Makalah Implikasi Teoritis dan Praktis P

“IMPLIKASI PRAKTIS DAN TEORITIS PERAN ORANG TUA DAN GURU UNTUK
MENGOPTIMALKAN PERKEMBANGAN ANAK AUTIS”
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Perkembangan Anak Dengan Disabilitas
Dan Keberbakatan 2 sebagai syarat untuk mengikuti Ujian Akhir Semester yang diampu oleh
Dr. Yuyus Suherman, M. Si. dan dr. Setyo Wahyu Wibowo, M. Kes.

Oleh:
Mela Fitriani

1608113

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2017

KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat Rahmat dan
Karunia-nya penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Perkembangan Anak Dengan
Disabilitas Dan Keberbakatan 2 yang berjudul “Implikasi Praktis Dan Teoritis Peran Orang

Tua Dan Guru Untuk Mengoptimalkan Perkembangan Anak Autis” ini. Shalawat serta salam
semoga selalu tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw, keluarga-Nya, para sahabat dan
semoga sampai kepada kita selaku umat-Nya.
Penulis menyadari bahwa makalah mata kuliah Perkembangan Anak Dengan Disabilitas
Dan Keberbakatan 2 yang berjudul “Implikasi Praktis Dan Teoritis Peran Orang Tua Dan Guru
Untuk Mengoptimalkan Perkembangan Anak Autis” ini tidak akan terselesaikan dengan baik
apabila tidak ada bimbingan dari Dosen mata kuliah Perkembangan Anak Dengan Disabilitas
Dan Keberbakatan 2. Maka dari itu penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing.

Bandung, Desember 2017

Penulis

1

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................................ii

BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
1.1

Latar Belakang..................................................................................................................1

1.2

Rumusan Masalah.............................................................................................................2

1.3

Tujuan Penulisan...............................................................................................................2

BAB II.............................................................................................................................................3
KAJIAN TEORI..............................................................................................................................3
2.1 Pengertian Autisme................................................................................................................3
2.2 Karakteristik Anak Autis........................................................................................................4
2.3 Implikasi Teoritis Peran Orang Tua dan Guru untuk Mengoptimalkan Perkembangan Anak
Autis.............................................................................................................................................6

2.4 Implikasi Praktis Peran Orang Tua dan Guru untuk Mengoptimalkan Perkembangan Anak
Autis.............................................................................................................................................8
BAB III............................................................................................................................................9
PENUTUPAN..................................................................................................................................9
3.1 Kesimpulan............................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................10

2

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan hal tidak akan terlepas dalam kehidupan bermasyarakat sebab
pendidikan adalah suatu hal yang terpenting dalam kehidupan manusia yang dapat
membentuk suatu individu yang awalnya individu tersebut apa adanya menjadi individu
yang seharusnya. Segala sesuatu yang kita lalukan merupakan suatu hasil dari sebuah
pendidikan karena kita tidak akan mungkin bisa melakukan sesuatu tanpa adanya pendidikan.
Dalam proses pendidikan tidak akan terlepas dari seorang pendidik baik pendidik tersebut
merupakan guru maupun orang tua nya karena dalam proses pendidikan ada proses mendidik
yang hanya bisa dilakukan oleh orang yang memiliki kewibawaan sehingga peserta didik

dapat mematuhi apa yang diperintahkan atau dipengaruhi hal-hal positif oleh pendidik
kepadanya sebab kewibawaan merupakan kekuatan pendidik yang dapat diakui dan diterima
secara sadar dan tulus oleh peserta didik.
Untuk menjadi seorang pendidik maka pendidik harus mengenal dan memahami siapa
yang menjadi peserta didiknya. Karena peserta didik memiliki suatu keunikan atau
kekhasannya tersendiri yang berbeda satu sama lainnya. Apalagi kepada peserta didik yang
memiliki kebutuhan khusus baik yang bersifat permanen maupun kontemporer. Karena jika
seorang pendidik tidak mengetahui kebutuhan khusus peserta didiknya maka peserta didik
tidak akan berkembang secara optimal.
Salah satu peserta didik yang memiliki kebutuhan khusus itu adalah peserta didik yang
mengalami autisme. Dimana autisme merupakan kondisi seseorang yang secara tidak wajar
terpusat pada dirinya sendiri atau lebih dikenal dengan kondisi seseorang yang senantiasa
selalu berada dalam keasyikan dunianya sendiri tanpa mempedulikan lingkungan yang ada
disekitarnya.
Meskipun peserta didik yang mengalami autisme itu selalu berada dalam dunianya
sendiri sebagai pendidik maka harus bisa mengoptimalkan perkembangannya karena peserta
didik yang mengalami autisme itu juga berhak mendapatkan pendidikan agar dia bisa
berkembang secara optimal.

1


1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat dirumusankan rumusan masalahnya
adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari autisme?
2. Bagaimana karakteristik anak autis?
3. Bagaimana implikasi teoritis peran orang tua dan guru untuk mengoptimalkan
perkembangan anak autis?
4. Bagaimana implikasi praktis peran orang tua dan guru untuk mengoptimalkan
perkembangan anak autis?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penulisan makalah ini, diantaranya
adalah sebagai berikut:
1. mengetahui pengertian autisme
2. mengetahui karakteristik anak autis
3. mengetahui implikasi teoritis peran orang tua dan guru untuk mengoptimalkan
perkembangan anak autis
4. mengetahui implikasi praktis peran orang tua dan guru untuk mengoptimalkan
perkembangan anak autis


2

BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Pengertian Autisme
Autisme merupakan suatu istilah yang berasal dari bahasa Yunani yaitu aut yang berarti
diri sendiri, dan isme/orientation/state yang berarti orientasi atau keadaan.Sehingga berdasarkan
istilah tersebut autisme dapat diartikan sebagai kondisi yang dialami seseorang yang secara tidak
wajar terpusat pada dirinya sendiri atau dapat diartikan juga sebagai kondisi yang dialami
seseorang yang senantiasa berada didalam dunianya sendiri.
Istilah autisme ini pertama kali diperkenalkan oleh Leo Kanner pada tahun 1943 yang
mengemukakan bahwa autisme merupakan suatu gangguan kondisi yang dialami oleh anak
dalam perkembangannya sehingga anak yang mengalami autisme ini mengalami kesendirian,
atau bahkan memiliki kecenderungan menyendiri dalam kesehariannya.
Autisme menurut Baron-Cohen pada tahun 1993 merupakan suatu kondisi mengenai
seseorang yang sejak lahir ataupu saat balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk
hubungan sosial atau komunikasi yang normal. Hal ini mengakibatkan seseorang yang
mengalami autisme ini akan terisolasi dari manusia lain dan masuk dalam dunia repetitive,
aktivitas dan minat yang obsesif (Sumekar, 2009, hlm. 277).

Menurut Chaplin (Wiwin, 2016) mengatakan bahwa autisme merupakan cara berpikir
yang dikendalikan oleh kebutuhan personal atau diri sendiri, menanggapi dunia berdasarkan
penglihatan dan harapan sendiri dan Keyakinan ekstrim dengan fikiran dan fantasi sendiri.
Autisme adalah ganguan perkembangan yang terjadi pada anak yang mengalami kondisi
menutup diri. Gangguan ini mengakibatkan anak mengalami keterbatasan dari segi komunikasi,
interaksi sosial, dan perilaku “Sumber dari Pedoman Pelayanan Pendidikan Bagi Anak
Austistik”. (American Psychiatic Association 2000)
Autisme menurut Mardiyatmi dalam Ganda Sumekar (2009, hlm.276) merupakan salah
satu gangguan perkembangan fungsi otak yang bersifat pervasive (inco) yaitu meliputi gangguan
kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi, dan gangguan interaksi sosial.
Menurut Sugiarmin (2013, hlm.172) autisme merupakan suatu jenis gangguan
perkembangan pada anak yang sifatnya kompleks dan berat yang memiliki ciri tidak mampu
3

untuk berkomunikasi dan mengekspresikan perasaan maupun keinginannya, sehingga perilaku
dan hubungannya dengan orang lain menjadi terganggu yang sangat mempengaruhi
perkembangan anak selanjutnya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa autisme merupakan suatu kondisi atau gangguan
perkembangan fungsi otak otak yang bersifat pervasive (inco) yaitu meliputi gangguan kognitif,
bahasa, perilaku, komunikasi, dan gangguan interaksi sosial yang dialami oleh seseorang

sehingga seseorang tersebut senantiasa berada didalam dunianya sendiri maka akan
mengakibatkan perilaku dan hubungannya dengan orang lain menjadi terganggu yang akan
mempengaruhi terhadap perkembangannya.
2.2 Karakteristik Anak Autis
Anak autis dilihat dari sisi sosial merupakan anak yang mengalami ganguan
perkembangan berat dari beberapa aspek komunikasi, bahasa, interaksi sosial, sehingga anak
autis inj memerlukan bimbingan keterampilan sosial agar dapat menyesuaikan dengan
lingkungannya. Sedangkan merupat sisi pendidikan anak autis merupakan anak yang mengalami
gangguan perkembangan komunikasi, sosial, dan perilaku sehingga anak autis memerlukan
penanganan atau layanan pendidikan secara khusus sejak dini. Setelah mengetahui pengertian
anak autis maka agar lebih mengenal anak autis maka akan dijelaskan mengenai karakteristik
yang dimiliki oleh anak autis. Karakteritik anak autis menurut Ganda Sumekar (2009, hlm.279)
diantaranya sebagai berikut:
1. Aspek Komunikasi
a. Perkembangan bahasa lambat atau sama sekali tidak ada
b. Anak sulit berbicara
c. Kata-kata yang diucapkannya tidak sesuai dengan artinya
d. Mengoceh tanpa arti berulang-ulang dengan bahasa yang tidak dapat dimengerti
oleh orang lain
e. Berbicara tidak digunakan untuk sebagai alat komunikasi

f. Senang menitu atau membeo (echolalia)
g. Sebagian anak autis ini tidak berbicara (non verbal) atau sedikit berbicara (kurang
verbal) sampai usia dewasa

4

h. Senang menarik-narik tangan orang lain untuk melakukan apa yang ia inginkan,
misalnya bila ingin meminta sesuatu.
2. Aspek Interaksi Sosial
a. Anak autis lebih suka menyendiri
b. Tidak ada atau sedikit kontak mata serta menghindar untuk bertatapan
c. Tidak tertarik untuk bermain bersama-sama dengan temannya
d. Bila diajak bermain, ia tidak mau dan menjauh
3. Aspek Gangguan Sensoris
a. Sangat sensitif terhadap sentuhan
b. Bila mendengar suara yang keras langsung menutup telinga
c. Senang mencium-cium atau menjilat mainan atau benda-benda
d. Tidak sensitif terhadap rasa sakit dan rasa takut.
4. Aspek Pola Bermain
a. Tidak bermain seperti anak-anak pada umumnya

b. Tidak suka bermain dengan anak sebayanya
c. Tidak kreatif atau tidak imajinatif
d. Tidak bermain sesuai dengan fungsi mainannya
e. Senang dengan benda-benda yang berputar
f. Dapat dengan lekat dengan benda-benda tertentu yang dipegang terus dan dibawa
kemana-mana.
5. Aspek Perilaku
a. Berprilaku hiperaktif atau hipoaktif
b. Memperlihatkan perilaku stimulasi diri seperti bergoyang-goyang, mengepakkan
tangannya, berputar-putar, berjalan bolak-balik tanpa ada tujuan,serta suka
melakukan gerakan yang diulang-ulang
c. Tidak suka pada perubahan
d. Sering menatap dengan tatapan kosong
6. Aspek Emosi
a. Sering marah-marah tanpa alasan yang jelas, tertawa-tawa, menangis tanpa alasan
b. Temper tantrum (mengamuk dengan tidak tekendali) jika dilarang atau tidak
diberikan keinginannya
5

c. Kadang suka menyerang dan merusak

d. Kadang-kadang berprilaku dengan menyakiti dirinya sendiri
2.3 Implikasi Teoritis Peran Orang Tua dan Guru untuk Mengoptimalkan Perkembangan
Anak Autis
Berdasarkan karakteristik anak yang mengalami autisme maka implikasi teoritis peran
guru

adalah mengetahui layanan pendidikan bagi anak autis . Layanan pendidikan bagi anak

autis dalam program intervensi dini (Mutmainnah, 2013) diantaranya sebagai berikut:
1. Discrete Tial Training (DTT) :Training ini didasarkan pada Teori Lovaas yang
mempergunakan pembelajaran perilaku. Dalam pembelajarannya digunakan stimulus
respon atau yang dikenal dengan operant conditioning. Dalam prakteknya guru
memberikan stimulus pada anak agar anak memberi respon. Apabila perilaku anak itu
baik, guru memberikan reinforcement (penguatan). Sebaliknya perilaku anak yang
buruk dihilangkan melalui time out/ hukuman/kata “tidak”
2. Intervensi LEAP (Learning Experience and Alternative Programfor Preschoolers and
Parents) menggunakan stimulus respon (sama dengan DTT) tetapi anak langsung
berada dalam lingkungan sosial (dengan teman-teman). Anak auitistik belajar
berperilaku melalui pengamatan perilaku orang lain.
3. Floor Time merupakan teknik pembelajaran melalui kegiatan intervensi interaktif.
Interaksi anak dalam hubungan dan pola keluarga merupakan kondisi penting dalam
menstimulasi perkembangan dan pertumbuhan kemampuan anak dari segi
kumunikasi, sosial, dan perilaku anak.
4. TEACCH

(Treatment

Communication

and

Handicaps)

Education
merupakan

for Autistic

Childrent

pembelajaran

bagi

and

Related

anak

dengan

memperhatikan seluruh aspek layanan untuk pengembangan komunikasi anak.
Pelayanan diprogramkan dari segi diagnosa, terapi/treatment, konsultasi, kerjasama,
dan layanan lain yang dibutuhkan baik oleh anak maupun orangtua.
Selain program intervensi dini, layanan pendidikan untuk anak autis usia sekolah bisa
dilakukan di berbagai penempatan model. Model pelayanan pendidikan bagi anak autis
diantaranya sebagai berikut:

6

1. Kelas transisi
Kelas ini diperuntukkan bagi anak autistik yang telah diterapi memerlukan
layanan khusus termasuk anak autistik yang telah diterapi secara terpadu atau
struktur. Kelas transisi sedapat mungkin berada di sekolah reguler, sehingga pada saat
tertentu anak dapat bersosialisasi dengan anak lain. Kelas transisi merupakan kelas
persiapan dan pengenalan pengajaran dengan acuan kurikulum SD dengan
dimodifikasi sesuai kebutuhan anak.
2. Program Pendidikan Inklusi
Program ini dilaksanakan oleh sekolah reguler yang sudah siap memberikan
layanan bagi anak autistik. Untuk dapat membuka program ini sekolah harus
memenuhi persyaratan antara lain:
a. Guru terkait telah siap menerima anak autistik
b. Tersedia ruang khusus (resourse room) untuk penanganan individual
c. Tersedia guru pembimbing khusus dan guru pendamping.
d. Dalam satu kelas sebaiknya tidak lebih dari 2 (dua) anak autistik.
. Program Pendidikan Terpadu
3. Program Pendidikan Terpadu dilaksanakan disekolah reguler. Dalam kasus/waktu
tertentu, anak-anak autistik dilayani di kelas khusus untuk remedial
4. Sekolah Khusus Autis
Sekolah ini diperuntukkan khusus bagi anak autis terutama yang tidak
memungkinkan dapat mengikuti pendidikan di sekolah reguler. Anak di sekolah ini
sangat sulit untuk dapat berkonsentrasi dengan adanya distraksi sekeliling mereka.
Pendidikan di sekolah difokuskan pada program fungsional seperti bina diri, bakat,
dan minat yang sesuai dengan potensi mereka.
5. Program Sekolah di Rumah
Program ini diperuntukkan bagi anak autistik yang tidak mampu mengikuti
pendidikan di sekolah khusus karena keterbatasannya. Anak-anak autistik yang non
verbal, retardasi mental atau mengalami gangguan serius motorik dan auditorinya
dapat mengikuti program sekolah di rumah. Program dilaksanakan di rumah dengan
7

mendatangkan guru pembimbing atau terapis atas kerjasama sekolah, orangtua dan
masyarakat.
2.4 Implikasi Praktis Peran Orang Tua dan Guru untuk Mengoptimalkan Perkembangan
Anak Autis
Berdasarkan karakteristik anak yang mengalami autisme maka implikasi praktis peran
guru untuk mengoptimalkan perkembangan anak autis antara lain sebagai berikut:
1. Dapat menerima dan melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sepenuh hati dan
disertai rasa kasih sayang
2. Memiliki kemauan untuk terus belajar untuk memperbanyak pengetauan dan
3.
4.
5.
6.

wawasan mengenai anak autis
Mengendalikan perilaku anak ketika berada dalam kelas
Membantu anak agar tetap berkonsentrasi
Membantu anak belajar bermain atau berinteraksi dengan teman-temannya
Menjadi media informasi dan bekerja sama dengan orangtua dalam membantu anak
mengejar ketinggalan dari pelajaran dikelasnya

Sedangkan berdasarkan karakteristik anak yang mengalami autisme maka implikasi
praktis peran orang tua untuk mengoptimalkan perkembangan anak autis, menurut Candra
(Setia,2003) mengemukakan bahwa peran orang tua yang efektif bagi anak autis diantaranya
adalah sebagai berikut:
1. Selalu mencari informasi terbaru dan memperdalam ilmu mengenai autisme
2. Mendidik atau melatih orang dewasa lainnya seperti anggota keluarga, guru atau
pengasuh sehingga mereka benar-benar mengerti tentang gangguan yang diderita oleh
anak dan mereka juga perlu tahu bagaimana cara menolong anak untuk mencapai
tahapan pelaksanaan tingkah laku yang diharapka
3. Mencari evaluasi dan treatment yang profesional. Evaluasi dan penilaian yang
menyeluruh dari potensi dan kelemahan anak, dengan tujuan membantu orang tua dan
terapis dalam mengembangkan terapi yang tepat atau sesuai dan efektif
4. Mengikuti atau mencari pelatih bagi orang tua dari para profesional yang
berpengalaman. Pelatih orang tua yang efektif dapat membantu orang tua dalam
mempelajari setidaknya harus seperti dibawah ini:
a. membuat harapan, arahan dan batasan yang jelas dan konsisten
b. menetapkan sistem disiplin yang efektif
8

c. membuat pelatihan tingkahlaku yang bervariasi dalam merubah
perilaku yang paling bermasalah
d. membantu anak dalam masalah-masalah sosial
e. mencari solusi atau potensi anak dan menggunakan potensi ini
untuk membuat anak merasa mampu dan mempunyai rasa
kebanggaan
f. menetapkan waktu-waktu yang spesial setiap hari bagi anak14
g. mencari dukungan untuk orang tua. Dengan membentuk kelompok
berbagi atau kelompok pendukung diantara orang tua sehingga
dapat saling berbagi informasi dan dukungan

BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Anak autis merupakan anak yang mengalami kondisi atau gangguan perkembangan
fungsi otak otak yang bersifat pervasive (inco) yaitu meliputi gangguan kognitif, bahasa,
perilaku, komunikasi, dan gangguan interaksi sosial sehingga anak tersebut senantiasa berada
didalam dunianya sendiri yang akan mengakibatkan perilaku dan hubungannya dengan orang
lain menjadi terganggu maka akan mempengaruhi terhadap perkembangannya. Anak autis
memiliki karakteristik-karakteristik tertentu seperti yang telah dijelasan pada kajian teori
makalah ini.
Setelah mengetahui karakteristik anak autis ini maka implikasinya terhadap guru dan
orang tua adalah harus berperan aktif dalam membantu mengembangankan pontensi anak autis
yang dimilikinya agar dapat berkembang secara optimal baik implikasi secara teoritisnya
maupun implikasi secara praktisnya. Karena anak autis memiliki kebutuhan khusus sehingga
dalam pelayanan pendidikannya pun menggunakan layanan yang berbeda dengan anak lainnya.

9

DAFTAR PUSTAKA

Mutmainnah,

Bari.(2013).Makalah

Autis.[online].

Diakses

melalui

laman

http://mutmainnahbasri94.blogspot.co.id/2013/05/makalah-autis.html pada tanggal 21 Desember
2017
Sawindri,

Wiwin.(2016).Makalah

Autisme.[online].

Diakses

melalui

laman

https://sawindriwiwin.blogspot.co.id/2016/05/makalah-autisme.html pada tanggal 21 Desember
2017
Sugiarmin, M.(2013). Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus.PLB UPI
Sumekar, Ganda.(2009). Anak Berkebutuhan Khusus Cara Membantu Mereka agar Berhasil
dalam Pendidikan Inklusif.Padang:UNP Press

10