Variasi Dialek Bahasa Mandailing di Kabupaten Mandailing Natal

____

:

posisi terjadinya proses fonologis

#

:

batas kata

$

:

batas silabel



:


bervariasi secara teratur

~

:

bervariasi secara sporadis

ŋ

:

ng

ʔ

:

glottal


Ө

:

zero,lesap

ABSTRAK
Variasi Dialek Bahasa Mandailing di Kabupaten Mandailing Natal. Sholihatul Hamidah Daulay.
088107022.
Penelitian ini mengkaji dialek atau variasi bahasa berdasarkan perbedaan wilayah
dengan fokus daerah penelitiannya adalah di Sumatera Utara, khususnya di daerah Kabupaten
Mandailing Natal. Penelitian ini memfokuskan kajian pada variasi dialek yang disebabkan oleh
pemakai bahasa yang letaknya berbeda secara geografis. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan variasi fonologis, morfologis,nvc dan leksikal BM; memetakan persebaran dan
garis isoglos pada ketiga unsur tersebut; dan mengelompokkan dialek berdasarkan metode
dealektometri; serta menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan dialek BM.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan yang bersifat kualitatif. Enam puluh
tiga (63) informan dari 21 titik pengamatan (TP) dipilih untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.
Instrumen penelitian yang digunakan untuk menggali data adalah berupa observasi, studi

dokumentasi, dan wawancara. Ada dua metode yang digunakan dalam penyediaan data, yaitu

Universitas Sumatera Utara

metode cakap dan metode simak. Analisis data dalam penelitian bahasa menggunakan metode
padan dan metode agih.
Dari hasil temuan diperoleh bahwa BM memiliki 23 bunyi bahasa [a], [i], [u], [o], [e],
[p], [b], [t], [d], [c], [j], [k], [g], [h], [s], [m], [n], [ñ], [ŋ], [l], [ʀ], [w], dan [y]. Fonem vokal BM
yang ditemukan dalam penelitian ini ada tujuh fonem yakni i,a,e,u,o,ɔ dan ɛ yang terdistribusi
di awal, tengah, dan akhir. Sementara itu, bunyi kontoid BM yang ditemukan dalam penelitian
ini ada sembilan belas fonem yakni p, b, t, d, c, j, k, g, ʔ, h, s, m, n, ñ, ŋ, l, ʀ, w dan y yang
juga terdistribusi di awal, tengah, dan akhir. Daerah-pakai kosakata BM merupakan wilayah
yang luas dibandingkan dengan daerah-pakai kosakata bahasa Melayu dan bahasa Minang.
Daerah-pakai kosakata BM tersebar di wilayah Barat Laut, Utara, Timur Laut dan Selatan
Mandailing Natal. Daerah-pakai kosakata BM lebih dominan di Kabupaten Mandailing Natal
disebabkan daerah-daerahnya berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan yang banyak
berkontribusi dalam interaksi sosial.
Berdasarkan peta hasil penghitungan dialektometri secara fonologis (dari 105 peta yang
ada), ternyata tidak tampak perbedaan dialek maupun perbedaan bahasa pada BM. Ada lima
subdialek yang terdapat pada wilayah antar TP: 3:19, 16:19, 18:19, 19:20, 19:21 yang meliputi

wilayah timur Kabupaten Mandailing Natal yaitu, Bukit Malintang, Panyabungan Timur,
Kotanopan, dan Muara Sipongi. Sementara itu, wilayah yang menunjukkan perbedaan wicara
(4%--7%) terdapat pada antar TP 1:9, 8:9, 9:11, 10:11, 10:12. Ada empat kelompok dialek di
Kabupaten Mandailing Natal, yaitu dialek Muara Batang Gadis (TP 1), dialek Natal (TP 9,10),
dialek Panyabungan (TP 2—8,11—15,17), dan dialek Muara Sipongi (TP 16,18—21).
Berdasarkan dialektometri leksikal (keseluruhan medan makna), terlihat bahwa tidak terdapat
perbedaan subdialek dan perbedaan bahasa pada wilayah antar-TP. Perbedaan wicara muncul
pada wilayah TP 6,7,12—14 yang meliputi wilayah Panyabungan, Batahan, dan Ranto Baek.
Namun, ada wilayah antar-TP yang menunjukkan perbedaan dialek yaitu, kelompok dialek
wilayah antar-TP 1,3 yang merupakan wilayah Muara Batang Gadis dan Bukit Malintang;
kelompok dialek wilayah antar-TP 8—10 yang merupakan wilayah Batang Natal dan Natal;
serta kelompok dialek wilayah antar-TP 16,18 dan 19 yang merupakan wilayah Panyabungan,
Kotanopan dan Muara Sipongi. Faktor yang mempengaruhi perkembangan dialek BM di
Kabupaten Mandailing Natal adalah faktor intralinguistik dan faktor ekstralinguistik. Faktor
intralinguistik mencakup faktor asimilasi dan faktor proses struktur silabel, sedangkan faktor
ekstralinguistik meliputi faktor historis/sejarah, faktor geografis, faktor sosial budaya, dan faktor
migrasi.

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT
Mandailing Dialect Variation in Mandailing Natal District. Sholihatul Hamidah Daulay. 088107022
This study examined the dialect or language variation, it based on the difference in both areas in
which the focus of research, in North Sumatra especially Mandailing Natal district. This study focused on
the study of dialect variation caused by different speakers with different geography. The aim of this
research are to describe phonology, morphology, and lexical variations of Mandailing language; to map
isoglos spread and line at above all; and to group dialect based on dialectometri method; and to explain
some factors that influenced Mandailing language dialect development.
This research is a field research, that is qualitative. There are sixty-three informants from 21
observation points selected to participate in this study. The research instrument used to explore the data is
observation, documentation and interviews. There are two methods used in preparing of data namely the
cakap and simak methods. The data analysis in this research used padan and agih method.
From the results obtained that Mandailing language has 23 sounds of language [a], [i], [u], [o],
[e], [p], [b], [t], [d], [c], [j], [k], [g], [h], [s], [m], [n], [ñ], [ŋ], [l], [ʀ], [w], dan [y]. The vowel phoneme of
Mandailing found that there are seven phonemes i,a,e,u,o,ɔ dan ɛ are distributed at the beginning,
middle, and the end of word. Meanwhile, the sound of the Mandailing consonants found in that there are
nineteen phoneme p, b, t, d, c, j, k, g, ʔ, h, s, m, n, ñ, ŋ, l, ʀ, w dan y are also distributed at the
beginning, middle, and the end of word. Mandailing language region use vocabulary is a large area which
compared with Malay and Minang language. The area of Mandailing language vocabulary spread use in
the Northwest, North, Northeast and South of Mandailing Natal. Mandailing language region use

vocabulary more dominant in Mandailing Natal district because its regions bordering the South Tapanuli
which many contribute to social interaction.
Based on the results of the calculation dialectometri map phonologically (of which there are 105
maps) above did not appear the dialect differences and language differences in Mandailing. There are five
subdialects in the region area 3:19, 16:19, 18:19, 19:20, 19:21 which covers of east Mandailing Natal,
namely, Bukit Malintang, East Panyabungan, Kotanopan, and Muara Sipongi. Meanwhile, regions that
show differences in speech (4%-7%) are in the inter-area 1:9, 8:9, 9:11, 10:11, 10:12. There are four
groups of dialects in Mandailing Natal districts, namely Muara Batang Gadis dialect (area 1), Natal
dialect (area 9,10), Panyabungan dialect (area 2—8,11—15,17), and Muara Sipongi dialect (area 16,18—
21). Based dialectometri lexical (whole field of meaning), it appears that there is no difference subdialect
and language in the region between observation points. The differences speech appears in the observation
points region which covers in area 6,7,12-14 such as Panyabungan, Batahan and Ranto Baek. However,
there are areas that show the dialect difference, the dialect area 1,3 which is Muara Batang Gadis and
Bukit Malintang area; the dialect area 8-10 which is Batang Natal and Natal area; the dialect area 16,18
and 19 which is Panyabungan, Kotanopan and Muara Sipongi area. Some factors influenced the
Mandailing dialect development, they are intralinguistic and extralinguistic factors. The intralinguistic
factor include assimilation and syllable structure processes, on the other hands, the extralinguistic factor
related to history, geography, socio-culture and migration factors.

Universitas Sumatera Utara