. Instalasi Penelitian Dan Pengkajian
Teknologi Pertanian Wonocolo.
Balitro 2004. Leaflet : Perangkap Lalat Buah. Balai Penelitian Tanaman Rempah
dan Obat, Jakarta.
Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan
Horkultura (BBPPMBTPH). 2014. Pengendalian Hama dan Penyakit pada
Tabulampot Mangga (Mangifera indica ). Kementrian Pertanian, Jakarta.
BPTP Jawa Timur. 2006. Seminar Nasional
Agribisnis
Mangga.
http://www.litbang.deptan.go.id: BPTP, Jawa Timur [28 Mei 2017].
Borror, D.J, Triplehorn, C.A & Jhonson, N.F. (1996). Pengenalan Pelajaran
Serangga. Edisi Bahasa Indonesia. Gajah Mada University
Press, Yogyakarta.
Budijono, Sarwono, Handoko, B. Siswanto. 1997. Mengendalikan Hama Dan
Penyakit Mangga. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Karangploso
Instalasi Penelitian Dan Pengkajian Teknologi Pertanian Wonocolo . Ipptp
Wonocolo.
Budi, M., Endang, H. dan Laba U., 2004, Plasma Nutfah Insektisida Nabati,
J.Perkembangan Teknologi TRO 1 (13).
Dinas Pertanian Tanaman Pangan. 2016. Standar Operasional Prosedur (SOP)
Mangga Gedong Gincu Off Season. Pemerintah Provinsi Jawa Barat,
Bandung.
Hafsah, S., Jauharlina dan T. Chamzurni. 2010. Eksplorasi dan Karakterisasi
Varietas Mangga Tahan Hama Penggerek
Batang di Nanggroe Aceh
Darussalam. Agrista 14 (2).

15

Irwanto, B. 2008. Inventarisasi Hama-Hama Penting Dan Parasitoid Pada Buah
Mangga (Mangifera spp.) Di Laboratorium. Skripsi. Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara, Medan. 51 hlm.
.
Ihsan, N and Y.B. Ibrahim. 2007. Efficacy of laboratory prepared wettable
powder formulatons of entomopathogenous fungi Beauveria bassiana ,
Metarhizium anisopliae and Paecilomyces fumosoroseus against the
Polyphagotarsonemus latus (Bank) (Acari: Tarsonemidae) (Broad Mite)
on Capsicum annum (Chilli). Journal of Bioscie nces 18 (1): 1-11.
Indratmi, D. 2006. Kajian Pengendalian Hayati Penyakit Antraknosa pada Buah
Mangga
dan
Apel
dengan Khamir Debaromyces sp. Dan
Schizosaccaromyces sp. Universitas Muhammadyah Malang. Jawa Tengah
Jessica,
S.
2007.
Tougher
Peel
Repells
http://www.encyclopedia.com/doc/IGI.13418916.htm.

Fruit

Flies.

Kuswandi. 2001. Panduan Lalat buah. diunduh dari http://deptan.go.id. [28 Mei
2017].
Kuswandi R. 2000. Kajian Faktor Eksploitasi Berdasarkan Jenis Pohon: Studi
Kasus Pada HPH PT Mamberamo Alasmandiri. Jakarta.
Mari, M and M Guizzardi. 1988. The Postharvest Phase: Emerging Technologies
for The Control of Fungal Diseases. Phytoparasitica 26(1): 59-66.
Metcalf, R.L. and W.H. Luckmann. 1982. Introduction to Insect Pest
Management. 2nd Ed. A Wiley-Interscience Publ., New York. p. 279-314.
Nasroh, A. 2004. Teknik Iradiasi Untuk Pengendalian Hama Lalat Buah
Pascapanen Melalui Perlakuan Keselamatan Tumbuhan. 7 hlm.
Prosiding Lokakarya Masalah Kritis Pengendalian Layu Pisang,
Nematoda Sista Kuning pad Kentang dan Lalat Buah. Pusat Penelitian
dan Pengembangan Hortikultura, Jakarta.
Nilasari, A., J.B.S. Heddy dan T. Wardiyati. 2013. Identifikasi keragaman
morfologi daun Mangga (Mangifera indica L.) pada tanaman hasil
persilangan antara Varietas Arumanis143 dengan Podang Urang umur 2
tahun.Jurnal Produksi Tanaman 1(1): 61-69
Nugroho, S.P.1997. Hama Lalat Buah dan Pengendaliannya, Penerbit Kanisius,
Yogyakarta. Hal 44.
Pracaya . 1998. Bertanam Mangga. Penebar Swadaya. Jakarta.
Pratomo, G.A.L., R.D. Wijadi, A.L. Budijono, M. Sugiyarto dan Martono. 2005.
Pengkajian Pengaturan Pembungaan Mangga di Dataran Medium. BPTP
Jawa Timur.
16

Penulis BPP Teknologi. 2010. Mangga. http://www.ristek.go.id. [28 Mei
2017].
Putra, N.S. 1997. Hama Lalat Buah dan Pengendaliannya. Kanisius, Yogyakarta.
44 p.
Pena, J.E., A.I. Mohyuddin, and M. Wysoki. 1998. A Review Of The Pest
Management Situation In Mango Agroecosystems. Phytoparasitica 26:
129−148.
Rohmaningtyas, D. 2010. Perbanyakan Tanaman Mangga Dengan Teknik Okulasi
Di
Kebun Benih Tanaman Pangan Dan Hortikultura Tejomantri
Wonorejo
Polokarto Sukoharjo. Skripsi. Universitas Sebelas Maret,
Surakarta.
Rukmana, R. 1997. Mangga: Budidaya dan Pasca Panen. Kanisius, Yogyakarta.
Rosmahani, L & Budiono, AL 2002, ‘Pengendalian Organisme Pengganggu
Tanaman Mangga’. Jakarta.
Safitri, A.A. 2012. Studi Pembuatan Fruit Leather Mangga-Rosella. Skripsi.
Universitas Hasanuddin, Makassar.
Sarwono. 2003. PHT pada lalat buah. Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian.
hal. 142-149.
Siswanto, E.A. Wikardi., Wiratno, dan E.Karmawati. 2003. Identifikasi Wereng
Pucuk Jambu Mete, Sanurus Indecora Dan Beberapa Aspek Biologinya.
Jurnal Penelitian Tanaman Industri 9(4): 157-161.
Supartha, I.W. 2011. Fenomena Wabah Ulat Bulu di Bali . Makalah disampaikan
Dalam Seminar Ulat Bulu. Fakultas Pertanian Universitas Udayana,
Denpasar.
Sutjipto, P, Sigit & Wildan, J. 2008. Pengendali Lalat Buah Bactrocera Dorsalis
Hend Pada Tanaman Cabai Merah Dengan Ekstrak Daun Selasih (Ocimum
sanctum L.)’, Naskah bahan Rakitek BPTP Jawa Timur. 6 hal.
Sunarjono, H. 1990, Ilmu Produksi Tanaman Buah-Buahan. Sinar Baru,
Bandung. hlm. 209.
Swastika, I, W. 2014. Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) Utama Pada
Tanaman Mangga (Mangifera indica ) Dan Pengendaliannya di Kota
Denpasar. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kota
Denpasar.
Priyono, D. 2004. Evaluasi Dan Pengembangan Peramalan Dan Pengendalian
Lalat Buah Pada Tanaman Mangga Skala Luas Di Kabupaten Majalengka,
Jawa Barat. Lokakarya Masalah Kritis Pengendalian Layu Pisang,
17

Nematoda Sista Kuning, dan Lalat Buah. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Hortikultura. Jakarta. 11 hlm.
Vargas, R.2007. Local Research, But Everyone Watching. Agriculture Research
Service – Hawaii Area Wide
Fruit Fly Control Program, 4 pp.
http://www.findarticles.com/p/articles/mi.m3741/is. 2.52/ai.113457520 [8
Juni 2017].
Wikardi, E.A. Wiratno dan Siswanto 1996. Beberapa Hama Utama Tanaman
Jambu
Mete Dan Usaha Pengendaliannya. Forum Komunikasi Ilmiah Komoditas
Jambu Mete, Bogor, 5-6 Maret 1996. hlm.124-132.

18