Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tukang Sangiang: Studi Sosio-Historis tentang peran dari tukang sangiang dalam Ritual dan Bermasyarakat di Suku Dayak Ngaju T2 752014010 BAB IV

BAB IV
ANALISIS

A. Gejala Karismatik yang Dimiliki Tukang Sangiang
1. Tukang Sangiang Penerima Wahyu
Meskipun di dalam kehidupannya sehari-hari Tukang Sangiang sama seperti
masyarakat pada umumnya, namun perlakuan masyarakat di sekitarnya menganggap Tukang
Sangiang adalah seseorang yang memiliki wahyu dan dianggap sebagai orang yang berbeda
karena memiliki hubungan yang spesial dengan Sangiang. Seperti halnya dalam pandangan
Jarmanto1 mengenai kharisma yang dimiliki oleh seseorang, bahwa kharisma menunjukkan
suatu kualitas tertentu yang berbeda dengan orang lain dan diperlakukan sebagai seseorang
yang memiliki kekuatan atau sifat-sifat supranatural atau setidak-tidaknya sifat dan kekuatan
khusus. Tidak bisa kita lepaskan bahwa suatu yang sulit untuk dipahami secara rasional ketika
seseorang seperti Tukang Sangiang menggunakan media yaitu dirinya sendiri untuk dirasuki
oleh Sangiang. Kemampuan inilah yang tidak dimiliki oleh orang lain.2
Wahyu dari Ilahi ini dapat kita sama artikan dengan Jamba atau Jamba Sangiang.
Seseorang yang memiliki Jamba Sangiang merupakan orang yang terpilih dan dianggap
sebagai penerima wahyu dari Sangiang pada diri seseorang tersebut. Jamba Sangiang atau
bisa dikatakan ikatan khusus yang dimilikinya membuatnya menjadi yang berbeda itu. Hal ini
menunjukkan bahwa Tukang Sangiang memiliki anugerah dari Sang Ilahi dan atas dasar
1

2

Jarmanto, Kepemimpinan sebagai Ilmu dan Seni, (Jogyakarta: Liberty, 1983), 122.
Lih, BAB II bagian B.1. halaman 17.

68

tersebut ia diperlakukan sebagai seorang pemimpin. Meskipun dalam kelompok tertentu,
seperti dalam ritual Manyangiang. Akan tetapi, tidak semua orang yang memiliki Jamba
Sangiang bisa menjadi Tukang Sangiang. Selain Jamba Sangiang, seseorang juga harus
memiliki hambaruan yang kuat dan jiwa yang menerima kehadiran dari kuasa Jamba
Sangiang. Dengan kata lain, seseorang bisa memiliki Jamba Sangiang, namun jika hambaruan

dan jiwanya menolak maka ia tidak mampu menerima kuasa Jamba Sangiang, sehingga
Jamba Sangiang akan hilang dari dirinya jika diambil dari dalam dirinya oleh Tukang

Sangiang. Sebagai contoh, Indu Yelli pernah mengalami hal mistis mengenai pengalamannya
tentang Jamba Sangiang yang tidak jadi masuk dalam tubuhnya karena hambaruannya
dianggap lemah.3 Cerita bermula pada saat itu ia mengangkat anak dari seorang ibu yang
bernama Ici dari desa Tumbang Kahayan. Anak it uterus menerus mengalami sakit, ke dokter

tidak kunjung sembuh. Akhirnya, orang tua nak tersebut bermimpi bahwa anaknya akan
sembuh jika Indu Yulli mengangkatnya menjadi anak. Maka proses pengangkatan anak ini
pun dilaksanakan melalui proses Manyangiang, supaya mnencari hambaruan anak ini yang
dianggap hilang untuk dihubungkan dengan Indu Yulli. Pada saat proses penghubung dengan
digunakan benang, tiba-tiba Indu Yulli mengalami sakit yang luar biasa di perutnya, sehingga
ia merasakan dirinya ingin buang air besar. Selain itu ia merasa bahwa penglihatannya
menjadi gelap, lalu ia kemudian melepaskan benang yang dipegangnya dan berlari ke arah
dapur untuk pergi ke jamban yang berada di belakang rumah. Melihat hal tersebut salah satu
keluarganya mengikutinya. Tiba-tiba, Indu Yulli langsung lompat dari dapur ke tanah tanpa
melalui tangga, saudaranya yang mengikuti tidak sempat menangkap Indu Yulli pada saat

3

Wawancara dengan Indu Yulli, 20 Oktober 2015, Pukul 13.46 WIB.

69

jatuh. Indu Yulli kemudian berlari ke jamban, namun pada saat kakinya terkena air maka
semua yang dirasakannya itu tiba-tiba hilang dan ia pun kembali ke rumah.
Lalu, ia kemudian menceritakan hal itu kepada Tukang Sangiang, dan setelah diperiksa

ternyata Indu Yulli memiliki Jamba Sangiang, namun ia memiliki hambaruan yang lemah.
Setelah peristiwa itu, maka ia meminta tolong supaya Jamba Sangiang diambiln dari dirinya.
Sebelum kejadian tersebut, Indu Yulli sudah beberapa kali mengalami hal serupa, tapi tidak
seperti kejadian di Tumbang Kahayan itu, perasaan yang ia alami hanyalah pemandangannya
gelap dan jantungnya berdetak dengan kencang. Melalui pengalaman Indu Yulli ini, dapat
disimpulkan bahwa Jamba Sangiang bisa dimiliki, namun tanpa hambaruan yang kuat dan
tubuh mau menerima kehadirin dari Jamba Sangiang maka seseorang tersebut tidak bisa
menjadi Tukang Sangiang.

2. Kemampuan Luar Biasa atau Supranatural Tukang Sangiang
Di dalam hal ini, kemampuan yang dimiliki oleh Tukang Sangiang adalah Jamba
Sangiang yang ia miliki untuk menjadi penghubung antara manusia dan Sangiang. Untuk

berkomunikasi dengan Sangiang, Tukang Sangiang memerlukan ritual Manyangiang untuk
mengundang Sangiang merasuk ke tubuhnya dan menyampaikan segala macam jawaban atas
persoalan. Weber mendefinisikan kharisma yakni sebagai kualitas tertentu dari seorang
individu yang membuatnya berbeda dan dianggap memiliki kekuatan atau sifat supernatural,

70


manusia super, atau setidaknya luar biasa. Kualitas ini dianggap tidak bisa dimiliki oleh orang
biasa, tetapi dianggap sesuatu yang bersumber dari Tuhan.4
Dengan memiliki kemampuan supernatural ini, Tukang Sangiang menjadi seseorang
yang dipercaya mampu menolong dan menyembuhkan penyakit. Kemampuan seperti ini
menjadikan Tukang Sangiang dikenal sebagai seorang yang memiliki kuasa dari sang dewa
yaitu Sangiang sebagai seorang yang diberkahi wahyu. Meskipun tidak ada yang pernah
melihat Sangiang, dengan melihat Tukang Sangiang, orang-orang yang percaya akan
keberadaan Tukang Sangiang ini menjadikannya teladan, penyembuh, pemberi nasehat, dan
bahkan pemimpin dalam suatu ritual tertentu. Jadi, kekuatan supernatural yang dimiliki oleh
Tukang Sangiang menjadikannya sebagai sosok yang istimewa dan mampu mempengaruhi
orang yang percaya dengan keberadaannya di tengah-tengah masyarakat.

B. Pengaruh Peran Tukang Sangiang
Menjadi Tukang Sangiang tidak hanya sekedar menjadi seroang ibu rumah tangga atau
seorang penyembuh saja, melainkan tugas yang diemban yakni sebagai Tukang Sangiang
memiliki tanggung jawab yang besar. Seperti yang diungkapkan oleh Indu Nari,5 perannya
menjadi Tukang Sangiang didasarkan atas rasa terpanggil oleh kewajiban. Indu Nari
menjelaskan bahwa, mengemban Tugas sebagai Tukang Sangiang merupakan kewajiban yang
harus dilaksanakan. Kewajiban ini menuntutnya untuk tidak memilih sesuai kehendak sendiri
Max Weber, The Theory of Social and Economic Organization , (New York: The Falcon’s Wings

Press, 1947), 358-359.
4

5

Wawancara dengan Indu Nari, 17 Oktober 2015, pukul 09.02 WIB.

71

orang-orang yang membutuh pertolongannya. Melainkan, kewajiban ini yang memunculkan
rasa tanggung jawab bahwa dia harus menolong semua orang yang membutuhkan pertolongan
tanpa memandang status seseorang.6 Sama halnya dengan kepemimpinan kharismatik, peran
yang dimiliki tidak berdasarkan pengakuan dari pengikutnya melainkan dari rasa terpanggil
oleh kewajiban yang dibebankan pada dirinya sebagai karunia Tuhan.
Rasa tanggung jawab atas tugas yang dimiliki sebagai Tukang Sangiang inilah, maka
berpengaruh terhadap peran mereka sebagai Tukang Sangiang di tengah-tengah masyarakat.
Hal ini disebabkan karena dari rasa tanggung jawab muncul suatu tindakan untuk menolong
orang lain, sehingga dari tindakan itu membuat orang yang berada di sekitarnya mengakui
akan keberadaan Tukang Sangiang. Beberapa analisa sumber pengaruh dari Tukang Sangiang
kemudian diurai sebagai berikut:

1. Jamba Sangiang, seperti dalam bagian A dalam Bab ini Jamba Sangiang merupakan
sumber utama yang bisa disama artikan dengan wahyu yang diterima oleh Tukang
Sangiang. Meskipun demikian, Jamba Sangiang harus disertai dengan hambaruan
yang kuat dan juga kesiapan jiwa untuk menerima Jamba Sangiang tersebut. Bagi
Tukang Sangiang yang menerima Jamba Sangiang ini, mereka akan dianggap sebagai
orang istimewa yang mampu berkomunikasi dengan Sangiang.
2. Rasa tanggung jawab, wahyu yang diterima oleh Tukang Stangiang menjadikannya
istimewa dari masyarakat lain. Tentu saja rasa tanggung jawab ini harus dimiliki oleh
setiap Tukang Sangiang supaya dalam kegiatan yang mereka lakukan terutama dalam
hal menolong orang lain tidak memunculkan rasa pilih kasih.

6

Indu Nari, 17 Oktober, ukul 09.02. WIB.

72

3. Kejujuran. Jerry White menyatakan bahwa kejujuran merupakan hasil dari jawaban
yang pragmatis menyangkut benar atau salah. Namun, yang menjadi acuan adalah
kebenaran yang terkandung di dalam kejujuran tersebut.7 Dalam wawancara dengan

Lia, kejujuran dari Tukang Sangiang sangat penting. Seskipun ia tidak menyebutkan
bahwa Tukang Sangiang yang berada di Kecamatan Rungan tidak ada yang tidak jujur.
Melalui pengalamannya, ia menyebutkan bahwa ada Tukang Sangiang yang ‘abalabal’ untuk mengambil keuntungan dari perannya sebagai Tukang Sangiang.
Menurutnya, ia pernah melihat seorang Tukang Sangiang yang pura-pura kerasukan
dan sengaja menggetarkan tubuhnya sehingga kelihatan ia seperti kerasukan. Setelah ia
melakukan ritual manyangiang, ia mematok harga yang cukup tinggi, karena orang
yang meminta pertolongan tersebut termasuk dalam keluarga yang memiliki
perekonomian yang cukup. Menurutnya, orang yang benar-benar menjadi Tukang
Sangiang adalah orang yang jujur dalam melakukan tugasnya. Seorang Tukang
Sangiang, meskipun ia menginjakkan kakinya dibara api pada saat kerasukan maka
kakinya tersebut tidak apa-apa bahkan melepuh pun tidak. Disamping itu, jika
seseorang Tukang Sangiang selesai melaksanakan tugasnya untuk menyembuhkan
seseorang, ia tidak pernah menyebutkan nominal rupiah untuk setiap bantuan yang ia
lakukan. Lia kemudian menjelaskan bahwa selama ia mengikuti ritual manyangiang di
wilayah Kecamatan Rungan ini, dia belum pernah mlihat Tukang Sangiang yang tidak
jujur. Sehingga ia percaya bahwa Tukang Sangiang yang berada di Kecamatan Rungan
merupakan seorang yang memiliki kualitas yakni kualitas sebagai Tukang Sangiang.

7


Jerry White, Kejujuran, Moral, dan Hati Nurani, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), 1-2.

73

4. Rendah Hati. Di dalam kesehariannya Tukang Sangiang seperti masyarakat pada
umumnya, mereka melakukan pekerjaan rumah tangga dan berusaha menjadi seorang
isteri yang baik bagi suaminya. Selain hal itu, apa yang mereka lakukan terhadap orang
lainpun patut dicontoh. Dalam pengamatan penulis, setiap kali Penulis ke rumah
Tukang Sangiang, di depan rumah banyak masyarakat yang duduk santai seraya
bercerita menikmati sore hari. Mereka bercerita bersama-sama Tukang Sangiang
sambil manyipa tanpa memandang agama atau status sosial. Dalam hal lain, seperti
yang dilakukan oleh Indu Tabuk ketika ada tatangganya yang sedang manggetem8 atau
menuai padi yang sudah matang di ladang, ia akan ikut serta untuk menolong tanpa
meminta imbalan. Untuk manggetem, ia biasanya berangkat pagi bersama-sama
dengan pemilik ladang dan pulang pada sore harinya. Rasa rendah hati inilah yang
kemudian membuat banyak masyarakat di sekitar merasa nyaman dengan keberadaan
Tukang Sangiang, dan mereka tidak sungkan untuk bercanda meskipun mereka tahu
bahwa Tukang Sangiang berbeda dalam hal lain dari mereka.

8


Di Kecamatan Rungan, manggetem masih dilakukan dengan cara gotong royong, masyarakat saling
membant7u untuk menuai padi di ladang yang cukup jauh dari desa. Ada yang monolong supaya di hari yang
akan dating orang lain juga menolongnya untuk berladang, namun ada juga yang ikut menuai padi untuk
mendapatkan upah. Namun berbeda dengan Tukang Sangiang, bagi Indu Tabuk ikut manggetem merupakan cara
hidup gotong royong semenjak dahulu dan tidak diperlukan upah. Ia hanya menerima makanan ketika beristirahat
atau kadang-kadang pemilik ladang bisa memberinya sayur secukupnya.

74

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Makna Ritual “Nyadiri” Bagi Kehidupan Suku Dayak Ngaju

0 0 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Makna Ritual “Nyadiri” Bagi Kehidupan Suku Dayak Ngaju T2 752010016 BAB I

0 1 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Makna Ritual “Nyadiri” Bagi Kehidupan Suku Dayak Ngaju T2 752010016 BAB II

0 0 26

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Makna Ritual “Nyadiri” Bagi Kehidupan Suku Dayak Ngaju T2 752010016 BAB IV

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Makna Ritual “Nyadiri” Bagi Kehidupan Suku Dayak Ngaju T2 752010016 BAB V

0 0 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tukang Sangiang: Studi Sosio-Historis tentang peran dari tukang sangiang dalam Ritual dan Bermasyarakat di Suku Dayak Ngaju

0 0 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tukang Sangiang: Studi Sosio-Historis tentang peran dari tukang sangiang dalam Ritual dan Bermasyarakat di Suku Dayak Ngaju

0 1 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tukang Sangiang: Studi Sosio-Historis tentang peran dari tukang sangiang dalam Ritual dan Bermasyarakat di Suku Dayak Ngaju T2 752014010 BAB V

0 0 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tukang Sangiang: Studi Sosio-Historis tentang peran dari tukang sangiang dalam Ritual dan Bermasyarakat di Suku Dayak Ngaju T2 752014010 BAB II

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tukang Sangiang: Studi Sosio-Historis tentang peran dari tukang sangiang dalam Ritual dan Bermasyarakat di Suku Dayak Ngaju T2 752014010 BAB I

0 0 13