Gambaran Darah Tepi pada Penderita Karsinoma Nasofaring Sebelum dan Sesudah Kemoradioterapi di RSUP.H.Adam Malik tahun 2015 Chpater III VI
14
BAB 3
KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESA
3.1. Kerangka Teori
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dibahas, maka kerangka teori dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gejala Klinis :
- Rasa penuh pada
telinga - Tinitus Gangguan
pendengaranEpistaksis Hidung tersumbatDiplopia
Karsinoma
nasofaring
Penegakan diagnosa
dengan biopsi
Gambaran
darah
tepi
sebelum kemoradioterapi
(leukosit,trombosit,eritrosit,
hemoglobin eosinofil,
Basofil, neutrofil,
Limfosit,
Monosit.
Kemoradioterapi
Penurunan
Berat badan
Gangguan
penciuman
Gangguan
pada sumsum
tulangtulang
Gangguan
pada saluran
cerna
Gambaran darah tepi
sesudah kemoradioterapi
(leukosit,trombosit,eritro
sit,
hemoglobin,eosinofil,
Basofil, neutrofil,
Limfosit,
Monosit.
Gambar 3.1. Kerangka Teori Penelitian
Variabel yang diteliti
Variabel yang tidak diteliti
Universitas Sumatera Utara
15
3.2. Kerangka Konsep
Variabel independen
variabel dependen
leukosit
eritrosit
Trombosit
hemoglobin
Karsinoma nasofaring
kemoradioterapi
eosinofil
basofil
neutrofil
limfosit
umur
Jenis kelamin
Gambaran
histopatologi
Gambar 3.2. Kerangka Konsep Penelitian
Universitas Sumatera Utara
16
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif analitik. Pendekatan
digunakan pada desain penelitian ini adalah Cross-sectional. Dan analisa yang
digunakan adalah pearson chi-square.
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
4.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUP.H.Adam Malik . Lokasi yang dipilih adalah
Departemen THT RSUP.H.Adam Malik Medan.
4.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini berlangsung selama lebih kurang 6 bulan yang berlangsung
sejak bulan Juli 2016 hingga Desember 2016.
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian
4.3.1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah pasien-pasien karsinoma nasofaring yang di
rawat inap dan mendapatkan pengobatan kemoradioterapi yang berada di
RSUP.H.Adam Malik Medan Departemen SMF/THT-KL bulan januari 2015desember 2015.
4.3.2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah subyek yang diambil dari populasi pasien
karsinoma nasofaring di RSUP.H. Adam Malik Medan di Departemen THT-KL.
Selain itu, sampel yang akan diambil harus memenuhi kriteria inklusi serta tidak
termasuk dalam kriteria eksklusi selama penelitian berlangsung.
Universitas Sumatera Utara
17
Adapun kriteria inklusi dan eksklusi dalam pemilihan sampel penelitian ini
adalah :
1 .Kriteria Inklusi
a.
Penderita yang menjalani biopsi dan mendapatkan kemoradioterapi 1
siklus.
b.
Pasien memiliki data pemeriksaan darah tepi sebelum dan sesudah kemoradioterapi.
c.
Jangka waktu perobatan pada tahun 2015
d.
Penderita dengan distribusi umur 30-50 tahun.
2. Kriteria Eksklusi
Data rekam medis tidak lengkap (misalnya identitas pasien tidak lengkap,
hasil pemeriksaan darah tidak lengkap,dll).
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah total sampling dengan
mengambil seluruh data rekam medis penderita karsinoma nasofaring yang
mendapatkan pengobatan kemoradioterapi di RSUP.H.Adam Malik tahun 2015.
Dimana total sampel yang akan digunakan adalah 321 sampel.
4.4. Metode Pengumpulan Data
4.4.1.Data Primer
Pada penelitian ini tidak digunakan data primer .
4.4.2 Data Sekunder
Data sekunder pada penelitian ini adalah data rekam medis. Data yang di
ambil adalah hasil pemeriksaan darah tepi sebelum dan sesudah kemoradioterapi,
gambaran histopatologi, jenis kelamin dan usia dari
penderita karsinoma
nasofaring.
4.4.3. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah rekam medis.
Universitas Sumatera Utara
18
4.5. Metode Pengolahan dan Analisa Data
4.5.1. Pengolahan data
Pengolahan data dilakukan dengan langkah – langkah sebagai berikut: (1)
editing, dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan data; (2) coding,
data yang telah terkumpul dikoreksi, kemudian diberi kode oleh peneliti secara
manual sebelum diolah dengan komputer; (3) entry, data tersebut dimasukkan ke
dalam program komputer; (4) cleaning data, pemeriksaan semua data yang telah
dimasukkan ke dalam komputer guna menghindari terjadinya kesalahan dalam
pemasukan data; (5) saving, penyimpanan data untuk siap dianalisis; dan (6)
analisis data.
4.5.2. Analisa Data
Data kemudian diolah dengan menggunakan progam komputer SPSS
(Statistical Product and Service Solution) dan disajikan dalam bentuk tabel
dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui perbedaan hasil pemeriksaan
darah
tepi
pada
pasien
karsinoma
nasofaring
sebelum
dan
sesudah
kemoradioterapi.
4.6.Definisi operasional
No.
Variabel
1.
Karsinoma
nasofaring
2.
Kemoradioterapi
Definisi
operasional
adalah keadaan
penderita yang
ditegakan
diagnosanya
berdasarkan hasil
biopsi yang
terdapat di rekam
medik.
Adalah pengobatan
kombinasi antara
kemoterapi dan
radioterapi yang
diberikan pada
penderita
karsinoma
nasofaring
Cara
ukur
Observasi
Alat
ukur
Rekam
medik
Observasi
Rekam
medik
Hasil ukur
Tipe1 (I) keratinizing
nasopharyngeal
carcinoma Tipe2 (II)
Non-keratinizing
cell
carcinoma dan Type 3
(III)
Undifferentiated
cell carcinoma.
Skala
ukur
Nominal
Ordinal
Universitas Sumatera Utara
19
No.
Variabel
Definisi operasional
Cara
ukur
Observasi
Alat
ukur
Rekam
medik
3.
Gambaran darah
tepi sebelum dan
sesudah
kemoradioterapi
Adalah pemeriksaan darah
yang dilakukan sebelum
diberikan pengobatan
kemoradioterapi dan
sesudah pengobatan
kemoradioterapi pada
siklus ke-1 yang tediri dari
eritrosit, hemoglobin,
trombosit,leukosit,
yang memiliki komponen
neutrofil,eosinofil,basofil,
monosit dan limfosit.
5.
Distribusi jenis
kelamin
6.
Distribusi usia
Hasil ukur
Jenis kelamin yang tercatat
pada rekam medik
Observasi
Rekam
Medik
Pria ;
Wanita
Nominal
Usia pasien yang tercatat
pada rekam medik
Observasi
Rekam
medik
30-50
Interval
*Eritrosit
3,9-5,6jt/ul
(pria)
4,5-6,5jt/ul
(wanita)
*Hb
11.5-16.5
6.0 (eosinofilia)
80(neutrofilia )
40 (limfositosis)
8(monositosis)
0.05 maka tidak ada hubungan antara kadar
hematokrit sebelum kemoradioterapi dan sesudah kemoradioterapi.
E. Trombosit
Merupakan fragemen sel yang berasal dari megakariosit besar di sumsum
tulang yang berperan penting dalam mengatur homeostasis dalam agregasi.
Dikatakan trombositopenia jika kadar 450.000 trombositosis.
Tabel 5.12 Keadaan Trombosit Sebelum dan Sesudah di Berikan Kemoradioterapi
Trombosit
Sebelum
Sesudah
TOTAL
Normal
Trombositopenia
Trombositosis
Normal
Trombositopenia
Trombositosis
Frekuensi
43
Persentase (%)
95.6
2
41
3
1
45
4.4
91.1
6.7
2.2
100
Berdasarkan tabel 5.12 terlihat bahwa sebelum diberikan kemoradioterapi 1 siklus
94.2% dari seluruh penderita karsinoma nasofaring memiliki kadar trombosit
yang normal dan 4.4% trombositosis. Dan sesudah di berikan kemoradioterapi 1
siklus 91.9% dari seluruh penderita karsinoma nasofaring memiliki kadar
trombosit normal, 6.7% trombositopenia dan 2.2% trombositosis.
Tabel 5.13 Hubungan Trombosit Sebelum dan Sesudah Kemoradioterapi
Trombosit sesudah
Total p-value
Normal Tr.sitopenia Tr.sitosis
Trombosit Normal
40
3
0
43 0.001
sebelum Trombositopenia
0
0
0
0
Trombositosis
1
0
1
2
Total
41
3
1
55
Perhitungan persentase kemungkinan dari penderita karsinoma nasofaring yang
sebelumnya memiliki kadar trombosit yang normal dan menjadi trombositopenia
setelah menerima paparan kemoradioterapi 1 siklus adalah 6%. Dan dari tabel di
atas didapat nilai p-value sebesar 0.082 Karena nilai signifikan 0.001 < 0.05 maka
Universitas Sumatera Utara
27
terdapat hubungan antara kadar trombosit sebelum kemoradioterapi dan sesudah
kemoradioterapi
F. Neutrofil
Merupakan komponen dari leukosit yang berfungsi sebagai fagositik,
merupakan pertahanan pertama dari invasi bakteri dan berperan penting dalam
respon peradangan akut. Keadaan dimana terjadi penurunan kadar neutrofil atau
disebut sebagai neutropenia dapat terjadi pada pasien yang mendapatkan regimen
kemoterapi tertentu dan pasca transplantasi sumsum tulang. Dikatakan
neutropenia adalah kadar 80.
Tabel 5.14 Keadaan Neutrofil Sebelum dan Sesudah di Berikan Kemoradioterapi
Neutrofil
Sebelum
Sesudah
Neutropenia
Neutrositosis
Normal
Neutropenia
Neutrositosis
Normal
TOTAL
Frekuensi
1
8
36
Persentase (%)
2.2
17.8
80
12
33
45
26.7
73.3
100
Terdapat 80% dari seluruh penderita karsinoma nasofaring memiliki kadar
neutrofil normal, 17.8% neutrositosis, 2.2% neutropenia. Dan sesudah diberikan
kemoradioterapi 1 siklus 73.3% dari seluruh penderita karsinoma nasofaring
memiliki kadar neutrofil normal dan 26.7% mengalami neutrositosis.
Tabel 5.15 Hubungan Neutrofil Sebelum dan Sesudah Kemoradioterapi
Neutrofil
sebelum
Total
Neutropenia
Neutrositosis
Normal
Neutrofil sesudah
Neutrositosis
Normal
1
0
4
4
7
29
12
33
Total p-value
1
8 0.051
36
45
Kemungkinan untuk penderita yang memiliki kadar neutrofil normal sebelum
kemoradioterapi dan mengalami neutrositosis setelahnya adalah 19.4%. Dan dari
tabel di atas didapat nilai p-value sebesar 0.051 Karena nilai signifikan 0.051 >
Universitas Sumatera Utara
28
0.05
maka
tidak
terdapat
hubungan
antara
kadar
neutrofil
sebelum
kemoradioterapi dan sesudah kemoradioterapi.
G. Limfosit
Berfungsi dalam menghasilkan pertahanan imun. Terdapat 2 jenis limfosit,
limfosit B dan T. Limfosit B menghasilkan antibodi yang beredar di peredaran
pembuluh darah yang bekerja dalam destruksi benda asing tertentu misalnya
bakteri. Limfosit T tidak menghasilkan antibodi tetapi menghancurkan sel sel
sasaran spesifik yang dikenal sebagai respon imun yang diperantarai sel. Sel yang
menjadi sasarannya adalah virus dan sel kanker. Limfosit juga berperan penting
dalam peradangan kronik. Dikatakan limfopenia jika kadar 40.
Tabel 5.16 Keadaan Limfosit Sebelum dan Sesudah Kemoradioterapi
Limfosit
Sebelum
Sesudah
Limfopenia
Limfositosis
Normal
Limfopenia
Normal
Limfositosis
TOTAL
Frekuensi
18
Persentase (%)
40
27
30
15
60
66.7
33.3
45
100
Dari 60% dari seluruh penderita karsinoma nasofaring memiliki kadar limfosit
normal dan 66.7% limfopenia. Dan sesudah diberikan kemoradioterapi 1 siklus
33.3% dari seluruh penderita karsinoma nasofaring memiliki kadar neutrofil
normal, dan 66.7% limfopenia .
Tabel 5.17 Hubungan Limfosit Sebelum dan Sesudah Kemoradioterapi
Limfosit
sebelum
Limfopenia
Limfositosis
Normal
Total
Limfosit sesudah
Limfopenia
Normal
17
1
0
0
13
14
30
15
Total
18
1
28
45
p-value
0.001
Universitas Sumatera Utara
29
Kemungkinan 46.4% penderita yang menerima paparan kemoradioterapi yang
kadar limfositnya normal sebelum kemoradioterapi dapat mengalami limfopenia.
Dari tabel di atas didapat nilai p-value sebesar 0.001 karena nilai signifikan 0.001
< 0.05 maka terdapat hubungan antara kadar limfosit sebelum kemoradioterapi
dan sesudah kemoradioterapi.
H. Monosit
Berfungsi untuk fagosit yang sel imaturnya akan berubah menjadi
makrofag( jaringan fagosit besar). Dikatakan monositopenia jika kadar, 8.
Tabel 5.18 Keadaan Monosit Sebelum dan Sesudah Kemoradioterapi
Monosit
Sebelum
Sesudah
Monositopenia
Monositosis
Normal
Monositopenia
Monositosis
Normal
TOTAL
Frekuensi
1
28
16
2
14
29
45
Persentase (%)
2.2
62.2
35.6
4.4
31.1
64.4
100
Terdapat 35.6% dari seluruh penderita karsinoma nasofaring memiliki kadar
monosit yang normal, 4.4% monositopenia dan 31.1% mengalami monositosis.
Dan sesudah di berikan kemoradioterapi terdapat 64.4% dari seluruh penderita
karsinoma nasofaring memiliki kadar monosit yang normal , 4.4% monositopenia,
31.1% mengalami monositosis.
Tabel 5.19 Hubungan Monosit Sebelum dan Sesudah Kemoradioterapi
Monosit Monositopenia
sebelum Monositosis
Normal
Total
Monosit sesudah
Mn.sitopenia Mn.sitosis
0
0
1
14
1
0
2
14
Normal
1
13
15
29
Total
1
28
16
45
p-value
0.014
Universitas Sumatera Utara
30
Sebanyak 5% kemungkinan penderita dapat mengalami monositosis dan
monositopenia setelah menerima paparan kemoradioterapi 1 siklus. Dari tabel di
atas didapat juga nilai p-value sebesar 0.014 karena nilai signifikan 0.014 > 0.05
maka tidak ada hubungan antara kadar limfosit sebelum kemoradioterapi dan
sesudah kemoradioterapi.
I.Eosinofil
Muncul biasanya karena reaksi alergi, infestasi parasite internal. Inflamasi
jaringan, modulasi imun, keganasan dan kelainan endokrin. Dikatakan
eosinopenia jika kadar 6.
Tabel 5.20 Keadaan Eosinofil Sebelum dan Sesudah Kemoradioterapi
Eosinofil
Sebelum
Sesudah
Eosinopenia
Eosinofilia
Normal
Eosinopenia
Eosinofilia
Normal
TOTAL
Frekuensi
15
8
22
22
7
16
45
Persentase (%)
34.6
19.2
46.2
48.9
15.6
35.6
100
Terdapat 46.2% dari seluruh penderita karsinoma nasofaring memiliki kadar
eosinofil yang normal, 34.6% eosinopenia, dan 19.2% eositosis. Dan sesudah di
berikan kemoradioterapi terdapat 35.6% dari seluruh penderita karsinoma
nasofaring memiliki kadar eosinofil yang normal, 48.9% eosinopenia, dan 15.6%
eosinofilia.
Tabel 5.21 Hubungan Eosinofil Sebelum dan Sesudah Kemoradioterapi
Eosinofil
sebelum
Eosinopenia
Eosinofilia
Normal
Total
Eosinofil sesudah
Eosinopenia Eosinofilia Normal
11
0
4
1
5
2
10
2
10
22
7
20
Total
15
8
22
45
p-value
0.001
Kemungkinan 45% penderita dengan kadar eosinofil normal mengalami
eosinopenia setelah menerima kemoradioterapi 1siklus dan 9% kemungkinan akan
Universitas Sumatera Utara
31
mengalami eosinofilia. Dari tabel di atas juga didapat nilai p-value sebesar 0.001
karena nilai signifikan 0.001 < 0.05 maka terdapat
hubungan antara kadar
limfosit sebelum kemoradioterapi dan sesudah kemoradioterapi. Hal ini saling
mendukung antara kemungkinan yang terjadi dan adanya hubungan antara kadar
eosinofil sebelum dan sesudahnya.
J. Basofil
Adalah leukosit yang paling sedikit jumlahnya. Memiliki struktur yang
mirip dengan sel mast dan sama-sama membentuk dan menyimpan heparin yang
berfungsi sebagai antikoagulasi dan mempercepat pembersihan partikel lemak
dari darah setelah konsumsi asupan berlemak dan histamin berfungsi sebagai
reaksi alergi. Dikatakan tidak normal jika kadar basofil >1.
Tabel 5.22 Keadaan Basofil Sebelum dan Sesudah Kemoradioterapi
Basofil
Sebelum
Normal
Tidak normal
Normal
Tidak normal
Sesudah
TOTAL
Frekuensi
43
2
44
1
45
Persentase (%)
95.6
4.4
97.8
2.2
100
Sebanyak 95.6% dari seluruh penderita karsinoma nasofaring memiliki kadar
basofil yang normal dan 4.4% tidak normal. Dan sesudah di berikan
kemoradioterapi terdapat 97.8% dari seluruh penderita karsinoma nasofaring
memiliki kadar basofil normal dan 2.2% tidak normal.
Tabel 5.23 Hubungan Basofil Sebelum dan Sesudah Kemoradioterapi
Basofil
sebelum
Total
Normal
Tidak
normal
Basofil sesudah
Normal
Tidak normal
42
1
Total
43
2
0
2
44
1
52
p-value
0.827
Hanya 2% kemungkinan akan terjadi peningkatan basofil setelah di berikan
kemoradioterapi, hal ini juga didukung dengan angka p-value yaitu sebesar 0.827
Universitas Sumatera Utara
32
karena nilai signifikan 0.827 >(0.05) maka tidak ada hubungan antara kadar
limfosit sebelum kemoradioterapi dan sesudah kemoradioterapi.
5.2 Pembahasan
Berdasarkan frekuensi umur yang paling sering adalah kelompok umur 41-50
tahun, jenis kelamin paling banyak adalah penderita laki-laki sesuai dengan teori
yang ada, bahwa penderita terbanyak karsinoma nasofaring adalah laki-laki dengan
perbandingan 2:1 dan karsinoma nasofaring dapat terkena pada semua umur dengan
kemungkinan meningkat pada umur 30 tahun dan memuncak pada umur 40-50 tahun
24,25,26
. Gambaran histopatologi yang tersering adalah non-keratinizing cell
carcinoma. Didukung dengan hasil penelitian oleh J.K.C Chan et al di Hongkong
persentase keratinizing squamous cell carcinoma 1%, non keratinizing cell
carcinoma 99% di Singapura keratinizing squamous cell carcinoma 17%, nonkeratinizing cell carcinoma 83% dan di Amerika Serikat persentase keratinizing cell
carcinoma 25%, dan non-keratinizing cell carcinoma 75%.
Dari hasil penelitian ini diperoleh penerunan kadar hemoglobin sesudah
memperoleh kemoradioterapi 1 siklus adalah 4 orang. Pada pemberian
kemoradioterapi pada pasien karsinoma nasofaring dapat terjadi penurunan kadar
hemoglobin dalam darah18. Menurut International Society of Oncology and
BioMarker dengan penelitian mengenai hemoglobin sebelum kemoradioterapi dan
penurunan yang terjadi setelahnya menentukan prognosis mendukung dari hasil
yang di dapat pada penelitian ini.
Dan untuk kadar eritrosit pada penelitian ini diperoleh kadar eritrosit
setelah memperoleh kemoradioterapi 1 siklus adalah 37 penderita yang
mengalami penurunan kadar eritrosit. Nilai p-value dari eritrosit adalah 0.001
yang menyatakan adanya hubungan kadar eritrosit sebelum dan sesudah
kemoradioterapi. Dimana kita ketahui komponen eritrosit salah satunya
hemoglobin, maka ketika terjadi penurunan salah satu antara eritrosit atau
hemoglobin maka keduanya akan terjadi penurunan.
Kadar leukosit
pada
penelitian ini diperoleh setelah menerima
kemoradioterapi 1 siklus adalah 5 penderita leukopenia, dan 6 penderita
Universitas Sumatera Utara
33
leukositosis. Hal ini sesuai dengan sumber yang menyatakan leukopenia adalah
hal yang biasa terjadi pada kasus karsinoma nasofaring yang di berikan
kemoradioterapi11. Namun dalam perhitungan p-value dari leukosit adalah 0.626
yang merupakan interpretasi tidak ada hubungan kadar leukosit sebelum dan
sesudah kemoradioterapi.
Kadar hematokrit pada penelitian ini diperoleh setelah menerima
kemoradioterapi 1 siklus adalah 38 orang yang memiliki kadar hematokrit di luar
batas normal. Hal ini dapat terjadi karena terjadi gangguan juga pada eritrosit dan
hemoglobin. Dimana yang kita ketahui hematokrit adalah komponen dari eritrosit.
Nilai p-value dari hematokrit adalah 0.146 yang menginterpretasikan tidak ada
hubungan antara kadar hematokrit sebelum kemoradioterapi dan sesudah
kemoradioterapi.
Kadar trombosit pada penelitian ini diperoleh setelah menerima
kemoradioterapi 1 siklus adalah 3 orang mengalami trombositopenia, 1 orang
trombositosis. Hal ini dapat terjadi karena penderita karsinoma nasofaring yang
menerima kemoradioterapi atau kemoterapi saja dapat menginduksi myelosupresi
yang menyebabkan trombositopenia 20. Selain itu nilai p-value yang terdapat pada
0.001 yang menginterpretasikan terdapat hubungan kadar trombosit sebelum dan
sesudah kemoradioterapi. Hal ini mendukung teori yang ada.
Kadar neutrofil pada penelitian ini diperoleh setelah menerima
kemoradioterapi 1 siklus adalah 12 orang neutrositosis, dimana sebelum
menerima paparan kemoradioterapi terdapat 1 orang neutropenia dan 10 orang
neutrositosis. Sedangkan teori yang ada adalah dimana akan terjadi neutropenia
karena efek myelosupresi pada penderita karsinoma nasofaring yang diberikan
kemoradioterapi
15
. Nilai p-value yang terdapat pada neutrofil adalah 0.051 yang
menginterpretasikan tidak ada hubungan antara kadar neutrofil sebelum dan
sesudah kemoradioterapi.
Kadar
limfosit
pada
penelitian
ini
diperoleh
setelah menerima
kemoradioterapi 1 siklus adalah 30 orang mengalami limfopenia. Hal ini
disebabkan karena limfosit adalah salah satu komponen leukosit, pada keadaan ini
penderita mengalami leukopenia, kemungkinan karna faktor tersebut penderita
Universitas Sumatera Utara
34
juga mengalami limfopenia. Hal ini di dukung dengan nilai p-value dari limfosit
adalah 0.001 yang menginterpretasikan terdapat hubungan antara kadar limfosit
sebelum dan sesudah kemoradioterapi.
Kadar monosit di dapat pada penelitian ini setelah menerima
kemoradioterapi 1 siklus adalah 2 orang monositopenia , 14 orang monositosis.
Hal ini kemungkinan disebabkan karena pada awal masa terbentuknya kanker sel
monosit yang akan menjadi makrofag akan berusaha melawan sel kanker yang
ada, maka efek kompensasi tubuh adalah memproduksi monosit lebih banyak dan
setelah mengalami paparan kemoradioterapi selain efek dari myelosupresi yang
menyebabkan produksi terhambat , kemoradioterapi juga menyebabkan lisis nya
sel sel non kanker yang ada pada tubuh penderita. Nilai p-value dari monosit
adalah 0.004 yang menginterpretasikan ada hubungan antara kadar monosit
sebelum dan sesudah kemoradioterapi.
Kadar eosinofil setelah diberikan kemoradioterapi 1 siklus adalah 22 orang
mengalami eosinopenia dan 7 orang eosinofilia. Sedangkan sebelum diberikan
paparan terdapat 15 orang mengalami eosinopenia, dan 8 orang eosinofilia. Dan
nilai p-value dari eosinofil adalah 0.001 yang menginterpretasikan terdapat
hubungan antara kadar eosinofil sebelum dan sesudah kemoradioterapi.
Sedangkan untuk kadar basofil yang didapat setelah kemoradioterapi adalah 1
orang yang memiliki kadar basofil yang tidak normal yang sebelum diberikan
paparan terdapat 2 orang yang memiliki kadar basofil yang tidak normal. Nilai pvalue dari basofil adalah 0.827 yang menginterpretasikan tidak ada hubungan
antara kadar basofil sebelum kemoradioterpi dan sesudah kemoradioterapi.
Universitas Sumatera Utara
35
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dari data yang diperoleh, adapun kesimpulan
yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Terdapat 45 kasus pada tahun 2015 dengan diagnosa karsinoma nasofaring
yang menerima pengobatan kemoradioterapi dari siklus 1 di RSUP Haji
Adam Malik Medan. Kelompok usia dengan frekuensi tertinggi adalah
umur 41-50 tahun. Tipe sel karsinoma nasofaring dengan frekuensi
tertinggi adalah non-keratinizing cell carcinoma. Berdasarkan jenis
kelamin dengan frekuensi tertinggi yang menderita karsinoma nasofaring
adalah laki-laki
2. Terjadi penurunan kadar hemoglobin, leukosit, eritrosit, trombosit setelah
di berikan kemoradioterapi siklus yang pertama
3. Terdapat hubungan antara kadar eritrosit, trombosit, limfosit, monosit dan
eosinofil sebelum dan sesudah kemoradioterapi.
6.2 Saran
1. Perlunya penyimpanan hasil pemeriksaan penunjang pada rekam medis yang
lebih baik lagi dari segala aspek, karena rekam medis yang berisi setiap
riwayat yang terjadi pada pasien.
2. Perlu dilakukan penelitian tentang efek pada hematologi yang terjadi pada
penderita karsinoma nasofaring di RSUP lainnya yang diharapkan dalam
mendukung perkembangan ilmu kedokteran dalam memberikan terapi lebih
lanjut.
3. Peneliti merasa perlu dilakukannya edukasi pada masyarakat tentang
karsinoma nasofaring, karena tinggi-nya angka kejadian yang ada, selain itu
juga deteksi lebih dini pada kasus ini juga tentu memberikan prognosis yang
lebih baik.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3
KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESA
3.1. Kerangka Teori
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dibahas, maka kerangka teori dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gejala Klinis :
- Rasa penuh pada
telinga - Tinitus Gangguan
pendengaranEpistaksis Hidung tersumbatDiplopia
Karsinoma
nasofaring
Penegakan diagnosa
dengan biopsi
Gambaran
darah
tepi
sebelum kemoradioterapi
(leukosit,trombosit,eritrosit,
hemoglobin eosinofil,
Basofil, neutrofil,
Limfosit,
Monosit.
Kemoradioterapi
Penurunan
Berat badan
Gangguan
penciuman
Gangguan
pada sumsum
tulangtulang
Gangguan
pada saluran
cerna
Gambaran darah tepi
sesudah kemoradioterapi
(leukosit,trombosit,eritro
sit,
hemoglobin,eosinofil,
Basofil, neutrofil,
Limfosit,
Monosit.
Gambar 3.1. Kerangka Teori Penelitian
Variabel yang diteliti
Variabel yang tidak diteliti
Universitas Sumatera Utara
15
3.2. Kerangka Konsep
Variabel independen
variabel dependen
leukosit
eritrosit
Trombosit
hemoglobin
Karsinoma nasofaring
kemoradioterapi
eosinofil
basofil
neutrofil
limfosit
umur
Jenis kelamin
Gambaran
histopatologi
Gambar 3.2. Kerangka Konsep Penelitian
Universitas Sumatera Utara
16
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif analitik. Pendekatan
digunakan pada desain penelitian ini adalah Cross-sectional. Dan analisa yang
digunakan adalah pearson chi-square.
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
4.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUP.H.Adam Malik . Lokasi yang dipilih adalah
Departemen THT RSUP.H.Adam Malik Medan.
4.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini berlangsung selama lebih kurang 6 bulan yang berlangsung
sejak bulan Juli 2016 hingga Desember 2016.
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian
4.3.1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah pasien-pasien karsinoma nasofaring yang di
rawat inap dan mendapatkan pengobatan kemoradioterapi yang berada di
RSUP.H.Adam Malik Medan Departemen SMF/THT-KL bulan januari 2015desember 2015.
4.3.2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah subyek yang diambil dari populasi pasien
karsinoma nasofaring di RSUP.H. Adam Malik Medan di Departemen THT-KL.
Selain itu, sampel yang akan diambil harus memenuhi kriteria inklusi serta tidak
termasuk dalam kriteria eksklusi selama penelitian berlangsung.
Universitas Sumatera Utara
17
Adapun kriteria inklusi dan eksklusi dalam pemilihan sampel penelitian ini
adalah :
1 .Kriteria Inklusi
a.
Penderita yang menjalani biopsi dan mendapatkan kemoradioterapi 1
siklus.
b.
Pasien memiliki data pemeriksaan darah tepi sebelum dan sesudah kemoradioterapi.
c.
Jangka waktu perobatan pada tahun 2015
d.
Penderita dengan distribusi umur 30-50 tahun.
2. Kriteria Eksklusi
Data rekam medis tidak lengkap (misalnya identitas pasien tidak lengkap,
hasil pemeriksaan darah tidak lengkap,dll).
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah total sampling dengan
mengambil seluruh data rekam medis penderita karsinoma nasofaring yang
mendapatkan pengobatan kemoradioterapi di RSUP.H.Adam Malik tahun 2015.
Dimana total sampel yang akan digunakan adalah 321 sampel.
4.4. Metode Pengumpulan Data
4.4.1.Data Primer
Pada penelitian ini tidak digunakan data primer .
4.4.2 Data Sekunder
Data sekunder pada penelitian ini adalah data rekam medis. Data yang di
ambil adalah hasil pemeriksaan darah tepi sebelum dan sesudah kemoradioterapi,
gambaran histopatologi, jenis kelamin dan usia dari
penderita karsinoma
nasofaring.
4.4.3. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah rekam medis.
Universitas Sumatera Utara
18
4.5. Metode Pengolahan dan Analisa Data
4.5.1. Pengolahan data
Pengolahan data dilakukan dengan langkah – langkah sebagai berikut: (1)
editing, dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan data; (2) coding,
data yang telah terkumpul dikoreksi, kemudian diberi kode oleh peneliti secara
manual sebelum diolah dengan komputer; (3) entry, data tersebut dimasukkan ke
dalam program komputer; (4) cleaning data, pemeriksaan semua data yang telah
dimasukkan ke dalam komputer guna menghindari terjadinya kesalahan dalam
pemasukan data; (5) saving, penyimpanan data untuk siap dianalisis; dan (6)
analisis data.
4.5.2. Analisa Data
Data kemudian diolah dengan menggunakan progam komputer SPSS
(Statistical Product and Service Solution) dan disajikan dalam bentuk tabel
dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui perbedaan hasil pemeriksaan
darah
tepi
pada
pasien
karsinoma
nasofaring
sebelum
dan
sesudah
kemoradioterapi.
4.6.Definisi operasional
No.
Variabel
1.
Karsinoma
nasofaring
2.
Kemoradioterapi
Definisi
operasional
adalah keadaan
penderita yang
ditegakan
diagnosanya
berdasarkan hasil
biopsi yang
terdapat di rekam
medik.
Adalah pengobatan
kombinasi antara
kemoterapi dan
radioterapi yang
diberikan pada
penderita
karsinoma
nasofaring
Cara
ukur
Observasi
Alat
ukur
Rekam
medik
Observasi
Rekam
medik
Hasil ukur
Tipe1 (I) keratinizing
nasopharyngeal
carcinoma Tipe2 (II)
Non-keratinizing
cell
carcinoma dan Type 3
(III)
Undifferentiated
cell carcinoma.
Skala
ukur
Nominal
Ordinal
Universitas Sumatera Utara
19
No.
Variabel
Definisi operasional
Cara
ukur
Observasi
Alat
ukur
Rekam
medik
3.
Gambaran darah
tepi sebelum dan
sesudah
kemoradioterapi
Adalah pemeriksaan darah
yang dilakukan sebelum
diberikan pengobatan
kemoradioterapi dan
sesudah pengobatan
kemoradioterapi pada
siklus ke-1 yang tediri dari
eritrosit, hemoglobin,
trombosit,leukosit,
yang memiliki komponen
neutrofil,eosinofil,basofil,
monosit dan limfosit.
5.
Distribusi jenis
kelamin
6.
Distribusi usia
Hasil ukur
Jenis kelamin yang tercatat
pada rekam medik
Observasi
Rekam
Medik
Pria ;
Wanita
Nominal
Usia pasien yang tercatat
pada rekam medik
Observasi
Rekam
medik
30-50
Interval
*Eritrosit
3,9-5,6jt/ul
(pria)
4,5-6,5jt/ul
(wanita)
*Hb
11.5-16.5
6.0 (eosinofilia)
80(neutrofilia )
40 (limfositosis)
8(monositosis)
0.05 maka tidak ada hubungan antara kadar
hematokrit sebelum kemoradioterapi dan sesudah kemoradioterapi.
E. Trombosit
Merupakan fragemen sel yang berasal dari megakariosit besar di sumsum
tulang yang berperan penting dalam mengatur homeostasis dalam agregasi.
Dikatakan trombositopenia jika kadar 450.000 trombositosis.
Tabel 5.12 Keadaan Trombosit Sebelum dan Sesudah di Berikan Kemoradioterapi
Trombosit
Sebelum
Sesudah
TOTAL
Normal
Trombositopenia
Trombositosis
Normal
Trombositopenia
Trombositosis
Frekuensi
43
Persentase (%)
95.6
2
41
3
1
45
4.4
91.1
6.7
2.2
100
Berdasarkan tabel 5.12 terlihat bahwa sebelum diberikan kemoradioterapi 1 siklus
94.2% dari seluruh penderita karsinoma nasofaring memiliki kadar trombosit
yang normal dan 4.4% trombositosis. Dan sesudah di berikan kemoradioterapi 1
siklus 91.9% dari seluruh penderita karsinoma nasofaring memiliki kadar
trombosit normal, 6.7% trombositopenia dan 2.2% trombositosis.
Tabel 5.13 Hubungan Trombosit Sebelum dan Sesudah Kemoradioterapi
Trombosit sesudah
Total p-value
Normal Tr.sitopenia Tr.sitosis
Trombosit Normal
40
3
0
43 0.001
sebelum Trombositopenia
0
0
0
0
Trombositosis
1
0
1
2
Total
41
3
1
55
Perhitungan persentase kemungkinan dari penderita karsinoma nasofaring yang
sebelumnya memiliki kadar trombosit yang normal dan menjadi trombositopenia
setelah menerima paparan kemoradioterapi 1 siklus adalah 6%. Dan dari tabel di
atas didapat nilai p-value sebesar 0.082 Karena nilai signifikan 0.001 < 0.05 maka
Universitas Sumatera Utara
27
terdapat hubungan antara kadar trombosit sebelum kemoradioterapi dan sesudah
kemoradioterapi
F. Neutrofil
Merupakan komponen dari leukosit yang berfungsi sebagai fagositik,
merupakan pertahanan pertama dari invasi bakteri dan berperan penting dalam
respon peradangan akut. Keadaan dimana terjadi penurunan kadar neutrofil atau
disebut sebagai neutropenia dapat terjadi pada pasien yang mendapatkan regimen
kemoterapi tertentu dan pasca transplantasi sumsum tulang. Dikatakan
neutropenia adalah kadar 80.
Tabel 5.14 Keadaan Neutrofil Sebelum dan Sesudah di Berikan Kemoradioterapi
Neutrofil
Sebelum
Sesudah
Neutropenia
Neutrositosis
Normal
Neutropenia
Neutrositosis
Normal
TOTAL
Frekuensi
1
8
36
Persentase (%)
2.2
17.8
80
12
33
45
26.7
73.3
100
Terdapat 80% dari seluruh penderita karsinoma nasofaring memiliki kadar
neutrofil normal, 17.8% neutrositosis, 2.2% neutropenia. Dan sesudah diberikan
kemoradioterapi 1 siklus 73.3% dari seluruh penderita karsinoma nasofaring
memiliki kadar neutrofil normal dan 26.7% mengalami neutrositosis.
Tabel 5.15 Hubungan Neutrofil Sebelum dan Sesudah Kemoradioterapi
Neutrofil
sebelum
Total
Neutropenia
Neutrositosis
Normal
Neutrofil sesudah
Neutrositosis
Normal
1
0
4
4
7
29
12
33
Total p-value
1
8 0.051
36
45
Kemungkinan untuk penderita yang memiliki kadar neutrofil normal sebelum
kemoradioterapi dan mengalami neutrositosis setelahnya adalah 19.4%. Dan dari
tabel di atas didapat nilai p-value sebesar 0.051 Karena nilai signifikan 0.051 >
Universitas Sumatera Utara
28
0.05
maka
tidak
terdapat
hubungan
antara
kadar
neutrofil
sebelum
kemoradioterapi dan sesudah kemoradioterapi.
G. Limfosit
Berfungsi dalam menghasilkan pertahanan imun. Terdapat 2 jenis limfosit,
limfosit B dan T. Limfosit B menghasilkan antibodi yang beredar di peredaran
pembuluh darah yang bekerja dalam destruksi benda asing tertentu misalnya
bakteri. Limfosit T tidak menghasilkan antibodi tetapi menghancurkan sel sel
sasaran spesifik yang dikenal sebagai respon imun yang diperantarai sel. Sel yang
menjadi sasarannya adalah virus dan sel kanker. Limfosit juga berperan penting
dalam peradangan kronik. Dikatakan limfopenia jika kadar 40.
Tabel 5.16 Keadaan Limfosit Sebelum dan Sesudah Kemoradioterapi
Limfosit
Sebelum
Sesudah
Limfopenia
Limfositosis
Normal
Limfopenia
Normal
Limfositosis
TOTAL
Frekuensi
18
Persentase (%)
40
27
30
15
60
66.7
33.3
45
100
Dari 60% dari seluruh penderita karsinoma nasofaring memiliki kadar limfosit
normal dan 66.7% limfopenia. Dan sesudah diberikan kemoradioterapi 1 siklus
33.3% dari seluruh penderita karsinoma nasofaring memiliki kadar neutrofil
normal, dan 66.7% limfopenia .
Tabel 5.17 Hubungan Limfosit Sebelum dan Sesudah Kemoradioterapi
Limfosit
sebelum
Limfopenia
Limfositosis
Normal
Total
Limfosit sesudah
Limfopenia
Normal
17
1
0
0
13
14
30
15
Total
18
1
28
45
p-value
0.001
Universitas Sumatera Utara
29
Kemungkinan 46.4% penderita yang menerima paparan kemoradioterapi yang
kadar limfositnya normal sebelum kemoradioterapi dapat mengalami limfopenia.
Dari tabel di atas didapat nilai p-value sebesar 0.001 karena nilai signifikan 0.001
< 0.05 maka terdapat hubungan antara kadar limfosit sebelum kemoradioterapi
dan sesudah kemoradioterapi.
H. Monosit
Berfungsi untuk fagosit yang sel imaturnya akan berubah menjadi
makrofag( jaringan fagosit besar). Dikatakan monositopenia jika kadar, 8.
Tabel 5.18 Keadaan Monosit Sebelum dan Sesudah Kemoradioterapi
Monosit
Sebelum
Sesudah
Monositopenia
Monositosis
Normal
Monositopenia
Monositosis
Normal
TOTAL
Frekuensi
1
28
16
2
14
29
45
Persentase (%)
2.2
62.2
35.6
4.4
31.1
64.4
100
Terdapat 35.6% dari seluruh penderita karsinoma nasofaring memiliki kadar
monosit yang normal, 4.4% monositopenia dan 31.1% mengalami monositosis.
Dan sesudah di berikan kemoradioterapi terdapat 64.4% dari seluruh penderita
karsinoma nasofaring memiliki kadar monosit yang normal , 4.4% monositopenia,
31.1% mengalami monositosis.
Tabel 5.19 Hubungan Monosit Sebelum dan Sesudah Kemoradioterapi
Monosit Monositopenia
sebelum Monositosis
Normal
Total
Monosit sesudah
Mn.sitopenia Mn.sitosis
0
0
1
14
1
0
2
14
Normal
1
13
15
29
Total
1
28
16
45
p-value
0.014
Universitas Sumatera Utara
30
Sebanyak 5% kemungkinan penderita dapat mengalami monositosis dan
monositopenia setelah menerima paparan kemoradioterapi 1 siklus. Dari tabel di
atas didapat juga nilai p-value sebesar 0.014 karena nilai signifikan 0.014 > 0.05
maka tidak ada hubungan antara kadar limfosit sebelum kemoradioterapi dan
sesudah kemoradioterapi.
I.Eosinofil
Muncul biasanya karena reaksi alergi, infestasi parasite internal. Inflamasi
jaringan, modulasi imun, keganasan dan kelainan endokrin. Dikatakan
eosinopenia jika kadar 6.
Tabel 5.20 Keadaan Eosinofil Sebelum dan Sesudah Kemoradioterapi
Eosinofil
Sebelum
Sesudah
Eosinopenia
Eosinofilia
Normal
Eosinopenia
Eosinofilia
Normal
TOTAL
Frekuensi
15
8
22
22
7
16
45
Persentase (%)
34.6
19.2
46.2
48.9
15.6
35.6
100
Terdapat 46.2% dari seluruh penderita karsinoma nasofaring memiliki kadar
eosinofil yang normal, 34.6% eosinopenia, dan 19.2% eositosis. Dan sesudah di
berikan kemoradioterapi terdapat 35.6% dari seluruh penderita karsinoma
nasofaring memiliki kadar eosinofil yang normal, 48.9% eosinopenia, dan 15.6%
eosinofilia.
Tabel 5.21 Hubungan Eosinofil Sebelum dan Sesudah Kemoradioterapi
Eosinofil
sebelum
Eosinopenia
Eosinofilia
Normal
Total
Eosinofil sesudah
Eosinopenia Eosinofilia Normal
11
0
4
1
5
2
10
2
10
22
7
20
Total
15
8
22
45
p-value
0.001
Kemungkinan 45% penderita dengan kadar eosinofil normal mengalami
eosinopenia setelah menerima kemoradioterapi 1siklus dan 9% kemungkinan akan
Universitas Sumatera Utara
31
mengalami eosinofilia. Dari tabel di atas juga didapat nilai p-value sebesar 0.001
karena nilai signifikan 0.001 < 0.05 maka terdapat
hubungan antara kadar
limfosit sebelum kemoradioterapi dan sesudah kemoradioterapi. Hal ini saling
mendukung antara kemungkinan yang terjadi dan adanya hubungan antara kadar
eosinofil sebelum dan sesudahnya.
J. Basofil
Adalah leukosit yang paling sedikit jumlahnya. Memiliki struktur yang
mirip dengan sel mast dan sama-sama membentuk dan menyimpan heparin yang
berfungsi sebagai antikoagulasi dan mempercepat pembersihan partikel lemak
dari darah setelah konsumsi asupan berlemak dan histamin berfungsi sebagai
reaksi alergi. Dikatakan tidak normal jika kadar basofil >1.
Tabel 5.22 Keadaan Basofil Sebelum dan Sesudah Kemoradioterapi
Basofil
Sebelum
Normal
Tidak normal
Normal
Tidak normal
Sesudah
TOTAL
Frekuensi
43
2
44
1
45
Persentase (%)
95.6
4.4
97.8
2.2
100
Sebanyak 95.6% dari seluruh penderita karsinoma nasofaring memiliki kadar
basofil yang normal dan 4.4% tidak normal. Dan sesudah di berikan
kemoradioterapi terdapat 97.8% dari seluruh penderita karsinoma nasofaring
memiliki kadar basofil normal dan 2.2% tidak normal.
Tabel 5.23 Hubungan Basofil Sebelum dan Sesudah Kemoradioterapi
Basofil
sebelum
Total
Normal
Tidak
normal
Basofil sesudah
Normal
Tidak normal
42
1
Total
43
2
0
2
44
1
52
p-value
0.827
Hanya 2% kemungkinan akan terjadi peningkatan basofil setelah di berikan
kemoradioterapi, hal ini juga didukung dengan angka p-value yaitu sebesar 0.827
Universitas Sumatera Utara
32
karena nilai signifikan 0.827 >(0.05) maka tidak ada hubungan antara kadar
limfosit sebelum kemoradioterapi dan sesudah kemoradioterapi.
5.2 Pembahasan
Berdasarkan frekuensi umur yang paling sering adalah kelompok umur 41-50
tahun, jenis kelamin paling banyak adalah penderita laki-laki sesuai dengan teori
yang ada, bahwa penderita terbanyak karsinoma nasofaring adalah laki-laki dengan
perbandingan 2:1 dan karsinoma nasofaring dapat terkena pada semua umur dengan
kemungkinan meningkat pada umur 30 tahun dan memuncak pada umur 40-50 tahun
24,25,26
. Gambaran histopatologi yang tersering adalah non-keratinizing cell
carcinoma. Didukung dengan hasil penelitian oleh J.K.C Chan et al di Hongkong
persentase keratinizing squamous cell carcinoma 1%, non keratinizing cell
carcinoma 99% di Singapura keratinizing squamous cell carcinoma 17%, nonkeratinizing cell carcinoma 83% dan di Amerika Serikat persentase keratinizing cell
carcinoma 25%, dan non-keratinizing cell carcinoma 75%.
Dari hasil penelitian ini diperoleh penerunan kadar hemoglobin sesudah
memperoleh kemoradioterapi 1 siklus adalah 4 orang. Pada pemberian
kemoradioterapi pada pasien karsinoma nasofaring dapat terjadi penurunan kadar
hemoglobin dalam darah18. Menurut International Society of Oncology and
BioMarker dengan penelitian mengenai hemoglobin sebelum kemoradioterapi dan
penurunan yang terjadi setelahnya menentukan prognosis mendukung dari hasil
yang di dapat pada penelitian ini.
Dan untuk kadar eritrosit pada penelitian ini diperoleh kadar eritrosit
setelah memperoleh kemoradioterapi 1 siklus adalah 37 penderita yang
mengalami penurunan kadar eritrosit. Nilai p-value dari eritrosit adalah 0.001
yang menyatakan adanya hubungan kadar eritrosit sebelum dan sesudah
kemoradioterapi. Dimana kita ketahui komponen eritrosit salah satunya
hemoglobin, maka ketika terjadi penurunan salah satu antara eritrosit atau
hemoglobin maka keduanya akan terjadi penurunan.
Kadar leukosit
pada
penelitian ini diperoleh setelah menerima
kemoradioterapi 1 siklus adalah 5 penderita leukopenia, dan 6 penderita
Universitas Sumatera Utara
33
leukositosis. Hal ini sesuai dengan sumber yang menyatakan leukopenia adalah
hal yang biasa terjadi pada kasus karsinoma nasofaring yang di berikan
kemoradioterapi11. Namun dalam perhitungan p-value dari leukosit adalah 0.626
yang merupakan interpretasi tidak ada hubungan kadar leukosit sebelum dan
sesudah kemoradioterapi.
Kadar hematokrit pada penelitian ini diperoleh setelah menerima
kemoradioterapi 1 siklus adalah 38 orang yang memiliki kadar hematokrit di luar
batas normal. Hal ini dapat terjadi karena terjadi gangguan juga pada eritrosit dan
hemoglobin. Dimana yang kita ketahui hematokrit adalah komponen dari eritrosit.
Nilai p-value dari hematokrit adalah 0.146 yang menginterpretasikan tidak ada
hubungan antara kadar hematokrit sebelum kemoradioterapi dan sesudah
kemoradioterapi.
Kadar trombosit pada penelitian ini diperoleh setelah menerima
kemoradioterapi 1 siklus adalah 3 orang mengalami trombositopenia, 1 orang
trombositosis. Hal ini dapat terjadi karena penderita karsinoma nasofaring yang
menerima kemoradioterapi atau kemoterapi saja dapat menginduksi myelosupresi
yang menyebabkan trombositopenia 20. Selain itu nilai p-value yang terdapat pada
0.001 yang menginterpretasikan terdapat hubungan kadar trombosit sebelum dan
sesudah kemoradioterapi. Hal ini mendukung teori yang ada.
Kadar neutrofil pada penelitian ini diperoleh setelah menerima
kemoradioterapi 1 siklus adalah 12 orang neutrositosis, dimana sebelum
menerima paparan kemoradioterapi terdapat 1 orang neutropenia dan 10 orang
neutrositosis. Sedangkan teori yang ada adalah dimana akan terjadi neutropenia
karena efek myelosupresi pada penderita karsinoma nasofaring yang diberikan
kemoradioterapi
15
. Nilai p-value yang terdapat pada neutrofil adalah 0.051 yang
menginterpretasikan tidak ada hubungan antara kadar neutrofil sebelum dan
sesudah kemoradioterapi.
Kadar
limfosit
pada
penelitian
ini
diperoleh
setelah menerima
kemoradioterapi 1 siklus adalah 30 orang mengalami limfopenia. Hal ini
disebabkan karena limfosit adalah salah satu komponen leukosit, pada keadaan ini
penderita mengalami leukopenia, kemungkinan karna faktor tersebut penderita
Universitas Sumatera Utara
34
juga mengalami limfopenia. Hal ini di dukung dengan nilai p-value dari limfosit
adalah 0.001 yang menginterpretasikan terdapat hubungan antara kadar limfosit
sebelum dan sesudah kemoradioterapi.
Kadar monosit di dapat pada penelitian ini setelah menerima
kemoradioterapi 1 siklus adalah 2 orang monositopenia , 14 orang monositosis.
Hal ini kemungkinan disebabkan karena pada awal masa terbentuknya kanker sel
monosit yang akan menjadi makrofag akan berusaha melawan sel kanker yang
ada, maka efek kompensasi tubuh adalah memproduksi monosit lebih banyak dan
setelah mengalami paparan kemoradioterapi selain efek dari myelosupresi yang
menyebabkan produksi terhambat , kemoradioterapi juga menyebabkan lisis nya
sel sel non kanker yang ada pada tubuh penderita. Nilai p-value dari monosit
adalah 0.004 yang menginterpretasikan ada hubungan antara kadar monosit
sebelum dan sesudah kemoradioterapi.
Kadar eosinofil setelah diberikan kemoradioterapi 1 siklus adalah 22 orang
mengalami eosinopenia dan 7 orang eosinofilia. Sedangkan sebelum diberikan
paparan terdapat 15 orang mengalami eosinopenia, dan 8 orang eosinofilia. Dan
nilai p-value dari eosinofil adalah 0.001 yang menginterpretasikan terdapat
hubungan antara kadar eosinofil sebelum dan sesudah kemoradioterapi.
Sedangkan untuk kadar basofil yang didapat setelah kemoradioterapi adalah 1
orang yang memiliki kadar basofil yang tidak normal yang sebelum diberikan
paparan terdapat 2 orang yang memiliki kadar basofil yang tidak normal. Nilai pvalue dari basofil adalah 0.827 yang menginterpretasikan tidak ada hubungan
antara kadar basofil sebelum kemoradioterpi dan sesudah kemoradioterapi.
Universitas Sumatera Utara
35
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dari data yang diperoleh, adapun kesimpulan
yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Terdapat 45 kasus pada tahun 2015 dengan diagnosa karsinoma nasofaring
yang menerima pengobatan kemoradioterapi dari siklus 1 di RSUP Haji
Adam Malik Medan. Kelompok usia dengan frekuensi tertinggi adalah
umur 41-50 tahun. Tipe sel karsinoma nasofaring dengan frekuensi
tertinggi adalah non-keratinizing cell carcinoma. Berdasarkan jenis
kelamin dengan frekuensi tertinggi yang menderita karsinoma nasofaring
adalah laki-laki
2. Terjadi penurunan kadar hemoglobin, leukosit, eritrosit, trombosit setelah
di berikan kemoradioterapi siklus yang pertama
3. Terdapat hubungan antara kadar eritrosit, trombosit, limfosit, monosit dan
eosinofil sebelum dan sesudah kemoradioterapi.
6.2 Saran
1. Perlunya penyimpanan hasil pemeriksaan penunjang pada rekam medis yang
lebih baik lagi dari segala aspek, karena rekam medis yang berisi setiap
riwayat yang terjadi pada pasien.
2. Perlu dilakukan penelitian tentang efek pada hematologi yang terjadi pada
penderita karsinoma nasofaring di RSUP lainnya yang diharapkan dalam
mendukung perkembangan ilmu kedokteran dalam memberikan terapi lebih
lanjut.
3. Peneliti merasa perlu dilakukannya edukasi pada masyarakat tentang
karsinoma nasofaring, karena tinggi-nya angka kejadian yang ada, selain itu
juga deteksi lebih dini pada kasus ini juga tentu memberikan prognosis yang
lebih baik.
Universitas Sumatera Utara