Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tukang Sangiang: Studi Sosio-Historis tentang peran dari tukang sangiang dalam Ritual dan Bermasyarakat di Suku Dayak Ngaju T2 752014010 BAB V

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Melalui hasil pengamatan lapangan dan juga dikaji dengan teori yang dari Max Weber
mengenai tipe otoritas, maka dapat dipahami beberapa kesimpulan bahwa; Pertama, Tukang
Sangiang memiliki gejala kharismatik yang dianggap bersumber dari penerimaan wahyu dan
dianggap pula berbeda dari manusia pada umunya. Gejala kharismatik yang dimaksudkan
bersumber dari penerimaan wahyu yaitu Tukang Sangiang memiliki suatu kemampuan untuk
berkomunikasi dengan Sangiang yang hanya dapat dilakukan olehnya. Pengertian wahyu bagi
masyarakat Dayak Ngaju jika dikaitkan dengan kemampuan yang dimiliki Tukang Sangiang
dinamakan Jamba Sangiang. Jamba Sangiang ini hanya bisa dimiliki oleh orang-orang
tertentu dan dianggap terpilih, namun sifatnya turun temurun dari salah satu keluarga yang
dulunya pernah menerima Jamba Sangiang. Selain memiliki kemapuan berkomunikasi dengan
Sangiang, Tukang Sangiang juga mengundang Sangiang masuk ke dalam tubuhnya. Media
tubuh disini digunakan untuk dimasuki oleh Sangiang untuk berkomunikasi langsung dengan
manusia.
Kedua, Tukang Sangiang memiliki kemampuan supernatural yang tidak dimiliki pula
oleh masyarakat pada umumnya. Kemapuan supernatural ini adalah kemampuan untuk
berhubungan dengan sesuatu yang dianggap sakral dan tidak dapat dilihat mata dan sifatnya
irasional. Kekuatan supernatural Tukang Sangiang yaitu mampu berkomunikasi sekaligus
bersedia menggunakan tubuhnya sebagai media untuk dirasuki oleh Sangiang. Dengan


74

memiliki kemampuan supernatural ini, Tukang Sangiang menjadi seseorang yang dipercaya
mampu menolong dan menyembuhkan penyakit. Kemampuan seperti ini menjadikan Tukang
Sangiang dikenal sebagai seorang yang memiliki kuasa dari sang dewa yaitu Sangiang sebagai
seorang yang diberkahi wahyu atau penerima Jamba Sangiang.
Ketiga, selain memiliki gejala kharisma, ternyata Tukang Sangiang juga memiliki
gejala dari tipe otoritas tradisional. Gejala tipe otoritas tradisional yang dimaksudkan yaitu
Tukang Sangiang tetap mempertahankan tradisi dalam melaksanakan ritual Sangiang. Tradisi
ini tidak pernah ditinggalkan seperti contohnya syarat-syarat atau ketentuan yang berlaku
dalam pelaksanaan ritual. Inilah yang secara turun temurun bisa bertahan hingga sekarang ini.
Oleh sebab itulah, Tukang Sangiang dianggap memiliki gejala dari tipe otoritas tradisional.
Keempat, melalui perannya sebagai Tukang Sangiang terdapat beberapa sifat yang
muncul dan sering diinterpretasikan dalam kehidupannya sehari-hari sebagai seorang yang
hidup bersosial. Sifat yang muncul itu adalah rasa tanggung jawab dalam hal menolong orang
lain tidak memunculkan rasa pilih kasih, kejujuran, dan rendah hati. Semua sifat ini muncul
dalam kehidupannya sehari-hari dalam berinteraksi dengan orang yang meminta pertolongan
maupun dengan masyarakat disekitarnya.


75

B. Temuan Hasil Penelitian
Masyarakat Dayak Ngaju memang hidup dalam tradisi yang kental, meskipun dalam
perkembangan zaman mereka tetap menerapkan tradisi tersebut baik dalam berbagai ritus
maupun dalam kehidupan sehari-hari. Sebagi seorang yang berlatarbelakang agama Hindu
Kaharingan dan juga seorang Dayak Ngaju asli, Tukang Sangiang tentunya memegang tradisi
dalam pelaksanaan ritual Manyangiang. Ritual Manyangiang ini memiliki syarat-syarat yang
berlaku di dalam pelaksanaannya. Syarat-syarat dalam ritual Manyangiang inilah sejak dahulu
selalu dipertahankan oleh Tukang Sangiang. Sehingga, dalam ritual pelaksanaan inilah muncul
dua tipe otoritas sekaligus, yaitu tipe otoritas tradisional yakni dalam pelaksanaan ritual
Manyangiang secara garis besar selalu sama, syarat untuk melaksanakannya tidak pernah
berubah, serta bahasa yang dipergunakan adalah Bahasa Sangiang, dan tipe otoritas
kharismatik yang dimiliki oleh Tukang Sangiang yaitu diantaranya memiliki gejala
supernatural, berbeda dari masyarakat pada umumnya, dan menerima wahyu atau Jamba
Sangiang.
C. Saran
1. Tukang Sangiang dan keturunannya, sebagai seorang yang terpilih dan dianggap berbeda
dari masyarakat pada umumnya sebaiknya Tukang Sangiang menjadi contoh bagi anggota
masyarakat yang lain untuk selalu rendah hari, jujur, dan memiliki rasa saling membantu

tanpa membedakan latar belakang ekonomi dan status sosial orang yang ditolong. Selain
itu, sebagai tokoh yang keberadaannya cukup penting dalam masyarakat, Tukang Sangiang
juga dapat menunjukkan bahwa melalui perannya itu ia dapat melestarikan kebudayaan
sekarang mulai memudar di era modernitas.

76

2. Tokoh-tokoh Adat Dayak Ngaju, melalui peran Tukang Sangiang ini kiranya dapat
memberikan sebuah gambaran bahwa Tukang Sangiang diakui akan keberadaannya sama
halnya dengan para tokoh adat Dayak Ngaju, dan perannya tersebut dapat dijadikan contoh
bagi tokoh-tokoh adat yang lain untuk memiliki rasa sosial yang tinggi di tengah-tengah
kehidupan bermasyarakat.
3. Pemerintah, pemerintah diharapkan memberikan apresisasi kepada Tukang Sangiang
sebagai salah satu tokoh yang perannya bermanfaat bagi anggota masyarakat yang
membutuhkan bantuannya.
4. Masyarakat, sebagai sesama anggota masyarakat yang hidup secara kolektif dan juga
menjunjung tinggi nilai kebudayaan daerah maupun rasa sosial yang tinggi, diharapkan
masyarakat saling menjaga nilai-nilai budaya dan terutama saling menghargai antar
sesama anggota masyarakat. Tukang Sangiang adalah salah satu anggota masyarakat yang
juga kita hormati akan keberadaaannya dan juga dapat kita teladani cara bersosialisasi

tanpa membedakan status sosial.
5. Gereja dan ruang lingkup palayanannya. Jika ditinjau ulang mengenai peran dari Tukang
Sangiang, maka dapat diartikan bahwa Tukang Sangiang memiliki kepekaan sosial yang
tinggi dalam menjalankan tugas maupun tanggung jawab yang dimilikinya. Terlepas ia
sebagai seorang yang memiliki wahyu atau Jamba Sangiang, sebagai seseorang yang
dianggap memiliki kualitas tertentu dan berbeda dari manusia biasanya, Tukang Sangiang
tetap memiliki rasa peduli tanpa membedakan status sosial seseorang. Hal inilah yang
dapat dipelajari dari Tukang Sangiang, di dalam kehidupan bergereja pun kita harus
memiliki kepekaan sosial yang tinggi dalam melayani selayaknya Kristus yang menerima
setiap yang dating kepadaNya.
77

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Makna Ritual “Nyadiri” Bagi Kehidupan Suku Dayak Ngaju

0 0 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Makna Ritual “Nyadiri” Bagi Kehidupan Suku Dayak Ngaju T2 752010016 BAB I

0 1 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Makna Ritual “Nyadiri” Bagi Kehidupan Suku Dayak Ngaju T2 752010016 BAB II

0 0 26

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Makna Ritual “Nyadiri” Bagi Kehidupan Suku Dayak Ngaju T2 752010016 BAB IV

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Makna Ritual “Nyadiri” Bagi Kehidupan Suku Dayak Ngaju T2 752010016 BAB V

0 0 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tukang Sangiang: Studi Sosio-Historis tentang peran dari tukang sangiang dalam Ritual dan Bermasyarakat di Suku Dayak Ngaju

0 0 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tukang Sangiang: Studi Sosio-Historis tentang peran dari tukang sangiang dalam Ritual dan Bermasyarakat di Suku Dayak Ngaju

0 1 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tukang Sangiang: Studi Sosio-Historis tentang peran dari tukang sangiang dalam Ritual dan Bermasyarakat di Suku Dayak Ngaju T2 752014010 BAB IV

0 0 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tukang Sangiang: Studi Sosio-Historis tentang peran dari tukang sangiang dalam Ritual dan Bermasyarakat di Suku Dayak Ngaju T2 752014010 BAB II

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tukang Sangiang: Studi Sosio-Historis tentang peran dari tukang sangiang dalam Ritual dan Bermasyarakat di Suku Dayak Ngaju T2 752014010 BAB I

0 0 13