MAKALAH PERILAKU ORGANISASIONAL . docx

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat serta karunia-Nya yang telah diberikan kepada kami sehingga kami dapat
menyelasaikan penyusunan makalah yang berjudul “Komunikasi Organisasi”
dengan lancar dan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama
Islam pada jurusan Manajemen Universitas Negeri Malang.
Dalam kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada pihakpihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini yakni kepada :
1. Bapak Budi Soetjipto selaku Pembina mata kuliah Perilaku Organisasi
2. Semua pihak yang telah membantu hingga terwujudnya makalah ini.
Demikian penyusunan makalah ini. Kami menyadari bahwa penyusunan
makalah ini sangat jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat
kami harapkan guna menyempurnakan makalah ini.
Sekian dari kami, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan kami
mengucapkan terima kasih.
16 September 2016

Penyusun

1


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................. ii
BAB I...................................................................................................... 1
PENDAHULUAN...................................................................................... 1
1.1

Latar Belakang.............................................................................1

1.2

Rumusan Masalah.........................................................................1

BAB II..................................................................................................... 3
PEMBAHASAN........................................................................................ 3
2.1

Pengertian Komunikasi Organisasi...................................................3


2.2

Unsur-unsur Komunikasi................................................................3

2.3

Fungsi Komunikasi dalam Organisasi...............................................4

2.4

Peranan Komunikasi dalam Organisasi.............................................5

2.5

Bentuk-bentuk Komunikasi.............................................................6

2.6

Gaya Komunikasi dalam Organisasi.................................................7


2.7

Proses Komunikasi dalam Organisasi................................................8

2.8

Hambatan dalam Komunikasi.......................................................10

2.9

Cara Mengatasi Hambatan dalam Komunikasi.................................11

BAB III.................................................................................................. 12
PENUTUP.............................................................................................. 12
3.1 Kesimpulan..................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 13

2

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh
seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang-lambang yang
bermakna bagi kedua pihak, dalam situasi yang tertentu komunikasi
menggunakan media tertentu untuk merubah sikap atau tingkah laku seorang
atau sejumlah orang sehingga ada efek tertentu yang diharapkan (Effendy,
2000 : 13). Manusia di dalam kehidupannya tidak terlepas dari komunikasi,
artinya memerlukan orang lain atau kelompok untuk saling berinteraksi.
Di dalam suatu kelompok atau organisasi selalu terdapat bentuk
kepemimpinan yang merupakan masalah penting untuk kelangsungan hidup
kelompok atau organisasi yang terdiri dari atasan dan bawahannya.
Komunikasi tidak hanya penting untuk manusia tetapi juga penting untuk
sistem pengendalian manajemen yang merupakan alat untuk mengarahkan,
memotivasi,

memonitor

atau


mengamati

serta

evaluasi

pelaksanaan

manajemen perusahaan yang mencoba mengarahkan pada tujuan organisasi
dalam perusahaan agar kinerja dalam perusahaan dapat berjalan lebih efisien
dan berjalan sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan Agar terbentuk
suatu kerja sama yang baik dan jelas, perlu adanya komunikasi yang baik
antara unsur-unsur yang ada di dalam organisasi. Komunikasi yang baik akan
menimbulkan saling pengertian dan kenyamanan dalam bekerja.

1.2 Rumusan Masalah
Masalah dalam makalah ini dirumuskan sebagai berikut.
1. Apa yang dimaksud pengertian komunikasi organisasi?
2.


Apa sajakah unsur-unsur komunikasi organisasi?

3. Apa sajakah fungsi-fungsi komunikasi dalam organisasi?
4. Apa sajakah peranan komunikasi dalam organisasi?
5. Apa sajakah bentuk-bentuk komunikasi dalam organisasi?
6. Apa sajakah gaya komunikasi dalam organisasi?

1

7. Bagaimanakah proses komunikasi dalam organisasi?
8. Apa sajakah hambatan-hambatan dalam komunikasi?
9. Bagaimanakah cara menghadapi hambatan dalam komunikasi?

2

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Komunikasi Organisasi
Pace & Faules, (2001: 31-33) menjelaskan bahwa komunikasi organisasi
merupakan perilaku pengorganisasian yang terjadi dan bagaimana mereka yang

terlibat dalam proses itu bertransaksi dan memberi makna atas apa yang terjadi.
Wiryanto juga mengungkapakan bahwa komunikasi organisasi adalah pengiriman
dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun
informal dari suatu organisasi.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi
organisasi adalah suatu perilaku yang dilakukan di dalam organisasi untuk
pertukaran informasi seperti pengiriman dan penerimaan pesan di antara orangorang yang berada di dalam organisasi.
2.2 Unsur-unsur Komunikasi
a) Komunikator (communicator), artinya pemberi berita, yaitu orang yang
berbicara atau yang memberikan berita.
b) Berita-berita yang disampaikan (message), dapat dalam bentuk perintah,
laporan, atau saran. Komunikator bisa tunggal, kelompok atau organisasi
pengirim berita. Seorang komunikator dalam menyampaikan pesan atau
informasi harus memperhatikan dengan siapa dia berkomunikasi, apa yang
akan dia sampaikan dan bagaimana cara menyampaikannya.
c) Saluran / Media / Channel, merupakan saluran atau jalan yang dilalui oleh isi
pernyataan komunikator kepada komunikasi dan sebaliknya. Pesan dapat
kirim melalui berbagai channel yang berbeda seperti telepon, televisi, fax,
photo copy, email, sandi morse, smartphone, sms, dan sebagainya. Pemilihan
channel dalam proses komunikasi tergantung pada sifat berita yang akan

disampaikan (Wursanto, 1994).
d) Komunikan (communicate), artinya orang yang menerima berita, yaitu orang
yang dituju, pihak penjawab atau para pengunjung.

3

2.3 Fungsi Komunikasi dalam Organisasi
Sendjaja (1994) menyatakan fungsi komunikasi dalam organisasi adalah
sebagai berikut:
a) Fungsi informatif. Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem
pemrosesan informasi. Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi
berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat
waktu. Informasi yang didapat memungkinkan setiap anggota organisasi dapat
melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti. Orang-orang dalam tataran
manajemen membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan
organisasi ataupun guna mengatasi konflik yang terjadi di dalam organisasi.
Sedangkan karyawan (bawahan) membutuhkan informasi untuk melaksanakan
pekerjaan, di samping itu juga informasi tentang jaminan keamanan, jaminan
sosial dan kesehatan, izin cuti, dan sebagainya.
b)


Fungsi regulatif. Fungsi ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang
berlaku dalam suatu organisasi. Terdapat dua hal yang berpengaruh terhadap
fungsi regulatif, yaitu: a. Berkaitan dengan orang-orang yang berada dalam
tataran manajemen, yaitu mereka yang memiliki kewenangan untuk
mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Juga memberi perintah
atau

intruksi

supaya

perintah-perintahnya

dilaksanakan

sebagaimana

semestinya. b. Berkaitan dengan pesan. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya
berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan kepastian peraturan

tentang pekerjaan yang boleh dan tidak boleh untuk dilaksanakan.
c)

Fungsi persuasif. Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan
kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan.
Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk
mempersuasi bawahannya daripada memberi perintah. Sebab pekerjaan yang
dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang
lebih besar dibanding kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan
kewenangannya.

d) Fungsi integratif. Setiap organisasi berusaha untuk menyediakan saluran yang
memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan
baik. Ada dua saluran komunikasi yang dapat mewujudkan hal tersebut, yaitu:

4

a. Saluran komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam organisasi
tersebut (buletin, newsletter) dan laporan kemajuan organisasi.
b. Saluran komunikasi informal seperti perbincangan antar pribadi selama

masa istirahat kerja, pertandingan olahraga, ataupun kegiatan darmawisata.
Pelaksanaan aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi
yang lebih besar dalam diri karyawan terhadap organisasi.
2.4 Peranan Komunikasi dalam Organisasi
Komunikasi dalam suatu organisasi sangat penting agar tidak terjadinya salah
penyampaian informasi antar anggota dalam suatu organisasi dan agar tercapainya
tujuan tertentu. Sebuah interaksi yang bertujuan untuk menyatukan dan
mensinkronkan seluruh aspek untuk kepentingan bersama sangat dibutuhkan
dalam sebuah tujuan berorganisasi. Dengan kata lain, tanpa adanya sebuah
interaksi yang baik niscaya sebuah organisasi tidak akan mencapai tujuannya.
Interaksi disini adalah mutlak meliputi seluruh anggota organisasi yang dapat
berupa penyampaian-penyampaian informasi, instruksi tugas kerja atau mungkin
pembagian tugas kerja. Interaksi sebenarnya adalah proses hubungan komunikasi
antara 2 orang atau lebih dimana orang yang satu bertindak sebagai pemberi
informasi dan orang yang lain berperan sebagai penerima informasi. Intinya,
korelasinya harus melibatkan dan terfokus kepada orang-orang itu sendiri dalam
suatu organisasi. Dengan kata lain, dapat disimpulkan komunikasi dapat dibilang
juga

sebagai

proses

penyampaian

informasi

yang

berguna

untuk

mengkoordinasikan lingkungan dan orang lain demi mencapai suatu tujuan.
Sebuah bentuk organisasi pasti mengedepankan sebuah komunikasi agar
tercipta hasil yang selaras. Biasanya proses komunikasi dalam suatu organisasi
meliputi atasan dan bawahan dengan penyampaian yang terarah dari suatu atasan
ke bawahannya yang semata-mata semua berorientasi berdasarkan organisasi.
Tujuan komunikasi dalam sebuah organisasi sangat memberikan banyak
manfaat secara langsung yaitu memudahkan para anggota bekerja dari instruksiinstruksi yang diberikan dari atasan dan untuk mengurangi kesalahpahaman yang
biasa terjadi dan memang sudah melekat pada suatu organisasi. Apabila semua
bawahan

dan

atasan

dapat

berinteraksi

dengan

baik,

maka

seluruh
5

kesalahpahaman yang beresiko mungkin akan berkurang, karena tiap manusia
mempunyai cara penyampaian komunikasi yang berbeda-beda secara verbal.
Dengan demikian semua pelaku organisasi harus berbicara, bertindak satu sama
lain guna untuk membangun suatu lingkungan kondusif dan mengetahui situasisituasi yang akan terjadi diluar dugaan karena kesalahan komunikasi sekecil
apapun pasti akan berakibat fatal.
2.5 Bentuk-bentuk Komunikasi
a) Komunikasi internal.
Komunikasi internal organisasi adalah proses penyampaian pesan antara
anggota-anggota organisasi yang terjadi untuk kepentingan organisasi, seperti
komunikasi antara pimpinan dengan bawahan, antara sesama bawahan, dsb.
Proses komunikasi internal ini bisa berujud komunikasi antarpribadi ataupun
komunikasi kelompok. Juga komunikasi bisa merupakan proses komunikasi
primer maupun sekunder (menggunakan media nirmassa). Komunikasi internal ini
lazim dibedakan menjadi dua, yaitu:
Komunikasi vertikal, yaitu komunikasi dari atas ke bawah dan



dari bawah ke atas. Komunikasi dari pimpinan kepada bawahan dan dari
bawahan

kepada

pimpinan.

Dalam

komunikasi

vertikal,

pimpinan

memberikan instruksi-instruksi, petunjuk-petunjuk, informasi-informasi, dll
kepada bawahannya. Sedangkan bawahan memberikan laporan-laporan,
saran-saran, pengaduan-pengaduan, dsb. kepada pimpinan.


Komunikasi horizontal atau lateral, yaitu komunikasi antara
sesama seperti dari karyawan kepada karyawan, manajer kepada manajer.
Pesan dalam komunikasi ini bisa mengalir di bagian yang sama di dalam
organisasi atau mengalir antarbagian. Komunikasi lateral ini memperlancar
pertukaran pengetahuan, pengalaman, metode, dan masalah. Hal ini
membantu organisasi untuk menghindari beberapa masalah dan memecahkan
yang lainnya, serta membangun semangat kerja dan kepuasan kerja.

b) Komunikasi eksternal.
Komunikasi eksternal organisasi adalah komunikasi antara pimpinan
organisasi dengan khalayak di luar organisasi. Pada organisasi besar, komunikasi

6

ini lebih banyak dilakukan oleh kepala hubungan masyarakat dari pada pimpinan
sendiri. Yang dilakukan sendiri oleh pimpinan hanyalah terbatas pada hal-hal yang
ianggap sangat penting saja. Komunikasi eksternal terdiri dari jalur secara timbal
balik:


Komunikasi dari organisasi kepada khalayak. Komunikasi ini dilaksanakan
umumnya bersifat informatif, yang dilakukan sedemikian rupa sehingga
khalayak merasa memiliki keterlibatan, setidaknya ada hubungan batin.
Komunikasi ini dapat melalui berbagai bentuk, seperti: majalah organisasi;
press release; artikel surat kabar atau majalah; pidato radio; film dokumenter;
brosur; leaflet; poster; konferensi pers.



Komunikasi dari khalayak kepada organisasi. Komunikasi dari khalayak
kepada organisasi merupakan umpan balik sebagai efek dari kegiatan dan
komunikasi yang dilakukan oleh organisasi.

2.6 Gaya Komunikasi dalam Organisasi
a) The Controlling Style
Controlling style communication ditandai dengan adanya satu kehendak atau
maksud untuk membatasi, memaksa dan mengatur perilaku, pikiran dan
tanggapan orang lain. Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi ini
dikenal dengan nama komunikator satu arah atau one-way communications.
b) The equalitarian style
Dalam gaya komunikasi ini, tindak komunikasi dilakukan secara terbuka.
Artinya, setiap anggota organnisasi The Equalitarian Style dapat mengungkapkan
gagasan ataupun pendapat dalam suasana yang rileks, santai dan informal. Dalam
suasana yang demikian, memungkinkan setiap anggota organisasi mencapai
kesepakatan dan pengertian bersama. Aspek penting gaya komunikasi ini ialah
adanya landasan kesamaan. The equalitarian style of communication ini ditandai
dengan berlakunya arus penyebaran pesan-pesan verbal secara lisan maupun
tertulis yang bersifat dua arah (two-way communication).
c) The Structuring Style

7

Gaya komunikasi yang berstruktur ini, memanfaatkan pesan-pesan verbal
secara tertulis maupun lisan guna memantapkan perintah yang harus dilaksanakan,
penjadwalan tugas dan pekerjaan serta struktur organisasi. Pengirim pesan
(sender) lebih memberi perhatian kepada keinginan untuk memengaruhi orang
lain dengan jalan berbagi informasi tentang tujuan organisasi, jadwal kerja, aturan
dan prosedur yang berlaku dalam organisasi tersebut mereka bahwa pemrakarsa
(initiator) struktur yang efisien adalah orang-orang yang mampu merencanakan
pesan-pesan verbal guna lebih memantapkan tujuan organisasi, kerangka
penugasan dan memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul.
d) The Dynamic style
Gaya komunikasi yang dinamis ini memiliki kecenderungan agresif, karena
pengirim pesan atau sender memahami bahwa lingkungan pekerjaannya
berorientasi pada tindakan (action-oriented). The dynamic style of communication
ini sering dipakai oleh para juru kampanye ataupun supervisor yang membawa
para wiraniaga (salesmen atau saleswomen).
e) The Relinguishing Style
Gaya komunikasi ini lebih mencerminkan kesediaan untuk menerima saran,
pendapat ataupun gagasan orang lain, daripada keinginan untuk memberi perintah,
meskipun pengirim pesan (sender) mempunyai hak untuk memberi perintah dan
mengontrol orang lain.
f) The Withdrawal Style
Akibat yang muncul jika gaya ini digunakan adalah melemahnya tindak
komunikasi, artinya tidak ada keinginan dari orang-orang yang memakai gaya ini
untuk berkomunikasi dengan orang lain, karena ada beberapa persoalan ataupun
kesulitan antarpribadi yang dihadapi oleh orang-orang tersebut.
2.7 Proses Komunikasi dalam Organisasi
a) Tahap Ideasi
Tahap ideasi (ideation), yaitu proses pencipataan gagasan atau informasi yang
dilakukan oleh komunikator.
b) Tahap Ecoding
Tahap encoding adalah gagasan atau informasi disusun dalam serangkain
bentuk simbol atau sandi yang dirancang untuk dikirimkan kepada komunikan dan
juga pemilihan saluran dan media komunikasi yang akan digunakan. Simbol atau
8

sandi dapat berbentuk kata-kata (lisan maupun tertulis), gambar (poster atau
grafik), atau tindakan.
c) Tahap Pengiriman
Tahap pengiriman (transmitting) adalah gagasan atau pesan-pesan yang telah
disimbolkan atau disandikan (encoded) melalui saluran dan media komunikasi
yang

tersedia

dalam

organisasi.

Pengiriman

pesan

dapat

dilakukan

dengan berbicara, menulis, menggambar, dan bertindak. Saluran yang dilalui
pesan-pesan disebut media komunikasi. saluran dan media komunikasinya dapat
berbentuk lisan (telepon, temu-muka langsung) atau tertulis (papan pengumuman,
poster

dan

buku

pedoman),

mengalir kebawah (memo

dan

instruksi

tertulis), keatas (kotak saran, grievance prosedure, laporan prestasi kerja), atau ke
samping (panitia, pertemuan antar departemen), formal (diskripsi jabatan dan
prosedur kerja, konferensi) atau informal (ngobrol makan siang di kafetaria
perusahaan), dan aliran satu arah (laporan tahunan yang dipublikasikan) atau dua
arah (konferensi, wawancara pemutusan hubungan kerja).
d) Tahap Penerimaan
Setelah pesan dikirimkan melalui media komunikasi, maka diterima oleh
komunikan. Penerimaan pesan ini dapat melalui proses mendengarkan, membaca,
atau mengamati tergantung pada saluran dan media yang digunakan untuk
mengirimkannya. Jika informasi atau pesan berbentuk komunikasi lisan, maka
seringkali kegagalan dalam mendengarkan dan berkonsentrasi mengakibatkan
hilangnya pesan-pesan tersebut.
e) Tahap Encoding
Tahap encoding adalah di mana pesan-pesan yang diterima diinterprestaikan,
dibaca, diartikan, dan diuraikan secara langsung atau tidak langsung melalui suatu
proses berpikir. Pikiran manusia, sistem memori mekanis, instink binatang, dan
proses berpikir lainnya berfungsi sebagai mekanisme decoding. Dalam tahap
decoding ini dapat terjadi ketidaksesuaian atau bahkan penolakan terhadap
gagasan atau idea yang di”encoding” oleh komunikator dikarenakan adanya
hambatan teknis, dan lebih-lebih adanya perbedaan persepsi antara komunikator
dan persepsi komunikan dalam hal arti kata atau semantik.
f) Tahap Tindakan

9

Tindakan yang dilakukan oleh komunikan sebagai respon terhadap pesanpesan yang diterimanya merupakan tahap terakhir dalam suatu proses komunikasi.
Dalam tahap ini, respon komunikan dapat berbentuk usaha melengkapi informasi,
meminta informasi tambahan, atau melakukan tindakan-tindakan lain. Jika setiap
pesan yang dikirimkan komunikator menghasilkan respon tindakan seperti apa
yang diharapkan, maka dapat dikatakan telah terjadi komunikasi yang efektif.
2.8 Hambatan dalam Komunikasi
a) Hambatan dari Proses Komunikasi
Hambatan dari pengirim pesan, misalnya pesan yang akan disampaikan belum
jelas bagi dirinya atau pengirim pesan, hal ini dipengaruhi oleh perasaan atau
situasi emosional.


Hambatan dalam penyandian/symbol. Hal ini dapat terjadi karena bahasa
yang dipergunakan tidak jelas sehingga mempunyai arti lebih dari satu,
simbol yang dipergunakan antara si pengirim dan penerima tidak sama atau
bahasa yang dipergunakan terlalu sulit.



Hambatan media, adalah hambatan yang terjadi dalam penggunaan media
komunikasi, misalnya gangguan suara radio dan aliran listrik sehingga tidak
dapat mendengarkan pesan.



Hambatan dalam bahasa sandi. Hambatan terjadi dalam menafsirkan sandi
oleh si penerima



Hambatan dari penerima pesan, misalnya kurangnya perhatian pada saat
menerima /mendengarkan pesan, sikap prasangka tanggapan yang keliru dan
tidak mencari informasi lebih lanjut.



Hambatan dalam memberikan balikan. Balikan yang diberikan tidak
menggambarkan apa adanya akan tetapi memberikan interpretatif, tidak tepat
waktu atau tidak jelas dan sebagainya.

b) Hambatan Fisik
Hambatan fisik dapat mengganggu komunikasi yang efektif, cuaca gangguan
alat komunikasi, dan lain lain, misalnya: gangguan kesehatan (cacat tubuh
misalnya orang yang tuna wicara), gangguan alat komunikasi dan sebagainya.
c) Hambatan Semantik

10

Faktor pemahaman bahasa dan penggunaan istilah tertentu. Kata-kata yang
dipergunakan dalam komunikasi kadang-kadang mempunyai arti mendua yang
berbeda, tidak jelas atau berbelit-belit antara pemberi pesan dan penerima pesan.
Misalnya : adanya perbedaan bahasa ( bahasa daerah, nasional, maupun
internasional), adanya istilah – istilah yang hanya berlaku pada bidang-bidang
tertentu saja, misalnya bidang bisnis, industri, kedokteran, dll.
d) Hambatan Psikologis
Hambatan psikologis dan sosial kadang-kadang mengganggu komunikasi,
misalnya; perbedaan nilai-nilai serta harapan yang berbeda antara pengirim dan
penerima pesan, sehingga menimbulkan emosi diatas pemikiran-pemikiran dari
sipengirim maupun si penerima pesan yang hendak disampaikan.
e) Hambatan Manusiawi
Terjadi karena adanya faktor, emosi dan prasangka pribadi, persepsi,
kecakapan atau ketidakcakapan, kemampuan atau ketidakmampuan alat-alat
pancaindera seseorang, dll.
2.9 Cara Mengatasi Hambatan dalam Komunikasi
a) Memerikan umpan balik atau Feed Back yaitu memberikan kesempatan pada
seseorang untuk menyampaikan informasi dan gagasannya sehingga tercipta
komunikasi 2 (dua) arah
b) Mengenai si penerima berita yaitu mengenali latar belakang , pendidikan serta
kondisi penerima pesan agar pesan yang disampaikan dapat diterima dengan
baik dan mudah dimengerti oleh si penerima pesan.
c) Susunlah secara terperinci apa, dan kapan informasi tersebut harus
disampaikan dan kepada siapa informasi tersebut akan disampaikan.

11

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam sebuah organisasi pasti tidak luput dengan permasalahan komunikasi.
Komunikasi yang terjalin antar sesama karyawan, antara atasan dengan bawahan,
maupun atasan dengan atasan harus terjalin dengan baik, agar seluruh kesalah
pahaman yang beresiko mungkin akan berkurang, karena tiap manusia
mempunyai cara penyampaian komunikasi yang berbeda-beda secara verbal.
Komunikasi sendiri sudah sering kita terapkan di dalam kehidupan sehari-hari
dengan berbagai bentuk, cara, dan gaya agar orang lain dapat menangkap maksud
dan keinginan kita. Komunikasi juga memiliki hambatan, maka dari itu kita harus
berhati-hati dalam berkomunikasi, dan harus bisa cepat memahami maksud orang
lain.

12

DAFTAR PUSTAKA
Suwigna, Juniar. 2015. Contoh Makalah Komunikasi dalam Organisasi, (Online),
(http://juniarwibisana.blogspot.com/2015/10/contoh-makalah-komunikasidalam.html), diakses 16 September 2016
Bagus, Denny. 2007. Komunikasi: Arti, Fungsi dan Bentuk, (Online),
(http://jurnal-sdm.blogspot.com/2007/12/komunikasi-arti-fungsi-danbentuk.html), diakses 14 September 2016
Prakosa, Adi. 2008. Komunikasi Organisasi, (Online),
(http://adiprakosa.blogspot.com/2008/07/komunikasi-organisasi.html),
diakses 14 September 2016
Fauziah. 2016. Komunikasi Organisasi, (Online),
(http://fauziahziah23.blogspot.com/2016/02/makalah-komunikasiorganisasi.html), diakses 16 September 2016
Artikelsiana. Tanpa tahun. Pengertian Komunikasi, Fungsi, Tujuan, dan Syaratsyaratnya, (Online), (http://www.artikelsiana.com/2015/02/pengertiankomunikasi-tujuan-fungsi-manfaatnya.html), diakses 14 September 2016
Pratama, Andre. 2013. Komunikasi dalam Organisasi, (Online),
(http://andreprat.blogspot.com/2013/10/makalah-komunikasi-dalamorganisasi.html), diakses 16 September 2016
Desima, Nenda. 2016. Komunikasi Organisasi, (Online),
(http://desima29.blogspot.com/2016/01/makalah-komunikasiorganisasi.html), diakses 16 September 2016

13