Tremper Longman III Hikmat dan Hidup Suk

Tinjauan Buku

Tremper Longman III, Hikmat & Hidup Sukses:
Panduan untuk Memperoleh Manfaat dari Kitab Amsal,
terj. James C. Pantou. Jakarta: PPA, 2007. 224 hlm.

Deky Hidnas Yan Nggadas, M.Th.
Dosen Biblika PB dan Hermeneutik
STT Huperetes

Buku Hikmat & Hidup Sukses adalah karya tulis dari Tremper Longman, Profesor PL yang sangat
terkenal itu. Buku ini diterjemahkan dari versi berbahasa Inggrisnya: How to Read Proverbs (Downers
Grove, Illinois: IVP, 2002).
Saya pertama kali berkenalan dengan buku ini saat studi M.Div di STT Amanat Agung (2007). Saat
itu saya mengikuti kelas Tafsir PL III (Kitab-kitab Puisi) dari Yohanes Adrie Hartopo, Ph.D. Pak
Adrie sendiri, demikian sapaan kami terhadapnya, belajar langsung di bawah bimbingan Profesor
Tremper Longman saat menempuh studi Ph.D-nya di Westminster Theological Seminary.
How to Read Proverbs sudah saya baca habis saat itu, bahkan menggunakannya sebagai salah satu
referensi utama untuk paper saya dalam kelas Tafsir PL III itu, yang berjudul: “Orang yang Tidak
Berpengalaman dalam Kitab Amsal.” Paper ini kemudian mendapat komentar dari Pak Adrie lalu saya
revisi dan diterbitkan dalam: Jurnal Laus Deo, Vol. I, No. 1 (2011): 27-44 dengan judul yang sama.

Buku ini terbilang terurai dengan sangat sederhana dengan kandungan isi kelas pakar. Anda akan
mendapatkan banyak pokok penting untuk memahami Kitab Amsal dengan lebih baik. Pokok-pokok
ini bahkan akan menghindarkan Anda salah menafsirkan kitab ini, sebagaimana yang sering orang
lakukan. Salah satunya adalah soal genre.
Kitab Amsal, dari segi genre, tidak dimaksudkan sebagai proposisi-proposisi dengan kandungan
kebenaran universal. Sebaliknya, amsal-amsal itu bersifat situasional dan kondisional, yang lahir dari
pengamatan atau observasi, termasuk juga refleksi dan pengalaman hidup. Maka, untuk menafsirkan
dan mengaplikasikan amsal-amsal ini, Anda perlu bijak untuk mengidentifikasi cara dan situasi yang
tepat. Anda tidak diijinkan oleh genrenya untuk menerapkan amsal-amasal ini secara universal!
Masih dari segi genrenya, Anda akan mendapatkan petunjuk-petunjuk dan contoh-contoh mengenai
bentuk-bentuk sastra spesifik dalam kitab Amsal, misalnya paralelisme, pengandaian/ibarat, pola
“lebih baik…daripada…,” dll. Informasi-informasi literer ini sangat bernilai menolong Anda
melakukan tugas penafsiran.
Dari segi isinya, Longman membekali kita dengan parameter-parameter fundamental mengenai
pengertian hikmat. Hikmat, dalam paparan Longman, lebih dekat dengan EQ ketimbang IQ. Hikmat

Februari 2018

Page 1


adalah pengetahuan praktis; pengetahuan “how-to” (bagaimana), ketimbang sekadar pengetahuan
tentang “apa” (informasi).
Longman juga membahas tentang dua sosok personifikasi feminim dalam Amsal 1-9, yaitu wanita
hikmat (woman wisdom) dan wanita bodoh/bebal (woman foolly). Kedua wanita ini mendatangi
audiens yang sama dengan undangan yang sama-sama memikat. Metafora undangan itu berasal dari
setting jamuan makan yang dalam kebudayaan kuno digunakan dengan konotasi erotis – sebuah
konotasi yang menandai daya pikat undangan kedua wanita itu. Longman melihat wanita hikmat itu
sebagai personifikasi dari Yahweh sendiri, sendangkan sang wanita bodoh/bebal dilihat sebagai
personifikasi dari Baal. Sebagai contoh dari perwujudan hikmat, selain presentasinya dalam Amsal 31,
juga Longman menyorot Yusuf, Daniel, dan Kristus sebagai contoh-contoh nyata kehidupan yang
berhikmat.
Bahkan menariknya, Longman juga menggarisbawahi salah satu penekanan Kitab Amsal adalah bahwa
hikmat memampukan seseorang untuk menajamkan kemampuan membaca/menafsir. Penekanan ini
tentu saja berlawanan dengan tendensi banyak orang Kristen masa kini, termasuk para pendeta
“jaman now” yang tidak merasa harus melakukan penafsiran yang bertanggung jawab terhadap Alkitab
apalagi membaca buku!
Tema-tema lain, seperti: Uang, mencintai wanita yang tepat, kata-kata hikmat, dan kata-kata bodoh,
dibahas secara khusus oleh Longman. Pembahasan ini adalah cerminan dari nasihat eksegetis
Longman agar kita membaca Kitab Amsal secara tematik atau topical (thematic approach). Nasihat ini
tentu saja tepat mengingat persebaran secara sporadik amsal-amsal dengan topik yang sama dalam

kitab ini. Pembacaan tematik akan menolong kita mendapatkan gambaran yang lengkap mengenai
sebuah tema spesifik.
Dan perhatikan bahwa tema-tema itu adalah tema-tema keseharian kita. Memang kitab Amsal, sebagai
literatur hikmat, lebih bersentuhan dengan tema-tema praktis sehari-hari ketimbang tema-tema
seperti: Taurat, Bait Suci, korban, dsb., yang terdapat dalam kitab-kitab PL yang lain. Hal ini, selain
karena natur inspirasi kitab ini yang sudah saya bahas di atas, juga mencerminkan fenomena hikmat
internasional pada masa itu. Dan sebagai seorang pakar, Longman sangat familiar dengan literaturliteratur hikmat di sekitar Israel, misalnya hikmat Mesir (Amenemope) dan hikmat bangsa Sumeria
(Ahiqar) dengan tema-tema serupa.
Sebelum mengakhiri tinjauan ini, saya perlu memberikan komentar ringkas mengenai judul buku ini
dalam versi terjemahan bahasa Indonesianya: Hikmat dan Hidup Sukses. Sudah saya kemukakan di
atas bahwa buku ini diterjemahkan dari judul aslinya: How to Read Proverbs. Bagi mereka yang tidak
familiar dengan teologi hikmat dalam kitab Amsal, memang akan merasakan keganjilan pemilihan
judul Hikmat dan Hidup Sukses tersebut. Sebenarnya pemilihan judul ini sangat tepat mencerminkan
teologi hikmat dari kitab Amsal. Kitab Amsal mengusung teologi hikmat tradisional yang berasal dari
skema kovenan: Jika Anda taat, Anda diberkati; jika Anda tidak taat, Anda dikutuk. Ini adalah skema
kovenantal yang diasumsikan oleh Kitab Amsal. Itulah sebabnya, Anda akan mendapati nada optimis
yang luar biasa mengenai orang-orang yang berhikmat dan menjauhi kebodohan atau kebebalan.
Mereka akan sukses dalam segala hal, mis. relasi-relasi mereka, ekonomi, kesehatan, dsb.

Februari 2018


Page 2

Tampaknya optimisme hikmat tradisional dalam kitab Amsal, diberi intonasi yang seimbang dalam
dua kitab hikmat yang lain, yaitu Kitab Pengkhotbah dan Kitab Ayub. Kedua kitab ini
menggarisbawahi bahwa hidup ini terlalu kompleks untuk dimengerti hanya dalam satu kotak hikmat
tradisional seperti intonasi kitab Amsal. “Percakapan” antara ketiga kitab hikmat ini pun dibahas oleh
Longman dengan sangat baik.
Akhirnya, saya sangat merekomendasikan buku ini sebagai buku pegangan matakuliah Tafsir Kitab
Amsal, termasuk sangat merekomendasikannya bagi setiap hamba Tuhan, majelis, bahkan jemaat
awam. Anda akan sangat tertolong memahami Kitab Amsal dengan membaca buku ini.

Februari 2018

Page 3