LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK STOIKI

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK
ACARA II
STOIKIOMETRI REAKSI

Disusun oleh:
Nikmatul Khoeriyah

A1M013006

Elmas Tahira

A1M013015

Dewi Rizqiyati

A1M013024

Hesti Sabriani

A1M013061


Qothrotul Himmah R

A1M013047

Ahmad Hanif F

A1M013053

Arista Savira R

A1M013058

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
PURWOKERTO
2013

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Reaksi kimia biasanya antara dua campuran zat, bukannya antar dua zat murni.
Suatu bentuk yang paling lazim dan campuran adalah larutan reaksi kimia tlah
mempengaruhi kehidupan kita. Di alam sebagian besar reaksi berlangsung dalam larutan
air. Sebagai contoh cairan tubuh kita, tumbuhan maupun hewan, merupak larutan dari
berbagai jenis zat. Dalam tanah pun reaksi pada umumya berlangsung dalam lapisan tipis
lerutan yang diabsorbsi pada padatan.
Adapun contoh di kehidupan kita sehari-hari yang menggunakan reaksi kimia
seperti, makanan yang kita konsumsi setiap saat setelah dicerna diubah menjadi tenaga
tubuh. Nitrogen dan hydrogen bergabung membentuk ammonia yang digunakan sebagai
pupuk. Bahan bakar dan plastik dihasilkan oleh minyak bumi, pati tanaman dalam daun
disintesis dan dan O oleh pengaruh sinar matahari. Pelajaran yang berkaitan dengan reaksi
kimia lazim dikenal sebagi “stokiometri”. Stokiometri adalah bagian ilmu kimia yang
mempelajar hubungan kunatitatif antara zat yang berkaitan dalam reaksi kimia.
Bila senyawa dicampur untuk bereaksi maka sering tercampur secara kuantitatif
stokiometri, artinya semua reaktan habis pada saat yang sama. Namun demikian terdapat
suatu reaksi dimana salah satu reaktan habis, sedangkan yang lain masih tersisa. Reaktan
yang habis disebut pereaksi pembatas. Dalam setiap persoalan stokiometri, perlu untuk
menentukan reaktan yang mana yang terbatas untuk mengetahui jumlah produk yang

dihasilkan. Oleh karena itu percobaan ini dilakukan. Diharapkan kita mengerti tentang
pereaksi pembatas dan pereaksi sisa.
B. Tujuan
- Menentukan koefisien reaksi berdasarkan pembentukan endapan dan perubahan
temperatur.
- Menentukan hasil reaksi berdasarkan konsep mol.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
Suatu reaksi kimia adalah proses dimana ikatan atom di dalam molekul-molekul
zat-zat yang bereaksi dipecahkan, diikuti oleh penyusunan kembali dari atom-atom
tersebut dalam kombinasi molekul baru. Dengan perkataan lain, timbul zat kimia baru dan
yang lama hilang, tetapi atom atomnya tetap sama. (Harijono.1987:103)
Reaksi kimia secara umum dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu reaksi
asam-basa dan reaksi redoks. Secara garis besar, terdapat perbedaan yang mendasar antara
kedua jenis reaksi tersebut, yaitu pada reaksi redoks terjadi perubahan bilangan oksidasi
(biloks), sedangkan pada reaksi asam-basa tidak ada perubahan biloks. Kedua kelompok
reaksi kimia ini dapat dikelompokkan ke dalam 4 tipe reaksi: Sintesis, Dekomposisi,
Penggantian Tunggal, dan Penggantian Ganda.(Yusuf.2011)

Stoikiometri berasal dari kata yunani, stoicheion (unsure) dan mettrein (mengukur),
berarti mengukur unsur. Pengertian unsur-unsur dalam hal ini adalah partikel-partikel
atom, ion, molekul atau electron yang terdapat dalam unsur atau senyawa yang terlibat
dalam

reaksi kimia. Stoikiometri yang menyangkut cara untuk menimbang dan

menghitung spesi-spesi kimia atau dengan kata lain, stoikiometri adalah kajian tentang
hubungan-hubungan kuantitatif dalam reaksi kimia.(Achmad.1996:2)
Stoikiometri beberapa reaksi dapat dipelajari dengan mudah, salah satunya dengan
metode JOB atau metode Variasi Kontinu, yang mekanismenya yaitu dengan dilakukan
pengamatan terhadap kuantitas molar pereaksi yang berubah-ubah, namun molar totalnya
sama. Sifat fisika tertentunya (massa, volume, suhu, daya serap) diperiksa, dan
perubahannya digunakan untuk meramal stoikiometri sistem. Dari grafik aluran sifat fisik
terhadap kuantitas pereaksi, akan diperoleh titik maksimal atau minimal yang sesuai titik
stoikiometri sistem, yang menyatakan perbandingan pereaksi-pereaksi dalam senyawa.
Perubahan kalor pada reaksi kimia bergantung jumlah pereaksinya. Jika mol yang bereaksi
diubah dengan volume tetap, stoikiometri dapat ditentukan dari titik perubahan kalor
maksimal, yakni dengan mengalurkan kenaikan temperatur terhadap komposisi campuran.
( Sutrisno.1986:247)

Stoikiometri reaksi adalah penentuan perbandingan massa unsur-unsur dalam
senyawa dalam pembentukan senyawanya. Pada perhitungan kimia secara stoikiometri,
biasanya diperlukan hukum-hukum dasar ilmu kimia.(Brady,1986)

Hukum kimia adalah hukum alam yang relevan dengan bidang kimia. Konsep paling
fundamental dalam kimia adalah hukum konservasi massa, yang menyatakan bahwa tidak
terjadi perubahan kuantitas materi sewaktu reaksi kimia biasa. (Hiskia,1991)
Menurut (Syabatini, 2008) Hukum-hukum dasar ilmu kimia adalah sebagai berikut:
a)

Hukum Boyle

Boyle menemukan bahwa udara dapat dimanfaatkan dan dapat berkembang bila
dipanaskan. Akhirya ia menemukan hukum yang kemudian terkenal sebagai hukum
Boyle:” bila suhu tetap, volume gas dalam ruangan tertutup berbanding terbalik dengan
tekananya”
P1.V1 = P2.V2
b)

Hukum Lavoiser disebut juga Hukum Kekekalan Massa


Hukum kekekalan massa atau dikenal juga sebagai hukum Lomonosov-Lavoisier
adalah suatu hukum yang menyatakan massa dari suatu sistem tertutup akan konstan
meskipun terjadi berbagai macam proses di dalam sistem tertutup. Massa zat sebelum dan
sesudah reaksi adalah sama (tetap/konstan). Pernyataan yang umum digunakan untuk
menyatakan hukum kekekalan massa adalah massa dapat berubah bentuk tetapi tidak dapat
diciptakan atau dimusnahkan. Untuk suatu proses kimiawi di dalam suatu sistem tertutup,
massa dari reaktan harus sama dengan massa produk. Pada beberapa peristiwa radiasi,
dikatakan bahwa terlihat adanya perubahan massa menjadi energi. Hal ini terjadi ketika
suatu benda berubah menjadi energi kinetik/energi potensial dan sebaliknya. Karena massa
dan energi berhubungan, dalam suatu sistem yang mendapat/mengeluarkan energi, massa
dalam jumlah yang sangat sedikit akan tercipta/hilang dari sistem. Namun demikian,
dalam hampir seluruh peristiwa yang melibatkan perubahan energi, hukum kekekalan
massa dapat digunakan karena massa yang berubah sangatlah sedikit.
“Massa zat sebelum dan sesudah reaksi selalu sama.”
c)

Hukum Perbandingan Tetap (H.Proust)

Dalam kimia, hukum perbandingan tetap atau hukum Proust (diambil dari nama

kimiawan Perancis Joseph Proust) adalah hukum yang menyatakan bahwa suatu senyawa
kimia terdiri dari unsur-unsur dengan perbandingan massa yang selalu tepat sama. Dengan
kata lain, setiap sampel suatu senyawa memiliki komposisi unsur-unsur yang tetap.
“Perbandingan massa unsur-unsur dalam suatu persenyawaan kimia selalu tetap.”

d)

Hukum Gay Lussac

Menyatakan bahwa volume gas nyata apapun sangat kecil dibandingkan dengan
volume yang ditempatinya. Bila anggapan ini benar, volume gas sebanding dengan jumlah
molekul gas dalam ruang tersebut. Jadi, massa relatif yakni massa molekul atau massa
atom gas, dengan mudah didapat.
“Dalam suatu reaksi kimia gas yang diukur pada P dan T yang sama volumenya
berbanding lurus dengan koefisien reaksi atau mol, dan berbanding lurus sebagai
bilangan bulat dan sederhana.”
e)

Hukum Boyle – Gay Lussac


"Bagi suatu kuantitas dari suatu gas ideal (yakni kuantitas menurut beratnya) hasil
kali dari volume dan tekanannya dibagi dengan temperatur mutlaknya adalah konstan".
Untuk n1 = n2, maka P1.V1 / T1 = P2.V2 / T2
f)

Hukum Dalton disebut juga Hukum Kelipatan Perbandingan

“Jika dua unsur dapat membentuk satu atau lebih senyawa, maka perbandingan
massa dari unsur yang satu yang bersenyawa dengan jumlah unsur lain yang tertentu
massanya akan merupakan bilangan mudah dan tetap.”
g)

Hukum Avogadro

“Gas-gas yang memiliki volum yang sama, pada temperatur dan tekanan yang
sama, memiliki jumlah partikel yang sama pula.”
Artinya, jumlah molekul atau atom dalam suatu volum gas tidak tergantung kepada
ukuran atau massa dari molekul gas.
h)


Hukum Gas Ideal

PV = nRT
Persamaan ini dikenal dengan julukan hukum gas ideal alias persamaan keadaan gas
ideal.
Keterangan :
P = tekanan gas (N/m2)

R = konstanta gas universal (R = 8,315 J/mol.K)

V = volume gas (m3)

T = suhu mutlak gas (K)

n = jumlah mol (mol)

BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan





Alat :
-

Gelas beker 50ml (4)

-

Mistar/penggaris

-

Termometer

(2)

Bahan :
-


NaOH 0,1 M

-

NaOH 1,0 M

-

CuSO4 0,1 M

-

HCl 1,0 M

B. Prosedur Kerja
1. Stoikiometri Reaksi Pengendapan
Di sediakan 2 buah gelas beker 50ml. Di tuangkan 50 ml
NaOH 0,1 M ke dalam gelas beker 1. Pada gelas beker
yang lain di masukkan 25 ml CuSO4 0,1 m. Kedua
larutan itu dicampurkan kemudian dikocok.

Campuran

tersebut

dibiarkan

agar

terbentuk berada di dasar gelas beker.

endapan

yang

Tinggi endapan yang terbentuk diukur menggunakan
mistar (agar akurat diterapkan satuan mili-meter)

Lakukan cara yang sama dengan langkah 1-3 seperti
diatas untuk percobaan berikut, dengan mengubah
volume pereaksi masing-masing tetapi volume total
tetap 30ml, yaitu:
-

10 ml NaOH 0,1 M dan 20 ml CuSO4 0,1 M
15 ml NaOH 0,1 M dan 15 ml CuSO4 0,1 M
20 ml NaOH 0,1 M dan 20 ml CuSO4 0,1 M
25 ml NaOH 0,1 M dan
\ 5 ml CuSO4 0,1 M

Grafik yang menyatakan hubungan antara tinggi
endapan (sumbu y) dan volume larutan (sumbu x) di
buat, sehingga diperoleh titik optimum kurva.

Dari

grafik

berdasarkan

tersebut,
titik

koefisien

optimum yang

reaksi

ditentukan

diperoleh. Titik

optimum menyatakan perbandingan koefisien reaksi.
]

Bandingkan dengan koefisien reaksi yang diperoleh
\\
dari menyetarakan persamaan reaksi.

Rendemen hasil reaksi ditentukan dengan
menggunakan konsep mol.

2. Stoikiometri Sistem Asam-Basa
Dimasukkan 5ml NaOH 0,1 M ke dalam gelas beker
50ml dan 25ml HCl 1 M dimasukkan ke dalam gelas
beker lainnya. Kemudian temperatur kedua larutan
tersebut (Tm) diukur dan diusahakan agar sama (dapat
dilakukan dengan merendam kedua gelas beker tersebut
dalam penangas air)

Kedua campuran tersebut dicampur hingga volume total
30ml, temperatur campuran diukur dan suhu maksimum
yang konstan (Ta) dicatat.

Lakukan cara yang sama untuk percobaan berikut dengan
mengubah volume pereaksi masing-masing hingga volume
total campuran adalah 30ml, yaitu :
-

10ml NaOH 1,0 M dan 20ml HCl 1,0 M
15ml NaOH 1,0 M dan 15ml HCl 1,0 M
20ml NaOH 1,0 M dan 10ml HCl 1,0 M
25ml NaOH 1,0 M dan 5ml HCl 1,0 M

Dibuat grafik yang menyatakan hubungan antara
perubahan temperatur (sumbu y) dan volume asam/basa
(sumbu x)

\
Koefisien reaksi ditentukan berdasarkan titik optimum
yang diperoleh dari grafik diatas. Titik optimum
menyatakan perbandingan koefisien reaksi.

Dibandingkan dengan koefisien reaksi yang diperoleh
dari menyetarakan persamaan reaksi

Rendemen hasil reaksi ditentukan dengan meggunakan
konsep mol.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1. Stoikiometri Reaksi Pengendapan
N

Volume

Tinggi

Warna
Biru muda
Biru muda
Biru muda

O
1
2
3

5 ml NaOH 0,1 M + 25 ml CuSO₄ 0,1M
10 ml NaOH 0,1M + 20 ml CuSO₄ 0,1 M
15 ml NaOH 0,1 M + 15 ml CuSO₄ 0,1

30 ml
30 ml
30 ml

Endapan
1 mm
3 mm
4 mm

4

M
20 ml NaOH 0,1 M + 10 ml CuSO₄ 0,1

30 ml

12 mm

Hitam

5

M
25 ml NaOH 0,1M + 5 ml CuSO₄ 0,1 M

30 ml

5 mm

Hitam

Grafik
14
12
10
8
6
4
2
0

5

10

15

20

25

14
12
10
8
6
4
2
0

5

10

15

20

25

1. Stoikiometri Sistem reaksi Asam – Basa
N

Asam – Basa

Temperatur

Volume

O
1
2

5 ml NaOH 1 M + 25 ml HCl 1 M
10 ml NaOH 1M + 20 ml HCl 1

31⁰ C
33⁰ C

30 ml
30 ml

3

M
15 ml NaOH 1 M + 15 ml HCl 1

33⁰ C

30 ml

4

M
20 ml NaOH 1 M + 10 ml HCl 1

31⁰ C

30 ml

5

M
25 ml NaOH 1 M + 5 ml HCl 1 M

31⁰ C

30 ml

Grafik
35
30
25
20
15
10
5
0

5

10

15

20

25

35
30
25
20
15
10
5
0

5

10

15

20

25

B. Pembahasan
Stoikiometri adalah perhitungan kimia yang menyangkut hubungan kuantitatif zat
yang terlibat dalam reaksi. Reaksi stoikiometri adalah suatu reaksi kimia dimana pereaksi
dalam reaksi tersebur habis bereaksi, sehingga tidak ada mol sisa dalam pereaksi atau
tidak ada pereaksi pembatas. Dala suatu reaksi juga terdapat reaksi eksoterm dan
endoterm. Reaksi eksoterm apabila kalor berpindah dari system ke lingkungan sehingga
suhu disekitar larutan menjadi panas sedangkan reaksi endoterm adalah apabila kalor
berpindah dari lingkungan ke sisitem, sehingga suhu system menjadi lebih dingin.
Apabila suatu larutan berbeda dicampurkan biasanya terjadi perubahan sifat fisik,
seperti perubahan warna, suhu, bentuk, dan lain – lain. Dalam parktikum ini yang dibahas
adalah perubahan suhu. Suhu terendah dari suatu campuran disebut titik minimum
sedangkan suhu tertinggi dari suatu campuran disebut titik maksimum. Biasanya titik
maksimum didapat apabila reaksi tersebut adalah stoikiometri.
Dalam suatu reaksi tidak semua reaktan habis. Terkadang dijumpai salah satu
reaktan habis bereaksi duluan sehingga membatasi berlanjutnya reaksi, pereaksi ini
disebut pereaksi pembatas. Dari adanya pereaksi pembatas maka terdapat reaksi yang
belum bereaksi karena pereaksi yang lain sudah habis duluan, pereaksi yang bersisa ini
disebut pereaksi sisa.
Reaksi pembatas adalah prediksi yang habis lebih dahulu apabila zat-zat yang
direaksikan tidak ekuivalen, maka salah satu prediksi yang lain bersisa jumlah reaksi

bergantung pada jumlah pereaksi yang habis terlebih dahulu. Reaksi sisa merupakan
reaktan yang tidak habis bereaksi dan masih bersisa.
Hubungan antara suhu dan reaksi stoikiometri adalah suhu akan mencapai titik
maksimum atau nilai maksimum bila reaksi tersebut adalah reaksi stoikiometri.
Karakteristik HCl antara lain HCl sangat larut dalam pelarut air dengan membentuk
larutan asam kuat. HCl adalah asam monoprotik, yang berarti bahwa ia dapat berdisosiasi
melepaskan satu

+¿¿
H hanya sekali. Dalam larutan asam klorida

dengan molekul air membentuk ion hidronium,

+¿¿
H bergabung

+¿
H 3 O¿ .

Karakteristik NaOH antara lain NaOH membentuk larutan alkalin yang kuat ketika
dilarutkan ke dalam air. NaOH murni berbentuk putih padat, serpihan, bentuk pelet,
butiran ataupun larutan jenuh 50%. Ia bersifat lembab cair dan secara spontan menyerap
karbondioksida dari udara bebas. Ia sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas
ketika dilarutkan.
Karakteristik CuS O4 : warna tembaga (II) sulfat berwarna biru berasal dari hidrasi
air ketika tembaga (II) sulfat dipanaskan dengan air, maka kristalnya akan terdehidrasi dan
berubah warana menjadi hijau abu-abu. Tembaga (II) sulfat bereaksi dengan HCl, CuS
O4 yang warnanya biru akan berubah menjadi hijau karena pembentukan

tetraklorokuprat (II).
Pada reaksi 2NaOH + CuS O4 Na2S O4 + Cu(OH ¿2 , anion S

2−¿
O ¿4

bergabung dengan suatu unsur membentuk garam, maka sebagian besar garam yang
berbentuk berupa garam yang larut. Termasuk ketika anion sulfat bereaksi dengan Na.
−¿
Sementara hidroksida (O H ¿ ) hanya larut dalam air hanya jika ia ada dalam bentuk
LiOH , NaOH, KOH, Ba(OH ¿2 , Ca(OH ¿2 , dan Sr(OH ¿2 . Sehingga ketika O
−¿¿
¿
H bereaksi dengan Cu membentuk Cu(OH 2 akan terbentuk senyawa yang tidak
larut dalam air (mengendap). Jadi endapan yang terbentuk dari reaksi NaOH dan CuS
O4

adalah Cu(OH ¿2 . Dalam percobaan, Cu(OH ¿2 berbentuk endapan berwarna

gelap (hitam kebiruan) yang teksturnya lembek seperti lumpur. Sementara larutannya
berwarna biru kehijauan. Warna tersebut, didapat dari CuS O4 yang memang berwarna
biru.

Warna endapan berbeda-beda tergantung pada volume NaOH yang dilarutkan,
semakin banyak NaOH yang terlarut warnanya semakin gelap. Endapan 20ml NaOH +
10ml CuS O4 benar-benar menghasilkan endapan tertinggi sesuai literatur.
Pada percobaan pertama, yaitu stoikiometri sistem NaOH dengan CuS O4 .
Pertama-tama NaOH dicampur dengan larutan CuS O4 . Setelah kedua larutan
dicampurkan, diamati perubahan warna dan tinggi endapan yang terbentuk. Pencampuran
larutan-larutan selalu menghasilkan volumeyang sama 30ml.
Pada saat larutan 5ml NaOH 0,1M dicampurkan dengan 25ml CuS O4 0,1M,
terjadi endapan setinggi 1mm dengan warna endapan biru muda. Pada saat mencampurkan
10ml NaOH 0,1M dengan 20ml CuS O4 0,1M , terjadi endapan setinggi 3mm, dengan
warna biru muda juga. Ketika 0,1M NaOH sebanyak 15ml dicampurkan dengan 15ml
NaOH 0,1M, dihasilkan endapan 4mm, dengan warna biru muda. Pada saat 20ml NaOH
0,1M dicampurkan 10ml, terjadi endapan setinggi 12cm dengan warna hitam, sedangkan
25ml NaOH 0,1M dicampurkan 5ml CuS O4 0,1M dihasilkan endapan setinggi 5mm,
dengan warna hitam.
Dari hasil yang diperoleh maka dapat diketahui jika semakin banyak volume NaOH
yang dicampurkan akan akan menghasilkan warna yang semakin gelap. Sebaliknya, jika
volume NaOH yang dicampurkan semakin sedikit warna endapan/larutan semakin bening
atau cerah. Ditambah lagi, semakin banyak volume NaOH yang dicampur, semakin tinggi
endapannya. Namun, ketinggian tersebut terus naik sampai mencapai titik optimum.
Pada percobaan kedua, yaitu stoikiometri sistem NaOH 1M dengan HCl 1M.
Pertama-tama NaOH dicampur dengan larutan HCl. Setelah larutan dicampur, diamati
perubahan suhu campuran larutan.
Pada saat larutan 5ml NaOH 1M dicampur dengan 25ml HCl 1M, suhu larutan
yang terjadi 31 ℃ , ketika 10ml NaOH 1M dicampur 20ml HCl 1M , suhu larutan 33
℃ . Kemudian, 15ml NaOH 1M dicampur 15ml HCl 1M, suhu larutan 33 ℃ .
Ketika 20ml NaOH 1M dicampur 10ml HCl 1M dihasilkan larutan bersuhu 31 ℃ .
Sedangkan yang terakhir ketika 5ml NaOH 1M+25ml HCl 1M dihasilkan larutan dengan
suhu 31 ℃ .
Dari hasil pengamatan, disimpulkan semakin banyak volume NaOH semakin timggi
suhunya sampai mencapai titik optimum, kemudian suhu turun lagi sehingga membentuk
kurva.Berdasarkan hasil diatas, perubahan yang menjadi faktor utama adalah perubahan
suhu yang digunakan untuk menentukan stoikiometri dari larutan tersebut.

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perubahan suhu, warna dan endapan (wujud) dapat terjadi jika 2 zat dicampurkan.
Pada stoikiometri system perubahan temperature dipengaruhi oleh besarnya volume
campuran. Dan pada stoikiometri asam basa perubahan suhu tidak dipengaruhi oleh volume.
Reaksi stokiometri adalah reaksi yang pereaksinya habis bereaksi membentuk hasil
reaksi/produk.
B. Saran
Sebaiknya alat dan bahan diperbanyak supaya lebih efisien dan dapat melakukan
praktikum dengan benar. Fasilitas ruangan lebih ditingkatkan lagi supaya lebih nyaman dalam
menjalankan praktikum.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Hiskia. 1985. Kimia Dasar (modul 1-5). Jakarta : UT
Syabatini, Annisa. 2008. Hukum-hukum Stoikiometri.Jakarta:Erlangga
Brady, J.E dan Humiston. 1986. General Chemistry. New York: John Willey and Sons.
Djojodiharjo,Harijono.1987.Termodinamika Teknik Aplikasi dan
Termodinamika Statistik.Jakarta:PT. Gramedia
Luscua,Achmad.1996.Stoikiometri Energitika Kimia.Bandung:PT Citra Aditya Bakti
Sutrisno.1986.Materi Pokok Fisika.Jakarta:Karvaika
Yusuf.2011. Stoikiometri.Jakarta:PT.Gramedia
Syukri,S. 1999. Kimia Dasar 1. Bandung: ITB
Keenan. 1984. Kimia untuk Universitas. Jakarta: Erlangga

LAMPIRAN
Elmas Tahira

(A1M013015)

-

Bab 1 (Latar belakang, tujuan)

-

Bab 2 (Tinjauan Pustaka)

-

Bab 3 (Alat Bahan, Prosedur Kerja)

Ahmad Hanif Fajarudin (A1M013053)
-

Mencari tabel dan diagram warna dalam bab 4 (hasil praktikum)

Arista Savira R (A1M013058)
-

Bab 4 (Hasil dan Pembahasan)

-

Bab 5 (Kesimpulan dan Saran)