Pengaruh Leverage, Ukuran Legislatif, Intergovernmental Revenue dan Pendapatan Pajak Daerah Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten Kota di Indonesia Chapter III V

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah asosiatif kausal
yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan yang bersifat sebab
akibat. Unit analisis dalam penelitian adalah semua website resmi pemerintah
daerah di Indonesia. Horizon waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah
studi cross-sectional, yaitu studi yang dilakukan dengan data yang hanya sekali
dikumpulkan, Sekaran (2006).
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penulis mengumpulkan dan menganalisis data-data yang diperlukan dalam
penelitian ini dari berbagai macam sumber seperti dari internet, jurnal-jurnal
ilmiah, buku-buku teks, dan dari berbagai sumber lainnya yang berkaitan dengan
penelitian ini, sehinggga tempat dilakukannya penelitian ini tidak dapat
dinyatakan secara spesifik.

25
Universitas Sumatera Utara

3.3 Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel

yaitu variabel bebas dan variabel terikat.
3.3.1 Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang dapat mempengaruhi variabel terikat
secara positif atau negatif (Sekaran, 2006). Apabila setiap unit kenaikan variabel
bebas diikuti oleh kenaikan variabel terikat maka variabel bebas mempengaruhi
variabel terikat secara positif. Begitu juga sebaliknya, apabila setiap unit
penurunan variabel bebas diikuti oleh penurunan variabel terikat maka variabel
bebas mempengaruhi variabel terikat secara negatif. Didalam penelitian ini,
variabel bebas yang digunakan penulis adalah Leverage, Ukuran Legislatif,
Intergovernmental Revenue, dan Pendapatan Pajak Daerah.
3.3.2 Variabel Terikat
Variabel terikat merupakan variabel yang menjadi fokus utama peneliti di
dalam penelitian ini. Melalui analisis terhadap variabel terikat adalah mungkin
untuk menemukan jawaban atas suatu masalah (Sekaran, 2006). Variabel terikat
dalam penelitian ini adalah Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten/Kota di
Indonesia.
3.4 Defenisi Operasional Variabel
3.4.1 Leverage
Penelitian yang dilakukan Weill (2003) mengungkapkan bahwa leverage
merupakan proporsi yang mengambarkan besarnya utang dari pihak eksternal

dibandingkan dengan modal sendiri. Hal ini mengindikasikan bahwa jika jumlah

26
Universitas Sumatera Utara

utang lebih besar daripada modal sendiri maka hal tersebut menggambarkan
bahwa sumber utama pendanaan entitas tersebut berasal dari pihak eksternal
(Perwitasari, 2010). Penelitian yang dilakukan Haniffa dan Cooke (2005), Miranti
(2009), dan Choiriyah (2010) menggunakan rasio utang terhadap modal sendiri
dalam menghitung leverage. Konsisten dengan penelitian yang dilakukan Cohen
(2006), penelitian ini menggunakan debt to equity dalam mengukur leverage.
Adapun rumus untuk menghitung rasio leverage adalah sebagai berikut:
Rasio Leverage =

����

������

3.4.2 Ukuran Legislatif


Pengawasan atas jalannya pemerintahan dilakukan oleh DPRD. Penelitian
yang dilakukan oleh Afiah (2009) menggunakan jumlah anggota legislatif untuk
menilai pengaruh terhadap sistem informasi akuntansi pemerintah daerah.
Beranjak dari penelitian terdahulu yang dilakukan Afiah (2009), maka peneliti
menggunakan jumlah anggota DPRD dalam mengukur ukuran legislatif.
3.4.3 Intergovernmental Revenue
Intergovernmental Revenue adalah pendapatan yang diterima pemerintah
daerah yang berasal dari sumber eksternal dan tidak memerlukan adanya
pembayaran kembali (Patrick, 2007). Intergovernmental Revenue biasa dikenal
dengan dana perimbangan (Suhardjanto 2010). Proksi dari intergovernmental
revenue dalam penelitian ini menggunakan perbandingan antara total dana
perimbangan dengan total pendapatan. Intergovernmental revenue diukur dengan
proksi yang sama dalam penelitian Patrick (2007).

27
Universitas Sumatera Utara

Pengukuran ini dipilih karena intergovernmental revenue merupakan
bagian dari pendapatan daerah yang berasal dari lingkungan eksternal (luar
kotamadya) dan besarnya ketergantungan pemerintah daerah dari transfer

pemerintah pusat (80% - 98%) (Suhardjanto 2010). Adapun rumus perhitungan
intergovernmental revenue adalah:
Intergovernmental Revenue =

����� ���� �����������

3.4.4 Pendapatan Pajak Daerah

����� ����������

Pendapatan dari pajak daerah digunakan untuk pembiayaan pembangunan
dan untuk diberikan lagi kepada masyarakat. Pendapatan pajak daerah dalam
penelitian ini diukur dari laporan Realisasi APBD masing-masing pemerintah
daerah. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Florida (2008), menunjukkan
bahwa pendapatan pajak daerah mempengaruhi kinerja keuangan pemerintah
daerah.
3.4.5 Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Indonesia
Kinerja merupakan gambaran pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan
dalam mencapai tujuan, visi dan misi suatu organisasi (Bastian, 2006).
Pengukuran kinerja pemerintah daerah dapat diukur dengan menilai efisiensi atas

pelayanan yang diberikan kepada masyarakat (Moore, 2003). Penilaian efisiensi
sangat penting dilakukan karena akan berdampak pada standar hidup masyarakat
(Lorenzo dan Sanchez, 2007). Penghitungan rasio efisiensi didasarkan pada
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hamzah (2009), yaitu:
Efisiensi =

��������� �����������
��������� ����������

Tabel 3.1

28
Universitas Sumatera Utara

N
Variabel
o.
1 Kinerja Keuangan
Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota di

Indonesia (Y)

2

Leverage (X1)

3

Ukuran Legislatif
(X2)

4

Intergovernmental
Revenue (X3)

Defenisi Operasional
Defenisi
Kinerja merupakan
gambaran

pencapaian
pelaksanaan suatu
kegiatan dalam
mencapai tujuan,
visi dan misi suatu
organisasi (Bastian,
2006)
leverage
merupakan
proporsi yang
mengambarkan
besarnya utang dari
pihak eksternal
dibandingkan
dengan modal
sendiri
(Weill,2003)
Dewan Perwakilan
Rakyat (DPRD)
atau anggota

legislatif bertugas
mengawasi
pemerintah daerah
agar pemerintah
daerah dapat
mengalokasikan
anggaran yang ada
untuk dapat
didayagunakan
dengan baik
(Afiah,2009)
Intergovernmental
Revenue adalah
pendapatan yang
diterima
pemerintah daerah
yang berasal dari
sumber eksternal
dan tidak
memerlukan

adanya pembayaran

Indikator
Pengukuran kinerja
pemerintah daerah
dapat diukur
dengan menilai
efisiensi atas
pelayanan yang
diberikan kepada
masyarakat
(Moore, 2003).
Rasio Leverage =
����

Skala
Rasio

Rasio


������

(Cohen, 2006)

Ukuran Legislatif
dapat diukur
dengan melihat
banyaknya jumlah
anggota legislatif
(Afiah,2009)

Rasio

Intergovernmental
Revenue =

Rasio

����� ���� �����������
����� ����������


(Suhardjanto et al.,
2010)

29
Universitas Sumatera Utara

5

Pendapatan Pajak
Daerah (X4)

kembali (Patrick,
2007)
Pendapatan dari
pajak daerah
digunakan untuk
pembiayaan
pembangunan dan
untuk diberikan
lagi kepada
masyarakat
(Florida,2008)

Pendapatan pajak
daerah dalam
penelitian ini
diukur dari laporan
Realisasi APBD
masing-masing
pemerintah daerah
(Florida,2008)

Rasio

3.5 Populasi dan Sampel
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh pemerintahan daerah yang
ada di Indonesia yang berjumlah 548 yang terdiri atas 34 pemerintahan
provinsi, 98 pemerintahan kota, dan 416 pemerintahan kabupaten. Sampling
adalah proses pengambilan sebagian elemen dari suatu populasi sebagai wakil
dari populasi tersebut. Besaran sampel yang tepat untuk penelitian adalah
lebih besar dari 30 dan kurang dari 500 (Sekaran, 2006).
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode
purposive sampling, yaitu metode pemilihan sampel berdasarkan kriteriakriteria tertentu (Daulay, 2010). Adapun kriteria pengambilan sampel adalah
sebagai berikut :
1. Pemerintah Daerah memilik website resmi pemerintah daerah.
2. Data variabel Ukuran Legislatif dari masing-masing daerah
tersedia lengkap di website KPU.
3. Pemerintahan daerah mempublikasikan secara lengkap informasi
keuangan daerahnya pada website resmi pemerintah daerah.
3.6 Jenis dan Sumber Data

30
Universitas Sumatera Utara

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif
dengan sumber data sekunder. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka
atau bilangan, sedangkan data sekunder adalah sumber data penelitian yang
diperoleh secara tidak langsung dengan melalui media perantara. Periode data
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tahun 2014. Data variabel dependen
yaitu Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Indonesia yang
dapat dilihat dari ketersediaan informasi keuangan yang lengkap yang terdapat
pada website resmi pemerintah daerah dan diperoleh dengan mengamati secara
langsung. Data variabel independen yaitu, Leverage, Intergovernmental Revenue
dan Pendapatan Pajak Daerah di dapat dari website resmi pemerintah daerah
sedangkan data Ukuran Legislatif di dapat dari website resmi KPU.
3.7 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
studi pustaka dan studi dokumentasi. Data-data dan teori dalam penelitian ini
diperoleh dari literatur, artikel, dan hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan
penelitian dan landasan teori. Data juga diperoleh dari studi dokumentasi yang
dilakukan dengan menggunakan data sekunder baik dari lembaga yang
mengeluarkan data tersebut dan juga melalui internet.
3.8 Metode Analisis
Adapun pengujian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
3.8.1 Analisis Deskriptif

31
Universitas Sumatera Utara

Analisis deskriptif digunakan untuk menghasilkan gambaran dari data
yang telah terkumpul. Analisis deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini
adalah nilai rata-rata (mean), maksimum, minimum, dan standar deviasi.
3.8.2 Uji Asumsi Klasik
Penggunaan uji asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui dan menguji
kelayakan atas model regresi yang digunakan pada penelitian ini. Tujuan lainnya
untuk memastikan bahwa di dalam model regresi yang digunakan mempunyai
data

yang

terdistribusikan

secara

normal,

bebas

dari

autokorelasi,

heterokedistisitas serta multikolinearitas
.
3.8.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel bebas, dan variabel terikat memiliki distribusi normal dan tidak. Model
regresi yang baik adalah memiliki distribusi data secara normal atau mendekati
normal (Ghozali, 2005) untuk menguji normalitas data dapat dilakukan dengan
dua cara, yang pertama dengan melihat grafik normal probability plot dasar
pengambilan keputusan dari tampilan grafik normal probability plot yang
mengacu pada Imam Ghozali (2005),
yaitu:
1. Jika data (titik) menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah
garis diagonal, berarti menunjukkan pola distribusi yang normal sehingga
model regresi dapat memenuhi asumsi normalitas.

32
Universitas Sumatera Utara

2. Jika data (titik) menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti
arah garis diagonal berarti tidak menunjukkan pola distribusi normal
sehingga model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
Pengujian normalitas yang lain yang lebih baik dilakukan adalah dengan
menggunakan analisis statistik. Pengujian ini digunakan untuk menguji
normalitas residual suatu model regresi adalah dengan menggunakan uji
Kolmogorov-Smirnov. Dalam uji Kolmogorov-Smirov, suatu data dikatakan
normal apabila nilai Asympotic Significant lebih dari 0,05 (Hair 1998). Dasar
pengambilan keputusan dalam uji K-S adalah:
1. Apabila probabilitas nilai 2 uji K-S tidak signifikan < 0,05 secara statistik
maka Ho ditolak, yang berarti data terdistribusi tidak normal.
2. Apabila probabilitas nilai 2 uji K-S signifikan > 0,05 secara statistik Ho
diterima, yang berarti data terdistribusi normal.
Dalam penelitian ini akan digunakan uji Kolmogorov-Smirnov untuk
mengetahui apakah data yang digunakkan sudah berdistribusi secara normal atau
tidak. Dan untuk mendukung hasil uji Kolmogorov-Smirnov peneliti juga
melakukan uji grafik terhadap data.
3.8.2.2 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi
linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada suatu periode dengan
periode sebelumnya. Masalah autokorelasi sering ditemukan pada data runtut
waktu atau time series karena gangguan pada suatu perusahaan cenderung
mempengaruhi gangguan pada perusahaan yang sama pada periode berikutnya.

33
Universitas Sumatera Utara

Sedangkan pada data cross-section, masalah autokorelasi relatif jarang terjadi
karena gangguan pada observasi yang berbeda berasal dari perusahaan yang
berbeda.
Penelitian ini menggunakan data time series dan data cross-section yang
dikombinasikan melalui model panel data, sehingga dimungkinkan tidak terjadi
masalah autokorelasi. Untuk mengetahui apakah terjadi masalah autokorelasi
maka dilakukan uji Durbin-Waston (DW test) Gujarati (2003).
Alat analisis yang digunakan adalah uji Durbin-Watson Statistik dengan
ketentuan:
1. Bila nilai Durbin-Watson (DW) terletak antara batas atas atau Upper
Bound (DU) dan 4-DU, makan koefisien autokorelasi sama dengan nol,
berarti tidak ada autokorelasi.
2. Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau Lower Bound
(DL), maka koefisien autokorelasi lebih besar dari nol, berarti ada
autokorelasi positif.
3. Bila nilai DW lebih besar daripada (4-DL), maka koefisien autokorelasi
lebih kecil dari nol, berarti ada autokorelasi negatif.
4. Bila nila DW terletak diantara batas atas (DU) dan batas bawah (DL)
atau DW terletak antara (4-DU) dan (4-DL), maka hasilnya tidak dapat
disimpulkan.
3.8.2.3 Uji Heterokedastisitas
Uji heteroskedastisitas adalah salah satu asumsi klasik sebagai prasyarat
melakukan analisis regresi. Uji heteroskedastisitas ini bisa dilihat berdasarkan

34
Universitas Sumatera Utara

scatterplot, tetapi tes heteroskedastisitas menggunakan scatterplot sangat lemah
karena hanya mengandalkan analisis visual. Untuk mendapatkan kepastian perlu
uji hipotesis yaitu menggunakan uji glejser.
3.8.2.4 Uji Multikolonieritas
Uji Multikolinearitas bertujuan menguji apakah model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Salahsatu cara
untuk mendeteksinya dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF). Nilai
cut-off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah
apabila

Tolerance>10

nilai

(Ghozali,

2007).

Ketentuan

dalam

uji

multikolinearitas:
- Jika nilai Tolerance > 0,10 dan VIF < 10, maka dapat diartikan bahwa
tidak terdapat multikolinearitas pada penelitian tersebut
- Jika nilai Tolerance < 0,10 dan VIF > 10, maka dapat diartikan bahwa
terjadi gangguan multikolinearitas pada penelitian tersebut.
3.8.3 Uji Hipotesis
3.8.3.1 Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh antara
variabel bebas dalam mempengaruhi variabel tidak bebas secara bersama-sama
ataupun secara parsial. Persamaan regresi dengan linier berganda dalam penelitian
ini adalah:
Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + e
Keterangan:

35
Universitas Sumatera Utara

Y

= Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di
Indonesia

a

= konstanta

b1 = koefisien variabel Leverage
b2 = koefisien variabel Ukuran Legislatif
b3 = koefisien variabel Intergovernmental Revenue
b4 = koefisien variabel Pendapatan Pajak Daerah
X 1 = Leverage
X 2 = Ukuran Legislatif
X 3 = Intergovernmental Revenue
X 4 = Pendapatan Pajak Daerah
e

= Error

3.8.3.2 Uji Statistik F (F-test)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas
yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama
terhadap variabel dependen (Ghozali, 2005). Jika probabilitas (signifikasi) lebih
besar dari 0,05 maka variabel bebas secara bersama-sama tidak berpengaruh
terhadap variabel terikat jika probabilitas lebih kecil 0,05 maka variabel bebas
secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel terikat.
3.8.3.3 Uji Statstik t (T-test)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel

36
Universitas Sumatera Utara

dependen (Ghozali, 2005). Dalam pengolahan data menggunakan program
komputer SPSS, pengaruh secara individual ditunjukkan dari nilai signifikan uji t.
Hipotesis dirumuskan sebgai berikut:
-

H0 : Xi = 0, artinya tidak ada pengaruh secara signifikan dari variabel
independen terhadap variabel dependen.

-

H0 : Xi = 0, artinya ada pengaruh secara signifikan dari variabel
independen terhadap variabel dependen.
Penerimaan atau penolakan hipotesis dalam suatu penelitian dapat

dilakukan dengan kriteria sebagai berikut:
1.

Jika nilai signifikansi t statistik > 0.05, maka H0 diterima. Hal ini
berarti bahwa suatu variabel independen secara individual tidak
mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen.

2.

Jika nilai signifikansi t statistik < 0.05, maka H0 ditolak. Hal ini berarti
bahwa suatu variabel independen secara individual mempengaruhi
variabel dependen.

3.8.3.4 Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) mengukur seberapa jauh kemampuan model
dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2005). Nilai R2
mempunyai interval antara 0 sampai 1. Semakin besar R2 (mendekati 1), semakin
baik hasil untuk model regresi tersebut dan semakin mendekati 0, maka variabel
independen secara keseluruhan tidak dapat menjelaskan variabel dependen
(Sulaiman, 2004),

37
Universitas Sumatera Utara

Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel dalam
menjelaskan variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati 1 berarti
variabel-variabel independen memberikan semua informasi yang dibutuhkan
untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2005).

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah 45 Kabupaten dan Kota di Indonesia
yang telah diterpilih berdasarkan metode purposive sampling, yaitu metode
pemilihan sampel

berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Adapun kriteria

pengambilan sampel adalah sebagai berikut:
1. Pemerintah Daerah memilik website resmi pemerintah daerah.
2. Data variabel ukuran legislatif dari masing-masing daerah tersedia
lengkap di website KPU.

38
Universitas Sumatera Utara

3. Pemerintahan daerah mempublikasikan secara lengkap informasi
keuangan daerahnya pada website resmi pemerintah daerah.

No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

Tabel. 4.1
Sampel Penelitian
Kabupaten/Kota
Kulon Progo
Kota Padang
Kota Solok
Kabupaten Seruyan
Bukit Tinggi
Kabupaten Pasaman
Kabupaten Bangka
Kota Malang
Kabupaten Jembrana
Kabupaten Bangka Tengah
Makassar
Kabupaten Wonosobo
Kota Payukumbu
Tangerang Selatan
Kabupaten Aceh Utara
Kabupaten Bintan
Kabupaten Lombok Utara
Kabupaten Merangin
Kota Palembang
Kabupaten Tanjung Jabung Barat
Kota Bogor
Kota Surabaya
Kota Magelang
Kabupaten Nagan Raya
Kota Pekanbaru
Kabupaten Sidoarjo
Kabupaten Tegal
Kabupaten Natuna
Kabupaten Demak
Kabupaten Purworejo

39
Universitas Sumatera Utara

31 Kabupaten Labuhanbatu
32 Kota Tangerang Selatan
33 Kabupaten Padang Pariaman
34 Kabupaten Sampang
35 Kabupaten Blora
36 Kabupaten Maluku Tenggara
37 Kabupaten Sleman
38 Kabupaten Kudus
39 Kabupaten Manggarai Barat
40 Kabupaten Cilacap
41 Kabupaten Bandung
42 Kabupaten Kebumen
43 Kabupaten Musi Banyuasin
44 Kabupaten Waringin Timur
45 Kota Tarakan
Sumber: Hasil pengolahan data, 2016
Berdasarkan data yang telah diperoleh terdapat 45 Kabupaten dan Kota di
Indonesia yang menjadi sampel dalam penelitian ini, sehingga jumlah observasi
penelitian ini adalah 45. Keseluruhan pengolahan data dalam penelitian ini
menggunakan bantuan Software SPSS.
4.2 Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk menghasilkan gambaran dari data
yang telah terkumpul. Analisis deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini
adalah nilai rata-rata (mean), maksimum, minimum, dan standar deviasi.
Tabel 4.2
Hasil Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N

Minimum

Maximum

Mean

Std. Deviation

Leverage

45

.00

.03

.0054

.00752

Ukuran Legislatif

45

19.00

50.00

39.0444

8.74371

40
Universitas Sumatera Utara

Intergovernmental Revenue

45

.48

.94

.7382

.10792

Pendapatan Pajak

45

21.49

28.52

24.8135

1.73428

Kinerja Keuangan

45

.01

1.24

.9116

.24354

Valid N (listwise)

45

Sumber: Hasil pengolahan data dengan SPSS, 2016
Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat dilihat variabel leverage memiliki nilai
minimum 0.00 dan nilai maksimum 0.03. Nilai mean untuk leverage yaitu sebesar
0.0054 dan nilai Std. Deviation 0.00752 dengan total pengamatan sebanyak 45
sampel.
Variabel ukuran legislatif memiliki nilai minimum 19 dan nilai maksimum
50. Nilai mean untuk ukuran legislatif yaitu sebesar 39.044 dan nilai Std.
Deviation 8.74371 dengan total pengamatan sebanyak 45 sampel.
Variabel intergovernmental revenue memiliki nilai minimum 0.48 dan
nilai maksimum 0.94. Nilai mean untuk intergovernmental revenue yaitu sebesar
0.738 dan nilai Std. Deviation 0.10792 dengan total pengamatan sebanyak 45
sampel.
Variabel pendapatan pajak memiliki nilai minimum 21.49 dan nilai
maksimum 28.52 Nilai mean untuk pendapatan pajak yaitu sebesar 24.8135 dan
nilai Std. Deviation 1.73428 dengan total pengamatan sebanyak 45 sampel.
Variabel kinerja keuangan memiliki nilai minimum 0.01 dan nilai
maksimum 1.24 Nilai mean untuk kinerja keuangan yaitu sebesar 0.9116 dan nilai
Std. Deviation 0.24354 dengan total pengamatan sebanyak 45 sampel.
4.3 Uji Asumsi Klasik

41
Universitas Sumatera Utara

Uji asumsi klasik dilakukan untuk memastikan bahwa dalam penelitian ini
tidak terdapat multikolinearitas, autokorelasi dan heteroskedastisitas, serta data
yang dihasilkan memiliki distribusi normal. Apabila tidak dijumpai adanya
multikolinearitas, autokorelasi dan heteroskedastisitas, maka asumsi klasik telah
terpenuhi.
4.3.1 Uji Normalitas
Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji
One Sample Kolmogorov-Smirnov Test. Dalam uji One-Sample KolmogorovSmirnov Test, suatu data dikatakan memiliki distribusi normal jika nilai signifikasi
atau nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar dari 0.05. Jadi, pengambilan
keputusan dalam test ini berdasarkan:
1. Jika hasil One-Sample Kolmogorov-Smirnov diatas tingkat signifikansi
0,05 menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tersebut
memenuhi asumsi normalitas.
2. Jika hasil One Sample Kolmogorov-Smirnov dibawah tingkat
signifikansi 0.05 tidak menunjukkan pola distribusi tidak normal, maka
model regresi tersebut tidak memenuhi asumsi normalitas.
Hasil Uji Normalitas disajikan pada Tabel 4.2 sebagai berikut.
Tabel 4.3
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N
Normal Parametersa,,b

45
Mean
Std. Deviation

.0000000
.19506961

42
Universitas Sumatera Utara

Most Extreme Differences

Absolute

.187

Positive

.122

Negative

-.187

Kolmogorov-Smirnov Z

1.257

Asymp. Sig. (2-tailed)

.085

a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

Sumber: Hasil pengolahan data dengan SPSS, 2016
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0.085
lebih besar dari 0.05. Jadi dapat disimpulkan bahwa data yang diuji dalam
penelitian ini berdistribusi normal. Selain hasil one-sample Kolmogorov Smirnov
test, penulis juga menampilkan hasil uji normalitas dengan menggunakan uji
grafik untuk mendukung hasil dari one-sample Kolmogorov Smirnov test.

43
Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.1
Hasil Uji Grafik
Jika distribusi data adalah normal, maka garis yang menggambarkan data
sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya. Dilihat dari Gambar 4.1 diatas,
pada hasil uji grafik menggunakan P-P plot terlihat bahwa titik-titik menyebar
disekitar garis diagonal dan penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Grafik
ini menunjukan bahwa model regresi layak dipakai karena memenuhi asumsi
normalitas.

44
Universitas Sumatera Utara

4.3.2 Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah dalam suatu model
regresi linier terdapat korelasi antara pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pada periode t-1 (sebelumnya). Alat analisis yang digunakan adalah uji Durbin
Watson Statistik dengan ketentuan:
1. Bila nilai Durbin Watson (DW) terletak antara batas atas atau Upper
Bound (DU) dan 4 – DU, makan koefisien autokorelasi sama dengan
nol, berarti tidak ada autokorelasi.
2. Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau Lower Bound
(DL), maka koefisien autokorelasi lebih besar dari nol, berarti ada
autokorelasi positif.
3. Bila nilai DW lebih besar daripada (4-DL), maka koefisien
autokorelasi lebih kecil dar nol, berarti ada autokorelasi negatif.
4. Bila nila DW terletak diantara batas atas (DU) dan batas bawah (DL)
atau DW terletak antara (4-DU) dan (4-DL), maka hasilnya tidak
dapat disimpulkan.
Dalam penelitian ini karena menggunakan n=45, k=5 sehingga sesuai dengan
tabel Durbin Watson pada level of signifikansi 0.05 diketahui dl = 1.2874 du =
1.7762, 4-du = 2.2238, dan 4-dl =2.7126

45
Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.4
Hasil Uji Autokorelasi
b

Model Summary

Model
1

R

R Square
a

.599

Adjusted R

Std. Error of the

Square

Estimate

.358

.294

.20459

Durbin-Watson
1.807

a. Predictors: (Constant), Pendapatan Pajak, Leverage, Intergovernmental Revenue,
Ukuran Legislatif
b. Dependent Variable: Kinerja Keuangan

Sumber: Hasil pengolahan data dengan SPSS
Berdasarkan Tabel 4.3, nilai Durbin Watson (DW) terletak antara batas
atas atau Upper Bound (du) dan 4-du, yaitu 1.7762 < 1.807 < 2.2238. Maka
koefisien autokorelasi sama dengan nol, yang mengindikasikan bahwa tidak
terjadi autokorelasi atau tidak terjadi korelasi antara kesalahan pengganggu pada
suatu periode dengan periode sebelumnya dalam model regresi penelitian ini.
4.3.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas adalah salah satu asumsi klasik sebagai prasyarat
melakukan analisis regresi. Uji heteroskedastisitas ini bisa dilihat berdasarkan
scatterplot, tetapi tes heteroskedastisitas menggunakan scatterplot sangat lemah
karena hanya mengandalkan analisis visual. Untuk mendapatkan kepastian perlu
uji hipotesis yaitu menggunakan uji Glejser.
Uji Glejser mengusulkan untuk meregres nilai absolud residual sebagai
variabel dependen dengan variabel independen dalam penelitian, sehingga hasil
uji glejser lebih real dari scatterplot yang hanya dinilai melalui visualnya. Setelah
dilakukan regres dengan memasukkan nilai absolut residual sebagai dependen
variabel maka dihasilkan output SPSS berikut.

46
Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.5
Hasil Uji Glejser
a

Coefficients

Standardize

Model
1

Unstandardized

d

Collinearity

Coefficients

Coefficients

Statistics

B

Std. Error

(Constant)

-.379

.399

Leverage

-1.707

2.844

Ukuran Legislatif

-.006

Intergovernmental

Beta

t

Sig.

Tolerance

VIF

-.949

.348

-.087

-.600

.552

.986

1.014

.003

-.373

-2.415

.020

.857

1.166

.170

.212

.123

.800

.429

.862

1.161

.026

.013

.299

1.918

.062

.842

1.188

Revenue
Pendapatan Pajak

a. Dependent Variable: ABS_RES_1

Sumber: Hasil pengolahan data dengan SPSS
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat nilai signifikan masing-masing
variabel independen setelah dilakukan regres dengan nilai absolut residual sebagai
variabel dependennya. Pengambilan keputusan dalam uji glejser adalah apabila
nilai signifikan > 0.05 maka H 0 ditolak atau tidak terjadi heteroskedastisitas
dalam model penelitian ini, tetapi sebaliknya jika nilai signifikan < 0.05 maka H 0
diterima atau terjadi heteroskedastisitas dalam model penelitian ini.
Berdasarkan hasil output SPSS di atas dapat dilihat nilai signifikan
masing-masing variabel adalah 0.552 untuk leverage, 0.020 untuk ukuran
legislatif, 0.429 untuk intergovernmental revenue dan 0.062 untuk pendapatan
pajak. Dari keempat variabel yang diteliti hanya ukuran legislatif yang pada
datanya terjadi heteroskedastisitas yaitu dengan nilai signifikan 0.020 < 0.05, hal
ini terjadi karena jumlah ukuran legislatif tiap daerah (kabupaten/kota) cenderung
sama. Sementara untuk variabel yang lain bebas dari gejala heteroskedastisitas ini.

47
Universitas Sumatera Utara

4.3.4 Uji Multikolinearitas
Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan
adanya korelasi antara variabel bebas (independen). Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Ketentuan dalam
uji multikolinearitas:
- Jika nilai Tolerance > 0,1 dan VIF < 10, maka dapat diartikan bahwa
tidak terdapat multikolinearitas pada penelitian tersebut
- Jika nilai Tolerance < 0,10 dan VIF > 10, maka dapat diartikan bahwa
terjadi gangguan multikolinearitas pada penelitian tersebut.
Tabel 4.6
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Collinearity Statistics
Model
1

Tolerance

VIF

(Constant)
Leverage

.986

1.014

Ukuran Legislatif

.857

1.166

Intergovernmental Revenue

.862

1.161

Pendapatan Pajak

.842

1.188

Sumber: Hasil pengolahan data dengan SPSS, 2016
Berdasarkan Tabel 4.6, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat gejala
multikolinearitas

pada

interaksi

variabel

leverage,

ukuran

legislatif,

intergovernmental revenue dan pendapatan pajak terhadap kinerja keuangan
karena masing-masing nilai tolerance berada di atas 0.10 dan juga nilai VIF yang
berada dibawah 10.

48
Universitas Sumatera Utara

4.4 Uji Hipotesis
4.4.1 Analisis Regresi Linear Berganda
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi
linier berganda untuk mengetahui gambaran mengenai pengaruh leverage, ukuran
legislatif, intergovernmental revenue dan pendapatan pajak terhadap kinerja
keuangan. Hasil analisis regresi dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.7
Hasil Analisis Regresi Linear Berganda
Coefficientsa
Unstandardized

Standardized

Coefficients

Coefficients

Model

B

1 (Constant)

1.702

.579

-2.839

4.129

Ukuran Legislatif

.016

Intergovernmental Revenue

Leverage

Pendapatan Pajak

Std. Error

Beta

Collinearity Statistics
t

Sig.

Tolerance

VIF

2.939

.005

-.088

-.688

.496

.986

1.014

.004

.561

4.105

.000

.857

1.166

.094

.308

.041

.304

.763

.862

1.161

-.059

.019

-.417

-3.024

.004

.842

1.188

a. Dependent Variable: Kinerja Keuangan

Sumber: Hasil pengolahan data dengan SPSS, 2016
Berdasarkan Tabel 4.7 dapat diketahui persamaan regresi linier
bergandanya, yaitu:
� = 1.702 − 2.839�1 + 0.016�2 + 0.094�3 − 0.059�4 + �

Dari persamaan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.

Konstanta (a) = 1.702 menunjukkan harga kosntan, dimana jika nilai variabel
independen sama dengan nol, maka variabel kinerja keuangan (Y) sama
dengan 1.702.

49
Universitas Sumatera Utara

b.

Koefisien leverage (X 1 ) = -2.839, artinya berdasarkan penelitian ini jika
variabel lain nilainya tetap dan leverage mengalami kenaikan 1 satuan maka
kinerja keuangan akan mengalami penurunan sebesar 2.839. Koefisien
bernilai negatif menunjukkan bahwa terjadi hubungan negatif antara leverage
(X 1 ) dengan kinerja keuangan (Y). Artinya jika leverage ditingkatkan maka
kinerja keuangan akan menurun.

c.

Koefisien ukuran legislatif (X 2 ) = 0.016, artinya berdasarkan penelitian ini
jika variabel lain nilainya tetap dan ukuran legislatif mengalami kenaikan 1
satuan maka kinerja keuangan akan mengalami kenaikan sebesar 0.016.
Koefisien bernilai positif menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang positif
antara ukuran legislatif (X 2 ) dengan kinerja keuangan (Y). Artinya jika
ukuran legislatif ditingkatkan maka kinerja keuangan akan meningkat juga.

d.

Koefisien intergovernmental revenue (X 3 ) = 0.094, artinya berdasarkan
penelitian ini jika variabel lain nilainya tetap dan intergovernmental revenue
mengalami kenaikan 1 satuan maka kinerja keuangan akan mengalami
kenaikan sebesar 0.094. Koefisien bernilai positif menunjukkan bahwa terjadi
hubungan positif antara intergovernmental revenue (X 3 ) dengan kinerja
keuangan (Y). Artinya jika intergovernmental revenue ditingkatkan maka
kinerja keuangan akan meningkat juga.

e.

Koefisien pendapatan pajak (X 4 ) = -0.059, artinya berdasarkan penelitian ini
jika variabel lain nilainya tetap dan pendapatan pajak mengalami kenaikan 1
satuan maka kinerja keuangan akan mengalami penurunan sebesar 0.059.
Koefisien bernilai negatif menunjukkan bahwa terjadi hubungan negatif

50
Universitas Sumatera Utara

antara pendapatan pajak (X 4 ) dengan kinerja keuangan (Y). Artinya jika
pendapatan pajak ditingkatkan maka kinerja keuangan akan menurun.
f.

Standar error (e) menunjukkan tingkat kesalahan pengganggu.

4.4.2 Uji Statistik F
Uji F digunakan untuk melihat pengaruh seluruh variabel independen
(leverage, ukuran legislatif, intergovernmental revenue dan pendapatan pajak)
terhadap variabel dependen (kinerja keuangan) secara simultan. Pengaruh ini
perlu diuji untuk melihat apakah model regresi ini dapat dilanjutkan dengan
melakukan uji t (parsial) atau tidak.
Jika hasil uji F berpengaruh positif maka model regresi ini dapat
dilanjutkan dengan melakukan uji t (uji secara parsial). Sebaliknya jika tidak
berpengaruh, maka uji t (uji parsial) tidak dapat dilakukan, karena semua variabel
independen tidak ada yang mempengaruhi variabel dependen. Berikut ini tabel
hasil uji F.
Tabel 4.8
Hasil Uji F
b

ANOVA
Model

Sum of Squares

1

Regression

Df

Mean Square

.935

4

.234

Residual

1.674

40

.042

Total

2.610

44

F

Sig.

5.587

a

.001

a. Predictors: (Constant), Pendapatan Pajak, Leverage, Intergovernmental Revenue, Ukuran
Legislatif
b. Dependent Variable: Kinerja Keuangan

Sumber: Hasil pengolahan data dengan SPSS, 2016
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa hasil uji F menunjukkan nilai
signifikan 0.001 lebih kecil dari 0.05. Ini berarti hasil uji F menunjukkan variabel
51
Universitas Sumatera Utara

independen secara bersama-sama (simultan) memiliki pengaruh signifikan
terhadap variabel dependen yaitu kinerja keuangan. Untuk melihat variabel
independen apa saja yang berpengaruh terhadap kinerja keuangan, maka
dilakukan uji t (uji secara parsial).
4.4.3 Uji Statistik T
Uji statistik t pada dasarnya menunjukan seberapa jauh pengaruh satu
variabel independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen.
Hipotesis dirumuskan sebagai berikut:
-

H0 : Xi = 0, artinya tidak ada pengaruh secara signifikan dari variabel
independen terhadap variabel dependen.

-

H1 : Xi = 0, artinya ada pengaruh secara signifikan dari variabel independen
terhadap variabel dependen.
Penerimaan atau penolakan hipotesis dalam suatu penelitian dapat

dilakukan dengan kriteria sebagai berikut :
1.

Jika nilai signifikansi t statistik > 0,05, maka H0 diterima. Hal ini berarti
bahwa suatu variabel independen secara individual tidak mempunyai
pengaruh terhadap variabel dependen.

2.

Jika nilai signifikansi t statistik < 0,05, maka H0 ditolak. Hal ini berarti
bahwa suatu variabel independen secara individual mempengaruhi variabel
dependen.

52
Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.9
Hasil Uji T (Parsial)
Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1

B

Std. Error

(Constant)

1.702

.579

Leverage

-2.839

4.129

Ukuran Legislatif

.016

Intergovernmental Revenue
Pendapatan Pajak

Coefficients
Beta

T

Sig.

2.939

.005

-.088

-.688

.496

.004

.561

4.105

.000

.094

.308

.041

.304

.763

-.059

.019

-.417

-3.024

.004

a. Dependent Variable: Kinerja Keuangan

Sumber: Hasil pengolahan data dengan SPSS, 2016
Berdasarkan Tabel 4.7, hasil analisis uji regresi menyatakan bahwa
leverage dan intergovernmental revenue tidak memiliki pengaruh secara parsial
(individual) terhadap kinerja keuangan. Namun ukuran legislatif dan pendapatan
pajak secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja keuangan.
Leverage memiliki nilai signifikansi t sebesar 0.496 > 0.05, artinya
leverage secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan.
Ukuran legislatif memiliki nilai signifikansi t sebesar 0.000 < 0.05, artinya ukuran
legislatif secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan.
Intergovernmental revenue memiliki nilai signifikansi t sebesar 0.763 > 0.05,
artinya intergovernmental revenue secara parsial tidak berpengaruh signifikan
terhadap kinerja keuangan. Pendapatan pajak memiliki nilai signifikansi t sebesar

53
Universitas Sumatera Utara

0.004 < 0.05, artinya pendapatan pajak secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap kinerja keuangan.

4.4.4 Uji Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model menerangkan variasi variabel dependen. Range nilainya
adalah 0 sampai 1, apabila nilai R2 kecil berarti kemampuan variabel-variabel
independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas, dan
sebaliknya apabila R2 besar (mendekati nilai 1) berarti kemampuan variabelvariabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen besar. Nilai R2
dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut.
Tabel 4.10
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
b

Model Summary

Model
1

R

R Square
a

.599

Adjusted R

Std. Error of the

Square

Estimate

.358

.294

Durbin-Watson

.20459

1.807

a. Predictors: (Constant), Pendapatan Pajak, Leverage, Intergovernmental Revenue,
Ukuran Legislatif
b. Dependent Variable: Kinerja Keuangan

Sumber: Hasil pengolahan data dengan SPSS, 2016
Berdasarkan tabel 4.10, besarnya nilai R Square (R2) adalah 0.358 yang
berarti sebesar 0.358 atau (35.8%) variabel independen yaitu leverage, ukuran
legislatif, intergovernmental revenue dan pendapatan pajak mampu menjelaskan
kinerja keuangan. Sedangkan sisanya sebesar 64.2% dipengaruhi atau dijelaskan
oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian.
4.5 Pembahasan
54
Universitas Sumatera Utara

4.5.1 Hipotesis Pertama
Hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah leverage berpengaruh
signifikan terhadap kinjera keuangan pemerintah kabupaten/kota di Indonesia.
Hasil pengujian dalam penelitian ini menunjukkan bahwa leverage (yang
diproksikan dengan

����

������

) secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap

kinerja keuangan pemerintah kabupaten/kota di Indoneisa. Dengan Hasil tersebut
maka H1 ditolak.
Secara teoritis, leverage menunjukkan proporsi pendanaan daerah yang
dibiayai dengan hutang. Semakin tinggi leverage suatu daerah berarti semakin
tinggi pula ketergantungan daerah tersebut kepada pemerintah pusat. Hal ini
sesuai dengan agency teory, yaitu hubungan keagenan antara principal
(pemerintah pusat) dengan agennya (pemerintah daerah). Pemerintah daerah akan
berusaha memberikan informasi yang seluas-luasnya mengenai kondisi derahnya
kepada debitur (pemerintah pusat). Dengan harapan pemerintah pusat lebih
mengetahui dan memahami pemerintah daerah dalam kaitannya dengan kredit
yang diberikan. Semakin tinggi tingkat leverage daerah, maka akan semakin besar
pula kemungkinan terjadinya transfer kemakmuran dari debitur. Sehingga untuk
mempengaruhi hal tersebut pemerintah daerah dituntut untuk meningkatkan
kinerja keuangan daerahnya guna memenuhi tuntutan debiturnya. Dengan asumsi
tersebut maka secara teoritis leverage memiliki pengaruh positif terhadap kinerja
keuangan, namun dalam penelitian ini ternyata leverage tidak memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap kinerja keuangan pemerintah di kabupaten/kota di
Indonesia.

55
Universitas Sumatera Utara

Penelitian terdahulu yang mendukung hasil penelitian ini adalah penelitian
yang dilakukan oleh Sesotyaningtyas (2012); Maiyora (2015) dan Rochmah
(2015) yang dalam penelitiannya menyatakan bahwa leverage tidak berpengaruh
signifikan terhadap kinerja keuangan pemerintah.
4.5.2 Hipotesis Kedua
Hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah ukuran legislatif berpengaruh
signifikan terhadap kinjera keuangan pemerintah kabupaten/kota di Indonesia.
Hasil pengujian dalam penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran legislatif (yang
diproksikan dengan jumlah anggota legislatif yang bertugas mengawasi
pemerintah daerah) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja
keuangan pemerintah kabupaten/kota di Indoneisa. Dengan Hasil tersebut maka
H2 diterima.
Secara teoritis, banyaknya jumlah anggota legislatif diharapkan dapat
meningkatkan pengawasan terhadap pemerintah daerah sehingga berdampak
dengan adanya peningkatan kinerja keuangan pemerintah daerah. Sumarjo (2010)
menyatakan bahwa lembaga legislatif merupakan lembaga yang memiliki potensi
dan peran strategis terkait dengan pengawasan keuangan daerah. Gilligan dan
Matsusaka (2001) menemukan bahwa ada pengaruh positif ukuran legislatif
terhadap kebijakan pendapatan dan pengeluaran suatu pemerintah daerah. Oleh
karena itu, semakin banyak anggota legislatif diharapkan semakin dapat
meningkatkan pengawasan terhadap pemerintah daerah sehingga terjadi
peningkatan kinerja pada pengelolaan keuangan pemerintah daerah. Secara
teoritis ukuran legislatif memiliki pengaruh positif terhadap kinerja keuangan, dan

56
Universitas Sumatera Utara

dalam penelitian ini terbukti bahwa ukuran legislatif memiliki pengaruh yang
positif dan signifikan terhadap kinerja keuangan pemerintah kabupaten/kota di
Indonesia.
Penelitian terdahulu yang mendukung hasil penelitian ini adalah penelitian
yang dilakukan oleh Sumarjo (2010) yang dalam penelitiannya menyatakan
bahwa ukuran legislatif berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan
pemerintah. Sebaliknya penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Sesotyaningtyas (2012), Anzarsari (2014), Maiyora (2015) dan
Rochmah (2015) yang dalam penelitiannya menyatakan bahwa ukuran legislatif
tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan pemerintah.
4.5.3 Hipotesis Ketiga
Hipotesis ketiga dalam penelitian ini adalah intergovernmental revenue
berpengaruh signifikan terhadap kinjera keuangan pemerintah kabupaten/kota di
Indonesia.

Hasil

pengujian

dalam

penelitian

ini

menunjukkan

bahwa

intergovermental revenue secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap
kinerja keuangan pemerintah kabupaten/kota di Indoneisa. Dengan Hasil tersebut
maka H3 ditolak.
Secara teoritis, intergovernmental revenue sebagai salah satu pendapatan
pemerintah daerah yang berasal dari transfer pemerintah pusat kepada pemerintah
daerah untuk membiayai kegiatan pemerintah daerah. Sebagai timbal baliknya,
pemerintah daerah membelanjakan pendapatan transfer antar pemerintah sesuai
dengan alokasi dan petunjuk anggaran dan menurut undang-undang. Maka dengan
adanya transfer tersebut maka pemerintah daerah akan berupaya meningkatkan

57
Universitas Sumatera Utara

kinerjanya. Sehingga secara teoritis dapat disimpulkan bahwa intergovermenal
revenue memiliki pengaruh positif terhadap kinerja keuangan, namun dalam
penelitian ini ternyata intergovermenal revenue tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap kinerja keuangan pemerintah di kabupaten/kota di Indonesia.
Penelitian terdahulu yang mendukung hasil penelitian ini adalah penelitian
yang dilakukan oleh Sesotyaningtyas (2012) yang dalam penelitiannya
menyatakan bahwa intergovernmental revenue tidak berpengaruh signifikan
terhadap kinerja keuangan pemerintah. Sebaliknya penelitian ini tidak sejalan
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sumarjo (2010), Anzarsari (2014)
dan

Maiyora

(2015)

yang

dalam

penelitiannya

menyatakan

bahwa

intergovernmental revenue berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan
pemerintah.
4.5.4 Hipotesis Keempat
Hipotesis keempat dalam penelitian ini adalah pendapatan pajak daerah
berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan pemerintah kabupaten/kota di
Indonesia. Hasil pengujian dalam penelitian ini menunjukkan bahwa pendapatan
pajak daerah secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan
pemerintah kabupaten/kota di Indoneisa. Dengan Hasil tersebut maka H4
diterima.
Secara teoritis, Secara umum pajak adalah pungutan dari masyarakat oleh
Negara (pemerintah) berdasarkan Undang-Undang yang bersifat dapat dipaksakan
dan terutang oleh yang wajib membayarnya dengan tidak mendapat prestasi
kembali (kontra prestasi/balas jasa) secara langsung, yang hasilnya digunakan

58
Universitas Sumatera Utara

untuk membiayai pengeluaran Negara dalam penyelenggaraan pemerintah dan
pembangunan. Hal ini menunjukkan bahwa pajak adalah pembayaran wajib yang
dikenakan berdasarkan Undang-Undang yang tidak dapat dihindari bagi yang
berkewajiban dan bagi mereka yang tidak mau membayar pajak dapat dilakukan
paksaan. Dengan demikian, akan terjamin bahwa kas Negara selalu berisi uang
pajak. Dengan adanya pajak maka kas Negara akan tersedia sehingga untuk
melaksanakan tugasnya pemerintah dapat bekerja secara maksimal dan dapat
meningkatkan kinerjanya. Secara teoritis pendapatan pajak daerah memiliki
pengaruh positif terhadap kinerja keuangan, dan dalam penelitian ini terbukti
bahwa pendapatan pajak memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan
pemerintah kabupaten/kota di Indonesia.
Penelitian terdahulu yang mendukung hasil penelitian ini adalah penelitian
yang dilakukan oleh Sesotyaningtyas (2012) dan Alfarisi (2015) yang dalam
penelitiannya menyatakan bahwa pendapatan pajak berpengaruh signifikan
terhadap kinerja keuangan pemerintah.
4.5.5 Hipotesis Kelima
Hipotesis kelima dalam penelitian ini adalah leverage, ukuran legislatif,

intergovernmental revenue dan pendapatan pajak secara simultan (bersama-sama)
berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan. Hipotesis kelima yang diajukan
dalam penelitian ini adalah bahwa setelah dilakukan pengujian hipotesis secara
simultan, berdasarkan tabel ANOVA terlihat bahwa hasil uji F menunjukkan nilai

signifikan sebesar 0.001 yang lebih kecil dari signifikansi 0.05. Ini berarti hasil uji
F menunjukkan leverage, ukuran legislatif, intergovernmental revenue dan

59
Universitas Sumatera Utara

pendapatan pajak secara simultan (bersama-sama) memiliki pengaruh signifikan
terhadap variabel dependen yaitu kinerja keuangan. Untuk melihat seberapa besar
kemampuan variabel independen menggambarkan kinerja keuangan maka
dilakukan uji koefisien determinasi, dan hasil uji koefisien determinasi
menunjukkan bahwa variabel independen yaitu leverage, ukuran legislatif,
intergovernmental revenue dan pendapatan pajak mampu menjelaskan kinerja
keuangan sebesar 35.8%. Sedangkan sisanya sebesar 64.2% dipengaruhi atau
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian.
Dengan hasil tersebut maka H5 diterima.
Berdasarkan pembahasan di atas, hasil pengujian dalam penelitian ini secara
lebih rinci disajikan pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.11
Hasil Keputusan
Hipotesis

H1

H2

H3

H4

H5

Keterangan

Levarage tidak berpengaruh signifikan
terhadap kinjera keuangan pemerintah
kabupaten/kota di Indonesia.
Ukuran legislatif berpengaruh signifikan
terhadap kinerja keuangan pemerintah
kabupaten/kota di Indonesia.
Intergovernmental revenue tidak
berpengaruh signifikan terhadap kinerja
keuangan pemerintah kabupaten/kota di
Indonesia
Pendapatan pajak daerah berpengaruh
signifikan terhadap kinerja keuangan
pemerintah kabupaten/kota di Indonesia
Leverage, ukuran legislatif,
intergovernmental revenue dan pendapatan
pajak daerah secara simultan berpengaruh

Sig.

Keputusan

0.496

ditolak

0.000

diterima

0.763

ditolak

0.004

diterima

0.001

diterima

60
Universitas Sumatera Utara

signifikan terhadap kinerja keuangan
pemerintah kabupaten/kota di Indonesia
Sumber: Data diolah, 2016
Berdasarkan Tabel di atas, setelah dilakukannya pengujian hipotesis secara
parsial, menunjukkan bahwa ada dua variabel independen (leverage dan
intergovernmental revenue) yang tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja
keuangan pemerintah, maka H1 dan H3 ditolak. Sedangkan dua variabel
independen lainnya (ukuran legislatif dan pendapatan pajak daerah) berpengaruh
signifikan terhadap kinerja keuangan, sehingga H2 dan H4 diterima. Untuk
pengujian hipotesis secara bersama-sama (simultan) didapatkan hasil yang
menyatakan

bahwa

seluruh

variabel

independen

secara

bersama-sama

berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan pemerintah kabupaten/kota di
Indonesia. Dengan hasil ini maka H5 diterima.

61
Universitas Sumatera Utara

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data pada penelitian ini, maka
dapat dibuat beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1.

Leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan
pemerintah kabupaten/kota di Indonesia.

2.

Ukuran legislatif berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan
pemerintah kabupaten/kota di Indonesia.

3.

Intergovernmental revenue tidak berpengaruh signifikan terhadap
kinerja keuangan pemerintah kabupaten/kota di Indonesia.

4.

Pendapatan pajak daerah berpengaruh signifikan terhadap kinerja
keuangan pemerintah kabupaten/kota di Indonesia.

5.

Leverage, ukuran legislatif, intergovernmental revenue dan pendapatan
pajak daerah secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja
keuangan pemerintah kabupaten/kota di Indonesia.

62
Universitas Sumatera Utara

5.2 Saran
1.

Penelitian ini hanya dilakukan berdasarkan pada alat ukur (parameter)
yang penulis ketahui semata, sehingga hasil penelitian ini kemungkinan
tidak sama jika diaplikasikan pada alat ukur (parameter) yang lain. Pada
penelitian selanjutnya disarankan untuk menggunakan alat ukur
(parameter) yang lain sehingga hasilnya dapat dibandingkan dengan
hasil penelitian sebelumnya.

2.

Dalam penelitian ini variabel independen yang diteliti hanya leverage,
ukuran legislatif, intergovernmental revenue dan pendapatan pajak
daerah saja. Pada penelitian selanjutnya disarankan agar meneliti lebih
banyak variabel independen yang memiliki pengaruh terhadap kinerja
keuangan

pemerintah

seperti

kemakmuran

(wealth),

ukuran

pemerintahan (size), retribusi daerah serta dana perimbangan.
3.

Berdasarkan hasil penelitian ini terdapat pengaruh yang positif dan
signifikan antara ukuran legislatif dengan kinerja keuangan pemerintah
daerah, semakin besar ukuran legislatif (DPRD) maka kinerja keuangan
pemerintah daerah juga akan semakin meningkat, dengan begit

Dokumen yang terkait

PENGARUH SIZE, WEALTH, LEVERAGE DAN INTERGOVERNMENTAL REVENUE TERHADAP KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DI JAWA TENGAH

4 22 102

PENGARUH BELANJA MODAL, INTERGOVERNMENTAL Pengaruh Belanja Modal, Intergovernmental Revenue, Leverage, Size dan Pendapatan Alsi Daerah Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kota dan Kabupaten di Pulau Jawa Tahun 2014.

0 3 17

TERHADAP KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KOTA DAN KABUPATEN DI PULAU JAWA TAHUN 2014 “ Pengaruh Belanja Modal, Intergovernmental Revenue, Leverage, Size dan Pendapatan Alsi Daerah Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kota dan Kabupaten di Pulau

0 5 17

Pengaruh Leverage, Ukuran Legislatif, Intergovernmental Revenue dan Pendapatan Pajak Daerah Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten Kota di Indonesia

0 0 10

Pengaruh Leverage, Ukuran Legislatif, Intergovernmental Revenue dan Pendapatan Pajak Daerah Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten Kota di Indonesia

0 0 2

Pengaruh Leverage, Ukuran Legislatif, Intergovernmental Revenue dan Pendapatan Pajak Daerah Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten Kota di Indonesia

0 0 7

Pengaruh Leverage, Ukuran Legislatif, Intergovernmental Revenue dan Pendapatan Pajak Daerah Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten Kota di Indonesia

0 0 17

Pengaruh Leverage, Ukuran Legislatif, Intergovernmental Revenue dan Pendapatan Pajak Daerah Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten Kota di Indonesia

0 13 5

Pengaruh Leverage, Ukuran Legislatif, Intergovernmental Revenue dan Pendapatan Pajak Daerah Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten Kota di Indonesia

0 0 5

PENGARUH BELANJA MODAL, UKURAN PEMERINTAH DAERAH, INTERGOVERNMENTAL REVENUE DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP KINERJA KEUANGAN - repository perpustakaan

0 0 17